TUGAS KEPERAWATAN KELUARGAASUHAN KEPERAWATAN PADA PASANGAN BARU MENIKAH disusun oleh : DI SUSUN OLEH KELOMPOK II : 1. HAFIS PUADI 2. HAIRUL IMAN 3. HALDIEN ARUNDYNA 4. HASMI WAHIDA C. 5. IDHAN WATI 6. I MADE ARTAWAN 7. KHAIRUN NISA 8. L. FRENDY RAHMAD 9. LAILA KARAMI 10. LESTARI MELANTIKA 11. M. LUTFI SAUFI 12. M. WAHYU SUNANDAR 13. NI KETUT ETRI L. 14. NI KETUT WIWIN A. 15. NI WAYAN EKA S. 16. NOVA FITRIA YULI A.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS KEPERAWATAN KELUARGAASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASANGAN BARU MENIKAH
disusun oleh :
DI SUSUN
OLEH
KELOMPOK II :
1. HAFIS PUADI
2. HAIRUL IMAN
3. HALDIEN ARUNDYNA
4. HASMI WAHIDA C.
5. IDHAN WATI
6. I MADE ARTAWAN
7. KHAIRUN NISA
8. L. FRENDY RAHMAD
9. LAILA KARAMI
10. LESTARI MELANTIKA
11. M. LUTFI SAUFI
12. M. WAHYU SUNANDAR
13. NI KETUT ETRI L.
14. NI KETUT WIWIN A.
15. NI WAYAN EKA S.
16. NOVA FITRIA YULI A.
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MATARAM
(STIKES MATARAM)
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa berkat
rahmat dan hidayahnya ,penulis dapat menyelesaikan makalah seminar
yang berjudul ”Askep Keluarga pemula”. Makalah ini diambil dari buku-
buku/referensi yang berkaitan dengan judul makalah serta diambil dari
website untuk melengkapi isi makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini,
penulis banyak mendapat bimbingan yang tak ternilai harganya dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Papak Ns. Mujiburrahman , S.kep selaku dosen pembimbing makalah
Keperawatan Komunitas yang telah mengajari/bimbingan penulis
dalam pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah
keperawatan komunitas ini.
Hasil makalah ini tentunya belumlah sempurna,namun bagi penulis
hasil ini sangatlah berarti terutama dapat memenuhi tugas perkuliahan
untuk makalah kuliah keperawatan Komunitas II, dengan harapan hasilnya
dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.
Februari 2013
` Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan
keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka
perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui
tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya. Memerlukan
pemahaman setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas
perkembangannya. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas perkembangannya.
Pasangan baru (keluarga baru menikah) ialah ketika masing-masing individu
laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga nya masing-masing.
Mempersiapkan keluarga yang baru membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi sehari-hari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan
dengan keluarga sendiri dan orang tuanya, mulai membina hubunganungan
baru dengan keluarga dan kelompok social lainnya.
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang
“asuhan keperawatan keluarga pemula”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru
menikah
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga pemula(baru menikah).
b. Untuk mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang
terjadi pada keluarga pemula (baru menikah)..
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada
keluarga pemula (baru menikah).
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi kelompok
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kelompok tentang
asuhan keperawatan keluarga pemula(baru menikah)
2. Manfaat Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca tentang asuhan
keperawatan keluarga pemula(baru menikah)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang
perlu dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang
mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu
atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi
tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian
rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.
Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu
cara yang komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan
oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”.
Hariyanto, 2005. keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang
disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Friedman 1998, Keluarga adalah kumpulan dua orang / lebih hidup
bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran
masing-masing
Sedangkan Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing.
B. Tahap – Tahap Psangan Baru Menikah
1. Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga
via perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
2. Mempersiapkan keluarga yang baru.
3. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari
4. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya.
5. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri.
Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya,
mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social
pasangan
6. Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak
dan jumlah yang diharapkan
C. Masalah yang biasa dilakukan oleh pasangan baru menikah
1. Tidak menghadapi masalah utang
Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah
masalah paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah
menikah, maka ada baiknya Anda mengeluarkan dan mengutarakan semua
masalah perutangan Anda, toh ia adalah pasangan Anda, tak ada yang perlu
ditutup-tutupi, tetapi perlu dihadapi bersama. Kemudian, cobalah
berhitung dan rencanakan keuangan Anda untuk ke depannya. Jika perlu,
temui ahli perencana keuangan.
2. Mengasingkan diri dari pertemanan
Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan
mengasingkan diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang
berkumpul, pastikan segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu
ikutlah pergi bersama mereka, tentu dengan seizin suami. Hanya karena
Anda tidak ikut-ikutan flirting bersama pria di klub bukan berarti Anda
tidak bisa menjadi teman yang suportif.
3. Tidak cukup seks
Sebanyak 60 persen pasangan baru menikah yang mengikuti survei
mengatakan bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyakn
ialah kesibukan. Coba untuk menginisiasikan acara berhubungan intim
dengan pasangan. Bahkan, kalau perlu, buat jadwalnya. Jika Anda mulai
terbiasa untuk melakukannya, maka Anda akan makin menginginkannya,
tak tertutup kemungkinan akan makin menyukainya juga.
4. Tidak menjaga tubuh
Pernahkah Anda menyadari, biasanya orang-orang yang baru saja
menikah akan terlihat lebih "makmur" dalam hal berat badan? Ya, entah
mengapa, ini selalu terjadi. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan
di malam hari atau karena sibuk berlelah-lelahan pada malam hari sehingga
pada pagi harinya jadi lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak.
Wah, ini mesti diwaspadai. Sebaiknya Anda mulai memperbanyak agenda
untuk berolahraga bersama pasangan.
5. Mertua dan ipar
Lima puluh persen pasangan yang disurvei oleh thenest.com
memiliki masalah dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk
mengatur ekspektasi, seperti Anda akan datang berkunjung bersama pada
akhirnya, ini akan kembali menghantui Anda.
6. Pertengkaran tak penting
Anda tahu, kadang hidup seatap dengan orang yang Anda pikir
sudah Anda kenal bisa jadi hal yang sangat memusingkan. Cobalah untuk
tidak mudah terpancing amarah. Namun, jika memang emosi marah sudah
memuncak, ucapkan permisi, bilang bahwa Anda butuh waktu untuk
sendiri dulu. Tenangkan diri Anda sejenak. Pastikan Anda dalam keadaan
tenang dan kepala dingin saat ingin menyelesaikan masalah tadi. Saat
emosi, pikiran Anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan hal-hal yang
tak Anda maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah.
7. Terobsesi dengan bayi
Tentu, ingin memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup
setelah menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi
terobsesi untuk memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi
dalam jangka waktu 3 tahun pernikahan mereka. Jadi, mengapa terburu-
buru? Nikmati waktu Anda bersama pasangan, berlibur bersama,
menikmati waktu tanpa perlu pusing memikirkan kerepotan akan
keperluan bayi, dan lainnya. Toh, ketika Anda dalam keadaan rileks,
kemungkinan untuk hadirnya momongan justru lebih besar.
D. Tugas Perkembangan
Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan Masing-
masing menghadapi perpisahan dengan keluargakeluarga sendiri.
orangtuanya, mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok
social pasangan
Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan
anak dan jumlah yang diharapkan Tugas perkembangan keluarga baru
menikah :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru
Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.
Peran berubah.
Fungsi baru diterima.
Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang
mendasar.
Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua
pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan
minat pasangan.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan
mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar
lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.
Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran
perkawinan. Perawat Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga
berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih
metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi,
kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan
tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada
membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.
Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena
kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri
sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis,
kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah
letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal
di atas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu
hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus
sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk
menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi
klien.
Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat
obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran
sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :
1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita
tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa
yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan
satu jenis/metoda, perawat dapat menanyakan alasan penggunaan metoda
tersebut. pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-
masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang
digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus
dapat menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan
kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai
diafragma, kapan dan di mana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam
sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KB dengan menggali tingkat
pengetahuan klien, perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi
dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat
kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan
yang tidak direncanakan.
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai.
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan
klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya.
Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan
metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga
berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda
meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam
menggunakan metoda tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi
diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji faktor-
faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat
kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda
kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan
untuk mencegah kehamilan.
Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang