BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Sindrom Nefrotik adalah
Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein urinaris yang massif (Donna L.Wong,2009) Sindrom Nefrotik
merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular
yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,
hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2008). Sindrom nefrotik (SN) merupakan
sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari
50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml)
yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan
hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002). Pada tahun 1905 Friedrich Muller
menggunakan istilah nefrosis untuk membedakan degenerasi lemak
tubulus dengan glomerulus. Namun istilah nefrosis sekarang tidak
dipakai lagi. Tahun 1913 Munk melaporkan adanya butir-butir lipoid
(Lipoid droplets) dalam sedimen urin pasien dengan nefritis
parenkimatosa kronik. Kelainan ini ditemukan terutama atas dasar
adanya lues dan diberikan istilah nefrosis lipoid. Istilah sindrom
nefrotik (SN) kemudian digunakan untuk menggantikan istilah
terdahulu yang menunjukkan suatu keadaan klinik dan laboratorik
tanpa menunjukkan satu penyakit yang mendasari. Sampai abad ke-20
morbiditas SN pada anak masih tinggi, yaitu melebihi 50%.
Pasien-pasien ini dirawat dalam jangka waktu lama karena edema
anasarka disertai dengan ulserasi dan infeksi kulit. Dengan
ditemukannya obat-obat sulfonamide dan penisilin pada tahun 1940
dan dipakainya hormone
adrenokortikotropik (ACTH) dan kortikosteroid pada tahun 1950,
mortalitas penyakit ini diperkirakan mencapai 67% yang sering
disebabkan oleh komplikasi peritonitis dan sepsis dan pada decade
berikutnya mortalitas menurun sampai + 40%. Angka kematian menurun
lagi mencapai 35% setelah obat penisilin mulai digunakan
padatahun1946-1950. Dengan pemakaian ACTH atau kortison pada awal
1950-an untuk mengatasi edema dan mengurangi kerentanan terhadap
infeksi, angka kematian menurun mencapai 20%. Schwartz dan
kawan-kawan melaporkan angka mortalitas 23% 15 tahun setelah awitan
penyakit. Di antara pasien SN yang selamat dari infeksi sebeelum
era sulfonamide umumnya kematian pada periode ini disebabkan oleh
gagal ginjal kronik (NefrologiAnak:350). Berdasarkan latarbelakang
dan judul asuhan keperawatan diatas dapan di identifikasikan
masalah keperawatan Nefrotik Syndrom mulai dari pengkajian, riwayat
kesehatan, pola fungsional, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboraturium yang berguna untuk menunjang dalam pemberian asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan ditentukan berdasarkan data fokus
yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien dan
keluarga. Dari keluhan yang daopat digunakan untuk menentukan
prioritas masalah keperawatan yang muncul, menentukan intervensi,
implementasi keperawatan dan mengevaluasi asuha keperawatan yang
diberikan.
1.2 Tujuan Adapan tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan
umum dan tujuan khusus 1.1.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada An.M dengan gangguan
sistem perkemihan (Nefrotik Syndrom).
1.1.2
Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada An.M dengan gangguan sistem
perkemihan (Nefrotik Syndrom). b. Mampu dalam menentukan rumusan
diagnosa keperawatan pada An.M dengan gangguan sistem perkemihan
(Nefrotik Syndrom). c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada
An.M dengan gangguan sistem perkemihan (Nefrotik Syndrom). d. Mampu
melakukan implementasi keperawatan pada An.M dengan gangguan sistem
perkemihan (Nefrotik Syndrom) e. Mampu melakukan evaluasi asuhan
keperawatan pada An.M dengan gangguan sistem perkemihan (Nefrorik
Syndrom).
1.2 Waktu Asuhan Keperawatan dilaksanakan mulai dari tanggal 28
Desember. 1.3 Tempat Asuhan keperawatan dilaksanakan di Ruang Non
Infeksi RSUD Palembang BARI tahun 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROFIL RSUD PALEMBANG BARI 2.1.1
Selayang Pandang Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan
unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan
yang merupakan satu satunya rumah sakit umum milik pemerintah kota
Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Seberang Ulu, dan
berdiri di atas tanah seluas 4,5 H. Bangunan berada lebih kurang
800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001
dibuat jalan alternatif dari jalan jakabaring menuju RSUD Palembang
BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan langsung menuju
RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring. 2.1.2 Visi, Misi
dan Motto Visi : Rumah sakit andalan dan terpercaya di Sumatera
Selatan. Misi : 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu
standar perofesi, standar pelayanan dan standar administrasi. 2.
Melaksanakan manajemen administrasi yang efektif dan efisien
Motto Anda sembuh, kami puas Anda puas, kami bahagia
2.1.3 Sejarah A. Sejarah berdirinya RSUD Palembang Bari Pada
tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung
poliklinik/ Puskesmas Panca Usaha. Pada tanggal 19 Juni 1995
diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK Depkes nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 Nopember 1997 ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah kelas C. Kepmenkes RI Nomor;
HK.00.06.2.2.4646 tentang Pemberian status Akreditas penuh tingkat
lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 5
Februari 2008 Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang
peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi
kelas B, tanggal 2 April 2009 Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD
Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang No. 915, B
tahun 2008 tentang Penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD
Palembang yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD)
secara penuh.
B. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur a. Tahun 1986 s/d 1995: dr.
Jane Lidya Tita Hela, sebagai kepala poliklinik/ Puskesmas Panca
Usaha. b. Tanggal 1 Juli 1995 s/d Juni 2000 : dr. H. Eddy Jakarty
Monasir, SpOG, sebagai direktur RSUD Palembang BARI. c. Bulan Juli
2000 s/d November 2000 pelaksana tugas : dr. M. Faisal Soleh, SpPb.
d. Tanggal 14 November 2000 s/d sekarang dr. Hj. Indah Puspita,
MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan a.Fasilitas Instalasi Rawat
darurat (IRD) 24 jam Farmasi/ Apotek 24 jam Rawat Jalan/ Poliklinik
spesialis Bedah Sentral Central Sterilized Suplay Departement
(CSSD) Rehabiliti Medik Radiologi Loboratorium klinik Patologi
Anatomi Bank Darah
b. Pelayanan Rawat Jalan 1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2. Poliklinik Spesialis Badah 3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan
Penyakit Kandungan 4. Poliklinik Spesialis Anak 5. Poliklinik
Spesialis Mata 6. Poliklinik Spesialis THT 7. Poliklinik Spesialis
Syaraf 8. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin 9. Poliklinik
Spesialis Jiwa 10. Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik 11.
Poliklinik Jantung 12. Poliklinik Gigi 13. Poliklinik Akupuntur 14.
Poliklinik Psikologi 15. Poliklinik HIV AIDS 16. Poliklinik Rawat
inap - Laki-laki - Perempuan - Non Infeksi - Perawatan bedah - Zaal
Anak
- Kebidanan
2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Konsep Dasar Nefrotik Syndrom 1.
Definisi Nefrotik Syndrom Nefrotik Syndrom ditandai oleh
proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidemia. (
Mansjoer Arif, dkk. 2008). Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama
pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna
gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer
Arif, dkk. 1999). Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang
disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak
dengan karakteristik : proteinuria, hypoproteinuria,
hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001). 2.
Etiologi Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh:
- Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) -
Penurunan albumin dalam darah - Edema - Serum cholesterol yang
tinggi (hiperlipidemia) Tanda tanda tersebut dijumpai disetiap
kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Sukiane, 2002).
3. Klasifikasi Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe
sindrom nefrotik:
1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change
nephrotic syndrome). Kondisi yang sering menyebabkan sindrom
nefrotik pada anak usia sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini,
pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila dilihat dengan
mikroskop cahaya. 2. Sindrom Nefrotik Sekunder Terjadi selama
perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus sistemik,
purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system
endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif. 3.
Sindrom Nefrotik Kongenital Factor herediter sindrom nefrotik
disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindrom
nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema
dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan
dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi
jika tidak dilakukan dialysis. 4. Patofisiologi Kelainan yang
terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan
ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler
glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan
hilannya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada
sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin
dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam
tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan
akhirnya diekskresikan dalam urin. (Husein A Latas, 2002 :
383).
Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari
yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan
hipoalbuminemia, pada umumnya edema muncul bila kadar albumin serum
turun dibawah 2,5 gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara
fisiologi tetapi kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan
onkotik/ osmotic intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus
keruang intertisial, hal ini disebabkan oleh karena
hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang intertisial menyebabkan
edema yang diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A Price, 1995:
833). Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan
volume darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi
efektif, sehingga mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang
mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini
mengaktifkan system rennin angiotensin yang akan meningkatkan
konstriksi pembuluh darah dan juga akan mengakibatkan rangsangan
pada reseptor volume atrium yang akan merangsang peningkatan
aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium ditubulus distal dan
merangsang pelepasan hormone anti diuretic yang meningkatkan
reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini mengakibatkan
peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma berkurang
natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema. (Husein A
Latas, 2002: 383). Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron
dan anti diuretic hormone akan mengaktifasi terjadinya hipertensi.
Pada sindrom nefrotik kadar kolesterol, trigliserid, dan
lipoprotein serum meningkat yang disebabkan oleh hipoproteinemia
yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, dan
terjadinya katabolisme lemak yang menurun karena penurunan kadar
lipoprotein lipase plasma. Hal ini dapat menyebabkan
arteriosclerosis. (Husein A Latas, 2002: 383). 5. Manifestasi
Klinis Gejala utama yang ditemukan adalah :
- Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari
pada anakanak. - Hipoalbuminemia < 30 g/l. - Edema generalisata.
Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema muka,
ascxites dan efusi pleura. - Anorexia - Fatique - Nyeri abdomen -
Berat badan meningkat - Hiperlipidemia, umumnya ditemukan
hiperkolesterolemia. - Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan
resiko trombosis vena dan arteri.
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium 1. Urine Volume
biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine
kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin,
mioglobin, porfirin.
2. Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun.
Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium
meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah
merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat. 2. Biosi ginjal
dilakukan untuk memperkuat diagnosa. 7. Komplikasi - Infeksi
(akibat defisiensi respon imun) - Tromboembolisme (terutama vena
renal) - Emboli pulmo - Peningkatan terjadinya aterosklerosis -
Hypovolemia - Hilangnya protein dalam urin - Dehidrasi 8.
Penatalaksanaan Terapeutik - Diet tinggi protein, diet rendah
natrium jika edema berat - Pembatasan sodium jika anak hipertensi -
Antibiotik untuk mencegah infeksi - Terapi diuretik sesuai program
- Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang - Terapi
prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai program
2.2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian 1. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian
luasnya edema. 2. Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan adanya peningkatan berat badan dan kegagalan
fungsi ginjal. 3. Observasi adanya manifestasi dari Sindrom
nefrotik : Kenaikan berat badan, edema, bengkak pada wajah (
khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat bangun pagi ,
berkurang di siang hari ), pembengkakan abdomen (asites), kesulitan
nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan
pada urin ( peningkatan volum, urin berbusa ). 4. Pengkajian
diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan sel
darah merah, analisa darah untuk serum protein ( total
albumin/globulin ratio, kolesterol ) jumlah darah, serum sodium. 5.
Riwayat dan Keadaan umum : 5.1 Identitas anak: nama, usia, alamat,
telp, tingkat pendidikan, dll. 5.2 Riwayat kesehatan yang lalu:
pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini? 5.3 Riwayat kelahiran,
tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi,
hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan. 5.4 Pola kebiasaan
sehari hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat
tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi. 5.5 Riwayat
penyakit saat ini: 2. Keluhan utama 3. Alasan masuk rumah sakit 4.
Faktor pencetus 5. Lamanya sakit 6. Pengkajian sistem 6.1
Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada
(terkait dgn edema ). 6.2 Sistem kardiovaskuler : irama dan
kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis,
diaphoresis.
6.3 Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau
ronki, retraksi dada, cuping hidung. 6.4 Sistem persarafan :
tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan
intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi
sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil. 6.5 Sistem
gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya
hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan
buang air besar. 6.6 Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air
kecil, warna dan jumlahnya. 7. Pengkajian keluarga - Anggota
keluarga - Pola komunikasi - Pola interaksi - Pendidikan dan
pekerjaan - Kebudayaan dan keyakinan - Fungsi keluarga dan
hubungan
b.
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein
sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus. 2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu
makan. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh
yang menurun. c. Perencanaan Keperawatan
a) berhubungan dengan hipoalbuminemia.
Kelebihan
volume
cairan
Tujuan : Volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil
penurunan edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output
urine adekuat 600 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas
normal. Tabel 1.1 Intervensi Rasional 1. Catat intake dan output
secara Evaluasi harian keberhasilan terapi akurat dan dasar
penentuan tindakan Tekanan darah dan BJ urine dapat 2. Kaji dan
catat tekanan darah, menjadi indikator regimen terapi pembesaran
abdomen, BJ urine 3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang
sama 4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. 5.
Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Pembatasan protein bertujuan untuk
meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya
hemdinamik ginjal. b) protein dan penurunan napsu makan. Tujuan :
kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan
baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan
dihabiskan, edema dan ascites tidak ada. Perubahan nutrisi kurang
dari Mencegah edema bertambah berat Estimasi penurunan edema
tubuh
kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap
kehilangan
Tabel 1.2 Intervensi 1. akurat 2. Kaji adanya
anoreksia,hipoproteinemia, diare. 3. Pastikan anak mendapat makanan
dengan diet yang cukup c) Resiko tinggi infeksi Rasional Monitoring
asupan nutrisi bagi Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan.
Diare sebagai reaksi edema intestinal Mencegah status nutrisi
menjadi lebih buruk
Catat intake dan output makanan secara tubuh
berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. Tujuan: tidak
terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak
ada, tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku
keluarga dalam melakukan perawatan.
Tabel 1.3 Intervensi 1. Lindungi anak dari orang-orang yang
terkena infeksi melalui pembatasan Rasional Meminimalkan masuknya
organisme
pengunjung. 2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi 3. Cuci 4.
Lakukan tindakan invasif secara aseptik tangan sebelum dan
tindakan.
Mencegah terjadinya infeksi nosokomial Mencegah terjadinya
infeksi nosokomial Membatasi masuknya bakteri ke sesudah dalam
tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.
d.
Evaluasi Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses
keperawatan. Semua tahap proses
keperawatan (diagnose, tujuan, intervensi) harus dievaluasi.
Hasil yang diharapkan pada tahap evaluasi adalah : Klien
menunjukkan tanda tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi Klien
menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan Klien tidak
menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan Klien dapat
melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat Klien
akan menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal
perkembangan klien
(Suriadi, dkk. 1999)
BAB III TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN a. Identitas Klien Nama Umur Jenis Kelamin Agama
Pendidikan Alamat Tanggal MRS Tanggal Pengkajian No. Med. Record
Diagnose Medis : An.M : 14 tahun : Perempuan : Islam : SMP : Jln.
Ahmad Bastasi Palembang : 23 Desember 2010 : 25 Desember 2010 :
36.24.38 : Nefrotik Syndrom
Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Jenis Kelamin : Tn.A : 46
tahun : Laki-laki
Agama Pendidikan Alamat Hub. Dg klien
: Islam : SMA : Jln. Ahmad Bastasi Palembang : Anak Klien
3.1 RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan Utama. Mengeluh bengkak seluruh
tubuh dan gatal pada kulit,mual, muntah, sesak, BAK sedikit. b. c.
Riwayat Penyakit Dahulu. Riwayat Penyakit Sekarang Klie sudah
pernah dirawat di RS karena penyakit yang serupa Sejak 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh sembab diseluruh tubuhnya
dimulai dari kelopak mata dan di pagi hari kemudian seluruh tubuh
gatal dikulit dan bengkak bertambah sejak kurang lebih satu minggu
sebelum masuk rumah sakit. d. Riwayat Psikologis Klien Merasa
tenang dan menjalin hubungan baik dengan keluarganya. e. Riwayat
Kesehatan Keluarga Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit yang diderita klien.
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI NO Aktivitas 1. Pola Nutrisi a. Makan
Frekuensi Jenis masalah b. Minum Frekuensi Jenis masalah Pola
Eliminasi a. BAB Frekuensi Konsistensi b BAK Frekuensi Warna
Masalah 3. Pola istirahat Masalah 4. Pola aktivitas Masalah Pola
hygiene : Mandi Sikat gigi Masalah Tidur siang 1 jam, malam 7 jam
Melakukan aktifitas secara mandiri, letih, kram otot, kesemutan.
2x/ hari 2x/hari Sempat tidak bisa BAK Tidur malam 5 jam Susah
tidur Melakukan aktivitas dibantu orang lain,letih, kram otot dan
kesemutan. Susah beraktivitas 1x/hari 1x/ hari SEBELUM MASUK RS
SELAMA MASUK RS
3x sehari Nasi + Lauk + Sayur 4- 6 gelas / hari Air putih Gelas
beling 2x sehari Padat 3-5 x sehari Kuning jernih
1x sehari TkTp Tidak nafsu makan 3/hari Air putih Gelas
beling
2.
1x sehari padat 1x sehari Kuning Pekat
5.
1.2
PEMERIKSAAN KLINIK : Sedang : Composmentis : 50 kg : 153 cm TD
Nadi RR :110/80 :88/menit : 22 x/menit Kepala : Rambut; Hitam,
simetris, kebersihan ;terjaga Mata isokor :
Keadaan umum Kesadaran Berat Badan Tinggi Badan Tanda Tanda
Vital
Temperatur : 36.5 o C Keadaan khusus 1. 2. Bentuk; simetris,
konjungtiva ;tidak anemis,pupil ; 3. Penciuman; baik. 4. 5. kotor,
gigi; tidak ada caries. 6. Ekstremitas Atas Terdapat Odema pada
tangan dan leher : Telinga Simetris, tidak ada kotoran,
pendengaran; baik. Mulut : Bibir; tidak pecah-pecah, tidak ada
lesi, lidah; tidak : Hidung : bentuk;
simetris, secret; tidak ada, kebersihan; cukup,
7. Terdapat Odema pada kaki
Ekstremitas Bawah
:
1.3 -
THERAPY
IVFD RL: D5% gtt XV Diet NB 40gr Protein Furesamid 2x1 Metil . P
3x4 Neurodex 1x1
B. ANALISA DATA
Data Subyektif : - Klien mengeluh bagian tubuh nya membengkak
mulai dari leher, tangan, tubuh, hingga kaki nya. Obyekif : edema
ekstremitas atas dan bawah, muka sembab, ascites,venaabdomen g/dl,
protein urine 75 mg/dl (positif) dan
Etiologi Kelainan-kelainan glomerulus Albuminuria
Hipoalbuminemia Tekanan onkotik koloid plasma menurun Volume plasma
meningkat
Masalah Kelebihan volume cairan tubuh
menonjol, albumin 0,87 Retensi natrium renal meningkat Edema
Kelebihan volume cairan
roncii pada paru kiri dan kanan. Subyektif : - klien mengeluh 2
hari SMRS klien tidak mau makan, mual dan Hiperlipidemia Malnutrisi
mengeluh perut sakit Obyektif : status gizi 88,9% (gizi kurang),
edema, ascites, albumin 0,87 g/dl, klien hanya mau makan satusendok
makan. Hipoalbuminemia Sisntesa pritein hepar meningkat Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Subyektif : Klien mengatakan pernah menderita sama. Obyektif :
nadi 114 X/menit, suhu 36,5 C,RR 28 x/menit, dan edema,status gizi
menurun0
Penyakti autoimun Kelainan glomerulus Imunitas menurun Infeksi
meningkat
sakit
yang
Resiko tinggi infeksi
Prioritas Masalah- Kelebihan volume cairan - Gangguan pemenuhan
nutrisi
- Resiko tinggi infeksi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kelebihan volumecairan berhubungan
dengan hipoalbuminemia 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan malnutrisi sekunder dari katabolisme protein. 3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun D.
RENCANA KEPERAWATAN 1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan
hipoalbuminemia. Tujuan : kelebihan volume cairan dapat teratsi
setelah 3 hari perawatan dengan kriteria edema, ascites, ronki
tidak ada, sembab hilang, peningkatan albumin dan tanda vital dalam
batas normal. Intervensi Rasional Timbang berat badan setiap
Mengawasi status cairan yang baik. Peningkatan berat badan lebih
dari 0,5 hari dengan alat yang sama kg/hari diduga ada retensi
cairan. Catat pemasukan dan Perlu waktu menentukan fungsi ginjal.
Kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan
cairan.
1.
2.
pengeluaran carian 3.
Monitor nadi dan tekanan Takikardi dan hipertermi dapat terjadi
karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkana urine. darah
Edem dapat bertambah terutama pada
4.
Observasi perubahan edema
adanya jaringan yang tergantung. Edema periorbita menunjukkan
adanya perpindahan cairan. Dapat menunjukkan adanya perpindahan
tingkat cairan, akumulasi toksin, ketidak seimbangan elektrolit.
paru dan Melebarkan lumen tubular, mengurangi hiperkalemia dan
meningkatkan volume urine adekuat.
5.
Observasi kesadaran, jantung bunyi
6.
Kolaboratif : diuretik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
malnutrisi sekunder dari katabolisme protein. Tujuan : Nutrisi
terpenuhi sesuai kebutuhan klien setelah mendapat perawatan 3 hari
dengan kriteria edema berkurang atau hilang, albumin dalam batas
normal, status gizi baik dna mual tidak ada, porsi makan
dihabiskan. Intervensi Rasional 1. Berikan diet rendah garam
Mencegah retensi natrium berlebihan dan rusaknya hepar dan
hemodinamik ginjal. dan batasi pemberiana protein 1-2 gr/kg BB/hari
2. 3. 4. Kaji Catat adanya intake anoreksia, Sebagai reaksi adanya
edema intstinal. dan output Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
perut, Memantau fungi peristaltik usus.
muntah, diare makanan secara adekuat. Observasi bising usus 3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun
lingkar
Tujuan: Setelah mendapat perawatan selama 1 minggu tidak terjadi
infeksi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda vital
dalam batas normal, tidak terjadi phlebitis. Intervensi Rasional 1.
Cuci tangan sebelum dan Mengurangi resiko terjadi infeksi
nosokomial sesudah perawatan 2. 3. Lakukan tindakan dengan teknik
aseptic. invasif Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial Nadi
dan suhu yang meningkat indikator adanya infeksi
Observasi tanda- tanda vital
E. IMPLEMENTASI dan EVALUASI Tanggal 25 Desember 2010 1.
Diagnosa Keperawatan 1. Jam 09.00 Implementasi Mengobservasi edem :
tungkai kanan dan kiri edema, ascites dan edema pada kelopak mata
Produksi urine 24 jam 150 cc, kuning pekat 10.00 Tanda vital : N
88X/mnt, T 110/80 mmHg, RR 22 X/mnt Ibu mengatakan kalau bengkaknya
belum berkurang Evaluasi Pukuil 14.00 S : Ibu mengatakan bengkak
belum menurun O : Edema periorbital, tungkai kanan dan kiri serta
ascites, tanda vital N 88 X/mnt, T 110/80 mmHg, RR 22 X/mnt, A :
Masalah belum teratasi P : Intervensi masih diteruskan.
2. Diagnosa Keperawatan 2. Jam 11.50 Implementasi Mengobservasi
bising usus : meningkat, Evaluasi Pukuil 14.00
asvites, linkgarp erut 57 cm Klien menangis terus kesakitan pada
perut, P : saatmakan, dipegang, Q : nyeri sekali saat dipegang, R :
seluruh daerah pereut, S : skala 8-9, T : terus menerus 12.00 Tanda
vital : N 89X/mnt, T 110/70 mmHg, RR 22 X/mnt
S : ibu menanyakan mengapa perut bertambah sakit O : bising usus
40 x/mnt, distensi, meteorismus, vena abdomen menonjol, tanda vital
N 87 X/mnt, T 110/70 mmHg, RR 40 X/mnt, klien masih menangis terus
A : masalah belum teratasi P : intervensi Dilanjutkan
3. Diagnosa Keperawatan 3. Jam 10.00 Implementasi Mendekatkan
barang-barang yang biasa digunakan dan diperlukan klien, seperti
makanan dan minuman. 12.10 Melibatkan keluarga klien dalam
pemenuhan aktivitas Evaluasi Pukuil 14.00 S : ibu mengatakan sakit
perut berkurang O : Klien tampak tenang dan nafsu makan muali
timbul. A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan.
BAB IV PEMBAHASAN Dalam makalah ini akan di bahas keperawatan
pada klien dengan Nefrotik Syndrom. Asuhan keperawatan diterapkan
secara praktis dengan menggunakan pengamatan secara langsung pada
klien An.M di ruangan Perawatan Non Infeksi RSUD Palembang BARI.
Asuhan Keperawatan tersebut diterapkan sesuai dengan tahap proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi. 4.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan untuk
menyimpulkan data dasar guna menentukan asuhan keperawatan yang
akan diberikan. Dalam penyampaian data penulis menggunakan metode
observasi dan pemeriksaan fisik. Pengkajian dilakukan pada tanggal
25-28 Desember 2010 di Ruang Perawatan Non Infeksi RSUD Palembang
BARI. 4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan menjelaskan
suatu pernyataan tentang status kesehatan atau masalah actual dan
potensial, perawatan mengguanakan proses keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan pasien
yang dipertanggungjawabkan. Diagnosa keperawatan pada klien An.M
adalah : 1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan
hipoalbuminemia 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubugan dengan malnutrisi sekunder dari katabolisme protein. 3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun
4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi adalah tahap penyusunan
rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk membantu
klien dalam mengatasi masalah kesehatannya sesuai dengan diagnose
keperawatan yang telah ditemukan dan diprioritaskan sebelumnya.
Adapun intervensi yang dibuat dalam membantu dalam mengatasi
masalah yang dihadapi oleh klien An.M dibuat sesuai Standar
Keperawatan. 4.4 IMPLEMANTASI Implementasi adalah pelaksanaan dari
rencana tindakan keperwatan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan klien An.M tidak semua implementasi
dilakukan karena keterbatasan waktu yang di miliki penulis. 4.5
EVALUASI Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai
meliputi pencapaian tujuan dan criteria hasil. Pelaksanaan evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk catatan perkembangan dengan
menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment,
Planning).
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah penulis melaksanakan asuhan
keperawatan pada penderita stroke di RSUD Palembang BARI maka
penulis mengambil kesimpulan bahwa proses keperawatan telah
dilaksanakan dengan baik mulai dari pengkajian sampai evaluasi maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik secara langsung agar data yang di dapat adalah data yang
valid dan akurat. 5.1.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan
yang muncul sebagai masalah adanya data yang menunjukkan adanya
gangguan. Adapun masalah keperawatan yang muncul pada AnM dengan
kasus Nefrotik Syndrom adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan
volumecairan berhubungan dengan hipoalbuminemia 2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan malnutrisi sekunder
dari katabolisme protein. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan imunitas yang menurun
5.1.3 Perencanaan Pada perencanaan dilakukan berdasarkan
sistematis dengan apa yang dilakukan klien. Rencana ini dibuat
sesuai dengan keadaan klien. Penulis dapat bekerja sama dengan
perawat ruangan dalam rencana keperawatan. 5.1.4 Pelaksanaan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah direncanakan
juga perlu dilakukan kerjasama yang baik antara klien dan perawat
agar pelaksanaan dapat dilaksanakan secaar berkesinambungan. 5.1.5
Evaluasi Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi pada
klien AnM masih dilanjutkan. B. SARAN 5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan lagi perawatan Asuhan Keperawatan di
ruangan perawatan Non Infeksi. 5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan akademik memberikan bimbingan, pelatihan kepada
mahasiswa terutama dalam praktik pemasangan kateter. 5.2.3 Bagi
RSUD Palembang BARI Bimbingan klinik kepada mahasiswa yang diterima
hendaknya tetap dipertahankan keefektifannya. Dan bila perlu lebih
ditingkatkan lagi karena bentuk bimbingan klinik di RSUD Palembang
BARI, khususnya di Ruang Perawatan Non Infeksi telah sesuai dengan
tujuan dari praktek klinik lapangan mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Palembang sehingga kompetensi praktek dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat, Aziz. 2005. Kebutuhan Dasar
Manusia: Jakarta. EGC Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran: Jakarta. M Doenges, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan
Keperawatan: Jakarta http://Askep - Asuhan Keperawatan Nefrotik
Syndrom- SNH Blog.com
http://downloads.ziddu.com/downloadfiles/8377454/Pathwaysnefrotiksyndrom.doc
http://keperawatan-gun.blogspot.com/
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.M DENGAN DIAGNOSA NEFROTIK
SYNDROM DI RUANG NON INFEKSI RSUD PALEMBANG BARI
DISUSUN OLEH : KELOMPOK I
1. AGUS SARWOKO 2. AVEL LORA 3. APRIANI 4. MARTA YULIANI 5.
PUTRI JAYANTI 6. NURAMITA ELAWATI
(PO.71.20.1.08.001) (PO.71.20.1.08.005) (PO.71.20.1.08.045)
(PO.71.20.1.08.021) (PO.71.20.1.08.025) (PO.71.20.1.08.087)
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN 2010 POLITEKNIK KESEHATAN
PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JL.
MERDEKA No.76-78 Palembang telp. (0711) 351081 Judul : Asuhan
Keperawatan pada Klien An.M Dengan Diagnosa Nefrotik Syndrom di
Ruang Non Infeksi RSUD Palembang BARI Pembimbing :
No .
Tanggal/hari
Materi
Paraf
Ket