askep ektopik-1
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK
Disusun oleh :
Kelompok
Parulian Gultom ( 120114065 )Meggy Sumarno ( 120114073 )Febriany
cakrawedana ( 120114059 )Janasiska Kausuhe ( 120114076 )Kelas :
A2
UNIVERSITAS SAM RATULANGIFAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATANMANADO 2014KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena, berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan klien
dengan kehamilan ektopik tepat pada waktunya.Kami mengakui bahwa
setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal, begitu
juga dengan kami dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan yang kami miliki.Demikian, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan
berbagai kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki kesalahan
untuk lebih baik ke depannya.
Manado, Oktober 2014 Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...2Daftar Isi.3
BAB I Pendahuluan1.1 Latar Belakang..41.2 Tujuan..5BAB II
Pembahasan2.1 Konsep Medis Kehamilan Ektopik ..62.2 Konsep Asuhan
Keperawatan Kehamilan Ektopik ....20BAB III Penutup3.1
Kesimpulan173.2 Saran17
Daftar Pustaka18
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKehamilan ektopik adalah suatu kehamilan
dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
Kehamilan Ektopik Terganggu. Sebagian besar kehamilan ektopik
terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus.
Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus.
Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik
adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit
radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan
aborsi.Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu
tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat
meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial
menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas,
dan kematian.Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas ibu jika tidak mendapatkan penanganan
secara tepat dan cepat. Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin
meningkat pada semua wanita terutama mereka yang berumur lebih dari
30 tahun.1.2 Tujuan1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan
kehamilan ektopik.2. Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan kehamilan ektopik.3. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan
yang bisa diberikan pada klien dengan kehamilan ektopikBAB
IIPEMBAHASAN
Konsep Medis Kehamilan Ektopik1.1 PengertianIstilah ektopik
berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat.Jadi istilah ektopik dapat
diartikan berada di luar tempat yang semestinya.Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.Kehamilan ektopik adalah implantasi dan
pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita
selekta kedokteran,2001)Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan
implantasi terjadi di luar rongga uterus.Tuba fallopi merupakan
tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik
(lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
1.2 KlasifikasiKehamilan ektopik diklasifikasikan berdasarkan
tempat implantasinya.a. Kehamilan ektopik Tuba (>90%) dibagi
lebih lanjut menurut bagian anatomi yang terlibat : ampula (55%),
ismus (25%), fimbria (25%), interstisial (angular, kornu) 2% dan
bilateral (sangat jarang).b. Kehamilan Ovarium (0,5%) dapat terjadi
setelah fertilisasi ovum yang tidak di keluarkan.c. Kehamilan
abdominal (kira-kira 1/15.000 kehamilan) dapat terjadi primer,
dengan implantasi awal zigot di luar tuba (misal, pada hati) atau
sekunder karena ekspulsi atau ruptur kehamilan tuba.d. Implantasi
servikal (jarang) ditunjukan oleh serviks yang sangat membesar
(seringkali sebesar uterus tidak hamil), dikenal sebagai tanda jam
pasir. Tanda ini berupa serviks yang membesar dengan banyak
vaskularisasi dan perdarahan, dengan ostium interna yang rapat dan
celah pada ostium eksterna.e. Kehamilan ektopik uterus (jarang)
dapat terjadi pada implantasi dalam kornu, divertikulum uteri,
sakulasi uteri, kornu rudimeter atau dinding otot (intramural).f.
Kehamilan intrauterin kombinasi (heteropik). Terjadi pada
1/17.000-30.000 kehamilan.g. Kemungkinan yang jarang lainnya adalah
intra ligamentum. Kehamilan bahkan terjadi setelah histerektomi.
(Ralph dan Martin, Buku Saku Obstetri & Ginekologi : 306)1.3
EtiologiSebagian besar penyebab tidak banyak diketahui,kemungkinan
faktor yang memegang peran adalah sebagai berikut :a. Faktor
tubaAdanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu.Keadaan uterus yang mengalami hypoplasia dan
saluran tuba yang berkelok-kelok panjang dapat menyebabkan fungsi
silia tuba tidak berfungsi dengan baik. Juga pada keadaan pasca
operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi terjadinya
kehamian ektopik. Factor tuba yang lain adalah adanya kelainan
endometriosis tuba atau difertikel saluran tuba yang bersifat
kongenital. Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya mioma
uteri atau tumor ovarium yag menyebabkan perubahan bentuk dan
potensi tuba juga dapat menjadi etiologic kehamilan ektopik.b.
Faktor abnormalitas dari zigotApabila tumbuh terlalu cepat atau
tumbuh dengan ukuran besar maka zigot akan tersendat dalam
perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di
saluran tuba.c. Faktor ovariumBila ovarium memproduksi ovum dan
ditangkap oleh tuba yang kontralateral dapat membutuhkan proses
khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.d. Faktor hormonalPada
akseptor, pil kb yang hanya mengandung progesterone dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik karena dapat mengganggu
pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur
yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.e. Faktor
lainTermaksud disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosapling dapat
menyebabkan kehamilan ektopik. Factor umur penderita yang sudah
menua dan factor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya
kehamilan ektopik.
1.4 Manifestasi klinisGambaran klinik kehamilan ektopik sangat
bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari
kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per
vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang
datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah,
harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop, nausea, payudara terasa
penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat
juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan
intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada
bahu atau leher, terutama saat inspirasi.Pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa
pada adnexa. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks
digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada
umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di
perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin
tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan
keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan
intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh
dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi
kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari
kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea
karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
1.5 PatofisiologiProses implantasi ovum di tuba pada dasarnya
sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi
secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar
telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi.
Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan
dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan
dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba
tidak sempurna maka dengan mudah vili khorealis menembus
endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak
jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya
tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya
dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi
trofoblas.Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari
korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan
lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa
perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus
hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler.
Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi
menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti
buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan
endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi
kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan
yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus
disebabkan pelepasan desidua yang degenerative.Mengenai nasib
kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Karena tuba
bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.Sebagian besar kehamilan
tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.a.
Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.Ovum mati dan kemudian
direasorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak
diketahui dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah
meninggalnya ovum dianggap sebagai haid yang datangnya agak
terlambat.b. Abortus ke dalam lumen tuba.Trofoblast dan villus
korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan
timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan
pembesaran tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke
rongga peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan
hematokele retrouterina.c. Ruptur dinding tuba.Ruptur tuba sering
terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi
pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan
ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis
tuba terus ke peritoneum.
1.6 KomplikasiKomplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi
sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau
pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat
dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus,
tergantung lokasi kehamilan dan hal ini dapat menyebabkan
perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul
akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan
organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah
besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan
anestesi.
1.7 Pemeriksaan DiagnostikBerikut ini merupakan jenis
pemeriksaan untuk membantu diagnsosi kehamilan ektopik :a.
HCG-Pengukuran subunit beta dari HCG (Human Chorionic
Gonadotropin-Beta) merupakan tes laboratorium terpenting dalam
diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan
intrauterine dengan kehamilan ektopik. Ibu hamil yang mengalami
ektopik biasanya kadar HCGnya tidak mengalami peningkatanb.
KuldosintesisTindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya
yang diisap berwarna hitam (darah tua) biarpun sedikit, membuktikan
adanya darah di kavum Douglasi.c. Dilatasi dan KuretaseBiasanya
kuretase dilakukan setelah amenore terjadi perdarahan yang cukup
lama tanpa menemukan kelainan yang nyata di samping uterus.d.
LaparaskopiLaparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis
terakhir apabila hasil hasil penilaian prosedur diagnotik lain
untuk kehamilan ektopik terganggu meragukan. Namun beberapa dekade
terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.e.
UltrasonografiKeunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laporaskopi
ialah tidak invasive, artinya tidak perlu memasukkan alat ke dalam
rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal
endometrium, adanya massa dikanan kiri uterus dan apakah kavum
Douglas berisi cairan.
f. Tes OksitosinPemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena
dapat membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan
pemeriksaan bimanual di luar kantong janin dapat diraba suatu
tumor.g. Foto RontgenTampak kerangka janin lebih tinggi letaknya
dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-
bagian janin menutupi vertebra ibu. Memberikan gambaran kavum uteri
kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. 1.8
PenatalaksanaanPenanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah
laparotomi. Dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan
dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut :a. Kondisi ibu pada
saat itu.b. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi
reproduksinya.c. Lokasi kehamilan ektropik.d. Kondisi anatomis
organ pelvis.e. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.f. Kemampuan
teknologi fertilasi in vitro setempat.Hasil pertimbangan ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba
atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu
buruk, misalnya dalam keadaan syok lebih baik dilakukan
salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba
yang belum pecah biasanya ditangani dengan menggunakan kemoterapi
untuk menghindari tindakan pembedahan.Karena kehamilan ektopik
dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan
adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat
dilakukan melalui :a. Obat-obatanDapat diberikan apabila kehamilan
ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah
methotrexate (obat anti kanker).b. OperasiUntuk kehamilan yang
sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar
daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi
laparaskopi.Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan,
terapi definitif adalah pembedahan :a. Laparotomi : eksisi tuba
yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar
kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi
dijahit kembali.b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan
bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung
kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil
serta kadar -hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate
ke dalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin
dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3
intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik :1. Ukuran
kantung kehamilan2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)3.
Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :1. Laktasi2. Status
Imunodefisiensi3. Alkoholisme4. Penyakit ginjal dan hepar5.
Diskrasia darah6. Penyakit paru aktif7. Ulkus peptikumPasca terapi
konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG
setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan second look
operation.
1.9 PencengahanBerhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan
ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman
seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik
dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang
dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi
penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan
jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan ektopik.Kita tidak dapat menghindari 100%
risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi komplikasi
yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat
mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
maka kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk
mencegah komplikasi kehamilan ektopik.1.10 Diagnosis Bandinga.
Infeksi pelvik b. Abortus iminens atau insipiensc. Torsi kista
ovariumd. Ruptur korpus luteume. Appendisitis akut (Wibowo, 2007;
Cunningham et al, 2005).
1.11 Konsep Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik1.
PengkajianAnamnesa :a. Identitas klienMeliputi nama, jenis kelamin,
usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongn darah, nomor regisrasi,
tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS) dan diagnosis medis.b.
Dapat pula terjadi gangguan psikologis,social dan spiritual terkait
penyakit : ketakutan akan kematianc. Menstruasi terakhirRiwayat
menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan taksiran
persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT).Untuk menentukan TP berdasrkan HPHT dapat digunakan
rumus Naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurang tiga, tahun
disesuaikan.d. Riwayat terlambat haide. Gejala dan tanda kehamilan
mudaf. Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginang. Terdapat
aminoreh. Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah. Berat atau
ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.
Pemeriksaan fisik :1. InspeksiMulut : Bibir pucatPayudara :
Hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetrisAbdomen : Terdapat
pembesaran abdomen.Genetalia : Terdapat perdarahan
pervaginamEkstremitas : Dingin2. PalpasiAbdomen : Uterus teraba
lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba
tegang, messa pada adnexa.Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum
douglas menonjol.3. AuskultasiAbdomen : Bising usus (+), DJJ (-)4.
PerkusiEkstremitas : Reflek patella + / +
Pemeriksaan fisik umum:1. Pasien tampak anemis dan sakit2.
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.3. Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma, tidak
sadar.4. Daerah ujung (ekstremitas) dingin5. Adanya tanda-tanda
syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya tanda-tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding abdomen.6. Pemeriksa nadi meningkat, tekanan
darah menurun sampai syok7. Pemeriksaan abdomen: perut kembung,
terdapat cairan bebas darah, nyeri saat perabaan.
Pemeriksaan khusus:1. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks2.
Kavum douglas menonjol dan nyeri3. Mungkin terasa tumor di samping
uterus4. Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
Pemeriksaan ginekologis: Seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uteris kanan dan kiri
Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk
mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk mengetahui
kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:a. Laboratorium1.
Hematokrit.Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan
abdominal yang terjadi.2. Sel darah putih. Sangat bervariasi dan
tak jarang terlihat adanya leukositosis.Leoukosite 15.000/mm3. Laju
endap darah meningkat.b. Tes kehamilan. Pada kehamilan ektopik
hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif. Pada kehamilan
intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap
dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya
peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon
yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.c. Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat
melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran
tuba, indung telur, maupun di tempat lain.d. USG :1. Tidak ada
kantung kehamilan dalam kavum uteri2. Adanya kantung kehamilan di
luar kavum uteri3. Adanya massa komplek di rongga panggule.
Laparotomi. Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu
dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif).f.
KuldosintesisMemasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal
untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douclassi.
Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan
intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan
lain.
23