Top Banner
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Menurut Smetlzer and Bare Luka gigitan atau vulnus biasanya ditimbulkan akibat binatang seperti kucing, anjing, ular dan lain- lain. Definisi lainnya luka gigitan adalah cedera yang disebabkan oleh mulut dan gigi hewan. Hewan mungkin menggigit untuk mempertahankan dirinya, dan pada kesempatan khusus untuk mencari makanan Gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga atau binatang yang menyengat atau menggigit seseorang. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan atau sengatan dari binatang atau serangga yang dapat menyebabkan luka gigitan atau vulnus dimana binatang ataupun serangga yang menggigit tersebut menggigit untuk mempertahankan dirinya. B. Macam-macan gigitan dan pananganan 1. Gigitan binatang darat a. Gigitan anjing, kucing, kera dan kelelawar. Kasus Gigitan anjing merupakan kasus tertinggi yang paling sering terjadi. Dimana anjing merupakan salah satu penyebab atau vektor dari penyakit rabies. Rabies atau dikenal juga dengan istilah penyakit anjing gila adalah 1
44

askep gigitan ular dan serangga

Dec 03, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: askep gigitan ular dan serangga

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Menurut Smetlzer and Bare Luka gigitan atau vulnus biasanya ditimbulkan

akibat binatang seperti kucing, anjing, ular dan lain- lain.

Definisi lainnya luka gigitan adalah cedera yang disebabkan oleh mulut dan gigi

hewan. Hewan mungkin menggigit untuk mempertahankan dirinya, dan pada

kesempatan khusus untuk mencari makanan

Gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan yang diakibatkan karena

serangga atau binatang yang menyengat atau menggigit seseorang.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan gigitan dan sengatan serangga

adalah gigitan atau sengatan dari binatang atau serangga yang dapat menyebabkan

luka gigitan atau vulnus dimana binatang ataupun serangga yang menggigit tersebut

menggigit untuk mempertahankan dirinya.

B. Macam-macan gigitan dan pananganan

1. Gigitan binatang darat

a. Gigitan  anjing, kucing, kera dan kelelawar.

Kasus Gigitan anjing merupakan kasus tertinggi yang paling sering terjadi.

Dimana anjing merupakan salah satu penyebab atau vektor dari penyakit rabies.

Rabies atau dikenal juga dengan istilah penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi

yang bersifat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies.

Penyebab Rabies:

Adapun vektor dalam penularan penyakit ini adalah anjing, kucing dan

binatang-binatang liar seperti kera, kelelawar, rakun, serta rubah.

Cara Penularan Rabies:

Virus rabies ditemukan dalam jumlah banyak pada air liur hewan yang

menderita rabies. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama

melalui :

1

Page 2: askep gigitan ular dan serangga

- Luka gigitan

- Jilatan pada luka / kulit yang tidak utuh

- Jilatan pada selaput mukosa yang utuh

- Menghirup udara yang tercemar virus rabies ( meskipun sangat jarang terjadi

namun telah dilaporkan 2 kasus yang menimpa penjelajah yang menghirup udara

di dalam goa yang terdapat banyak kelelawar )

Masa Inkubasi:

Inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit .

Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10

hari – 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi

tergantung dari :

- Lokasi gigitan, biasanya paling pendek pada orang yang digigit di daerah

kepala, tempat yang tertutup celana pendek

- Bila gigitan terdapat di banyak tempat

- Virulensi (banyaknya virus yang masuk melalui gigitan / jilatan)

Gejala Rabies:

Penyakit rabies dibedakan dalam 2 bentuk , yaitu bentuk diam (Dumb

Rabies)   dan bentuk ganas (Furious Rabies).

Tanda – tanda Rabies Bentuk Diam (Dumb Rabies) :

- Air liur menetes berlebihan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan hewan

tidak dapat mengunyah dan menelan makanan.

- Tidak ada keinginan pada hewan untuk menyerang atau menggigit

- Seluruh bagian tubuh mengalami kelumpuhan

- Hewan akan mati dalam beberapa jam

Tanda – tanda Rabies Bentuk Ganas (Furious Rabies) :

- Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal pemiliknya

- Menyerang orang, hewan, dan benda-benda yang bergerak.

2

Page 3: askep gigitan ular dan serangga

- Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya.

- Pada anak anjing akan menjadi lebih lincah dan suka bermain , tetapi akan

menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam beberapa jam

Gejala Rabies Pada Manusia :

- Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan menurun,

badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah

sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)

- Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara

- Air liur dan air mata keluar berlebihan

- Pupil mata membesar

- Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan

- Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal

dunia

Penatalaksaan :

Amankan diri dari lingkungan sekitar

Nilai keadaan dari status ABC pasien

Cuci luka pada air mengalir dan sabun atau larutan deterjen selama 10 – 15

menit

Imobilisasi bagian yang digigit

Berikan serum anti rabies

Bila dapat lakukan penangkapan binatang yang menggigit untuk identifikasi

Segera rujuk penderita untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

b. Gigitan lintah

Ludah lintah mengandung zat anti pembekuan darah. Darah akan terus

mengalir ke luar dan masuk ke perut lintah. Pada orang yang peka terhadap zat

tersebut, gigitan lintah akan menyebabkan reaksi yang berupa pembengkakan,

gatal dan kemerahan.

3

Page 4: askep gigitan ular dan serangga

Penatalaksaan :

Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan adalah dengan hati – hati

lepaskanlah dari tempat ia menggigit. Menyiram minyak atau air tembakau ke

tubuh lintah akan membantu mempercepat usaha melepaskan gigitan liintah.

Apabila ada tanda – tanda reaksi seperti yang disebutkan di atas, cukup digosok

dengan obat atau salep antihistamin atau anti gatal.

c. Gigitan ular

Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan ular yang berbisa

ataupun gigitan ular yang tida berbisa.Pada umumnya ular menggigit pada saat ia

sangat aktif, yaitu pada senja hari atau fajar.ebagai akibat dari 1 jenis toksin saja.

Bisa ular ( venom ) terduiri dari 20 atau lebih komponen sehingga pengaruhnya

tidak dapat diinterpretasikan. Untuk menduga jenis ular yang menggigit adalah

ular yang berbisa atau tidak dapat dipakai rambu – rambu bertolak dari bentuk

kepala dan luka bekas gigitan sebagai berikut :

- Ciri – ciri ular berbisa = bentuk kepala segi empat panjang, gigi taring kecil,

bekas gigitan ular halus berbentuk lengkungan

- Ciri – ciri ular tidak berbisa = kepala segitiga, terdapatt 2 gigi taring besar di

atas rahang, 2 luka gigitan utama akibat gigi taring

Tetapi untuk identifikasi yang lebih pasti, lebih baik apabila ularnya dapat

dibunuh. Identifikasi ini penting untuk mengenali jenis bisa yang telah

dimasukkannya bersama bisa. Bisa ular ada yang dapat merusak dinding

pembuluh darah, dan ada yang bersifat merusak jaringan saraf.

Gejala atau gambaran klinis yang dapat terjadi antara lain :

1. Gejala lokal : edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis ( dalam 30 menit

– 24 jam )

2. Gejala sistemik : hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual,

hipersalivasi, muntah, nyeri kepala dan pandangan kabur.

3. Gejala khusus gigitan ular berbisa antara lain :

4

Page 5: askep gigitan ular dan serangga

Hematotoksik : pendarahan di tempat gigitan, paru, jantung, ginjal,

peritonium, otak, gusi, hematemesis dan melena, pendarahan kulit ( petekie

dan ekimosis ), hematuria.

Neurotoksik : hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis pernafasan,

oftalmoplegi, paralisis otot laring,  reflek abnormal, kejang dan koma

( akibatnya pada saraf tepi dan saraf pusat )

Kardiotoksik : hipotensi, henti jantung, koma ( kerusakan otot jantung )

Haematotoksin : akibatnya pada sistem peredaran darah

Cytotoksin : gangguan pada jantung dan pembuluh darah

Cytolytik : peradangan serta kematian jaringan

Sindrom kompartment : edema tungkai dengan tanda – tanda 5 P ( Pain,

pallor, paresthesia, paralysis, pulselesness )

Menurut Schwartz ( Depkes, 2001 ), gigitan ular dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Derajat Vanerasi Luka Nyeri Edema /eritema Sistemik

0 0 + +/- <3 cm / 12 jam 0

I +/- + – 3-12 cm / 12 jam 0

II + + +++>12-25cm/ 12

jam

+

Neurotoksik, mual, pusing, syok

III + + +++ >25 cm / 12 jam

++

Ptekhieae, syok, ekimosis

IV +++ + +++ >ekstremitas

++

Gagal ginjal akut, pendarahan,

koma

 

Kepada setiap kasus gigitan ular perlu dilakukan :

5

Page 6: askep gigitan ular dan serangga

Anamnase lengkap : identitas, waktu dan tempat kejadian, jenis dan ukuran ular,

riwayat penyakit sebelumnya.

Pemeriksaan fisik : status umum dan lokal serta perkembangannya setiap 12 jam.

Penatalaksaan :

Tujuan penatalaksaan pada kasus gigitan ular berbisa adalah :

Menghalangi atau memperlambat absorpsi bisa ular

Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam sirkulasi darah

Mengatasi efek lokal dan sistemik

Tindakan penatalaksanaan :

1. Sebelum penderita di bawa ke pusat pengobatan beberapa hal yang perlu diperhatikan

antara lain:

Penderita diistirahatkan pada posisi hirizontal terhadap luka gigitan

Jangan memanipulasi daerah gigitan

Penderita dilarang berjalan atau minum minuman yang berakohol

Apabila gejala timbul secara cepat sementara belum tersedia antibisa, ikat daerah

proksimal dan distal dari gigitan. Tidakan mengikat ini tidak akan efektif jika

dilakukan lebih dari 30 menit pasca gigitan. Tujuan ikatan adalah menahan aliran

limfe, bukan menahan aliran vena atau arteri.

2. Setelah penderita tiba di pusat pengobatan diberikan terapi supportif seperti :

Penatalaksaan jalan nafas

Penatalaksaan fungsi pernafasan

Penatalaksaan sirkulasi sperti beri cairan infus cairan kristaloid

Beri pertolongan pertama pada luka gigitan seperti balut ketat pada dan luas di atas

luka, lakukan imobilisasi dengan bidai.

Ambil 5 – 10 ml darah untuk pemeriksaan seperti protrombin, fibrinogen dan Hb,

leukosit dll.

Apus tempat gigitan dengan venom detection

6

Page 7: askep gigitan ular dan serangga

Beri SABU ( serum anti bisa ular ) yaitu serum kuda yang dikebalkan.

Indikasi SABU adalah gejala venerasi sistemik dan edema hebat pada bagian luka.

Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way yaitu ;

Derajat 0 -

1

tidak diperlukan SABU. Dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat meningkat

maka diberika SABU

Derajat II 3 – 4 vial SABU

Derajat III 5 – 15 vial SABU

Derajat IV berikan penambahan 6 – 8 vial SABU

Sedangkan menurut Luck pedoman terapi SABU yaitu :

DerajatBeratnya

evenovasi

Taring atau

gigi

Ukuran zona edema /

eriremato kulit ( cm )

Gejala

sistemik

Jumlah vial

venom

0 Tidak ada + < 2 – 0

I Minimal + 2 – 15 – 5

II Sedang + 15 – 30 + 10

III Berat + >30 ++ 15

IV Berat + < 2 +++ 15

Pedoman yang dilakukan menurut Luck yaitu :

Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit

Ulangi pemeriksaan darah pada 3 jam setelah pemberian antivenom yaitu:

1. Jika koagulasi tidak membaik ( fibrinogen tdk meningkat dan waktu pembekuan

darah memanjang ), ulangi pemberian SABU. Ulangi pemeriksaan darah pada 1 dan 3

jam berikutnya.

2. Jika koagulasi membaikmaka monitoring ketat diteruskan dan ulangi pemeriksaan

darah untuk monitoring perbaikannya. Monitoring dilanjutkan sampai 2 x 24 jam

untuk mendeteksi kemungkinan joagulasi berulang.

Terapi supportif lainnya pada keadaan :

7

Page 8: askep gigitan ular dan serangga

1. Pendarahan

2. Hipotensi

3. Gangguan neurotoksik

Terapi prokfilaksis seperti pemberian antibiotik spektrum luas, berikan toksoid

tetanus.

2. Gigitan Binatang Air

1. Gigitan trigoid ( duri babi )

Trigoid atau bulu babi biasanya terdapat diperairan laut dangkal. Biasanya

penderita terkena sengatan trigoid disebabkan karena tidak sengaja menginjak

atau bersentuhan dengan bagian tubuh binatang tersebut.

Tanda dan gejala :

Timbul rasa nyeri dalam waktu 90 menit

Rasa panas didaerah gigitan

Pusing bahkan terkadang sampai tidak sadar

Penatalaksaan :

Amankan diri dan lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation pasien

Tenangkan penderita

Cabut duri babi yang menusuk

Rendam bagian yang tergigit dengan air hangat

Bersihkan luka dengan antiseptik dan imobilisasi daerah yang luka

2. Gigitan ikan pari

Kelompok hewan – hewan laut ini menyuntikkan racunnya dengan

menusukkan duri atau jarumnya

Tanda dan gejala :

Pembengkakan

8

Page 9: askep gigitan ular dan serangga

Mual, muntah dan diare

Kejang – kejang bahkan disertai kelumpuhan otot

Penatalaksaan :

Amankan diri dan lingkungan sekitar

Nilai keadaan ABC

Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat selama 30 – 60 menit. Cara

ini efektif untuk me-non-aktifkan racun yang tidak tahan panas

Bawa segera ke rumah sakit

3. Gigitan gurita

Gurita tidak akan menggigit kecuali terinjakatau diganggu. Gigitannya

sangat beracun dan sering kali menimbulkan kematian

Tanda dan gejala :

Kegagalan nafas secara progresifterjadi dalam 10 -15 menit

Luka bekas gigitan kecil, tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna merah

dan benjolan ( tampak seperti melepuh berisi darah )

Kehilangan rasa raba ( dimulai sekitar mulut dan leher )

Mual, muntah

Kesulitan menelan

Kesulitan bernafas

Gangguan penglihatan

Inkoordinasi

Kelumpuhan otot

Pernafasan berhenti

Denyut nadi terhenti

Dapat diikuti kematian

Penatalaksaan :

Amankan diri dan lingkungan

Nilai status ABC klien

Tenangkan penderita

9

Page 10: askep gigitan ular dan serangga

Bersihkan / cuci luka bekas gigitan dengan air hangat

Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cedera

Monitot tanda – tanda vital

Lakukan RJP jika diperlukan

Segera bawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

C.    Macam – macam sengatan serangga dan penatalaksaannya

a. Sengatan serangga / hewan darat

Sengatan laba – laba

Sengatan laba – laba dapat menimbulkan rasa sakit bahkan dapat meninbulkan

nekrosis kulit dan keracunan sistemik. Cairan jernih dari laba – laba berisi esterase,

fosfatase, alkalin protease dan enzim lain yang menyebabkan nekrosis jaringan dan

hemolisis. Mulanya gigitan laba – laba ini tidak nyeri atau terasa panas,. Setelah

beberapa jam terasa nyeri dan gatal dengan indurasi di sekitar gigitanserta daerah

pucat iskemik atau kemerahan pada bekas gigitan. Pada kasus tanpa terapi akan

sembuh dalam waktu 2- 3 hari. Pada kasus yang berat, kemerahan merata dan di

bagian tengah ada pendarahan atau nekrosisdisertai timbulnya bula. Timbul jaringan

kehitaman dan terkelupas yang beberapa minggu kemudian meinggalkan ulkus yang

diameternya bisa mencapai 25 cm dan kadang – kadang membuat jaringan cekung.

Proses penyembuhan bisa 3 – 6 bulan. Bila mengenai jaringan lemak, penyembuhan

dapat mencapai 3 tahun. Komplikasi lokal dapat berupa infeksi sekunder, melukai

jaringan saraf, demam, nyeri, lemah, mual, muntah.

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan

Gatal – gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

Amankan lingkungan

10

Page 11: askep gigitan ular dan serangga

Nilai keadaan airway, breathing, circulation

Tenangkan penderita

Bersihkan gigitan dengan menggunakan menggunakan air sabun atau alkohol 70

% atau antiseptik lainnya , balut dengan balutan dan diusahakan balutan steril dan

beri kompres dingin, angkat dan lakukan imobilisasi bagian yang terkena gigitan.

Bila ada indikasi, berikan analgesik, anthisitamin, antibiotik

Rujuk segera ke rumah sakit

Pasien dimonitor terhadap tanda – tanda hemolisis dan komplikasi sistemik

lainnya.

Sengatan  lipan / kelabang

Sengatan kelabang dapat meninggalkan bekas luka berupa sepang luka, dan

menyebabkan pembengkakan, rasa sakit dan kemerahandi sekitar tempat luka. Rasa

terbakar, pegal dan sakit biasanya akan hilang dengan sendirnya setelah 4-5 jam

kemudian. Gigitan kelabang walaupun tidak selalu membahayakan jiwa, dapat

menimbulkan reaksi alergi yang gawat dan kadang – kadang dapat berakibat fatal

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan

Gatal – gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

Amankan diri dari lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation

Tenangkan penderita

Ambil sengatnya kalau nampak ( hati – hati saat mencabut. Jangan sampai

menekan kantng bisa atau kalenjar bisa )

Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptik lainnya.

Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.

11

Page 12: askep gigitan ular dan serangga

Imobilisasikan daerah yang tergigit

Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin

Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

Sengatan tawon

Tanda dan gejala serta penatalaksaan pada kasus dengan gigitan tawon pada

umumnya hampir sama dengan tandan dan gejala serta penatalaksaan pada kasus

gigitan lipan / kelabang

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan

Gatal – gatal

Nyeri dan terasa panas

Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur

Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

o Amankan diri dari lingkungan

o Nilai status airway, breathing dan circulation

o Tenangkan penderita

o Ambil sengatnya kalau nampak ( hati – hati saat mencabut. Jangan sampai

menekan kantng bisa atau kalenjar bisa )

o Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptik lainnya.

o Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.

o Imobilisasikan daerah yang tergigit

o Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin. rujuk

o Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

Sengatan semut api dan semut lainnya

Semut merah coklat atau semut coklat hitam menyengat kulit manusia dengan

kekuatan rahang ketika menyemprotkan racun.

12

Page 13: askep gigitan ular dan serangga

Penatalaksaan :

Pada kasus yang berat dapat terjadi penekanan saraf dan pembuluh darah. Jika

keadaan seperti di atas maka tempat sengatan diberi es batu, glukokortikoid topikal

dan antihistamin oral. Pustula ditutup dengan verban dan diberi antibiotik bila ada

indikasi. Efineprin diberikan jika ada reaksi anafilaktik.

Sengatan kalajengking

Kalajengking memliki sengatan penjepit yang digunakan untuk menggenggam

mangsanya. Kemudian melumpuhkan mangsanya dengan sengatan yang terdapat pada

ujung ekornya. Sengatan tersebut dapat menimbulkan rasa panas dan nyeri yang

potensial menimbulkan keracunan yang mematikan.

Gambaran klinis pada lokasi sengatan kadang – kadang terlihat minimal

dengan secara umum racun kalajengking menunjukan sifat hemolitik dan neurotoksik

yang dapat menghasilkan keracunan yang berat.

Gejala lokal yang dapat ditimbulkan antara lain :

Nyeri seperti terbakar

Gejala peradangan disertai parestesi loal

Gejala sistemik yang dapat ditimbulkan antara lain :

Umunya ditemukan pada anak – anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Gejala

yang timbul antara lain gelisah, keluar keringat berlebihan, diplopia, nistagmus,

fasikuli, opistotonus, salivasi, hipertensi, takikardi dan kadang – kadang kejang,

paralisis otot pernafasan

Gejala – gejala tersebut dapat pula disertai dengan edema paru, syok,

koagulopati, pankreatitis, gangguan fungsi ginjal, ikterus, hipertermia. 

Penatalaksaan :

 Bila sengatan berasal dari spesies yang tidak mematikan, Daerah sengatan

dikompres dengan menggunakan kompres dingin atau es batu, analgesik atau

antihistamin.

13

Page 14: askep gigitan ular dan serangga

Umumnya sengatan hanya menimbulkan nyeri lokal dapat ditangani di rumah

dengan instruksi kembali ke bagian gawat darurat bila terjadi perkembangan

penyakit menjadi gangguan saraf dan otot atau saraf kranial.

Perlakukan pasien dengan tenang, berikan tekanan dengan kompres dingin pada

sengatan agar mengurangi absorpsi racun. Berikan infus intravena midazolam

untuk mengontrol agitasi, gerakan otot yang tidak beraturan akibat sengatan

tersebut.

Pemantauan selama pengobatan dapat diberi dan sedatif atau narkotik jika perlu

terutama pasien yang mengalami gejala – gejala neuromuskular untuk mencegah

terjadinya henti nafas.

Secara umum penatalaksaan dapat dibagi menjadi 3 terapi yaitu :

1. Terapi supportif

a. Stabilisasi :

- Penatalaksaan jalan nafas

- Penatalaksaan fungsi nafas : ventilasi dan oksigenasi

- Penatalaksaan sirkulasi : pasang infus kristaloid

b. Dekontaminasi

- Cuci luka dan berikan tetanus profilaksis jika diperlukan

- Jangan melakukan pengisapan dan insisi lokal pada area sengatan

2. Terapi spesifik

Terapi antivenim dengan pemberian serum skorpion ( polivalen )

3. Terapi tingkat lanjut

Terapi ini dilakukan untuk mengatasi gejala sistemik akibat keracunan sengatan

kalajengking seperti hipertensi, edema paru, bradiritmia, gelisah dan syok

– Hipertensi dan edema paru dapat diatasi dengan pemberian nifedipin,

nitroprusside, atau prazosin

– Bradiaritmia dapat dikontrol dengan pemberian atropin

– Pada penderita yang gelisah dengan gerakan – gerakan yang tidak terkontrol

dapat diberikan infus intravena kontinudengan midazolam.

14

Page 15: askep gigitan ular dan serangga

– Pemberian antivenim harus dilakukan hati – hati sebab dapat memberikan reaksi

analilaksis.

– Reaksi syok anafilaksis dapat dijumpai pada penderita yang sensitif terhadap

racun kalajengking.

b. Sengatan Serangga / Binatang Laut

Sengatan ubur – ubur

Kelompok hewan laut ini menimbulkan cederabdengan sengatan dari sel – sel

penyengat dari alat – alat penangkap ( tentakel ) yang dapat menyebabkan rasa panas

terbakar dan sedkit pendarahan pada kulit.

Tanda dan gejala :

Rasa panas dan terbakar serta sedikit pendarahan

Urtikaria

Mual, muntah

Kejang otot

Syok

Kesulitan bernafas

Penatalaksaan :

o Amankan diri dari lingkungan

o Nilai status airway, breathing dan circulation

o Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel – tentakel dengan handuk

basah

o Cuci luka dengan larutan alkohol 70 %

o Berikan 10 ml larutan Na Glukonat

o Pasang tourniket dan berikan antidot sea wasp antivenom ( SWA ) bila ada

o Rujuk ke pusat pelayanan kesehatan terdekat

15

Page 16: askep gigitan ular dan serangga

A. Definisi

Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa. Bisa ular

adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau

bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik,

kardiovaskuler, dan sistem pernapasan. (Suzanne Smaltzer dan Brenda G. Bare, 2001:

2490)

Ular berbisa dapat dibagi menurut reaksi bisanya yaitu:

1. Neurotoksik

2. Hemolitik

3. Neurotoksik dan hemolitik

Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan

sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah

yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan

bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian

bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi

tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki

aktivitas enzimatik.

B. Macam-Macam Ular

1. Ular jenis Neurotoksik

Ular yang tergolong berbisa neurotoksik ialah keluarga Epiladae yaitu: ular kobra, ular

kraits, dan ular karang.

Gejala yang ditimbulkan :

1. Jantung berdenyut tak teratur, diikuti dengan kelemahan seluruh badan dan berakhir

dengan syok

16

Page 17: askep gigitan ular dan serangga

2. Sakit kepala hebat, pusing, mengigau, pikiran terganggu sehingga tidak sadar

3. Otot tidak terkordinasi, sehingga tidak dapat mengambil atau memindahkan benda

kecil

4. Sesak nafas karena terjadi kelumpuhan pernapasan

5. Mual, muntah dan mencret

2. Ular jenis Hemolitik

Ular jenis hemolitik termasuk dalam keluarga Krotaluidae, sering disebut juga

keluarga pit viper yaitu Rattelesnaker (crotalus), ular Copperhead (Angkis-Trodon)

Gejala yang ditimbulkan

1. Daerah yang digigit dalam waktu 3-5 menit akan membengkak hebat dan terjadi

ganggren. Hal ini disebabkan ular itu selalu mengeluarkan racun dan enzim

proteolitik.

2. sakit yang hebat di daerah gigitan

3. daerah yang dihancurkan menembus dinding pembuluh lalu berkumpul di jaringan

sekitarnya

4. Sakit kepala hebat dan haus

5. Terjadinya perdarahan dalam usus dan ginjal sehingga terjadi melena dan hematuria.

3. Ular Jenis Neurotoksik dan Hemolitik

Ular laut tergolong pada jenis neurotoksik dan hemolitik.

Ø Tanda-tanda ular beracun:

1. diantara mata dan hidungnya terdapat cekungan.

2. Mempunyai 2 taring.

17

Page 18: askep gigitan ular dan serangga

3. Pupil lonjong.

4. Dibawah ekornya terdapat sebaris lempengan.

Ø Tanda-tanda Ular tidak Beracun:

1. pupilnya bundar.

2. Tidak mempunyai taring atau cekungan antara mata dan hidung.

3. Dibawah ekornya terdapat 2 baris lempengan.

C. Etiologi

Secara garis besar ular berbisa dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok:

Ø Colubridae (Mangroce cat snake, Boiga dendrophilia, dan lain-lain)

Ø Elapidae (King cobra, Blue coral snake, Sumatran spitting cobra, dll)

Ø Viperidae (Borneo green pit viper, Sumatran pit viper , dan lain-lain).

Bisa ular dapat menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan.

Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada anggota

badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi

gigitan dalam waktu 8 jam . Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :

a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)

Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan

merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma

lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut

(hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan

timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan

lain-lain.

b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)

Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf sekitar

luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-

18

Page 19: askep gigitan ular dan serangga

tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran

dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan

melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran

bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.

D. Patofisiologi

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:

Ø Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena

paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler

yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.

Ø Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya

atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri

sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas

gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis,

hematemesis, gagal ginjal.

Ø Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan

mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia

akibat kerusakan sel-sel otot.

Ø Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot

jantung.

Ø Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat

terganggunya kardiovaskuler.

Ø Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada

tempat patukan

Ø Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bias

19

Page 20: askep gigitan ular dan serangga

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular adalah :

ü Tanda-tanda bekas taring, laserasi

ü Bengkak dan kemerahan, kadang-kadang bulae atau vasikular

ü Sakit kepala, mual, muntah

ü Rasa sakit pada otot-otot, dinding perut

ü Demam

ü Keringat dingin

Bisa Neuro Toksik :

¡ Kelumpuhan otot pernafasan

¡ Kardiovaskuler terganggu

¡ Kesadaran menurun sampai koma

Bisa Haemolytik :

¡ Luka bekas patukan yang terus berdarah

¡ Haematoma pada tiap suntikan IM

¡ Haematuria

¡ Haemoptisis/haematemesis

¡ Kegagalan ginjal

F. Efek yang ditimbulkan

1. Efek lokal

20

Page 21: askep gigitan ular dan serangga

Beberapa spesies seperti coral snakes, krait akan memberikan efek yang agak sulit di

deteksi dan hanya bersifat minor tetapi beberapa spesies, gigitannyadapat menghasilkan

efek yang cukup besar seperti: bengkak, melepuh, perdarahan, memar sampai dengan

nekrosis. Yang mesti diwaspadai adalahterjadinya syok hipovolemik sekunder yang

diakibatkan oleh berpindahnyacairan vaskuler ke jaringan akibat efek sistemik bisa ular

tersebut.

2. Efek sistemik

Gigitan ular ini akan menghasilkan efek yang non-spesifik seperti: nyeri kepala,mual

dan muntah, nyeri perut, diare sampai pasien menjadi kolaps. Gejalayang ditemukan

seperti ini sebagai tanda bahaya bagi petugas kesehatan untuk memberi petolongan

segera.

3. Efek sistemik spesifik

Efek sistemik spesifik dapat dibagi berdasarkan:

Ø Koagulopati

Beberapa spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopati. Tanda tanda klinis

yang dapat ditemukan adalah keluarnya darah terus menerusdari tempat gigitan,

venipuncture dari gusi dan bila berkembang akan menimbulkan hematuria,

haematomesis, melena dan batuk darah.

Ø Neurotoksik

Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis. Ini biasanya

berbahaya bila terjadi paralisis pada pernafasan. Biasanya tanda-tandayang pertama

kali dijumpai adalah pada saraf kranial seperti ptosis,oftalmoplegia progresif bila tidak

mendapat anti venom akan terjadikelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan.

Biasanya full paralysis akan memakan waktu + 12 jam, pada beberapa kasus biasanya

menjadilebih cepat, 3 jam setelah gigitan.

Ø Miotoksisitas

Miotoksisitas hanya akan ditemukan bila seseorang diserang atau digigitoleh ular laut.

Ular yang berada didaratan biasanya tidak ada yang menyebabkan terjadinya

21

Page 22: askep gigitan ular dan serangga

miotoksisitas berat. Gejala dan tanda adalah :nyeri otot, tenderness, mioglobinuria dan

berpotensi untuk terjadinya gagalginjal, hiperkalemia dan kardiotoksisitas

G. Derajat Gigitan Ular

Menurut Schwartz

DERAJAT LUKA NYERI EDEMA/ERETEMA SISTEMIK

0 + +/- < 3 cm/12 jam -

I ++ + 3 – 12 cm/12 jam -

II +++ ++ 12 – 25 cm/12 jam Neurotoksik,

pusing,

mual, syok

III +++ +++ >25 cm/ 12 jam Pendarahan

kulit, syok

IV +++ +++ ekstremitas GGA, koma,

pendarhan

H. Pengelolaan Dan Penanganan

Prinsip Pengelolaan :

1. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa

2. Membuang toksin

3. Menetralkan bisa

4. Mengobati komplikasi

Penatalaksanaan:

1. Pertama kali yang ditangani adalah kondisi gawat yang mengancam nyawa ( prinsip ABC) kesulitan bernafas memerlukan ETT (endo tracheal tube) dan ventilator.

22

Page 23: askep gigitan ular dan serangga

Gangguan sirkulasi darah memerlukan cairan intra vena dan mungkin berbagai obat untuk menanggulangi gejala yang timbul : nyeri, kesemutan, pembengkakan.

2. Monitor tanda – tanda kegawatan pernafasan dan kardiovaskuler.

3. Siapkan ICU /ventilator bila sewaktu – waktu terjadi gangguan pernafasan.

4. Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2 ampul / dalam 500 cc

Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal 2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian

SABU 20 ampul per 24 jam. Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU

yang sesuai berarti SABU monovalen diberikan, atau alternatif bila ular penggigit tidak

diketahui dapat diberikan bisa polivalen.

5. Rawat /tutup luka dengan balutan steril dan salep / kasa antibiotic /antiseptic.

6. Waspadai terjadi kompartemen sindrom : 5P (pain, pallor, pulselessness, paralysis,

pale)

7. Berikan terapi suportif : tetanus toxoid, antibiotik

Pertolongan pertama

Pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis

jangan tinggalkan korban. selanjutnya lakukan prinsip :

R = Reassure

Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban, kepanikan akan

menaikan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke

tubuh. terkadang pasien pingsan / panik karena kaget.

I = Immobilisation

Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari. Jika

dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang: lakukan tehnik balut tekan

( pressure-immoblisation ) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat

prosedur pressure immobilization (balut tekan)

G = Get

Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.

23

Page 24: askep gigitan ular dan serangga

T =Tell the Doctor

Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul pada korban.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Primary survey

¡ Nilai tingkat kesadaran

¡ Lakukan penilaian ABC :

A (airway): kaji apakah ada muntah, perdarahan

B (breathing): kaji kemampuan bernafas akibat kelumpuhan otot-otot pernafasan

C (circulation): nilai denyut nadi dan perdarahan pada bekas patukan, Hematuria,

Hematemesis /hemoptisis

Intervensi primer

Bebaskan jalan nafas bila ada sumbatan, suction kalau perlu

Beri O2, bila perlu Intubasi

Kontrol perdarahan, toniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah bening (Pita dilepaskan bila anti bisa telah diberikan). Bila tidak ada anti bisa, transportasi secepatnya ke tempat diberikannya anti bisa. Catatan : tidak dianjurkan memasang tourniquet untuk arteriel dan insisi luka

Pasang infus

24

Page 25: askep gigitan ular dan serangga

2. Secondary survey dan Penanganan Lanjutan :

Penting menentukan diagnosa patukan ular berbisa

Bila ragu, observasi 24 jam. Kalau gejala keracunan bisa nyata, perlu pemberian anti bisa

Kolaborasi pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa ular. Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang luas.

- Adrenalin 0,5 mg/SC

- ABU IV pelan-pelan

Bila tanda-tanda laringospasme, bronchospasme, urtikaria hypotensi : adrenalin 0,5 mg/IM, hydrokortison 100 mg/IV

Anti bisa diulang pemberiannya bila gejala-gejala tak menghilang atau berkurang. Jangan terlambat dalam pemberian ABU, karena manfaat akan berkurang.

Kaji Tingkat kesadaran

Nilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS)

Ukur tanda-tanda vital

B. Diagnosa Keperawatan

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin

b. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat

d. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di rumah

sakit/prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian atau

kecacatan.

C. Intervensi Keperawatan

25

Page 26: askep gigitan ular dan serangga

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin

Intervensi :

Ø Auskultasi bunyi nafas

Rasional: Kesulitan pernapasan dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator

dari kongesti pulmonal/edema interstisial, atelektasis.

Ø Pantau frekuensi pernapasan

Rasional: Pernapasan cepat/dangkal terjadi karena hipoksemia, stres, dan sirkulasi

endotoksin.

Ø Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi

Ø Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam

Ø Observasi warna kulit dan adanya sianosis

Ø Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot

Ø Batasi pengunjung klien

Ø Pantau seri GDA

Ø Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)

Ø Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator) (Nanda, 2005: 4)

2. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus

Intervensi :

Ø Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis

Rasional: Suhu 38,9-41,1oC menunjukkan proses penyakit infeksi akut.

Ø Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur

Rasional: Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu

mendekati normal.

26

Page 27: askep gigitan ular dan serangga

Ø Beri kompres mandi hangat

Rasional: Dapat membantu mengurangi demam, karena alkohol dapat membuat kulit

kering.

Ø Beri antipiretik

Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus.

Ø Berikan selimut pendingin

Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat

Intervensi :

Ø Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi

Ø Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien

Ø Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali

Ø Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan

Ø Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari

Ø Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan

Ø Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi

dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi

Ø Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis

Ø Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut

Ø Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)

27

Page 28: askep gigitan ular dan serangga

4. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di rumah

sakit/prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian atau kecacatan.

Intervensi:

Ø Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan.

Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan ansietas,

memperjelas kesalahan konsep dan meningkatkan kerja sama.

Ø Tunjukkan keinginan untuk mendengar dan berbicara pada pasien bila prosedur

bebas dari nyeri.

Rasional: Membantu pasien/orang terdekat untuk mengetahui bahwa dukungan tersedia

dan bahwa pembrian asuhan tertarik pada orang tersebut tidak hanya merawat luka.

Ø Kaji status mental, termasuk suasana hati/afek.

Rasional: Pada awal, pasien dapat menggunakan penyangkalan dan represi untuk

menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan. Beberapa pasien menunjukkan

tenang dan status mental waspada, menunjukkan disosiasi kenyataan, yang juga

merupakan mekanisme perlindungan.

Ø Dorong pasien untuk bicara tentang luka setiap hari.

Rasional: Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat

beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.

Ø Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan

berikan jawaban terbuka/jujur.

Rasional: Pernyataan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu

pasien/orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi.

D. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tujuan

tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya,

kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.

28

Page 29: askep gigitan ular dan serangga

a. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas vesikuler

b. Tidak mengalami dispnea atau sianosis

c. Mendemontrasikan suhu dalam batas normal

d. Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan

e. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

29

Page 30: askep gigitan ular dan serangga

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit,

menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh

tubuh sebelum dibawa ke rumah sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan

torniket dianjurkan. Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan kini dikembangkan

metode penanganan yang lebih baik yakni metode pembalut dengan penyangga. Idealnya

digunakan pembalut dari kain tebal, akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan

sobekan pakaian atau baju yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan

setelah dipahami bahwa bisa menyebar melalui pembuluh limfa dari korban. Diharapkan

dengan membalut bagian yang tergigit maka produksi getah bening dapat berkurang

sehingga menghambat penyebaran bisa sebelum korban mendapat ditangani secara lebih

baik di rumah sakit

30

Page 31: askep gigitan ular dan serangga

DAFTAR PUSTAKA

Hugh A. F. Dudley (Ed), Hamilto Bailey, Ilmu Bedah, Edisi XI, Gajah Mada University

Press, 1992

Diane C. Baugman, Joann C. Hackley, Medical Surgical Nursing, Lippincott, 1996

Donna D. Ignatavicius, at al., Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach,

2nd Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia, 1991.

Susan Martin Tucker, at al., Standar Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis

dan Evaluasi, Edisi V, Volume 2, EGC, Jakarta, 1998.

Joice M. Black, Esther Matassarin Jacobs, Medical Surgical Nursing : Clinical

Management for Contuinity of Care, 5th Edition, WB. Saunders Company, Philadelphia,

1997.

Soeparman, Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta, 1990

31