BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008). Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan
uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah.
(Smeltzer, 2002).
Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup
tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat
dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap
akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan
terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data
tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal
ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008).
Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir
1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut
data 2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat
fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi,
usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga
bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga
umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan
menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena
para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta
memadai (Djoko, 2008).
Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian,
sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru
dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki
peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit
lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya
dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak
lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar
yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam
pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang
banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga
kesehatan ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal.
Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin,
berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik
tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta
kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang normal bila
menderita diabetes, hindari memakai obat antinyeri nonsteroid, makan protein
dalam jumlah sedang, mengurangi minum jamu-jamuan, dan menghindari
minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5
liter). (Djoko, 2008).
1.2 Tujuan
1. 2. 1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta
bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien
dengan gangguan gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun kronis.
1. 2. 2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun kronis.
2. Agar mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun kronis.
3. Agar mahasiswa mampu memilih intervensi keperawatan yang tepat
untuk pasien dengan gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun
kronis.
4. Agar mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan yang
tepat dan optimal kepada pasien dengan gagal ginjal baik yang
bersifat akut maupun kronis.
5. Agar mahasiswa dapat mengevaluasi pasien dengan gagal ginjal
baik yang bersifat akut maupun kronis.
1.3 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan orang tua serta anak dapat
mengerti dan kooperatif dalam tindakan medis dan diharapkan juga untuk
mahasiswa, masyarakat serta institusi mampu memahami dan membuat
asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal baik yang bersifat akut
maupun kronis, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses
keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut
sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu
bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan
tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan
fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit, serta asam basa.
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir
yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.
(Saifudin : 2010)
Gagal ginjal akut merupakan suatu penyakit dimana ginjal
secara tiba – tiba kehilangan kemampuan untuk mengekskresikan
sisa–sisa metabolisme. (Suriadi dan Rita Y : 2001).
Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan klinik dimana jumlah
urin mendadak berkurang dibawah 300 ml / m2 dalam sehari disertai
gangguan fungsi ginjal lainnya. Sering dipergunakan istilah lain untuk
keadaan tersebut seperti nefrosis toksik akut, nakrosis tubular akut,
nefrosis nefron rendah dan lain sebagainya. (Ngastiyah, 2005).
Gagal Ginjal Akut adalah suatu keadaan klinis, terjadi
penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat kemampuan
ginjal untuk mempertahankan homeotasis tubuh hilang, dan disertai
gejala-gejala sebagai akibat dari gangguan keseimbangan air dan
elektrolit, gangguan keseimbangan asam-basa dan gangguan eliminasi
limbah metabolisme misalnya ureum, creatinin. Gagal ginjal akut
biasanya disertai anuria, oliguria, produksi urin normal maupun
poliuria. (Bruner Suddart : 2003)
Gagal ginjal kronik adalah penrurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan ireversibel (NICNOC : 2012).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal
yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh
dibawah kondisi normal (Betz Sowden : 2002).
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada
nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-
lahan meningkat (Brunner&Suddart : 2003).
2.1.2 Etiologi
1. Gagal Ginjal Akut
1) Faktor prarenal
a. Semua faktor yang menyebabkan peredaran darah ke ginjal
berkurang dengan terdapatnya hipovolemia, misalnya :
a) Perdarahan karena trauma operasi.
b) Dehidrasi atau berkurangnya volume cairan ekstra
seluler (dehidrasi pada diare).
c) Berkumpulnya cairan interstisiil di suatu daerah luka
(kombustio, pasc bedah yang cairannya berkumpul di
daerah operasi, peritonitis dan proses eksudatif lainnya
yang menyebabkan hipovolemia).
2) Faktor renal
Pada tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan
jaringan ginjal. Kerusakan dapat terjadi pada glomeruli atau
tubuli sehingga faal ginjal langsung terganggu. Dapat pula
terjadi karena hipoperfusi prarenal yang tak teratasi sehingga
mengakibatkan iskemia, serta nekrosis jaringan ginjal
Prosesnya dapat berlangsung cepat dan mendadak, atau dapat
juga berlangsung perlahan–lahan dan akhirnya mencapai
stadium uremia. Kelainan di ginjal ini dapat merupakan
kelanjutan dari hipoperfusi prarenal dan iskemia kemudian
menyebabkan nekrosis jaringan ginjal.
Beberapa penyebab kelainan ini adalah :
a. Koagulasi intravaskuler, seperti pada sindrom hemolitik
uremik, renjatansepsis dan renjatan hemoragik.
b. Glomerulopati (akut) seperti glomerulonefritis akut pasca
sreptococcoc, lupus nefritis, penolakan akut atau krisis
donor ginjal.
c. Penyakit neoplastik akut seperti leukemia, limfoma, dan
tumor lain yang langsung menginfiltrasi ginjal dan
menimbulkan kerusakan.
d. Nekrosis ginjal akut misal nekrosis tubulus akut akibat
renjatan dan iskemia lama, nefrotoksin (kloroform,
sublimat, insektisida organik), hemoglobinuria dan
mioglobinuria.
e. Pielonefritis akut (jarang menyebabkan gagal ginjal akut)
tapi umumnya pielonefritis kronik berulang baik sebagai
penyakit primer maupun sebagai komplikasi kelainan
struktural menyebabkan kehilangan faal ginjal secara
progresif.
f. Glomerulonefritis kronik dengan kehilangan fungsi
progresif.
3) Faktor pascarenal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut
biasanya akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan
di tubulus ginjal meningkat, akhirnya laju filtrasi glomerulus
meningkat.
Meskipun patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan oligoria
belum diketahui, namun terdapat masalah mendasar yang
menjadi penyebab. Beberapa factor mungkin reversible jika
diidentifikasi dan ditangani secara tepat sebelum fungsi ginjal
terganggu. Beberapa kondisi yang menyebabkan pengurangan
aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal:
a. Hipovolemia
b. Hipotensi
c. Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif
d. Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor,
Menyangkut jenis-jenis imunisasi yang telah didapat oleh
anak, imunisasi yang harus dipaparkan oleh anak yaitu :
a. BCG : diberikan pada umu 0-3 bulan dengan
pemberian 1xBCG cara pemberian intra cutan (IC)
dengan dosis 0,5 cc.
b. DPT : diberikan pada umur 2-11 bulan
dengan pemberian 3x dengan interval 4 minggu,
diberikan secara intramuscular (IM) dengan dosis 0,5
cc.
c. Polio : diberikan pada umur 0-11 bulan
dengan pemberian 4x dengan interval 4 minggu, cara
pemberian melalui oral 2 tetes.
d. Campak : diberikan pada umur 9-11 bulan
dengan pemberian 1x cara pemberian subcutan (SC)
dengan dosis 0,5 cc.
e. Hepatitis B : diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 3-6 bulan dengan
pemberian intramuscular (IM) dengan dosis 0,5 cc.
(Hidayat. A. A, 2009)
7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan
besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat berupa :
1). Berat badan (BB)
Usia 5 bulan :2x BB lahir
Usia 1 tahun :3x BB lahir
Perkiraan berat badan dalam kilogram menurut
Bahrmam:
Lahir :3,25 kg
3-12 bulan : umur (bulan+9)
2
3-6 tahun :2x umur(tahun)+8
6-12 tahun :7x umur (tahun)-5
2
2). Tinggi badan (TB)/ panjang badan (PB)
Lahir : 50 cm
1tahun :1,5 TB lahir
4 tahun : 2x TB lahir
6 tahun : 1,5x TB setahun
13 tahun : 3x TB lahir
3). Lingkar kepala (LK)
Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya
adalah 34-35 cm. kemudian angkan bertambah
sebesar ± 0,5 cm/bulan pada bulan pertama
atau menjadi ± 44 cm. pada bulan 6 pertama
ini, pertumbuhan kepala paling cepat
dibandingkan dengan tahap berikutnya,
kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala
bertambah tidak lebih dari 5 cm/ tahun, setelah
itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya
bertambah ±10 cm.
4). Lingkar lengan atas (LILA)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relative
lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar
11 cm dan pada tahun pertama lingkar lengan
atas menjadi 16 cm.
5). Lingkar dada (LD)
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan
posisi berdiri pada anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring,
ukuran normal sekitar 2 cm< LKukuran lingkar
dada sejajar dengan putting susu.
b. Perkembangan.
Mengkaji status neurologis merupakan salah satu
bagian penting pada pemeriksaan fisik bayi baru
lahir. Kebanyakan pemeriksaan neurologis terjadi
selama evaluasi sistem tubuh, seperti mendapatkan
refleks-refleks tubuh setempat dan mengobservasi
postur, tonus otot, kontrol kepala, dan gerakan.
Pemeriksaan neurologis refleks bayi baru lahir
memberi informasi kondisi kematangan bayi.
Banyak perilaku refleks yang bermanfaat untuk
mempertahankan hidup, misalnya refleks
menghisap dan refleks membuka mulut (rooting).
Sementara itu refleks lain seperti tersedak, bersin
dan batuk merupakan refleks pernafasan atau
mekanisme pengamanan. Pengkajian ini harus
dilakukan sedini mungkin dan dilakukan di
lingkungan yang hangat dan terang.
3. Pengelompokan Data
DS :
a. Biasanya pasien mengeluh perutnya membuncit
b. Biasanya pasien mengeluh beberapa bagian badan atau
seluruhnya badannya bengkak
c. Biasanya pasien mengeluh kurang nafsu makan
d. Biasanya pasien mengeluh mual dan muntah
e. Biasanya pasien mengeluh mencret / diare
f. Biasanya pasien mengeluh gata;-gatal
g. Biasanya pasien mengeluh merasa sesak nafas
h. Biasanya pasien mengeluh kencing sangat sedikit
i. Biasanya pasien mengeluh merasa lemas dan letih
j. Biasanya pasien mengeluh merasa sangat haus
DO :
1) Biasanya teraba takikardi
2) Biasanya tampak adanya asites
3) Biasanya terlihat ada edema pada beberapa atau seluruh
tubuh
4) Biasanya terlihat pasien tidak menghabiskan porsi
makanannya
5) Biasanya terlihat penurunan BB yang signifikan
6) Biasanya tampak turgor kulit jelek dan kering
7) Biasanya tampak ekcrosiasi kulit
8) Biasanya tampak pasien sering menggaruk-garukkan
badannya
9) Biasanya tampak ada pernafasan kusmaul dan dispnea
10) Biasanya pasien tampak pucat
11) Biasanya tampak konjungtiva anemis
4. Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi
kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan,
mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat
pola data, membandingkan dengan standar, menginterpretasi dan
akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah
pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnose
keperawatan
NO Symptom Etiologi ProblemDS :a. Biasanya pasien
mengeluh perutnya membuncit
b. Biasanya pasien mengeluh beberapa bagian badan atau seluruhnya badannya bengkak
DO :a. Biasanya tampak
adanya asitesb. Biasanya terlihat
ada edema pada beberapa atau seluruh tubuh
c. Biasanya teraba takikardi
Proteinuria, hipovolemia,
hipoalbuminemia
Aliran darah ke ginjal menurun
Aktivitas rennin angiotensin
Vasokontriksi
Kelebihan volume cairan
DS :a. Biasanya pasien
mengeluh kurang nafsu makan
b. Biasanya pasien mengeluh mual dan muntah
c. Biasanya pasien mengeluh mencret / diare
DO :a. Biasanya
terlihat pasien tidak menghabiskan porsi
Penumpukan toksin di ginjal
Gastrointestinal
Obstruksi dan infeksi
Menyerang pencernaan
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
makanannyab. Biasanya
terlihat penurunan BB yang signifikan
Anoreksia, mual, muntah, BB menurun
DS :a. Biasanya pasien
mengeluh merasa lemas dan letih
DO :a. Biasanya pasien
tampak pucatb. Biasanya
tampak konjungtiva anemis
Toksin pada ginjal
Menyerang syaraf dan otot
Suplai O2 ke jaringan menurun
Kelemahan otot
Lemas dan letih
Intoleransi aktivitas
DS :a. Biasanya pasien
mengeluh gatal-gatal
DO :a. Biasanya
tampak turgor kulit jelek dan kering
b. Biasanya tampak ekcrosiasi kulit
c. Biasanya
Obstruksi dan infeksi pada nefron-nefron
ginjal
Merambat ke kulit
Urokrom berlebih
Gg. Integritas kulit
tampak pasien sering menggaruk-garukkan badannya
Gatal, kulit kering
Eskoriosis
DS :a. Biasanya pasien
mengeluh merasa sesak nafas
DO :a. Biasanya
tampak ada pernafasan kusmaul dan dispnea
BUN dan kreatinin meningkat
Toksin menumpuk pada ginjal
Menyerang paru
Suplay darah ke O2 menurun
Sesak nafas
Kusmaul, dyspnea
Ketidakefektifan pola nafas
DS :a. Biasanya pasien
mengeluh beberapa bagian badan atau seluruhnya badannya bengkak
b. Biasanya pasien mengeluh
Nephritis hipertensi
Vaskularisasi jaringan ginjal menurun
> Renin Angiotensin
Penurunan curah jantung
kencing sangat sedikit
c. Biasanya pasien mengeluh merasa lemas dan letih
DO :a. Biasanya teraba
takikardib. Biasanya terlihat
ada edema pada beberapa atau seluruh tubuh
c. Biasanya pasien tampak pucat
d. Biasanya tampak konjungtiva anemis
dan aldosteron, Arterisklerosis dini
DS :a. Biasanya pasien
mengeluh merasa sangat haus
b. Biasanya pasien mengeluh mencret / diare
DO :a. Biasanya
tampak turgor
kulit jelek dan
kering
Muntah, diare yang berkepanjangan
Merasa haus dan ingin minum terus
dehidrasi
Kekurangan volume cairan
Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,
fokus pengkajian pada anak dengan gagal ginjal adalah :
1. Pengkajian awal
1) Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada
pengukuran parameter pertumbuhan.
2) Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi
ginjal, perilaku makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.
3) Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik.
2. Pengkajian terus menerus
1) Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru atau peningkatan
gejala
2) Lakukan pengkajian fisik dengan sering, dengan perhatian
khusus pada tekanan darah, tanda edema, atau disfungsi
neurologis
3) Kaki respons psikologis pada penyakit dan terapinya.
4) Bantu pada prosedur diagnostik dan pengujian (urinalisis,
hitung darah lengkap, kimia darah, biopsi ginjal).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gagal Ginjal Akut
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan Hb
mengikat oksigen sekunder anemia.
3) Volume cairan berlebih berhubungan dengan retensi air dan
Na.
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.
5) Gangguan pola nafas berhubungan dengan dyspnea.
2. Gagal Ginjal Kronik
1) Resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung berhubungan
dengan akumulasi/penumpukan urea toksin
2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.
4) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
5. Gagal Ginjal Akut
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi.
Tujuan
Tidak memperlihatkan tanda-tanda kelebihan cairan.
Kriteria hasil
Tidak ada edema.
Intervensi:
Intervensi RasionalMonitor intake dan output Perlu untuk menentukan fungsi
ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan penurunan resiko kelebihan cairan.
Pertahankan pembatasan cairan Membantu menghindari periode tanpa cairan, meminimalkan kebosanan pilihan terbatas dan menurunkan rasa kekurangan dan haus.
Monitor berat badan Penimbangan BB harian adalah pengawasan status cairan terbaik. Peningkatan BB 0,5 kg/hari diduga adanya retensi cairan.
Monitor TD dan Hb Tachycardi dan HT terjadi karena
kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine dan pembatasan cairan berlebihan selama mengobati hipovolemia/ hipotensi/perubahan fase oliguria gagal ginjal.
Kaji edema, turgor kulit, membran mukosa
Edema terjadi terutama pada masa jaringan yang tergantung pada tubuh. BB pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg cairan sebelum edema pitting terdeteksi. Edema periorbital dapat menunjukkan tanda perpindahan cairan ini, karena jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh akumulasi cairan walaupun minimal.
2) Intolenransi aktifitas berhubungan dengan penurunan Hb
mengikat oksigen sekunder anemia.
Tujuan
Klien mampu beraktivitas kembali
Kriteria hasil
a. Merasa nyaman setelah beraktivitas
b. Tidak merasa letih
c. Tidak merasa lemah
Intervensi
Intervensi RasionalAtur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Memberikan kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan-mandiri.
Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress.
Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang
3) Volume cairan berlebih berhubungan dengan retensi air dan
Na.
Tujuan
Defisit volume cairan dapat teratasi
Kriteria evaluasi
a. Klien tidak mengeluh pusing
b. Membran mukosa lembab
c. Turgor kulit normal,
d. TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600
ml/hari
e. Laboratorium : nilai hematokrit dan protein serum
meningkat, BUN atau Kreatinin menurun
Intervensi
Intervensi RasionalMonitoring status cairan (turgor kulit, membran mukosa, urine output)
Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada produksi urine <600 ml/hari karena merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik
Auskultasi TD dan timbang berat badan
Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik. Perubahan berat badan sebagai parameter dasar
terjadinya defisit cairan.
Programkan untuk dialysis. Program dialisis akan mengganti fugnsi ginjal yang terganggu dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan perifer.
Kolaborasi Pertahankan pemberian cairan secara intravena
Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan kontrol intake dan output cairan
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.
Tujuan
Tidak terjadi edema
Kriteria hasil
f. Tidak adanya udema di seluruh tubuh, khususnya
tungkai bawah
g. Turgor kulit baik
Intervensi
Intervensi RasionalKaji keadaan udema Edema menunjukan perpindahan
cairan krena peningkatan permebilitas sehingga mudah ditensi oleh akumulasi cxairan walaupun minimal, sehingga berat badan dapat meningkat 4,5 kg
Kontrol intake dan output per 24 jam Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan kelebihan resiko cairan.
Timbang berat badan tiap hari. Penimbangan berat badan setiap hari membantu menentukan keseimbangan dan masukan cairan yang tepat.
Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.
Manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua sember ditambah perkiraan yang tidak nampak. Pasien dengan kelebihan cairan yang tidak responsif terhadap pembatasan caiaran dan diuretic membutuhkan dialysis
Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.
Obat anti diuretik dapat melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat. Misalnya : Furosemide.
5) Gangguan pola nafas berhubungan dengan dyspnea.
Tujuan
Tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria evaluasi
c. Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20
x/menit.
d. Pemeriksaan gas arteri pH 7.40 ± 0,005, HCO 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO, 40 mmHgIntervensi
Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat memberikan gambaran
sejauh mana terjadi kegagalan ginjal. Mengeidentifikasi untuk mengatasi penyebab dasar dari asidosis metabolic.
Monitor ketat TTV. Perubahan TTV akan memberikan dampak pada risiko asidosis yang bertambah berat dan berindikasi pada intervensi untuk secepatnya melakukan koreksi asidosis
Istirahatkan klien dengan posisi fowler
Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru optimal istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah.
Ukur intake dan output Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan urine output.
Kolaborasi :Berikan cairan ringer laktat secara intravena
Larutan IV ringer laktat biasanya merupakan cairan pilihan untuk memperbaiki keadaan asidosis metabolik dengan selisih anion normal, serta kekurangan volume ECF yang sering menyertai keadaan ini.
2. Gagal Ginjal Kronik
2) Resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung berhubungan dengan
akumulasi/penumpukan urea toksin
Tujuan
Mempertahankan curah jantung.
Kriteria Evaluasi
d. Tekanan darah sistole antara 100 – 140 dan diastole antara 70 –
90 mmHg dan frekuensi jantung antara 60 – 100
e. Nadi perifer kuat, dan sama dengan waktu pengisian kapiler.
Intervensi
Intervensi RasionalAuskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.
Adanya bunyi jantung S3.S4 , takikardia, frekuensi jantung tak teratur, takipnoe, dispnoe, mengi, gemerisik, edema, distensi JVP. Menunjukan GGK.
Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi.
Hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem Renin angiotensin
Kaji adanya keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi dan skala keparahan.
Gagal ginjal kronik dan hipertensi dapat menyebabkan infark miokard.