Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008). Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir 1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut data
79

Askep GGA

Dec 01, 2015

Download

Documents

Indra D. A Long

asuhan keperawatan pada kasus GGA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep GGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal  adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan

irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat menyebabkan

uremia yaitu retensi cairan dan natrium dan sampah nitrogen lain dalam darah.

(Smeltzer, 2002).

Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup

tinggi. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat

dalam 10 tahun. Pada 1990, terjadi 166 ribu kasus GGT (gagal ginjal tahap

akhir) dan pada 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan

terus naik. Pada 2010, jumlahnya diestimasi lebih dari 650 ribu.Selain data

tersebut, 6 juta-20 juta individu di AS diperkirakan mengalami GGK (gagal

ginjal kronis) fase awal (Djoko, 2008).

Hal yang sama terjadi di Jepang. Di Negeri Sakura itu, pada akhir

1996, ada 167 ribu penderita yang menerima terapi pengganti ginjal. Menurut

data 2000, terjadi peningkatan menjadi lebih dari 200 ribu penderita. Berkat

fasilitas yang tersedia dan berkat kepedulian pemerintah yang sangat tinggi,

usia harapan hidup pasien dengan GGK di Jepang bisa bertahan hingga

bertahun-tahun.Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien bisa bertahan hingga

umur lebih dari 80 tahun. Angka kematian akibat GGK pun bisa ditekan

menjadi 10 per 1.000 penderita. Hal tersebut sangat tidak mengejutkan karena

para penderita di Jepang mendapatkan pelayanan cuci darah yang baik serta

memadai (Djoko, 2008).

Di indonesia GGK menjadi penyumbang terbesar untuk kematian,

sehingga penyakit GGK pada 1997 berada di posisi kedelapan. Data terbaru

dari US NCHS 2007 menunjukkan, penyakit ginjal masih menduduki

Page 2: Askep GGA

peringkat 10 besar sebagai penyebab kematian terbanyak.Faktor penyulit

lainnya di Indonesia bagi pasien ginjal, terutama GGK, adalah terbatasnya

dokter spesialis ginjal. Sampai saat ini, jumlah ahli ginjal di Indonesia tak

lebih dari 80 orang. Itu pun sebagian besar hanya terdapat di kota-kota besar

yang memiliki fakultas kedokteran.Maka, tidaklah mengherankan jika dalam

pengobatan kerap faktor penyulit GGK terabaikan. Melihat situasi yang

banyak terbatas itu, tiada lain yang harus kita lakukan, kecuali menjaga

kesehatan ginjal.Jadi, alangkah lebih baiknya kita jangan sampai sakit ginjal.

Mari memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin,

berhenti merokok, periksa kadar kolesterol, jagalah berat badan, periksa fisik

tiap tahun, makan dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta

kurangi makan garam. Pertahankan kadar gula darah yang normal bila

menderita diabetes, hindari memakai obat antinyeri nonsteroid, makan protein

dalam jumlah sedang, mengurangi minum jamu-jamuan, dan menghindari

minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup (dalam sehari 2-2,5

liter). (Djoko, 2008).

1.2 Tujuan

1. 2. 1 Tujuan Umum

Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta

bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien

dengan gangguan gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun kronis.

1. 2. 2 Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan

gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun kronis.

2. Agar mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada

pasien dengan gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun kronis.

Page 3: Askep GGA

3. Agar mahasiswa mampu memilih intervensi keperawatan yang tepat

untuk pasien dengan gagal ginjal baik yang bersifat akut maupun

kronis.

4. Agar mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan yang

tepat dan optimal kepada pasien dengan gagal ginjal baik yang

bersifat akut maupun kronis.

5. Agar mahasiswa dapat mengevaluasi pasien dengan gagal ginjal

baik yang bersifat akut maupun kronis.

1.3 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan orang tua serta anak dapat

mengerti dan kooperatif dalam tindakan medis dan diharapkan juga untuk

mahasiswa, masyarakat serta institusi mampu memahami dan membuat

asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal baik yang bersifat akut

maupun kronis, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses

keperawatan.

Page 4: Askep GGA

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori

2.1.1 Pengertian

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut

sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu

bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan

tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan

fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit, serta asam basa.

Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir

yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal.

(Saifudin : 2010)

Gagal ginjal akut merupakan suatu penyakit dimana ginjal

secara tiba – tiba kehilangan kemampuan untuk mengekskresikan

sisa–sisa metabolisme. (Suriadi dan Rita Y : 2001).

Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan klinik dimana jumlah

urin mendadak berkurang dibawah  300 ml / m2 dalam sehari disertai

gangguan fungsi ginjal lainnya. Sering dipergunakan istilah lain untuk

keadaan tersebut seperti nefrosis toksik akut, nakrosis tubular akut,

nefrosis nefron rendah dan lain sebagainya. (Ngastiyah, 2005).

Gagal Ginjal Akut adalah suatu keadaan klinis, terjadi

penurunan fungsi ginjal secara mendadak  dengan akibat kemampuan

ginjal untuk mempertahankan homeotasis tubuh hilang, dan disertai

gejala-gejala sebagai akibat dari gangguan keseimbangan air dan

elektrolit, gangguan keseimbangan asam-basa dan gangguan eliminasi

limbah metabolisme misalnya ureum, creatinin. Gagal ginjal akut

biasanya disertai anuria, oliguria, produksi urin normal maupun

poliuria. (Bruner Suddart : 2003)

Page 5: Askep GGA

Gagal ginjal kronik adalah penrurunan fungsi ginjal yang

bersifat persisten dan ireversibel (NICNOC : 2012).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal

yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh

dibawah kondisi normal (Betz Sowden : 2002).

Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada

nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-

lahan meningkat (Brunner&Suddart : 2003).

2.1.2 Etiologi

1. Gagal Ginjal Akut

1) Faktor prarenal

a. Semua faktor yang menyebabkan peredaran darah ke ginjal

berkurang dengan terdapatnya hipovolemia, misalnya :

a) Perdarahan karena trauma operasi.

b) Dehidrasi atau berkurangnya volume cairan ekstra

seluler (dehidrasi pada diare).

c) Berkumpulnya cairan interstisiil di suatu daerah luka

(kombustio, pasc bedah yang cairannya berkumpul di

daerah operasi, peritonitis dan proses eksudatif lainnya

yang menyebabkan hipovolemia).

2) Faktor renal

Pada tipe ini Gagal Ginjal Akut timbul akibat kerusakan

jaringan ginjal. Kerusakan dapat terjadi pada glomeruli atau

tubuli sehingga faal ginjal langsung terganggu. Dapat pula

terjadi karena hipoperfusi prarenal yang tak teratasi sehingga

mengakibatkan iskemia, serta nekrosis jaringan ginjal

Prosesnya dapat berlangsung cepat dan mendadak, atau dapat

juga berlangsung perlahan–lahan dan akhirnya mencapai

Page 6: Askep GGA

stadium uremia. Kelainan di ginjal ini dapat merupakan

kelanjutan dari hipoperfusi prarenal dan iskemia kemudian

menyebabkan nekrosis jaringan ginjal.

Beberapa penyebab kelainan ini adalah :

a. Koagulasi intravaskuler, seperti pada sindrom hemolitik

uremik, renjatansepsis dan renjatan hemoragik.  

b. Glomerulopati (akut) seperti glomerulonefritis akut pasca

sreptococcoc, lupus nefritis, penolakan akut atau krisis

donor ginjal.

c. Penyakit neoplastik akut seperti leukemia, limfoma, dan

tumor lain yang langsung menginfiltrasi ginjal dan

menimbulkan kerusakan.

d. Nekrosis ginjal akut misal nekrosis tubulus akut akibat

renjatan dan iskemia lama, nefrotoksin (kloroform,

sublimat, insektisida organik), hemoglobinuria dan

mioglobinuria.

e. Pielonefritis akut (jarang menyebabkan gagal ginjal akut)

tapi umumnya pielonefritis kronik berulang baik sebagai

penyakit primer maupun sebagai komplikasi kelainan

struktural menyebabkan kehilangan faal ginjal secara

progresif.

f. Glomerulonefritis kronik dengan kehilangan fungsi

progresif.

3) Faktor pascarenal

Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut

biasanya akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan

di tubulus ginjal meningkat, akhirnya laju filtrasi glomerulus

meningkat.

Page 7: Askep GGA

Meskipun patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan oligoria

belum diketahui, namun terdapat masalah mendasar yang

menjadi penyebab. Beberapa factor mungkin reversible jika

diidentifikasi dan ditangani secara tepat sebelum fungsi ginjal

terganggu. Beberapa kondisi yang menyebabkan pengurangan

aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal:

a. Hipovolemia

b. Hipotensi

c. Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif

d. Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor,

bekuan darah, atau batu ginjal

e. Obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal.

2. Gagal Ginjal Kronik

1) Glumerulonefritis kronis

2) Pielonefritis

3) Hipertensi yang tidak dapat dikontrol

4) Obstruksi saluran kemih

5) Lesi herediter (seperti : penyaklit ginjal polikistik, gangguan

vaskuler, infeksi, medikasi, atau agen toksik)

6) Nefrosklerosis

7) Sindroma Nefrotik

8) Tumor Ginjal

2.1.3 Manifestasi Klinis

1. Gagal Ginjal Akut

Keluhan dan gejala Gagal Ginjal Akut pada anak tidak khas. Gagal

Ginjal Akut hendaknya dipertimbangkan pada anak-anak dengan

gejala-gejala sebagai berikut :

Page 8: Askep GGA

1) Gejala-gejala non-spesifik dari uremia : mual, muntah,

anoreksia, drowsiness atau kejang.

2) Oliguria atau anuria (< 300 ml/m2/hari atau <1 ml/kg BB/jam)

3) Hiperventilasi karena asidosis.

4) Sembab.

5) Hipertensi.

6) Kelainan sedimen urine, misalnya : hematuria, proteinuria.

7) Tanda-tanda obstruksi saluran kemih, misalnya : pancaran

urine yang lemah, kencing menetes atau adanya masa pada

palpasi abdomen.

8) Keadaan-keadaan yang merupakan faktor predisposisi Gagal

Ginjal Akut, misalnya diare dengan dehidrasi berat,

penggunaan aminoglikosida, khemoterapi pada leukemia akut.

2. Gagal Ginjal Kronik

1) Umum :  malaise, debil, letargi, tremor, mengantuk, koma.

2) Kulit :  pucat, mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan

rapuh, rambut tipis dan kasar, leukonikia, warna kulit abu-abu

mengkilat, kulit kering bersisik.

3) Mulut :  lidah kering dan berselaput, fetor uremia, ulserasi dan

perdarahan pada mulut

4) Mata : mata merah.

5) Kardiovaskuler :  hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung,

pericarditis, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena

jugularis, friction rub perikardial.

6) Respiratori : heperventilasi, asidosis, edema paru, efusi pleura,

krekels, napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan liat.

7) Gastrointestinal :  anorexia, nausea, gastritis, konstipasi/diare,

vomitus, perdarahan saluran GI.

Page 9: Askep GGA

8) Muskuloskeletal :  kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur

tulang, foot drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vit. D, gout.

9) Genitourinari : amenore, atropi testis, penurunan libido,

impotensi, infertilitas, nokturia, poliuri, oliguri, haus,

proteinuria,

10) Neurologi : kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi,

kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,

perubahan perilaku.

11) Hematologi :  anemia, defisiensi imun, mudah mengalami

perdarahan. (Brunner & Suddarth, 2003)

2.1.4 Klasifikasi

1. Gagal Ginjal Akut

1) Fase GGA

Secara klinis gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

a. Fase oliguri / anuria

Jumlah urin berkurang hingga 10–30 ml sehari. Pada bayi,

anak – anak berlangsung selama 3–5 hari. Terdapat gejala–

gejala uremia (pusing, muntah, apatis, rasa haus,

pernapasan kusmaul, anemia, kejang), hiperkalemi,

hiperfosfatemi, hipokalsemia, hiponatremia, dan asidosis

metabolik.

b. Fase diuretik

Pada fase ini urine bertambah setiap hari hingga menjadi

poliuri. Hal ini disebabkan karena kadar ureum tinggi

dalam darah (diuresis osmotik), faal tubulus belum baik,

pengeluaran cairan berlebihan. Terjadi hiponatremia karena

kehilangan natrium melalui tubulus yang rusak. Lamanya

fase ini berlangsung selama 2  minggu.

Page 10: Askep GGA

c. Fase penyembuhan atau fase pasca diuretik

Pada fase ini poliuria berkurang demikian juga gejala

uremia. Fungsi glomerulus dan tubulus berangsur – angsur

membaik.

2. Gagal Ginjal Kronik

Klasifikasi gagal ginjal kronis adalah pengelompokan

gagal ginjal berdasarkan penyebabnya. Menurut Suharyanto dan

Madjid (2009), gagal ginjal kronis dapat diklasifikasikan

berdasarkan sebabnya, yaitu sebagai berikut:

Tabel Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis

Klasifikasi Penyakit Penyakit

Penyakit infeksi dan

peradangan

Pielonefritis kronik, Glomerulonefritis

Penyakit vaskuler hipertesif Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis

maligna, Stenosis arteri renalis

Gangguan jaringan

penyambung

Lupus eritematosus sistemik,

Poliartritis nodusa, Sklerosis sistemik

progresif

Gangguan kongenital dan

heredite

Penyakit ginjal polikistik, Asidosis

tubulus ginjal

Penyakit metabolic Diabetes Melitus, Gout Disease,

Hipertiroidisme

Nefropati toksi Penyalahgunaan analgesic, Nefropati

timbale

Nefropati obstruksi Saluran kemih bagian atas: kalkuli,

neoplasma, fibrosis retroperineal.

Saluran kemih bagian bawah:

hipertropi prostat, striktur uretra,

anomali leher kandung kemih dan

uretra.

Page 11: Askep GGA

Berdasarkan perjalanan klinis, gagal ginjal dapat dibagi

menjadi tiga stadium (Suharyanto dan Madjid, 2009), yaitu:

1) Stadium I, dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium

ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita

asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui

dengan tes pemekatan kemih dan tes GFR yang teliti. 

2) Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal. Pada stadium ini

dimana lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. GFR

besarnya 25 % dari normal. Kadar BUN dan kreatinin serum

mulai meningkat dari normal. Gejala-gejala nokturia atau seting

berkemih di malam hari sampai 700 ml dan poliuria (akibat dari

kegagalan pemekatan) mulai timbul. 

3) Stadium III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

Sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau

hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh. Nilai GFR

hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin serum dan BUN akan

meningkat dengan mencolok. Gejala-gejala yang timbul karena

ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan

elektrolit dalam tubuh, yaitu : oliguri karena kegagalan

glomerulus, sindrom uremik.

Menurut The Kidney Outcomes Quality Initiative

(K/DOQI) (dalam Desita : 2010), gagal ginjal kronis dapat

diklasifikasikan berdasarkan tahapan penyakit dari waktu ke

waktu sebagai berikut:

1) Stadium 1 : kerusakan masih normal (GFR > 90 ml/min/1,73

m2) 

2) Stadium 2 : ringan (GFR 60-89 ml/min/1,73 m2) 

3) Stadium 3 : sedang (GFR 30-59 ml/min/1,73 m2) 

Page 12: Askep GGA

4) Stadium 4 : gagal berat (GFR 15-29 ml/min/1,73 m2) 

5) Stadium 5 : gagal ginjal terminal (GFR <15 ml/min/1,73 m2)

2.1.5 Patofisiologi

1. Gagal Ginjal Akut

Pada gagal ginjal akut terjadi ketidakmampuan ginjal untuk

memfiltrasi sisa buangan, pengaturan cairan, dan mempertahankan

keseimbangan kimia.

Tipe prerenal  merupakan hasil dari penurunan perfusi

renal yang dapat disebabkan oleh dehidrasi, asfiksia perinatal,

hipotensi, septic syok, syok hemoragik atau obstruksi pada arteri

renal, diare atau muntah, syok yang disebabkan oleh pembedahan,

luka bakar, hipoperfusi berat ( pada pembedahan jantung ). Hal ini

menimbulkan penurunan aliran darah renal dan terjadi iskemik.

Tipe intrarenal merupakan hasil dari kerusakan jaringan

ginjal yang mungkin disebabkan oleh nefrotoksin seperti

aminoglycosides, glomerulonefritis, dan pyelonefritis.Tipe

postrenal adanya obstruksi pada aliran urine. Obstruksi dapat

meningkatkan tekanan dalam ginjal yang mana dapat menurunkan

fungsi renal. Penyebabnya dapat obstruksiureteropelvic, obstruksi

ureterovesical, neurogenik bladder, posterior urethral valves, tumor

atau edema.

2. Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan

progresif GFR. Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada

tingkat GFR(Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan

mencakup :

Page 13: Askep GGA

1) Penurunan cadangan ginjal. Yang terjadi bila GFR turun 50%

dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada

akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi

nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan

mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri.

Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi

penurunan fungsi ginjal.

2) Insufisiensi ginjal. Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 –

35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan

mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang

diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah

karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi.

Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri,

edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan

berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis.

3) Gagal ginjal. Yang terjadi apabila GFR kurang dari 20%

normal.

4) Penyakit gagal ginjal stadium akhir. Terjadi bila GFR menjadi

kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional

yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan

atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak

seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak

mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya

dengan dialisa atau penggantian ginjal.

Page 14: Askep GGA

2.1.6 Pathway

Page 15: Askep GGA
Page 16: Askep GGA
Page 17: Askep GGA
Page 18: Askep GGA

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Darah

1) Nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin serum –

meningkat. kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir

2) Natrium dan Kalsium serum – menurun.

3) Kalium dan Fosfor serum – meningkat.

4) pH dan bikarbonat (HCO3) serum – menurun (asidosis

metabolik).

5) Haemoglobin, hematokrit, trombosit – menurun (disertai

penurunan fungsi sel darah putih dan trombosit).

6) Glukosa serum – menurun (umum terjadi pada bayi)

7) Asam urat serum – meningkat.

8) Kultur darah – positif (disertai infeksi sistemik).

9) SDM:  menurun, defisiensi eritropoitin

10) GDA: asidosis metabolik, pH  kurang dari 7,

11) Protein (albumin) : menurun

12) Magnesium: meningkat

2. Tes Urine

1) Urinalitas – sel darah putih dan silinder.

2) Elektrolit urine osmolalitas, dan berat jenis – bervariasi

berdasarkan proses penyakit dan tahap GGA.

3) Warna : secara abnormal warna urin keruh kemungkinan

disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau

uratsedimen. Warna urine kotor, kecoklatan menunjukkan

adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin

4) Volume urine: biasanya kurang dari 400 ml/24 jam bahkan

tidak ada urine (anuria)

5) Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal

berat

Page 19: Askep GGA

6) Osmolalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan

kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1

7) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat

menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen

juga ada

8) Klirens kreatinin : mungkin agak menurun

9) Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu

mereabsorbsi natrium

3. Elektrokardiogram (EKG) – perubahan yang terjadi berhubungan

dengan ketidakseimbangan elektrolit dan gagal jantung.

4. Kajian foto toraks dan abdomen – perubahan yang terjadi

berhubungan dengan retensi cairan.

5. Osmolalitas serum :

1) Lebih dari 285 mOsm/kg

6. Pelogram Retrograd :

1) Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

7. Ultrasonografi Ginjal :

1) Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista,

obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas

8. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi :

1) Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan

pengangkatan tumor selektif

9. Arteriogram Ginjal :

1) Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Stabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit

2. Dukung fungsi kardiovaskuler

3. Cegah infeksi

Page 20: Askep GGA

4. Tingkatkan status nutrisi

5. Kendalikan perdarahan dan anemia

6. Lakukan dialisis

7. Transplantasi ginjal

1) Gagal Ginjal Akut

a. Dialisis

Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal

ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis

dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas

biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat

dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan

perdarahan dan membantu penyembuhan luka.

b. Penanganan Hiperkalemia

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah

utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan

kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.

Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia

melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum

( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan

EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat

tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar

kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti

resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara

oral atau melalui retensi enema.

c. Mempertahankan keseimbangan cairan

Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada

berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral,

konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan

Page 21: Askep GGA

darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral

dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase

luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar

untuk terapi penggantia cairan.

d. Pemberian manitol atau furosemid jika dalam keadaan

hidrasi yang adekuat terjadi oliguria.

e. Diet tinggi kalori dan lemak, rendah protein, kalium dan

garam, jika anak tidak dapat makan melalui mulut maka

makanan diberikan melalui intravena dan zat nutrisi yang

diberikan mengandung asam amino esensial.

f. Monitoring keseimbangan cairan, pemasukan dan

pengeluaran cairan atau makanan, menimbang berat badan,

monitoring nilai elektrolit darah, nilai BUN dan nilai

kreatinin.

2) Gagal Ginjal Kronik

a. Konservatif:

a) Penentuan dan pengobatan penyebab

b) Pengoptimalan dan maintanance keseimbangan garam

dan air

c) Koreksi obstruksi saluran kemih

d) Deteksi awal dan pengobatan infeksi

e) Pengendalian hipertensi

f) Diet rendah protein, tinggi kalori

g) Deteksi dan pengobatan komplikasi

b. Terapi penggantian Ginjal

a) Hemodialisis (membran semipermiabel ada pada mesin)

b) Dialisis peritoneal (membran semipermiabel

menggunakan peritoneum)

Page 22: Askep GGA

c) Transplantasi ginjal

2.1.9 Komplikasi

1. Gagal Ginjal Akut

1) Infeksi

2) Asidosis metabolic

3) Hiperkalemia

4) Uremia

5) Payah jantung

6) Kejang uremik

7) Perdarahan

8) Gagal ginjal kronik.

2. Gagal Ginjal Kronik

1) Hiperkalemia

2) Perikarditis

3) Hipertensi

4) Anemia

5) Penyakit tulang. (Smeltzer & Bare, 2001)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Gagal Ginjal Akut

2.2.1 Pengkajian

1. Data Demografi

Seperti biasa pada data demografi selalu menuliskan

identitas pasien serta penanggung jawab pasien. Gagal ginjal ini

70 % kasus GGA terjadi pada bayi di bawah 1 tahun pada

minggu pertama kahidupannya. Dan pada GGK akan pada semua

umur dan semua tingkat sosial ekonomi yang terjadi secara

perlahan dan bersifat kronis.

Page 23: Askep GGA

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1) Keluhan utama

a. Gagal Ginjal Akut

Pasien biasanya datang dengan keluhan air kencing

sedikit dan sampai hilang

b. Gagal Ginjal Kronik

Pasien biasanya datang dengan keluhan air kencing

sedikit dan sampai hilang dan edema pada satu atau seluruh

badan.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

a. Gagal Ginjal Akut

Mual, muntah, anoreksia, drowsiness atau kejang,

oliguria atau anuria (< 300 ml/m2/hari atau <1 ml/kg

BB/jam), hiperventilasi karena asidosis, bengkak,

hipertensi, hematuria, proteinuria, pancaran urine yang

lemah, kencing menetes atau adanya masa pada palpasi

abdomen, diare dengan dehidrasi berat, penggunaan

aminoglikosida, khemoterapi pada leukemia akut

b. Gagal Ginjal Kronik

Malaise, letargi, tremor, mengantuk, koma, pucat,

mudah lecet, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,

rambut tipis dan kasar, warna kulit abu-abu mengkilat,

kulit kering bersisik, lidah kering dan berselaput, mata

merah, hipertensi, kelebihan cairan, hiperventilasi,

asidosis, edema paru, efusi pleura, krekels, napas dangkal,

kusmaul, sputum kental dan liat, anorexia, nausea, gastritis,

konstipasi/diare, vomitus, perdarahan saluran GI, kram

otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang, foot drop,

Page 24: Askep GGA

hiperparatiroidisme, defisiensi vit. D, gout, atropi testis,

nokturia, oliguri, haus, proteinuria, kelemahan dan

keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada

tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku,

anemia, defisiensi imun, mudah mengalami perdarahan.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

a. Gagal Ginjal Akut

Diare hingga terjadi dehidrasi, glomerulonefritis akut

pasca streptokok, penyakit infeksi pada saluran kemih yang

penyembuhannya tidak adekuat sehingga menimbulkan

obstruksi.

b. Gagal Ginjal Kronik

Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran

kemih, payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat

nefrotoksik, Benign Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.

4) Riwayat Penyakit Keluarga

a. Gagal Ginjal Akut

Tidak ada hubungan secara langsung dalam timbulnya

penyakit gagal ginjal.

b. Gagal Ginjal Kronik

Ada riwayat keluarga yang menderita penyakit

hipertensi dan atau diabetes mellitus.

5) Pemeriksaan Fisik

a. Gagal Ginjal Akut

Pemeriksaan fisik pada klien dengan gagal ginjal

meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari

Page 25: Askep GGA

observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital,

B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5

(Bowel), dan B6 (Bone)

a) Breathing

Hiperventilasi, asidosis, napas dangkal, kusmaul.

b) Blood

Hipertensi, kelebihan cairan, anemia,

c) Brain

Kelemahan dan keletihan, drowsiness atau kejang.

d) Bladder

hematuria, proteinuria, pancaran urine yang lemah,

kencing menetes atau adanya masa pada palpasi

abdomen, oliguria atau anuria

e) Bowel

Anorexia, nausea, konstipasi/diare, vomitus

f) Bone

Kram otot, kehilangan kekuatan otot.

b. Gagal Ginjal Kronik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan gagal ginjal meliputi

pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan

umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2

(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6

(Bone)

a) Breathing

Hiperventilasi, asidosis, edema paru, efusi pleura,

krekels, napas dangkal, kussmaul, sputum kental dan

liat.

Page 26: Askep GGA

b) Blood

Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, pericarditis,

pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena

jugularis, friction rub pericardial, anemia, defisiensi

imun, mudah mengalami perdarahan

c) Brain

Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,

kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,

perubahan perilaku.

d) Bladder

atropi testis, penurunan libido, impotensi, infertilitas,

nokturia, poliuri, oliguri, haus, proteinuria, hematuria

e) Bowel

Anorexia, nausea, gastritis, konstipasi/diare, vomitus,

perdarahan saluran GI.

f) Bone

Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang,

foot drop, hiperparatiroidisme, defisiensi vit. D, gout.

6) Riwayat Imunisasi

Menyangkut jenis-jenis imunisasi yang telah didapat oleh

anak, imunisasi yang harus dipaparkan oleh anak yaitu :

a. BCG : diberikan pada umu 0-3 bulan dengan

pemberian 1xBCG cara pemberian intra cutan (IC)

dengan dosis 0,5 cc.

b. DPT : diberikan pada umur 2-11 bulan

dengan pemberian 3x dengan interval 4 minggu,

Page 27: Askep GGA

diberikan secara intramuscular (IM) dengan dosis 0,5

cc.

c. Polio : diberikan pada umur 0-11 bulan

dengan pemberian 4x dengan interval 4 minggu, cara

pemberian melalui oral 2 tetes.

d. Campak : diberikan pada umur 9-11 bulan

dengan pemberian 1x cara pemberian subcutan (SC)

dengan dosis 0,5 cc.

e. Hepatitis B : diberikan dalam waktu 12 jam setelah

lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 3-6 bulan dengan

pemberian intramuscular (IM) dengan dosis 0,5 cc.

(Hidayat. A. A, 2009)

7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan

besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara

kuantitatif dapat berupa :

1). Berat badan (BB)

Usia 5 bulan :2x BB lahir

Usia 1 tahun :3x BB lahir

Perkiraan berat badan dalam kilogram menurut

Bahrmam:

Lahir :3,25 kg

3-12 bulan : umur (bulan+9)

2

3-6 tahun :2x umur(tahun)+8

6-12 tahun :7x umur (tahun)-5

2

Page 28: Askep GGA

2). Tinggi badan (TB)/ panjang badan (PB)

Lahir : 50 cm

1tahun :1,5 TB lahir

4 tahun : 2x TB lahir

6 tahun : 1,5x TB setahun

13 tahun : 3x TB lahir

3). Lingkar kepala (LK)

Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya

adalah 34-35 cm. kemudian angkan bertambah

sebesar ± 0,5 cm/bulan pada bulan pertama

atau menjadi ± 44 cm. pada bulan 6 pertama

ini, pertumbuhan kepala paling cepat

dibandingkan dengan tahap berikutnya,

kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala

bertambah tidak lebih dari 5 cm/ tahun, setelah

itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya

bertambah ±10 cm.

4). Lingkar lengan atas (LILA)

Pertambahan lingkar lengan atas ini relative

lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar

11 cm dan pada tahun pertama lingkar lengan

atas menjadi 16 cm.

5). Lingkar dada (LD)

Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan

posisi berdiri pada anak yang lebih besar,

sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring,

ukuran normal sekitar 2 cm< LKukuran lingkar

dada sejajar dengan putting susu.

Page 29: Askep GGA

b. Perkembangan.

Mengkaji status neurologis merupakan salah satu

bagian penting pada pemeriksaan fisik bayi baru

lahir. Kebanyakan pemeriksaan neurologis terjadi

selama evaluasi sistem tubuh, seperti mendapatkan

refleks-refleks tubuh setempat dan mengobservasi

postur, tonus otot, kontrol kepala, dan gerakan.

Pemeriksaan neurologis refleks bayi baru lahir

memberi informasi kondisi kematangan bayi.

Banyak perilaku refleks yang bermanfaat untuk

mempertahankan hidup, misalnya refleks

menghisap dan refleks membuka mulut (rooting).

Sementara itu refleks lain seperti tersedak, bersin

dan batuk merupakan refleks pernafasan atau

mekanisme pengamanan. Pengkajian ini harus

dilakukan sedini mungkin dan dilakukan di

lingkungan yang hangat dan terang.

3. Pengelompokan Data

DS :

a. Biasanya pasien mengeluh perutnya membuncit

b. Biasanya pasien mengeluh beberapa bagian badan atau

seluruhnya badannya bengkak

c. Biasanya pasien mengeluh kurang nafsu makan

d. Biasanya pasien mengeluh mual dan muntah

e. Biasanya pasien mengeluh mencret / diare

f. Biasanya pasien mengeluh gata;-gatal

g. Biasanya pasien mengeluh merasa sesak nafas

h. Biasanya pasien mengeluh kencing sangat sedikit

Page 30: Askep GGA

i. Biasanya pasien mengeluh merasa lemas dan letih

j. Biasanya pasien mengeluh merasa sangat haus

DO :

1) Biasanya teraba takikardi

2) Biasanya tampak adanya asites

3) Biasanya terlihat ada edema pada beberapa atau seluruh

tubuh

4) Biasanya terlihat pasien tidak menghabiskan porsi

makanannya

5) Biasanya terlihat penurunan BB yang signifikan

6) Biasanya tampak turgor kulit jelek dan kering

7) Biasanya tampak ekcrosiasi kulit

8) Biasanya tampak pasien sering menggaruk-garukkan

badannya

9) Biasanya tampak ada pernafasan kusmaul dan dispnea

10) Biasanya pasien tampak pucat

11) Biasanya tampak konjungtiva anemis

4. Analisa Data

Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi

kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan,

mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat

pola data, membandingkan dengan standar, menginterpretasi dan

akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah

pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnose

keperawatan

Page 31: Askep GGA

NO Symptom Etiologi ProblemDS :a. Biasanya pasien

mengeluh perutnya membuncit

b. Biasanya pasien mengeluh beberapa bagian badan atau seluruhnya badannya bengkak

DO :a. Biasanya tampak

adanya asitesb. Biasanya terlihat

ada edema pada beberapa atau seluruh tubuh

c. Biasanya teraba takikardi

Proteinuria, hipovolemia,

hipoalbuminemia

Aliran darah ke ginjal menurun

Aktivitas rennin angiotensin

Vasokontriksi

Kelebihan volume cairan

DS :a. Biasanya pasien

mengeluh kurang nafsu makan

b. Biasanya pasien mengeluh mual dan muntah

c. Biasanya pasien mengeluh mencret / diare

DO :a. Biasanya

terlihat pasien tidak menghabiskan porsi

Penumpukan toksin di ginjal

Gastrointestinal

Obstruksi dan infeksi

Menyerang pencernaan

Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 32: Askep GGA

makanannyab. Biasanya

terlihat penurunan BB yang signifikan

Anoreksia, mual, muntah, BB menurun

DS :a. Biasanya pasien

mengeluh merasa lemas dan letih

DO :a. Biasanya pasien

tampak pucatb. Biasanya

tampak konjungtiva anemis

Toksin pada ginjal

Menyerang syaraf dan otot

Suplai O2 ke jaringan menurun

Kelemahan otot

Lemas dan letih

Intoleransi aktivitas

DS :a. Biasanya pasien

mengeluh gatal-gatal

DO :a. Biasanya

tampak turgor kulit jelek dan kering

b. Biasanya tampak ekcrosiasi kulit

c. Biasanya

Obstruksi dan infeksi pada nefron-nefron

ginjal

Merambat ke kulit

Urokrom berlebih

Gg. Integritas kulit

Page 33: Askep GGA

tampak pasien sering menggaruk-garukkan badannya

Gatal, kulit kering

Eskoriosis

DS :a. Biasanya pasien

mengeluh merasa sesak nafas

DO :a. Biasanya

tampak ada pernafasan kusmaul dan dispnea

BUN dan kreatinin meningkat

Toksin menumpuk pada ginjal

Menyerang paru

Suplay darah ke O2 menurun

Sesak nafas

Kusmaul, dyspnea

Ketidakefektifan pola nafas

DS :a. Biasanya pasien

mengeluh beberapa bagian badan atau seluruhnya badannya bengkak

b. Biasanya pasien mengeluh

Nephritis hipertensi

Vaskularisasi jaringan ginjal menurun

> Renin Angiotensin

Penurunan curah jantung

Page 34: Askep GGA

kencing sangat sedikit

c. Biasanya pasien mengeluh merasa lemas dan letih

DO :a. Biasanya teraba

takikardib. Biasanya terlihat

ada edema pada beberapa atau seluruh tubuh

c. Biasanya pasien tampak pucat

d. Biasanya tampak konjungtiva anemis

dan aldosteron, Arterisklerosis dini

DS :a. Biasanya pasien

mengeluh merasa sangat haus

b. Biasanya pasien mengeluh mencret / diare

DO :a. Biasanya

tampak turgor

kulit jelek dan

kering

Muntah, diare yang berkepanjangan

Merasa haus dan ingin minum terus

dehidrasi

Kekurangan volume cairan

Page 35: Askep GGA

Menurut Wong, 2004 dalam Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,

fokus pengkajian pada anak dengan gagal ginjal adalah :

1. Pengkajian awal

1) Lakukan pengkajian fisik rutin dengan perhatian khusus pada

pengukuran parameter pertumbuhan.

2) Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai disfungsi

ginjal, perilaku makan, frekuensi infeksi, tingkat energi.

3) Observasi adanya bukti-bukti manifestasi gagal ginjal kronik.

2. Pengkajian terus menerus

1) Dapatkan riwayat untuk gejala-gejala baru atau peningkatan

gejala

2) Lakukan pengkajian fisik dengan sering, dengan perhatian

khusus pada tekanan darah, tanda edema, atau disfungsi

neurologis

3) Kaki respons psikologis pada penyakit dan terapinya.

4) Bantu pada prosedur diagnostik dan pengujian (urinalisis,

hitung darah lengkap, kimia darah, biopsi ginjal).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Gagal Ginjal Akut

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan Hb

mengikat oksigen sekunder anemia.

3) Volume cairan berlebih berhubungan dengan retensi air dan

Na.

4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.

5) Gangguan pola nafas berhubungan dengan dyspnea.

Page 36: Askep GGA

2. Gagal Ginjal Kronik

1) Resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung berhubungan

dengan akumulasi/penumpukan urea toksin

2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.

3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.

4) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia. 

2.2.3 Intervensi Keperawatan

5. Gagal Ginjal Akut

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi.

Tujuan

Tidak memperlihatkan tanda-tanda kelebihan cairan.

Kriteria hasil         

Tidak ada edema.

Intervensi:

Intervensi RasionalMonitor intake dan output Perlu untuk menentukan fungsi

ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan penurunan resiko kelebihan cairan.

Pertahankan pembatasan cairan Membantu menghindari periode tanpa cairan, meminimalkan kebosanan pilihan terbatas dan menurunkan rasa kekurangan dan haus.

Monitor berat badan Penimbangan BB harian adalah pengawasan status cairan terbaik. Peningkatan  BB 0,5 kg/hari diduga adanya retensi cairan.

Monitor TD dan Hb Tachycardi dan HT terjadi karena

Page 37: Askep GGA

kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine dan pembatasan cairan berlebihan selama mengobati hipovolemia/ hipotensi/perubahan fase oliguria gagal ginjal.

Kaji edema, turgor kulit, membran mukosa

Edema terjadi terutama pada masa jaringan yang tergantung pada tubuh. BB pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg cairan sebelum edema pitting terdeteksi. Edema periorbital dapat menunjukkan tanda perpindahan cairan ini, karena jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh akumulasi cairan walaupun minimal.

2) Intolenransi aktifitas berhubungan dengan penurunan Hb

mengikat oksigen sekunder anemia.

Tujuan

Klien mampu beraktivitas kembali

Kriteria hasil

a. Merasa nyaman setelah beraktivitas

b. Tidak merasa letih

c. Tidak merasa lemah

Intervensi

Intervensi RasionalAtur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.

Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.

Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.

Memberikan kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan-mandiri.

Page 38: Askep GGA

Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress.

Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.

Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktivitas.

Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang

3) Volume cairan berlebih berhubungan dengan retensi air dan

Na.

Tujuan

Defisit volume cairan dapat teratasi

Kriteria evaluasi

a. Klien tidak mengeluh pusing

b. Membran mukosa lembab

c. Turgor kulit normal,

d. TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600

ml/hari

e. Laboratorium : nilai hematokrit dan protein serum

meningkat, BUN atau Kreatinin menurun

Intervensi

Intervensi RasionalMonitoring status cairan (turgor kulit, membran mukosa, urine output)

Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada produksi urine <600 ml/hari karena merupakan tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik

Auskultasi TD dan timbang berat badan

Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik. Perubahan berat badan sebagai parameter dasar

Page 39: Askep GGA

terjadinya defisit cairan.

Programkan untuk dialysis. Program dialisis akan mengganti fugnsi ginjal yang terganggu dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh.

Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.

Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan perifer.

Kolaborasi Pertahankan pemberian cairan secara intravena

Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan kontrol intake dan output cairan

4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan oedema.

Tujuan

Tidak terjadi edema

Kriteria hasil

f. Tidak adanya udema di seluruh tubuh, khususnya

tungkai bawah

g. Turgor kulit baik

Intervensi

Intervensi RasionalKaji keadaan udema Edema menunjukan perpindahan

cairan krena peningkatan permebilitas sehingga mudah ditensi oleh akumulasi cxairan walaupun minimal, sehingga berat badan dapat meningkat 4,5 kg

Page 40: Askep GGA

Kontrol intake dan output per 24 jam Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan kelebihan resiko cairan.

Timbang berat badan tiap hari. Penimbangan berat badan setiap hari membantu menentukan keseimbangan dan masukan cairan yang tepat.

Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.

Manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua sember ditambah perkiraan yang tidak nampak. Pasien dengan kelebihan cairan yang tidak responsif terhadap pembatasan caiaran dan diuretic membutuhkan dialysis

Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.

Obat anti diuretik dapat melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat. Misalnya : Furosemide.

5) Gangguan pola nafas berhubungan dengan dyspnea.

Tujuan

Tidak terjadi perubahan pola napas

Kriteria evaluasi

c. Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20

x/menit.

d. Pemeriksaan gas arteri pH 7.40 ± 0,005, HCO 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO, 40 mmHgIntervensi

Intervensi RasionalKaji faktor penyebab asidosis metabolic.

Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat memberikan gambaran

Page 41: Askep GGA

sejauh mana terjadi kegagalan ginjal. Mengeidentifikasi untuk mengatasi penyebab dasar dari asidosis metabolic.

Monitor ketat TTV. Perubahan TTV akan memberikan dampak pada risiko asidosis yang bertambah berat dan berindikasi pada intervensi untuk secepatnya melakukan koreksi asidosis

Istirahatkan klien dengan posisi fowler

Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru optimal istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah.

Ukur intake dan output Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan urine output.

Kolaborasi :Berikan cairan ringer laktat secara intravena

Larutan IV ringer laktat biasanya merupakan cairan pilihan untuk memperbaiki keadaan asidosis metabolik dengan selisih anion normal, serta kekurangan volume ECF yang sering menyertai keadaan ini.

2. Gagal Ginjal Kronik

2) Resiko tinggi terjadi penurunan curah jantung berhubungan dengan

akumulasi/penumpukan urea toksin

Tujuan

Page 42: Askep GGA

Mempertahankan curah jantung.

Kriteria Evaluasi

d. Tekanan darah sistole antara 100 – 140 dan diastole antara 70 –

90 mmHg dan frekuensi jantung antara 60 – 100

e. Nadi perifer kuat, dan sama dengan waktu pengisian kapiler.

Intervensi

Intervensi RasionalAuskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema, perifer, kongesti vaskuler dan keluhan dispnoe.

Adanya bunyi jantung S3.S4 , takikardia, frekuensi jantung tak teratur, takipnoe, dispnoe, mengi, gemerisik, edema, distensi JVP. Menunjukan GGK.

Monitor tekanan darah, nadi, catat bila ada perubahan tekanan darah akibat perubahan posisi.

Hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem Renin angiotensin

Kaji adanya keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi dan skala keparahan.

Gagal ginjal kronik dan hipertensi dapat menyebabkan infark miokard.

Kolaborasi :Pemeriksaan laboratorium (Na, K), BUN, Serum kreatinin, Kreatinin klirens.

Ketidakseimbangan dapat mengganggu konduksi elektrikal dan fungsi jantung.

Pemberian obat-obatan anti hipertensi.

Obat anti hipertensi akan mempercepat penurunan tekanan darah dan menurunkan tahanan vaskuler sistemik

Siapkan Dialisis Penurunan ureum toksik, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan kelebihan cairan, mencegah manifestasi jantung, termasuk hipertensi dan efusi perikardial

Page 43: Askep GGA

3) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.

Tujuan

Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan

Kriteria Evaluasi

a. Menunjukkan perubahan berat badan yang lambat

b. Mempertahankan pembatasan diet dan cairan

c. Menunjukkan turgor kulit yang baik tanpa edema

Intervensi

Intervensi RasionalKaji status cairan :

a. Timbang BB harianb. Keseimbangan intake dan

outputc. Turgor kulit dan adanya

edemad. TD, denyut dan irama nadi

Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi

Batasi masukan cairan Pembatasan cairan akan menentukan BB ideal, haluaran urin dan respon terhadap terapi

Identifikasi sumber potensial cairan :a. Medikasi dan cairan yang

digunakanb. Makanan

Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat di identifikasi

Jelaskan pada keluarga dan atau pasien rasional pembatasan

Pemahaman meningkatkan kerja sama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan

Page 44: Askep GGA

Tingkatkan hygiene oral dengan sering

Hygiene oral mengurangi kekeringan membrane mukosa mulut

4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

metabolic, sirkulasi (anemia dan iskemik jaringan)

Tujuan

Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.

Kriteria Evaluasi

a. Kulit tidak lecet

b. klien mampu mendemonstrasikan cara untuk mencegah terjadinya

kerusakan integritas kulit.

Intervensi

Intervensi RasionalInspeksi kulit terhadap Perubahan Warna, turgor, perhatikan kemerahan,ekskoriasi

Menandakan area sirkulasi buruk, yang dapat menimbulkan dekubitus

Kaji keadaan kulit terhadap kemerahan dan adanya excoriasi.

Sirkulasi darah yang kurang menyebabkan kulit mudah rusak dan memudahkan timbulnya dicubitus/ infeksi.

Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit, membran mukosa.

Deteksi adanya dehidrasi yang mempengaruhi integritas jaringan pada tingkat seluler.

Ganti posisi tiap 2 jam sekali, beri bantalan pada tonjolan tulang , pelindung siku dan tumit

Mengurangi / menurunkan tekanan pada daerah yang edema, daerah yang perfusinya kurang baik untuk mengurangi/menurunkan iskemia jaringan.

Jaga keadaan kulit agar tetap kering dan bersih

Kulit yang basah terus menerus memicu terjadi iritasi yang mengarah terjadinya dikubitus

Anjurkan pada klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan

Mencegah iritasi kulit dan meningkatkan evaporasi.

Page 45: Askep GGA

kering yang menyerap keringat dan bebas keriputAnjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin.

Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan resiko cedera.

Kolaborasi dalam pemberian foam dan tempat tidur angin

Mencegah penekanan yang terlalu lama pada jaringan yang dapat membatasi ferfusi seluler, sehingga dapat mengurangi iskemik jaringan.

5) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan metabolism protein

Tujuan

Mempertahankan pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan.

Kriteria Evaluasi

a. Klien tidak mengalami kehilangan BB lebih lanjut.

b. Masukan makanan dan cairan meningkat

c. Pasien mematuhi dietnya

d. Mual berkurang dan muntah tidak ada.

e. Urine tidak pekat.

f. Output urine meningkat (1500 ml/24 jam).

g. Membran mukosa lembab.

h. Mulut dan kerongkongan tidak kering.

i. Inflamasi, ulserasi tidak ada

j. Bau amonia berkurang/hilang.

Intervensi

Intervensi RasionalKaji/catat pemasukan diet status nutrisi dan kebiasaan makan.

Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan

Page 46: Askep GGA

dan pengaturan diet yang adekuat.

Identifikasi perubahan pola makan. Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

Berikan makanan sedikit dan sering Meminimalkan anoreksia dan mual.

Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan..

Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipertensi yang lebih berat.

Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).

Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi dan ulserasi.

Deteksi untuk mencegah infeksi.

Berikan cairan peroral sepanjang 24 jam dalam abatas yang ditentukan.

Mencegah kekeringan mulut.

Anjurkan oral hygiene (perawatan mulut) dengan menyikat gigi minimal 2 x / setelah makan dan saat akan tidur

Perawatan mulut menyejukan, melumasi, dan membantu menyegarkan mulut yang tidak menyenangkan karena uremia dan menurunkan pertumbuhan bakteri.

Anjurkan klien untuk menghentikan merokok

Asap rokok dapat mengiritasi mukosa dan efeknya mengeringkan rongga mulut.

Kolaborasi: konsul dengan dokter untuk pemberikan obat sesuai dengan indikasi

Untuk mengoreksi hiperkalemia dan mengatasi/memperbaiki asidosis dan anti emitik akan mencegah mual/muntah

Kolaborasi: konsul dengan ahli gizi untuk pemberian diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam

Tinggi Kalori diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi, Rendah Protein disesuaikan dengan

Page 47: Askep GGA

fungsi ginjal yang menurun. Rendah Garam dapat mempercepat penurunan tekanan darah dan mencegah komplikasi.

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia.

Tujuan

Berpatisipasi dalam aktifitas yang dapat di toleransi

Kriteria Evaluasi

a. Melaporkaan peningkatan rasa sejahtera

b. Pasien dapat berpatisipasi dalam perawatan secara mandiri 

Intervensi

Intervensi RasionalKaji faktor yang menyebabkan keletihan :a. Anemiab. Ketidakseimbangan cairan dan

elektrolitc. Depresi

Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan

Tingkatkan kemampuan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri

Meningkatkan aktivitas ringan atau sedang dan memperbaiki harga diri

Anjurkan aktivitas alternative sambil istirahan

Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat di toleransi dan istirahat yang adekuat

Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis

Istirahat yang adekuat dianjurkan setelah dialysis, yang bagi banyak pasien sangat melelahkan

Page 48: Askep GGA

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum gagal ginjal ini disebabkan karena kurangnya suplai

cairan dan elektrolit yang diedarkan melalui darah ke seluruh tubuh

khususnya ginjal. Sehingga dianjurkan untuk banyak minum agar kebutuhan

intake serta output dapat seimbang dan jaga pola hidup dengan menghindari

makanan-makanan yang dapat menjadi toksin di dalam tubuh khususnya

ginjal

3.2 Saran

3.2.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui penyebab, tanda

gejala dari gagal ginjal baik secara akut dan kronik serta

penanganannya agar dapat menghindari terjadinya gagal ginjal baik

untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Serta hendaknya mampu

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal

secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai

penyakit tersebut.

3.2.2 Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat khususnya pada masyarakat agar

mampu untuk menjaga kesehatannya terutama jika ada infeksi pada

system perkemihan agar dapat cepat ditangani agar tidak menimbulkan

penyakit gagal ginjal baik secara akut ataupun kronik.

3.2.3 Bagi Institusi

Diharapkan makalah asuhan keperawatan ini dapat menjadi

refrensi untuk menambah pengetahuan tentang penyakit gagal ginjal

akut dan gagal ginjal kronik tersebut.

Page 49: Askep GGA
Page 50: Askep GGA

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, arif dkk. (2005). Kapita Selekta Kedokteran Jilid.1 Edisi 3. jakarta : Media Aesculapius

Mirzanie, Hanifah, Leksana. (2012). Buku Saku Anak Pediatricia. Jakarta : Tosca Enterprise

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA, NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hardy

Nur Muslihatun, Wafi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Suddart, Brunner (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC

Soetjiningsih (2000). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suriadi & Yuliani Rita (2001).Asuhan Keperawatan Pada Anak.  Jakarta : CV Agung Setia.

Page 51: Askep GGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERKEMIHAN PADA PASIEN DENGAN

GAGAL GINJAL

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK II C

TINGKAT II C SEMESTER IV

1. Novia Yustari

2. Nur Anggriani

3. Oktaviani

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III

Page 52: Askep GGA

TAHUN 2012 / 2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T Tuhan seluruh alam atas berkat rahmat dan

hidayahnya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah kelompok. Makalah ini

disusun berdasarkan pengetahuan dan refrensi yang kami dapat dari beberapa sumber

buku. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami yaitu Ibu Ns.

Aluh Eka N, S.Kep, selaku dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Anak, karena

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan

makalah ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kami mengharapkan kritik, masukan maupun saran dari para pembimbing

maupun pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini agar lebih bermanfaat.

Mataram, Mei 2013

Kelompok II C

Page 53: Askep GGA