Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT GENUVARUM Disusun oleh : Kelompok 1 1. Henny Kurniati 2. Karisma Azizah 3. Maya Ayudya Pratiwi 4. Rotua Siburian 5. Ricky Dwiantama STIKes PERTAMEDIKA
53

askep genuvarum baru

May 02, 2017

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: askep genuvarum baru

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT GENUVARUM

Disusun oleh : Kelompok 1

1. Henny Kurniati

2. Karisma Azizah

3. Maya Ayudya Pratiwi

4. Rotua Siburian

5. Ricky Dwiantama

STIKes PERTAMEDIKA

Jakarta, 2014

Page 2: askep genuvarum baru

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

I. Latar Belakang.................................................................................................1

II. Rumusan Masalah............................................................................................1

III. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................3

I. Anatomi dan Fisiologi.......................................................................................3

II. Pengertian........................................................................................................8

III. Epidemiologi.....................................................................................................9

IV. Etiologi..............................................................................................................9

V. Manifestasi Klinik............................................................................................11

VI. Patofisiologi....................................................................................................11

VII. Pemeriksaan Penunjang................................................................................14

VIII. Penatalaksanaan Medik.................................................................................16

IX. Komplikasi......................................................................................................25

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................26

I. Pengkajian......................................................................................................26

II. Diagnosa........................................................................................................28

III. Intervensi........................................................................................................28

BAB IV KESIMPULAN..............................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................35

i

Page 3: askep genuvarum baru

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Genuvarum” untuk menyelesaikan

tugas mata kuliah Integumen.

Dalam penyusunan makalah ini penulis melibatkan berbagai pihak. Tak lupa penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Pak Tatang Sutrisna S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing

2. Semua pihak yang telah membantu terselesaikanya makalah ini baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat

kesalahan , maka dari itu penulis mohon kritik dan saran dari semua pihak agar

tercapai kesempurnaan. Penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Semoga ALLAH SWT menambah berkah dan rahmat-Nya pada diri

kita semua.

Jakarta, 2 Mei 2014

Penulis

ii

Page 4: askep genuvarum baru

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Deformitas varus merujuk kepada angulasi abnormal dari

suatu ekstremitas. Deformitas angulasi tersebut dapat

terjadi pada sendi, atau pada tulang di dekat sendi, namun

dapat juga terjadi pada tangkai tulang. Genuvarum,

merupakan kekhawatiran umum pada tahun-tahun awal

kehidupan. Genuvarum adalah angulasi tulang dimana

segmen distal dari sendi lutut menuju garis tengah. Untuk

mayoritas anak, masalah ini merupakan variasi normal

(fisiologis), dan membaik secara spontan sebagian lain nya, akan mengalami

masalah kosmetik ataupun fungsi yang memerlukan penyangga (brace) dan

tindakan pembedahan. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang yang baik dapat membantu mengevaluasi masalah tersebut.

II. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Genuvarum ?

2. Apa penyebab terjadinya Genuvarum ?

3. Apa tanda dan gejala dari Genuvarum ?

4. Apa klasifikasi dari dari Genuvarum ?

5. Bagaimana patofisiologi dari Genuvarum ?

6. Apa pemeriksaan penunjang dari Genuvarum ?

7. Apa penatalaksanaan medik dari Genuvarum ?

8. Apa komplikasi dari Genuvarum ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada Genuvarum ?

1

Page 5: askep genuvarum baru

III. Tujuan

1. Tujuan Umum

menjelaskan tentang genuvarum dan asuhan keperawatan dengan kasus

genuvarum.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui pengertian dari Genuvarum.

Mengetahui penyebab dari Genuvarum.

Mengetahui tanda dan gejala dari Genuvarum.

Mengetahui klasifikasi dari Genuvarum.

Menjelaskan perjalanan penyakit dari Genuvarum.

Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Genuvarum.

Mengetahui penatalaksanaan medik dari Genuvarum.

Menjelaskan asuhan keperawatan pada Genuvarum.

2

Page 6: askep genuvarum baru

BAB II TINJAUAN TEORI

I. Anatomi dan Fisiologi

Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal,

metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.

1. Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan

tulang pipih. Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama

yaitu ilium, pubis dan ischium. Ilium terletak di bagian superior dan

membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium terletak di bagian

inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial.

Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan

antara pubis dari pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis.

Terdapat suatu cekungan di bagian pertemuan ilium-ischium-pubis

disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan tulang

femur.

2. Femur

Femur adalah yang terkuat dari tulang panjang dalam tubuh dan

merupakan tulang hanya di daerah paha. Bagian paling adalah berbentuk

seperti kepala baik-bulat yang duduk di acetabulum tulang pinggul untuk

membentuk sendi panggul. Sebuah leher kurus menghubungkan kepala

dengan poros tulang dan sering situs fraktur pada orang tua.

Bagian bawah dari femur sedikit diratakan dan menyebar keluar dan

merupakan bagian dari sendi lutut. Poros tebal femur terletak pada inti

dari paha, benar-benar dikelilingi oleh otot-otot yang kuat seperti paha

depan dan paha belakang.

3

Page 7: askep genuvarum baru

3. Patela – Cap Lutut

Tutup lutut, bagian yang menonjol dari depan lutut, sebenarnya dibentuk

oleh tulang terpisah yang disebut patela. Ini adalah os sesamoid karena

terletak di dalam tendon dari otot quadriceps femoris, otot kuat di bagian

depan paha. Bila ekstremitas bawah ini diluruskan, patela bisa dirasakan

dan bahkan digenggam dengan jari dan pindah dari sisi ke sisi.

4. Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial

dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle

medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi

dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan

kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk

perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan

tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.

5. Fibula

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral

dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan

tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan

facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.

6. Tarsalia (Pangkal Kaki)

Os tarsalia dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan

kaki, terdiri atas :

1) Talus, berhubungan dengan tibia dan fibula terdiri atas kaput talus,

kolumna talus, dan korpus tali.permukaan atas korpus tali mempunyai

bongkol sendi yang sesuai dengan lekuk sendi, terbentuk dari ujung

sendi distal tibia dan fibula yang dinamakan trokhlea tali sebelah

medial permukaan berbentuk bulan sabit (fasies molaris medialis)

yang berhubungan dengan maleolus medialis.

4

Page 8: askep genuvarum baru

2) Kalkaneus, terletak di bawah talus, permukaan atas bagian medial

terdapat tonjolan yang dinamakan suntentakulum tali, di bawahnya

terdapat sulkulus muskular flexor halusis longus. Bagian belakang

kalkaneus terdapat tonjolan besar tuberkalkanei yang mempunyai

prosesus tuberkalkanei.

3) Navikulare, pada bagian medial terdapat tonjolan yang dinamakan

tuberositas ossis navikulare pedis, permukaan sendi belakang

berhubungan dengan os kunaiformi I, II, dan III.

4) Os kuboideum, permukaan proksimal mempunyai fasies artikularis

untuk kalkaneus, permukaan distal mempunyai 2 permukaan untuk

metatarsal IV dan V. Pada permukaan medial mempunyai 2

permukaan sendi untuk navikular dan kunaiformi medialis.

5) Os kunaiformi, terdiri atas:

a) Kunaiformi lateralis

b) Kunaiformi intermedialis

c) Kunaiformi medialis

Semuanya berbentuk baji, sedangkan permukaan proksimal

berbentuk segitiga. Puncak dari kunaiformi lateralis menghadap ke

atas dan puncak kunaiformi medialis menghadap ke bawah.

7. Metatarsalia

Os metatarsalia mempunyai 5 buah tulang metatarsal I, II, III, IV, dan V.

Bentuk kelima tulang ini hampir sama yaitu bulat panjang. Bagian

proksimal dari masing-masing tulang agak lebar disebut basis ossis

matatarsale.

Bagian tengah ramping memanjang dan lurus sedangkan bagian

distalnya mempunyai bongkok kepala (kaput ossis matatarsale).

Metatarsal I agak besar daripada yang lain, sedangkan metatarsal V

bagian lateral basisnya lebih menonjol ke proksimal disebut tuberositas

ossis metatarsal V.

5

Page 9: askep genuvarum baru

8. Falang Pedis

Os falang pedis merupakan tulang-tulang pendek. Falang I terdiri atas 2

ruas yang lebih besar daripada yang lainnya. Fallang II, III, IV, dan V

mempunyai 3 ruas lebih kecil dan lebih pendek dibandingkan falang I.

Pada ibu jari terdapat dua buah tulang kecil berbentuk bundar yang

disebut tulang baji (os sesamoid).

Pada kaki terdapat 4 buah lengkungan.

1. Lengkungan medial: dari belakang ke depan kalkaneus.

2. Lengkuna lateralis: dibentuk oleh kalkaneus kuboidea dengan dua tulang

metatarsalia.

3. Lengkungan longitudinal: lengkung melintang metatarsal dibentuk oleh

tulang tarsal.

4. Lengkungan tranversal anterior: dibentuk oleh kepala tulang metatarsal

pertama dan kelima.

Sendi lutut merupakan sendi sinovial terbesar pada tubuh. Sendi lutut terdiri

dari :

1. Artikulasi antara femur dan tibia, merupakan sendi penahan beban.

2. Artikulasi antara patela dan femur

Permukaan artikular dari tulang pembentuk sendi lutut dilapisi oleh kartilago

hialin. Permukaan utama yang terlibat adalah :

1. Kedua kondilus femoralis

2. Aspek superior dari kondilus tibialis

Ada dua maniskus, yang merupakan fibrokartilago berbentuk C, pada sendi

lutut, satu pada sisi medial (meniskus medialis) dan lainnya pada sisi lateral

(meniskus lateralis). Keduanya melekat pada faset regio inter kondilar dari

plateau tibia. Membran sinovial dari sendi lutut melekat pada tepi permukaan

artikular dan tepi luar superior dan inferior dari meniskus pada bagian

posterior, membran sinovial misalkan membran fibrosa kapsul sendi pada tiap

sisi ligamen krusiatum posterior dan melingkari kedua ligamentum yang

6

Page 10: askep genuvarum baru

memisahkan mereka dari rongga sendi.

Pada bagian anterior, membran sinovial

terpisah dari ligamen patelar oleh bantalan

lemak infrapatelar (infrapatelar fat pad ).

(gambar : membran sinovial dan bursa

sendi lutut).

Membran fibrosa dari sendi lutut sangat

luas, sebagaian terbentuk dan diperkuat oleh tendon dari otot sekelilingnya.

Secara umum, membran mukosa menutupi rongga sendi dan regio

interkondiler :

1. Pada sisi medial dari sendi lutut, membran fibrosa bergabung dengan

ligamen kolateral tibia dan berikatan dengan permukaan internal ke

meniskus media.

2. Pada sisi lateral, permukaan eksternal dari membran fibrosa dipisahkan

oleh celah dari ligamen kolateral fibula dan permukaan internal dari

membran mukosa tidak menempel pada meniskus lateral.

3. Pada sisi anterior, membran menempel pada margin patela dan diperkuat

oleh perluasan tendon dari otot vastus lateralis dan vastus medialis, yang

akan bergabung dengan tendon quadricep femoris pada bagian atas dan

ligamen patela pada bagian bawah.

(gambar : membran fibrosa kapsul sendi lutut. A tampak anterior , B.

Tampakan posterior ligamentum).

7

Page 11: askep genuvarum baru

Ligamen mayor yang berhubungan dengan sendi lutut adalah ligamen patela,

ligamen kolateral tibia ( medial) dan fibula ( lateral) dan ligamen krusiatum

anterior dan posterior. (gambar : ligamen kolateral sendi lutut A. Tampak

lateral , B tampak medial ).

Peredaran darah dan inervasiPeredaran darah ke sendi lutut terutama oleh cabang desenden dan genikular

dari arteri femoral, popliteal, dan femoral sirkumfleks lateral pada paha

(tungkai atas) dan arteri fibularis sirkumfleksa dan cabang recurrent dari arteri

tibialis anterior pada tungkai bawah. Pembuuh darah ini membentuk jaringan

anastomosis disekitar sendi. Sendi lutut dipersyarafi oleh cabang dari syaraf

obturator, femoral, tibia, dan fibularis komunis.

II. Pengertian

Deformitas varus merujuk kepada angulasi

abnormal dari suatu ekstremitas.

Deformitas angulasi tersebut dapat terjadi

pada sendi, atau pada tulang di dekat

sendi, namun, dapat juga terjadi pada

tangkai tulang. Varus adalah angulasi

yang mengikuti pola lingkaran imaginer

dimana pasien berada.

1. Cubitus varus adalah berkurangnya

sudut lipat siku (carrying angle).

2. Coxa vara adalah berkurangnya sudut leher tangkai femoral (kurang dari

130 derajat).

3. Genuvarum atau bow leg ( kaki O) adalah kondisi dimana lutut berjauhan

saat kaki disatukan.

4. Heel varus adalah berkurang nya antara sudut aksis berkurangnya sudut

antara aksis kaki dengan tumit, seperti pada posisi inversi.

8

Page 12: askep genuvarum baru

5. Talipes equinovarus adalah deformitas inversi

dari kaki, biasa disertai dengan equinus

(deformitas fleksi plantar) dari sendi pergelangan

kaki ( sering ditemukan kelainan kongenital club

foot).

6. Metatarsus varus atau metatarsus aduktus

( istilah yang lebih tepat) adalah deformitas

aduktus dari bagian kaki depan (fore foot)

terhadap bagian kaki belakang (hind foot).

7. Halux varus adalah deformitas aduksi ibu jari kaki melalui sendi

metatarsopalangeal.

III. Epidemiologi

Genuvarum fisiologis sering terjadi, biasanya terjadi pada anak-anak berusia

kurang dari 2 tahun. Secara kontras, varus patologis yang dapat terjadi akibar

berbagia kondisi, lebih jarang terjadi, khususnya dengan semakin

bertambahnya usia. Penyebab tersering genuvarum patologis adalah blount,

riketsia, dan displasia skeleta. Pada negara dimana malnutrisi terjadi dan

akses terhadap bantuan medis terbatas, insidensi keseluruhan terjadinya

genuvarum lebih tinggi. Walaupun polio sebagian sudah tereradikasi, penyakit

infeksi lain dan trauma yang tidak ditangani dengan baik (atau tidak ditangani

sama sekali) menyebabkan kerusakan fiseal menjadi penyebab tersering dari

deformitas klinis berkelanjutan yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

IV. Etiologi

Etiologi yang berlainan diakui untuk genu varum meliputi :

1. Rangka dysplasias-Achondroplasia, pseudoachondroplasia, beberapa

epiphyseal Displasia, Displasia metaphyseal.

2. Tibia vara (Blount penyakit) adalah gangguan pertumbuhan proksimal

medial tibia yang dapat hadir setiap saat dari masa kanak-kanak hingga

remaja. Sejarah Alam adalah salah satu kemajuan yang tak terelakkan,

9

Page 13: askep genuvarum baru

prematur penutupan atas physis tibialis medial lateral dorong, ligamen

kelemahan, dan, akhirnya, bersama ketidakstabilan dan degenerasi. Pada

usia 5, dipandu pertumbuhan mungkin sudah cukup. Setelah physeal

penutupan, kompleks osteotomies diperlukan.

3. Hypophosphatemic rakhitis adalah gangguan metabolisme vitamin D yang

melemahkan physes melalui osifikasi tertunda. Konsekuen deformitas

mungkin kemajuan meskipun manajemen medis yang hati-hati dan

menguatkan. Deformitas biasanya bilateral, melibatkan tulang paha dan

tibia

Genuvarum merupakan kondisi fisiologis normal ataupun patologis. Sudut

tibio femoral pada tahun pertama kehidupan

adalah varus 15 derajat. Sejak anak berusia 18

bulan, sudut tersebut meningkat menjadi netral,

dan ekstremitas bawah tampak lurus. Selama

tahun kedua dan ketiga, sudut tibio femoral

meningkat menjadi kurang lebih 12 derajat

valgus. Selama tahun berikutnya, valgus

berkurang menjadi seperti pada orang dewasa, 7

derajat pada pria dan 8 derajat pada wanita.Pada anak, penyakit blount

merupakan penyebab utama genuvarum patologis. Namun begitu, pada anak

tersebut harus dievaluasi kemungkinan trauma atau infeksi pada fisis atau

pada epifisis dan fraktur metafisis juga dapat berakibat pada deformitas varus.

Kondisi yang melunakkan tulang seperti riketsia dapat menyebabkan

deformitas varus atau valgus, bergantung kepada penjajaran pada awitan dari

kondisi. Gangguan metabolik seperti riketsia menggangu seluruh lempeng

epifisis, sedangkan blount disease mengganggu hanya aspek medial dari tibia

proksimal.

V. Manifestasi Klinik

Tampakan klinis pada anak dengan gevurum yang paling utama adalah

pendeknya postur tubuh anak, karena pada ekstremitas bawah anak,

terbentuk garis kesejajaran tibia dan femur yang abnormal (membentuk sudut

10

Page 14: askep genuvarum baru

ke arah medial). Biasanya anak dengan genuvarum menunjukan postur tubuh

pendek yang abnormal dibandingkan dengan anak genuvalgus.

Keluhan lain pada anak adalah pola jalan yang abnormal ini sering

menimbulkan kesulitan berjalan pada anak, karena langkah anak akan

melambat. Kesulitan berjalan ini sering nampak pada anak dengan sudut

antara femur dan tibia lebih dari 15 derajat baik pada genuvarum dan genu

valgus.

Pada kondisi yang progresif, yaitu angulasi yang dibentuk sangat progresif,

terjadi gangguan titik tumpu berat tubuh terhadap sendi lutut, baik

perpindahan titik tumpu ke arah medial dari pusat sendi

lutut pada genuvarum dan ke arah lateral dari pusat

sendi lutut pada genu valgum, akan mengakibatkan

penekanan berlebihan pada sendi lutut dan struktur

yang ada di sekitarnya. Pada kondisi ini dapat muncul

keluhan nyeri pada sendi lutut karena penekanan

berlebih, juga dapat terjadi dislokasi atau subluksasi

patella yang berulang.

VI. Patofisiologi

Penyelarasan normal berarti bahwa panjang ekstremitas bawah sama dan

bahwa sumbu mekanis (pusat gravitasi) bisects lutut ketika pasien berdiri

tegak dengan patelae menghadap ke depan (Lihat gambar disamping).

Posisi ini tempat kekuatan relatif seimbang pada kompartemen medial dan

lateral lutut dan ligamen agunan, sementara patella tetap stabil dan berpusat

di sulkus femoralis.

Axis mekanis diukur pada penuh beban radiograf dengan menggambar garis

dari pusat kepala femoralis pusat pergelangan kaki. Biasanya, itu harus bisect

lutut, dengan gabungan horisontal dan sejajar dengan tanah. Genu varum

didefinisikan oleh medial perpindahan AXIS mekanis. Ditampilkan di sini

11

Page 15: askep genuvarum baru

adalah varus tibia dan ligamen lateral sedikit kekenduran berkontribusi

kelainan. Pada anak-anak muda dari 2 tahun, varum genu fisiologis umum

tetapi membatasi diri dan tidak berbahaya. Di anak-anak dengan varus

patologis, sebagai drifts lutut lateral, sumbu mekanis jatuh di kuadran batin

lutut; dalam kasus parah, itu bahkan tidak lintas lutut. Akibatnya, Kondilus

femoralis medial dan dataran tinggi medial tibia mengalami patologis loading.

Efek Heuter-Volkmann akan kompres physis dan anlage kartilaginosa struktur

ini dan menghambat osifikasi normal dari epiphysis. 3 faktor berkontribusi

genu varum: tulang paha varus, ligamen kekenduran dan varus tibia. Axis

mekanis lebih lanjut menyimpang medial.

Lateralis agunan ligamen yang meregang, kadang-kadang melampaui

kepatuhan mereka, mengizinkan dorong lateral yang khas dari lutut selama

kiprah.Ketika sumbu mekanis menyimpang ke dalam atau di luar kuadran

medial lutut, terlepas dari etiologi, sejumlah masalah klinis yang mungkin

terjadi. Regangan ligamen lateral dapat dikaitkan dengan nyeri lutut berulang,

lateral dorong, di toeing, dan evolusi gaya yang waddling. Sejarah alam tidak

diobati genu varum bukanlah jinak.

Pathway

12

Page 16: askep genuvarum baru

VII. Pemeriksaan Penunjang

1. Penelitian laboratorium dan konsultasi

13

Tulang mjd lunak & bengkok

Osifikasi tertunda

physis melemah

gg.metabolisme vitamin D,kalsium dan

fosfat dalam darah

Sudut tibia femoral pd thn 1 sudutnya 15 derajat, pda tahun kedua mjd kurang lebih 12 derajat valgus

BLOUNT DISEASE

RAKHITIS HIPOPOSPATEMIK

KONDISI PATOLOGIS

KONDISI FISIOLOGIS

gg.citra tubuh

Mengganggu medial dr tibia proksimal

Kaki mengalami deformitas

Mengganggu seluruh lempeng epifisis

Massa

tulang \

Nyeri akutKoping tdk efektif

Wanita 8 derajat

Pria 7 derajat

gg.mobilitas fisik

Page 17: askep genuvarum baru

Ketika sindrom yang mendasari

disarankan oleh temuan fisik dan

sejarah, berkonsultasi dengan ahli

genetika dan pemeriksaan sesuai

dijamin. Jika masalah metabolik

tulang perhatian, studi Hematologi

dan urin yang relevan dijamin,

bersama dengan konsultasi dengan

seorang endokrinologi. Dalam pilih beberapa pasien, tulang Densitometri

studi akan dijamin.

2. Radiografi

Radiografi polos adalah prosedur hanya diagnostik yang diperlukan dalam

kebanyakan kasus. Standar emas radiografi dokumentasi adalah

pandangan anteroposterior (AP) beban penuh ekstremitas bawah, diambil

dengan patelae menghadap ke depan. Selain deformitas lutut, mungkin

ada varus femur proksimal atau distal tibia/fibula.

Anatomi relevan, selain mungkin pinggul, dan pergelangan kaki kelainan

bentuk, meliputi physes distal femoralis dan proksimal tibialis, baik atau

keduanya dapat berkontribusi varus malalignment. Tes skrining yang

sederhana adalah untuk melihat radiograf AP penuh dengan lutut dalam

bidang horisontal. Ketika film berorientasi sehingga lutut pada bidang

horisontal, ini mungkin tampak jelas apakah tulang paha, tibia, atau

keduanya berkontribusi deformitas dan karena itu tingkat atau tingkat

yang harus diatasi.

Cara terbaik untuk mengukur dan menentukan physes yang berkontribusi

kelainan adalah untuk mengukur sudut bersama-poros anatomi pada

setiap tingkat. Ini termasuk lateral distal femoralis sudut (LDFA), yang

biasanya 84°, dan proksimal medis tibialis sudut (PMTA), yang biasanya

87° (Lihat gambar di bawah) . Anatomi sudut diukur antara permukaan

sendi tulang setiap dan poros yang masing-masing. Lateral distal

14

Page 18: askep genuvarum baru

femoralis sudut (LDFA) biasanya 84°, dan proksimal sudut medial (MPTA)

tibialis 87°. Pada tampilan close-up, satu dapat mengukur sudut

konvergensi bersama (biasanya 0°); ini didefinisikan oleh garis

permukaan artikular dan tulang paha, tibia. Ligamen lateral kekenduran

dapat berkontribusi varus malalignment.

Dipandu pertumbuhan (sementara hemiepiphysiodesis)

Selain itu, ketika ligamen lateral tidak kompeten, mengukur sudut

bersama konvergensi atau memperoleh varus stres AP radiograf mungkin

menunjukkan kontribusi deformitas klinis mereka masing-masing. Hal ini

penting untuk diingat bahwa mungkin ada sagittal pesawat dan rotasi

deformitas yang memalukan analisis dan pengobatan.

3. Tes lainnya

Selain didokumentasikan dengan baik klinis pemeriksaan dan kiprah

pengamatan (ulang diperlukan untuk perkembangan dokumen) dan

radiograph standar yang telah disebutkan, tes lainnya umumnya tidak

ditunjukkan. Kecuali physeal bar diduga (yang tidak biasa), ada tidak

perlu untuk computed tomography (CT) atau Pencitraan Resonansi

Magnetis (MRI). Dalam beberapa kasus, gaya berjalan analisis mungkin

menarik, tapi itu tidak akan menentukan kebutuhan atau waktu intervensi.

4. Temuan Histologis

Tergantung pada penyebab mendasari genu varum, epiphyseal, physeal,

atau metaphyseal histologis kelainan mungkin hadir, dan kepadatan

tulang mungkin berkurang. Namun, biopsi tulang jarang diperlukan atau

berguna. Prosedur invasif tersebut mungkin memiliki efek buruk pada

physeal pertumbuhan dan hasil pengobatan.

VIII. Penatalaksanaan Medis

Ada berbagai pilihan untuk intervensi, mulai dari percobaan menguatkan

osteotomy. Menguatkan populer hingga pertengahan 1900-an, tetapi

15

Page 19: askep genuvarum baru

antusiasme untuk pendekatan ini telah sekarang sebagian besar didisipasikan

sebagai akibat dari masalah dengan penjepit desain dan biaya, pasien

ketidakpatuhan dan terbukti khasiat.

Di ujung lain spektrum pengobatan adalah osteotomi, yang melibatkan

pemotongan tulang paha, tibia/fibula, atau keduanya, tergantung pada tingkat

atau tingkat kelainan tulang. Namun, osteotomies relatif invasif dan penuh

dengan komplikasi yang potensial (misalnya, kegagalan fiksasi, physeal

kerusakan, infeksi, kekakuan sendi, misal compartment syndrome,

neurovaskular cedera, over - atau undercorrection dan kelainan

berulang).Beberapa kelainan patologis varus ini bilateral dan bertingkat, yang

meningkatkan risiko masalah.

Phemister adalah orang pertama yang beroperasi secara langsung pada

physis untuk memperbaiki panjang perbedaan atau mengubah sudut. Teknik

melibatkan menghapus dan memutar sebuah persegi tulang yang mencakup

physis sehingga menciptakan sebuah jembatan permanen tulang untuk

mengikat physis.

Selain sifat relatif invasif, keterbatasan utama dari prosedur ini adalah bahwa

itu permanen. Sedangkan teknik lainnya bekerja Fluoroskopi Sistem untuk

mengizinkan percutaneous pengeboran dan meminimalkan dampak dan

bekas luka, permanen metode ini memerlukan perencanaan yang cermat,

penentuan akurat zaman tulang, dan menutup tindak lanjut untuk menghindari

terlalu dikoreksi.

Dipandu pertumbuhan adalah metode minimal invasif dan modular

mengoreksi genu varum pada pasien pediatrik. Keuntungan utama dari

intervensi ini adalah sifatnya sementara dan reversibel. Metode-metode

historis mekanis pengekangan dari physis diberikan dimulai dengan Blount

pada tahun 1949 dan telah disebarluaskan oleh orang lain untuk paruh kedua

abad ke-20. Namun, masalah yang dialami dengan staples, termasuk migrasi

atau kerusakan dan perlunya revisi prematur operasi, dari popularitas

pendekatan ini dan menyebabkan pengembangan alternatif metode termasuk

16

Page 20: askep genuvarum baru

percutaneous transphyseal sekrup dan, kemudian, delapan-piring (Orthofix,

Verona, Italia).

TERAPI MEDIS

Genu fisiologis varum membutuhkan jaminan orangtua tetapi tidak ada

perawatan; spontan resolusi pada usia 2 tahun adalah aturan. Dalam kasus

batas, terus tindak lanjut harus dijamin. Untuk mengatasi varum genu

patologis, beberapa telah mengandalkan disebut Forrest Gump di atas lutut

kawat gigi. Namun ada yang tidak terkendali, acak pencobaan yang

mendukung efektivitas pengobatan tersebut. Selain itu, kelalaian pediatrik

agunan ligamen mungkin bertentangan strategi manajemen karena Angkatan

yang diterapkan oleh kawat gigi dapat dikeluarkan berdasarkan ligamen.

Biaya dan sifat ketat seperti kawat gigi lebih lanjut mengurangi kepatuhan.

Dalam kondisi metabolik yang ditetapkan, seperti rakhitis, manajemen medis

yang sangat penting untuk sukses. Mungkin ada langkah lain yang harus

diambil, seperti pengelolaan Diet untuk celiac sariawan, administrasi

Bifosfonat dalam kasus pilih osteopenia, dan terapi gen untuk kolagen

penyimpanan gangguan.

PERENCANAAN PRABEDAH

Pemeriksaan klinis yang diperlukan harus mencakup pengukuran jarak

intercondylar, panjang tungkai, torsional profil, dan pengamatan kiprah;

dokumentasi radiografi preoperatif yang meliputi Pengukuran penyimpangan

sumbu mekanik dan sudut bersama-poros femoralis dan tibialis ini juga

penting (Lihat hasil pemeriksaan).

Jika ada keraguan mengenai etiologi atau sejarah alam genu varum, hal ini

membantu untuk mengulang ujian pada interval 3 atau 6 bulan, dengan

perbandingan radiograph yang diperlukan, sebelum merumuskan rencana

pengobatan. Menguatkan, meskipun dianjurkan oleh beberapa, mahal dan

berat. Lebih penting, itu mungkin tidak memiliki efek yang telah terbukti

menguntungkan pada sejarah alam kecacatan tertentu.

17

Page 21: askep genuvarum baru

Waspadalah terhadap sepihak atau asimetris deformitas; sulit untuk

merasionalisasi pergi sebagai contoh dari varus fisiologis. Hal ini membantu

untuk dokumen medial perpindahan sumbu mekanis; perkembangan ini

perpindahan setelah usia 2 tahun berfungsi sebagai indikasi yang relatif untuk

intervensi bedah. Secara umum (kecuali dalam kasus varus fisiologis), ketika

poros mekanik di medial zona 2, ada indikasi yang relatif untuk campur

tangan, dan ketika di zona 3, ada indikasi mutlak (Lihat gambar di bawah).

Jika lutut terbagi ke dalam kuadran dan variasi normal yang diperbolehkan

untuk, sumbu mekanik harus bersikap netral atau setidaknya jatuh dalam

zona medial atau lateral 1. Penyimpangan ke dalam zona 2 adalah relatif

indikasi untuk intervensi operasi, dan zona 3 adalah jelas panggilan untuk

tindakan. Jika physes terbuka, koreksi bisa diperoleh dengan dipandu

pertumbuhan; setelah kerangka kedewasaan, satunya pilihan adalah

osteotomi korektif.

Mungkin merugikan untuk memperbaiki kelainan pan-genu tingkat 1;

melakukan begitu akan menginduksi lereng tidak diinginkan lutut dengan

konsekuensi akhir. Jika ada seiring varus femur proksimal atau distal tibia, ini

mungkin harus diatasi juga. Batin torsi tibia benar-benar dapat meningkatkan

secara spontan setelah dipandu pertumbuhan. Dengan demikian, aman untuk

menunda pengobatan dirasakan torsional deformitas tertunda koreksi sudut.

Kemudian, satu dapat selalu melakukan osteotomi rotasi supramalleolar, yang

lebih aman daripada osteotomi proksimal.

DIPANDU PERTUMBUHAN

Dipandu pertumbuhan (sementara hemiepiphysiodesis) mungkin pengobatan

pilihan untuk kebanyakan anak-anak dengan varum progresif genu, bahkan

mereka dengan "physes sakit." Lateral distal femoralis atau lateral proksimal

tibialis physes mungkin sementara menahan diri dengan delapan-piring.

Pendekatan ini menawarkan terbukti keunggulan Blount pokok yang

diperkenalkan pada tahun 1940: piring lebih aman daripada pokok dan tidak

18

Page 22: askep genuvarum baru

akan mengusir, dan kerusakan sekrup sangat langka. Teknik ini dapat

dilakukan pada anak usia 18 bulan hingga 18 tahun, asalkan physes terbuka.

Tujuan pemandu pertumbuhan adalah untuk mengembalikan sumbu mekanik

untuk netral, dengan demikian mengurangi efek kumulatif gravitasi

berdasarkan struktur yang kelebihan beban, mengurangi rasa sakit dan kiprah

gangguan, dan membantu melindungi lutut selama bertahun-tahun

berkembang. Ketika teknik reversibel penempatan delapan-piring yang

digunakan, physis akan terus tumbuh selama pertumbuhan dipandu dan

pertumbuhan physeal ini akan terus berlanjut setelah implan akan dihapus.

Waktu untuk koreksi berkisar dari 6-24 bulan, tetapi biasanya sumbu mekanis

diperbaiki dalam waktu 12 bulan dari penyisipan. Dalam kebanyakan kasus,

fibula proksimal perlu tidak dirusak . Bila sumbu mekanik ini telah dipulihkan

untuk netral, implan akan dihapus. Pertumbuhan harus dipantau. Tergantung

pada etiologi, mungkin ada kecacatan berulang karena pertumbuhan

rebound; ini terbaik dikelola oleh mengulangi prosedur dipandu pertumbuhan.

Bahkan jika diulang (walaupun kecil) intervensi diperlukan, manfaat masih

lebih besar daripada biaya dan risiko osteotomies (kadang-kadang) berulang-

ulang. Akibatnya, osteotomies dapat ditunda untuk koreksi berikutnya dari

gigih rotasi atau panjang masalah yang diperlukan.

Langkah-langkah dalam teknik adalah sebagai berikut:

1. Menempatkan pasien dalam posisi telentang, dengan kontrol tourniquet

(optimal); menggunakan pencitraan fluoroscopic.

2. Pelokalan lateral physis (femoralis, tibialis, atau keduanya) dengan C-

lengan, dan mark sayatan panjang 2-3 cm.

3. Menyusup 0,25% bupivacaine dengan epinefrin (opsional).

2. Split iliotibial band (femoralis); meninggalkan kompartemen anterior

terganggu (tibialis).

3. Menjaga periosteum (Anda dapat mengangkat jaringan dengan forceps,

Apakah Anda masih aman).

19

Page 23: askep genuvarum baru

4. Masukkan Keith atau serupa jarum ke physis; Periksa anteroposterior

(AP) dan lateral yang melihat.

5. Memasukkan jarum midsagittally (optimal); Jangan menempatkan terlalu

jauh anterior (karena risiko recurvatum).

6. Masukkan delapan-piring (12 atau 16 mm tinggi), dengan jarum melalui

lubang Pusat.

7. Masukkan pin epiphyseal 1,6 mm halus panduan pertama, kemudian

metaphyseal membimbing pin; PIN panduan tidak perlu sejajar tetapi

harus menghindari physis dan sendi.

8. Predrill cortices lateral (5 mm kedalaman).

9. Masukkan-4.5 mm yang cannulated, diri penyadapan sekrup (24 atau 32

mm, menurut preferensi dokter bedah); pencampuran perangkat keras

panjang dan warna diperbolehkan.

10.Mengabaikan fibula proksimal, kecuali jika itu terlalu menonjol, seperti

yang mungkin terjadi di tibialis Displasia; Jika Anda merasa dipaksa untuk

alamat struktur ini, epiphysiodesis "Mini terbuka" dapat dicapai dengan

bor dan kuret.

11.Melakukan penutupan luka berlapis.

Penting untuk diingat bahwa lempeng titanium, dengan desain, adalah

nonlocking. Kekuatan mereka didasarkan pada kemampuan mereka untuk

melayani sebagai sebuah band fleksibel ketegangan yang dapat menekuk

seperti sekrup mencapai perbedaan mereka maksimum (kira-kira 30°). Di

maksimum divergensi, fleksibel piring akan secara bertahap mulai sebaliknya-

bend, memungkinkan lebih lanjut koreksi sudut. Sekrup panjang tidak sangat

kritis, tetapi sekrup tidak boleh begitu lama bahwa mereka melanggar korteks

jauh.

Dipandu pertumbuhan dengan delapan-piring (Lihat gambar di bawah)

menawarkan tingkat keberhasilan yang tinggi, dengan beberapa dan minor

komplikasi. Pada usia 5, anak ini disajikan dengan vara asimetris tibia (Blount

penyakit). Mengobati bedah bekerja dipandu pertumbuhan di kanan dan

osteotomi tibia/fibula di kiri.

20

Page 24: askep genuvarum baru

Pada 14 bulan tindak lanjut, axis mekanis netral di kanan, dan piring dihapus.

Axis mekanik pada medial zona 2; hal itu disampaikan oleh penyisipan lateral

delapan-Plate. Setelah tambahan 8 bulan dipandu pertumbuhan, kaki

diluruskan, dan piring telah dihapus. Panjang ekstremitas pasien tetap sama,

dan telah ada kekambuhan ketidakdewasaan sudut. Monitoring tahunan akan

terus hingga jatuh tempo: jika ada apapun drift mekanis AXIS, dipandu

pertumbuhan akan diulang.

Pada 1 tahun setelah proksimal tibialis stapel untuk memperbaiki ekstremitas

panjang ketidaksetaraan, scanogram ini menunjukkan melonggarkan lateral

Staples dengan konsekuen iatrogenik varus dari tibia. Physes Apakah masih

buka. Pandangan penuh menunjukkan sumbu mekanis penyimpangan ke

medial zona 2; ini bukanlah sesuatu yang dapat dibuktikan pada scanogram.

Staples dihilangkan dan lateral yang diganti dengan delapan-Plate.

Pada 1 tahun setelah dipandu pertumbuhan dengan delapan-piring, mekanik

axis telah dikembalikan ke netral. Pada waktu itu, delapan-piring yang bekerja

untuk mencapai pan-genu epiphysiodesis untuk memperbaiki pasien sisa

ekstremitas panjang ketidaksetaraan.

OSTEOTOMI

Dalam situasi yang menghalangi pertumbuhan dipandu (physeal penutupan

atau kerangka kedewasaan) mungkin perlu memotong tulang paha atau tibia

dan fibula untuk mencapai mereposisi diinginkan (Lihat gambar di bawah).

Tujuan dari osteotomi adalah untuk menyetel kembali ujung dan memberikan

sumbu mekanis netral sementara mengoreksi malrotation dan memulihkan

ekstremitas sama panjang. Namun ini dilengkapi dengan signifikan terkait

risiko dan biaya. Selain itu, jika ada kelainan berulang, penataan kembali

menjadi lebih sulit dengan setiap usaha berikutnya.

Anak berusia 7 tahun ini dengan penyakit Ollier disajikan dengan kompleks

kelainan, termasuk varus dan luar torsional kelainan tepat tibia dan

perbedaan panjang ekstremitas progresif. Sedangkan dipandupertumbuhan

21

Page 25: askep genuvarum baru

bisa meningkatkan varus, itu tidak bisa membahas isu-isu lain 2. Oleh karena

itu, dia menjalani osteotomi dan callotasis dengan bingkai spasial Taylor.

Gadis berusia 4 tahun ini dengan jobs sindrom, yang mencakup defisiensi

antibodi, harus osteopenia dan mengembangkan patologis fraktur proksimal

tibia. Dia kemudian terhanyut ke progresif genu varum. Itu merasa bahwa

dipandu pertumbuhan mungkin tidak bekerja dalam lingkungan mekanis

dikompromikan. Pasien menjalani korektif osteotomi atas tibia dan fibula,

dilengkapi dengan cor.

Fiksasi dapat dicapai dengan PIN yang dimasukkan di gips, dengan internal

plating atau external fixator, tergantung pada pengalaman klinis pengaturan

dan preferensi pribadi dari ahli bedah. Selama periode ketika tulang

penyembuhan, beban harus ditunda, dan berbagai gerakan mungkin terbatas.

Terapi fisik mungkin berguna dalam menggerakkan pasien. Diskusi lebih

lengkap osteotomi teknik tersedia dalam teks-teks ortopedi yang standar.

MANAJEMEN PASCA BEDAH

Tergantung pada keadaan, koreksi bedah genu varum biasanya adalah suatu

prosedur rawat jalan. Lembut berpakaian biasanya sudah cukup. Kruk dapat

digunakan seperti yang diperlukan untuk kenyamanan dan keseimbangan.

Segera range of motion latihan dan beban didorong. Terapi fisik ini disediakan

sebagaimana diperlukan untuk pasien yang lambat untuk memobilisasi.

Kegiatan, termasuk olahraga, dapat kembali sebagai ditoleransi.

Pertumbuhan rebound dan berulang varus dapat terjadi; Namun, fenomena

ini tidak dapat diprediksi. Dengan demikian, penulis tidak rutin menembak

untuk keluar yang terlalu dikoreksi, tetapi sebaliknya, memberitahu orang tua

sebelum prosedur indeks bahwa anak harus diikuti setelah penghapusan

piring. Jika tidak ada efek rebound diamati dalam 12 bulan penghapusan

piring, maka itu tidak mungkin terjadi. Untuk kelainan rebound yang secara

klinis relevan (medial zona 2 atau 3 pada radiograf), pertumbuhan dipandu

dengan aman dapat diulang.

22

Page 26: askep genuvarum baru

KOMPLIKASI PROSEDUR

Untuk ini teliti tetapi prosedur operasi yang relatif sederhana, komplikasi

sangat jarang terjadi. Karena pembedahan minimal yang terlibat,

penyembuhan luka masalah lebam, infeksi dan dehiscence jarang. Jika keloid

pembentukan masalah, bekas luka dapat dipotong pada saat piring

penghapusan. Dengan beralih dari pokok ke delapan-piring, masalah

hardware migrasi atau kelelahan telah dipecahkan. Dengan desain, sekrup

menyimpang dengan pertumbuhan; Namun, perbedaan ini tidak memerlukan

sekrup asing. Pelat relatif tipis titanium sesuai dengan tulang dan bebas untuk

menekuk dengan koreksi.

Karena tulang tidak dibagi, ada tidak perlu menunggu untuk menyembuhkan

sebelum mengizinkan anak untuk kembali ke kegiatan normal. Dipandu

pertumbuhan dengan delapan-piring tidak menempatkan pasien pada risiko

Uni nonunion, tertunda, misal compartment syndrome atau kerusakan

neurologis, semua yang telah dilaporkan dengan osteotomi distal tulang paha

atau tibia/fibula proksimal. Ada sejumlah teoritis dan potensi masalah dengan

menggunakan delapan-piring. Masalah biologis meliputi:

Penutupan prematur physeal ini tidak akan terjadi jika perawatan diambil

untuk melestarikan periosteum.

rebound-ini adalah tidak begitu banyak refleksi pilihan perangkat keras seperti

itu adalah fenomena biologis (meskipun yang kurang dipahami); Ketika orang

tua diberitahu mengenai sequela ini mungkin, mereka jarang marah, karena

mudah dikelola melalui panduan pertumbuhan jika itu terjadi, dan ulangi

dipandu pertumbuhan pasti lebih diterima daripada osteotomi ulangi.

Terlalu dikoreksi ini adalah benar-benar masalah ketidakpatuhan dengan

tindak lanjut; jika terlalu dikoreksi memanjang hingga ke lateral zona 2

(kuadran lateral lutut), piring penghapusan mungkin cukup, sedangkan jika

melampaui, ke lateral zona III, koreksi yang aktif melalui penerapan medial

piring akan dijamin; Pendidikan orang tua adalah cara terbaik untuk

mencegah komplikasi ini.

Infeksi-jika dalam luka infeksi berkembang, delapan-piring harus dihapus

(sementara)

23

Page 27: askep genuvarum baru

Masalah mekanik meliputi:

Piring kerusakan penulis telah mengamati ini secara pribadi dan, sejauh ini,

belum melihat itu dilaporkan di tempat lain.

Sekrup migrasi jarang namun dapat terjadi pada kesempatan; Solusinya

adalah untuk mengarahkan sekrup digunakan, di bawah bimbingan

fluoroscopic.

Sekrup kerusakan ini telah dilaporkan oleh beberapa ahli bedah, selalu

(sampai saat ini) pada anak-anak heavy-set dengan Blount penyakit dan

selalu melibatkan sekrup distal mana ia memasuki korteks metaphyseal (Lihat

gambar di bawah); risiko dapat berkurang oleh aman retightening kedua

sekrup setelah penghapusan pin panduan untuk meminimalkan setiap

kesenjangan antara piring dan tulang; pilihan untuk merevisi sekrup patah

meliputi penggunaan sekrup padat 4.5 mm dan penambahan piring kedua,

juga, untuk kasus yang bandel, osteotomi tibia/fibula.

Sedangkan tingkat komplikasi dipandu pertumbuhan dengan delapan-piring

tetap rendah, telah ada kasus-kasus yang terisolasi sekrup patah. Sekrup

patah setiap telah sekrup distal (metaphyseal) heavy-set pasien dengan

penyakit Blount. Solusi potensial adalah untuk memasukkan sekrup padat 4.5

mm atau menambahkan delapan-Plate kedua.

MANAJEMEN JANGKA PANJANG

Kunjungan tindak lanjut dijadwalkan untuk setiap 3 bulan. Ulangi radiograph

yang diperoleh seperti yang ditunjukkan. Piring penghapusan dilakukan ketika

sumbu mekanis netral atau minimal overcorrected ke zona lateral 1 (pada

kebijaksanaan dokter bedah). Tindak lanjut dilanjutkan di 6 dan 12 bulan

setelah penghapusan perangkat keras, termasuk radiograf full-length

anteroposterior (AP). Orang tua akan ditampilkan cara untuk mengukur jarak

intracondylar. Pasien kemudian diikuti setiap tahun hingga jatuh tempo (ideal).

24

Page 28: askep genuvarum baru

IX. Komplikasi

Pada genu varum, dimana terjadi angulasi medial dari pergelangan kaki

dengan hubungannya ke paha, femur bisanya menjadi vertical secara

abnormal dan sebagai akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan berat tubuh:

titik imbang berat tubuh akan jatuh pada secara medial ke bagian tengah atau

pusat dari lutut. Kondisi ini akan mengakibatkan tekanan berlebih yang terjadi

pada bagian medial (titik pusat) dari sendi lutut, dimana dapat menyebabkan

artrosis (penghancuran dari kartilago pada lutut), dan stress berlebih pada

ligamen kolateral fibular.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

1. Anamnesis

Evaluasi klinis genuvarum dimulai dengan wawancar medis (anamnesis).

Seringkali pasien mengeluhkan adanya nyeri lutut. Riwayat penyakit

25

Page 29: askep genuvarum baru

keluarga dan deskripsi mengenai awitan dan perjalanan penyakit dari

deformitas, penting dalam menentukan etiologi. Riwayat keluarga penting

untuk mengetahui adanya penyakit yang diturunkan seperti sindrom

marfan, osteogenesis imprefekta, dan sebagainya. Seorang anak yang

asimptomatik atau dengan perjalanan penyakit yang cepat perlu dicurigai

adanya kondisi lebih serius seperti gangguan neurologi, kelainan

kongenital, tumor, atau infeksi.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan awaldi lakukan penilaian tinggi badan anak, kemudian

dilakukan pengecekan sesuai kurva tinggi badan sesuai umur. Biasanya

didapati tinggi badan anak dibawah persentil normal dari tinggi badan

anak umur yang seharusnya.

Selanjutnya dilakukan evaluasi ekstremitas bawah pada anak. Pada awal

pemeriksaan untuk dapat mengevaluasi secara keseluruhan ekstremitas

bawah pada anak, maka pakaian yang menghalangi pemeriksaan

ekstreemitas harus dilepas. Dinilai pola berdiri anak, apakah ada posis

abnormal dari kesegarisan ekstremitas bawah anak, dinilai ada atau

tidaknya keabnormalan cara berjalan anak. Jika didapatkan ke

abnormalan, kemudia anak diminta untuk berbaring pada meja

pemeriksaan untuk menilai apakah ada genuvarum atau genuvalgus.

Untuk penentuan kelainan pada anak dapat dilakukan dengan dua cara,

yang pertama adalah dengan mengukur sudut femoral-tibia yaitu sudut

yang dibentuk antara paha dan bagian bawah; atau dpat dinlai dengan

menghitung jarak antar tulang, yaitu jarak interkondilar ( pada genuvarum)

jarak yang ada diantara kondilusmedial femur dari kedua lutut atau

dengan mengukur jarak intermaleolar (pada genuvalgum), yaitu jarak

antara maleolus medial pada pergelangan kaki. Pada pemeriksaan jarak

interkondilar untuk menentukan adanya genuvarum, pasien dalam posisi

berdiri dengan kedua pergelangan kaki saling bersentuhan, sedangkan

untuk pemeriksaan jarak intermaleolar, anak diminta berdiri dengan lutut

yang dirapatkan dan saling bersentuhan. Pemeriksaan ini dilakukan,

26

Page 30: askep genuvarum baru

karena harusnya pada saat anak berdiri dalam posissi kedua kaki saling

merapat, seharusnya baik lutut maupun pergelangan kaki (kondilus dan

maleolar) akan saling bertemu. Pada anak usia 10-16 tahun, jarak

interkondilar normal kurang dari 4 cm pada anak perempuan dan kurang

5 cm dari anak laki-laki, sedangkan untuk jarak intermaleolus normal

adalah kurang dari 8 cm untuk anak perempuan dan kurang dari 4 cm

untuk anak laki-laki.

(gambar 9 pemeriksaan jarak interkondilar pada anak dengan genuvarus).

3. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan radiologi dilakukan jika anak memiliki tinggi badan dibawah

persentil 25 (bedasarkan kurva tinggi badan terhadap umur). Untuk

genuvarum maupun genuvalgum, pemeriksaan radiologi dilakukan

dengan mengambil foto antero-posterior paha hingga pergelangan kaki

untuk kedua ekstremitas. Aksis mekanikal dan juga aksis anatomi dari

ekstremitas bawah di ukur untuk menentukan diagnosis. Pada anak-anak

dengan genuvarum, dilakukan pengukuran sudut metafisis-diaphysis

(metaphysial-diaphysial angle). Pada anak dengan kecurigaan memiliki

kelainan genuvarum, dapat dilakukan penilaian sudut metafisis-diapisis

(metaphysial-diaphysial angle, MDA) untuk membedakan antara

genuvarum dan tibia vara, pada genuvarum sudut yang dibentuk biasanya

kurang dari 11 derajat sedangakan pada tibia vara sudut yang dibentuk

melenbihi 11 derajat.

II. Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

2. Mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas ekstremitas bawah

3. Koping tidak efektif berhubungan dengan ancaman terhadap citra diri.

4. Gangguan citra tubuh situasional berhubungan dengan deformitas

ekstremitas bawah.

27

Page 31: askep genuvarum baru

III. Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

nyeri berkurang.

KH :

1) Skala nyeri pasien berkurang

2) Pasien merasa lebih nyaman

Intervensi RasionalM

1) Minta pasien untuk

menyebutkan tingkat nyeri,

skala 1-10.

2) Anjurkan posisi pasien yang

nyaman.

3) Anjurkan pasien untuk

istirahat dan tidak

melakukan aktivitas berat.

K

1) Kolaborasi dengan dokter

untuk memberikan obat

analgetik.

O

1) Pantau kembali skala nyeri

pasien, sekitar 20-30 menit

setelah tindakan mandiri

keperawatan atau

pemberian obat.

H

1) Ketika skala nyeri sudah

berkurang dan pasien sudah

merasa nyaman, ajarkan

teknik pengendalian nyeri

M

1) Untuk menentukan tindakan

keperawatan sesuai skala

nyeri.

2) Menurunkan ketegangan dan

mendistribusikan kembali

tekanan pada bagian tubuh.

3) Peningkatan tingkat energi

K

1) Munurunkan tingkat nyeri

yang adekuat.

O

1) Untuk mengetahui reaksi dan

keefektifan obat.

H

1) teknik nonfarmakologis

pengurangan nyeri akan

efektif jika nyeri masih bisa

ditoleransi.

28

Page 32: askep genuvarum baru

nonfarmakologis

2. Mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas ekstremitas bawah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3x24 jam untuk

memperlihatkan kekuatan otot dan ROM sendi.

Kriteria Hasil :

1. Klien mencapai tingkat mobilitas secara mandiri.

2. Klien dapat mempertahankan secara mandiri tingakt fungsionalnya.

Intervensi Rasional

M

1) Lakukan latihan

ROM untuk sendi,

dan tingkatkan dari

pasif ke aktif sesuai

toleransi.

2) Miringkan dan atur

posisi pasien setiap

2 jam pada saat

pasien di tempat

tidur.

3) Beri dorongan

mobilitas mandiri

dengan membantu

pasien penggunaan

palang bertingkat

dan lakukan aktivitas

perawatan diri.

K

1) Lakukan program

medis untuk

mengelola atau

mencegah

komplikasi.

M

1) Untuk mencegah kontraktur

sendi dan atropi otot.

2) Untuk mencegah kerusakan

kulit dengan mengurangi

tekanan.

3) Untuk meningktakan tonus

otot dan harga diri pasien.

1.

K

1) untuk meningkatkan

kesehatan dan

kesejahteraan pasien.

2) untuk mempertahankan

sendi pada posisi 29

Page 33: askep genuvarum baru

2) Tempatkan sendi

pada posisi

fungsional.

3) Berikan mobilisasi

progesif untuk

keterbatasan kondisi

pasien (mobilitas

tempat tidur ke

mobilitas kursi

sampai ke berjalan).

4) Rujuk ke ahli fisik

untuk

pengembangan

program mobilitas.

O

1) identifikasi tingkat

fungsional dengan

menggunakan skala

mobilitas fungsional.

2) Pantau dan catat

setiap hari bukti

komplikasi mobilitas.

H

1) ajarkan pasien dan

anggota keluarga

tentang latiahn ROM

dan program

mobilitas.

fungsional dan

mencegah deformitas

muskuloskeletal.

3) untuk mempertahankan

tonus otot dan

mencegah komplikasi

imobilitas.

4) untuk membantu

rehabilitasi defisit

muskuloskeletal.

O

1) Untuk menunjang

kontinuitas dan menjaga

tingkat kemandirian

yang terindentifikasi.

2) untuk mengetahui

disfungsi neuromuskular

yang lebih cenderung

mengalami komplikasi.

H

1) Untuk membantu

mempersiapkan pemulangan

pasien.

3. Koping tidak efektif berhubungan dengan ancaman citra diri.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan30

Page 34: askep genuvarum baru

KH :

1) Pasien dapat menjalankan perawatan kesehatan dengan positif.

2) Pasien berinteraksi dengan orang lain dan dapat diterima secara

social.

Intervensi RasionalM

1) Berikan kesempatan pasien

untuk melakukan perawatan

diri.

2) Bantu pasien untuk membuat

keputusan yang berkaitan

dengan terapi.

3) Berikan kesempatan pada

pasien untuk berinteraksi

dengan orang lain dengan

terjadwal.

O

1) Observasi pola interaksi

pasien.

H

1) Dorong pasien untuk

mengevaluasi dirinya, seperti

dengan membuat daftar

tertulis tentang sifat positif

dan negatife dari dirinya.

M

1) Untuk memberikan rasa

kontrol terhadap perawatan

diri.

2) Dapat membuat keputusan

sesuai kemampuan.

3) Supaya terbiasa interaksi

dengan orang lain.

O

1) Untuk mengetahui

perkembangan terhadap

pola interaksi pasien dengan

orang lain secara efektif.

H

1) teknik nonfarmakologis

pengurangan nyeri akan

efektif jika nyeri masih bisa

ditoleransi.

4. Gangguan citra tubuh situasional berhubungan dengan deformitas

ekstremitas bawah.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan

KH :

1) Pasien dapat mengungkapkan perasaan tentang situasinya.31

Page 35: askep genuvarum baru

2) Dapat menerima keadaan dengan ikhlas

Intervensi RasionalM

1) Anjurkan pasien untuk

mengungkapkan perasaan

tentang dirinya.

2) Sediakan waktu khusus

untuk berbicara secara

sosial.

K

1) Rujuk pasien kepada ahli

terapi fisik atau instruktur

pendidikan fisik yang

bermutu untuk mempelajari

keamanan latihan sesuai

usia

O

1) Observasi status mental

pasien melalui wawancara

minimal sehari sekali.

H

1) Berikan umpan balik positif

ketika pasien menunjukkan

peningkatan harga diri

melalui pernyataan atau

perilaku.

M

1) Untuk mempertimbangkan

perubahan di masa yang

akan datang.

2) Meningkatkan keterampilan

koping.

K

1) Agar pasien mengikuti

instruktur

O

1) Untuk mengetahui tingkat

kecemasan pasien

terhadap penyakitnya.

H

1) Membantu pasien merasa

bahwa dirinya dapat

melakukan koping secara

efektif.

32

Page 36: askep genuvarum baru

BAB IV KESIMPULAN

Deformitas varus merujuk pada angulasi abnormal dari suatu ekstremitas.

Deformitas angulasi tersebut dapat terjadi pada sendi, atau pada tulang di

dekat sendi, namun dapat juga terjadi pada tangkai tulang. Varus adalah

angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer dimana pasien berada.

Genuvarum adalah angulasi tulang dimana segmen distal dari sendi lutut ke

sendi tengah. Genuvarum dapat merupakan variasi normal (fisiologis) dan

membaik secara spontan. Sebagian lainnya, merupakan kondisi patologis

yang memerlukan peyangga (brace) dan tindakan pembedahan.

33

Page 37: askep genuvarum baru

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Helmi, Noor Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:Salemba Medika.

Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesPenyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Wong, Donna. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

34