BAB ITINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR FEBRIS CONVULSION (KEJANG DEMAM)1.
Pengertian
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara
tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak,
sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,
2008).Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Ngastiyah, 2009)
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam
tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia
yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia,
2008).Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu
38o C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.2.
KlasifikasiMenurut Ngastiyah ( 2009), klasikfikasi kejang demam
adalah :a. Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung kurang
dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang
demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu
:1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun2) Kejang
berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.3) Kejang
bersifat umum4) Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul
demam.5) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal6)
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukan kelainan.7) Frekuensi kejang bangkitan dalam 1
tahun tidak melebihi 4 kalib. Kejang kompleks :
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari
ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2008) biasanya dari
kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari
15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24 jam). Di
sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau
riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.
3. EtiologiPenyebab Febris Convulsion hingga kini belum
diketahui dengan pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi
saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis
dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu tinbul pada suhu
yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang (Mansjoer, 2008).Kejang dapat terjadi pada
setiap orang yang mengalami hipoksemia berat (penurunan oksigen
dalam darah),hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi,
intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yangdisebabkan oleh
gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya
dihilangkan (Corwin,2008).4. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak
diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu
adalah oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan
keotak melalui system kardiovaskuler. Berdasarkan hal diatas bahwa
energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah
menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran
sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan
luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat
dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam
dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut
potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K,
ATP yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial
membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang
extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari
patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada
seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat
terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut
dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.Lepasnya muatan
listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang
yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama
lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2
dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi
hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.
(Sumijati, 2009)5. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinik klien dengan kejang demam antara lain :
a. Suhu tubuh > 38Cb. Serangan kejang biasanya berlangsung
singkat (kurang dari 15 menit)c. Sifat bangkitan dapat berbentuk
:1) Tonik : mata ke atas, kesadaran hilang dengan segera, bila
berdiri jatuh ke lantai atau tanah, kaku, lengan fleksi,
kaki/kepala/leher ekstensi, tangisan melengking, apneu, peningkatan
saliva2) Klonik : gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan
ekstremitas berada pada kontraksi dan relaksasi yang berirama,
hipersalivasi, dapat mengalami inkontinensia urin dan feses3) Tonik
Klonik4) Akinetik : tidak melakukan gerakand. Umumnya kejang
berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa
adanya kelainan saraf.(Krisanty, 2008)6. KomplikasiPada penderita
kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi.
Mula mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu
timbul spastisitas. Kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.Ada
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :a. Pneumonia aspirasib. Asfiksiac. Retardasi mental
(Rendle, 2010)
7. Penatalaksanaan dan PengobatanDalam penaggulangan kejang
demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :a. Pemberantasan
kejang secepat mungkinPemberantasan kejang di Sub bagian Saraf
Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI sebagai berikut :
Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :
1) Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata 0,3 mg/kg
atau segera diberikan diazepam rectal dosis 10 kg : 5 mg bila
kejang tidak berhenti 10 kg : 10 mg tunggu 15 menit dapat diulang
dengan cara/dosis yang sama kejang berhenti berikan dosis awal
fenobarbital dosis : neonatus : 30 mg I.M, 1 bulan - 1 tahun : 50
mg I.M, > 1 tahun ; 75 mg I.M. 2) Bila diazepam tidak tersedia,
langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal dan selanjutnya
diteruskan dengan dosis rumat.(Hudak dan Gallo, 2008)
b. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1) Semua pakaian ketat dibuka 2) Posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung 3) Usahakan agar jalan napas
bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen4) Pengisapan lendir harus
dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen c. Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada
hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada
hari berikutnya. d. Mencari dan mengobati penyebab Penyebab kejang
demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan astitis media
akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati penyakit
tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih
intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium
dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG,
ensefalografi, dll(Lumbantobing, 2009)8. Pemeriksaan
Laboratorium
Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa
pemeriksaan gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini
berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan
meningitis bakterilisasi. Selain itu pemeriksaan laboratorium
lainnya yaitu: a. Pemeriksaan darah rutin : Hb, Ht dan Trombosit.
Pemeriksaan darah rutin secara berkala penting untuk memantau
pendarahan intraventikuler.b. Pemeriksaan gula darah, kalsium,
magnesium, kalium, urea, nitrogen, amonia dan analisis gas darah.c.
Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan
kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus
diputar, dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan
adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi
lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga
tabung yang diisi cairan serebro spinal d. Pemeriksaan EKG dapat
mendekteksi adanya hipokalsemiae. Pemeriksaan EEG penting untuk
menegakkan diagnosa kejang. EEG juga diperlukan untuk menentukan
pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar
belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau
dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis
yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan
perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk
menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang
tidak dapat meramalkan prognosis.f. Bila terdapat indikasi,
pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis yang pasti
yaitu mencakup :1) Periksaan urin untuk asam amino dan asam
organic2) Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis
rubella, citomegalovirus dan virus herpes.3) Foto rontgen kepala
bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih besar dari aturan
baku4) USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular5) Penataan kepala untuk mengetahui
adanya infark, perdarahan intrakranial, klasifikasi dan kelainan
bawaan otak6) Top coba subdural, dilakukan sesudah pungsi lumbal
bila transluminasi positif dengan ubun ubun besar tegang, membenjol
dan kepala membesar.
(Mansjoer, 2008)9. Tumbuh Kembang Pada Anak Usia 1 3 Tahun
a. Fisik1) Ubun-ubun anterior tertutup.2) Physiologis dapat
mengontrol spinkterb. Motorik kasar
1) Berlari dengan tidak mantap2) Berjalan diatas tangga dengan
satu tangan 3) Menarik dan mendorong mainan4) Melompat ditempat
dengan kedua kaki5) Dapat duduk sendiri ditempat duduk6) Melempar
bola diatas tangan tanpa jatuh
c. Motorik halus
1) Dapat membangun menara 3 dari 4 bangunan2) Melepaskan dan
meraih dengan baik3) Membuka halaman buku 2 atau 3 dalam satu
waktu4) Menggambar dengan membuat tiruan
d. Vokal atau suara
1) Mengatakan 10 kata atau lebih2) Menyebutkan beberapa obyek
seperti sepatu atau bola dan 2 atau 3 bagian tubuh
e. Sosialisasi atau kognitif
1) Meniru 2) Menggunakan sendok dengan bai3) Menggunakan sarung
tangan4) Watak pemarah mungkin lebih jelas5) Mulai sadar dengan
barang miliknya
(Soetjiningsih, 2008)10. Dampak Hospitalisasi
Pengalaman cemas pada perpisahan, protes secara fisik dan
menangis, perasaan hilang kontrol menunjukkan temperamental,
menunjukkan regresi, protes secara verbal, takut terhadap luka dan
nyeri, dan dapat menggigit serta dapat mendepak saat berinteraksi.
Permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut :a. Rasa
takut
1) Memandang penyakit dan hospitalisasi2) Takut terhadap
lingkungan dan orang yang tidak dikenal3) Pemahaman yang tidak
sempurna tentang penyakit4) Pemikiran yang sederhana : hidup adalah
mesin yang menakutkan5) Demonstrasi : menangis, merengek,
mengangkat lengan, menghisap jempol, menyentuh tubuh yang sakit
berulang-ulang.
b. Ansietas
1) Cemas tentang kejadian yang tidakdikenal2) Protes (menangis
dan mudah marah, (merengek)3) Putus harapan : komunikasi buruk,
kehilangan ketrampilan yang baru tidak berminat4) Menyendiri
terhadap lingkungan rumah sakit5) Tidak berdaya6) Merasa gagap
karena kehilangan ketrampilan7) Mimpi buruk dan takut kegelapan,
orang asing, orang berseragam dan yang memberi pengobatan atau
perawatan8) Regresi dan Ansietas tergantung saat makan menghisap
jempol9) Protes dan Ansietas karena restrain
c. Gangguan citra diri
1) Sedih dengan perubahan citra diri2) Takut terhadap prosedur
invasive (nyeri)3) Mungkin berpikir : bagian dalam tubuh akan
keluar kalau selang dicabut
(Soetjiningsih, 2008)B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN FEBIS
CONVULSION
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam
menurut Greenberg (2008), Paula Krisanty (2008) adalah:
a. Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan umum, perubahan
tonus / kekuatan otot. Gerakan involunter
b. Sirkulasi : peningkatan nadi, sianosis, tanda vital tidak
normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
c. Integritas ego : stressor eksternal / internal yang
berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan, peka
rangsangan.
d. Eliminasi : inkontinensia episodik, peningkatan tekanan
kandung kemih dan tonus spinkter
e. Makanan / cairan : sensitivitas terhadap makanan, mual dan
muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan
lunak / gigi
f. Neurosensor : aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala
dan infeksi serebra
g. Riwayat jatuh / trauma
h. Riwayat Kesehatan :
1) Saat terjadinya demam : keluhan sakit kepala, sering
menangis, muntah atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak,
sulit makan, tidak tidur nyenyak. Tanyakan intake atau output
cairan, suhu tubuh meningkat, obat yang dikonsumsi
2) Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
3) Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA,
pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria,
morbilivarisela dan campak.
4) Adanya riwayat trauma kepala
i. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital2) Status hidrasi3) Aktivitas yang masih
dapat dilakukan4) Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan
pernafasan, kulit teraba hangat5) Ditemukan adanya anoreksia, mual,
muntah dan penurunan berat badan6) Adanya kelemahan dan keletihan7)
Adanya kejang8) Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan
adanya peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat
dan berwarna kuning
j. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
1) Tingkat perkembangan anak terganggu2) Adanya kekerasan
penggunaan obat obatan seperti obat penurun panas3) Akibat
hospitalisasi4) Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit5)
Hubungan dengan teman sebaya
k. Pengetahuan keluarga1) Tingkatkan pengetahuan keluarga yang
kurang2) Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam3)
Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh4) Keterbatasan
menerima keadaan penyakitnya
2. Pathway
(Ngastiyah (2009), Krisanty (2008) dan Sylvia (2008))3. Diagnosa
KeperawatanMenurut Doengoes, (2007), Carpenito (2007) dan Krisanty
(2008) diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
:1) Resiko terhadap cidera b.d aktivitas kejang2) Resiko kejang
berulang b/d peningkatan suhu tubuh3) Hipertermia bd efek langsung
dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus4) Perfusi jaringan
cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak.
5) Kurang pengetahuan orang tua bd kurangnya informasi
4. Intervensi Keperawatana. Resiko terhadap cidera b.d aktivitas
kejang
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
resiko cidera dapat di hindari
NOC : Pengendalian Resiko
1) Pengetahuan tentang resiko2) Monitor lingkungan yang dapat
menjadi resiko3) Monitor kemasan personal4) Kembangkan strategi
efektif pengendalian resiko5) Penggunaan sumber daya masyarakat
untuk pengendalian resiko
Indkator skala :1 : Tidak adekuat2 : Sedikit adekuat3 :
Kadang-kadang adekuat4 : Adekuat5 : Sangat adekuatNIC : Mencegah
jatuh
1) Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang
dapat menjadikan potensial jatuh dalam setiap keadaan2)
Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan
potensial jatuh3) monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat
kelelahan dengan ambulasi4) instruksikan pada pasien untuk
memanggil asisten kalau mau bergerak
b. Resiko kejang berulang b / d peningkatan suhu tubuhTujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas kejang
tidak berulang
Kriteria hasil : Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali
normalIntervensi :
1) Kaji factor pencetus kejang. 2) Libatkan keluarga dalam
pemberian tindakan pada klien. 3) Observasi tanda-tanda vital. 4)
Lindungi anak dari trauma. 5) Berikan kompres dingin pada daerah
dahi dan ketiak.c. Hipertermia bd efek langsung dari sirkulasi
endotoksin pada hipotalamusTujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan suhu dalam rentang normal
NOC : Themoregulation
1) Suhu tubuh dalam rentang normal2) Nadi dan RR dalam rentang
normal3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan
tidak pusingIndicator skala :1 : ekstrem2 : berat3 : sedang4 :
ringan 5 : tidak ada gangguanNIC : Temperatur regulation
1) Monitor suhu minimal tiap 2 jam2) Rencanakan monitor suhu
secara kontinyu 3) Monitor tanda tanda hipertensi4) Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi5) Monitor nadi dan RR
d. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran
darah ke otak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali
normal
NOC : status sirkulasi 1) TD sistolik dbn2) TD diastole dbn3)
Kekuatan nadi dbn4) Tekanan vena sentral dbn5) Rata- rata TD
dbnIndicator skala :1 : Ekstrem2 : Berat3 : Sedang4 : Ringan5 :
Tidak tergangguNIC : Monitor TTV
1) Monitor TD, nadi, suhu, respirasi rate2) Catat adanya
fluktuasi TD3) Monitor jumlah dan irama jantung4) Monitor bunyi
jantung5) Monitor TD pada saat klien berbarning, duduk, berdiri
NIC : Status neurologia 1) Monitor tingkat kesadran2) Monitor
tingkat orientasi3) Monitor status TTV4) Monitor GCSe. Kurang
pengetahuan orang tua bd kurangnya informasiTujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi
pasienNOC : knowledge, diease proses
1) Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi
prognosis dan program pengobatan2) Keluarga mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan secara benar3) Keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainyaIndicator
skala :1) Tidak pernah dilakukan2) Jarang dilakukan3) Kadang
dilakukan4) Sering dilakukan5) Selalu dilakukan
NIC : Teaching : diease process
1) Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik2) Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi fisiologi
dengan cara yang tepat3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat4) Identifikasikan
kemungkinan dengan cara yang tepat
(Wilkinson, 2012)DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marillyn E. (2007). Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, Marillyn E. (2008). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3. Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo. (2008). Keprawatan kritis vol II. Jakarta :
EGC.Krisanty P. (2008). Asuhan Keperawatan Gawat darurat Jakarta :
Trans info Media.Lynda Juall C. (2007). Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica Ester Jakarta :
EGCMansjoer, Arif. (2008). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius.Ngastiyah. (2009). Perawatan Anak
Sakit. Jakarta : EGC.Soetjiningsih. (2008). Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta : EGC.Sumijati M. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kasus
Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak. Surabaya : PERKANI.
Sylvia. (2008). Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4.
Jakarta : EGC.Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC
(Edisi 9). Jakarta : EGC.Infeksi bakteri
Virus dan parasit
Rangsang mekanik dan biokimia
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Reaksi inflamasi
Proses demam
Hipertermia
Resiko kejang
berulang
Pengobatan perawatan
kondisi,
prognosis, dan diit
Kurang informasi, kondisi, prognosis/pengobatan dan
perawatan
Kurang pengetahuan
Inefektif
Penatalaksanaan kejang
Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler
Ketidakseimbangan potensial membran ATP ASE
Difusi Na+ dan K+
Kejang
Kurang dari 15 menit
Tidak menimbulkan gejala
Resiko cedera
Lebih dari 15 menit
Perubahan supaly darah ke otak
Resiko kerusakan sel neuron otak
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
Kelainan neurologis perinatal / prenatal