Top Banner
ASKEP FRAKTUR FEMUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi modern ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang banyak mengakibatkan teruma atau cedera (Fraktur). Fraktur adalah rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan cedera jaringan lunak, kerusakan otot repture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ tubuh. Biasanya terjadi karena disebabkan oleh pukulan langsung gaya majemuk, gerakan memutar mendadak dan bahkan kontraksi eksterm meskipun tulang patah jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Guna memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio dan kultural pada Tn. M melalui pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur Femor Sinistra
43

Askep Fraktur Femur

Jan 28, 2016

Download

Documents

Odhi Angell

tugas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep Fraktur Femur

ASKEP FRAKTUR FEMUR

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Di era globalisasi modern ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang banyak

mengakibatkan teruma atau cedera (Fraktur).

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan cedera

jaringan lunak, kerusakan otot repture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ

tubuh. Biasanya terjadi karena disebabkan oleh pukulan langsung gaya majemuk, gerakan

memutar mendadak dan bahkan kontraksi eksterm meskipun tulang patah jaringan sekitarnya

juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi,

dislokasi sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah.

B.     Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum

Guna memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan

secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio dan kultural pada Tn. M

melalui pendekatan proses keperawatan.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mampu melakukan pengkajian pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur Femor

Sinistra

b.      Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal:

Fraktur femor Sinistra

c.       Mampu melaksanakan tindakan pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor

Sinistra

d.      Mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

e.       Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan pada Tn.M dengan Sistem

Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra

f.       Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Terhadap Tn.M dengan Sistem

Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra

Page 2: Askep Fraktur Femur

g.      Mampu membahsa kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasusu beserta pemecahannya.

C.    Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan studi kasus ini adalah

metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1.      Wawancara

Dilakukan dengan penulis mengajukan pertanyaan baik kepada pasien maupun keluarga dan

pihak-pihak terkait yang dinilai perlu untuk dimintakan kekurangan.

2.      Observasi

Penulis mengadakan pemantauan langsung yaitu dengan mengkaji pasien tersebut meliputi

pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

3.      Dokumentasi

Yaitu penelusuran data klien di Ruang E yang terdapat dalam status keperawatan klien.

D.    Sistematika Penulisan

BAB I         :    Pendahuluan, berisi tentang, latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,

sistematika penulisan. 

BAB II       :    Tinjauan Teoritis, berisi tentang konsep dasar yang terdiri dari pengertian, anatomi, fisiologi,

patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala, klasifikasi klinis, proses penyembuhan tulang,

komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, juga berisi tentang asuhan keperawatan yang

meliputi kajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi.

BABA III   :    Tinjauan Kasus dan Pembahasan, berisi tentang dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Tn.M

dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra mulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi

BAB IV      :    Penutup, yaitu berisi tentang kesimpulan dan saran, terhadap hasil penulisan laporan studi kasus

ini

Page 3: Askep Fraktur Femur

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.    Konsep Dasar

1.      Pengertian

Fraktur adalah terputusanya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (R. Sjamsuhidayat & Wim De Jong, 1997: 1138).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya

(Brunner dan Suddart, 2001 : 2357).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan

cedera jaringan lunak, kerusakan otot rupture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-

organ tubuh (Sari Fatimah, 2003:73).

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang fraktur diakibatkan oleh tekanan eksternal

yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Barbara Engram, Rencana Asuhan dan

Dokumentasi Diagnosa dan Masalah Kolaboratid 346).

2.      Anatomi

Di bawah ini gambar anatomi system muskuloskeletal bagian cruis tibia dan fibura yang berhubungan dengan fraktur

Page 4: Askep Fraktur Femur

Gambar 1: Anatomi tulang cruis tibia dan fibur Sumber: Drs. Syaifudin, 1997:29

Sistem muskuloskeletal secara umum berfungsi untuk menegakkan postur dan untuk

pergerakan yang terdiri dari komponen tulang, otot, cartilago, ligament, ktendon, fasia, burasa

dan sendi.

Tulang adalah jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel yaitu Osteoblas, Osteosid

dan Osteoklas.

1.      Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen dan proteoglikan sebagai matrikc

tulang (Osteosid) melalui proses asifikasi.

2.      Osteosid adalah sel tulang dewasa yang berperan sebagai lintasan pertukaran kimiawi melalui

tulang yang padat.

3.      Osteoklas adalah sel-sel besar multinukleus yang memungkinkan mineral dan matrik tulang

dapat diabsorpsi.

Tulang juga merupakan jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat pada tubuh

setiap tulang memiliki karakteristik dan gambaran permukaan tertentu yang mengidentifikasi

fungsinya dalam hubungannya terhadap tulang lain otot dan fraktur tubuh lainnya secara

keseluruhan tulang dipersarafi oleh serabut saraf sympatik dan afferent.

Page 5: Askep Fraktur Femur

Persendian merupakan suatu jaringan yang menghubungkan suatu tulang dengan tulang

lainnya fungsi utamanya adalah suatu pergerakan dan fleksibilitas tubuh. Struktur tulang

memberikan perlindungan terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan perut.

a.       Fungsi Tulang

1)      Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk pada kerangka tubuh.

2)      Melindungi organ-organ tubuh

3)      Untuk pergerakan

4)      Merupakan gudang penyimpanan mineral

5)      Hematopoesa (tempat pembentukan sel darah merah dalam sum-sum tulang).

b.      Bagian-bagian yang terdapat pada tulang terdiri atas:

1)      Foramen, yaitu suatu lubang tempat melaluinya pembuluh darah, saraf dan ligamentum,

misalnya pada tulang kepala belakang yang disebut foramen oksipital.

2)      Fosa, yaitu suatu lekukan di dalam atau pada permukaan tulang, misalnya pada scapula yang

disebut prosesus spinousus.

3)      Prosesus, yaitu suatu tonjolan misalnya terdapat pada ruas tulang belakang yang disebut

prosesus.

4)      Kondilus, yaitu taju yang bentuknya bundar merupakan benjolan.

5)      Tuberkulum, yaitu tonjolan kecil.

6)      Tuberositas merupakan tonjolan besar.

7)      Trokanter, yaitu tonjolan besar pada umumnya tonjolan ini pada tulang paha (Femur).

8)      Krista pinggir atau tepi tulang misalnya terdapat tulang ilium yang disebut krista iliaka.

9)      Spina, yaitu tonjolan yang bentuknya agak runcing misalnya terdapat pada tulang iliaka yang

disebut spina iliaka.

10)  Kaput, yaitu (kepala tulang/bagian ujung yang bentuknya bundar misalnya terdapat pada tulang

paha yang disebut femoris.

1.      Etiologi

Fraktur bisa disebabkan oleh pukulan langsung gaya majemuk, gerakan memutar

mendadak dan bahkan kontraksi otot eksterm, meskipun tulang patah. Jaringan sekitarnya juga

akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi

sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Barbara Engram : 2357).

Page 6: Askep Fraktur Femur
Page 7: Askep Fraktur Femur

2.      Patofisiologi

Adanya trauma/Ruda paksa

Meningkatnya tekanan pada ekstremitas

Tahanan tulang lebih dan beban tekanan

Terputusnya kontinuitas tulang (fraktur)

          Merusak jaringan lunak                                                 Tidak terjadi

                                                                                        kerusakan/luka pada

         Luka pada kulit, mukosa                                               kulit, mukosa

                           

                   Patah tulang                                                                   

                                                                                                       

                 Fraktur terbuka                                                     Fraktur tertutup

(Elizabeth, J. Corwin: 2000)

3.      Tanda dan Gejala

a.       Deformitas: Perubahan struktur dan bentuk.

b.      Pembengkakan atau penumpukan cairan atau darah karena kerusakan pembuluh darah.

c.       Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat oleh penekanan sisi-

sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.

d.      Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur.

e.       Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal

f.       Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf di mana saraf ini dapat

terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.

Page 8: Askep Fraktur Femur

g.      Kretitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.

h.      Pergerakan abdnormal.

i.        Hasil foto rontgen yang abdnormal.

(Burnner and Suddart 2001:2358)

4.      Klasifikasi

a.       Klasifikasi menurut bentuk patah tulang/fraktur

1.      Fraktur komplet, pemisahan komplet dari tulang menjadi dua fragment.

2.      Fraktur in komplet, patah sebagian dan tanpa pemisahan.

3.      Simple atau closed fraktur patah tulang tetapi kulit utuh.

4.      Fraktur complikata, tulang yang patah menusuk kulit tulang terlihat.

5.      Fraktur tanpa perubahan posisi tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal.

6.      Fraktur dengan perubahan posisi tulang yang patah berjauhan dari tempat patah.

7.      communited fraktur tulang patah menjadi beberapa fragmen.

8.      Imfacted telescoped frakture, salah satu ujung tulang yang patah menancap pada yang lain.

b.      Klasifikasi menurut garis patah tulang

1.      Green stick retak pada sebelah sisi dari tulang

(sering terjadi pada anak dengan tulang lembek)

2.      Transverse patah menyilang

3.      Obligue garis patah miring

4.      spiral patah tulang melingkari tulang

5.      comminuted patah tulang m,enjadi beberapa fragments

Green Stick             Transverse        Obligue           Spiral                        Comminuted

5.      Proses Penyembuhan Tulang

Page 9: Askep Fraktur Femur

a.       Hematomo Formation (pembukaan hematom) karena pebuluh darah cidera, maka terjadi

perdarahan pada daerah fraktur, darah menumpuk dan mengeratkan ujung-ujung tulang yang

patah.

b.      Fibrin meskwork (pembentukan fibrin) hematoma, menjadi terorganisir karena fibrioblast masuk

lokasi cedera membentuk fibrin merkwork (gumpalan fibrin) berdinding sel darah putih pada

lokasi melokalisis radang  

c.       Inflamasi Osteoblast

Osteoblast masuk ke daerah fibrosis untuk mempertahankan penyambungan tulang pembuluh

darah berkembang mengalirkan nutrisi untuk membentuk kolagen (collagen) untalan kolagen

terus disatukan dengan kalsium.

d.      Callus Formation

1)      Osteoblast terus membuat jala untuk membangun tulang

2)      Osteoblast merusakan tulang mati dan membantu mensintesa tulang baru.

3)      Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan deposit kalsium.

e.       Remodeling

Pada langkah terakhir ini callus yang berlebihan diabsorpsi dan tulang trabecular terbentuk pada

garis cedera.

6.      Komplikasi

a.       Komplikasi dini

1)      Syok

2)      Symdrom kompartemen

3)      Sindrom embuli lemak

4)      Iskemik

b.      Komplikasi lanjutan

1)      Malunion

2)      Deloyed linion

3)      Non union

4)      Kekakuan sendi

7.      Pemeriksaan Diagnostik

a.       Rontgen

Page 10: Askep Fraktur Femur

b.      Scan tulang scan/MR I tomogram

c.       Arteriogram

d.      Hitung darah lengkap

e.       Kreatinin

f.       Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi atau cedera hati.

(Marilyn Doengoes, 1999).

8.      Penatalaksanaan

a.       Rekognisi riwayat kecelakaan atau riwayat terjadinya fraktur harus diketahui dengan pasti, hal

ini untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.

b.      Reduksi merupakan upaya memanifulasi fragmen tulang agar dapat kembali seperti semula

seoptimal mungkin.

c.       Retensi memelihara reduksi sampai penyembuhan

d.      Rehabilitasi pencapaian kembali fungsi normalnya.

B.     Proses Pengkajian

1.      Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal perlu diperhatikan

adalah sebagai berikut:

a.       Pengumpulan data yang meluputi:

1)      Biodata klien dan penanggung jawab klien

Terdiri dari nama, umum, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, tanggal masuk,

rumah sakit, No. Mederc dan diagnosa medis.

2)      Keluhan Utama

Pada saat dikaji klien mengalami fraktur dan memobilisasikan alasannya yaitu mengeluh tidak

dapat melakukan pergerakan nyeri: lemah dan tidak dapat melakukan sebagian aktivitas sehari-

hari

3)      Riwayat Kesehatan Sekarang

Menceritakan kapan klien mengalami fraktur dimana dan bagaimana terjadinya sehingga

mengalami fraktur, klien yang mengalami fraktur akan mengeluh nyeri pada daerah tulang yang

Page 11: Askep Fraktur Femur

luka sehingga dengan adanya nyeri klien tidak dapat menggerakan anggota badannya yang

terkena fraktur nyeri dirasakan bisa pada saat bergerak saja atau terus menerus akibat tidak bisa

bergerak yang disebabkan karena nyeri akan menyebabkan klien tidak dapat memenuhi ADL-

nya secara maksimal.

Page 12: Askep Fraktur Femur

4)      Riwayat Kesehatan Dahulu

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami sesuatu penyakit yang berat atau

penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.

5)      Riwayat Kesehatan Keluarga

Perlu diketahui untuki menentukan apakah dalam keluarga terdapat penyakit keturunan/penyakit

karena lingkungan yang kurangt sehat yang berdampak negatif pada seluruh anggota keluarga

termasuk pada klien sehingga memungkinkan untuk memperbesar penyakitnya.

6)      Riwayat Psikososial

Pengkajian yang dilakukan pada klien imobilisasi pada dasarnya sama dengan pengkajian

psikososial pada gangguan sistem lain yaitu mengenal konsep diri (gambaran diri, ideal diri,

harga diri dan identitas diri) dan hubungan serta interaksi klien baik dengan anggota keluarga

maupun dengan lingkungan di mana ia berada.

7)      Aktivitas Sehari – hari

Upaya mengetahui adanya perubahan pola yang berhubungan dengan

penyimpangan/terganggunya sistem tubuh tertentu serta dampaknya terhadap pemenuhan

kebutuhan dasar pasien.

b.      Pemeriksaan Fisik

1)      Keadaan Umum

Pada klien imobilisasi biasanya mengalami, kelemahan kebersihan diri kurang bentuk tubuh

kurus akibat penurunan berat badan kesadarannya kompementis.

2)      Sistem Pernapasan

Dikaji ada tidaknya sekret, gerak dada saat bernapas auskultasi bunyi napas, ada tidaknya nyeri

tekan pada daerah dada serta frekuensi napas.

3)      Kajian Nyeri

        Klien mengeluh nyeri pada kaki kiri

        Mengeluh kaki kirinya tidak bisa digerakkan

        Saat dikaji skala nyeri 1 – 10 klien mengatakan nyerinya berada di no. 3

2.      Analisa Data

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1. DS:

-      Klien mengeluh sakit pada

Trauma

Gangguan rasa

nyaman nyeri

Page 13: Askep Fraktur Femur

bagian kaki kiri

DO:

-      Eskpresi wajah klien

meringis kesakitan

-      Skala nyeri 8

Terputusnya kontinuitas

jaringan

Pengeluaran epineprin  dan non

epineprin

Dihantarkan ke Hipotalamus

Nyeri

2. DS:

-      Klien mengeluh kaki

kirinya tidak bisa

digerakkan

DO:

-      Setiap tindakan dibantu

oleh keluarga dan perawat

-      Klien tampak lemah

-      Kaki klien di pasang gips

dan traxi

Adanya/timbul rasa nyeri yang

bertambah bila digerakkan

Klien membatasi gerak

tubuhnya

Aktivitas yang dilakukan

terbatas/minimal

Kurangnya

aktivitas/mobilitas

fisik

3. DS:

-      Klien selalu menanyakan

tentang keadaannya

DO:

Kurangnya pengetahuan klien

tentang keadaan dan prosedur

yang dilakukan

Gangguan rasa

aman cemas

Page 14: Askep Fraktur Femur

-      Klien kelihatan bingung

dan cemas

Stresor psikologi bagi klien

cemas

3.        Diagnosa Keperawatan

a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

b.      Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

c.       Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

4.        Intervensi

No DX. keperawatan Intervensi Rasional

1. Gangguan rasa

nyaman nyeri

-      Pertahankan imobilisasi

bagian yang sakit dengan

tirah baring

-      Tinggikan dan dukung

ekstremitas yang terkena

-      Beri obat sebelum

perawatan aktivitas

-      Lakukan dan awasi rentang

gerak aktif/pasif

-      Lakukan kompres dingin/ es

24 – 48 jam pertama

-      Berikan obat sesuai indikasi

-      Menghilangkan nyeri dan

mencegah kesalahan posisi

tulang/tegangnya jaringan

yang cedera

-      Meningkatkan aliran balik

vena menurunkan oedema

dan menurunkan rasa nyeri

-      Meningkatkan relaksasi otot

dan meringankan partisipasi

-      Mempertahankan kekuatan

mobilitas otot yang sakit dan

memudahkan resolusi

inflamasi pada jaringan yang

cedera.

-      Menurunkan oedema/

pembentukan hematoma

menurunkan sensasi nyeri

-      Diberikan untuk

menurunkan atau meng-

hilangkan rasa nyeri atau dan

spasme otot

Page 15: Askep Fraktur Femur

2. Kurangnya

aktivitas/mobilitas

fisik

-      Kaji derajat immobilitas

yang dihasilkan oleh

cedera/pengobatan dan dan

perhatian persepsi pasien

terhadap immo-bilisasi

-      Bantu/dorong perawatan

diri atau kebersihan seperti

mandi.

-      Awasi TD dengan

memikirkan aktifitas atau

kebersihan seperti mandi

-      Ubah posisi secara periode

dan dorong untuk latihan

bentuk napas dalam

-      Dorong peningkatan

masukan cairan sampai

2000-3000 ml/hari termasuk

air asam

-      Beri penjelasan pada

keluraga tentang kondisi

klien

-      Pasien mungkin dibatasi

oleh pandangan diri tentang

keterbukaan fisik aktual

memerlukan

infor-masi/intervensi  untuk

meningkatkan kemajuan

kesehatan

-      Meningkatkan kekuatan otot

dan sirkulasi, meningkatkan

kesehatan diri langsung

-      Hipotensi posteral atau

masalah umum menyertai

tirah baring yang lemah dan

dapat memerlukan intervensi

khusus.

-      Mencegah/menurunkan

insiden komplikasi kulit/

pernapasan (dekutibus)

-      Mempertahankan hidrasi

tubuh menurunkan resiko

infeksi urinarius, pem-

bentukan batu dan

konstepasi.

3. Gangguan rasa

aman cemas

-      Kaji tingkat kecemasan

keluarga klien

-      Beri penjelasan pada

keluarga tentang kondisi

klien

-      Menggali tingkat kecemasan

keluarga klien dapat

diketahui apakah keluarga

berada dalam tahap cemas,

ringan, sedang, dan berat.

-      Penjelasan dapat menambah

pengetahuan keluarga

tentang kondisi klien.

-      Dengan selalu berdoa akan

Page 16: Askep Fraktur Femur

-      Ajarkan pada kleuarga

untuk selalu beradoa dan

mesnuport klien agar cepat

sembuh

-      Beri reinforcement positif

bila kelaura dapat

menjelaskan kembali

tentang kondisi klien

mengurangi kecemasan bagi

keluarga klien

-      Reinforcement positif dapat

memberikan motivasi dan

meningkatkan semangat

keluarga sehingga dapat

mengurangi cemas.

Page 17: Askep Fraktur Femur

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

1.      Biodata

a.       Identitas Klien

Nama                         :   Tn. M

Jenis kelamin             :   Laki-laki

Umur                         :   43 tahun

Agama                       :   Islam

Pekerjaan                   :   Supir (Driver)

Pendidikan                :   SMP

Suku/Bangsa              :   Jawa/Indonesia

Gol. Darah                 :   A

Alamat                       :   Jl. Jagapura (Gegesik)

Tgl. Masuk RS           :   18 Juli 2006

Tgl. Pengkajian          :   24 Juli 2006

Diagnosa Medis         :   Fraktur Fermor Sinistra

No. Medrek               :   1336763

b.      Identitas Penanggung jawab

Nama                         :   Ny. N

Jenis kelamin             :   Perempuan

Umur                         :   40 tahun

Agama                       :   Islam

Pekerjaan                   :   IRT

Alamat                       :   Jagapura (Gegesik)

Hub. Dengan Klien   :   Istri        

Page 18: Askep Fraktur Femur

2.      Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri

3.      Riwayat Kesehatan

a.       Riwayat Kesehatan sekarang

Klien datang ke IGD di RSUD Arjawinangun pada tanggal 18 Juli 2006, jam 09.00 dengan

kondisi yang parah akibat kecelakaan mobil. Saat dikaji klien mengeluh sakit di kaki kiri, klien

mengatakan nyerinya seperti diremas-remas, klien mengeluh sakitnya saat beraktifitas, klien

lebih banyak diam di tempat tidur, saat dikaju skala nyeri dari 1 – 10 klien mengatakan nyerinyta

berada di No. 8

b.      Riwayat Kesehatan yang lalu

Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini yaitu patah tulang karena

kecelakaan.

c.       Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti klien dan

keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit menular  

4.      Keadaan Umum

a.       Tingkat kesadaran :  

1.      Eye movement    :    4

2.      Motorik               :    5

3.      Verbval               :       6      

                                 15 Composmentis

b.      Tanda-tanda vital

        Suhu                    :    36,5oC

        Nadi                    :    84 x/menit

        Respirasi             :    20 x/menit

        Tekanan darah    :    120/80 mmHg

c.       Penampilan umum

Klien tampak lemah dan tidak bisa bergerak/tidak bisa beraktifitas

5.      Pemeriksaan Fisik

Page 19: Askep Fraktur Femur

a.       Rambut

Distribusi merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, rambut pendek, tidak ada ketombe, tidak

rontok

b.      Kepala

Bentuk simetris, ada lesi akibat jahitan di bagian frontalis akibat benturan keras, tidak ada

oedema.

c.       Mata

Bentuk simetris, alis dapat digerakkan, konjungtiva, anemis, sclera ikterik, tidak ada lesi, tidak

ada nyeri tekan, fungsi penglihatan normal ditandai klien bisa mengenali perawat, orang-orang

disekitar.

d.      Telinga

Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik ditandai dengan

klien dapat menjawab pertanyaan perawat.

e.       Hidung

Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, warna coklat.

f.       Mulut

Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, lidah bersih.

g.      Leher

Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi refleks, menelan,

simetris.

h.      Dada

Tidak ada lesi, pola napas 20 x/menit, tidak oedema

i.        Abdomen

Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan di perut, tidak ada lesi

j.        Ekstremitas

        Ekstremitas atas

Tangan kiri terpasang infus RC 20 tts/menit, kedua tangan dapat digerakkan

        Ekstremitas bawah

Kaki kiri tidak bisa digerakkan, tapi kaki kanan dapat digerakkan.

Page 20: Askep Fraktur Femur

6.      Aspek Psiko, Sosio, dan Spiritual

a.       Aspek Psikologis

1.      Konsep diri

         Body image

Klien tampak cemas dengan adanya fraktur di kaki kananya.

         Ideal diri

Harapan klien segera sembuh dan bisa bekerja lagi.

         Harga diri

Klien sangat diperhatikan oleh anggota keluarganya.

         Identitas diri

Klien mampu mengenali dirinya, keluarga dan orang di sekitarnya.

         Peran diri

Peran klien tergangu sebagai kepala rumah tangga karena dengan adanya sakit itu klien tidak

bisa menafkahi keluarganya.

b.      Aspek Sosial

1.      Hubungan sosial

         Klien mengatakan bahwa orang yang terdekat dengan dirinya orang yang memperhatikan

dirinya, yaitu istrinya.

         Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti organisasi apapun

2.      Interaksi pada saat pengkajian

         Klien sangat kooperatif pada saat di ajak kerjasama pada saat pengkajian observasi.

c.       Aspek Spiritual

1.      Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya adalah sebuah ujian dan ia sabar menghadapi

kondisinya.

2.      Kegiatan ibadah

Klien selalu melaksanakan ibadah/solat 5 waktu setiap hari

Page 21: Askep Fraktur Femur

7.      Aktivitas sehari-hari

No Jenis Aktivitas Saat sehat/di rumah Saat sakit/di RS

1. Nutrisi

      Frekuensi

      Jenis makanan

      Pola makan

      Porsi makan

      Nafus makan

      Pantangan

      Alergi

      Kesulitan/gangguan

3 x sehari

Nasi + lauk pauk

Tidak teratur

1 porsi

ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

3 x sehari

Nasi + lauk pauk

Tidak teratur

1/2 porsi

ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

2. Minuman

      Jenis air minum

      Frekuensi

      Jumlah

      Kesulitan/gangguan

Air putih

2000 – 2500 cc

-

Tidak ada

Air putih

1500 – 2000 cc

-

Tidak ada

3. Eliminasi

a.    Eliminasi fasal

      Frekuensi

      Warna

      Konsistensi

      Kesulitan/gangguan

b.    Eliminasi urine

      Frekuensi

      Apakah lampias

      Warna, bau urine

      Apakah terpasang kateter

      Kesulitan gangguan

2 x sehari

Kuning

Lembek

Tidak ada

3 x sehari

Lampias

Transparan, khas

Tidak

Tidak

1 x sehari

Kuning

Lembek

Tidak ada

1 x sehari

Lampias

Transparan, khas

Tidak

Kesulitan

4. Personal hygiene

      Mandi 3 x sehari 1 x sehari

Page 22: Askep Fraktur Femur

      Oral hygiene

      Cusi rambut

      Potong kuku

      Ganti baju

3 x sehari

2 x seminggu

1 x seminggu

3 x sehari

1 x sehari

-

-

2 x sehari

5. Penggunaan waktu senggang

      Olah raga

      Rekreasi

Kadang-kadang

Tidak pernah

-

Tidak pernah

6. Istirahat

      Waktu tidur

      Durasi tidur

      Bangun malam hari

      Kualitas tidur

      Gangguan dalam tidur

20.00 – 21.00

6 – 8 jam

-

nyenyak

-

19.00 – 20.00

7 – 9 jam

-

Tidak nyenyak

-

8.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Lab. Darah : Hari rabu 19 juli 2006

Hemotologi

Hemotologi umum                                                Normal

1.      IDE                     : 50 mm/jam                        -15/-10 mm/jam

2.      Gol. Darah          : A

Imunologi/Serologi

I HB5A9 negatife (-)                                   Negatif (-)

b.      Program therapi

Infus RL

Th/ Ambasil           2 x 1

      Xevolac           2 x 1

      Novalgin

Page 23: Askep Fraktur Femur

B.     Analisa Data

No DataKemungkinan Penyebab/

PatofisiologiMasalah

1. DS:

-      Klien mengeluh sakit pada

bagian kaki kiri

DO:

-      Ekspresi wajah klien

meringis kesakitan

-      Skala nyeri 8

Trauma

Terputusnya kontinuitas jaringan

Pengeluaran epineprin  dan non

epineprin

Dihantarkan ke Hipotalamus

Nyeri

Gangguan rasa

nyaman nyeri b.d

terputusanya

kontinuitas

jaringan

2. DS:

-      Klien mengeluh tidak bisa

beraktivitas sendiri

DO:

-      Setiap gerakan selalu

dibantu

-      Adanya pemasangan traksi

Adanya Timbul rasa nyeri yang bertambah bila bergerak

Klien membatasi gerak

tubuhnya

Aktivitas yang dilakukan terbatas/minimal

Aktivitas terganggu

Kurangnya

aktivitas/mobilitas

fisik b.d nyeri

3. DS:

-      Klien selalu menanyakan

tentang keadaannya

DO:

-      Klien keihatan bingung

dan cemas

Kurang pengetahuan klien tentang keadaan dan prosedur

yang dilakukan

Stressor psikologi bagi klien

Cemas

Gangguan rasa

aman cemas b.d

kurang

pengetahuan

C.    Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusanya kontinuitas jaringan

2.      Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik b.d nyeri

3.      Gangguan rasa aman cemas b.d kurang pengetahuan 

Page 24: Askep Fraktur Femur

D.    Intervensi

No. DX. keperawatan Tujuan Intervensi

1.

Gangguan rasa  nyaman b.d

terputusnya kontinuitas

jaringan

DS:

-      Klien mengeluh sakit bagian

kaki kiri

DO:

-      Skala nyeri 8

-      Ekspresi wajah klien

meringis ke sakitan

Tupan:

Menyatakan nyeri hilang/

berkurang

Tupen:

Setelah dilakukan intervensi

2x24 nyeri berkurang dengan

kriteria hasil

-      Ekspresi wajah pasien tidak

meringis kesakitan

-      Skala nyeri berkurang

menjadi 5

-      Pertahankan immobilisasi

bagian yang sakit dengan

tirah baring

-      Tinggikan dan dukung

ekstremitas yang terkena

-      Beri obat sebelum perawatan

aktivitas

-      Lakukan dan awasi rentang

gerak aktif/pasif

-      Lakukan kompres dingin/les

24-48 jam pertama

-      Berikan obat sesuai indikasi

-      Menghilangkan nyeri dan

mencegah kesalahan posisi

tulang/tegangnya jaringanyang

cedera.

-      Meningkatkan aliran balik

vena menurunkan oedema dan

menurunkan rasa nyeri.

-      Meningkatkan relaksasi otot

dan meringankan partisipasi

-      Mempertahankan kekuatan

mobilitas otot yang sakit dan

memudahkan resolusi

inflamasi pada jaringan yang

cedera

-      Menurunkan oedema/

pmbentukan hematomo

menurunkan sensasi nyeri

-      Diberikan untuk menurunkan

atau menghilangkan rasa nyeri

atau dan spasme otot.

2.

Kurangnya aktivitas

mobilitas fisik b.d nyeri

DS:

-      Klien mengeluh tidak bisa

beraktifitas

DO:

-      Klien tampak selalu dibantu

jika beraktifitas

Tupan:

Aktivitas/mobilitas fisik

terpenuhi

Tupen:

Setelah dilakukan tindakan

selama 2x24 jam klien bisa

gerak/kakinya dapat bergeser.

-      Kaji derajat immobilitas yang

dihasilkan oleh cedera/

pengobatan dan perhatian

persespi pasien terhadap

immobilisasi

-      Bantu/dorong perawatan diri

atau kebersihan seperti

mandi.

-      Awasi TD dengan

memikirkan aktivitas

-      Pasien mungkin dibatasi oleh

pandangan diri tentang

keterbukaan fisik akutal

memerlukan reinformasi

memerlukan

informasi/intervensi untuk

meningkatkan kemajuan

kesehatan.

-      Meningkatkan kekuatan

dan sirkulasi, meningkatkan

kesehatan diri langsung

-      Hipotensi posteral adalah

masalah umum menyertai

tirang baring yang lemah dan

Page 25: Askep Fraktur Femur

perhatian keluhan pusing]

-      Ubah posisi secara periode

dan dorong untuk latihan

bentuk napas dalam

-      Dorong peningkatan

masukan cairan sampai 2000-

3000 ml/hari termasuk air

asam/jus

dapat memerlukan intervensi

khusus.

-      Mencegah/menurunkan

insiden komplikasi

kulit/pernafasan (dekubitur).

-      Mempertahankan hidrasi

tubuh, menurunkan resiko

infeksi urinarius, pem-

bentukan batu dan konstripasi.

3.

Gangguan rasa cemas b.d

kurang pengetahuan

DS:

-      Klien selalu menanyakan

tentang keduanya

DO:

-      Klien kelihatan bingung dan

cemas

Tupan:

Gangguan rasa aman cemas

teratasi

Tupen:

Kondisi klien berangsur baik

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam

dengan kriteria:

-      Ekspresi wajah klien tampak

tenang

-      Keluarga mengerti menegani

kondisi klien

-      Kaji tingkat kecemasan

keluarga klien

-      Beri penjelasan pada

keluarga tentang kondisi klien

-      Ajarkan pada kleuarga untuk

selalu beradoa dan mesnuport

klien agar cepat sembuh

-      Beri reinforcement positif

bila kelaura dapat

menjelaskan kembali tentang

kondisi klien

-      Menggali tingkat kecemasan

keluarga klien dapat diketahui

apakah keluarga berada dalam

tahap cemas, ringan, sedang,

dan berat.

-      Penjelasan dapat menambah

pengetahuan keluarga tentang

kondisi klien.

-      Dengan selalu berdoa akan

mengurangi kecemasan bagi

keluarga klien

-      Reinforcement positif dapat

memberikan motivasi dan

meningkatkan semangat

keluarga sehingga dapat

mengurangi cemas.

 

Page 26: Askep Fraktur Femur

E.     Pelaksanaan

No DX

Hari/Tgl JamTindakan keperawatan

Respon/HasilTtd & Nama

perawat1 Senin

24 juli 2006

Selasa

25 juli 2006

09.00

11.30

08.00

T:   Kaji skala nyeri

R:   Klien kooperatif pada saat

pengkajian dan mengemukakan

skala nyerinya berada di no.8

T:   Pemberian injeksi

    Ambasil 10 cc

    Xevolae 5 cc

    Nualgin

R:   Obat dapat masuk

T:   Observasi TTV

R:   T   : 120/80 mmHg

          P          : 80 x/mnt

    R   : 20 x/mnt

    S   : 36,3o C

T:   Mengganti balutan di kepala

R:   Klien mau diajak kerjasama

2. Senin 08.20T:   T: Observasi TTV

R:   T   : 120/80 mmHg

          P          : 80 x/mnt

    R   : 20 x/mnt

    S   : 36,5o C

T:   Berikan dorongan pada klien untuk

melakukan aktivitas sesuai

kemampuan

R:   Klien dapat mendengarkan

perawat, dan ingin mencoba

anjurkan perawat.

T:   Mengajarkan lab, aktif dan pasif

R:   Klien tampak berusaha

Page 27: Askep Fraktur Femur

Selasa 10.00T:   Menganjurkan kepada klien/

keluarga untuk melakukan

perawatan diri

R:   Klien mengatakan akan mencoba

anjurkan perawat.

T:   Menganjurkan kembali cat. Aktif

dan pasif

R:   Kaki klien tampoak bergeser, klien

tampak kesulitan

3. Senin

Selasa

08.00

08.30

11.00

T:   T:  T:         Observasi TTV

R:   T   : 120/80 mmHg

          P          : 80 x/mnt

    R   : 20 x/mnt

    S   : 36,5o C

T:   Kaji kecemasan klien

R:   Klien kooperativ dan bercerita

kenapa klien cemas.

T:   Memberikan support mental

R:   Klien mau mendengarkan perawat

T:   Tanyakan kembali tentang

kecemasan klien

R:   Klien tampak lebih tenang

F.     Evaluasi

No DP

Hari/tgl Jam EvaluasiTtd & nama

perawat1. Rabu

22 Juli 2006

09.00S:   Klien mengatakan nyerinya

berkurang

O: Klien tampak tenang

A:  Masalah teratasi sebagian

P:   Intervensi dilanjutkan

No DP

Hari/tgl Jam EvaluasiTtd & nama

perawat

Page 28: Askep Fraktur Femur

2. Rabu

26 Juli 2006

09.00S:   Klien mengatakan bisa

menggerakkan sedikit kakinya

O: Klien tampak tenang

A:  Masalah belum teratasi

P:   Intervensi dilanjutkan

3. Rabu

26 Juli 2006

09.00 S:   Klien mengatakan tidak cemas

O: Klien tampak lebih tenang

A:  Masalah belum teratasi

P:   Intervensi dilanjutkan

Page 29: Askep Fraktur Femur

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.    Kesimpulan

Dari hasil laporan studi kasus, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1.      Yang melatarbelakangi penulisan dalam mengambil judul study kasus, karena fraktur adalah

rusaknya kontinuitas tulang fraktur diakibatkan oleh tekanan ekstrernal yang lebih besar dari

yang dapat diserap tulang yang jika tidak segera ditangani oleh tenaga medis akan berakibat

fatal.

2.      Fraktur adalah trauma karena deformitas, pembengkakan/penumpukan cairan atau darah

karena kerusakan pembuluh darah, nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur

yang meningkat oleh penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur, spasme otot

karena kontraksi involunter disekitarnya fraktur, hilangnya atau berkurangnya fungsi normal,

kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syarat dimana syarat ini dapat

terjadi atau terputus oleh fragmen tulang, kreatifusi yang dapat dirasakan/didengar bila

fraktur digerakkan, pergerakan abnormal hasil foto rontgen yang abnormal.

3.      Diagnosa keperawatanyang menurut di kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri (tertasi

sebagian) , kurangnya aktivitas fisik/gangguan mobilisasi fisik (teratasi sebagian), gangguan

rasa aman cemas (teratasi).

B.     Rekomendasi

Untuk instansi RS

         Medrek

Dalam menggali data yang akurat diharapkan medrek dapat menyediakan data-data

yang lebih rinci sehingga dapat mempermudah pengambilan data untuk pembuatan laporan

study kasus yang dibutuhkan oleh penulis khususnya dan mahasiswa pada umumnya.

Page 30: Askep Fraktur Femur

DAFTAR PUSTAKA

         Doenges, Marilynn., et.all. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta

         Engram Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2, EGC Jakarta

         Suddarth Brunner, 2001, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, EGC Jakarta

         Wim de Jong, Sjamsuhidayat R 1997. Buku  Ajar Ilmu Bedah, Revisi, EGC, Jakarta