7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
1/23
Heni Apriyani
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
2/23
Pendahuluan
Keganasan yg paling banyak
terjadi di THT.
Peringkat ke-4 dari semua jeniskanker.
Banyak terjadi di Asia.
Labih sering pada pria.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
3/23
Karsinoma Nasofaring
Nasofaring tdk bergerak, tetapi berfungsimembantu pernapasan dan menentukankualitas suara yg dihasilkan laring.
Adl keganasan pada nasofaring yg berasaldari epitel mukosa nasofaring atau kelenjaryang berasal dari nasofaring.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
4/23
Anatomi Anterior cavum nasal
Posterior dasar tengkorak and
vertebra.
Inferiorly -- oropharynx and
palatum lunak Lateral --
Eustachian tubes and tori
Fossa of Rosenmuller lokasi
kanker paling sering.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
5/23
Epidemiologi
Chinese native > Chinese immigrant >
North American native
Both genetic and environmental factors
Genetic
HLA histocompatibility loci possible markers
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
6/23
Etiologi
Virus Epstein Barr, dikaitkan dgn konsumsi ikan
asin sbg penyebab. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan mediator :
- kebiasaan konsumsi ikan asin (yg mengandung
nitrosamine) dan makanan yg diawetkan dari masakanak-kanak.
- lingkungan kurang sehat, ex : ventilasi buruk
- kontak dg zat karsinogenik : asap pembakaran
- ras : indonesia, Malaysia
- radang kronis nasofaring.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
7/23
Tanda & Gejala
1. Gejala Hidung
- Epistaksis, krn rapuhnya mukosa hidung.
- Obstruksi, krn pertumbuhan tumor, ditandai
dengan pilek kronis, keluar ingus kental dan
gangguan penciuman.
2. Gejala Telinga
- Kataralis/ oklusi tuba eustachii (berdengung,rasa penuh, gangguan pendengaran).
- Otitis media serosa sampai perforasi, dan
gangguan pendengaran.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
8/23
Tanda dan Gejala
3. Gejala Lanjut :Limfadenopati servikal : melalui pembuluh
limfe, sel-sel kanker dapat mencapai
kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalam
kelenjar ini sel tumbuh dan berkembang
biak hingga kelenjar membesar dan
tampak benjolan dileher bagian samping,
lama kelamaan karena tidak dirasakankelenjar akan berkembang dan melekat
pada otot sehingga sulit digerakkan.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
9/23
Klasifikasi histopatologi menurut WHO
Tipe WHO 1
- Karsinoma sel skuamosa (KSS)
- Deferensiasi baik sampai sedang.
- Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
Tipe WHO 2
- Karsinoma non keratinisasi (KNK).
- Paling banyak pariasinya.
- Menyerupai karsinoma transisional
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
10/23
Klasifikasi histopatologi menurut WHO
Tipe WHO 3
- Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
- Seperti antara lain limfoepitelioma,
Karsinoma anaplastik, Clear Cell -
Carsinoma, varian sel spindel.
- Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
11/23
Komplikasi
Perluasan Tumor ke Jaringan Sekitar
Perluasan ke atas : ke N.II dan N. VI, keluhan diplopia,hipestesi pipi
Sindrom petrosfenoid terjadi jika semua saraf grupanterior terkena dengan gejala khas :
- Neuralgia trigeminal unilateral- Oftalmoplegia unilateral
- Gejala nyeri kepala hebat akibat penekanan tumor padaduramater
Perluasan ke belakang : N.VII-N.XII, trismus, sulitmenelan, hiper/hipo/anestesi palatum,faring danlaring,gangguan respirasi dan salvias, kelumpuhan otottrapezius, stenokleidomastoideus, hemiparalisis dan atrofi
sebelah lidah.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
12/23
Komplikasi
Manifestasi kelumpuhan :
N IX: kesulitan menelan akibat hemipareseotot konstriktor superior serta gangguanpengecap pada sepertiga belakang lidah.
N X : Hiper / hipo / anestesi mukosa palatummole, faring dan laring disertai gangguanrespirasi dan salvias.
N XI : kelumpuhan atau atropi otot-otot
trapezius, sterno kleido mastoideus, sertahemiparese palatum mole.
N XII : hemiparese dan atropi sebelah lidah.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
13/23
Stadium
TUMOR SIZE (T) T : (Tumor primer)
T0 : Tidak tampak tumor
T : Tumor terbatas pada satu lokasi saja
T2 : Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebihtetapi masih terbatas pada rongga nasofaring
T3 : Tumor telah keluar dari rongga nasofaring
T4 : Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah
kmerusak tulang tengkorak atau saraf-saraf otak Tx : Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan
tidak lengkap
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
14/23
Stadium
REGIONAL LIMFE NODES (N)
N0 : Tidak ada pembesaran
N1 : Terdapat pembesarantetapi
homolateral dan masih bisa digerakkan N2 : Terdapat pembesaran
kontralateral/ bilateral dan masih dapatdigerakkan
N3 : Terdapat pembesaran, baikhomolateral, kontralateral maupun bilateralyang sudah melekat pada jaringan sekitar
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
15/23
Stadium
METASTASE JAUH (M)
M0 : Tidak ada metastase
jauh
M1 : Metastase jauh
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
16/23
Stadium
Stadium I : T1 No dan Mo
Stadium II : T2 No dan Mo
Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan Mo
atau T3 dan No dan Mo
Stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo
atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan Mo
atau T1/T2/T3/t4 dan No/N1/N3/N4 danM1
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
17/23
Pemeriksaan Penunjang
Rinoskopi posterior dengan atau tanpakateter
Biopsi multiple
Radiologi :Thorak PA, Foto tengkorak,Tomografi, CT Scan, Bone scantigraphy(bila dicurigai metastase tulang)
Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untukmengetahui perluasan tumor kejaringan
sekitar yang menyebabkan penekananatau infiltrasi kesaraf otak, manifestasitergantung dari saraf yang dikenai.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
18/23
Penatalaksanaan
Radioterapi
Kemoterapi
Pembedahan
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
19/23
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b/d proses penyakit, pembedahan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/dketidakmampuan pemasukan nutrisi..
Risiko infeksi b/d tindakan invasive, imunitastubuh menurun
Kurang pengetahuan tentang penyakit danperawatannya b/d misintepretasi informasi,ketidak familiernya sumber informasi.
Harga diri Rendah b/d perubahanperkembangan penyakit, pengobatanpenyakit.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
20/23
Intervensi Dx 11. Manajemen nyeri :
Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahuipengalaman nyeri klien sebelumnya.
Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhuruangan, pencahayaan, kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/nonfarmakologis)..
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untukmengetasi nyeri..
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberiananalgetik tidak berhasil.
Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
21/23
Intervensi Dx 1
2. Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analogetik; jenis,dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dandosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberiananalgetik.
Berikan analgetik tepat waktu terutama saatnyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejalaefek samping.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
22/23
Intervensi Dx 2
1. Manajemen Nutrisi
kaji pola makan klien
Kaji adanya alergi makanan.
Kaji makanan yang disukai oleh klien.
Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaannutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.
Anjurkan klien untuk meningkatkan asupannutrisinya.
Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandungcukup serat untuk mencegah konstipasi.
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisidan pentingnya bagi tubuh klien.
7/29/2019 Askep CA Nasofaring2
23/23
Intervensi Dx 2
2. Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi yangmengharuskan klien makan.
Monitor lingkungan selama makan. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan.
Monitor adanya mual muntah.
Monitor adanya gangguan dalam prosesmastikasi/input makanan misalnyaperdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.