BAB I KONSEP MEDIS A. Pendahuluan Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan oklusi pada pembuluh darah. Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile spontaneous gangrene”. Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Pendahuluan
Penyakit Buerger (Tromboangitis Obliterans) merupakan penyakit
oklusi pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia
dibandingkan di Negara-negara barat. Penyakit ini merupakan penyakit
idiopatik, kemungkinan merupakan kelainan pembuluh darah karena
autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis dan
oklusi pada pembuluh darah.
Laporan pertama kasus Tromboangitis Obliterans telah dijelaskan
di Jerman oleh von Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang
berjudul “A strange form of endarteritis and endophlebitis with gangrene of
the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di Brookline
New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap
tentang penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis
dari Tromboangitis Obliterans sebagai “presenile spontaneous gangrene”.
Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut
Tromboarteritis Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang
perokok pada usia dewasa muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea,
Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia Selatan, Asia tenggara
dan Asia Timur.
Prevalensi penyakit Buerger di Amerika Serikat telah menurun
selama separuh dekade terakhir, hal ini tentunya disebabkan menurunnya
jumlah perokok, dan juga dikarenakan kriteria diagnosis yang lebih baik.
Pada tahun 1947, prevalensi penyakit ini di Amerika serikat sebanyak 104
kasus dari 100 ribu populasi manusia. Data terbaru, prevalensi pada
penyakit ini diperkirakan mencapai 12,6 - 20% kasus per 100.000
populasi.
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang,
tetapi pada pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita
harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data
terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang dikeluarkan oleh CDC
publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat
berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin
(International Classification of Diseases, Tenth Revision, 1992), telah
dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan Tromboangitis
Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan
etnis putih dan hitam adalah 8:1.
B. Anatomi Pembuluh Darah
Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler.
1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai
jaringan tubuh melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil,
diameternya kurang dari 0,1 mm, dinamakan arteriol. Persatuan
cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis. Pada arteri tidak
terdapat katup.
End arteri anatomik merupakan pembuluh darah yang cabang-
cabang terminalnya tidak mengadakan anastomosis dengan cabang-
cabang arteri yang memperdarahi daerah yang berdekatan. End arteri
fusngsional adalah pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya
mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang terminal arteri
yang berdekatan, tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk
mempertahankan jaringan tetap hidup bila salah satu arteri tersumbat.
2. Vena
Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali
ke jantng; banyak vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil
dinamakan venula. Vena yang lebih kecil atau cabang-cabangnya,
bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang seringkali bersatu
satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang
sering diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan
dinamakan venae cominantes.
3. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan
yang menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah
tubuh, terutama pada ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan
langsung antara arteri dan vena tanpa diperantai kapiler. Tempat
hubungan seperti ini dinamakan anastomosis arteriovenosa.
Gambar 1. Anatomi pembuluh darah
C. Histologi Struktur Pembuluh Darah secara umum
Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah.
Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothel.
Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia,
disebut juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot
polos dan and jaringan elastic.
Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun
oleh jaringan ikat.
Gambar 2. Histologi pembuluh darah
D. Definisi
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah
penyakit oklusi kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran
kecil dan sedang. Terutama mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas
inferior dan superior. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat
segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam.
Penyakit Tromboangitis Obliterans merupakan kelainan yang
mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki.
Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang
dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah
ke jaringan.
Gambar 3. Buerger Disease
E. Etiologi
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial
serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus.
Penderita penyakit ini umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai
merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah . Penghentian
kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.
Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu
hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal.
Penggunaan maupun dampak dari tembakau berperan penting dalam
mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama dengan
penyakit autoimune lainnya, Tromboangitis Obliterans dapat memiliki
sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung.
Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu
endarteritis yang dimediasi sistem imun.
F. Patogenesis
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas,
tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi
fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah
dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan
hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami
peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III,
meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak
endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan
prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada
pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior),
akan terjadi perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami
fibrosis, (b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka
terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi
kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi atrofi, (e) fibrosis perineural dan
perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.
G. Manifestasi klinis
Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan
oleh iskemia. Gejala yang paling sering dan utama adalah nyeri yang
bermacam-macam tingkatnya. Pengelompokan Fontaine tidak dapat
digunakan disini karena nyeri terjadi justru waktu istirahat. Nyerinya
bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan akan berkurang
bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat
bersifat paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud.
Pada keadaan lebih lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka
nyeri sangat hebat dan menetap.
Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan)
lengkung kaki yang patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki
merupakan cermin penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri
plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik timbul progresif dan
bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari yang
terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila bergantung.
Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit
kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa berlanjut
menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.
Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal
pada tungkai dan fenomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas
distal : jari, tumit, tangan, kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin).
Ulkus dan gangren pada jari kaki sering terjadi pada penyakit buerger
(gambar 4). Sakit mungkin sangat terasa pada daerah yang terkena.
Gambar 4. Manifestasi Klinis Buerger Disease
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik
lainnya kurang nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan
terutama di ujung jari. Pada fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang
ditandai dengan campuran pucat-sianosis-kemerahan bila mendapat
rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit Raynaud, serangan iskemia
disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin. Selain
itu, pulsasi arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda fisik yang
penting.
Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan
atau tahun sebelum tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase
akut menunjukkan kulit kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai
saluran yang mengeras sepanjang beberapa milimeter sampai sentimeter
di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di beberapa tempat pada
ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu. Setelah
itu tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada
penyakit arteri oklusif, maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis
obliterans.
Gejala klinis Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam.
Ulkus dan gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului
dengan udem dan dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering
berbatas tegas yaitu pada ujung jari kaki sebatas kuku. Batas ini akan
mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari kemerahan sampai ke
tanda selulitis.
Gambar 5 merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang
telah terjadi gangren. Kondisi ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu
saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut.
Gambar 5. Ujung jari pada Buerger Disease
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah
berat. Penyakit berkembang secara intermitten, tahap demi tahap,
bertambah falang demi falang, jari demi jari. Datangnya serangan baru
dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan. Morbus
buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin keduanya.
Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu
oleh nyeri iskemia.
H. Kriteria Diagnosis
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika
kondisi penyakit ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat
dijadikan kriteria diagnosis walaupun kriteria tersebut kadang-kadang
berbeda antara penulis yang satu dengan yang lainnya.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis
penyakit Buerger :
1. Adanya tanda insufisiensi arteri
2. Umumnya pria dewasa muda
3. Perokok berat
4. Adanya gangren yang sukar sembuh
5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah
6. Tidak ada tanda arterosklerosis di tempat lain
7. Yang terkena biasanya ekstremitas bawah
8. Diagnosis pasti dengan patologi anatomi
Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger
mengalami nyeri iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus
iskemik pada tumit, kaki atau jari-jari kaki.
Gambar 6. Kaki dari penderita dengan penyakit Buerger. Ulkus iskemik pada jari kaki
pertama, kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini kelihatan normal, dengan
angiographi aliran darah terlihat terhambat pada kedua kakinya.
Gambar 7. Tromboplebitis superficial jempol kaki pada penderita dengan penyakit
buerger.
Penyakit Buerger’s juga harus dicurigai pada penderita dengan satu
atau lebih tanda klinis berikut ini :
a. Jari iskemik yang nyeri pada ekstremitas atas dan bawah pada
laki-laki dewasa muda dengan riwayat merokok yang berat.
b. Klaudikasi kaki
c. Tromboflebitis superfisialis berulang
d. Sindrom Raynaud
I. Diagnosis Banding
Penyakit Buerger harus dibedakan dari penyakit oklusi arteri kronik
aterosklerotik. Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas.
Penyakit oklusi aterosklerotik diabetes timbul dalam distribusi yang sama
seperti Tromboangitis Obliterans, tetapi neuropati penyerta biasanya
menghalangi perkembangan klaudikasi kaki.
J. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk
mendiagnosis penyakit Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya,
reaksi fase akut (seperti angka sedimen eritrosit dan level protein C
reaktif) pasien penyakit Buerger adalah normal.
Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab
terjadinya vaskulitis termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah
lengkap; uji fungsi hati; determinasi konsentrasi serum kreatinin,
peningkatan kadar gula darah dan angka sedimen, pengujian antibody
antinuclear, faktor rematoid, tanda-tanda serologi pada CREST (calcinosis
cutis, Raynaud phenomenon, sklerodaktili and telangiektasis) sindrom dan
scleroderma dan screening untuk hiperkoagulasi, screening ini meliputi
pemeriksaan antibodi antifosfolipid dan homocystein pada pasien buerger
sangat dianjurkan.
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu
dalam mendiagnosis penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut
ditemukan gambaran “corkscrew” dari arteri yang terjadi akibat dari
kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian pergelangan
tangan dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan)
atau stenosis (kekakuan) pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.
Gambar 8. Sebelah kiri merupakan angiogram normal. Gambar sebelah kanan
merupakan angiogram abnormal dari arteri tangan yang ditunjukkan dengan adanya
gambaran khas “corkscrew” pada daerah lengan. Perubahannya terjadi pada bagian kecil
dari pembuluh darah lengan kanan bawah pada gambar (distribusi arteri ulna).
Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada
angiogram. Keadaan ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan
dan rasa nyeri.
Gambar 9. hasil angiogram abnormal dari tangan
Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit
Buerger terus terjadi pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak
menyebar ke organ lainnya , tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat
terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ lain sperti paru-paru, ginjal,
otak, dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab hal ini
terjadi belum diketahui.
Pemeriksaan dengan Doppler dapat juga membantu dalam
mendiagnosis penyakit ini, yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran
darah dalam pembuluh darah.
Pada pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi
pembuluh darah oleh trombus yang mengandung PMN dan mikroabses;
penebalan dinding pembuluh darah secara difus. LCsi yang lanjut
biasanya memperlihatkan infiltrasi limfosit dengan rekanalisasi.
Metode penggambaran secara modern, seperti computerize
tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis
dan diagnosis banding dari penyakit Buerger masih belum dapat menjadi
acuan utama. Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai
Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk
mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
K. Terapi
Terapi medis penderita penyakit Buerger harus dimulai dengan
usaha intensif untuk meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika
pasien berhasil berhenti merokok, maka penyakit ini akan berhenti pada
bagian yang terkena sewaktu terapi diberikan. Sayangnya, kebanyakan
pasien tidak mampu berhenti merokok dan selalu ada progresivitas
penyakit. Untuk pembuluh darahnya dapat dilakukan dilatasi (pelebaran)
dengan obat vasodilator, misalnya Ronitol yang diberikan seumur hidup.
Perawatan luka lokal, meliputi mengompres jari yang terkena dan
menggunakan enzim proteolitik bisa bermanfaat. Antibiotic diindikasikan
untuk infeksi sekunder.
Terapi bedah untuk penderita buerger meliputi debridement
konservatif jaringan nekrotik atau gangrenosa , amputasi konservatif
dengan perlindungan panjang maksimum bagi jari atau ekstremitas, dan
kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi telapak tangan atau
simpatetomi jari walaupun kadang jarang bermanfat.
Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan
sampai terjadi penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari
bedah langsung (bypass) pada arteri distal juga msih menjadi hal yang
kontroversial karena angka kegagalan pencangkokan tinggi.
Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa iskemik pada pembuluh
darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya
dipertimbangkan.
Gambar 10. Bypass arteri
Simpatektomi dapat dilakukan untuk menurunkan spasma arteri
pada pasien penyakit Buerger. Melalui simpatektomi dapat mengurangi
nyeri pada daerah tertentu dan penyembuhan luka ulkus pada pasien
penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka waktu yang lama
keuntungannya belum dapat dipastikan.
Simpatektomi lumbal dilakukan dengan cara mengangkat paling
sedikit 3 buah ganglion simpatik, yaitu Th12, L1 dan L2. Dengan ini efek
vasokonstriksi akan dihilangkan dan pembuluh darah yang masih elastis
akan melebar sehingga kaki atau tangan dirasakan lebih hangat.
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada
pasien yang terus mengkonsumsi tembakau) adalah amputasi tungkai
tanpa penyembuhan ulcers, gangrene yang progresif, atau nyeri yang
terus-menerus serta simpatektomi dan penanganan lainnya gagal.
Hidarilah amputasi jika memungkinkan, tetapi, jika dibutuhkan, lakukanlah
operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak mungkin.
Beberapa usaha berikut sangat penting untuk mencegah komplikasi dari
penyakit buerger:
- Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari
trauma kaki dan panas atau juga luka karena kimia lainnya.
- Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka
ektremis untuk menghindari infeksi
- Menghindar dari lingkungan yang dingin
- Menghindari obat yang dapat memicu vasokontriksi
L. Prognosis
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu
mengalami amputasi; apalagi pada pasien yang berhenti merokok
sebelum terjadi gangrene, angka kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini
tentunya sangat berbeda sekali dengan pasien yang tetap merokok,
sekitar 43% dari mereka berpeluang harus diamputasi selama periode
waktu 7 sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan
multiple amputasi. Pada pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi
tungkai, pasien juga terus merasakan klaudikasi (nyeri pada saat berjalan)
atau fenomena raynaud’s walaupun sudah benar-benar berhenti
mengkonsumi tembakau.
M. Pengobatan
Penderita harus berhenti merokok atau penyakitnya akan menjadi
lebih buruk, sehingga akhirnya memerlukan tindakan amputasi.
Penderita juga harus menghindari :
pemaparan terhadap dingin
cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau asam)
yang digunakan untuk mengobati kutil dan kapalan
cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau pembedahan
minor
infeksi jamur
obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah.
Berjalan selama 15-30 menit 2 kali/hari sangat baik
Penderita dengan gangrene, luka-luka atau nyeri ketika beristirahat, perlu
menjalani tirah baring. Penderita harus melindungi kakinya dengan
pembalut yang memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang
terbuat dari karet.
Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas
balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan darah menuju
arteri-arteri.
Pentoxifylline, antagonis kalsium atau penghambat platelet
(misalnya aspirin) diberikan terutama jika penyumbatan disebabkan oleh
kejang.
Penderita yang berhenti merokok tetapi masih mengalami
penyumbatan arteri, mungkin perlu menjalani pembedahan untuk
memperbaiki aliran darah, dengan memotong saraf terdekat untuk
mencegah kejang. Jarang dilakukkan pencangkokan bypaas karena arteri
yang terkena terlalu kecil.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi (efek vasospasme).
perubahan warna pada bagian yang sakit
pada pemajanan dingin (timbul pada dewasa
awal).
Tanda : warna kulit jari/bagian yang sakit (tergantung
pada fase waktu obserfasi) tampak putih
pucat (pucat), sianotik, hiperemik (merah).
Tanda lambat/progresif : kulit putih atau tidak
berwarna, mengkilat, halus, tegang.
Nadi : radial dan ulnar dapat normal (dini) atau
tak ada (lanjut).
Kuku tabuh/deformitas dapat terjadi (lanjut).
Ulserasi dan / atau area ganggren.
2. Integritas ego
Gejala : stress dan reaksi emosi kuat (pencetus).
3. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri berdenyut selama fase kemerahan
perubahan warna. Sensitif terhadap bagian
yang sakit.
Tanda : hati-hati, gelisah, fokus pada diri.
4. Pernapasan
Gejala : penggunaan tembakau.
5. Keamanan
Gejala : tindakan yang melibatkan penggunaan alat
vibrasi atau memerlukan gerakan/tekanan
berulang.
Tanda : lesi/area ganggren pada ujung jari dari ukuran
peniti sampai seluruh jari (sangat luas).
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : anggota keluarga lain mengalami penyakit
pembuluh.
Rencana pemulangan: perubahan obat, perubahan pekerjaan.
Bantuan pada beberapa
perawatan/pemeliharaan rumah (contoh,
penghilangan bunga es kulkas, menyingkirkan
salju).
B. Diagnosa keperawatan
Nyeri berhubungan dengan iskemia/kerusakan jaringan ditandai
dengan klien mengeluh nyeri pada daerah akstremitas serta wajah
klien tampak meringis.
Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian
aliran darah ditandai dengan terjadinya luka/ganggren.
Kerusakan integritas kulit berhubungan kerusakan ireversibel
ekstremitas ditandai dengan adanya tukak/ganggren, ulserasi.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan anatomi
ekstremitas (kerusakan dan/atau gangguan fungsi) ditandai dengan
adannya ganggren pada ekstremitas.
C. intervensi
No Diagnosa
keperawatan
Perencanaan
Kriteria hasil intervensi rasional
1
Nyeri b/d
iskemia/kerusakan
jaringan t/d klien
mengeluh nyeri
pada daerah
akstremitas serta
wajah klien
tampak meringis.
Klien mengatakan
nyeri berkurang
Menunjukkan
ekpresi wajah
tenang /rileks
1. Catat karakteristik
nyeri
2. Diskusikan dengan
klien bagamana dan
mengapa nyeri
ditimbulkan
3. Dorong penggunaan
teknik manajemen
stres, aktivitas
hiburan.
1. Perubahan
berat/lamanya dapat
mengindikasikan
kemajuan proses
penyakit/terjadinya
komplikasi
2. Pengetahuan
timbulnya mekanisme
nyeri memungkinkan
pasien melakukan
intervensi efektif
untuk meminimalkan
kekambuhan
3. Meningkatkan
relaksasi/fokus
perhatian untuk
membantu pemutusan
4. Berikan ruangan
hangat, bebas aliran
udara contoh ventilasi
pendingin ruangan,
pertahankan pintu
tertutup sesuai
indikasi.
5. Kolaborasi
⁻ Berikan obat sesuai
indikasi
⁻ Siapkan intervensi
bedah bila
diindikasikan
stres/ cemas/siklus
stres, yang
memperburuk respons
vasokonstriksi dan
peningkatan nyeri
4. Menghilangkan faktor
lingkungan yang
mencetuskan
serangan
5.
- pengunaan
vasodilatasi/
antihipertensi dapat
menghilangkan
vasospasme dan
menurunkan nyeri
- dilakukan bila
hilangnya gejala berat
tidak dapat dilakukan
dengan metode lain.
2
Gangguan perfusi
jaringan perifer
b/d penghentian
aliran darah t/d
terjadinya
luka/ganggren
Klien
mengatakan/
menunjukkan
penurunan
frekuensi/beratny
a serangan
vasospastik
dengan
penyembuhan/tid
ak adanya lesi
tambahan.
Melakukan pola
hidup yang benar
dan perubahan
untuk
meningkatkan
sirkulasi
1. Observasi warna kulit
yang sakit.
2. Catat penurunan nadi;
pengisian kapiler
lambat; perubahan
trofik kulit (tak
berwarna,
mengkilat/tegang);
1. Warna kulit khas
terjadi pada fase
pucat intermiten
(akibat vasospasme
tiba-tiba); sianosis
(iskemia); dan
kemerahan
(vasodilatasi/hiperem
i raektif). Selama
perubahan warna,
bagian yang sakit
pertama menjadi
dingin dan kebas,
kemudian berdenyut,
dan sensasi
kesemutan dan
bengkak
2. Perubahan ini
menunjukkan
kemajuan/proses
kronis
kuku tabuh.
3. Evaluasi sensasi bagian
yang sakit, contoh
tajam/dangkal.
Panas/dingin.
4. Lihat dan kaji kulit
untuk ulserasi, lesi.
Area ganggren.
5. Dorong nutrisi dan
vitamin yang tepat.
3. Sensasi sering
menurun selama
seranngan atau kronis
pada penyakit tahap
lanjut
4. Lesi dapat terjadi dari
ukuran jarum peniti
sampai melibatkan
seluruh ujung jari dan
dapat mengakibatkan
infeksi/ kerusakan/
kehilangan jaringan
serius.
5. Keseimbangan diet
yang baik meliputi
protein dan hidrasi
adekuat, perlu untuk
penyembuhan dan
regenerasi jaringan
3
Mempertahankan
kondisi kulit
1. Kaji/catat ukuran,
warna, kedalaman luka.
Perhatikan jaringan
nekrotik dan kondisi
sekitar luka.
2. Berikan perawatan luka
ganggren yang tepat
dan tindakan kontrol
infeksi.
3. Gunakanlah alas kaki
yang dapat melindungi
untuk menghindari
trauma kaki dan panas
atau juga luka karena
kimia lainnya.
4. Siapkan/bantu prosedur
bedah/bantuan biologis
1. Memberikan
informasi dasar
tentang lokasi dan
karakteristik
ganggren.
2. Menurunkan resiko
infeksi/kegagalan
graft.
3. Menghindari injury
yang dapat
memperparah kondisi.
4. Kerusakan kulit
irreversibel tidak
dapat disembuhkan
kecuali dengan
prosedur
pembedahan.
4
Gangguan citra
tubuh b/d
perubahan
anatomi
ekstremitas
(kerusakan
dan/atau
Menunjukkan
adaptasi awal
terhadap
perubahan tubuh
sebagai bukti
dengan
partisipasi
1. Diskusikan arti
kehilangan/perubahan
dengan pasien,
identifikasi persepsi
situasi/ harapan yang
akan datang
2. Catat bahasa tubuh non
1. Alat dalam
mengidentifikasi/
mengartikan masalah
untuk memfokuskan
perhatian dan
intervensi
2. Dapat menunjukkan
gangguan fungsi)
t/d adannya
ganggren
aktivitas
perawatan diri
dan interaksi
positif dengan
orang lain
Berkomunikasi
dengan orang
lain
verbal, perilaku
negatif/bicara sendiri.
3. Catat reaksi emosi,
contoh kehilangan,,
depresi, marah.
Memungkinkan pasien
untuk maju pada
kecepatan sendiri
4. Dorong orang terdekat
untuk mengobati
pasien secara normal
dan tidak sebagai orang
cacat
depresi/
keputusasaan,
kebutuhan untuk
pengkajian
lanjut/intervensi lebih
intensif
3. Pasien dapat
mengalami depresi
cepat setelah
pembedahan atau
reaksi syok dan
menyangkal.
Penerimaan
perubahan tak dapat
dipaksakan dan
proses kehilangan
membutuhkan waktu
untuk membaik
4. Penyimpangan harga
diri dapat tidak
disadari
penguatannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Untuk perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.
2. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
3. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah