LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA BUDI MULIA 1 CIPAYUNG
OLEH :
Yulius Toda
(14107210)
Apricila Fitria Hastuti
(1410721007)
Eka Saktiana Oktavia
(1410721030)Martina Devi Astuti
(1410721040)Syamsul Hapip
(1410721042)
PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
VETERAN JAKARTA
2015BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan
angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal
ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia
dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.Pertumbuhan
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai
paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah
lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu
berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat
dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.Menurut data
demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993),
kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai
41,4%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia
harapan hidup penduduk Indonesia.Dalam sensus Badan Pusat Statistik
(BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun
untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO
(1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati
peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5
tahun).Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah
meningkat. GBHN 1993 mengamanatkan agar lansia yang masih produktif
dan mandiri diberi kesempatan berperan aktif dalam pembangunan..
Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia
Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia. Dengan makin bertambahnya penduduk usia
lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan
pelayanan kesehatan. Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi
lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan morbiditas dan mortalitas
yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Disamping itu, oleh
karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen populasi ini
selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi. Keperawatan
pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang
spesifik, sehingga di bidang keperawatan pun saat ini ilmu
keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang
mulai berkembang. Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris
sering dibedakan atas Gerontologic nursing (gerontic nursing) dan
geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang
berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah
perawat yang bertugas memberikan asuhan keperawatan pada semua
penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia dan Asia dipakai
batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan
dimanapun dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan
perawat geriatrik, yaitu mereka yang berusia diatas 65 tahun dan
menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi),
disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.1.2
Tujuan Penulisan1.2.1 Tujuan Umuma. Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Gerontik. b. Agar mahasiswa mampu memahami dan
membuat Asuhan Keperawatan Lansia di PSTW.1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengenal masalah kesehatan lansia.
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan pada lansia.
c. Melakukan tindakan keperawatan yang tepat kepada lansia yang
berada di pstw.
d. Memelihara/memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis,
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan lansia.
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di PSTW (fasilitas
pelayanan kesehatan).1.3 Manfaat PenulisanManfaat yang diperoleh
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat mengenal masalah kesehatan yang muncul pada
lansia.
b. Mahasiswa dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat
terhadap lansia yang berada di PSTW.
c. Mahasiswa memiliki gambaran tentang proses keperawatan
terhadap lansia yang berada di PSTW.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Lanjut UsiaUsia lanjut dikatakan sebagai tahap
akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat,
1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Sedangkan menurut Pasal 1
ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun. (R. Siti Maryam, dkk, 2008: 32)II.2. Batasan Lanjut
UsiaDi bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan
umur.1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Lanjut Usia
meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai
59 tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74
tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90
tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90
tahun.
2. Departemen Kesehatan RI tahun 2013 mengklasifikasikan lanjut
usia sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59
tahun.
b. Lansia ]Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggiSeseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia potensialLansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.
II.3. Tipe Lanjut UsiaBeberapa tipe pada lansia bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000 dalam buku R. Siti Maryam,
dkk, 2008).Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:1. Tipe arif
bijaksanaKaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiriMengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan
memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puasKonflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrahMenerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingungKaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.Tipe lain dari lansia
adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam
melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri
sendiri).Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang
dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(indeks kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi
beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri
dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan
secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia
dipanti werda, lansia yang dirawat di rumah sakit, dan lansia
dengan gangguan mental.II.4. Proses PenuaanTahap dewasa merupakan
tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu
tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang
ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan.Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan
proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit
degeneratif.II.5. Mitos dan Stereotip Seputar Lanjut UsiaMenurut
Sheiera Saul, 1974 mitos-mitos seputar lansia antara lain sebagai
berikut:1. Mitos kedamaian dan ketenanganAdanya anggapan bahwa para
lansia dapat santai menikmati hidup, hasil kerja, dan jerih
payahnya di masa muda. Berbagai guncangan kehidupan seakan-akan
sudah berhasil dilewati. Kenyataannya, sering ditemui lansia yang
mengalami stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit.
2. Mitos konservatif dan kemunduranKonservatif berarti kolot,
bersikap mempertahankan kebiasaan, tradisi, dan keadaan yang
berlaku. Adanya anggapan bahwa para lansia itu tidak kreatif,
menolak inovasi, berorientasi ke masa silam, kembali ke masa
kanak-kanak, sulit berubah, keras kepala, dan cerewet.
Kenyataannya, tidak semua lansia bersikap dan mempunyai pemikiran
demikian.
3. Mitos berpenyakitanAdanya anggapan bahwa masa tua dipandang
sebagai masa degenerasi biologis yang disertai berbagai penyakit
dan sakit-sakitan. Kenyataannya, tidak semua lansia berpenyakitan.
Saat ini sudah banyak jenis pengobatan serta lansia yang rajin
melakukan pemeriksaan berkala sehingga lansia tetap sehat dan
bugar.
4. Mitos senilitasAdanya anggapan bahwa para lansia sudah pikun.
Kenyataannya, banyak yang masih tetap cerdas dan bermanfaat bagi
masyarakat, karena banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap
penurunan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cintaAdanya anggapan bahwa para lansia
sudah tidak lagi jatuh cinta dan bergairah kepada lawan jenis.
Kenyataannya, perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang
masa serta perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi
tua.
6. Mitos aseksualitasAdanya anggapan bahwa pada lansia hubungan
seks menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks
berkurang. Kenyataannya, kehidupan seks para lansia normal-normal
saja dan tetap bergairah, hal ini dibuktikan dengan banyaknya
lansia yang ditinggal mati oleh pasangannya, namun masih ada
rencana untuk menikah lagi.
7. Mitos ketidakproduktifanAdanya anggapan bahwa para lansia
tidak produktif lagi. Kenyataannya, banyak para lansia yang
mencapai kematangan, kemantapan, dan produktivitas mental maupun
material.Mitos-mitos di atas harus disadari perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, karena banyak kondisi lansia yang
sesuai dengan mitos tersebut dan sebagian lagi tidak
mengalaminya.
II.6. Teori Proses PenuaanSebenarnya secara individual tahap
proses penuaan terjadi pada orang dengan usia berbeda,
masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, tidak
ada satu faktor pun ditemukan untuk mencegah proses penuaan.II.6.1
Teori-Teori Biologi
a. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatic Theory)Menurut
teori ini menua telah terprogram secara generik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang
khas adalah 1) Mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
2) Kegiatan yang berlebihan dan stress dapat menyebabkan sel-sel
tubuh lelah (terpakai).
3) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa. Sebagai contoh adanya pigmen
Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan syaraf pusat pada
orang lanjut usia yang mengakibatkan mengganggu sel itu
sendiri.
4) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
5) Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.
b. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)Di dalam
proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh
ialah tambahan kelenjar timus yang ada pada usia dewasa berinvolusi
dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (menurut Goldteris
dan Brocklehurst).c. Teori Immunology Slow Virus (Immunology Slow
Virus Theory)Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
d. Teori StressMenua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
e. Teori Radikal BebasRadikal bebas dapat terbentuk di dalam
bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
proton. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.f.
Teori Rantai SilangSel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya
fungsi.
g. Teori ProgramKemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.II.6.2 Teori Kejiwaan
Sosial
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)1) Ketentuan akan
meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori
ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.2) Ukuran optimum
(pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia.3)
Mempertahankan hubungan antara system sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.b. Kepribadian
Berlanjut (Continuity Theory)Dasar kepribadian atau tingkah laku
tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari
teori di atas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliknya.
c. Teori Pembebasan (Didengagement Theory)Putusnya pergaulan
atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu oleh
Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepsakan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni:
1) Kehilangan peran (Loss of Role)
2) Hambatan kontak sosial (Restrastion of Contacts and Relation
Ships)
3) Berkurangnya komitmen (Reuced Commitment to Social Mores and
Values)
II.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PenuaanR. Siti Maryam,
dkk, 2008 menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi penuaan
adalah sebagai berikut:1. Hereditas (Keturunan/Genetik)
2. Nutrisi (Asupan Makanan)
3. Status Kesehatan
4. Pengalaman Hidup
5. Lingkungan
6. Stress
II.8. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut UsiaBanyak
kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi
pada lansia adalah sebagai berikut:1. Perubahan Fisik
a. SelJumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di
otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem PersyarafanRespon menjadi lambat dan hubungan antara
persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf
panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan
dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih
sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah,
kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem PenglihatanMenurun lapang pandang dan daya akomodasi
mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak,
pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
d. Sistem PendengaranHilangnya atau turunnya daya pendengaran,
terutama pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas,
sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem KardiovaskulerKatup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun,
kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan
posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi
akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole
normal 170 mmHg, diastole normal 95 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur TubuhPada pengaturan suhu,
hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor
yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: temperatur
tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas
otot.
g. Sistem RespirasiParu-paru kehilangan elastisitas, kapasitas
residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan
maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun
(menurunnya aktivitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,
CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem GastrointestinalBanyak gigi yang tanggal, sensitivitas
indra pengecap menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun,
asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah,
dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem GenitourinariaOtot-otot pada vesika urinaria melemah
dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK meningkat,
pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering,
elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi
seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem EndokrinProduksi hampir semua hormon menurun (ACTH,
TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen,
progesterone, dan testoteron.k. Sistem KulitKulit menjadi keriput
dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan kehilangan
jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan
dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel
epidermis.
l. Sistem MuskuloskeletalTulang kehilangan cairan dan rapuh,
kifosis, penipisan dan pemendekan tulang, persendian membesar dan
kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut otot
sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.2.
Perubahan MentalFaktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
adalah:
a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi
misalnya kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan
dari faktor waktu.
3. Perubahan Psikososial
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang
menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu
mengancam sering bingung panik dan depresif. Hal ini disebabkan
antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.
b. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang,
kehilangan status, teman atau relasi.c. Sadar akan datangnya
kematian.d. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.e.
Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.f. Penyakit
kronis.g. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.h. Gangguan
syaraf panca indra.i. Gizij. Kehilangan teman dan keluarga.k.
Berkurangnya kekuatan fisik.
II.9. Permasalahan pada LansiaBerbagai permasalahan yang
berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia antara lain
(Setiabudi, 1999: 40-42):1. Permasalahan Umum
a. Makin besarnya jumlah lansia yang berada dibawah garis
kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan
dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional
pelayanan lansia.
e. Belum membudaya dan melembaganya pembinaan kesejahteraan
lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial lansia.
c. Rendahnya produktivitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
II.10. Beberapa Penyakit dan Sifat Penyakit pada LansiaPenyakit
atau gangguan umum pada lansia ada 7 macam, yaitu:1. Depresi
Mental
2. Gangguan Pendengaran
3. Bronkitis Kronis
4. Gangguan pada tungkai atau sikap berjalan
5. Gangguan pada koksa/sendi panggul
6. Anemia
7. DemensiaBeberapa sifat penyakit pada lansia yang
membedakannya dengan penyakit pada orang dewasa seperti yang
dijelaskan berikut ini:
1. Penyebab PenyakitPenyebab penyakit pada lansia umumnya
berasal dari dalam tubuh (endogen), sedangkan pada orang dewasa
berasal dari luar tubuh (eksogen). Hal ini disebabkan karena pada
lansia telah terjadi penurunan fungsi dari berbagai organ-organ
tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua, sehingga
produksi hormone, enzim, dan zat-zat yang diperlukan untuk
kekebalan tubuh menjadi berkurang. Dengan demikian, lansia akan
lebih mudah terkena infeksi. Sering pula, penyakit lebih dari satu
jenis (multipatologi), dimana satu sama lain dapat berdiri sendiri
maupun saling berkaitan dan memperberat.
2. Gejala penyakit sering tidak khas/tidak jelas
Misalnya, penyakit infeksi paru (pneumonia) sering kali tidak
didapati demam tinggi dan batuk darah, gejala terlihat ringan
padahal penyakit sebenarnya cukup serius, sehingga penderita
menganggap penyakitnya tidak berat dan tidak perlu berobat.
3. Memerlukan lebih banyak obat (polifarmasi)
Akibat banyaknya penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya
memerlukan obat yang beraneka ragam dibandingkan dengan orang
dewasa. Selain itu, perlu diketahui bahwa fungsi organ-organ vital
tubuh seperti hati dan ginjal yang berperan dalam mengolah
obat-obat yang masuk ke dalam tubuh telah berkurang. Hal ini
menyebabkan kemungkinan besar obat tersebut akan menumpuk dalam
tubuh dan terjadi keracunan obat dengan segala komplikasinya bila
diberikan dengan dosis yang sama dengan orang dewasa. Oleh karena
itu, dosis obat perlu dikurangi pada lansia. Efek samping obat
sering pula terjadi pada lansia yang menyebabkan timbulnya
penyakit-penyakit baru akibat pemberian obat tadi (iatrogenik),
misalnya poliuri/sering BAK akibat pemakaian obat diuretik (obat
untuk meningkatkan pengeluaran air seni), dapat terjatuh akibat
penggunaan obat-obat penurun tekanan darah, penenang, antidepresi,
dan lain-lain. Efek samping obat pada lansia biasanya terjadi
karena diagnosis yang tidak tepat, ketidakpatuhan meminum obat,
serta penggunaan obat yang berlebihan dan berulang-ulang dalam
waktu yang lama.
4. Sering mengalami gangguan jiwa
Pada lansia yang telah lama menderita sakit sering mengalami
tekanan jiwa (depresi). Oleh karena itu, dalam pengobatannya tidak
hanya gangguan fisiknya saja yang diobati, tetapi juga gangguan
jiwanya yang justru seing tersembunyi gejalanya. Jika yang
mengobatinya tidak teliti akan mempersulit penyembuhan
penyakitnya.
II.11. Pembinaan Kesehatan Lansia di PSTW dan Terapi Modalitas1.
Tujuana. Tujuan UmumMeningkatnya derajat kesehatan dan mutu
kehidupan lansia di PSTW agar mereka dapat hidup layak.b. Tujuan
Khusus1) Meningkatnya pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia
PSTW, baik oleh petugas kesehatan maupun petugas PSTW.2)
Meningkatnya kesadaran dan kemampuan lansia khususnya yang tinggal
di PSTW dalam memelihara kesehatan diri sendiri.3) Meningkatnya
peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kesehatan lansia di PSTW.2. Sasaran
a. Sasaran Umum1) Pengelola dan petugas penghuni STW2) Keluarga
lansia3) Masyarakat luas4) Instansi dan organisasi terkait
b. Sasaran KhususLansia penghuni STW3. KegiatanPelaksanaan
kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.a. Upaya
PromotifAdalah upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan
meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi
dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat
berupa penyuluhan/demonstrasi dan/atau pelatihan bagi petugas PSTW
mengenai hal-hal berikut ini:1) Masalah gizi dan dieta) Cara
mengukur keadaan gizi lansia.b) Cara memilih bahan makanan yang
bergizi bagi lansia.c) Cara menyusun menu sehat dan diet khusus.d)
Cara menghitung kebutuhan makanan di PSTW.e) Cara menyelenggarakan
penyediaan di PSTW.f) Cara mengawasi keadaan gizi lansia.2)
Perawatan dasar kesehatanMelakukan pengkajian komprehensif pada
lansiaa) Perawatan kesehatan dasar lansia yang masih aktif.b)
Perawatan kesehatan dasar bagi lansia yang pasif.
c) Perawatan khusus lansia yang mengalami gangguan.d) Perawatan
dasar lingkungan PSTW, baik di dalam maupun di luar PSTW.3)
Keperawatan kasus darurata) Mengenal kasus darurat.b) Tindakan
pertolongan pertama kasus darurat.c) Mengenal kasus gangguan
jiwa.
d) Tanda dan gejala gangguan jiwa pada lansia.e) Cara mencegah
dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia.
4) Olah raga
a) Maksud dan tujuan olah raga bagi lansia.b) Macam-macam olah
raga yang tepat bagi lansia.c) Cara-cara melakukan olah raga yang
benar.
5) Teknik-teknik berkomunikasi
a) Bimbingan rohani.b) Sarasehan, pembinaan mental, dan ceramah
keagamaan.c) Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di
PSTW.d) Rekreasi.e) Kegiatan lomba antar lansia di dalam PSTW atau
antar PSTW.f) Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di
PSTW maupun masyarakat luas melalui berbagai macam media.b. Upaya
PreventifAdalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadi
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan
komplikasinya. Kegiatannya dapat berupa kegiatan berikut ini:1)
Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan di PSTW oleh petugas
kesehatan yang datang ke PSTW secara periodik atau di puskesmas
dengan menggunakan KMS lansia.2) Penjaringan penyakit pada lansia,
baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun petugas PSTW yang
telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.3) Pemantauan
kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas PSTW yang
menggunakan buku catatan pribadi.4) Melakukan olah raga secara
teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.5)
Mengelola diet dan makanan lansia penghuni PSTW sesuai dengan
kondisi kesehatannya masing-masing.6) Meningkatkan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.7) Mengembangkan kegemarannya agar dapat
mengisi waktu dan tetap produktif.8) Melakukan orientasi realita,
yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya agar
lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan
terhadap waktu, tempat, dan orang secara optimal.c. Upaya
KuratifUpaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia oleh
petugas kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai kebutuhan.
Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:1) Pelayanan
kesehatan dasar di STW oleh petugas kesehatan atau petugas STW yang
telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas
kesehatan/puskesmas.2) Pengobatan jalan di puskesmas.3) Perawatan
dietetik.4) Perawatan kesehatan jiwa.5) Perawatan kesehatan gigi
dan mulut.6) Perawatan kesehatan mata.7) Perawatan kesehatan
melalui kegiatan puskesmas.8) Rujukan ke rumah sakit, dokter
spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.d. Upaya
RehabilitatifAdalah upaya untuk mempertahankan fungsi organ
seoptimal mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi mental,
vokasional (ketrampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik. Kegiatan ini
dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas STW yang telah dilatih
dan berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat).Pakar
psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para lansia
yang dititipkan di STW pada dasarnya memiliki sisi negatif dan
positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat
memberikan kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang
memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri,
sehingga kebersamaan ini dapat mengubur kesepian yang biasanya
mereka alami.Akan tetapi, jauh di lubuk hati mereka merasa jauh
lebih nyaman berada di dekat keluarganya. Negara Indonesia yang
masih menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal di panti merupakan
sesuatu hal yang tidak natural lagi, apa pun alasannya. Tinggal di
rumah masih jauh lebih baik dari pada di panti.Pada saat orang tua
terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidak
berguna (useless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih
mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia
dapat mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang suatu
makna kehidupan, maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat
berbuat banyak bagi kepentingan semua orang.10 kebutuhan lansia (10
needs of the erderly) menurut Darmojo (2001) adalah sebagai
berikut:1) Makanan cukup dan sehat (healthy food).2) Pakaian dan
kelengkapannya (cloth and common accessories).3) Perumahan/tempat
tinggal/tempat berteduh (home, place to stay).4) Perawatan dan
pengawasan kesehatan (health care and facilities).5) Bantuan teknis
praktis sehari-hari/bantuan hokum (technical, judicial
assistance).6) Transportasi umum (facilities for public
transportations).7) Kunjungan/teman bicara/informasi (visits,
companies, informations).8) Rekreasi dan hiburan sehat lainnya
(recreational activities, picnic).
9) Rasa aman dan tentram (safety feeling).10) Bantuan alat-alat
panca indra (other assistance/aids). Kesinambungan bantuan dana dan
fasilitas (continuation of subsidies and facilities).
4. Terapi ModalitasTerapi modalitas merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.a. Tujuan1) Mengisi
waktu luang bagi lansia.2) Meningkatkan kesehatan lansia.3)
Meningkatkan produktivitas lansia.4) Meningkatkan interaksi sosial
antar lansia.b. Jenis Kegiatan
1) PsikodramaBertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia.
Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia.
2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)Terdiri atas 7-10 orang.
Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar
pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini
dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya cerdas
cermat, tebak gambar, dan lain-lain.3) Terapi musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan
gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu.4) Terapi
berkebunBertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan
memanfaatkan waktu luang.5) Terapi dengan binatangBertujuan untuk
meningkatkan rasa kasih saying dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang.6) Terapi okupasiBertujuan untuk
memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.7)
Terapi kognitifBertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti
mengadakan cerdas cermat, mengisi TTS, dan lain-lain.8) Life review
terapiBertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri
dengan menceritakan pengalaman hidupnya.9) RekreasiBertujuan untuk
meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan.10) Terapi keagamaanBertujuan untuk
kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.