TUGAS KEPERAWATAN KELUARGAASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
ANAK PRASEKOLAH DENGAN GANGGUAN TUMBUHKEMBANG
DISUSUN OLEH:DEWI ANGGRAINI
04081003006MSY. HASTINI APRIANTI
04081003014RAISA LAYASARI
04081003021
DINA FEBRINA
04081003042
ULFA TASKIRO
04081003044
NADIA
04081003049
DOSEN PENGASUH
DIAN WAHYUNI S,Kep.Ners.M,KesPROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA2011DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL1DAFTAR ISI2KATA PENGANTAR 3BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang 41. 2 Tujuan 5BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Teori Perkembangan Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga 6
2.1.2 Tahap Tumbuh Kembang Anak Usia Pra-sekolah 72.1.3 Tugas
Perkembangan Anak Usia Pra-sekolah 112.1.4 Masalah Tumbuh Kembang
Anak Usia Pra-sekolah 142.1.5 Alternatif Tindakan Tumbuh Kembang
Anak Usia Pra-sekolah 232. 2 Teori Proses Keperawatan Keluarga2. 2.
1 Pengkajian pada Keluarga dengan Anak Usia Pra-sekolah 262. 2. 2
Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Pra-sekolah 272. 2.
3 Rencana Tindakan Keluarga dengan Anak Usia Pra-sekolah 282. 2. 4
Implementasi Keperawatan Keluarga degan Anak Usia Prasekolah 292.
2. 5 Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Pra-sekolah
30BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan 323.2 Diagnosa Keperawatan 363.3
Rencana Tindakan 383.4 Evaluasi Keperawatan 39BAB IV PENUTUP4.1
Kesimpulan 414.2 Saran 42DAFTAR PUSTAKA 43KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan , karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan TUGAS
KEPERAWATAN KELUARGA ini.
Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Dian Wahyuni selaku dosen serta pembimbing mata
kuliah Keperawatan Keluarga. Tak lupa terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman dan semua orang yang berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik ke depannya
nanti.
Indralaya, Maret 2011
Penyusun
BAB IPENDAHULUAN1. 1 LATAR BELAKANGKeluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai
pranata sosial terkecil dalam masyarakat dan negara selalu mencuri
perhatian baik kalangan pimpinan atau tokoh informasi maupun
pemerintah. Banyak kejadian merisaukan sekarang ini, seperti
kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu dikaitkan dengan makin
kurang berfungsinya pranata keluarga, antara lain dalam
memfasilitsi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur
seperti saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati.
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai
potret atau gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun
tidaklah demikian karena anak merupakan individu tersendiri yang
tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah
usia bertambah.
Pada anak usia prasekolah, anak mengalami lompatan kemajuan yang
menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial
dan emosional. Anak usia prasekolah ini sedang dalamproses awal
pencarian jati dirinya. Beberapa prilaku yang tidak ada, sekarang
muncul. Secara fisik dan psikis usia ini adalah usia yag rentan
berbagai penyakitbdan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani
secara baik oleh praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan
adalah yang tetap paling baik dilakukan.
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga
mempunyai kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan. Perawat dapat menbantu keluarga dalam memecahkan masalah
kesehatannya sehingga mencapai keadaan keluarga yang optimal.
Suatu peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak
adalah peran pengasuhan (parenting role), yang sama dalam
menjalankan peran ini keluarga sangat dipengaruhi oleh faktor usia
orang tua, keterlibatan ayah atau suami dala pengasuhan anak, latar
belakang pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh
anak, stress yang dialami orang tua, dan hubungan suami istri.
Berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit, keluarga punya
tugas adaptif, yaitu menerima kondisi anak, mengelola kondisi anak,
memenuhi kebutuhan perkembangan anak, memenuhi kebutuhan
perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positif, membantu
keluarga untuk mengelola perasaan yang ada, mendidik anggota
keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang sakit, dan
mengembangkan sistem dukungan social keluarga dengan anak
prasekolah.
1. 2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Intruksional Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan keluarga
dengan anak prasekolah.1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keluarga.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia
prasekolah.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tugas perkembangan keluarga
dengan anak prasekolah.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan masalah-masalah pada anka usia
prasekolah.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan bimbingan selam fase
prasekolah.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan keluarga
dengan anak prasekolah.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2. 1. Teori
Perkembangan Keluarga
2.1.1 Definisi keluarga 1. Friedman (1998) Keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional serta individual mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga. 2. Sayekti (1994) Keluarga
adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga.
3. Kamus webster (1993) 1. A social unit consisting of parent
and the children they rear. 2. A group of people related by
ancestry of marriage. 4. Sumardjan (1993) Keluarga adalah
sekelompok manusia yang para warganya terikat dengan jalur
keturunan. 5. Peraturan Pemerintah no.21 tahun 1994 tentang
penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami, istri dan anaknya, suami dan anaknya, atau istri dengan
anaknya. 6. Burgess dan Locke (1992) Keluarga adalah unit sosial
terkecil dari individu-individu yang diikat oleh perkawinan
(suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus
keluarga luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu.
2. 1.2. Tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah
Definisi tumbuh kembang pada anak 1. Pertumbuhan (Growth)
Berkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang
(meter/centimeter)(Soetjiningsih : 1998).
Perubahan ukuran atau nilai-nilai yang memberikan ukuran
tertentu dalam kedewasaan
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya
peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (Supartini, Yupi
: 2004).
2. Perkembangan (Development)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan menitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling
rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih :
1998).
Mencakup aspek-aspek lain dari deferensiasi bentuk termasuk
perubahan emosi atau sosial yang sangat ditentukan oleh interaksi
dengan lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah 1. Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan fisik terus menjadi stabil dalam
tahun prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan
menurun hanya sedikit mendekati 90x/menit dan pernapasan
22-24x/menit. TD meningkat sedikit ke nilai rata-rata 95/58mmH.
Berat badan anak meningkat kira-kira 2,5 kg per tahun, berat
rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 kg, hampir 6 kali
berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh 2-3 inci per tahun, panjang
mereka menjadi dua kali lipat panjang lahir pada usia 4 tahun,dan
berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun kelima
mereka. Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang
lebih kurus. Kepala sudah mencapai 90% dari ukuran orang dewasa
pada ulang tahun ke enam. Perbedaan kecil terjadi antara jenis
kelamin, walaupun anak laki-laki sedikit lebih besar dengan lebih
banyak otot dan kurang jaringan lemak. Kekurangan nutrisi umunya
terjadi pada anak-anak berusia dibawah 6 tahun adalah kekurangan
vitamin A dan C serta zat besi. Konsumsi karbohidrat dan lemak
dalam jumlah yang sangat besar dari makanan yang berlemak bisa
menimbulkan kegemukan dan menjadikan anak prasekolah dalam kondisi
sangat lapar. Orang tua dan penberi pelayanan perlu membuat asaha
secara sadar untuk membantu anak prasekolah mengembangkan kebiasaan
makan yang sehat dan mencegah defisiensi dan kelebihan. 2.
Perkembangan
1. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan
semakin besar dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
2. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti
mandi, makan, minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.
3. Mulai memahami waktu.
4. Penggunaan tangan primer terbentuk.
3. Perkembangan psikoseksual ( Sigmund Freud )
Fase berkembangan psikoseksual untuk anak usia sekolah masuk
pada fase falik. Selama fase ini, genitalia menjadi area yang
menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mengetahui
perbedaan jenis kelamin dengan mengetahui adanya perbedaan jenis
kelamin.
Negatif : Memegang genetalia
Oedipus compleks
Positif : Egosentris: sosial interaksiMempertahankan
keinginan
4. Perkembangan psikososial ( Eric Ericson ) Fase perkembangan
psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatif vs rasa
bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji
lingkungan melalui kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya.
Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan.
Inisiatif berkembang dengan teman sekelilingnya. Kemampuan anak
berbahasa meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas.
Hasil akhir yang diperoleh adalah menghasilkan suatu
prestasinya.Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak
mampu berpretasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang
bersosialisasi, lebih marah, mengalami regresi, yaitu kembali ke
perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.
5. Perkembangan kognitif ( Jean Piaget ) Fase berkembangan kognitif
anak usia prasekolah adalah fase praoperasional. Karakteristik
utama perkembangan intelektual tahap ini didasari sifat egosentris.
Pemikiran di dominasi oleh apa yang dilihat, dirasakan dan dengan
pengalaman lainnya.
Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Prokonseptual ( 2- 4 tahun ) Anak mengembangkan kemampuan
berbahasa untuk berkomunikasi dan bermasyarakat. Anak mulai
mengembangkan sebab-akibat, trial dan error dan menginterpretasikan
benda/kejadian. Anak mulai menggunakan sinbulkata-kata, mengingat
masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
2. Intuitive thuoght ( 4-7 tahun ) Anak mampu bermasyarakat
namun masih belum mampu berpikir timbal balik. Anak biasanya banyak
meniru perilaku orangdewasa tetapi sudah bisa memberi alasan pada
tindakan yang dilakukan. 3. Perkembangan Moral ( Kahlberg ) Fase
perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki fase
prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah
melalui budaya sebagai dasra peletakan nilai moral.
Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:
1. Didasari adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan 2.
Orientasi hukuman dan ketaatan Baik dan buruk sebagai konsekuensi
dari tindakan. Jika anka berbuat salah, orang tua memberikan
hukuman dan jika anak berbuat benar maka orang tua memberikan
hukuman
Anak berfokus pad motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan
Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan mereka
sendiri.
2.1. 3. Tugas perkembangan anak usia prasekolah
1. Personal / sosial 1. Upaya untuk menciptakan diri sendiri
seperti orang tuanya, tetapi mandiri
2. Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya
3. Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak
4. Keluarga merupakan kelompok utama
5. Kelompok meningkatkan kepentingannya
6. Menerima peran sesuai jenis kelaminnya
7. agresif
8. Motorik
1. Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih
mudah
2. Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga
3. Melempar bola, tetapi silit uintuk menangkapnya
9. Bahasa dan kognitif
1. Egosentrik
2. Ketrampilan bahsa makin baik
3. Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan
mengapa?
4. Pemecahan masalah sedarhana; menggunakan fantasi untuk
memahami, mengatasi masalah.
10. Ketakutan
1. Pengrusakan diri
2. Gelap
3. Ketidaktahuan
4. Objek bayangan, tak dikenal.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah
1. Membantu anak untuk bersosialis
2. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain (tua) juga harus dipenuhi.
3. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
4. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
5. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
6. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembangPola
pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu
dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih
(2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, yaitu:
1. Faktor dalam (internal):
1.1 Genetika
a. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang Indonesia
atau bangsa lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap bangsa
berlainan.
b. Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan
pendek
c. Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang
mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.2 d.
Jenis kelamin
Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan
laki-laki
e. Kelainan kromosom
Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom
down.
2. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat
janin berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang
cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan
somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain
itukelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna
untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
3. Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
4. Faktor pranatal
1) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin,
terutama selama trimester akhir kehamilan
2) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan conginetal, misalnya club foot
3) Toksin, zat kimia, radiasi
4) Kelainan endokrin
5) Infeksi TORCH atau penyakit menular sesksual
6) Kelainan imunologi
7) Psikologis ibu5. Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya
kerusakan jaringan otak.
6. Faktor pascanatal
Seperti lainnya pada masa prenatal, faktor yang berpengaruh
terhadap TUMBANG anak adalah gizi, penyakit kronis/ kelainan
konginetal, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin,
sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan
2. 1.4. Masalah-masalah pada anak usia prasekolah
Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah
seperti; diare, cacar air, difteri, dan campak.
NoMasalah/ PenyakitManajemen Teraupetik Dan
KomplikasiPertimbangan Keperawatan
1.Diare (Gastroenterologi) Agen pembuka: bakteri dan virus.
Sumber: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
Masa inkubasi: BAB > 3 x 24 jam
MK: anak menangis, gelisah, suhu tubuh meninggi, BAB cair kadang
disertai darah dan lenderKomplikasi:
Dehidrasi
Renjatan hipovolemik
Hypocalanta
Intoleransi laktosa sekunder
Kejang
Malnutrisi energi protein
Obat:
Anti sekresi
Anti spasmolitik
Pengeras tinja Antibiotik Memberikan cairan
Diatetik (pemberian makanan)
2.Varicela (cacar air)
Agen pembawa: Variacell Zooster
Sumber: sekresi primer saluran pernafasan dan organ terinfeksi,
pada tingkatan lesi kulit yang lebih rendah
Transmisi: terkontaminasi oleh objek penularan.
Masa inkubasi: 2-3 minggu/ 13-17 hari
Masa penularan: biasanya 1 hari setelah erupsi lesi (masa awal)
sampai 5 hari setelah banyak muncul vesikel ketika kerak kulit
terbentuk.
MK: Tahap awal: demam ringan, malaise, anoreksia, pertama kali
ruam dan gatal, muncul makula, dengan cepat berkembang menjadi
papula dan menjadi vesikel (dikelilingi oleh dasar eritematosus
menjadi gelembung, mudah pecah dan membentuk kerak). Ketiga tahapan
(papula, vesikel, dan kerak kulit) hadir dalam tingkatan berbeda
dalam waktu yang sama.
Distribusi: sentrifetal, menyebar ke wajah dan tubuh, tapi
jarang pada tungkai dan lengan.
Gejala: elevasi suhu dari limfade nopaty, iritasi dari
gatal-gatal.Kekhususan: biasanya tidak ada agen anti viral
(ecyclovir) untuk resiko tinggi anak terinfeksi, Varicella Zooster
imonoglobin (VZIG) setelah pembukaan pada anak yang beresiko
tinggi.
Obat: Diphenhidramin, hydoklorida, atau anti histamin untuk
menghilangkan gatal
Perawatan kulit untuk pencegahan infeksi bakteri kedua.
Komplikasi: Infeksi pada tahap kedua (bisu, selulitis, pnemoni,
sepsis)
Encephalitis
Varicela pnemoni
Peredaran varicela
Kronik atau tranesien trombositopenia Lakukan isolasi ketat di
RS
Isolasi anak di rumah sampai vasikel mengering (biasanya 1
minggu setelah terinfeksi) dan isolasi anak yang beresiko tinggi
infeksi
Beri perawatan kulit: mandi dan berganti pakaian setisp hari,
oleskan lation .
Mengurangi gatal-gatal
Hindari mengupas kulit kerak yang menggosok dan membuat
iritasi.
3Difhteria
Manifestasi klinis:Bervariasi menurut lokasi anatomi
Pseudomembran
Nasal : Menyerupai flu, nasal mengeluarkan serosan guineous
mukous purulent tanpa gejala-gejala pokok: tampak seperti
epitaksis.
Tonsilar pharingeal :Malaise, anorexia, tenggorokan sakit,
sedikit demam, pulse meningkat dari yang diharapkan selama 24 jam,
membran melembut, putih atau abu-abu; timbulnya limfadenitis jika
penyakitnya parah timbul toximea, septik syok, dan meninggal dalam
6-10 hari.
Lharyngeal :Demam : serak, batuk, tanpa ada tanda awal,
potensial penghambatan jalan udara, gelisah, cyanosis, retraksi
dyspniec. Antitoksin (biasanya melalui intravena diawali dengan
test kulit dan konjungtiva untuk mengetes sensitifitas terhadap
serum)
Antibiotik (penisillin atau erythromycin).
Bedrest total (pencegahan miokarditis)
Tracheostomy untuk penahambatan jalan udara.
Perawatan carrier dan kontak terhadap orang yang terinfeksi.
Komplikasi :
Miokarditis (minggu ke 2) Neuritis Lakukan isolasi ketat di
rumah sakit
Berpartisipasi pada test sensitifitas; beri epineprin jika
ada
Beri antibiotik, amati sensitifitas terhadap penisilin
Gunakan suction jika perlu
Beri perawatan komplit untuk memperoleh bedrest
Atur kelembaban untuk pencairan optimum sekresi.
Amati respirasi untuk tanda-tanda penghambatan
4.Rubeola (campak)
Agen pembawa :
Virus
Sumber :Sekresi saluran nafas, darah dan urine dari orang yang
terinfeksi.
Transisi :Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Masa inkubasi :10-20 hari
Periode penularan :Dari 4-5 hari setelah ruam-ruam muncul tetapi
terutama selama tahapan awal (catharal).
Manifestasi klinis :Fase prodromal:
Tidak dijumpai pada anak-anak, namun dijumpai pada orang remaja
dan dewasa yang ditandai dengan demam ringan, sakit kepala,
malaise, anorexia, konjungtivitis ringan, coryza, sakit
kerongkongan, batuk, dan limfadenofaty. Paling sedikit 1-5 hari,
menghilang 1 hari setelah terjadinya ruam.
Ruam : Pertama kali muncul di wajah dan dengan segera menyebar
ke leher, lengan batang tubuh dan kaki. diakhiri dari pertama
ditutupi dengan bercak-bercak kemerahan makulo pupalar, biasanya
hilang pada hari ketiga
Tanda dan gejala :Demam ringan yang muncul kadang-kadang, sakit
kepala, malaise dan limfadenopaty.Tidak ada perawatan lain yang
perlu kecuali antipiretik untuk demam dan analgesik untuk
nyeri.
Komplikasi :Jarang terjadi (arthritis, enchepalitis, atau
purpura); penyakit-panyakit menular yang sering dijumpai pada masa
anak-anak; bahaya terbesar adalah efek teratogenik pada janin.
Yakinkan orangtua bahwa vesikel-vesikel adalah suatu proses
panyakit yang alami pada anak-anak yang terinfeksi.
Gunakan sentuhan lembut jika diperlukan.
Jauhkan anak dari wanita hamil
2.4.2 Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan
kehadiran anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak
diperhatikan lagi oleh orang tua sehingga anak sering membuat olah
untuk mendapatkan perhatian orang tua.
Bahaya fisik
1. Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan ketrampilan tertentu. Meskipun tidak meninggalkan
bekas fisik namunkecelakaan dianggap sebagai kegagalan dan anak
lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga
anak akan takut terhadap kegiatan fisik. Jika hal ini terjadi bisa
berkembang menjadi masa malu.
2. Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang
dia lihat tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu
berprestasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang
bersosialisasi, lebih pemarah, mengalami regresi, yaitu kembali ke
perkembangan sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap
jempol.
Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur
REM (rapid eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk
biasanya akan benar-benar terbangun dan dapat mengingat
kembalimimpinya secara terperinci. Mimpi buruk yang terjadi
sewaktu-waktu adalah hal yang normal, dan satu-satunya tindakan
yang perlu dilakukan orang tua adalah menenangkan anak. Tetapi
mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal dan bisa
menunjukkan masalah psikis.Pengalamam yang menakutkan (termasuk
cerita menakutkan atau film tentang kekerasan di televisi) bisa
menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering
ditemukan pada anak-anak yang berumur 3-4 th, karena mereka belum
bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Teror dimalam hari
adalah suatu keadaan dimana sesaat setelah tertidur anak setengah
terbangun dengan kecemasan yang luar biasa. Anak tidak dapat
mengingat kembali apa yang atelah dialaminya.Tidur sambil berjalan
adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan tertidur anak bengkit
dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam hari dan
tidur sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non
REM) dan terjadi dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap
episode berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit.
Teror dimalam hari sifatnya dramatis karena nak menjerit-jerit dan
panik, keadaan ini paling sering ditemukan pada anak yang berumur
3-8 th.Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan
berikut:
1. Ajak anak kembali ketempat tidurnya.
2. Berikan cerita yang pendek.
3. Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut
kesayangannya.
4. Gunakan lampu redup.
5. Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat
anak berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil
dilakukan pada umur 3-4 tahun. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak
sudah dapat melakukan buang air sendiri; melepas pakaian dalamnya
sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya
sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri. Tetapi
sekitar 30% anak berusia 4 th dan 10% anak berusia 6 th masih
mengompol pada malam hari.Cara terbaik untuk menghindari masalah
pelatihan buang air (toilet training) adalah dengan mengenali
kesiapan anak.Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
1. Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
2. Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.
3. Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty
Chair (pispot khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban,
kakus).
4. Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang
sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.
Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode
timing. Anak yang tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty
chair dan secara bertahap diminta untuk duduk diatasnya sebentar
saja dalam keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta untuk
melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair
selama tidak lebih dari 5-10 mnt. Hal itu dilakukan sambil ibu
memberikan penjelasan bahwa swkarang sudah saatnya anak untuk
melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya pada potty chair/kloset)
buka di pakaian dalam atau popok. Jika Anak sudah bisa
melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupu hadiah. Tetapi
jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi
ataupun menghukum anak. Metode timing efektif untuk anak-anak yang
memiliki jadwal BAB/BAK yang teratur.Metode toilet training lainnya
menggunakan boneka sebagai alat bantu. Kepada anak yang sudah siap
diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka
sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian
dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses toilet
training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses toliet
training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari
untuk memuji bunekanya. Selanjutnya anak menirukan apa yang telah
dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak.
Jika anak tetap bertahan duduk di toilet sebaiknya diangkat dan
toilet training dicoba kembali setelah anak makan. Tetepi jika hal
ini berlangsung selama beberapa hari sebaiknya tolet traing ditunda
selama beberapa minggu.Sangat penting untuk memberika pujian kepada
anak yang telah berhasil melakukan toilet training. Setelah pola
BAB/BAK stabil secara perlahan pujian mulai dikurangi. Memaksa anak
untuk BAB/BAK di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa
menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.
2. 1.5. Alternatif tindakan Dalam Pemecahan Masalah TumBang Anak
Pra Sekolah
Bimbingan selama fase prasekolah
1. Usia 3 tahun
1. Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak
dalam hubungan yang lebih luas.
2. Anjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak ke play group atau
TK.
3. Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.
4. Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika
anak sedang ragu/bimbang.
5. Perubahan pada anak usia 3.5 th : anak akan menjadi kurang
koordinasi, gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti
bicara gagap.
6. Orang tua harus memberikan perhatioan yang ekstra sebagai
refleksi dari kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan
kasih sayang orang tua.
7. Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai
pada usia 3 th akan berubah menjadi tingkah laku yang agresif pada
usia 4 th.
8. Antisipasi tentang adanya perubahan nafsu makan, seleksi
makanan anak.
9. Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk
mencegah cedera.
2. Usia 4 tahun
1. Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresif,
termasuk aktifitas motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang
mengejutkan.
2. Eksplorasi perasaan oreng tua berkenaan dengan tingkah laku
anak.
3. Masukkan anak ke TK
4. Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang
seks
5. Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak
6. Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum
dilakukan diusia sebelumnya
3. Usia 5 tahun
1. Masa tenang pada anak2. Siapkan anak untuk memasuki
lingkungan sekolah
3. Pastikan kelengkapan imunisasi lingkungan sekolah
Stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak
1. Definisi bermain Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
secara sukarelauntuk memperoleh kesenangan/ kepuasan. Bermain
merupakan cermin kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan
sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
bermain, anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenalwaktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000)
2. Fungsi permainan pada anak Fungsi utama bermain adalah
menstimulasi perkembangan anak, antara lain:
1. Perkembangan sensori-motorik
2. Perkembangan intelektual
3. Perkembangan sosial
4. Perkembangan kreativitas
5. Perkembangan kreasi diri
6. Perkembangan moral
7. Bermain sebagai terapi
8. Tujuan bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1)Untuk melanjutkan tumbang yang normal pada saat sakit anak
mengalami gangguan dalam tumbang.
2)Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta
idenya.
3)Mengembangkan kreatrifitas dan kemampuan menyelesaikan
masalah. Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan
fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya pada saat melakukan permainan anak akan dihadapkan pada
masalah dalam konteks permainannya, semakin lama ia bermain dan
semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.
4)Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit
dan dirawat di RS. Stress yang dialami anak di RS tidak dapat
dihindarkan sebagai mana juga yang dialami orang tuanya untuk itu
yang penting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk
dapat beradaptasi denga stresor yang dialaminya di RS secara
efektif.
1. Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia
prasekolah (>3-6 th)
Sejalan denga tumbangnya anak prasekolah mempunyai kemampuan
motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia
toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian
juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya
semakin meningkat.
Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatif
play, dramatik play dan skill play. Anak melakukan permainan
bersama-sama dengan temannya denga komunikasi yang sesuai dengan
kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang
tertentu yang diidentifikasikannya seperti ayah, ibu dan bapak atau
ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill
play) banyak dipilih anak prasekolah. Untuk itu jenis alat
pewrmainan yang diberikan pada anak, misal: sepeda, mobil-mobilan,
alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok besar, dll.2.2
Teori proses keperawatan keluarga
2.2.1. Pengkajian Pada Keluarga Dengan anak Pra sekolah
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang di binanya.
Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status
keluarga adalah :
1. struktur dan karakteristik keluarga
2. sosial, ekonomi dan budaya
3. faktor lingkungan
4. riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga
5. psikososial keluargaRiwayat tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Menurut Duvall, tahap
perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti dan mengkaji sejauh mana keluarga mana keluarga melaksanakan
tugas tahapan perkembangan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga
adalah mengkaji kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan
keluarga. a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh
anak terua dari keluarga inti
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada
keluarga inti, meliputi riwayat penyakit ketururnan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota, dan semuber pelayanan yang
digunakan keluarga seperti perceraian, kematian dan keluarga yang
hilang.d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal kedua orang
tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya), hubungan masa silam
dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
2.2.2. Diagnosis Keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
Diagnosis keperawatan adalah keputusan finish mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
untuk melaksanakannnya. Diagnosis keperawatan keluarga di analisis
dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam tahap perkembangan
keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi
keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat aktual, risiko,
maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung
jawab untuk mealkukan tindakan keperawatan bersama-sama dnegan
keluarga, berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didaptakan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan
meliputi:
a. Problem atau masalah (P)
b. Etiologi atau penyebab (E)
c. Sign atau tanda (S)2.2.3. Rencana Tindakan KeperawatanTahap
perencanaan keperawatan keluarga
Apabila masalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah
teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana
keperawatan sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana
keprawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan
oleh perawat ubtuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan atau masalah kpereawatan yang telah
diidentifikasi. Rencana keperawatan yang berkualitas akan menjamin
keberhasilan dalam mencapi tujuan serta penyelesaian masalah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
kepreawatan keluarga diantaranya:a. Rencana keperawatan harus
didasarkan atas analisis yang menyeluruh tentang masalah atau
situasi keluarga.b. Rencana yang baik hsrus realistis, artinya
dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah
instansi kesehatan. Misalnya bila instansi kesehatan pada daerah
tersebut tidak memungkinkan pemberian pelayanan cuma-cuma, maka
perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam menyusun
perencanaan.d. Renacana keperawatan dibuaty bersama keluarga. Hal
ini sesuai dnegan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga.
Bukan untuk keluarga.
e. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya secara tertulis. Hal ini
selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim
kesehatan lainnya, khususnya perencanaan yang telah disusun untuk
keluarga tersebut. Selain itu, dengan membuat askep secara tertulis
akan membantu mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.2.2.4.
Implementasi KeperawatanTahap pelaksanaan keperawatan keluarga
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup
sehat. Adanya kesulitan, kebingungan, serta ketidakmampuan yang
dihadapi keluarga harus dijadikan perhatian. Oleh karena itu, di
harapkan perawat dapat memberikan kekuatan dan membantu
mengembangkan potensi-potensi yang ada, sehingga keluarga mempunyai
kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.
Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat,
maka perawat harus memahami teknik motivasi. Tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal di bawah ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan,serta
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.c. Memberikan
kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan
fasilistas yang ada di rumah dan mengawasi keluarga melakukan
perawatand. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat
lingkungan menjadi sehat dengan menemukn sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehtan
dnegan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga dan membantu keluarga cara menggunakan fasilitas
tersebut.2.2.5. Evaluasi KeperawatanTahap evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap
penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/
belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperwatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan
keluarga. Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan
yang diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai
berikut.
1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan
dicapai.
3. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat
berhubungan dengan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung
kepada dimensi evalusi yang diinginkan.
4. Tentukan metode atau teknik evalusi yang sesuai serta
sumber-sumber data yang diperlukan.
5. Bandingkan keaadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan
kriteria dan standar untuk evaluasi.
6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak
optimal atau pelaksanaan yang kurang memuaskan.
7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu
ditentukan alasan kemungkinan tidak reaalistis, tindakan tidak
tepat, atau kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat
diatasi.BAB IIITINJAUAN KASUS3.1. Pengkajian1. Pengkajian yang
berhubungan dengan keluarga
Identitas
1. Nama pasien
Dimaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi
kekeliruan dengan pasien lain.
1. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya
faktor resiko pada epilepsi karena faktor umur dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam penatalaksanaan untuk epilepsi.
1. Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga
sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai
dengan agama dan kepercayaan dari pasien dan keluarganya.
1. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota
keluarga terutama orang tua dalam memberi informasi perencanaan
pulang bagi anak sekolah dengan masalah kesehatan epilepsi.1.
Komposisi keluarga
Dimaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi,
apakah terdapat anggota keluarga yang terkena penyakit yang
serupa/penyakit turunan.
1. Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar perhatian dan peraswatan yang diberikan pada anggota atau
anak yang mengalami sakit.
1. Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui kesanggupan keluarga untuk memodifikasi proses
penyembuhan penyakit pada anak dan pemanfaatan sarana kesehatan
bagi anak yang sakit.
1. Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari
kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta
untuk keperluan kunjungan rumah bila diperlukan.
1. Aktivitas rekreasi keluarga
Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenfaatkan aktifitas
rekreasi keluarga yang digunakan untuk menghilangkan kepenatan
dalam kehidupan sehari-harinya.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti.
4. Riwayat keluarga sebelumnya.
Lingkungan
1. Karakteristik rumah.
2. Karakteristik lingkungan.
3. Mobilitas keluarga.
4. Hubungan keluarga dengan lingkungan.
5. Sistem sosisl yang mendukung.
Struktur keluarga
1. Pola komunikasi.
2. Pengambilan keputusan.
3. Peran anggota keluarga.
4. Nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
5. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1. Identitas anak.
2. Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
3. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan
sehari-hari).
5. Tumbang saat ini (termasuk kemampuan yang dicapai).
6. Pemeriksaan fisik.
Pengkajian data fokus meliputi:
1. Bagaimana karakteristik teman bermain.
2. Bagaimana lingkungan bermain.
3. Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.
4. Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana
yang dimiliki.
5. Bagaimana temperamen anak saat ini.
6. Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang.
7. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
8. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.
9. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.
10. Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di
sekolah.
11. Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di
rumah saat bermain.
12. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa
ini.
13. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa
jenisnya.
14. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luang.
15. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarganya.
KASUSSeorang ibu membawa anaknya (An. T) yang berusia 5 tahun ke
puskesmas dengan keluhan anak BAB encer dan buang air besar lebih
dari 8 kali dalam 10 jam terakhir dan di sertai gatal gatal anak
lemas dan tidak mau makan dari hasil pemeriksaan di dapat TTV anak
tidak normal /kurang dari normal dan pada kulit anak di temukan
bercak putih,jamur pada kulit punggung .dari penuturan ibu,bahwa
anaknya hipeeraktif dalam beraktivitas,dan lingukungan rumah dari
ibu berada dekat dengan sungai yaitu 50 meter sehingga sebagian
besar aktifitas warga di sekitar termasuk ibu penderita d lakukan
di sungai tersebut seperti menycuci,mandi dll.
DATA FOKUSMASALAHETIOLOGI
DO: BAB encer
Buang air besar lebih dari 8 kali
DS: anak pucat
TTV kurang dari normalGangguan keseimbangan cairan dan
elektrolitDiare
DO: anak sering gatal gatal
DS; jamur d kulitGangguan integritas kulitGangguan konsep
diri/citra tubuh
3.2. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit pada An. T b/d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah diare
2. Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga mengenal dampak hospitalisasiSKORING:DIAG
NOSANOKRETRIANILAIBOBOT
1Sifat msalah:
Skala: tidak /kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera3
2
11
2Kemungkinan masalah dapat di ubah:
Skala: mudah
Sebagian
Tidak dapat2
1
02
3
Kemungkinan masalah dapat di cegah:
Skala: tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya msalah:
Skala: Masalah berat harus segera di tangani
Ada masalah tapi tidak perlu di tangani.
Masalah tidak di rasakan3
2
1
2
1
01
1
Diagnosa I Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak
b/d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah diare.
1. Sifat masalah : 2/31=2/3
2. Kemungkinan msalah dapat di ubah: 2/22=2
3. Potensi msalah dapat di cegah : 3/31=1
4. Menonjolnya msalah : 2/21=1
TOTAL= 1+2+2/3+1=11/3=4.7
Diagnosa IIGangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan
ketidak mampuan keluarga mengenal dampak hospitalisasi
1. Sifat masalah : 3/31=1
2. Kemungkinan msalah dapat di ubah: 1/22=1
3. Potensi msalah dapat di cegah : 2/31=2/3
4. Menonjolnya msalah : 2/21=1
TOTAL= 1+1+2/3+1=11/3=3,7
3.3. Intervensi KeperawatanDiagnosaIntervensi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah diare.1. Memberikan
penjelasan tentang diare kepada keluarga
2. Membantu keluarga dalam mengenal masalah diare
3. Membantu keluarga untuk mengambil tindakan terhadap
penanganan diare
4. Membantu keluarga dalam menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan untuk mencegah diare
5. Membantu keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan di
lingkungan setempat untuk pengobatan diare
Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga mengenal dampak hospitalisasi1. Memberikan
penjelasan tentang hospitalisasi kepada keluarga
2. Membantu keluarga dalam mengenal masalah hospitalisasi
3. Membantu keluarga untuk mengambil tindakan terhadap
penanganan hospitalisasi
4. Membantu keluarga dalam menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan untuk mengatasi dampak hospitalisasi
3.4. Evaluasi KeperawatanIntervensiEvaluasi
1. Memberikan penjelasan tentang diare kepada keluarga2.
Membantu keluarga dalam mengenal masalah diare 3. Membantu keluarga
untuk mengambil tindakan terhadap penanganan diare4. Membantu
keluarga dalam menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mencegah diare5. Membantu keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan di lingkungan setempat untuk pengobatan diare
6. Keluarga memahami tentang diare1. Keluarga mampu mengenal
masalah diare
1. Keluarga mampu untuk mengambil tindakan terhadap penanganan
diare
1. Keluarga mampu dalam menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan untuk mencegah diare
1. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan di lingkungan
setempat untuk pengobatan diare
2. 1. Memberikan penjelasan tentang hospitalisasi kepada
keluarga3. 2. Membantu keluarga dalam mengenal masalah
hospitalisasi4. 3. Membantu keluarga untuk mengambil tindakan
terhadap penanganan hospitalisasi5. Membantu keluarga dalam
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan untuk
mengatasi dampak hospitalisasi
1. Keluarga memahami tentang hospitalisasi
1. Keluarga mampu mengenal masalah hospitalisasi
1. Keluarga mampu mengambil tindakan terhadap penanganan
hospitalisasi
1. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mengatasi dampak hospitalisasi
BAB IV
PENUTUP4.1. KesimpulanKeluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama atas dasar perkawinan, kelahiran atau
adopsi dengan keterikatan aturan dan emosional serta individual
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing.-masing begitu
juga dengan anak memiliki peranan sesuai tahap pertumbuhan dan
perkembangannya baik perkembangan secara umum, psikososial,
psikoseksual, kognitif dan moral. Untuk mengatasi kemungkinan
masalah yang muncul pada gangguan tumbuh kembang anak
pkra-sekolah.keluarga memiliki tugas dalam perkembangan anaknya
serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun masalah
kesehatan yang sering muncul pada anak pra-sekolah seperti diare,
cacar air dan campak. Selain dalam masalah kesehatan, anak juga
sering mengalami masalah dalam hubungan dengan keluarganya, seperti
merasa cemburu dengan kehadiran anggota keluarga baru atau adiknya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tumbuh kembang anak
pra-sekolah dapat dilakukan berbagai alternatif tindakan misalnya
bimbingan anak selama fase pra-sekolah yang disesuaikan dengan usia
anak, seperti pada usia 3 tahun maka hal yang perlu dilakukan
adalah menganjurkan orang tua untuk mendaftarkan anak di play group
atau TK. Hal ini membuat anak lebih bersosialisasi dengan
lingkungan atau dengan stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak
yang lebih optimal.Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, hal yang
pertama kali dilakukan adalah melakukan pengkajian data fokus
seperti mengkaji karakteristik teman bermain anak, lingkungan
bermain anak dan mengkaji bagaimana pola orang tua menghadapi
permintaan anak. Dari data fokus tersebut maka dapat ditentukan
masalah dan etiologinya. Dari data diatas dapat diketahui bahwa
masalah tumbuh kembang anak pra-sekolah yang paling sering muncul
adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit di karenakan
diare, dan lain-lain. Dari diagnosa keperawatan tersebut maka dapat
ditentukan intervensi atau rencana keperawatan yang dapat dilakukan
oleh perawat, orang tua dan anak untuk mengatasi masalah tumbuh
kembang pada anak pra-sekolah misalnya perawat memberikan
penjelasan pada orang tua mengenai diare sehingga orang tua
memahami apa yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah diare
pada anak serta membantu orang tua untuk mengambil tindakan atau
keputusan yang tepat. Setelah melaksanakan intervensi, maka perawat
keluarga dapat mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah
diberikan.4.2. Saran
Seorang perawat keluarga sudah seharusnya membantu keluarga
dalam mengenali dan memahami tanda-tanda pertumbuhan dan
perkembangan yang normal maupun gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak usia pra-sekolah. Hal ini dilakukan agar
orang tua dapat bersikap mandiri dalam mengatasi masalah
pertumbuhan dan perkembangan yang muncul pada anak usia
pra-sekolah.DAFTAR PUSTAKAMubarak,Wahid Iqbal,dkk. (2009). Ilmu
Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi (buku 1 & 2). Jakarta
: Salemba Medika.Soetjiningsih (1994), Tumbuh Kembang Anak, Bagian
Kesehatan Anak FK Udayana, Jakarta. EGC,
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
PAGE 39