ASUHAN KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIAA. PengertianSectio caesarea
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005).Sectio Caesaria ialah
tindakan untuk melahirkan janin dengan beratbadan diatas 500 gram
melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh(Gulardi
&Wiknjosastro, 2006).B. Etiologia. Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus Lama
e) Partus Tak Maju
f) Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
a) Kelainan Letak
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang
dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b) Gawat Janin
c) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
a) Janin Mati
b) Syok, anemia berat.
c) Kelainan congenital Berat
C. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan
segmen bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa
totalis dan plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain
dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa, sectio
caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio
caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah
mati.
D. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan
postpartum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges
(2001),antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea
tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntahj. Status
pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya
kurang paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
E. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
a) Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
pada corpus uteri yang mempunyai kelebihan mengeluarkan janin lebih
cepat,tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan
sayatan bias diperpanjangproksimal atau distal. Sedangkan
kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara intra
abdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik danuntuk
persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan.
b) Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah
rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah,penutupan luka
dengan reperitonealisasi yang baik, perdarahan kurang dan
kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih kecil. Dan memiliki
kekurangan luka dapat melebar kekiri, bawah, dan kanan sehingga
mengakibtakan pendarahan yang banyak serta keluhan pada kandung
kemih.
c) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis
dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila :
a) Sayatan memanjang (longitudinal)
b) Sayatan melintang (tranversal)
c) Sayatan huruf T (T Insisian)
d. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10cm.
Kelebihan :
a) Mengeluarkan janin lebih memanjang
b) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture
uteri spontan.
c) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering
terjadi dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena
luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam
persalinan.
d) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya
ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi.
Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya
adalah memberikan kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan
ini maka dipasang akor sebelum menutup luka rahim.
e. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
isi uterus ke rongga perineum
d) Perdarahan kurang
e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil
Kekurangan :
a) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan
yang banyak.
b) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
F. Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
a) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi atau perut sedikit kembung
c) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal
ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah
terlalu lama.
b. Pendarahan disebabkan karena :
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia Uteri
c) Pendarahan pada placenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila reperitonalisasi terlalu tinggi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih
banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
G. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan,
misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit,
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,
partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul
masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf -
saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan
dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan
darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
I. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi
pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS
10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
a) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
b) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
c) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
d) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
e) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
f) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama
lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
a) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
pencernaan
1. Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
2. Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3. Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
c) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya
mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 2002)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi
klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah
pasien operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang
sama (Plasenta previa).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
d) Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga
pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
a) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira
600-800 mL
b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.
c) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
e) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
f) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g) Keamanan
h) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan
utuh.
i) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea
sedang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri
(histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(section caesarea)
b. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan,
penurunan sirkulasi
c. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan /
luka kering bekas operasi.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi.
f. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan
anestesi dan pembedahan
3. Rencana Kperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri
(histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(section caesarea)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri klien berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil
:
a) Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b) Skala nyeri 0-1 ( dari 0 10 )
c) TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg,
RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit d) Wajah tidak tampak
meringis
e) Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas
sesuai kemampuanIntervensi :
1. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan faktor presipitasi.
2. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya
wajah meringis) terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara
efektif.
3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex:
beraktivitas, tidur, istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan
hubungan sosial)
4. Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan
napas dalam,, sentuhan terapeutik, distraksi.)
5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu,
cahaya, dan suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika
perlu.
b. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya
komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara
mandiri
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi
tubuh umum
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
sehari-hari.
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan
/kondisi klien
5. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
c. Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam diharapkan
integritas kulit dan proteksi jaringan membaikKriteria Hasil :
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1. Berikan perhatian dan perawatan pada kulit2. Lakukan latihan
gerak secara pasif3. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan
maserasid. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan / luka bekas operasi (SC)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil
:
a) Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor,
tumor, fungsio laesea)
b) Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C,
frekuensi nadi = 60 -100x/ menit)
c) WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)
Intervensi :
1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada
sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor,
fungsio laesa)
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
4. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan.
Lepaskan balutan sesuai indikasi
5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum /
sesudah menyentuh luka
6. Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium
jumlah WBC / sel darah putih
7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan
8. Anjurkan intake nutrisi yang cukup
9. Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
prosedur pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 6 jam
diharapkan ansietas klien berkurang dengan kriteria hasil :
a) Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
b) Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang
Intervensi :
1. Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan ketersediaan
sistem pendukung
2. Tetap bersama klien, bersikap tenang dan menunjukkan rasa
empati
3. Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah)
berkaitan dengan ansietas yang dirasakan
4. Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping
5. Berikan informasi yang benar mengenai prosedur pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi.
6. Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada masa
lalu
7. Evaluasi perubahan ansietas yang dialami klien secara
verbal
DAFTAR PUSTAKAJohnson, M.,et all.2000.Nursing Outcomes
Classification (NOC)Second Edition. New Jersey: Upper Saddle
RiverMansjoer, A. 2002.Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta :
Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana,Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J.,et all. 1996.Nursing Interventions
Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle
River
Muchtar. 2005.Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC
&NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA
2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Sarwono Prawiroharjo. 2009.Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA JOGJAKARTA
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
Nama Mahasiswa
: Khalia Febriyani
Mega Nur Amalia
Rida Anita Yunikawati
Tempat Praktek
: Ruang Anggrek RSUD BanyumasTanggal Praktek
: 08 14 Desember 2014
I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Nama klien
: Ny. SR2. Umur klien
: 28 tahun3. Jenis kelamin
: Perempuan4. Pendidikan
: SMA
5. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
6. Nama suami
: Tn. S
7. Umur suami
: 31 tahun8. Alamat
: Sidrama RT 02/019. Status perkawinan
: Kawin10. A g a m a
: Islam11. S u k u
: Jawa12. Pendidikan
: SD13. Pekerjaan
: Tukang Jahit14. Diagnosa medik : Post SC Elektif atas inikasi
Letak Lintang P2A015. Tanggal masuk RS
: 09 Desember 201416. No. RM
: 42.11.4417. Tgl Pengkajian
: 10 Desember 2014B. Keluhan Utama Saat Ini
Pasien mengungkapkan masih merasakan lemas saat ini setelah
operasi tadi.C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit Hipertensi, DM, Jantung,
asma maupun epilepsiD. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat
Ini
1. Lama persalinan:
Pasien melahirkan dengan cara SC, Lama proses operasi 2 jam2.
Posisi fetus
Posisi janin letak lintang3. Tipe kelahiran
Persalinan dengan SC Elektif atas indikasi Letak Lintang
4. Penggunaan analgesik dan anestesi
Ketorolac 30 Mg/8jam
5. Masalah selama persalinan (perdarahan)
Tidak ada masalah selama pelaksanaan operasiE. Data Bayi Saat
Ini
1. Keadaan umum bayi baru lahir
a. Berat badan
: 2900 gramb. Panjang badan
: 50 cmc. Lingkar kepala
: 35 cm
d. Lingkar dada
: 31 cme. Lingkar perut
: 30cmf. Lingkar lengan atas
: 11 cmg. Bayi berjenis kelamin Perempuan
2. Apgar Score
NoTgl/JamKarakteristik PenilaianMenit 1Menit 5
1.10/12/2014, 12 : 35Denyut jantung 12
2.Pernapasan22
3.Refleks11
4.Tonus otot22
5.Warna kulit22
Total89
Kesimpulan: Baik , normal
F. Keadaan Psikologis Ibu
Pasien mengungkapkan merasa lega setelah melahirkan bayi, tidak
merasa stress dengan G. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengungkapkan tidak ada riwayat penyakit menular, DM, HT,
jantung di keluarga pasien.H. Riwayat Ginekologi
(Menarche, lama menstruasi, siklus, HPHT, HPL, kontrasepsi)
Menarche
: 12 tahun Lama Menstruasi: teratur, 7 hari
Siklus Menstruasi: 28 hari
HPHT
: 16 Maret 2014
HPL
: 23 Desember 2014
Kontrasepsi: Pasien menggunakan kontrasepsi IUD (I kali) selama
5 tahunI. Riwayat Obstetri
G0P2A0
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang mempunyai 2 orang
anak ( termasuk kehamilan ini).No anakGg. kehamilanProses
persalinanLama persalinanTempat persalinan/ penolongMasalah
persalinanMasalah nifas dan laktasiMasalah bayiKeadaan anak saat
ini
1.
2. Tidak adaNormal (tahun 2009)
Hamil Ini-Rumah SakitTidak adaTidak adTidak adSehat (usia 5
tahun)
J. Review of System dan Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan umum: Composmentis2. Berat badan
: 64 kg3. Tinggi badan
: 155 cm4. Tanda-tanda vital
: 110/70 mmHgNo.KomponenReview of SystemPemeriksaan Fisik
1.Kulit, rambut, kukuPasien mengungkapkan tidak ada keluhan
Ramput belum beruban, agak bau, kuku bersih tidak panjang,
turgor kulit baik, kulit homogen.
2.Kepala dan leherPasien mengungkapkan tidak merasa pusing dan
tidak merasa kaku di leher
Kepala : normochepal, bersih, tidak ada lukaMata : isokor,
bersih, simetris, konjungtiva tidak anemis
Leher : Pergerakan leher aktif, tifak ada peningkatan JVP
3.TelingaPasien mengungkapkan tidak ada masalah dalam
pendengaranSimetris, tidak ada luka, tidak ada serumen yang keluar,
tidak tampak alat bantu dengar
4.Mulut, tenggorokan, hidungPasien mengungkapkan tidak ada
gangguan menelan dan tidak sedang flu
Mulut : tampak kering, tidak ada sariawan, ada satu gigi yang
tanggal.Tenggorokan : tidak ada gangguan menelan, tidak ada
radang
Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak tampak nafas cuping
hidung
5.Thoraks dan paru-paruPasien mengungkapkan tidak merasakan
sesak nafas
I = Simetris, tidak ada retraksi
P= Vocal fremitus teraba
P= Sonor
A= Vesikuler
6.PayudaraPasien mengungkapkan ASI belum keluar, payudara terasa
mrengkel
Kulit homogrn, tidak ada luka, aerola hitam kecoklatan, putting
menonjol, terdapat peningkatan ukuran payudara.
7.JantungPasien mengungkapkan tidak merasakan berdebar -
debar
I= Iktus kordis tidak tampakP= Iktus kordis tidak teraba
P=redup
A=reguler
8.AbdomenPasien mengungkapkan merasakan nyeri di luka sekitar
operasi
I= Kulit homogen, terdapat luka insisi 8-10 cmA= suara bising
usus belum terdengar aktif
P= Redup
P= regular
9.GenetaliaPasien mengungkapkan menggunakan pampers karena ada
perdarahan, tidak merasa gatal.
Terdapat perdarahan karena pasien masih dalam masa nifas,
perdarahan minimal.
10.Anus dan rektumPasien mengungkapkan tidak ada nyeri di anus
dan rectum, tidak mempunyai hemoroid.
Tidak tampak hemoroid
11.MusculoskeletalPasien mengungkapkan kakinya masi merasa
sedikit lemas, tidak merasakan kaki sepenuhnya
Kekuatan otot 5 5 4 4
Tidak tampak edema pada ekstremitas, gerak ekstremitas
bebas.
K. Riwayat Kesehatan
No.KomponenHasil
1.Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatanPasien
mengungkapkan baru kali ini operasi caesar, belum mengetahui cara
perawatan luka caesar.
2.Pola nutrisi-metabolisme
Pasien mengungkapkan selalu menghabiskan jatah makanan dari RS,
tidak merasa mual, dalam satu hari makan 3x.Pasien mengungkapkan
setiap hari minum air putih 4-5 gelas, minum susu 1 gelas, teh 1
gelas. Total intake cairan (1800 cc).
3.Pola aktifitas-latihanPasien mengungkapkan belum bisa
melakukan aktivitas seperti biasa karena kondisi badan belum stabil
setelah operasi, dan harus melakukan kegiatan secara bertahap
karena masih terasa lemas.
4.Pola eliminasiPasien mengungkapkan sebelum dioperasi BAB 1
kali 1 hari, setelah operasi belum BAB. BAB tidak cair, tidak ad
lendir atau darah.Pasien mengungkapkan sbelum dioperasi BAK 6-7
kali 1 hari, setelah dioperasi menggunakan kateter dengan jumlah
urin 400cc, urin berwarna kemerahan, terdapat sedimen.
5.Pola isitirahat-tidur
Pasien mengungkapkan biasanya dalam sehari tidur8 jam yaitu 6
jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari
6.Pola persepsi-kognitifPasien mengungkapkan tidak khawatir
dengan kondisinya setelah operasi, yang penting mengikuti aturan
dari perawatan RS agar cepat sembuh dan pulang.
7.Pola persepsi terhadap diri
Pasien mengugkapkan merasa senang dengan keadaan saat ini,
menjadi seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak menjadi semangat
tersendiri dalam menjalani kehidupan.
8.Pola hubungan-peran Pasien mengungkapkan tidak ada masalah
dalam berkomunikasi dengan tetangga maupun keluarga sehari hari,
dan tidak mempunyai masalah dengan tetangga dan keluarga.
9.Pola seksualitas-reproduksi
Pasien mengungkapkan pada saat hamil tetap melakukan huubungan
seksual 1 kali setiap 1 minggu.
10.Pola stress-kopingPasien mengungkapkan jika sedang merasa
stress atau ada masalah selalu menceritakan kepada suami pasien,
dan melakukan aktivitas rumah tangga agar tidak terlalu stress.
11.Pola kepercayaan-nilai-nilaiPasien mengungkapkan selalu taat
beribadah sholat 5 waktu dan puasa. Selalu berdoa kepada Tuhan dan
mengikuti pengajian di rumah jika ada yang mengadakan.
L. Profil Keluarga
1. Pendukung keluarga
Pasien mengungkapkan tinggal serumah dengan orang tua, suami dan
anak yang selalu saling member dukungan dalam hal apapun.
2. Jumlah anak
Pasien mempunyai 2 orang anak termasuk hamil ini, yang di rumah
saat ini berusia 5 tahun. Sementara ketika ibu nya di rumah sakit,
anak pasien dirawat oleh simbah (orangtua pasien)
3. Tipe rumah dan komunitas
Pasien mengungkapkan bahwa rmahnya hanya rumah biasa yang tidak
berada di pinggir jalan raya dan dekat dengan tetangga. Jarak
antara tetangga dan rumah pasien tidak jauh.
4. Pekerjaan
Pasien mengungkapkan bahwa orang tua masih suka bekerja di swah
dengan suami pasien, sedangkan pasien hanya tinggal di rumah
mengurusi rumah dan masak.
5. Tingkat pendidikan
Pasien mengungkapkan bahwa orang tua pasien lulusan SD, suami
pasien juga lulusan SD.
6. Tingkat sosial ekonomi
1Pasien mengungkapkan bahwa penghasilan keluarga cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari keluarga pasien.M. Riwayat dan
Rencana Keluarga Berencana
Pasien mengungkapkan menggunakan IUD sudah delama 5 tahun,
mungkin setelah sehat lagi nanti akan memakai kontrasepsi yang sama
yaitu IUDN. Pemeriksaan Laboratorium atau Hasil Pemeriksaan
Diagnostik Lainnya
Tanggal dan Jenis PemeriksaanHasil pemeriksaan dan Nilai
NormalInterpretasi
9/12/2014
WBC = 9,64X103/uL (5-10)Limfosit = 1,35% (2-8)
Neutrofil = 7,46% (3-5)Monosit = 0,741% (4-6)Eosinofil =0,056%
(1-3)Basofil = 0,042% (0-1)RBC = 4,20X106/uL (4-5,5)Hb = 10,3 g/dL
(10-15)
Hct =34,3% (30-46)PLT = 255X103/uL (150-400)PPT = 12,6 s
(11,3-14,7)
APTT =31,2 s (27,4-39,3) NormalDi bawah normal
Tinggi
Rendah
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
O. Terapi Medis yang Diberikan
TanggalJenis TerapiRute TerapiDosisIndikasi Terapi
10/12/2014Cefotaxime
Ketorolac
oxytocin
IVIV
Drip dalam RL 500cc1gr/12jam30mg/8jam
10IU/20tpm sampai 24 jam post operasiAntibioticAnalgesik
Perdarahan
RENCANA PENDIDIKAN KESEHATANAreaRencana Tindakan
KerjaMemberikan informasi bahwa selama tiga minggu post partum
belum diperbolehkan bekerja keras, seperti mengangkat ember,
barang-barang yang berat, dan memperbolehkan bekerja ringan seperti
menyapu, menyetrika, dan memasak.
Istirahat
Mengajarkan kepada ibu agar istirahat dengan cukup saat bayi
tertidur, hal ini sangat baik untuk memulihkan kondisi ibu walaupun
ibu tidak punya masalah dengan keadaan tidur.
LatihanMengajarkan kepada ibu bahwa latihan pada awal minggu
pertama post partum seperti menaiki tangga, senam post partum.
HygieneMengajarkan pada ibu untuk selalu membersihkan daerah
vagina dan perineum setelah bak atau bab dengan air sabun.
KoitusMengajarkan pada ibu bahwa koitus bisa dimulai apabila
lokhia berubah menjadi putih dan luka perineum sudah sembuh
sempurna serta ibu merasa nyaman untuk melakukan hubungan.
KontrasepsiMenjelaskan kepada ibu bisa menggunakan kontrasepsi
setelah tiga minggu post partum dan apabila ibu menyusui secara
penuh dan tidak memberikan makanan tambahan pada bayi bisa
dipergunakan untuk kontrasepsi selama enam bulan post partum.
Follow upIbu bisa mengontrolkan diri seminggu setelah persalinan
dan selanjutnya kontrol sampai 42 hari post partum
Lain-lain-
II. ANALISA DATANO.DATAMASALAHETIOLOGI
1.Selasa, 10 Desember 201413.00 WIB
DS : Pasien mengungkapkan bahwa baru saja operasi SC hari ini,
selesai sekitar pukul 10.30 dan masih merasa nyeri di daerah
operasi
O = Setelah operasi
P= Bergerak
Q= Seperti senut senut, perih
R= Nyeri tidak menyebar
S= Nyeri skala 2
T= Nyeri hilang timbul
U=Pasien mengerti nyeri karena bekas operasi tersebut
V= Nyeri skala 0
DO : Tampak ekspresi menahan nyeri, pasien menunjukkan daerah
perut yang terdapat luka insisi 9 cm di bagian bawah.
Nyeri AkutAgen Injury Fisik ( Insisi abdomen)
2.DS : -
DO :Pasien terpasang infuse Nacl 0,9 % 20 tpm di tangan kiri dan
terpasang kateter sejak sebelum dilakukan SC.
Tampak luka insisi di abdomen bawah 9 cm yang terbalut dengan
kassa.
Resiko InfeksiProsedur Invasif
3.DS : Pasien mengungkapkan memakai pampers karena keluar darah
dari vagina.DO: Tampak warna urine bercampur darah 200 cc, terdapat
sedimen yang mengendap.
Resiko PerdarahanEfek Samping Terkait Pembedahan
4.DS : Pasien mengungkapkan bahwa ASI belum keluar lancar
padahal harus menciba memompa ASI untuk diberikan kepada bayinya di
ruang perinatal.DO : Tampak aerola menghitam di payudara pasien,
payudara tampak menonjol dan agak keras. Tidak ada ASI yang muncul
saat putting dipencet.Ketidakcukupan ASIVolume cairan berkurang
( dehidrasi, perdarahan)
III. RENCANA KEPERAWATANNO.DIAGNOSANOCNIC
1.Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Injury FisikSetelah
dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam diharapkan nyeri
berkurang dengan indicator :a. Pain Kontrol
Indikator
Awal
Target
Mengetahui Penyebab nyeri
2
4
Mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengontrol
nyeri
2
4
Melaporkan Perubahan nyeri2
4
Keterangan :
1. Tidak pernah mendemonstrasikan
2. Jarang mendemonstrasikan
3. Kadang mendemonstrasikan
4. Selalu mendemonstrasikan
5. Sering mendemonstrasikan
b. Pain Level
Indikator
Awal
Target
Melaporkan nyeri berkurang
2
4
Ekspresi non verbal menahan nyeri
2
4
Keterangan :
1. Severe
2. Substabtial
3. Moderate
4. Mild
5. None
Pain ManagementAktivitas :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetaui
pengalaman nyeri
3. Observasi adanya respon non verbal ketidaknyamanan
4. Sediakan informasi tentang nyeri
5. Modifikasi lingkungan yang dapat menyebabkan nyeri
6. Dorong untuk meningkatkan istirahat dan tidur
7. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengontrol nyeri8.
Kolaborasi pemberian analgetik
9. Evaluasi keefektivan teknik non farmakologi
2.Resiko Infeksi berhubungan dengan Prosedur InvasifSetelah
diberikan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
tidak terjadi infeksi dengan indicator :a. Risk Kontrol
Indikator
Awal
Target
Pasien terbebas dari tanda gejala infeksi
5
5
Angka leukosit dalam batas normal
1
5
Keterangan :
1. Penyimpangan sangat berat
2. Penyimpangan berat
3. Penyimpangan sedang
4. Penyimpangan ringan
5. Tidak ada penyimpangan
b. Wound Healing : Primary Intention
Indikator
Awal
Target
Jaringan kulit normal
2
2
Pembentukan scar
2
2
Ujung luka baik
2
2
Keterangan :
1. None
2. Limited
3. Moderate
4. Substantial
5. Extensive
\
Indikator
Awal
Target
Luka kemerahan disekitarnya55Bengkak55Bau55Keterangan :
1. Extensive
2. Substantial
3. Moderate
4. Limited
5. None
Insicion Site Care Aktivitas :
1. Kaji adanya tanda infeksi pada luka insisi
2. Monitor proses kesembuhan luka
3. Bersihkan luka iinsisi dengan normal saline
4. Usap dari area bersih ke area kotor
5. Moitor tanda gejala infeksi
6. Ganti dressing secara rutin
7. Fasilitasi pasien jika iingin melihat luka
8. Ajarkan pasien bagaimana cara merawat luka saat mandi
9. Anjurkan pasien untuk menjaga luka agar tetap bersih dan
kering
10. Anjurkan pasien untuk menghindari tekanan pada luka
11. Informasikan pada pasien tentang tanda gejala infeksi.
Infection Protection
Aktivitas :
1. Monitor tanda gejala infeksi
2. Pertahankan teknik aeptik
3. Dorong intake makanan dan cairan
4. Kaji daerah insersi
5. Berikan antibiotik
3.Resiko Perdarahan berhubungan dengan Pembedahan Blood Loss
SeveritySetelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan tidak ada kehilangan darah berlebih dengan indicator
:
Indikator
Awal
Target
Kehilangan darah yang terlihat
2
4
Hematuria
2
4
Vaginal bleeding
2
4
Post Surgical Bleeding
2
4
Penurunan Tekanan Darah
2
4
Penurunan Hb dan Hct
2
4
Kehilangan suhu tubuh
2
4
Keterangan :
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. None
Bleeding Precautions Aktivitas :
1. Monitor adanya penyebab perdarahan berlebih
2. Monitor tanda gejala perdarahan persistem
3. Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
4. Berikan produk darah sesuai kebutuhan
5. Instruksikan pasien untuk makan makanan yang banyak Vitamin
K
6. Catat Hb dan Hct sebelum dan sesudah perdarahan
7. Monitor intake dan output
8. Jaga kepatenan akses IV line
9. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda gejala
perdarahan
10. Berikan obat sesuai anjuran
11. Monitor tanda vital.
4.Ketidakcukupan ASI berhubungan dengan volume cairan berkurang
Setelah dilakukan intervvensi keperawatan selama3 x 24 jam,
diharapkan voulume ASI meningkat dengan indicator : Breastfeeding
Establishment : Maternal
Indikator
Awal
Target
Intake cairan pada ibu
34Memompa payudara
34Menyimpan ASI dengan baik34Dukung payudaya dengan C
(Cupping)34Keterangan :1. Not adequate
2. Slightly adequate
3. Moderately adequate
4. Substantially adequate
5. Totally adequate
Maternal Status : Postpartum
Indikator
Awal
Target
Payudara terasa penuh
34Payudara tidak nyaman
34Intake makanan dan cairan
34Keterangan :
1. Severe
2. Substantial
3. Moderate
4. Mild
5. None
Lactation CounselingAktivitas :
1. Berikan kesempatan pada ibu untuk menyusui setelah
melahirkan, jika memungkinkan
2. Diskusikan bagaimana caranya untuk meningkatkan ASI ( breast
massage, teknik relaksasi)
3. Ajarkan tentang breast massage dan relaksasi
4. Moitor kemampuan menghisap bayi
5. Monitor nyeri pada putting dan integritas kulit pada
putting
6. Dorong ibu untuk menggunakan bra yang nyaman untuk
menyusui
Teaching Infant : 0-3 months
Aktivitas :
1. Kaji kebutuhan pasien tentang cara menyusui
2. Anjurkan pasien untuk hanya memberi ASI saja sampai usia 4
bulan
3. Ajarkan pasien dan keluarga untuk memegang bayi ketika diberi
minum dengan botol
4. Anjurkan pasien untuk menghindari madu
IV. CATATAN
PERKEMBANGANNODIAGNOSAHARI/TANGGALIMPLEMENTASIEVALUASI
1.Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisikRabu,
10-12-2014 Shift Pagi08.00
09.00
12.00
Shift Sore
16.00
17.00
19.00Shift Pagi
- Mengkaji nyeri secara komprehensif
- Mengobservasi respon non verbal
- Memberikan injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam via IV line
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Shift Sore- Menginformasikan tentang nyeri dan menganjurkan
pasien untuk menghindari tekanan pada daerah operasi
Memberikan injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam via IV line
- Mengevaluasi perawatan yang diberikan terhadap nyeri
Shift Pagi
S = Pasien mengungkapkan bahwa hari ini terasa lebih nyeri di
bagian operasi mungkin karena obat biusnya sudah habis. O : Sejak
operasi kemarin
P : ketika banyak bergerak dan ganti posisiQ : Senut senut ,
seperti diiris, perih
R: nyeri tidak menyebar
S : nyeri skala 4
T : nyeri terus menerus
U : pasien mengerti penyebab nyeri
V : Nyeri skala 0, hilang
O = Pasien tampak menahan nyeri.
Pasien tampak mengerti dan merasa lebih nyaman dengan nafas
dalam.
Injeksi Ketorolac 30 mg vial IV line sudah masuk, pasien tidak
merasa kesakitan
A = Masalah nyeri teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Mengetahui Penyebab nyeri
2
4
3
Mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengontrol
nyeri
2
4
3
Melaporkan Perubahan nyeri
2
4
3
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Melaporkan nyeri berkurang
2
4
3
Ekspresi non verbal menahan nyeri
2
4
2
P = Monitoring nyeri
Shift Sore
S = Pasien mengungkapkan bahwa msih merasa
O : Sejak operasi kemarin
P : ketika banyak bergerak dan ganti posisi
Q : Senut senut , seperti diiris, perih
R: nyeri tidak menyebar
S : nyeri skala 4
T : nyeri terus menerus
U : pasien mengerti penyebab nyeri
V : Nyeri skala 0, hilang
O = Tampak ekspresi wajah menahan nyeri,
Pasien tampak mengerti dan akan menghindari tekanan pada daerah
operasi.
Injeksi Ketorolac 30 mg vial IV line sudah masuk, pasien tidak
merasa kesakitan
A = Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Mengetahui Penyebab nyeri
2
4
3
Mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengontrol
nyeri
2
4
3
Melaporkan Perubahan nyeri
2
4
3
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Melaporkan nyeri berkurang
2
4
3
Ekspresi non verbal menahan nyeri
2
4
2
P = Kaji ulang nyeri
Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Injury FisikKamis,
11-12-2014
Shift Pagi
08.30
09.00
11.00
Shift Malam19.30
20.30
00.0005.30Shift Pagi
- Mengkaji keadaan umum pasien
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif- Memberikan
injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam via IV line
- Mengukur tanda tanda vital- Memberikan informasi managemen
nyeri menggunakan hobi atau musikShift Malam- Mengkaji nyeri secara
komprehensif
- Mengontrol lingkungan yang dapat membuat nyeri bertambah
- Memberikan obat oral Asam Mefenamat 500 mg
-Menganjurkan pasien untuk cukup istirahat
- Mengobservasi respon non verbal dari ketidaknyamanan
- Mengevaluasi keefektivan manajemen nyeri yang diajarkan
kemarin-Mengukur tanda tanda vital
Shift Pagi
S = Pasien mengungkapkan bahwa masih terasa nyeri.
O : Sejak operasi kemarin
P : ketika banyak bergerak dan ganti posisi
Q : Senut senut
R: nyeri tidak menyebar
S : nyeri skala 4
T : nyeri terus menerus
U : pasien mengerti penyebab nyeri
V : Nyeri skala 0, hilang
Pasien mengungkapkan hohobinya adalah mendengarkan music ketika
merasa stress.O= TD = 90/60 mmHg, N = 82x/menit
RR = 20 x/menit, S = 36,5 C
Injeksi ketorolac 30 mg via IV line sudah diberikan, pasien
tidak tampak kesakitan.A =
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Mengetahui Penyebab nyeri
2
4
4
Mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengontrol
nyeri
2
4
4
Melaporkan Perubahan nyeri
2
4
3
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Melaporkan nyeri berkurang
2
4
3
Ekspresi non verbal menahan nyeri
2
4
3
P = Pain ManagementShift MalamS = Pasien mengungkapkan bahwa
masih terasa nyeri.
O : Sejak operasi kemarin
P : ketika banyak bergerak dan ganti posisi
Q : Senut senut
R: nyeri tidak menyebar
S : nyeri skala 3T : nyeri terus menerus
U : pasien mengerti penyebab nyeri
V : Nyeri skala 0, hilang
Pasien lebih suka menggunakan nafas dalam daripada music karena
tidak memerlukan alat.
Pada malam hari pasien mengungkapkan susah tidur karna bayinya
tadi malam nangis terus.
O= TD = 90/60 mmHg, N = 82x/menit RR = 20 x/menit, S = 36,5
C
Obat oral Asam Mefenamat sudah diminum oleh pasien.
Pasien tampak pucat. Lingkungan sekitar tempat tidur pasien
rapi. Tidak tampak ekspresi menahan nyeri.
A= Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Mengetahui Penyebab nyeri
2
4
4
Mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengontrol
nyeri
2
4
4
Melaporkan Perubahan nyeri
2
4
3
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Melaporkan nyeri berkurang
2
4
3
Ekspresi non verbal menahan nyeri
2
4
3
P = Mengkaji ulang nyeri
Monitoring nyeri
Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisik Jumat,
12-12-2014Shift Pagi08.30
10.00
12.00
13.30Shift Pagi
- Mengobservasi keadaan umum pasien
-Mengkaji nyeri secara komprehensif
- Mengukur tanda tanda vital
- Mengobservasi tanda non verbal ananya nyeri
-Memberikan obat oral asam mefenamat 500 mg dan memastikan kalau
obat sudah diminum.
- Mengevaluasi efek pengobatan.Shift Pagi
S = Pasien mengungkapkan bahwa masih terasa nyeri tapi sudah
tidak begitu nyeri seperti kemarin.
O : Sejak operasi Selasa kemarin.
P : mencoba miring
Q : Senut senut
R: nyeri tidak menyebar
S : nyeri skala 2
T : nyeri terus menerus
U : pasien mengerti penyebab nyeri
V : Nyeri skala 0, hilang
Pasien mengungkapkan kalau nyerinya agak hilang setelah minum
obat asam mefenamat 500 mg tadi.
O= TD = 120/80 mmHg, N = 86x/menit
RR = 20 x/menit, S = 36,7 C
Obat oral Asam Mefenamat sudah diminum oleh pasien. Tidak tampak
ekspresi menahan nyeri.
A = Masalah nyeri teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Mengetahui Penyebab nyeri
2
4
4
Mampu menggunakan teknik non farmakologi untuk mengontrol
nyeri
2
4
4
Melaporkan Perubahan nyeri
2
4
4Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Melaporkan nyeri berkurang
2
4
3
Ekspresi non verbal menahan nyeri
2
4
4
P= Monitoring nyeri
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan Prosedur InvasifRabu, 10
Desember 2014
Shift Pagi
08.30
12.00
13.00
13.30
Shift Sore16.00
17.00Shift Pagi - Memonitor tanda gejala infeksi pada daerah
sekitar luka.
- Memberikan injeksi cefotaxime 1 gram/12 jam via IV line
- Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang tanda
gejala infeksi
- Menganjurkan pasien untuk selalu menjaga kebersihan daerah
sekitar luka dan perineum serta selalu mencuci tangan
- Mencacat hasil laboratorium (nilai leukosit)
Shift Sore
Menganjurkan pada keluarga untuk mengelap badan pasien agar
tidak bau.
-Menganjurkan pada pasien dan keluarga untuk menjaga balutan
luka agar tetap kering dan terhindar dari infeksi
Mengkaji daerah insersi / tusukan infuse dari tanda gejala
infeksi
Shift PagiS=Pasien mengungkapkan akan tetap menjaga kebersihan
lka sampai sembuh. Pasien dan keluarga mengungkapkan mengerti
penjelasan tentang kebersihan dan tanda gejala infeksi.
O = Pasien tampak kooperatif. Keluarga pasien terbuka. Pasien
dan keluarga tampak medengarkan saat dijelaskan tentang tanda
gejala infeksi.
Leukosit = 9,64X103/uL (5-10).
Monosit = 0,741% (4-6)A = Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Pasien terbebas dari tanda gejala infeksi
5
5
5
Angka leukosit dalam batas normal
1
5
1
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Jaringan kulit normal
2
2
2
Pembentukan scar
2
2
2
Ujung luka baik
2
2
2
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Luka kemerahan disekitarnya
5
5
5
Bengkak
5
5
5
Bau
5
5
5
P = Monitor tanda gejala infeksiShift SoreS=Pasien mengungkapkan
belum mandi sejak tadi pagi tadi. Keluarga mengungkapkan akan
segera megelap pasien sekarangO = Pasien tampak lusuh, berkeringat
dan bau.
Tidak ada bengkak, kemeraha, bau, di daerah insersi.
A = Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Pasien terbebas dari tanda gejala infeksi
5
5
5
Angka leukosit dalam batas normal
1
5
1
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Jaringan kulit normal
2
2
2
Pembentukan scar
2
2
2
Ujung luka baik
2
2
2
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Luka kemerahan disekitarnya
5
5
5
Bengkak
5
5
5
Bau
5
5
5
P = Monitor tanda gejala infeksi
Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasifKamis, 11
Desember 2014 Shift Pagi
08.00
09.00
11.00
12.00
14.00
Shift Malam
19.30
20.30
22.00
03.00
06.00Shift Pagi
-Mengganti linen pasien
- Mengkaji adanya tanda gejala infeksi
-Mengingatkan pasien untuk selalu mencuci tangan dan menghindari
tekanan pada daerah luka
- Mengambil darah untuk mengecek leukosit
-Memberikan injeksi Cefotaxime 1gr/12 jam via IV line
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake nutrisi
-Mencatat hasil leukosit
Shift Malam
-Mengkaji keadaan umum pasien
-Memonitor tanda gejala infeksi
-Mengganti tusukan infuse baru
-Memberi infotmasi pada pasien tentang tanda gejala infeksi
-Memonitor kepatenan jalan infuse
-Mengganti plabot infuse RL 500cc 20tpm
-Menyarankan pasien untuk beristirahat
- Memastikan daerah insersi baru tidak bengkakShift PagiS =
Pasien mengungkapkan merasa lebih nyaman setelah linen diganti dan
selalu menghindari daerah insersi agar tidak tertekan dan kering
saat dilap. Pasien mengungkapkan tidak begitu nafsu makan.O =
Pasien tidak tampak kesakitan saat diambil darah, pembuluh darah
tidak pecah. Hasil leukosit : 24 x 103/uL. Tidak tampak kemerahan,
bengkak dan bau pada daerah sekitar luka insersi dan insisi.
Balutan luka tidak rembes.
A = Masalah resiko infeksi belum teratasi
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Pasien terbebas dari tanda gejala infeksi
5
5
5
Angka leukosit dalam batas normal
1
5
3Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Jaringan kulit normal
2
2
2
Pembentukan scar
2
2
2
Ujung luka baik
2
2
2
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Luka kemerahan disekitarnya
5
5
5
Bengkak
5
5
5
Bau
5
5
5
P = Monitoring tanda gejala infeksi.
Melakukan Ganti verban pada luka insisi
Shift Malam
S = Pasien mengungkapkan merasa sakit dan tampak bengkak pada
tusukan infuse.
O = Tusukan infuse sudah diganti. Infuse mengalir lancer. Tidak
tampak kemerahan, bengkak dan bau pada daerah sekitar luka insersi
dan insisi. Balutan luka tidak rembes. Pasien tampak mengertti saat
dijelaskan tanda gejala infeksi.
A = Masalah resiko infeksi belum teratasi
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Pasien terbebas dari tanda gejala infeksi
5
5
5
Angka leukosit dalam batas normal
1
5
3
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Jaringan kulit normal
2
2
2
Pembentukan scar
2
2
2
Ujung luka baik
2
2
2
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Luka kemerahan disekitarnya
5
5
5
Bengkak
5
5
5
Bau
5
5
5
P= Monitoring infeksi
Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasifJumat, 12
Desember 2014Shift Pagi
08.00
10.00
12.00Shift Pagi- Mengganti linen pasien
- Mengkaji daerah insersi dan insisi dari tanda gejala
infeksi
- Mengganti balutan lukadi daerah insisi
- Menganjurkan pasien untuk selalu menjaga balutan agar tetap
kering
- Memberikan injeksi ccefotaxime 1gr/12 jam 20 tpm
- Mengkaji respon pasienShift Pagi
S = Pasien mengungkapkan agar berhati hati dalam membuka perban
karena takut sakit.O = Luka jahitan tampak kering, tidak ada nanah,
tidak bau, tidak bengkak dan kemerahan di sekitar luka. Balutan
luka sudah diganti dan tampak bersih. Pasien tampak tidak kesakitan
saat dimasukkan injeksi cefotaxime 1gr/12 jam via IV line.
A= Masalah resiko infeksi masih bias terjadiIndikator
Awal
Target
Pencapaian
Pasien terbebas dari tanda gejala infeksi
5
5
5
Angka leukosit dalam batas normal
1
5
3
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Jaringan kulit normal
2
2
2
Pembentukan scar
2
2
2
Ujung luka baik
2
2
2
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Luka kemerahan disekitarnya
5
5
5
Bengkak
5
5
5
Bau
5
5
5
P = Monitoring tanda gejala infeksi
Insicion site care
3.Resiko Perdarahan berhubungan dengan PembedahanRabu, 10
Desember 2014 Shift Pagi
08.00
09.30
12.30
13.00
14.00
Shift Sore
16.00
17.00
18.00Shift Pagi
- Mengganti infuse yang habis dengan RL 500 cc dengan drip
oxytocin 20 IU 20 tpm
- Memberikan injeksi alinamin F 10ml via iv Line
- Mengkaji adanya perdarahan
-Memonitor adanya penyebab perdarahan berlebih
-Memonitor tanda gejala perdarahan persistem
- Menyarankan bedrest selama perdarahan aktif
Shift Sore
-Mencatat Hb dan Hct sebelum dan sesudah perdarahan
Memberikan obat oral vitamin C 1000mg
-Mengkaji adanya perdarahan
- Memonitor adanya penyebab perdarahan berlebih)
Shift PagiS = Pasien mengungkapkan masih keluar darah dari
vagina tapi tidak sebanyak kemarin, hari ini sudah memakai
pembalut.
O= Injeksi alinamin F sudah masuk, pasien tidak tampak
kesakitan. Perdarahan yang terjadi merupakan efek dari SC dan masa
nifas pasien. Pasien tampak mengerti saat diharuskan bedrest.
A = Masalah teratasi sebagianIndikator
Awal
Target
Pencapaian
Kehilangan darah yang terlihat
2
4
3
Hematuria
2
4
3
Vaginal bleeding
2
4
3
Post Surgical Bleeding
2
4
3
Penurunan Tekanan Darah
2
4
3
Penurunan Hb dan Hct
2
4
4
Kehilangan suhu tubuh
2
4
3
P = Monitoring perdarahanShift Sore
S= Pasien mengungkapkan masih keluar darah dari vagina tapi
tidak sebanyak kemarin, hari ini sudah memakai pembalut.
O= Injeksi Obat oral vitamin C sudah diminum. Tidak tampak
kemerahan pada urin di kateter. Voume urin 300cc, tidak ada
sedimen. Pasien tidak merasa kedinginan. Hb = 10,3 g/dL (10-15)
Hct =34,3% (30-46)
A= Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Kehilangan darah yang terlihat
2
4
3
Hematuria
2
4
4
Vaginal bleeding
2
4
3
Post Surgical Bleeding
2
4
3
Penurunan Tekanan Darah
2
4
4
Penurunan Hb dan Hct
2
4
4
Kehilangan suhu tubuh
2
4
3
P= Monitoring Perdarahan
Resiko Perdarahan berhubungan dengan PembedahanKamis, 11
Desember 2014Shift Pagi
08.00
09.00
11.00
12.00
14.00
Shift Malam
19.30
01.00
06.00Shift Pagi
- Memonitor adanya perdarahan
- Mengkaji keadaan umum pasien
- Memberikan injeksi alinamin F 10ml via iv Line
- Mengkaji adanya perdarahan berlebih-Memonitor adanya penyebab
perdarahan berlebih
-Memonitor tanda gejala perdarahan persistem
- Menyarankan untuk melakukan aktivitas secara bertahap ( miring
kanan dan kiri )
Shift Malam
-Mencatat adanya perdarahan
- Mengkaji adanya perdarahan berlebih
Memberikan obat oral vitamin C 1000mg
-Mengkaji adanya perdarahan
- Memonitor adanya penyebab perdarahan berlebih)
Shift Pagi
S = Pasien mengungkapkan masih keluar darah dari vagina dan
sudah ganti pembalut.
O= Pasien tampak lemas, berkeringat.Injeksi alinamin F sudah
masuk, pasien tidak tampak kesakitan. Pasienmencoba untuk miring ke
kiri memeluk bayinya, dan tidak merasa kesakitan. Pasien tidak
merasa pusing.A= Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Kehilangan darah yang terlihat
2
4
3
Hematuria
2
4
4
Vaginal bleeding
2
4
3
Post Surgical Bleeding
2
4
3
Penurunan Tekanan Darah
2
4
4
Penurunan Hb dan Hct
2
4
4
Kehilangan suhu tubuh
2
4
4
P = Monitoring perdarahan
Shift Malam
S = Pasien mengungkapkan masih keluar darah seperti menstruasi
tapi tidak terlalu banyak. Pada pagi hari darah sepertti menstruasi
yang hamper selesai
O = Obat oral vitamin C sudah diminium dan tidak dimuntahkan.
Tidak ada perdarahan berlebihan. Tidak tampak hematuria pada
kateter. Volume urin 800 cc berwarna kuning jernih dan tidak ada
sedimen.
A = Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Kehilangan darah yang terlihat
2
4
3
Hematuria
2
4
4
Vaginal bleeding
2
4
3
Post Surgical Bleeding
2
4
4
Penurunan Tekanan Darah
2
4
4
Penurunan Hb dan Hct
2
4
4
Kehilangan suhu tubuh
2
4
4
P= Monitoring Perdarahan
Jumat, 12 Desember 2014Shift Pagi
08.00
10.00
12.00
13.00Shift Pagi
- Memonitor adanya perdarahan
- Mengkaji keadaan umum pasien
Memberikan obat oral vitamin C 1000mg
- Menyarankan untuk melakukan aktivitas secara bertahap (
latihan duduk )
- Menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake oral.
Shift Pagi
S = Pasien mengungkapkan masih keluar darah seperti flek saja
hari ini, tidak banyak. Pasien mengungkapkan tidak merasakan sakit
saat latihan duduk sebentar.
O = Obat oral vitamin C sudah diminium dan tidak dimuntahkan.
Tidak ada perdarahan berlebihan. Tidak tampak hematuria pada
kateter. Volume urin 1500 cc berwarna kuning jernih dan tidak ada
sedimen.A= Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Kehilangan darah yang terlihat
2
4
4
Hematuria
2
4
4
Vaginal bleeding
2
4
3
Post Surgical Bleeding
2
4
4
Penurunan Tekanan Darah
2
4
4
Penurunan Hb dan Hct
2
4
4
Kehilangan suhu tubuh
2
4
4
P = Monitoring perdarahan
4.Ketidakcukupan Pemberian ASI karena kurangnya volume
cairanRabu, 10 Desember 2014Shift Pagi
08.30
10.30
12.30
Shift Sore
15.30
17.30
18.30Shift Pagi
-Mengkaji kelancaran ASI pada ibu
- Meminta ibu untuk memompa ASI
-Mengajarkan tentang breast massage dan relaksasi untuk
melancarkan ASI pada pasien dan keluarga- Memonitor pengeluaran ASI
setelah diberikan breast massage
- Memonitor nyeri pada putting dan integritas kulit pada
putting
- Mendorong ibu untuk menggunakan bra yang nyaman untuk menyusui
- Menganjurkan pada ibu untuk meningkatkan intake makanan dan
cairan
Shift Sore- Mengkaji kebutuhan pasien tentang cara menyusui
- Menganjurkan pasien untuk hanya memberi ASI saja sampai usia 4
bulan
-Mengkaji kelancaran ASI
- Memonitor breast massge sudah dilakukan lagi atau
belum-Menganjurkan pasien untuk menghindari madu dan air putih
sampai usia 6 bulan Shift Pagi
S= Pasien mengungkapkan belum keluar ASI sama sekali sehingga
tidak bias memompa ASI. Payudara terasa agak nyeri di beberapa
bagian. Pasien mengungkapkan belum tahu cara melakukan pijat
payudara sendiri. Ibu mengungkapkan tidak begitu nafsu makan.O=
Pasien tampak memperhatikan saat diajarkan teknik breast massage
untuk memperlancar ASI. ASI keluar sedikit ( bintik bintik putih)
ketika putting ibu dipencet setelah breast massage. Terasa keras
dibeberapa bagian payudara saat dilakukan breast massage, kulit
payudara homoge, puring menonjol, tidak ada luka.
A = Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Intake cairan pada ibu
3
4
3
Memompa payudara
3
4
3
Menyimpan ASI dengan baik
3
4
3
Dukung payudaya dengan C (Cupping)
3
4
3
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Payudara terasa penuh
3
4
3
Payudara tidak nyaman
3
4
3
Intake makanan dan cairan
3
4
3
P = Monitoring kelancaran ASI
Shift Sore
S = Pasien bertanya apakah bayi boleh diberi minum putih atau
diberi madu? Pasien mengungkapkan selama hamil ini belum diberi
tahu cara menyusui yang benar. Pusien mengungkapkan tadi saat mandi
(dilap) dilakukan pijat payudara oleh suami karena belumbegitu
kuat.
O= Pasien tampak memperhatikan saat dijelaskan tentang nutrisi
yang harus dihindari saat menyusui. Pasien tampak tidak menggunakan
bra dan tahu bra yang cocok ketika saat menyusui
A= Masalah teratasi sebagian.
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Intake cairan pada ibu
3
4
4
Memompa payudara
3
4
3
Menyimpan ASI dengan baik
3
4
3
Dukung payudaya dengan C (Cupping)
3
4
4
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Payudara terasa penuh
3
4
3
Payudara tidak nyaman
3
4
4
Intake makanan dan cairan
3
4
4
P = Monitoring kelancaran ASI
Ketidakcukupan Pemberian ASI karena kurangnya volume
cairanKamis, 11 Desember 2014Shift Pagi
09.00
11.30
12.30
14.00
Shift Malam19.30
21.00
05.45Shift Pagi
-Mengkaji kelancaran ASI pada ibu
- Meminta ibu untuk memompa ASI
- Memonitor apakah breast massage sudah dilakukan secara
mandiri
- Memonitor pengeluaran ASI setelah diberikan breast massage
- Meminta ibu untuk beristirahat cukup karena nanti malam sudah
dilakukan rawat gabung- Menganjurkan pada ibu untuk meningkatkan
intake makanan dan cairan
Shift Malam
- Membawa bayi ke ruang rawat gabung karena ibu pasien sudah
stabil
- Memberi kesempatan pada ibu untuk menyusui bayinya
- Memberi informasi pada ibu untuk membersihkan payudara
terutama sebelum menyusui.
-Mengkaji kelancaran ASI
- Membenarkan teknik menyusui yang dilakukan oleh ibu
- Memonitor reflek hisap pada bayi
- Menimbang bayi
Shift PagiS = Pasien mengungkapkan sudah bias memijat payudara
sendiri sambil tiduran setelah mandi karena ingin ASI lebih lancar.
Pasien mengungkapkan sudah bias menghabiskan jatah porsi makan dari
rumah sakit agar tidak lemas.
O= Pasien tampak kooperatif dan langsung mempompa ASI saat
disuruh,ASI sudah lancar saat dipompak didapatkan satu botol ASI
(6cc)
A = Masalah teratasi sebagian
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Intake cairan pada ibu
3
4
4
Memompa payudara
3
4
3
Menyimpan ASI dengan baik
3
4
3
Dukung payudaya dengan C (Cupping)
3
4
4
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Payudara terasa penuh
3
4
3
Payudara tidak nyaman
3
4
4
Intake makanan dan cairan
3
4
4
P = Pertahankan kebersihan payudara dan monitoring kelancaran
ASI
Shift Malam
S = Pasien mengungkapkan merasa sangat senang karena bisa rawat
gabung dengan bayinya dan bertanya apakah cara menusuinya sudah
benar. Pasien mengungkapkan bahwa payudara terasa penuh dan tidak
terasa nyeri.
O= Pasien tampak kurang pas dalam posisi menyusui bayinya
sehingga harus dibetulkan, pasien mengerti kalau harus membersihkan
dahulu payudara sebelum menyusui.
BB bayi saat ditimbang = 2700 gram, suhu bayi, 36,6 C. Reflek
hisap bayi kuat, ASI keluar lancar.A = ASI sudah lancar, Masalah
teratasi.
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Intake cairan pada ibu
3
4
4
Memompa payudara
3
4
4
Menyimpan ASI dengan baik
3
4
4
Dukung payudaya dengan C (Cupping)
3
4
4
Indikator
Awal
Target
Pencapaian
Payudara terasa penuh
3
4
4
Payudara tidak nyaman
3
4
4
Intake makanan dan cairan
3
4
4
P= -
PAGE 48