Top Banner
ASKEP ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI Oleh : M. Askar, S.Kep, Ns.,M.Kes NIP. 198002282007011006
97

Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

Jul 04, 2015

Download

Health & Medicine

Bintang Kejora

Berisi asuhan keperawatan pada anak dengan mielodisplasia, hidrosefalus, meningitis, dan epilepsi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

ASKEP ANAK DENGAN

GANGGUAN SISTEM

NEUROLOGIOleh :

M. Askar, S.Kep, Ns.,M.Kes

NIP. 198002282007011006

Page 2: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MIELOMENINGOKEL

Mielomeningokel adalah protrusi hernia dari kista

meninges seperti kantong, cairan spinal, dan

sebagian dari medulla spinalis dengan sarafnya

keluar melalui defek tulang pada kolumna

vertebralis

Page 3: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MIELODISPLASIA

Semua istilah inklusif yang merujuk pada

perkembangan defektif bagian manapun dari

medula spinalis

Spina bifina : defek pada penutupan kolumna

vertebralis dengan atau tanpa tingkatan protrusi

jaringan melalui celah tulang

Page 4: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

SPINA BIFIDA

Spina bifida okulta : kegagalan penyatuan arkus

vertebralis posterior tanpa menyertai herniasi

medula spinalis atau meninges, tidak dapat dilihat

secara eksternal

Spina bifida kista : defek dalam penutupan dengan

protrusi sakular eksternal melalui spina tulang

dengan berbagai derajat keterlibatan saraf

Page 5: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MENINGOKEL

Bentuk kista spina bifida, terdiri dari kista meninges

seperti kantong yang berisi cairan spina, tetapi

tidak melibatkan saraf atau defisit neurologis

Page 6: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Lakukan pengkajian fisik

Observasi adanya manifestasi mielomeningokel :

Kantong yang dapat dilihat

Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel

Di bawah vertebra lumbal kedua :

Flaksid, paralisis parsial arefleksik pada ekstremitas bawah;

Berbagai derajat defisit sensori;

Inkontinensia aliran berlebihan dengan penetesan urin konstan;

Kurang kontrol defekasi,

Prolapsus rektal (kadang-kadang),

Page 7: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Gangguan sensori biasanya disfungsi motorik paralel

Dibawah vertebra sakrum ketiga :

Tidak ada kerusakan motorik

Dapat berupa anestesia sadel dengan paralisis

Sfingter kandung kemih dan sfingter anus

Deformitas sendi

Talipes valgus atau kontraktur varus

Kifosis

Skoliosis lumbosakral

Dislokasi pinggul

Page 8: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan neurologis

untuk menentukan tingkat kerusakan motorik dan

sensorik

Inspeksi mielomeningokel untuk adanya perubahan

pada penampilan, sebagai contoh, abrasi, robekan,

tanda-tanda infeksi

Observasi adanya tanda-tanda yang menunjukkan

hidrosefalus

Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian mis,

radiografi, tomografi.

Page 9: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi infeksi b/d adanya organisme infektif,

kantong meningeal non-epitelialisasi, paralisis

Sasaran 1 : Pasien mengalami penurunan risiko

terhadap infeksi sistem saraf pusat

Page 10: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Intervensi :

1. Posisikan bayi untuk mencegah kontaminasi urin dan

feses

2. Bersihkan mielomeningokel dengan cermat

menggunakan salin normal steril bila bagian ini

menjadi kotor atau terkontaminasi

3. Berikan balutan steril dan lembab dengan larutan

steril sesuai instruksi (salin normal, antibiotik)

4. Berikan antibiotik sesuai resep

Page 11: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Intervensi :

5. Pantau dengan cermat tanda-tanda infeksi

(peningkatan suhu, peka rangsang, letargi, kaku

kuduk)

6. Berikan perawatan serupa untuk sisi operatif pada

pascaoperasi

Hasil yang diharapkan :

Kantong meningeal tetap bersih, utuh, dan tidak

menunjukkan bukti-bukti infeksi.

Page 12: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Sasaran pasien 2 : Pasien mengalami penurunan

risiko infeksi saluran kemih

Intervensi keperawatan :

1. Hindari kontaminasi uretral dengan feses

2. Lakukan higiene perineal dengan sangat cermat

3. Pantau keluaran urin untuk mengetahui ada tidaknya

retensi

4. Berikan antibiotik sesuai resep

Page 13: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

5. Berikan antiseptik saluran kemih bila ditentukan

6. Jamin masukan cairan yang adekuat

Hasil yang diharapkan :

Bayi tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi saluran

kemih.

Page 14: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi trauma b/d lesi spinal

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami trauma

pada sisi bedah/lesi spinal

Intervensi keperawatan :

1. Rawat bayi dengan cermat untuk mencegah

kerusakan pada kantong meningeal atau sisi

pembedahan

2. Tempatkan bayi pada posisi telungkup, atau miring

bila diizinkan.

Page 15: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

3. Gunakan alat pelindung di sekitar kantong (mis,

selimut plastik bedah, potong sesuai ukuran dan

tempelkan di bawah kantong di samping sakrum dan

selimuti dengan longgar

4. Modifikasi aktivitas keperawatan rutin (mis, memberi

makan, merapikan tempat tidur, aktivitas

kenyamanan)

Hasil yang diharapkan :

Kantong meningeal tetap utuh

Sisi pembedahan sembuh tanpa trauma

Page 16: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan paralisis, penetesan urin yang kontinyu,

dan feses

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami iritasi

kulit

Intervensi keperawatan :

1. Bila anak memakai popok, ganti popok segera

setelah kotor

Page 17: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

2. Jaga agar area perianal tetap bersih dan kering

3. Tempatkan anak pada permukaan pengurang

tekanan

4. Masase kulit dengan perlahan selama pembersihan

dan pemberian losion

Hasil yang diharapkan :

Kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi.

Page 18: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi trauma berhubungan dengan

kerusakan sirkulasi cairan serebrospinal

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami

peningkatan tekanan intrakranial

Intervensi keperawatan :

1. Ukur lingkar oksipitofrontal

2. Observasi adanya tanda-tanda peningkatan Tekanan

Intra Kranial

Page 19: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

2. Observasi adanya tanda-tanda peningkatan Tekanan

Intra Kranial

Peka rangsang

Letargi

Bayi

Menangis bila diangkat atau digendong; diam bila tetap

berbaring

Peningkatan lingkar oksipitofrontal

Peregangan sutura

Perubahan tingkat kesadaran

Page 20: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Anak

Sakit kepala (khususnya di pagi hari)

Apatis

Konfusi

Hasil yang diharapkan :

Bukti peningkatan tekanan intrakranial dari

hidrosefalus terdeteksi dini, dan intervensi yang tepat

diimplementasikan.

Page 21: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi cedera b/d pemajanan berulang

pada produk lateks dan terjadinya alergi lateks

Sasaran pasien 1 : Pasien mengalami

pemajanan minimum pada lateks

Intervensi keperawatan :

1. Identifikasi anak dengan alergi lateks

2. Jaga agar lingkungan bebas lateks

Page 22: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

3. Ajari anggota keluarga dan pemberi perawatan lain

(mis, pekerja perawatan sehari, guru) tentang hal

berikut :

Risiko alergi lateks dan hal-hal yang harus dihidari

Tanda-tanda alergi (dari gatal-gatal, ruam, dan mengi pada

anafilaksis)

Tindakan kedaruratan, termasuk penggunaan kit anafilaktik

dan memanggil pelayanan medis darurat

Hasil yang diharapkan : Anak tidak mengalami reaksi alergi terhadap lateks

Page 23: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan

kerusakan neuromuskular

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami

deformitas ekstremitas bawah dan panggul atau

risiko pasien terhadap hal tersebut minimal

Intervensi keperawatan :

1. Lakukan latihan rentang gerak pasif

Page 24: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

2. Lakukan peregangan otot bila diindikasikan

3. Pertahankan panggul pada abduksi ringan sampai

sedang, jaga agar kaki tetap berada pada posisi

netral

4. Gunakan gulungan popok, bantalan, bantal pasir

kecil, atau alat yang dirancang khusus

Hasil yang diharapkan :

Ekstremitas bawah mempertahankan fleksibilitasnya.

Panggul dan ekstremitas bawah dipertahankan pada

artikulasi dan kesejajaran yang benar.

Page 25: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

HYDROSEFALUS

Hidrosefalus adalah akumulasi berlebihan dari

cairan serebrospinal (CSS) dalam sistem ventrikel,

yang mengakibatkan dilatasi positif pada ventrikel

Hidrosefalus komunikans – absorpsi CSS dalam

ruang subaraknoid (ventrikel berhubungan)

Hidrosefalus nonkomunikans – obstruksi aliran

CSS dalam ventrikel (ventrikel tidak berhubungan).

Page 26: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai

cedera kepala atau infeksi serebral

Lakukan pengkajian fisik, khususnya untuk bukti-

bukti perbaikan mielomeningokel, pengukuran

lingkar oksipitofrontal

Bantu dengan prosedur diagnostik, mis, tomografi,

MRI, ekoensefalografi, transimulasi, pungsi

ventrikel.

Observasi adanya manifestasi hidrosefalus :

Page 27: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PADA BAYI MUDA :

Pertumbuhan kepala dengan kecepatan yang tidak

normal

Penonjolan fontanel (khususnya anterior) kadang

tanpa pembesaran kepala; tegang; tidak berdenyut

Dilatasi vena kulit kepala

Peregangan sutura

Tanda Macewen (bunyi “cracked-pot” pada perkusi

Penipisan tulang tengkorak

Page 28: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PADA BAYI LANJUT

Pembesaran frontal atau “bossing”

Depresi mata

Tanda setting sun (sklera terlihat di atas iris)

Pupil lambat dalam berespons, dan dengan

respons yang tidak sama terhadap cahaya

Page 29: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PADA BAYI UMUM

Peka rangsang

Letargi

Bayi menangis bila diangkat atau diayun dan diam

bila dibiarkan berbaring

Kerja refleks dini bayi menetap

Respons normal tidak terlihat

Dapat menunjukkan hal-hal berikut :

Perubahan tingkat kesadaran

Opistotonus (seringkali bersifat ekstrem)

Spastisitas ekstremitas bawah

Page 30: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PADA BAYI UMUM

Kasus-kasus parah :

Sulit menghisap dan makan

Menangis melengking, singkat dan bernada tinggi

Kesulitan kardiopulmonal

Page 31: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MASA KANAK-KANAK

Sakit kepala pada saat bangun, membaik setelah

muntah atau postur tegak

Papiledema

Strabismus

Tanda-tanda saluran ekstrapiramidal (mis, ataksia)

Peka rangsang

Letargi

Apatis

Konfusi

Sering bicara tidak logis

Page 32: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi cedera b/d peningkatan tekanan

intrakranial (TIK)

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami

peningkatan tekanan intrakranial

Intervensi keperawatan :

1. Observasi dengan cermat adanya tanda-tanda

peningkatan TIK

2. Lakukan pengkajian neurologis dasar pada pra

operasi

3. Hindari pemasangan infus intravena di vena kulit

kepala bila pembedahan akan dilakukan

Page 33: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Posisikan anak sesuai ketentuan Tempatkan pada sisi yang tidak dioperasi

Tinggikan kepala tempat tidur, bila diinstruksikan

Jaga agar anak tetap berbaring datar, bila diinstruksikan

5. Hindari sedasi

6. Jangan pernah memompa pirau untuk mengkaji fungsi

7. Lakukan perawatan pasca operasi terhadap pirausesuai ketentuan

8. Ajari keluarga tentang tanda-tanda peningkatan TIKdan kapan harus memberitahu praktisi kesehatan

Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkanbukti-bukti peningkatan TIK

Page 34: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan sistem

drainse mekanis, prosedur bedah

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak menunjukkan

bukti-bukti infeksi

Intervensi keperawatan :

1. Kaji anak untuk tanda-tanda infeksi cairan

serebrospinal (CSS), yang mencakup peningkatan

tanda-tanda vital, makan buruk, muntah, penurunan

responsifitas, aktivitas kejang

2. Observasi adanya kemerahan, bengkak, pada sisi

operatif dan sepanjang jalur pirau

3. Berikan antibiotik sesuai resep

Page 35: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Bantu praktisi dengan instilasi antibiotik intraventrikel

sesuai kebutuhan

5. Inspeksi sisi insisi untuk adanya kebocoran; uji

drainase untuk adanya glukosa

6. Berikan perawatan luka sesuai ketentuan, dengan

menggunakan teknik aseptik ketat

7. Jaga agar popok anak tidak menyentuh sisi balutan

peritoneal atau garis jahitan

Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan

bukti-bukti infeksi.

Page 36: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d area

tekanan, paralisis, sfingter ani yang terelaksasi

Sasaran pasien 1 : Pasien mempertahankan

integritas kulit

Intervensi keperawatan :

1. Berikan perawatan kulit yang cermat untuk mencegah

kerusakan jaringan karena kelembaban, tekanan.

2. Tempatkan anak pada permukaan yang menurunkan

tekanan

3. Ubah posisi dengan sering kecuali jika

dikontraindikasikan karena peningkatan TIK

Page 37: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Lindungi titik tekanan (mis, trokhanter, sakrum,

pergelangan kaki, tumit, bahu, oksiput)

5. Inspeksi permukaan kulit secara teratur untuk

adanya tanda-tanda iritasi, kemerahan, bukti

tekanan

6. Bersihkan kulit dengan teratur, sedikitnya sekali

sehari

7. Lindungi lipatan kulit dan permukaan yang

bergesekan

Page 38: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

8. Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih, kering,

dan bebas dari lipatan

9. Lakukan perawatan perineal yang baik

10. Massase kulit dengan lembut menggunakan

losion atau bahan pelumas lain, hindari area

tekanan yang memerah

11. Lindungi bibir dengan krim atau salep

Hasil yang diharapkan : Kulit tetap bersih, utuh,

dan bebas iritasi.

Page 39: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perubahan proses keluarga b/d krisis situasi

(anak dengan defek fisik)

Sasaran pasien (keluarga) 1 : Pasien (keluarga)

menerima dukungan yang adekuat

Intervensi keperawatan :

1. Hormati hak-hak orang tua

2. Tunjukkan sikap perhatian yang menghargai pada

anak dan keluarga

Page 40: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

3. Dukung dan tekankan kekuatan dan kemampuan

keluarga

4. Berikan umpan balik dan pujian

5. Rujuk pada profesional lain untuk dukungan

interpersonal tambahan dan konkrit mis, pely sosial,

rohaniawan.

Hasil yang diharapkan :

Keluarga menunjukkan perilaku yang

menunjukkan perasaan menghargai diri sendiri

Keluarga menggunakan layanan pendukung.

Page 41: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MENINGITIS

Meningitis adalah peradangan selaput otak,

sumsum tulang belakang, atau keduanya.

Penyebabnya adalah bakteri atau virus, meningitis

sering didahului oleh infeksi pernapasan,

tenggorok, atau tanda dan gejala flulike.

Sejumlah kuman Neisseria meningitidis merupakan

penyebab meningitis yang sering

Penyakit ini mempunyai insiden tertinggi pada anak

di bawah usia 5 tahun, dengan puncak insidensi

pada anak usia 3 – 5 bulan

Page 42: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MENINGITIS

Bentuk meningitis yang berat, yaitu

meningokoksemia yang memiliki serangan cepat

dan dapat menyebabkan kematian

Tanda dan gejala meliputi demam tinggi, letargi,

menggigil, dan timbul ruam pada kulit

Page 43: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Neurologis

Kejang-kejang

Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

Mata terbenam (setting-sun sign)

Kekakuan kuduk

Tanda Kernig positif

Tanda Brudzinski positif

Reaktivitas pupil menurun

Iritabilitas

Opistotonus

Sakit kepala

Tangisan dengan nada tinggi

Page 44: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Respirasi

Baru saja mengalami riwayat infeksi, sakit tenggorok,

atau tanda dan gejala flulike

Gastrointestinal

Muntah

Integumen

Ubun-ubun menonjol

Petekie

Ekstremitas dingin

Ruam

Sianosis

Demam

Page 45: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ganguan perfusi jaringan serebrum yang

berhubungan dengan peningkatan TIK

Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan

tanda peningkatan TIK

Intervensi Keperawatan :

1. Kaji status neurologis anak setiap 2 – 4 jam, catat

tanda letargi, penonjolan ubun-ubun (pada bayi),

perubahan pupil, atau kejang-kejang

2. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap pergantian

dinas

3. Pantau tanda vital setiap 2 – 4 jam

4. Catat kualitas dan nada tangisan anak

Page 46: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko cedera sekunder akibat kejang

Hasil yang diharapkan : Anak tidak akan mengalami

cedera akibat kejang

Intervensi :

1. Lakukan kewaspadaan kejang, seperti menggunakan

jalan napas buatan, dan peralatan pengisapan lendir,

dan pasang penghalang tempat tidur

2. Beri pengobatan antikonvulsan, sesuai program

3. Selama kejang, lakukan tindakan berikut :

Bantu anak berbaring miring di tempat tidur atau di

lantai, singkirkan barang-barang yang ada di area

tempat tidur

Page 47: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Jangan mengikat anak, tetapi tetap menemani di

sampingnya.

Jangan meletakkan sesuatu di mulut anak

Kaji status pernapasan anak

Catat berbagai gerakan tubuh anak dan lamanya

kejang

Page 48: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi

Hasil yang diharapkan : Suhu badan anak akan

tetap kurang dari 37,80 C

Intervensi keperawatan :

1. Pantau suhu tubuh anak setiap 2 – 4 jam

2. Beri obat antipiretik sesuai program

3. Beri obat antimikroba sesuai program

4. Pertahankan lingkungan yang sejuk

5. Beri kompres dengan suhu 370C, sesuai program

Page 49: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan

perawatan di rumah

Hasil yang diharapkan : Orang tua akan

mengekspresikan pemahamannya tentang instruksi

perawatan di rumah

Intervensi :

1. Ajarkan orang tua bagaimana dan kapan memberi

obat, termasuk uraian tentang dosis dan efek

samping

2. Ajarkan orang tua pentingnya memberi istirahat

yang adekuat pada anak

Page 50: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

EPILEPSI

Kejang adalah malfungsi singkat dari sistem listrik

otak yang terjadi karena muatan neuron kortikal.

Kejang dapat bermanifestasi sebagai konvulsi

(kontraksi dan relaksasi otot involunter); perubahan

pada perilaku, sensasi, atau persepsi, halusinasi

visual dan auditorius; serta perubahan kesadaran

atau tidak sadar

Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan

kejang berulang yang terjadi dengan sendirinya,

yang membutuhkan pengobatan jangka panjang.

Tidak setiap kejang adalah epileptik

Page 51: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Dapatkan riwayat kesehatan, terutaman yang

berkaitan dengan kejadian pranatal, perinatal, dan

neonatal; adanya contoh infeksi, apnea kolik, atau

menyusu yang buruk; informasi mengenai

kecelakaan atau penyakit serius sebelumnya

Dapatkan riwayat aktivitas kejang yang mencakup

hal-hal berikut :

Gambaran perilaku anak selama kejang

Usia awitan

Waktu ketika kejang terjadi – waktu, ketika tidur atau

terjaga, hubungan dengan makanan

Page 52: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Adanya faktor pencetus yang dapat menimbulkan

kejang (mis, demam, infeksi), jatuh yang

menyebabkan trauma kepala, ansietas, keletihan,

aktivitas (mis, hiperventilasi), kejadian-kejadian di

lingkungan (mis, pemajanan pada stimulus kuat

seperti sinar terang, sinar berkilau atau suara yang

keras)

Durasi perkembangan, dan adanya perasaan atau

perilaku pasca-kejang

Lakukan pengkajian fisik dan neurologi

Page 53: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Observasi pengkajian fisik dan neurologis

Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengujian

mis, elektroensefalografi, tomografi, radiografi

tengkorak, ekoensefalografi, scan otak, kimia

darah, glukosa serum, nitrogen urea darah,

amonia, tes khusus untuk gangguan metabolik

Page 54: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Observasi kejang

Urutan kejadian (sebelum, selama, dan setelah kejang),

durasi kejang, tonik-klonik : dari tanda-tanda pertama

kejadian kejang sampai sentakan-sentakannya terhenti,

tanpa kejang : dari kehilangan kesadaran sampai

pasien sadar kembali; Parsial kompleks : dari aura

sampai berhenti secara otomatis atau menunjukkan

responsivitas pada lingkungan

Page 55: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MANIFESTASI KEJANG (KEJANG PARSIAL)

Kejang parsial sederhana

Dicirikan dengan : tetap sadar dan waspada, gejala

motorik terlokalisasi pada salah satu sisi tubuh, gejala

somatosensori, psikis, otonomik, atau gabungan dari

gejala-gejala tersebut

Manifestasi :

Kejang aversive (kejang motorik paling umum pada

anak) : Mata atau kedua mata dan kepala saling

menjauh dari sisi fokus; kesadaran terhadap gerakan

Kejang Rolandic (sylvian) : Gerakan tonik-klonik yang

melibatkan wajah, salivasi, bicara berhenti, paling

umum selama tidur

Page 56: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MANIFESTASI KEJANG

Gerakan Jacksonian (jarang pada anak) : Gerakan

klonik berkembang secara berurutan dari mulai

kaki, tangan, atau wajah dan bergerak atau

“gerakan” bagian-bagian tubuh yang berdekatan

Page 57: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MANIFESTASI KEJANG

Kejang sensori khusus

Dicirikan dengan berbagai sensasi

Kebas, kesemutan, rasa tertusuk, parestesia, atau nyeri

yang berasal dari satu area (mis, wajah atau

ekstremitas) dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Sensasi penglihatan atau membentuk gambaran

Fenomena motorik sesuai postur atau hipertonia

Tidak umum pada anak-anak di bawah 8 tahun

Page 58: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MANIFESTASI KEJANG

Parsial kompleks :

Lebih sering terjadi pada anak usia 3 tahun sampai

remaja

Aura – sensasi paling sering adalah perasaan kuat pada

dasar lambung yang naik ke tenggorok; juga bau aneh;

halusinasi rasa atau pendengaran serta penglihatan,

atau perasaan deja-vu

Kerusakan kesadaran – mungkin tampak linglung dan

konfusi, tidak dapat berespons atau mengikuti instruksi.

Page 59: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MANIFESTASI KEJANG

Automatisme – Aktivitas berulang tanpa tujuan

dilakukan dalam keadaan bermimpi, seperti

menatap langit, menjadi lemas atau kaku,

mengambil sikap, mengulang kata-kata, menarik-

narik pakaian, mengecap-ngecapkan bibir,

mengunyah, perilaku asosiasi atau tidak tepat,

seperti membuka pakaian di depan umum, atau

bertindak agresif (kurang umum pada anak-anak)

Pasca kejang – setelah kejang anak dapat merasa

disorientasi, konfusi, dan tidak mempunyai ingatan

tentang fase kejang.

Page 60: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MANIFESTASI KEJANG (KEJANG UMUM)

Kejang tonik-klonik (dahulu disebut grand mal)

Paling umum dan paling dramatis dari semua

manifestasi kejang

Terjadi tanpa peringatan

Page 61: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

FASE TONIK

Mata ke atas

Kesadaran hilang dengan segera

Bila berdiri, jatuh ke lantai atau tanah

Kekakuan terjadi pada kontraksi tonik simetrik yang

umum pada seluruh otot tubuh

Lengan biasanya fleksi

Kaki, kepala, dan leher ekstensi

Tangisan aneh, melengking (menangis epileptik)

Apnea, dapat menjadi sianotik

Peningkatan salivasi

Page 62: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

FASE KLONIK

Gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan

ekstremitas berada pada kontraksi dan relaksasi

yang berirama

Berbusa pada mulut karena hipersalivasi

Dapat mengalami inkontinensia urin dan feses

Saat kejang berakhir, gerakan berkurang, terjadi

pada interval yang lebih panjang kemudian berhenti

secara keseluruhan

Page 63: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

STATUS EPILEPTIKUS

Urutan kejang pada interval yang terlalu singkat

untuk memungkinkan anak sadar kembali di antara

waktu berakhirnya satu episode dan dimulainya

episode berikutnya

Memerlukan intervensi darurat

Dapat menimbulkan kelelahan, gagal napas, dan

kematian

Page 64: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

STATUS PASCA KEJANG

Tampak rileks

Dapat tetap semi-sadar dan sulit untuk bangun

Dapat terbangun dalam beberapa menit

Tetap mengalami konfusi selama beberapa jam

Koordinasi buruk

Kerusakan ringan pada gerakan motorik halus

Dapat mengalami kesulitan penglihatan dan bicara

Muntah atau mengeluh sakit kepala

Page 65: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

STATUS PASCA KEJANG

Tidak timbul refleks menelan selama beberapa

waktu

Bila ditinggal sendiri, biasanya tidur dalam

beberapa jam

Pada saat sadar, biasanya sadar sepenuhnya

Biasanya merasa lelah dan mengeluh sakit otot dan

sakit kepala

Tidak ada ingatan mengenai seluruh kejadian

Page 66: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

TIDAK ADA KEJANG (PETIT MAL/LAPSES)

Kehilangan kesadaran yang singkat

Perubahan yang minimal atau tidak ada pada tonus

otot

Bisa saja tidak dikenali karena hanya sedikit

perubahan yang terjadi pada perilaku anak

Awitan cepat : tiba-tiba mengalami 20 atau lebih

episode kejang setiap hari

Page 67: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

TIDAK ADA KEJANG (PETIT MAL/LAPSES)

Kejang sering disalahartikan dengan tidak

perhatian, mimpi di siang hari, atau gangguan

hiperaktivitas kurang perhatian

Serangan dapat dicetuskan oleh hiperventilasi,

hipoglikemia, stres (emosional dan psikologis),

keletihan, atau kurang tidur

Page 68: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MANIFESTASI PETIT MAL

Kehilangan kesadaran singkat

Muncul tanpa peringatan atau aura

Biasanya berakhir sekitar 5 – 10 detik

Kehilangan sedikit tonus otot dapat menyebabkan

anak menjatuhkan objek

Mampu mempertahankan kontrol postural; jarang

terjatuh

Page 69: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

MANIFESTASI PETIT MAL

Gerakan minor seperti mengecapkan bibir, kedutan

kelopak mata atau wajah, atau gerakan tangan

ringan

Tidak disertai inkontinensia

Amnesia terhadap episode

Perlu reorientasi diri pada aktivitas sebelumnya

Page 70: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

KEJANG ATONIK (SERANGAN DROP)

Awitan biasanya antara usia 2 – 5 tahun

Tiba-tiba, kehilangan tonus otot sementara dan kontrolpostur :

Manifestasi :

1. Kehilangan tonus menyebabkan anak jatuh ke lantaidengan keras

2. Tidak dapat mencegah jatuh dengan menyanggatangan

3. Sering terjadi kulai kepala

4. Dapat menimbulkan cedera serius pada wajah, kepala, atau bahu

5. Depat atau tidak dapat mengalami kehilangankesadaran sementara

Page 71: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

KEJANG AKINETIK

Gerakan kurang atau tanpa kehilangan tonus otot

Anak kaku pada posisi tertentu dan tidak jatuh

Gangguan atau hilangnya kesadaran

Page 72: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

KEJANG MIOKLONIK

Dapat diisolasi pada saat dimulainya mioklonusesensial

Dapat terjadi dalam hubungannya dengan bentukkejang lain

Kontraktur tonik singkat dan tiba-tiba dari otot atausekelompok otot

Terjadi sekali atau berulang

Tidak ada kehilangan kesadaran atau status pasca-kejang

Mungkin simetrik, mungkin juga tidak simetrik

Dapat dikacaukan dengan refleks kejut yang berlebihan

Page 73: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)

Istilah lain : , spasme masif, hipsaritmia, kejang

saalam, jack-knife, sindrom West, spasme

mioklonik infantil

Paling umum terjadi antara usia 3 – 12 bulan

Dua kali lebih banyak pada pria dibandingkan

wanita

Anak dapat mengalami banyak kejang di siang hari

tanpa mengantuk pasca kejang atau tidur

Perhatikan adanya intelegensia normal yang

memburuk

Page 74: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)

Kemungkinan serangkaian kontraksi otot tiba-tiba,

singkat, dan simetris

Kepala fleksi, lengan ekstensi, dan kaki tertarik ke

atas,

Mata berputar ke atas atau ke dalam

Dapat didahului atau diikuti dengan menangis atau

merengek

Dapat kehilangan kesadaran, dapat juga tidak

Kadang-kadang terjadi kemerahan di wajah, pucat,

atau sianosis

Page 75: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

SPASME INFANTIL (MIOKLONUS INFANTIL)

Bagi yang mampu duduk tetapi tidak mampu berdiri

:

Tiba-tiba menjatuhkan kepala dan lehernya ke

depan dengan tubuh fleksi ke depan dan lutut

tertarik ke atas pada kejang saalam atau jack-knife

Jarang : terobservasi bentuk klinis yang lain

Spasme ekstensor bukan fleksi lengan, kaki, dan

tubuh serta menganggukkan kepala

Serangan cepat melibatkan kontraksi seluruh tubuh

yang bersifat tunggal, seperti syok dan sementara.

Page 76: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Awitan :

Waktu awitan

Kejadian pra kejang yang signifikan – sinar terang,

bising, kegirangan, emosi berlebihan

Perilaku : perubahan pada ekspresi wajah, seperti rasa

takut, menangis atau bunyi lain, gerakan stereotip atau

otomatis, aktivitas acak (mengeluyur)

Posisi kepala, tubuh, ekstremitas; postur unilateral atau

bilateral dari salah satu atau lebih ekstremitas; deviasi

tubuh ke samping

Page 77: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Gerakan :

Perubahan posisi bila ada

Sisi permulaan – tangan, ibu jari, mulut, seluruh tubuh

Fase tonik, bila ada – lama, melibatkan beberapa

bagian tubuh

Fase klonik – kedutan atau gerakan menyentak,

melibatkan beberapa bagian tubuh, urutan bagian yang

terkena, umum, perubahan dalam karakteristik gerakan

Kurang gerakan atau tonus otot pada bagian-bagian

tubuh atau seluruh tubuh

Page 78: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Wajah

Perubahan warna – pucat, sianosis, wajah kemerahan

Keringat

Mulut – posisi, menyimpang ke salah satu sisi, gigi

mengatup, lidah tergigit, mulut berbusa, flek darah atau

perdarahan

Kurang dalam ekspresi

Page 79: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Mata

Posisi – lurus, menyimpang ke atas, menyimpang

keluar, konjugasi atau divergen

Pupil (bila mampu untuk mengkaji) – perubahan pada

ukuran, kesamaan reaksi terhadap sinar dan akomodasi

Upaya pernapasan

Ada dan lamanya apnea

Adanya stertor (mengorok)

Lain-lain

Berkemih involunter

Defekasi involunter

Page 80: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Observasi pasca-kejang

Masa pasca kejang

Metode terminasi

Status kesadaran – tidak responsif, mengantuk, konfusi

Orientasi terhadap waktu dan orang

Tidur tetapi mampu untuk bangun

Page 81: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Kemampuan motorik

Adanya perubahan pada kekuatan motorik

Kemampuan untuk menggerakkan semua ekstremitas

Adanya paresis atau kelemahan

Kemampuan untuk bersiul (bila sesuai dengan usia)

Bicara – berubah, aneh, jenis dan luasnya kesulitan

Page 82: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

PENGKAJIAN

Sensasi

Keluhan tidak nyaman atau nyeri

Adanya kerusakan sensori dari pendengaran,

penglihatan

Pengumpulan kembali sensasi pra-kejang, peringatan

serangan

Kesadaran bahwa serangan sudah mulai terjadi

Page 83: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi cedera b/d tipe kejang

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami kejang

Intervensi keperawatan :

1. Berikan obat antiepilepsi

2. Ajari keluarga dan anak, bila tepat, tentangpemberian obat-obatan

3. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik

4. Hindari situasi yang diketahui akan mencetuskankejang (mis, cahaya berkedip-kedip, keletihan)

Page 84: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hasil yang diharapkan : Anak tetap bebas dari

aktivitas kejang

Sasaran pasien 2 : Pasien tidak mengalami

komplikasi akibat obat-obatan

Intervensi keperawatan :

1. Waspada dan ajari keluarga untuk mengenali

reaksi yang tidak sesuai dari obat-obatan

2. Dorong untuk pengkajian fisik dan laboratorium

secara periodik

3. Dorong perawatan gigi yang baik selama terapi

fenitoin

Page 85: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Dorong masukan vitamin D dan asam folat yang

adekuat selama terapi fenitoin dan fenobarbital

5. Hasil yang diharapkan : Anak dan keluarga

mendemonstrasikan pemahaman tentang

kemungkinan respons yang tidak baik terhadap

obat-obatan dan intervensi yang tepat

Page 86: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Sasaran pasien 3 : Pasien tidak mengalami cedera

1. Didik orang tua dan anak mengenai aktivitas yang

tepat untuk anak (tergantung dari tipe, frekuensi,

dan beratnya kejang)

2. Gali modifikasi atau adaptasi yang tepat pada

situasi yang mencetuskan bahaya selama kejang

(memanjat pohon, memainkan alat)

3. Dampingi anak selama aktivitas yang diizinkan,

seperti berenang, bersepeda.

Page 87: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

4. Dianjurkan untuk mandi shower atau memberikan

pengawasan yang ketat selama mandi

5. Ajarkan guru dan orang lain yang berhubungan

dengan anak mengenai bantuan yang tepat

selama dan setelah kejang

Hasil yang diharapkan :

1. Anak dan keluarga menyetujui aktivitas atau

modifikasi aktivitas yang tepat untuk anak

2. Individu yang berhubungan dengan anak

memberikan intervensi yang tepat selama dan

setelah kejang.

Page 88: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi cedera, hipoksia, dan aspirasi b/d aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran (kejangtonik-klonik)

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami cedera, distres pernapasan, atau aspirasi

Intervensi keperawatan :

1. Hitung lamanya kejang

2. Lindungi anak selama kejang

3. Jangan berusaha merestrain anak ataumenggunakan paksaan

4. Bila anak berdiri atau duduk di kursi roda padaawal episode, bantu anak untuk mencapai lantai

Page 89: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

5. Tempatkan selimut kecil atau tangan anda sendiridi bawah kepala anak

6. Jangan menempatkan apapun di mulut anak, seperti spatel lidah, makanan, atau cairan

7. Lepaskan kacamata

8. Longgarkan pakaian

9. Cegah anak dari membenturkan kepala padaobjek keras

10. Singkirkan benda-benda yang dapat menimbulkanbahaya (perabot)

11. Bantali objek seperti keranjang bayi, penghalangtempat tidur, atau kursi roda.

Page 90: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

12. Pertahankan agar penghalang tempat tidur tetap

terpasang ketika anak sedang tidur, istirahat, atau

mengalami kejang

13. Biarkan kejang berakhir tanpa pengaruh

14. Bila mungkin posisikan anak dengan kepala pada

garis tengah, bukan hiperekstensi

15. Bila anak mulai muntah, miringkan dengan hati-

hati

Page 91: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

16. Lindungi anak setelah kejang (periode pasca-

kejang)

17. Pertahankan anak pada posisi miring

18. Hubungi pelayanan medis darurat

Hasil yang diharapkan : Anak tidak menunjukkan

tanda-tanda cedera fisik atau mental atau aspirasi

Page 92: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko tinggi cedera b/d kerusakan kesadaran danautomatisme (kejang parsial kompleks)

Sasaran pasien 1 : Pasien tidak mengalami cederadan tetap tenang

Intervensi keperawatan :

1. Hitung lama kejang

2. Lindungi anak selama kejang

3. Jangan merestrein, kecuali anak dalam bahaya

4. Singkirkan bahaya dalam lingkungan

5. Arahkan anak ke area aman, khususnya jauh darijendela, tangga, alat pemanas, atau sumber air

Page 93: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

6. Jangan membuat anak teragitasi, bicara dengan

suara lembut dan sikap tenang

7. Jangan mengharapkan anak untuk mengikuti

instruksi

8. Perhatikan apakah kejang tersebut menyebar

menjadi kejang tonik-klonik

9. Lindungi anak setelah kejang (postiktal)

Page 94: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Periode postiktal :

10. Tetaplah bersama anak dan tenangkan anak

sampai ia sadar

11. Hubungi pelayanan medis darurat

Hasil yang diharapkan :

Anak tidak mengalami cedera fisik dan tetap

tenang

Page 95: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan

anak yang menderita penyakit kronis

Sasaran pasien (keluarga) 1 : Pasien (keluarga)

mendapat dukungan yang adekuat

Intervensi Keperawatan :

1. Hormati hak-hak orang tua

2. Tunjukkan sikap perhatian yang menghargai pada

anak dan keluarga

3. Dukung dan tekankan kekuatan dan kemampuan

keluarga

4. Berikan umpan balik dan pujian

Page 96: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

5. Rujuk pada profesional lain untuk dukungan

interpersonal tambahan dan konkrit mis, pely

sosial, rohaniawan.

Hasil yang diharapkan :

Keluarga menunjukkan perilaku yang

menunjukkan perasaan menghargai diri sendiri

Keluarga menggunakan layanan pendukung.

Page 97: Askep anak dengan gangguan sistem neurologi

TUGAS :

BUAT POWER POINT MASING-MASING

(INDIVIDU) YANG BERISI ASKEP PADA ANAK

DENGAN :

CEREBRAL PALSY

ENSEFALITIS

TETANUS

ABSES OTAK

POLIOMYELITIS