ASIMILASI SOSIAL-BUDAYA KOMUNITAS KETURUNAN ARAB DI KELURAHAN CONDET BALEKAMBANG, JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Untuk memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi (S.SOS) Oleh: Titin Widarti NIM: 105032201081 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M.
115
Embed
ASIMILASI SOSIAL-BUDAYA KOMUNITAS KETURUNAN ......Asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang merupakan bentuk asimilasi yang terjadi melalui perkawinan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASIMILASI SOSIAL-BUDAYA KOMUNITAS KETURUNAN ARAB
DI KELURAHAN CONDET BALEKAMBANG, JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP)
Untuk memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi (S.SOS)
Oleh: Titin Widarti
NIM: 105032201081
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK (FISIP)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H./2010 M.
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama : Via
Profesi : Mahasiwi UIJ Jakarta
Usia : 24 Tahun
Tanggal Wawancara : 9 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 9 Januari 2010
Interviewee Interviewer
( Via ) ( Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama : Salahuddin bin Thohir bin Yahya
Profesi : Mahasiwa UIJ Jakarta
Usia : 25 Tahun
Tanggal Wawancara : 5 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 5 Januari 2010
Interviewee Interviewer
( Salahuddin ) ( Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama : Umi Selli
Profesi : Ibu Rumah Tangga
Usia : 40 Tahun
Tanggal Wawancara : 30 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 30 Januari 2010
Interviewee Interviewer
( Umi Seli ) ( Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama : Bulan Indah
Profesi : Ibu Rumah Tangga
Usia : 27 Tahun
Tanggal Wawancara : 26 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 26 Januari 2010
Interviewee Interviewer
( Bulan Indah ) ( Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama : Bapak Khalid
Profesi : Wiraswasta
Usia : 36 Tahun
Tanggal Wawancara : 26 November 2009
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 26 November 2009
Interviewee Interviewer
( Khalid ) ( Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama : Tomy
Profesi : Wiraswasta
Usia : 25 Tahun
Tanggal Wawancara : 31 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 31 Januari 2010
Interviewee Interviewer
( Tomy ) ( Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama : Pak Benar
Profesi : Wakil Lurah
Usia : 45 Tahun
Tanggal Wawancara : 27 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 27 Januari 2010
Interviewee Interviewer
( Benar ) ( Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama : Aci
Profesi : Mahasiswi UIN
Usia : 23 Tahun
Tanggal Wawancara : 23 November 2009
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 23 November 2009
Interviewee Interviewer
( Aci ) ( Titin )
ABSTRAK
Titin Widarti “Asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan
Condet Balekambang, Jakarta Timur.
Asimilasi merupakan proses sosialisasi dalam sebuah masyarakat untuk mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari satu bangsa Indonesia yang mayoritas. Dalam kehidupan sosial-budaya yang beraneka ragam di masyarakat tentu bukan menjadi penghalang untuk terwujudnya proses asimilasi di dalamnya. Salah satu hal yang sangat penting untuk bisa berasimilasi yaitu adanya sikap toleransi dan simpati demi terwujdnya integrasi sosial.
Asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang merupakan bentuk asimilasi yang terjadi melalui perkawinan dan melalui budaya (antar golongan minoritas (keturunan Arab) dengan golongan mayoritas (masyarakat Condet Balekambang).Pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Lokasi dan waktu penelitian di lakukan pada masyarakat komunitas keturunan Arab yang berada di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Pengambilan data dan informasi dilakukan pada masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang.
Dalam penelitian ini menggunakan informan yang sudah di tentukan dalam melengkapi informasi tentang asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Dalam mendapatkan informasi dilakukan dengan metode wawancara mendalam kepada informan dan dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dengan mendatangi Kelurahan untuk mencari informasi tentang asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang serta melakukan pengamatan untuk menambah informasi penulisan skripsi ini.
Setelah mendapatkan data keseluruhan dari lapangan, penulis menganalisa data, kemudian di seleksi untuk diambil data yang khusus berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Kemudian penulis merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian.
Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa bentuk asimilasi melalui perkawinan dan melalui budaya yang terjadi di wilayah Kelurahan Condet Balekambang telah mengakibatkan terjadinya proses asimilasi sosial-budaya di dalamnya, baik komunitas keturunan Arab maupun dengan masyarakat Condet Balekambang yang hidup dengan harmonis (toleransi dan simpati) tanpa membedakan suku, ras dan agama.
Dari hasil penelitian, penulis menemukan adanya dua kelompok etnis yang berbeda sosial dan budaya tersebut yang sudah menikah bahkan sudah tinggal dan menetap berpuluh tahun di Kelurahan Condet Balekambang.
Adat yang berbeda tidak menghalangi mereka untuk melangsungkan perkawinan, karena adanya satu kesamaan agama (Islam). Adat atau budaya yang dimiliki keturunan Arab hanya ada dalam perkawinan saja misalnya adanya malam pacar, tari syamar yang dilakukan oleh keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang, dan bermain musik marawis yang dimainkan oleh
vi
vii
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Asimilasi melalui perkawinan tersebut ternyata berpengaruh mengubah sikap dan perilaku mereka dalam menyesuaikan budaya (cara berbahasa, cara membuat makanan, dan cara pakaian) terutama warga keturunan sebagai kelompok minoritas yang berbaur dengan kelompok mayoritas (warga Condet Balekambang) dalam kehidupan sehari-hari. Adat pakaian yang di gunakan keturunan Arab saat menikah adalah pakaian jubah sedangkan masyarakat Condet Balekambang memakai baju kurung, bahasa yang di gunakan keturunan Arab sudah bisa berbahasa Indonesia, sedangkan dalam menyesuaikan makanan (keturunan Arab) membuatnya dengan menyesuaikan tradisi masyarakat Condet Balekambang khususnya dari Betawi misalnya masakan soto Betawi.
Jadi dari penjelasan di atas secara tidak langsung proses asimilasi telah terjadi didalamnya. Menurut warga keturunan Arab ataupun dari masyarakat Condet Balekambang dengan saling mengenal dan menyesuaikan dalam budaya masing-masing itulah yang membuat mereka bisa berasimilasi. Apa lagi menurut keturunan Arab yang berasimilasi dengan warga Condet Balekambang, masyarakat Condet memiliki adat-istiadat yang lebih unik dari keturunan Arab dan mereka juga menambahkan bahwa walaupun mereka hanya memiliki adat yang sangat khas atau unik itu hanya ada dalam perkawinan saja, namun adat tersebut juga sudah mulai menghilang dari mereka karena sudah berbaur lama dengan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang.
Akibat adanya proses asimilasi tersebut, secara perlahan-lahan komunitas keturunan Arab (minoritas) maupun masyarakat Condet Balekambang (mayoritas) akan berasimilasi walaupun masing-masing memiliki latar belakang sosial-budaya yang berbeda. Dan khususnya bagi masyarakat keturunan Arab akan terintegrasi mengikuti satu kebudayaan yang mayoritas yaitu kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan dari masyarakat Condet Balekambang.
Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Keramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur. Di daerah tersebut terdapat warga keturunan Arab yang sudah menetap dan tinggal berpuluh tahun yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang. Hampir 15% dari jumlah penduduk Kelurahan Condet Balekambang dihuni oleh warga keturunan Arab.
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah banyak
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta izin-Nya penulis
mampu melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Salam serta sholawat semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya.
Melalui proses yang panjang dan perjuangan yang tak singkat,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan
semestinya. Dalam penulisan skripsi inipun tak luput dari kesalahan dan
ketidakpuasan yang akan terus menggema, namun dengan setitik harapan
semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan sumbangsih bagi
cakrawala pengetahuan dan senantiasa berkembang khususnya di bidang
Sosio-keagamaan, maka karya ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi yang membacanya.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan yang sangat
membangun dalam penyusunan tugas akhir ini. Maka dalam kesempatan kali
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bachtiar selaku dekan fakultas FISIP UIN Syarif
Agama. Tak lupa terimakasih di peruntukan kepada civitas akademika
Fakultas FISIP.
3. Prof. Dr. Yusron Razak, MA selaku pembimbing yang tiada henti dan
tiada bosannya, memberikan arahan dan masukkan kepada penulis
hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Para petugas Perpustakaan Utama dan Ushuludin yang telah
memberikan sumbangsih kepada penulis saat mencari literature.
5. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada sekolah SMP Islamic
School di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur yang telah
memberikan informasi tentang asimilasi sosial-budaya warga
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.
6. Bapak Benar Sigalingging S. Sos selaku seketaris lurah di Kelurahan
Condet Balekambang, Jakarta Timur. Tak lupa terima kasih kepada
seluruh responden masyarakat Condet Balekambang khususnya warga
keturunan Arab yang meluangkan waktunya untuk memberikan
informasi khususnya tentang asimilasi sosial-budaya keturunan Arab
dengan masyarakat sekitar.
7. Ayahanda Ismail, Ibunda Armalis, adik-adik tersayang Via Meswita,
Sepry Chasnico dan Yulia Deswita, yang telah memberikan kasih
sayangnya dan do’anya kepada penulis dan yang telah memberikan
bantuan baik moral maupun spiritual sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Jakarta.
8. Para sahabat Nur Sakinah, Uli Zahra, Suryanah. Ahmad Syukri dan
Tommy sebagai sahabat terbaik penulis,yang telah memberikan
motivasi dalam menyelesaikan pendidikan dan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan Sosiologi Agama angkatan 2005 yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dorongan
dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teruntuk kakak kelas aku Sosiologi Agama angakatan 2003: kak
Yuni, Ria, Maesaroh dan kak Rahmat yang memberikan motivasi,
nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan do’a semoga
amal kabaikan yang telah di berikan kepada penulis menjadi amal sholeh
yang mendapat pahala berlipat ganda. serta di limpahkan segala keberkahan
dan kenikmatan atas bantuan dan perhatian yang telah di berikan kepada
penulis.
Selain itu semoga seluruh aktifitas yang kita kerjakan diberi
kemudahan oleh Allah SWT, janganlah merasa puas dengan apa yang telah
di raih hari ini. Songsong masa depan sejak dini adalah langkah terbaik dan
semoga apa yang telah dikerjakan mendapat nilai ibadah di sisi-Nya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 17 Maret 2010
Penulis
Titin Widarti
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 18 Juni 2010
Titin Widarti
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini berjudul “ Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan
Arab Di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada progam studi Sosiologi.
Jakarta,18 Juni 2010
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Hendro Prasetyo, M.A. Joharotul Jamilah, M. Si. NIP. 19640719 199003 1 001 NIP. 19680816 199703 2 002
Penguji I, Anggota, Penguji II,
Joharotul Jamilah, M. Si. Ahmad Abrori, M.Si. NIP. 19680816 199703 2 002 NIP. 19760225 200501 1 005
Pembimbing,
Prof. Dr. Yusron Razak, M.A. NIP. 195910101983031003
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................... i
Halaman Judul ………………………………………………………….. ii
Lembar Pernyataan ............................................................................................ iii
Halaman Pengesahan Pembimbing ........................................................ iv
Halaman Pengesahan Ujian .................................................................... v
Abstrak ...................................................................................................... vi
Kata Pengantar ........................................................................................ viii
Daftar Isi .................................................................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah........................ 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................... 11
D. Metodologi Penelitian..................................................... 12
E. Sistematika ..................................................................... 16
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Asimilasi Sosial-Budaya ................................................ 18
a. Pengertian Asimilasi Sosial-Budaya ...................... 18
b. Teori Asimilasi Pendekatan Sosiologi .................... 21
Asimilasi kultural atau akulturasi di tandai dengan perubahan pada
pola-pola budaya kelompok minoritas misalnya bahasa, nilai, pakaian, dan
makanan. Sementara asimilasi struktural di tandai dengan masuknya
kelompok minoritas ke dalam lembaga-lembaga masyarakat pribumi.
Menurut Gordon asimilasi struktural-lah yang akan menimbulkan asimilasi
sempurna. Proses ini akan menghasilkan asimilasi psikologis yakni hilangnya
identitas etnik kelompok.
Jadi dari pengertian asimilasi sosial-budaya dari beberapa tokoh sosial
dan budaya dapat dipahami bahwa asimilasi merupakan suatu alat yang
penting sebagai proses sosialisasi dengan latar belakang adanya kebudayaan
yang berbeda-beda yang saling bergaul secara intensif dalam waktu yang
lama hingga kebudayaan tadi berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-
unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran
tentu hal ini akan terjadi jika adanya sikap toleransi dan simpati terhadap
budaya lain.
2. Teori Asimilasi Pendekatan Sosiologi
Asimilasi dalam pengertian sosiologis di definisikan sebagai suatu
bentuk proses sosial di mana dua atau lebih individu atau kelompok saling
5 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, h. 161.
22
menerima pola kelakuan masing-masing sehinga akhirnya menjadi satu
kelompok baru yang terpadu.6 Sebelum memasuki proses pembauran
masing-masing pihak hidup berdampingan menurut pola kelakuannya sendiri.
Sejak mereka memutuskan untuk menjadi satu kelompok, mereka memasuki
suatu proses baru menuju penciptaan satu pola kebudayaan sebagai landasan
tunggal kehidupan mereka.
Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga
pihak-pihak atau warga-warga dari dua-tiga kelompok yang tengah
berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan
sebagai milik bersama.
Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto proses asimilasi akan
timbul jika ada tiga unsur. Yaitu sebagai berikut:7
a. Ada perbedaan kebudayaan antara kelompok-kelompok manusia
yang hidup pada suatu waktu dan pada suatu tempat yang sama.
b. Para warga dari masing-masing kelompok yang berbeda-beda itu
dalam kenyataannya selalu bergaul secara intensif dalam jangka
waktu yang lama.
c. Dan demi pergaulan mereka yang telah berlangsung secara intensif
itu, masing-masing pihak menyesuaikan kebudayaan mereka
masing-masing sehingga terjadilah proses saling penyesuaian
kebudayaan diantara kelompok-kelompok itu.
6 D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1989), h. 233.
7 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta: Kencana, 2004), h. 62.
23
Menurut Abdurrahmat Fathoni asimilasi banyak di teliti oleh sarjana
sosiolog terutama Amerika di mana masih di temukan masalah kelompok
imigran dari berbagai suku bangsa yang datang dengan kebudayaan yang
berbeda-beda.8 Sedangkan di Indonesia asimilasi banyak ditemukan pada
golongan khusus, baik yang bersuku bangsa, lapisan sosial, golongan agama,
pengetahuan mengenai seluk-beluk proses asimilasi dari tempat-tempat lain
di dunia menjadi penting sebagai bahan perbandingan.9 tentu hal ini menjadi
suatu masalah yang belum terselesaikan dan masih perlu ditemukan
solusinya.
3. Hakikat Faktor Pendorong dan Penghambat Terjadinya Asimilasi
Menurut Hendropuspito faktor pendorong terjadinya asimilasi
yaitu:10
a. Adanya perkawinan campuran (amalgamation)
b. Dan adanya perlakuan hukum yang sama (baik warga pribumi
maupun non pribumi)
Sedangkan menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto asimilasi
terjadi jika:11
a. Sikap dan kesediaan saling bertoleransi
b. Kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang, memberikan
kemungkinan kepad semua pihak untuk mencapai kedudukan
tertentu berkat kemampuannya
8 Abdurrahmat Fathoni, Antropolog Sosial Budaya Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h. 30-31.
9 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi h.255-256. 10 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik h. 234-235. 11 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan h. 62-
63.
24
c. Dan musuh bersama dari luar, ancaman musuh bersama dari luar
diperkirakan akan memperkuat rasa persatuan di dalam masyarakat
Selain faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi, menurut
Hendropuspito ada pula beberapa faktor lain yang menghambat terjadinya
asimilasi yaitu:12
a. Perbedaan agama dan kepercayaan
b. Unsur ras dan warna kulit yang jauh berbeda antara suku yang satu
dengan yang lain misalnya ras kulit putih, hitam, dan ras kulit
kuning terbukti masih menimbulkan politik rasialis seperti di
Afrika Selatan, bahkan di Amerika Serikatpun terjadi.
c. Dan faktor psikologis, khusunya sikap superior tetap dipertahankan
oleh golongan etnis yang merasa dalam segala hal dirinya lebih
tinggi (adanya golongan mayoritas dan minoritas).
B. Komunitas Keturunan Arab
1. Pengertian Komunitas
Kata komunitas (community) berasal dari kata latin communire
(communion) yang berarti memperkuat. Dari kata ini di bentuk istilah
communitas yang artinya persatuan, persaudaran, umat/jemaat, kumpulan
bahkan masyarakat.13Secara samar-samar kata komunitas disisipi pengertian
tempat tinggal bersama. Jadi arti kata klasik, kata komunitas hidup dengan
orang-orang yang bermukim di atas sebidang tanah yang sama. Kemudian
12 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik h. 233-234. 13 Hendropuspto, Sosiologi Sistematik, h. 56.
25
“unsur tanah yang sama” dialihkan pada pengertian persaudaraan kumpulan
atau persatuan.
Komunitas bisa dibedakan menjadi dua jenis yaitu komunitas
geografis dan komunitas fungsional.14 Komunitas geografis ialah komunitas
dalam arti penduduk yang berdiam di suatu daerah di sebut juga dengan
komunitas lokal. Sedangkan komunitas fungsional yang tidak dibatasi oleh
daerah yang mereka huni tapi dibatasi oleh karakter atau ciri khusus,
misalnya komunitas petani, peternak dan komunitas nelayan.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto komunitas diterjemahkan
sebagai “masyarakat setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota,
suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok
itu besar ataupun kecil, hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompok
tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama,
kelompok tersebut disebut masyarakat setempat.15
Serta menurut Selo Soemardjan sebagaimana dikutip
Soekanto,“komunitas adalah masyarakat yang bertempat tinggal disuatu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor
utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya, diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar
batas wilayah.16
14 Yusra Killun, Pengembangan Komunitas Muslim (Jakarta: FDK UIN Jakarta, 2007), h.
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
2 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Penduduk berdasar umur dan Jenis Kelamin, h. 5.
34
Jumlah prosentase penduduk menurut agama terdiri dari 97,87%
penduduk di Condet Balekambang memeluk agama Islam, 1,08% agama
Kristen Protestan, 0,92% agama Hindu, dan 0,08% agama Budha.
Luas wilayah Kelurahan Condet Balekambang adalah 167,450 hektar,
terbagi menjadi 5 RW dan 53 RT. Status tanah kelurahan Condet
Balekambang terdiri dari:
a. Tanah Negara: 22,75%
b. Tanah milik Adat: 70,08% dan
c. Tanah Wakaf: 7,16%
Dari jumlah keseluruhan luas wilayah Condet Balekambang, memiliki
tanah yang di peruntukan sebagai:
a. Perumahan: 100,47 Ha
b. Pendidikan dan Peribadatan: 6,70 Ha
c. Perkantoran: 7,53 Ha
d. Fasilitas Umum atau Balai Rakyat: 16,75 Ha
e. Pemakaman: 0,72 Ha
f. Kebun dan lain-lain: 35,28 Ha
Adapun untuk masalah tanah wakaf yang berada di wilayah tersebut
yang di prosentasekan 7,16% umumnya di pergunakan untuk bangunan
masjid dan mushola serta pemakaman umum. Sedangkan yang lainnya
digunakan untuk jalan kendaraan dan tanah kepentingan umum lainnya
misalnya untuk sekolah.
35
Pada umumnya keadaan geografis Kelurahan Condet Balekambang
berbentuk tebing dengan kemiringan antara 15 sampai dengan 30 derajat.
Sebagai adanya akibat sungai Ciliwung yang melintas wilayah Kelurahan
Condet Balekambang dan lokasi ini umumnya di tumbuhi pohon buah-
buahan seperti salak, duku, melinjo, kecapi dan lainnya dan terkadang masih
terlihat binatang jenis kera dan landak, sehingga tahun 1975 Kelurahan
Balekambang ditetapkan sebagai kawasan cagar buah-buahan khas Jakarta
(Betawi) di Kelurahan Condet Balekambang yang pengawasan dan
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta.3
Sementara itu, keadaan iklim Kelurahan Condet Balekambang seperti
suhu rata-rata pertahun adalah 27 derajat celcius dengan tingkat kelembaban
80% sampai dengan 90%. Pada bulan November sampai dengan April, arah
angin dipengaruhi oleh angin Muson Barat, dan pada bulan Mei sampai
dengan Oktober oleh angin Muson Timur. Curah hujan rata-rata sepanjang
tahun adalah 2000 militer, di mana curah hujan seperti pada umumnya
tertinggi terjadi sekitar Januari dan terendah sekitar bulan September.
B. Latar Belakang Ekonomi dan Pendidikan
1. Latar Belakang Ekonomi
Penduduk Wilayah Condet Balekambang masyarakatnya tidak hanya
terdiri dari masyarakat asli Jakarta atau dari daerah lain di Indonesia namun
kini masyarakatnya mulai berubah dengan adanya pencampuran menerima
pendatang penduduk dari Negara asing terutama dari Negara Arab, mereka
3 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Gambaran Umum Wilayah, h. 2.
36
berasimilasi dengan masyarakat setempat (Jakarta) baik dalam bidang sosial
ataupun budaya. Dapat kita lihat di wilayah Condet Balekambang ini
masyarakat keturunan Arab sebagian besar memiliki aktivitas sebagai
pedagang.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Benar Sigalinging:4
“Kalau yang saya tau mah kebanyakan kerjaan orang-orang keturunan Arab yang tinggal di sini ya sebagai pedagang minyak wangi tapi selaen itu ada juga yang kerja buka warung makanan.” Tentu hal ini mereka lakukan selain bertujuan untuk berputarnya
perekonomian mereka namun juga sebagai bentuk berasimilasinya mereka
dengan masyarakat setempat (Condet Balekambang) dan juga untuk
memperkuat ikatan persaudaraan mereka dengan masyarakat setempat dalam
transaksi jual-beli. Selain itu hal ini di dukung dengan adanya sikap toleransi
antar keduanya, inilah yang memudahkan mereka untuk berasimilasi.
Saat ini penduduk Condet Balekambang memiliki mata pencaharian
bermacam-macam, tetapi tidak ada data yang menjelaskan secara khusus
mengenai pekerjaan orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang.
Namun umumnya, keadaan sosial ekonomi masyarakat Condet
Balekambang merupakan kalangan menengah ke atas. Dalam laporan tahun
2009 jumlah penduduk Condet Balekambang berdasarkan mata pencaharian
yang terlihat dalam tabel di bawah ini:5
4 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. 5 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, h. 11.
37
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
Mayoritas penduduk Condet Balekambang adalah berprofesi sebagai
pedagang atau wiraswasta. Sekitar 4.280 dari penduduknya tercatat sebagai
karyawan swasta/TNI/POLRI, 5.172 orang sebagai pedagang, 485 orang
sebagai buruh tani, 2.254 orang sebagai pensiunan, 227 orang sebagai
pertukangan, dan sisanya 89 orang adalah pengangguran.
Kemudian masyarakat Balekambang juga memiliki sejumlah bidang
usaha untuk meningkatkan perekonomian pada masyarakat tersebut
diantaranya yaitu adanya Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU). Koperasi
Serba Usaha yang ada di Kelurahan Balekambang bersama KSU agar Budaya
yang mendapat pembinaan dari Kanwil Departemen Koperasi namun
keberadaannya sampai saat ini sudah tidak aktif lagi adapun koperasi yang
ada di Wilayah Kelurahan Balekambang sebagai berikut:6
6 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU,) h. 19.
38
a) Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU)
No NAMA KOPERASI JUMLAH ANGGOTA 1 KSU Cagar Budaya orang 2 Lestari Mandiri 134 orang Jumlah 134 orang
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
b) Pembinaan Usaha Ekonomi Lemah
Pembinaan yang kami lakukan terhadap Usaha Ekonomi Lemah,
dalam bentuk pengarahan dan bantuan modal usaha PPMK tahun 2008
bidang ekonomi yang di gulirkan yang ada di Kelurahan Condet
Balekambang. Selanjutnya sesuai permintaan dan harapan Pemerintah
melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Propinsi DKI Jakarta.
Kami mengusulkan agar diadakan pembinaan langsung terhadap
usaha ekomomi lemah tersebut, sehingga dapat dicapai hasil menuju
kemandirian yang optimal, yang selanjutnya dapat diikut sertakan dalam
pameran atau bazar-bazar bagi Pengusaha Ekonomi Lemah. KSU yang ada di
Kelurahan Balekambang bersama KSU Cagar Budaya yang mendapat
pembinaan dari kanwil Departemen Koperasi.
2. Latar Belakang Tingkat Pendidikan
Adanya program pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah di
wilayah Kelurahan Condet Balekambang menjadi sebuah kebutuhan yang
sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan dan memberantas buta huruf
di wilayah tersebut. Masyarakat dengan antusias dan penuh kesadaran
menyekolahkan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah yang telah dibangun
oleh pemerintah di wilayah tersebut.
39
Mereka menyekolahkan anak-anak mereka dari SD sampai SLTA,
adapun untuk sampai melanjutkan ke Perguruan Tinggi masyarakat hanya
sebagian kecil saja masyarakat yang mampu melanjutkannya, salah satu yang
menyebabkan hal ini adalah karena faktor perekonomian mereka yang tidak
mampu mencukupi biaya untuk sampai pada Pendidikan Perguruan Tinggi.
Bagi mereka yang berpendidikan sampai tingkat SLTA, mencoba
membantu orang tua mereka dengan bekerja misalnya membantu orang
tuanya berjualan. Wilayah Kelurahan Condet Balekambang saat ini sudah
melakukan pendataan terhadap jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.
Adapun jumlah murid laki-laki dan perempuan di wilayah Condet
Balekambang terlihat jelas dalam tabel di bawah ini:7
Tabel 3. Jumlah Murid Laki-Laki dan Perempuan
No PENDIDIKAN LK PR JUMLAH 1 Tidak tamat SD 312 338 650 2 Tamat SD 513 459 972 3 Tamat SLTP 1357 1134 2491 4 Tamat SLTA 682 737 1419
5 Tamat Akademi/PT
262 301 563
JUMLAH 3.126 2.969 6.095 Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesadaran penduduk
akan pentingnya pendidikan cukup tinggi, sehingga banyak orang tua yang
menyekolahkan anak-anak mereka dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa tingkat kesadaran akan
7 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Murid Laki-laki dan Perempuan, h. 10.
40
pentingnya pendidikan terlihat dari besarnya murid-murid yang mengenyam
pendidikan dibangku sekolah, di wilayah Condet Balekambang tersebut.
C. Hubungan Keturunan Arab dengan Masyarakat Pribumi
Hubungan keturunan Arab dengan masyarakat pribumi khususnya
masyarakat Condet Balekambang atau disebut juga dengan interaksi sosial
sering di identikan dengan adanya perasaan bersama di antara para pelakunya
serta di dalamnya terdapat suatu hubungan sosial antara individu ataupun
kelompok masyarakat, yang diakibatkan adanya interaksi sosial tersebut yang
menghasilkan sebuah sikap saling memerlukan antar satu dengan yang
lainnya.
Dalam hal ini hubungan yang saling membutuhkan dan saling
melengkapi terlihat pada masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat
sekitarnya di kelurahan Condet Balekambang.
Yang di jadikan indikator terhadap sikap saling membtuhkan kedua
komunitas tersebut yakni berada dalam kegiatan kemasyarakatan yang
berhubungan dengan nilai yang berada dalam masyarakat (sifat saling
membantu) misalnya partisipasi dalam kerja bakti, dan dalam hal menjaga
keamanan dan kenyamanan (tugas ronda) di wilayah tersebut.
Dari hasil pengamatan, penulis mendapatkan informasi baik dari
masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang
menceritakan keikutsertaan mereka dalam kerja bakti maupun dalam
menjalankan tugas ronda.
41
Kegiatan kerja bakti dilakukan secara bersama-sama baik keturunan
Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, beberapa orang dari warga
keturunan Arab bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk kerja bakti
bersama untuk kepentingan umum.
Namun jika tidak bisa mengikuti kerja bakti maka mereka bisa
memberikan sumbangan. Mereka melakukan hal ini dengan alasan kesibukan
mereka dalam aktivitas kerja misalnya sebagai pedagang. Kalaupun ada yang
ikut kerja bakti bersama masyarakat Condet Balekambang, mereka ini
memang tidak sibuk dengan pekerjaannya serta sejak kecil sudah terbiasa
untuk melakukan pekerjaan tersebut bersama masyarakat Condet
Balekambang.
Menurut informan Salahudin bin Thohir bin Yahya:8
“Menurut gue sih sebagai bagian dari masyarakat sini ya seneng aja kalo diajak sama masyarakat sini buat kerja bakti, kalo ada waktu dan nggak sibuk sama kerjaan gue sih ikut aja.” Sedangkan kegiatan menjaga keamanan dan kenyamanan (tugas
ronda) yang dilakukan setiap malam di kelurahan Condet Balekambang
merupakan kegiatan yang menguntungkan baik bagi warga keturunan Arab
maupun warga Condet Balekambang, kegiatan ini di lakukan demi menjaga
keamanan lingkungan bersama dan memiliki satu tujuan yaitu rasa aman dan
nyaman untuk tinggal dan menetap di wilayah tersebut.
8 Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010.
42
Menurut informan Bapak Benar Sigalingging:9
“Kalo masalah tugas ronda ya memang saya sangat nganjurin banget bahkan udah ngajak warga disini baik keturunan Arab atau warga Condet, ayo bareng-bareng kita tugas ronda malem buat ngejaga agar lingkungan kita aman dan nyaman gitu.” Dari hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat di ambil
kesimpulan bahwa hubungan sosial antara keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang terlihat dalam melakukan kerja bakti dan
kegiatan menjaga keamanan (tugas ronda ) yang di lakukan secara bersama-
sama baik masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet
Balekambang yang bertujuan untuk kepentingan umum, partisipasi antar
kedua belah pihak terjadi sangat baik.
9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
BAB IV
ASIMILASI MASYARAKAT KETURUNAN ARAB DENGAN
MASYARAKAT CONDET BALEKAMBANG
A. Bentuk dan Proses Asimilasi
Komunitas keturunan Arab di sebut sebagai golongan minoritas yang
berbaur atau berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai
golongan mayoritas. Hubungan sosial yang terjadi antar keduanya melalui
bentuk dan proses asimilasi. Bentuk dari asimilasi adalah:1
1. Asimilasi melalui perkawinan (amalgamasi)
2. Asimilasi melalui kebudayaan atau perilaku perubahan dalam pola
kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas
(baik secara bahasa, pakaian, dan makanan)
Kedua bentuk asimilasi diatas akan sangat berpengaruh dalam proses
terjadinya asimilasi.
Asimilasi melalui perkawinan, merupakan sebuah ikatan suci yang
sudah terjadi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang. Kesamaan agama (Islam) sudah tentu menjadi salah satu faktor
yang memudahkan terjadinya proses asimilasi terutama dalam perkawinan
tersebut. Seperti yang sudah di jelaskan dalam bab satu sebelumnya bahwa
masyarakat keturunan Arab memiliki susunan atau strata suatu golongan
misalnya sayid dan bukan sayid.
1 Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 175.
43
44
Sayid adalah identifikasi diri sekelompok orang Arab yang
menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini beranggapan
mereka keturunan anak perempuan nabi yaitu Fatimah istri Ali bin Abi thalib.
Bagi mereka yang tidak tergolong sayid berarti tidak mempunyai garis
keturunan langsung dengan Nabi Muhammad Saw. Strata sayid di atas sangat
berkaitan terutama bagi komunitas keturunan Arab yang melangsungkan
asimilasi perkawinan dengan masyarakat Condet Balekambang, bagi
keturunan Arab strata sayid bertujuan agar garis keturunan mereka tidak
terputus. Sedangkan strata tidak sayid tidak berpengaruh atau berkaitan bagi
garis keturunan Arab dalam melangsungkan asimilasi perkawinan dengan
masyarakat Condet Balekambang.
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, ditemukan adanya warga
keturunan Arab yang tergolong sayid yang menjelaskan bahwa mereka
memiliki keluarga yang menikah dengan warga Condet Balekambang (anak
laki-laki keturunan Arab yang menikah dengan warga Condet), hal ini
menurut mereka (keturunan Arab) bertujuan untuk menjaga garis keturunan
mereka.
Seperti yang diungkapkan oleh Umi Seli:2
“Kalo anak perempuan saya mau nikah, dia harus nikah dengan laki-laki Arab, tapi kalo anak laki-laki saya menikah terserah dia mau milih nikah dari keturunan Arab atau gak dari keturunan Arab.” Sedangkan bagi masyarakat keturunan Arab yang tidak tergolong
sayid, tidak mempermasalahkan anak mereka harus menikah dengan siapa
(baik dari keturunan Arab maupun sebaliknya).
2 Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
45
Menurut mereka Allah SWT telah menciptakan hamba-hambanya dari
berbagai suku dan bangsa untuk saling mengenal, bahkan sampai menikahpun
tidak harus dari keturunan Arab.
Seperti yang dikatakan oleh Salimah Al-Jufri:3
“Saya mah ngasih kebebasan aja ma anak-anak untuk nikah sama sapa aja, mau dari keturunan Arab atau nggak dari keturunan Arab yaa nggak masalah.”
Kemudian dalam melangsungkan adat pernikahan keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang kita akan menemukan adanya
perpaduan budaya campuran (asimilasi budaya sekaligus proses asimilasi
yang sudah terjadi di dalamnnya) dari masyarakat Arab dan Betawi (Condet
Balekambang). Asimilasi melalui perkawinan yang mereka gunakan
disesuaikan dengan tatacara dalam Islam salah satunya adanya peminangan.
Sedangkan adat tambahan dari keturunan Arab yaitu adanya (malam
pacar) yaitu malam sebelum hari akad calon pengantin perempuan melakukan
tradisi yang biasa di lakukan calon pengantin perempuan pada tradisi Arab
yaitu pasang pacar di kuku calon mempelai perempuan yang dilakukan
kerabat dekat dari perempuan terutama teman-teman dari mempelai
perempuan (yang dilakukan keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang) yang secara bergantian memasangkan pacar di kuku calon
pengantin sambil mendoakannya.
Kemudian terdapat pula adanya (tarian syamar) yaitu tarian orang
Arab yang hanya di lakukan oleh kaum laki-laki saat resepsi pernikahan,
mereka biasanya menari japin sambil memutarkan badannya mengikuti irama
3 Wawancara Pribadi dengan Salimah Al- Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
46
gendang (yang dilakukan oleh keturunan Arab dengan warga Condet
Balekambang). Adanya malam pacar dan tarian syamar, terungkap dari
pernyataan baik informan dari keturunan Arab maupun informan dari
masyarakat Condet Balekambang.
Seperti yang diungkapkan oleh Salahuddin bin Thohir bin Yahya:4
“Emang bener kalo lagi da acara nikahan dari orang-orang keturunan Arab ma orang pribumi, yang namanya malem pacar dan tarian syamar udah jadi tradisi orang-orang kita yang wajib di adain.” Sama halnya yang diungkapkan oleh Ibu Bulan Indah:5
“Yang saya tahu malem pacar dan nari syamar itu memang ada di acara nikahan orang-orang keturunan Arab yang udah di siapin ma mereka buat ngeramein acara nikahan apalagi di situkan kita bisa tahu ternyata ya masih ada adat Arab yang menarik untuk bisa kita lihat dan pelajari.” Selanjutnya adanya permainan musik marawis yang di meriahkan
dalam acara pernikahan tersebut, baik orang-orang keturunan Arab maupun
masyarakat Condet Balekambang bersama-sama bermain memainkan musik
marawis tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Via:6
“Temen saya ada yang kawin ma keturunan Arab, biar mereka bisa ngeramein acara nikahan itu biasanya mereka memang nggak lepas dari yang namanya nampilin maen musik marawis.”
4 Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010. 5 Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010. 6 Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010.
47
Sama halnya yang di katakan oleh saudara Tomy:7
“kalo pada dateng ke acara nikahan keturunan Arab, bakal di temuin adanya orang-orang kite yang ikut-ikutan maen marawis ma orang-orang keturunan Arab.” Serta adanya pakaian yang digunakan keturunan Arab saat menikah
adalah pakaian jubah, sedangkan dari masyarakat Condet Balekambang
menggunakan adat Betawi.
Seperti yang di ungkapkan oleh Via:8
“Biasanya yang saya liat kalo laki-laki keturunan Arab nikah ma orang pribumi, laki-lakinya biasanya makai baju jubah sedangkan kalo cewenya yaa makai baju Betawi.” Dengan berasimilasinya dua komunitas tersebut melalui pernikahan
dan melalui budaya, maka di dalamnya sudah terjadi proses asimilasi dengan
saling menyesuaikan diri untuk bisa menerima perbedaan budaya masing-
masing terutama bagi masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok
minoritas yang berbaur dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai
kelompok mayoritas.
Selain asimilasi adat atau budaya perkawinan yang telah di jelaskan
diatas, masih ada satu lagi adat yang akan kita temukan dalam proses
asimilasi adat pernikahan laki-laki keturunan Arab dengan wanita Betawi
(Condet Balekambang). Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, di
temukan adanya warga keturunan Arab yang menjelaskan bahwa pernikahan
yang terjadi antara laki-laki keturunan Arab dengan wanita Betawi (Condet
Balekambang) dalam persiapan pernikahan, barang-barang yang di butuhkan
7 Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. 8 Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010.
48
seperti pakaian pengantin, tempat tinggal mereka dan lain-lain. Semuanya di
siapkan oleh calon pengantin laki-laki dari keturunan Arab.
Seperti yang di paparkan oleh Bapak Khalid:9
“Udah jadi kewajiban calon pengantin laki-laki, buat nyiapin segala macem barang-barang yang dibutuhkan kalo udah siap mau nikah.” Sedangkan Bentuk asimilasi melalui kebudayaan yang dimaksud
adalah perubahan pola kebudayaan dengan menyesuaikan diri dengan
kelompok mayoritas seperti cara berpakaian, berbahasa, dan cara membuat
makanan. Bentuk asimilasi kebudayaan yang telah di jelaskan tersebut akan
menjadi hal penting untuk mengetahui terjadinya proses asimilasi di
dalamnya.Dalam hubungannya dengan penelitian terhadap masyarakat
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang di wilayah tersebut,
masih perlu di buktikan kebenarannya. Guna keperluan tersebut akan
dilakukan observasi dari kedua belah pihak. Dari segi yang akan di paparkan
di atas (makanan, pakaian, upacara pernikahan, serta bahasa) akan di jadikan
ukuran mencari jawaban permasalahannya.
Dari segi makanan dan pakaian, masyarakat keturunan Arab telah
beradaptasi pada makanan Indonesia begitupun cara berpakaian merekapun
sudah mengikuti pakaian Indonesia, khususnya sudah mengikuti tradisi dari
masyarakat Condet Balekambang.
9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009.
49
Bentuk asimilasi kebudayaan diatas terungkap dari pernyataan
beberapa informan yang menceritakan bagaimana mereka bisa (proses)
berasimilasi antara warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang.
Seperti yang diungkapkan informan Bapak Khalid:10
“Karna saya udah lama tinggal di daerah Condet ini, jadi kalo adat apapun baik dari cara berpakaian atau ngebuat makanan ya udah ngikutin tradisi orang-orang disini.” Sama halnya yang di ungkapkan oleh Umi Seli:11
“Kalo saya buatin makanan atau masakan yaa udah ngikutin tradisi di masyarakat sini, gitu juga kalo cara kita pada berpakaian nggak ada yang beda kok sama aja dengan warga sini.” Sedangkan mengenai bahasa yang di gunakan masyarakat keturunan
Arab dalam berkomunikasi dengan masyarakat Condet Balekambang, mereka
menggunakan bahasa Indonesia.
Seperti yang diungkapkan oleh Salahuddin bin Thohir bin Yahya:12
“Kalo gue sih ngobrol ma temen-temen atau sapa aja ya gue samain aja sama mereka makai bahasa Indonesia.” Sedangkan bagi masyarakat Condet Balekambang menurut mereka
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sangat memudahkan mereka untuk
bisa berbicara. Hal ini menurut mereka disebabkan karena antar mereka mau
berasimilasi dengan saling bersikap toleransi dan simpati, salah satunya
dalam berbahasa.
10 Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. 11 Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 12 Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010.
50
Seperti yang diungkapkan Tomy:13
“Nggak ada kesulitan kalo ngomong ma orang-orang keturunan Arab soalnya mereka kan udah bisa dan terbiasa nyesuein pake bahasa Indonesia.” Sama halnya yang diungkapkan Ibu Bulan Indah:14
“Saya punya temen keturunan Arab, dia itu bisa berbahasa Arab tapi kalo dia lagi ngobrol sama saya ya dianya nyamain pake bahasa Indonesia yang kebetulan dia udah bisa dan lebih seneng berbahasa Indonesia.” Dari gambaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa baik
masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang,
berbaur bersama (berasimilasi) melalui perkawinan dan menyesuaikan diri
melalui budaya (bahasa, makanan, pakaian), dari dua bentuk asimilasi
tersebut di dalamnya sudah terjadi proses asimilasi baik dari masyarakat
keturunan Arab maupun dari masyarakat Condet Balekambang. Dengan
adanya proses asimilasi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
kebudayaan kelompok minoritas (keturunan Arab) kepada kelompok
mayoritas (masyarakat Condet Balekambang).
Proses asimilasi mengarah pada perubahan perilaku masyarakat
keturunan Arab yang terlihat dari sikap menerimanya perbedaan adat-istiadat
dari masyarakat Condet Balekambang. Dengan berasimilasinya melalui
perkawinan dari dua komunitas tersebut, mereka sudah bisa menerima
perbedaan adat atau budaya masing-masing yang digunakan seperti adanya
adat malam pacar, tarian syamar yang dilakukan oleh keturunan Arab
bersama masyarakat Condet Balekambang, bermain musik marawis, dan 13 Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. 14 Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010.
51
berpakaian (jubah) yang digunakan keturunan Arab sedangkan masyarakat
Condet Balekambang mengggunakan adat Betawi.
Serta dalam berkomunikasi bahasa kedua komunitas tersebut bersama-
sama menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai kelompok minoritas yang
tinggal dan menetap berpuluh tahun berbaur dengan masyarakat Condet
Balekambang, adat atau budaya dari masyarakat keturunan Arab hanya
terlihat dalam adat perkawinan saja namun adat tersebutpun sudah mulai di
tinggalkan oleh mereka karena mereka sudah berasimilasi mengikuti adat-
istiadat dari masyarakat Condet Balekambang. Jadi adanya perbedaan etnis
tidak menghambat masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet
Balekambang untuk berasimilasi.
B. Faktor Yang Mendukung Asimilasi
Asimilasi sebagai proses sosialisasi antara komunitas keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang akan berjalan dengan baik jika
diantara dua komunitas tersebut memiliki factor-faktor yang mendukung
asimilasi. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi yaitu:
1. Adanya sikap toleransi budaya
2. Perkawinan campuran dan
3. Adanya kesamaan agama15
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, ditemukan adanya
ketiga faktor diatas yang menjadi pendukung proses terjadinya asimilasi
masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.
15 Selo Soemardjan, Streotip Etnik Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 197.
52
Dengan adanya faktor toleransi budaya atau sikap saling menghargai
adat-istiadat seperti dalam berbahasa, cara membuat makanan, dan cara
berpakaian menjadi faktor yang memudahkan terjadinya proses asimilasi
antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang
dilokasi penelitian. sikap toleransi budaya tersebut terungkap dari pernyataan
beberapa informan.
Seperti yang diungkapkan oleh informan Salimah Al- Jufri:16
“Buat gue yang penting bergaul ma masyarakat disini sih tinggal gimana kita saling ngargain aja deh, ya mau dari cara berbahasa, cara berpakain ampe ngebuat makanan ya ngikutin tradisi masyarakat di sini aja.” Sama halnya yang diungkapkan oleh informan Bapak Benar
Sigalingging:17
“Menurut saya sih bergaul ma keturunan Arab di daerah sini ya saling toleran aja ma masing-masing budaya, kan enak kalo sama-sama akur.” Selanjutnya faktor yang mendukung asimilasi melalui perkawinan
campuran yaitu perkawinan yang terjadi antara masyarakat keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang. Sikap saling menghargai atau
menerima etnis yang berbeda dalam sebuah perkawinan tentu akan sangat
memudahkan terjadinya asimilasi.
16 Wawancara Pribadi dengan Salimah Al-Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 17 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
53
Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan informasi dari masyarakat
keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang menceritakan
sikap dari dua komunitas tersebut yang saling terbuka (toleransi) dalam
menerima perkawinan yang berbeda etnis.
Seperti yang diungkapkan oleh informan Aci:18
“Menurut saya nggak ada masalah ya kalopun ada orang kita yang kawin ma keturunan Arab, yang penting mereka kan sama-sama suka dan punya satu aqidah yang sama gitu” Sedangkan menurut informan Umi Seli:19
“Saya ngerasa seneng aja kalo da masyarakat di luar keturunan Arab ada yang mau nikah ma keturunan Arab, kalopun kita beda budaya toh bukan berarti kita nggak boleh nikah kan.” Sama halnya yang diungkapkan Bapak Benar:20
“Menurut saya biarin aja ya kalo ada orang keturunan Arab yang mau nikah sama masyarakat sini, kan itu pilihan mereka yang mau nikah sama sapa aja.”
Dan yang terakhir yaitu adanya kesamaan agama ((Islam). Dalam
kehidupan sehari-hari faktor agama menjadi suatu hal yang sangat penting
menjadi pendorong terwujudnya asimilasi sosial yang baik. Adanya nilai,
ajaran etika sosial dan perilaku keagamaan yang dimiliki oleh tiap-tiap
individu bertujuan untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang serta dengan
adanya agama menghilangkan perbedaan diantara mereka baik dari segi etnis
maupun budaya yang memang sama-sama memiliki latar belakang yang
berbeda.
18 Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009. 19 Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 20 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
54
Islam sebagai agama yang memiliki ajaran yang universal banyak
dianut oleh masyarakat keturunan Arab ataupun masyarakat Condet
Balekambang yang sebagian besar berasal dari masyarakat Betawi, dalam
ajaran Islam terdapat berbagai doktrin dan ajaran yang harus dilakukan dan
ditaati oleh masing-masing individu, sehingga memunculkan adanya ikatan
tali persaudaraan dan sikap kekeluargaan antara indidu yang satu dengan
yang lainnya.
Salah satu sifat yang masih membudaya dan sudah menjadi tradisi
antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang
ialah kegiatan keagamaan yang masing-masing saling mengamalkan ilmu
agamanya sebagai bentuk kerjasama dalam mensyiarkan ajaran Islam di
lingkungan masyarakat setempat.
Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa faktor agama
khususnya agama Islam merupakan faktor yang paling kuat, karena dengan
adanya kegiatan keagamaan ini dapat mewujudkan suatu persatuan dan
kesatuan antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang yang memiliki perbedaan adat-istiadat budaya. Kegiatan
keagamaan yang dilakukan seperti Maulid Nabi SAW, merayakan Hari Raya
Idul Fitri dan Idul Adha.
Kegiatan yang di selenggarakan secara bersamaan seperti peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap tahun di Kelurahan
Condet Balekambang merupakan salah satu acara tahunan yang tidak bisa
dipisahkan oleh kedua masyarakat tersebut. Kegiatan ini tentu melibatkan
panitia gabungan dari orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat
55
Condet Balekambang, Dalam kegiatan ini jelas terlihat kerjasama antara
masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Kedua
kelompok masyarakat tersebut saling tolong menolong memberikan bantuan
baik material maupun jasa untuk terlaksananya acara tersebut dengan lancar.
Bantuan material dapat dilihat dalam acara tersebut yaitu masyarakat
keturunan Arab tidak lupa memberikan bantuan kepada anak-anak yatim
piatu khususnya pada masyarakat Condet Balekambang yang ada di
sekitarnya, begitupun masyarakat Condet Balekambang yang memiliki rizki
yang banyak ikut berpartisipasi memberikan bantuannya kepada anak-anak
yatim, bantuan yang di berikan biasanya berupa uang dan sembako yang di
berikan kepada anak-anak yatim. Bantuan ini biasanya di salurkan melalui
yayasan sosial di Kelurahan Condet Balekambang yang bernama Al- Hawi.
Sedangkan bantuan dalam bentuk jasa antara masyarakat keturunan
Arab dengan masyarakat Condet Balekambang bekerjasama dalam
menyiapkan konsep acara, mereka saling bertukar pikiran atau pendapat
bagaimanakah acara Maulid Nabi Muhammad SAW dapat berjalan dengan
lancar.
Dari pengamatan di lokasi penelitian, penulis menemukan beberapa
informasi yang berkaitan dengan asimilasi kegiatan keagamaan yang di
lakukan oleh masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet
Balekambang.
56
Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara Tomy:21
“Kalo lagi ada Maulid Nabi SAW, bukan orang kita aja yang pada ngikut dalam acara itu tapi ada juga orang-orang keturunan Arab termasuk para habaib yang ngisi ceramah trus ada santunan anak yatim dan penampilan marawis yang di tampilin ma orang-orang kita yang gabung dengan keturunan Arab”
Sama halnya yang diungkapkan oleh Aci:22
“Emang biasanya yang saya tau kalo ada Maulid Nabi SAW orang-orang keturunan Arab pada ngasih sembako ama santunan anak yatim, biasanya mereka ngasih buat tetangga sini yang deket rumahnya dengan mereka gitu.” Kegiatan keagamaan lainnya seperti perayaan Idul Fitri dan Idul Adha
yang dilakukan oleh masyarakat keturunan Arab bersama masyarakat Condet
Balekambang. Pada Perayaan Idul Fitri masyarakat keturunan Arab berbaur
bersama dengan masyarakat Condet Balekambang untuk saling
bersilahturahmi dan bermaafan.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Khalid:23
“Bagi saya, ya udah jadi kebiasaan kita ya orang-orang keturunan Arab buat ngunjungi para tetangga disini untuk saling bermaafan, gitu juga masyarakat disini ada juga yang pada dateng kerumah saya untuk bermaaf-maafan.” Sama halnya yang di katakan oleh Bapak Benar Sigalingging:24
“Kalo lebaran memang udah jadi tradisi kita buat bermaaf-maafan sama sapa aja termasuk orang-orang keturunan Arab, lagi pula kadang malah mereka duluan yang minta maaf sama kita.” Kemudian pada perayaan Idul Adha, masyarakat keturunan Arab dan
masyarakat Condet Balekambang saling bekerjasama menyambut hari raya
tersebut. Asimilasi warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet
21 Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. 22 Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009. 23 Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. 24 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
57
Balekambang terlihat dari adanya masyarakat Condet Balekambang yang ikut
menjual (pembantu) hewan Qurban bersama keturunan Arab.
Seperti yang dikatakan oleh Salahudin:25
“Gue sih seneng dan trimakasih banget buat temen-temen gue yang udah bantu gue ngejualin hewan-hewan qurban di daerah Condet ini.” Sama halnya yang diungkapkan oleh Tomy:26
“Kalo ada keturunan Arab yang minta bantuin ngejualin hewan qurban ya saya mau aja, toh udah jadi pekerjaan saya kalo setiap Idul Adha ngebantu masyarakat di sini ngejual hewan-hewan qurban gitu.” Dalam menyambut Hari Raya tersebut masyarakat keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang yang memiliki usaha sebagai
pengusahha sapi dan kambing perah bersama-sama menjual hewan qurban,
yang akan dijual untuk menyambut Hari Raya tersebut.
Di bawah ini akan kita lihat laporan dari Kelurahan Condet
Balekambang nama-nama pengusaha sapi dan kambing perah pada tahun
2009.
Tabel 4. Nama-Nama Pengusaha Sapi dan Kambing Perah
Di Wilayah Kelurahan Condet Balekambang Kecamatan Kramat Jati
Kota Administrasi Jakarta Timur
Jenis Ternak Ket No Nama Alamat Sapi Kambing
1 Haironih Jl. Pangeran RT. 006/02
7 Ekor - Sapi perah
2 M. Amin Jl. Kramat Growak RT. 007/05
14 Ekor - Sapi perah
3 H. Saamin Jl. AMD 28 RT. 12 Ekor - Sapi perah
25 Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010. 26 Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010.
58
004/05 4 Habib
Salim Jl. Gardu Kober RT. 008/05
80 Ekor 400 Ekor Sapi dan kambing
5 Nanto JL. AMD 28 RT. 004/05
24 Ekor - Sapi perah
Jumlah 137 Ekor
400 Ekor
Sumber Data Kelurahan Condet Balekambang Tahun 2009.
Dari tabel di atas jenis ternak sapi berjumlah 137 ekor dan kambing
perah berjumlah 400 ekor hewan ini dijual pada musim haji atau bertepatan
pada hari raya Idul Adha.27
Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang
mendukung asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang di lokasi penelitian ialah (1) adanya sikap toleransi budaya atau
sikap saling menghargai dalam adat-istiadat seperti dalam berbahasa, cara
membuat makanan, dan cara berpakaian mereka terutama bagi masyarakat
keturunan Arab yang sudah mengikuti adat atau budaya dari masyarakat
Condet Balekambang, namun sebaliknya bagi masyarakat Condet
Balekambang tetap menghargai mereka sebagai etnis yang juga memiliki
budaya berbeda, (2) adanya perkawinan campuran yaitu dari hasil penelitian
ditemukan orang-orang keturunan Arab yang menikah dengan masyarakat
Condet Balekambang, bagi mereka perkawinan yang terjadi dengan
perbedaan etnis menjadi suatu hal baru untuk bisa saling mengenal dan
menerima adat-istiadat yang berbeda, serta (3) adanya kesamaan agama
(Islam) menjadi faktor yang sangat penting terwujudnya asimilasi yang
27 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Daftar Nama-Nama Pengusaha Sapi dan Kambing Perah, h. 36.
59
terjadi bagi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang yang sebagian besar beragama Islam.
Berasimilasinya dua komunitas tersebut terlihat dalam kegiatan
keagamaan yang di lakukan secara bersama-sama seperti dalam acara Maulid
Nabi SAW, hari Raya Idul Fitri dan hari Raya Idul Adha yang penuh dengan
suasana kebersamaan antara mereka. Ketiga faktor diatas yang terjadi dalam
berasimilasi tentu akan mengarah untuk terwujudnya integrasi sosial.
C. Faktor Yang Menghambat Terjadinya Asimilasi
Proses sosialisasi asimilasi masyrakat keturunana Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang tidak akan berjalan lancar bila diantara dua
komunitas tersebut masih terdapat faktor yang menghambat mereka untuk
berasimilasi.
Menurut Hendropuspito dalam bukunya Sosiologi Sistematik,
menjelaskan bahwa faktor yang menghambat asimilasi adalah:28
1. Unsur ras dan warna kulit yang jauh berbeda antara suku yang
satu dengan yang lainnya (ras kulit hitam, putih, dan ras kulit
kuning) serta
2. Faktor psikologis (sikap superior dari golongan etnis yang merasa
dalam segala hal merasa dirinya lebih tinggi)
Dari hasil pengamatan, penulis mendapatkan informasi terutama dari
masyarakat Condet Balekambang yang merasakan adanya hambatan dalam
berasimilasi dengan masyarakat keturunan Arab yaitu adanya perbedaan
28 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, h. 233-234.
60
unsur ras dan warna kulit di antara mereka. Bagi masyarakat Condet
Balekambang yang berbaur dengan keturunan Arab, orang–orang keturunan
Arab di nilai oleh masyarakat Condet Balekambang sebagai komunitas yang
menyombongkan diri dari unsur ras dan warna kulit yang berbeda yaitu
orang-orang keturunan Arab yang merasa dirinya lebih bagus bentuk fisiknya
dan warna kulitnya dari pada orang-orang pribumi khususnya dengan
masyarakat Condet Balekambang. Tetapi hal ini terjadi hanya pada sebagian
kecil saja dari warga keturunan Arab, dimana perasaan atau sikap seperti ini
biasanya di lakukan oleh anak-anak keturunan Arab yang suka mengejek
anak-anak pribumi.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Bulan Indah:29
“Kalo yang saya tau ya memang anak-anak keturunan Arab itu ada sebagian yang memang suka iseng ngejek temen-temennya khususnya anak-anak pribumi misalnya katanya kalo orang Arab tu hidung mancung dan wajahnya cakep-cakep di banding ma orang kita gitu.” Sama halnya yang dikatakan oleh Bapak Benar Sigalingging:30
“Biasenye sih anak-anak keturunan Arab yang pada belagu dengan fisiknya atau ngersa lebih cakep dah dari orang-orang kita, mereka pada iseng aje ngata-ngatain anak pribumi tapi biarin aja dah namanya juga anak-anak, nggak usah ditanggepin.” Serta faktor berikutnya yang menghambat asimilasi adalah adanya
faktor psikologis. Faktor psikologis adalah sikap superior dari golongan etnis
yang merasa dalam segala hal dirinya lebih tinggi. Sikap seperti ini umumnya
ditunjukkan oleh orang-orang keturunan Arab kepada masyarakat Condet
Balekambang. Sikap yang ditunjukkan salah satunya adalah melekatnya 29 Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010. 30 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
61
identitas para habaib dalam diri mereka, yang ingin selalu dihargai atau di
hormati orang-orang pribumi khususnya dengan masyarakat Condet
Balekambang.
Dari hasil pengamatan penulis mendapatkan informasi adanya orang-
orang keturunan Arab yang memiliki sikap superior yang berasimilasi dengan
masyarakat Condet Balekambang. Sikap superior ini di identikan adanya
panggilan habaib bagi orang-orang keturunan Arab yang dimanfaatkan oleh
mereka agar di hormati atau disegani oleh masyarakat Condet Balekambang.
Hal ini terungkap dari beberapa pernyataan dari masyarakat Condet
Balekambang yang disampaikan kepada penulis.
Seperti yang diungkapkan oleh Aci:31
“Kalo saya sih kurang suka aja ngeliat orang-orang kita tu yang terlalu berlebihan ngormati orang-orang keturunan ditambah kadang-kadang ada masyarakat sini yang sebenernya nggak tau sebutan habaib tu khusus buat sapa, kebanyakan setiap orang Arab itu di bilang mereka habaib gitu, ya jelaslah keawaman mereka tentang habaib di manfatin deh ma keturunan Arab yang mungkin agar di segeni ma orang-orang kita padahal mereka bukanlah habaib.”
Begitu juga yang diungkapkan oleh Via:32
“Yaa sebenernya sebutan habaib itukan memang untuk orang-orang keturunan yang mungkin bener-bener masih ada silsilah dengan Nabi, tapi sayangnya ada sebagian orang-orang keturunan Arab itu yang manfaatin gunain sebutan habaib cuma karna mau di segani oleh masyarakat disini.” Sama halnya yang diungkapkan oleh Bapak Benar Sigalingging:33
“Orang-orang keturunan Arab itu ya bangga banget kalo di panggil sebutan habaib sama orang-orang kita, biasanya kalo ada acara Maulid orang-orang kita ya pada rebutan nyium tanggan mereka, saking ngormati mereka gitu.”
31 Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009. 32 Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010. 33 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
62
Dari gambaran diatas dapat diambi kesimpulan bahwa faktor yang
menghambat asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat
Condet Balekambang di lokasi penelitian ialah (1) adanya perbedaan unsur
ras dan warna kulit yang berbeda, perbedaan tersebut membuat masyarakat
Condet Balekambang merasa sedikit tersinggung dengan perkataan dari
sebagian masyarakat keturunan Arab bahwa masyarakat keturunan Arab
adalah etnis yang sempurna (bagus) dari segi fisik mereka dibandingkan
dengan masyarakat Condet Balekambang, hal ini dinilai oleh masyarakat
Condet Balekambang sebagai sikap yang menyinggung perasaan (masyarakat
Condet) dan sikap yang menghambat mereka untuk berasimilasi.
Serta (2) adanya sikap superior dari golongan etnis yang merasa dalam
segala hal dirinya lebih tinggi. Sikap tersebut terlihat dari sikap sebagian
masyarakat keturunan Arab yang ingin di hormati atau disegani oleh
masyarakat Condet Balekambang, yang biasanya sikap tersebut tertuju
kepada para habaib dari keturunan Arab. Identitas habaib yang melekat pada
keturunan Arab ini dimanfaatkan oleh mereka (keturunan Arab) agar orang-
orang pribumi khususnya masyarakat Condet Balekambang mencintai mereka
seperti mencintai Nabi SAW.
Sikap tersebut biasanya terlihat pada sebagian masyarakat keturunan
Arab, namun bagi masyarakat Condet Balekambang tidak terlalu
mempermasalahkan kedua hal di atas. yang terpenting bagi masyarakat
Condet Balekambang adalah perbedaan etnis tidak membuat mereka terpecah
belah dalam masyarakat.
63
Jadi walaupun proses asimilasi sedikit terhambat oleh kedua hal
diatas, namun di butuhkan adanya sikap dari dua komunitas tersebut untuk
menghilangkan sikap negatif yang ada dalam diri mereka dan dengan
berasimilasinya mereka secara perlahan-lahan mau tidak mau proses asimilasi
akan tetap berjalan.
D. Akibat Asimilasi
Adanya sikap toleransi dan simpati yang ditunjukkan oleh warga
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang ataupun sebaliknya
dalam berasimilasi, maka secara perlahan-lahan atau bertahap kelompok
minoritas (keturunan Arab) akan kehilangan identitas etnik mereka dalam
budaya (berbahasa, membuat makanan, dan cara berpakaian) yang
membedakan mereka dari kelompok mayoritas (masyarakat Condet
Balekambang).
Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya
Komunikasi Antar Budaya, salah satu akibat dari asimilasi adalah kelompok
minoritas kehilangan keunikannya dan menyerupai kelompok mayoritas.34
Pernyataan tersebut terjadi pada komunitas keturunan Arab sebagai
kelompok minoritas yang berasimilasi dengan masyarakat Condet
Balekambang sebagai kelompok mayoritas, dimana komunitas keturunan
Arab kehilangan ciri khas atau keunikkan adat-istiadatnya. Sebagai etnis yang
memiliki adat-istiadat timur tengah yang kemudian menyerupai atau
berasimilasi dengan adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang.
34 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, h.161.
64
Salah satu ciri khas dari keturunan Arab adalah bisa berbahasa Arab,
namun bergaul dengan masyarakat Condet Balekambang membuat mereka
perlahan-lahan meninggalkan bahasa Arab dan mereka lebih memilih
menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan masyarakat
Condet Balekambang.
Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan beberapa pernyataan
terutama dari masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang
langsung merasakan akibat dari asimilasi namun juga berpengaruh bagi
masyarakat Condet Balekambang sebagai kelomopok mayoritas yang
merasakan akibat dari asimilasi.
Seperti yang di katakan oleh informan Bapak Khalid:35
“Bagi saya ya memang karna udah lama tinggal di daerah ini ya tentunya yang namanya adat-istiadat sendiri nggak slamanya bisa bertahan, buktinya aja bahasa yang saya pake bukan bahasa Arab tapi malah bahasa Betawi, gitu.” Sama halnya menurut Salimah Al-Jufri:36
“Kalo masalah adat gue sama kluarga sih udah ngikutin adat masyarakat Condet ,misalnya aja kalo dulu gue masih bisa ngerasain makanan khas Arab kalo sekarang sih dah nyesuein sama makanan msyarakat sini.” Sedangkan menurut informan Aci:37
“Yang Aci tau kenal sama orang-orang keturunan Arab, adat atau budaya mereka biasanya cuma keliatan pas ada acara kawinan aja, selebihnya mereka pada ngikutin tradisi orang-orang kita katanya mereka sih budaya kita itu lebih unik dibandingi budaya mereka.”
35 Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. 36 Wawancara Pribadi dengan Salimah Al-Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 37 Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009.
65
Sama halnya yang di ungkapkan oleh Via:38
“Sebenernya warga keturunan Arab yang tinggal di daerah ini mereka itu nggak punya budaya yang khas seperti kita soalnya mereka kan udah turun-temurun berbaur sama masyarakat Condet, jadi mereka tinggal nyamain aja dah sama budaya kita.” Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akibat dari
asimilasi yaitu kelompok minoritas (keturunan Arab) kehilangan ciri khas
atau keunikannya dalam adat-istiadat Arab yang kemudian berasimilasi
menyerupai adat atau budaya kelompok mayoritas (masyarakat Condet
Balekambang).
Masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas pada
dasarnya mempunyai budaya Timur Tengah (Arab) namun sudah tinggal dan
menetapnya mereka berpuluh-puluh tahun terutama di daerah Condet
Balekambang mengakibatkan hilangnya budaya mereka secara perlahan-
lahan dan mulai menyesuaikan diri dengan budaya masyarakat Condet
Balekambang. Misalnya saja mereka memiliki budaya sendiri dalam
membuat makanan khas Arab namun dengan menetapnya mereka di wilayah
Condet membuat mereka menyesuaikan adat membuat makanan khas
masyarakat Condet Belekambang (adat Betawi) serta dalam berbahasapun
dengan masyarakat Condet keturunan Arab menggunakan bahasa Jakarta
(Betawi).
Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan informasi bahwa jelas
yang merasakan akibat dari asimilasi adalah warga keturunan Arab. Dari
pemaparan warga keturunan Arab adat atau budaya yang mereka miliki
tidaklah membuat mereka terikat sepenuhnya untuk berada pada budaya khas 38 Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010.
66
mereka dari Arab, bahkan mereka sadar bahwa tinggal dan menetap di suatu
daerah atau wilayah akan bertemu dengan beragam etnis yang tentunya akan
mempengaruhi sikap mereka dalam menerima perbedaan budaya bahkan akan
mulai kehilangan budaya sendiri yang kemudian akan mengikuti budaya dari
masyarakat Condet Balekambang (budaya Betawi). Sedangkan pemaparan
dari masyarakat Condet terhadap keberadaan masyarakat keturunan Arab di
wilayah mereka ditanggapi sebagai kelompok minoritas yang berasimilasi
atau berbaur lebih menyesuaikan dengan budaya masyarakat Condet
Balekambang.
Keunikan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang yang berasal
dari Betawi membuat warga keturunan Arab tertarik untuk bisa berbaur dan
bisa menerima perbedaan adat-istiadat tersebut. Begitupun sebaliknya
masyarakat Condet bisa menerima kehadiran keturunan Arab di wilayahnya
sebagai etnis yang berasimilasi dengan mereka. Dengan adanya perbedaan
etnis baik bagi masyarakat keturunan Arab ataupun masyarakat Condet
Balekambang tentu akan mempengaruhi sikap mereka untuk bisa saling
menerima perbedaan adat-istiadat terutama dari masyarakat Condet
Balekambang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Kelurahan Condet Balekambang (Jakarta Timur)
merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis maupun suku bangsa
yang tinggal dan menetap di daerah tersebut. Hampir 15% dari jumlah
penduduk Kelurahan Condet Balekambang dihuni oleh masyarakat keturunan
Arab yang menetap dan berbaur bersama-sama masyarakat Condet
Balekambang dengan menjalin hubungan sosial yang harmonis atau saling
bertoleransi dan simpati tanpa membedakan suku, ras, dan agama. Sehingga
memunculkan hubungan timbal balik atau ketergantungan yang saling
menguntungkan antara kedua belah pihak.
Masyarakat keturunan Arab yang berada di Kelurahan Condet
Balekambang sudah berasimilasi secara baik dengan masyarakat Condet
Balekambang, baik itu pendatang ataupun penduduk setempat. Asimilasi
merupakan sebuah pemberian status kepada WNA khususnya warga
keturunan Arab sebagai kelompok yang minoritas yang lahir dan puluhan
tahun tinggal serta berbaur (berasimilasi) di Kelurahan Condet Balekambang
sebagai kelompok masyarakat mayoritas di daerah tersebut.
Komunitas keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang
berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang melalui asimilasi
perkawinan. Dan melalui asimilasi kebudayaan (penyesuaian kelompok
minoritas dalam berbahasa, cara membuat makanan, dan cara berpakaian
67
68
yang mengikuti kelompok mayoritas). Asimilasi perkawinan berkaitan erat
dengan asimilasi kebudayaan, dimana dari hasil pengamatan yang penulis
lakukan di temukan adanya bentuk dari kedua asimilasi tersebut yang terjadi
pada masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.
Perbedaan budaya tidaklah menghambat mereka untuk bisa berasimilasi
dalam perkawinan, tetapi sebaliknya akan muncul dari dua komunitas
tersebut untuk bisa saling mengenal adat atau budaya masing-masing.
Dengan adanya sikap saling mengenal dan menyesuaikan budaya yang
berbeda baik komunitas keturunan Arab maupun masyarakat Condet
Balekambang secara tidak langsung mereka telah melakukan proses asimilasi
di dalamnya. Asimilasi perkawinan yang terjadi antara masyarakat keturunan
Arab maupun masyarakat Condet Balekambang menimbulkan pola perubahan
pada tingkah laku antar keduanya terutama dari komunitas keturunan Arab
yang berasimilasi mengikuti budaya masyarakat Condet Balekambang. Pola
perubahan tingkah laku keturunan Arab terlihat dalam kehidupan sehari-hari
mereka misalnya saja dalam berbahasa mereka menggunakan bahasa
Indonesia, dalam membuat makananpun mereka sudah mengikuti makanan
khas adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang, serta cara
berpakaian merekapun disamakan dengan cara berpakaian masyarakat Condet
Balekambang. Dari penjelasan diatas merupakan informasi yang penulis
dapatkan dari masyarakat keturunan Arab yang menceritakan bahwa mereka
adalah kelompok minoritas yang berasimilasi mengikuti adat atau budaya
masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas yang berada di
wilayah tersebut.
69
Sedangkan bagi masyarakat Condet Balekambang sendiri adat atau
budaya keturunan Arab yang dapat mereka ikuti hanya ada dalam budaya
perkawinan Arab saja (seperti tarian syamar, adanya malam pacar, berpakaian
jubah, dan acara nikahan yang dimeriahkan dengan musik marawis). Bagi
masyarakat keturunan Arab walaupun mereka hanya memiliki budaya dalam
perkawinan saja, namun budaya perkawinan itupun tidak semua warga
keturunan Arab yang masih memegang kuat tradisi dalam perkawinan
tersebut. Hal ini disebabkan karena mereka lebih mengikuti berasimilasi
budaya dari masyarakat masyarakat Condet Balekambang (budaya Betawi).
Berprosesnya asimilasi antar kedua komunitas tersebut tidak terlepas
dari sikap mereka yang saling bertoleransi dan simpati walaupun keduanya
memiliki latarbelakang sosial-budaya yang berbeda. Salah satu faktor yang
membuat mereka bisa saling bertoleransi dalam sosial-budaya adalah adanya
peran agama di dalamnya, baik masyarakat keturunan Arab dan masyarakat
Condet Balekambang ternyata memiliki kesamaan agama (Islam) yang
kemudian membuat mereka saling toleransi. Namun berasimilasinya
komunitas keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang tidak
terlepas pula dari adanya faktor hambatan antar mereka seperti yang telah
dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya yaitu adanya unsur ras dan warna kulit
yang berbeda serta sikap superior dari golongan etnis yang merasa dalam
segala hal dirinya lebih tinggi.
Dari kedua hambatan asimilasi tersebutlah yang cenderung berada
pada sikap dari sebagian kecil masyarakat keturunan Arab, namun kedua hal
diatas bagi masyarakat Condet Balekmabang, mereka tidak mau
70
mempermasalahkan hal tersebut yang menurut mereka bisa mengganggu
integritas sosial di wilayah Condet Balekambang. Lagi pula menurut
masyarakat Condet Balekambang sikap saling mengejek tersebut hanya
dilakukan oleh anak-anak keturunan Arab yang masih bisa dimaafkan. Akibat
dari asimilasi tentu lebih dirasakan terutama dari masyarakat keturunan Arab
sebagai kelompok minoritas yang berasimilsi dengan masyarakat Condet
Balekambang sebagai kelompok mayoritas.
Menurut masyarakat keturunan Arab berasimilasinya mereka dengan
masyarakat Condet Balekambang selain karena mereka sudah tinggal
berpuluh tahun di wilayah tersebut namun juga karena mereka tidak memiliki
budaya yang kuat yang berasal dari Timur Tengah, Indonesia yang kaya akan
budaya terutama dari masyarakat Condet Balekambang yang membuat
mereka berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang dan itupun
terjadi dengan kesadaran diri mereka yang tinggal dan menetap di wilayah
tersebut yang mau tidak mau secara perlahan-lahan kedua komunitas itu akan
saling berasimilasi. Walaupun ciri khas budaya dari masyarakat keturunan
Arab akan hilang.
Jadi menurut masyarakat Condet Balekambang kehadiran masyarakat
keturunan Arab yang berada di wilayah Condet Balekambang sudah
merupakan bagian masyarakat yang harus di hargai untuk bisa berasimilasi
dengan masyarakat sekitar walaupun berasal dari etnis yang berbeda.
Sebaliknya bagi masyarakat keturunan Arab, mereka merasa tenang dan
nyaman bisa tinggal dan berasimilasi dengan masyarakat Condet
Balekambang baik secara sosial maupun budaya yang bahkan mereka bisa
71
sama-sama mengenal perbedaan sosial-budaya masing-masing serta
berasimilasinya dua komunitas tersebut berharap terjadinya asimilasi diantara
mereka bisa mewujudkan integritas sosial yang baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penelitian maka penelitian ini
mencoba untuk menyampaikan beberapa saran guna mempercepat proses
asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur khususnya dengan masyarakat sekitar dalam
rangka terwujudnya integrasi nasional di masyarakat tersebut.
1) Adanya peran bersama, baik masyarakat sekitar maupun pemerintah
daerah Condet Balekambang dalam proses asimilasi, bersatu untuk
mewujudkan integrasi sosial dengan menghindari sifat-sifat negatif
seperti sifat ekslusivisme. Serta
2) Sebagian bagian dari WNI, maka di perlukan adanya peran dan
keikutsertaan warga keturunan Arab berasimilasi dalam berbagai bidang
kegiatan seperti di bidang sosial, agama, ekonomi, maupun di bidang
pendidikan yang ada di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, Syamsuddin. Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Baali, Fuad dan Wardi, Ali. Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2003.
Fathoni, Abdurrahmat. Antropolog Sosial Budaya Suatu Pengantar. Jakarta: