Top Banner
KOMPAS, MINGGU, 23 JUNI 1996 Asia CEMERLANGNYA pertumbuhan eko- nomi di Asia sudah banyak dibahas orang. Yang paling roman tis berjudul Megatrends Asia karangan John Naisbitt. Konon, perekonomian dunia semakin memusat di Asia, khususnya di bagian timur dan tenggara. Masyarakat non- Asia semakin membutuhkan perekono- mian ASia, ketimbang sebaliknya. Orang- orang Asia semakin banyak berproduksi di dalam negeri dan mengonsumsikan apa yang diproduksikannya sendiri. Padahal dua puluh tahun lalu keba- nyakan pengamat masih getol membahas kepincangan pereko-. nomian dunia. Dalam kisah yang populer waktu itu, kebanyakan negara Asia hanya dipahami sebagai korban eksplotasi Barata. Kelas menengah di Asia sibuk mengecam Barat dengan mengutip teori-teori "sistem dunia" dan teori ketergantungan. Mereka ikut- ikutan menyebut bangsanya sebagai negara berkembang atau Du- nia Ketiga. Kini? Kelas menengah kota di Asia menjadi obyek pesona peng- amat sosial. Gaya hidup mereka sebagai profesional dan sekaligus kaum "kaya baru" membuat orang Barat berdecak-decak. Kelas menengah Asia · juga semakin galak memperjuangkan demokra- tisasi dan hak asasi. Mereka membela kaum buruh, petani, perem- puan, serta lingkungan hidup. Identitas mereka lebih dibentuk oleh corak organisasi nonpemerintah yang diikutinya ketimbang oleh Halaman 2 kebangsaan atau isi KTPyang distempellurah dan camat. *** JlKA ditengok ke belakang, ternyata kemiripan bangsa-bangsa Asia punya sejarah lebih panjang. Zaman kolonial dilewati bersama dengan nuansa derita yang dapat diperbandingkan. Begitu juga hi- ruk-pikuk zaman pergerakan kemerdekaan nasional. Tidak sedikit yang saling membantu dan berguru. Kemiripan politik dan corak pemimpin negara di negara-negara 'Asia juga menonjol. Pada bagian awal masa kemerdekaan berbagai negara Asia dipimpin tokoh-tokoh kharismatik. Pesona pribadinya melampaui kemampuan mengelola administrasi negara. Pada dekade 1960-70-an terjadi perubahan mencolok. Para pemim- pin kharismatik yang merakyat di Asia bertumbangan. Sebagai gan- tinya kepemimpinan militer bermuncul di mana-mana, walau dengan gaya berbeda. Prestasinya juga. Selama paro terakhir masa Perang Dingin negara-negara Asia disebut "negara berkembang" dan men- jadi lahan bagi proyek bersejarah yang dinamakan pembangunan. . Gejala perubahan zaman mulai menguat kurang-lebih sepuluh tahun terakhir di berbagai kawasan Asia. Malahan juga semua bangsa bekas terjajah di seluruh dunia. Para pemimpin militer mu- lai berganti ke sipil. Pembangunan yang menekankan kapitalisme, stabilitas, dan bergaya otoriter mulai digugat. Demokratisasi men- jadi buah-bibir, sedang Perang Dingin berakhir. Yang tak kalah menarik, untuk pertama kali dalam sejarah abad ini di berbagai negara Asia, tokoh-tokoh perempuan bermunculan sebagai kepala negara. Sejarah senantiasa bergerak. Yang diubah bukan hanya pimpin- an pemerintahan, tetapi corak tata masyarakat menyeluruh. Seja- rah bertindak tanpa menunggu persetujuan individu dalam masya- rakat yang dirombaknya, apalagi izin polisi. Pergantian pemimpin pemerintahan bisa berlangsung mulus, tanpa perubahan mendasar secara mendadak seperti di Malaysia dan Singapura. Eisa gegap gempita tanpa banyak perang saudara seperti di Filipina. Atau lamb an, berlarut-larut, dan penuh ke- kerasan berdarah. * * * Ariel Heryanto · Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>
1

Asia - arielheryanto.files.wordpress.com fileAsia CEMERLANGNYA pertumbuhan eko nomi di Asia sudah banyak dibahas orang. Yang paling roman tis berjudul Megatrends Asia karangan John

Aug 13, 2019

Download

Documents

hahuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Asia - arielheryanto.files.wordpress.com fileAsia CEMERLANGNYA pertumbuhan eko nomi di Asia sudah banyak dibahas orang. Yang paling roman tis berjudul Megatrends Asia karangan John

KOMPAS, MINGGU, 23 JUNI 1996

Asia CEMERLANGNYA pertumbuhan eko­

nomi di Asia sudah banyak dibahas orang. Yang paling roman tis berjudul Megatrends Asia karangan John Naisbitt. Konon, perekonomian dunia semakin memusat di Asia, khususnya di bagian timur dan tenggara. Masyarakat non­Asia semakin membutuhkan perekono­mian ASia, ketimbang sebaliknya. Orang­orang Asia semakin banyak berproduksi di dalam negeri dan mengonsumsikan apa yang diproduksikannya sendiri.

Padahal dua puluh tahun lalu keba­nyakan pengamat masih getol membahas kepincangan pereko-. nomian dunia. Dalam kisah yang populer waktu itu, kebanyakan negara Asia hanya dipahami sebagai korban eksplotasi Barata. Kelas menengah di Asia sibuk mengecam Barat dengan mengutip teori-teori "sistem dunia" dan teori ketergantungan. Mereka ikut­ikutan menyebut bangsanya sebagai negara berkembang atau Du­nia Ketiga.

Kini? Kelas menengah kota di Asia menjadi obyek pesona peng­amat sosial. Gaya hidup mereka sebagai profesional dan sekaligus kaum "kaya baru" membuat orang Barat berdecak-decak. Kelas menengah Asia· juga semakin galak memperjuangkan demokra­tisasi dan hak asasi. Mereka membela kaum buruh, petani, perem­puan, serta lingkungan hidup. Identitas mereka lebih dibentuk oleh corak organisasi nonpemerintah yang diikutinya ketimbang oleh

Halaman 2

kebangsaan atau isi KTPyang distempellurah dan camat. ***

JlKA ditengok ke belakang, ternyata kemiripan bangsa-bangsa Asia punya sejarah lebih panjang. Zaman kolonial dilewati bersama dengan nuansa derita yang dapat diperbandingkan. Begitu juga hi­ruk-pikuk zaman pergerakan kemerdekaan nasional. Tidak sedikit yang saling membantu dan berguru.

Kemiripan politik dan corak pemimpin negara di negara-negara 'Asia juga menonjol. Pada bagian awal masa kemerdekaan berbagai negara Asia dipimpin tokoh-tokoh kharismatik. Pesona pribadinya melampaui kemampuan mengelola administrasi negara.

Pada dekade 1960-70-an terjadi perubahan mencolok. Para pemim­pin kharismatik yang merakyat di Asia bertumbangan. Sebagai gan­tinya kepemimpinan militer bermuncul di mana-mana, walau dengan gaya berbeda. Prestasinya juga. Selama paro terakhir masa Perang Dingin negara-negara Asia disebut "negara berkembang" dan men­jadi lahan bagi proyek bersejarah yang dinamakan pembangunan.

. Gejala perubahan zaman mulai menguat kurang-lebih sepuluh tahun terakhir di berbagai kawasan Asia. Malahan juga semua bangsa bekas terjajah di seluruh dunia. Para pemimpin militer mu­lai berg anti ke sipil. Pembangunan yang menekankan kapitalisme, stabilitas, dan bergaya otoriter mulai digugat. Demokratisasi men­jadi buah-bibir, sedang Perang Dingin berakhir.

Yang tak kalah menarik, untuk pertama kali dalam sejarah abad ini di berbagai negara Asia, tokoh-tokoh perempuan bermunculan sebagai kepala negara.

Sejarah senantiasa bergerak. Yang diubah bukan hanya pimpin­an pemerintahan, tetapi corak tata masyarakat menyeluruh. Seja­rah bertindak tanpa menunggu persetujuan individu dalam masya­rakat yang dirombaknya, apalagi izin polisi.

Pergantian pemimpin pemerintahan bisa berlangsung mulus, tanpa perubahan mendasar secara mendadak seperti di Malaysia dan Singapura. Eisa gegap gempita tanpa banyak perang saudara seperti di Filipina. Atau lamb an, berlarut-larut, dan penuh ke­kerasan berdarah. * * *

Ariel Heryanto ·

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>