ASI EKSKLUSIF Disusun Oleh : UMI HANI
ASI EKSKLUSIF
Disusun Oleh :
UMI HANI
KLINIK “HANI”Desa Kambangan Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal
Tahun 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan dalam mencapai target Millenium Development
Goals (MDGs), Depkes telah mematok target penurunan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia dari rata–rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup
menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. AKB di Indonesia termasuk
salah satu yang tinggi di dunia. Hal itu tercermin dari perbandingan dengan
jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10 per
1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup (Media
Indonesia, 2009).
Di Indonesia, diperkirakan bahwa 20 bayi meninggal setiap jam sebelum
mencapai usia 1 tahun. Hampir setengah dari kematian bayi ini terjadi pada masa
neonatal yaitu pada bulan pertama kelahiran, dimana bayi sangat rentan terhadap
kesakitan dan kematian. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2007,
Angka Kematian Bayi (AKB) untuk periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007)
di Indonesia masih relatif tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2009).
Banyak usaha yang dilakukan untuk menurunkan AKB, diantaranya adalah
pemberian konsumsi yang baik untuk bayi. Konsumsi pertama dan utama bayi
adalah Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin, merupakan
kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di
masa yang akan datang. ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok, antara lain
zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,
hormon, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara
proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang
mempunyai keseimbangan biokimia ini sangat tepat bagi bayi karena tidak
mungkin ditiru oleh buatan manusia (Suherni dkk, 2010).
ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang akan merangsang
pertumbuhan sistem kekebalan tubuh bayi sehingga memberikan perlindungan
terhadap infeksi dan alergi. Protein yang terkandung dalam ASI jarang
1
menyebabkan alergi pada bayi. Ibu yang segera menyusui bayinya dalam 30
menit setelah kelahiran atau setelah bayi lahir langsung disusukan (inisiasi
munyusu dini) dan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi umur 6 bulan
mempunyai ikatan batin yang erat dengan bayinya (Sidi dkk, 2004).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi yang berupa ASI saja, tanpa
diberi cairan lain baik dalam bentuk apapun kecuali sirup obat. ASI eksklusif
diberikan minimal dalam jangka waktu enam bulan. ASI saja dapat mencukupi
kebutuhan bayi pada enam bulan pertama kehidupannya. Makanan dan minuman
lain justru dapat membahayakan kesehatannya (Roesli, 2001).
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang ASI eksklusif
2. Untuk mengetahui manfaat ASI Eksklusif
3. Untuk Mengetahui Langkah-langkah Menyusui yang benar
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Ibu Menyusui
Hasil penulisan ini dapat memberikan informasi pengetahuan ibu
menyusui tentang ASI eksklusif dan diharapkan ibu menyusui dapat
berpartisipasi aktif dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, khususnya
untuk dapat menambah informasi dan sebagai bahan referensi di
perpustakaan.
2
BAB II PEMBAHASAN
ASI EKSKLUSIF
A. Pengertian
ASI Eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi
ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2009).
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim,
kecuali vitamin, mineral dan obat. Selain itu, pemberian ASI Eksklusif hingga
berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain kecuali sirup obat (Ambarwati
& Wulandari, 2009).
ASI Eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air putih, air teh, serta
tambahan makanan padat, seperti pisang, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim.
Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI)
(Kristiansari, 2009).
B. ASI 6 Bulan
Pengenalan makanan tambahan dimulai pada usia 6 bulan, hal ini menurut
Kristiyansari (2009) dikarenakan:
1) Dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan
benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada kenyataanya 60% bayi
belum berumur 4 bulan sudah mendapat tambahan susu sapi.
2) Bayi pada saat berumur 6 bulan sistem pencernaanya mulai
matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pasir.
Pori-pori berongga sehingga memungkinkan bentuk protein atau kuman akan
berlangsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan
alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat setelah bayi berumur
3
6 bulan. Dengan demikian, usus bayi setelah berumur 6 bulan mampu
menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk.
C. Manfaat pemberian ASI Eksklusif
Memberikan ASI eksklusif berarti keuntungan untuk semua, bayi akan lebih
sehat, cerdas dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik bahkan
masyarakat pun akan lebih mendapat keuntungan, Menurut Roesli (2009),
keuntungan pemberian ASI secara eksklusif adalah:
1) Manfaat bagi Bayi
a) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat immunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru
membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif
pada waktu berusia sekitar 9-12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan
bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum
mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.
Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI,
karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang
akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit,
dan jamur.
Bayi ASI eksklusif ternyata lebih sehat dan jarang sakit
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.
c) ASI Ekslusif meningkatkan kecerdasan
Otak bayi terbentuk segera setelah terjadinya pembuahan (konsepsi).
Selama periode kehamilan otak tumbuh dengan sangat cepat. Pada saat
lahir, otak telah mencapai pertumbuhan 25% dari otak dewasa, dan telah
4
mengandung 100 milliar sel otak (neuron) atau sebanding dengan jumlah
bintang-bintang di galaksi Bima Sakti. Saat berusia 1 tahun, pertumbuhan
otak telah mencapai 70% dari otak dewasa. Selain itu, 70-85% sel otak
yang ada sudah terbentuk secara lengkap. Pada usia 3 tahun, otak anak
telah mencapai 90% dari ukuran otak dewasa.
Periode awal kehamilan sampai bayi berusia 12-18 bulan merupakan
periode pertumbuhan otak yang cepat. Periode ini disebut periode
lompatan pertumbuhan otak atau periode pertumbuhan otak cepat (brain
growth spurt). Pada periode ini sel otak akan sangat peka terhadap
lingkungannya dan akan sangat terpengaruh oleh lingkungan positif
maupun negatif. Otak yang tumbuh optimal akan memungkinkan
pertumbuhan kecerdasan yang optimal pula. Dengan demikian sangat
dianjurkan untuk meman-faatkan periode lompatan pertumbuhan otak ini
untuk meningkatkan kecerdasan anak.
d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan
merasakan kasih sayang ibunya. la juga akan merasa aman dan tentram,
terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah
ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah
yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi:
a) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan bayi
sampai usia 6 bulan.
b) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat
anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan
mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga dan infeksi saluran
pernafasan.
c) Melindungi anak dari serangan alergi.
d) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan
otak bayi sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.
e) Meningkatkan daya pendengaran dan kepandaian bicara.
5
2) Manfaat bagi Ibu
a) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
b) Mengurangi terjadinya anemia
c) Menjarangkan kehamilan
d) Mengecilkan rahim
e) Lebih cepat langsing kembali
f) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
g) Lebih ekonomis
h) Tidak merepotkan dan hemat waktu
i) Portabel dan praktis
j) Memberi kepuasan bagi ibu
3) Manfaat bagi keluarga
a) Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula,
botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah untuk merebus air, susu
dan peralatannya.
b) Jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna
perawatan kesehatan.
c) Penjarangan kehamilan antara efek kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif.
d) Jika bayi sehat, berarti menghemat waktu keluarga.
e) Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu saja tersedia.
f) Keluarga tidak repot membawa botol susu, susu formula, air panas, dan
lain sebagainya ketika bepergian.
4) Manfaat bagi negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian anak
Adanya faktor protektif dan nutrisi yang sesuai dalam menjamin ASI
menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.
Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi
bayi dan anak dari berbagai penyakit infeksi, misalnya diare dan infeksi
saluran pernafasan akut bagian bawah.
b) Menghemat devisa negara
6
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui
diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang
seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang
diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih
jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu
formula.
d) Meningkatkan kualitas generasi
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal,
sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin (Kristiyansari,
2009).
D. Produksi ASI
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada.
Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedang pada
beberapa jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari sekitar lipat paha
sampai dada. Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya
lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai
600 gram dan pada waktu menyusui mencapai 800 gram (Sidi, dkk, 2004).
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :
1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3) Papilla (puting), yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
E. Kamponen ASI
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat
rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang memainkan
peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi, menurut Proverawati &
Rahmawati (2010), komponen ASI adalah:
7
1) Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada
sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan
kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam
volume besar.
2) Protein
Protein dalam ASI terdiri dari (casein) (protein yang sulit dicerna) dan
whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey
daripada casein sehingga protein ASI mudah dicerna. Sedangkan pada susu
sapi kebalikannya. Untuk itu Pemberian ASI eksklusif wajib diberikan
sampai bayi berumur 6 bulan.
3) Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan
komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah
dalam bentuk emulsi. Penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak
mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit jantung koroner di usia
muda.
4) Laktosa
Merupakan karbohidrat, utama pada ASI. fungsinya sebagai sumber
energi, meningkatkan absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan
lactobacillus bifidus.
5) Vitamin A
Konsentrasi vitamin A berkisar pada 200 IU/dl.
6) Zat Besi
Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg / liter), bayi
yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat
besi pada ASI yang lebih mudah diserap.
7) Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan
penting dalam maturasi otak bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari
kelompok molekul yang dikenal sebagai omega fatty acids. DHA
(docosahexaenoic acid) adalah sebuah blok bangunan utama di otak sebagai
8
pusat kecerdasan dan di jala mata. Akumulasi DHA di otak lebih dari dua
tahun pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang ditemukan di
seluruh tubuh dan bekerja bersama-sama dengan DHA untuk
mendukung visual dan perkembangan mental bayi.
8) Lactobacillus
Berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti
bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
9) Lactoferin
Sebuah besi yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri
dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk
berkembang. Memiliki efek langsung pada antibiotik berpotensi berbahaya
seperti bakteri Staphylococci dan E. coli. Hal ini ditemukan dalam
konsentrasi tinggi dalam kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang seluruh
tahun pertama bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan jamur
candida.
10) Lisozim
Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens caries
dentis dan maloklusi (kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat
menyusu dengan botol dan dot), enzim pencernaan yang kuat yang
ditemukan dalam air susu ibu pada tingkat 50 kali lebih tinggi daripada
dalam rumus. Lysozyme menghancurkan bakteri berbahaya dan akhirnya
mempengaruhi keseimbangan rumit bakteri yang menghuni usus yang sistem.
F. Jenis-jenis ASI
ASI dibedakan menjadi 3 kelompok dan tahap secara terpisah menurut
Proverawati (2010), yaitu:
1) Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah
melahirkan (2-4 hari) yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya
dengan ASI matang dengan volume 150 - 300 ml/hari. Berwarna kuning
keemasan atau krem (creamy). Lebih kental dibandingkan dengan cairan susu
tahap berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein,
vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral-mineral dan imunoglobulin.
9
Imunoglobulin ini merupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang berfungsi
sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayi dari
berbagai bakteri dan virus yang merugikan. Kolostrum juga merupakan
pembersih usus bayi yang membersihkan mikonium sehingga mukosa usus
bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini
menyebabkan bayi sering defekasi dan feces berwarna hitam.
2) Transitional milk (ASI peralihan)
ASI peralihan adalah ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8-20 hari)
dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi dan kadar
protein, mineral lebih rendah, serta mengandung lebih banyak kalori daripada
kolostrum.
3) Mature milk (ASI matang)
ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan
dengan volume bervariasi yaitu 300 - 850 ml/hari tergantung pada besarnya
stimulasi saat laktasi. 90 % adalah air yang diperlukan untuk memelihara
hidrasi bayi. Sedangkan 10 % kandungannya adalah karbohidrat, protein dan
lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI
matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan
perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume ASI pada tahun pertama adalah
400 - 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 - 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200
ml/24 jam. Di negara industri rata-rata volume ASI pada bayi dibawah usia 6
bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 - 1200 gr/hari. Penelitian
menunjukkan bahwa volume ASI bayi usia 4 bulan adalah 500 - 800 gr/hari,
bayi usia 5 bulan adalah 400 - 600 gr/hari dan bayi usia 6 bulan adalah 350 -
500 gr/hari.
G. Langkah-langkah pemberian ASI Eksklusif
Terdapat tujuh langkah untuk keberhasilan pemberian ASI Eksklusif,
menurut Roesli (2009), langkah-langkah tersebut adalah:
a) Mempersiapkan payudara, bila diperlukan
b) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui
c) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya
10
d) Memilih tempat melahirkan yang ”sayang bayi” seperti ”rumah sakit sayang
bayi atau rumah bersalin sayang bayi”
e) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI Eksklusif
f) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi untuk persiapan
apabila menemui kesukaran
g) Menciptakan suatu sikap positif tentang ASI dan menyusui
H. Teknik Menyusui
Menurut Soetjiningsih (2005), teknik menyusui yang benar adalah:
a) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting
susu dan areola sekitarnya, cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembaban puting susu.
b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
(1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak tergantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
(2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak menengadah, dan bokong
bayi ditahan dengan telapak tangan).
(3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di
depan.
(4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokkan kepala bayi)
(5) Telingga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
(6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
11
c) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang dibawah,
jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara :
(1) Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
(2) Menyentuh sisi mulut bayi
e) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
(1) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah
areola.
(2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga
lagi.
f) Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
ganti payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi :
(1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,
(2) Dagu ditekan ke bawah.
g) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya biarkan kering dengan sendirinya.
h) Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui. Cara
menyendawakan bayi :
12
Gambar 1. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
Gambar 2. Cara meletakkan bayi dan memegang payudara
(1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau,
(2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2004. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC
Bahiyatun, S.Pd. S.Si.T. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes RI
Eny dkk, 2009, Asuhan Kebidanan Nifas, Jogjakarta: Mitra Cendikia
Kristiansari, 2009. ASI, Menyusui & sadari, Yogyakarta: Nuha Medika
Media Indonesia. Angka Kematian Bayi di Indonesia, Available at www.mediaindonesia.com (diakses tanggal 26 Maret 2011)
Proverawati & Rahmawati, 2010, Kapita Selekta Asi dan Menyusui, Jogjakarta: Nuha Medika
Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: EGC
Sidi dkk. 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia
14