BAB 2
10
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PADA KASUS
ASFIKSIAI. Konsep Dasar Teori1. PengertianAsfiksia neonatorum
adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara
spontan dan teratur setelah lahir, pada keadaaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis
(Hidayat, Aziz Alimul, 2005;198).Asfiksia dapat terjadi apabila
saat lahir bayi mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2
dan kesulitan pengeluaran CO2. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru (Markum, A.
H, 1999; 261).
Proses terjadinya Asfiksia Neonatorum ini dapat terjadi pada
masa kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera setelah
lahir. Banyak faktor yang menyebabkan, diantaranya adanya penyakit
pada ibu sewaktu hamil seperti, hipertensi, penyakit paru, gangguan
kontraksi uterus pada ibu berisiko tinggi kehamilan, dapat juga
terjadi karena faktor plasenta seperti janin dengan solusio
plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri seperti terjadi
kelainan pada tali pusat dengan menumbung atau melilit pada leher
atau juga kompresi tali pusat antara jalan lahir, kemudian faktor
persalinan itu juga sangat penting dalam menentukan terjadinya
Asfiksia atau tidak seperti partus lama dan partus dengan tindakan
tertentu. Ini dapat menyebabkan terjadinya Asfiksia Neonatorum
(Hidayat. Aziz Alimul, 2005;198).Asfiksia neonatorum merupakan
keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir.
Akibat akibat afsiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada
bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala gejala lanjut yang mungkin timbul (Wikjosastro. Hanifa,
2005; 709).
Pengertian lain dari asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana
bayi baru lahir tidak segera menangis, tidak bernapas spontan
sehingga oksigenasi terganggu ke organ vital yakni otak yang
menyebabkan hipoksia otak. Otak kekurangan oksigen, bayi tidak
sadar dan koma. Hal terburuk yang terjadi adalah kematian, namun
jika bayi tetap hidup kemungkinan akan terjadi gangguan pada tahap
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mentalnya. Hal ini biasa
terjadi pada kasus kasus asfiksia dengan penanganan yang
minimal(http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=publiser&op=viewarticle&artid=1914;
11 Desember 2014).2. Fisiologi pernapasanTujuan utama respirasi
adalah untuk menyediakan oksigen bagi sel-sel tubuh dan
mengeluarkan karbondioksida. Agar respirasi dapat berlangsung, maka
diperlukan saluran pernapasan. Saluran pernapasan dalam melakukan
fungsinya sebagai saluran udara, memiliki tiga fungsi, yaitu :
menyaring, terjadinya karena adannya sel-sel goblet pada lapisan
epitel saluran pernapasan yang menghasilkan sejumlah substansi
mukopoli sakarida yang tebal, yakni mukus, yang menyelimuti saluran
pernapasan dan menjaring partikel-partikel lain. Silia yang
ditemukan sepanjang percabangan saluran pernapasan seperti
bronchiolis akan mendorong mukus dan benda-benda asing menuju
faring yang kemudian akan dikeluarkan melalui batuk atau bersin.
Sedangkan fungsi menghangatkan dan melembabkan dimungkinkan oleh
adanya suplai darah yang kaya pada lapisan submukosa saluran
pernapasan.Selama proses respirasi, terjadi tiga proses yaitu :
ventilasi, perfusi dan difusi. Pertama, ventilasi yang meliputi
pergerakan keluar masuk udara melalui trakhea bronchiale, sehingga
oksigen pada alveoli dan karbondioksida dibuang. Udara yang
bergerak keluar masuk paru-paru, prinsipnya sama seperti yang
terjadi pada aliran cairan, yaitu dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Pada saat inspirasi
tekanan udara di atmosfer lebih besar daripada tekanan udara di
alveolus, sehingga udara masuk ke dalam paru-paru. Sedangkan pada
saat terjadi ekspirasi, karena tekanan alveolus tinggi yang
melebihi tekanan atmosfer atau terjadi ekspirasi. Perbedaan tekanan
antara alveolus dan atmosfer di pengaruhi juga oleh perubahan
ukuran rongga toraks. Dengan membesarnya ukuran rongga toraks,
tekanan menurun dan udara mengalir ke paru-paru. Sedangkan
ekspirasi terjadi karena biasanya merupakan proses pasif jans yang
terjadi akibat kemampuan kembalinya paru-paru ( recoil ) yang
elastis ke keadaan semula; kedua, perfusi adalah istilah yang
digunakan untuk aliran darah pada kapiler-kapiler paru-paru.
Kekuatan utama distribusi perfusi dalam paru-paru adalah gravitasi.
Sistem tekanan darah, seperti sistem pembuluh darah paru-paru
adalah obyek tekanan hidrostatik yang dibuat oleh gravitasi. Pada
posisi duduk tegak dasar paru yang terganggu mengembangkan
vaskular, menyebabkan tekanan volume pulmonal sangat rendah;
ketiga, difusi adalah pergerakkan gas O2 dan CO2 yang melintasi
membran alveolar. Kapiler yang alirannya dimulai dari daerah yang
konsentrasi besar ke daerah yang kosentrasi lebih kecil. Difusi CO2
terjadi karena tekanan oksigen alveolar (PO2) 100 mmHg, sedangakan
PO2 darah vena 40 mmHg. Difusi PCO2 terjadi karena PCO2 darah vena
46 mmHg, sedangkan PCO2 alveolus 40 mmHg.Fungsi paru-paru adalah
sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida, dimana dalam sistem pertukaran gas dalam pernapasan
dapat dibagi menjadi dua cara : pertama, pernapasan eksternal
(pernapasan melalui paru-paru), disini udara masuk melalui hidung
kemudian disaring dan dihangatakan oleh bulu-bulu hidung. Dapat
juga udara itu masuk melalui mulut kemudian udara yang mengandung
oksigen masuk menuju trakhea dan pipa bronchiale ke vestibulum
menuju ke alveoli dan dapat erat berhubungan dengan darah kedalam
kapiler pulmonalis.Hanya satu saja lapisan membran yang memisahkan
oksigen dari darah yaitu membran alveoli kapiler. Oksigen menembus
membran ini dan diikat oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa
ke jantung. Disini darah dipompa didalam ventrikel kiri ke semua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100
mmhg dan pada tingkat ini hemoglobin 95% penuh oksigen.Di dalam
paru-paru karbondioksida yang merupakan salah satu hasil
metabolisme menembus membran alveoli kapiler darah ke alveoli dan
setelah melalui pipa bronchial dan trakhea, dinapaskan keluar
melalui hidung dan mulut; kedua, pernapsan internal (pernapasan
jaringan), darah yang telah jenuh hemoglobinya dengan oksigen
(oksihaemoglobin) mengintari seluruh tubuh, akhirnya mencapai
kapiler diamana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
mengambil oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung dan darah menerima sebagai ganti hasil buangan oksidasi
yaitu karbondioksida. Agar dalam proses respirasi berjalan dengan
baik harus ada yang mengatur yaitu pusat pernapasan, yang terdiri
dari neuron dan reseptor yang terletak di dalam pons dan medula
oblongata. Pusat pernapasan merupakan bagian dari sistem saraf yang
mengatur semua aspek pernapasan. Faktor utama pengaturan pernapasan
adalah respon dari pusat kemoreseptor dalam pusat pernapasan
terhadap tekanan parsial karbondioksida dan pH darah arteri.
Peningkatan tekanan parsial karbondioksida atau penurunan pH
merangsang untuk terjadinya pernapasan.Masih ada lagi mekanisme
yang mengatur jumlah udara yang masuk paru-paru. Pada waktu
paru-paru mengembang maka reseptor-reseptor ini memberi signal pada
pusat pernapasan agar menghentikan pengembangan lebih lanjut.
Signal dari reseptor regang tersebut akan terhenti pada akhir
ekspirasi, ketika paru - paru dalam keadaan mengempis dan pusat
pernapasan bebas untuk memulai lagi inspirasi. Mekanisme ini
dikenal dengan nama refleks herning brener. Saraf utama lain yang
juga mengambil bagian adalah nervus assesorts dan nervus
interbustalis yang mempersarafi otot pembantu pernapasan dan
muskulus interkostalis (Ester, Monica, 1999).Fisiologi pernafasan
bayi pada saat lahir umumnya berbeda dengan fisiologi pernafasan
orang dewasa. Ini disebabkan karena pada saat lahir sistem
pernafasan khususnya jumlah bronkhiolus dan alveoli belum lengkap
dan akan meningkat sesuai dengan perkembangan anak sampai dengan
pubertas. Saat lahir, bayi memiliki sedikit otot polos dan hingga
usia 4 5 bulan adanya otot yang cukup untuk mekanisme respons
terhadap adanya allergen. Pada usia 1 tahun kemampuan pernapasan
dalam menghadapi respon alergi sudah cukup baik sebagaimana orang
dewasa. Kemudian sebelum bayi menarik nafas pertama bronkhiolus
terminalis dan alveoli tidak mengalami kolaps tetapi secara normal
akan terisi cairan dan sekresi granular. Ketika bernapas, hormon
bradikinin menurunkan tahanan vaskuler dan aliran paru meningkat
agar alveoli dapat berkembang. Tegangan permukaan diturunkan oleh
zat yang disebut surfaktan sebagai zat yang mencegah kolaps dan
mempertahankan udara yang cukup pada alveoli. Umumnya pada masa
bayi sering terjadi gangguan pernapasan karena bayi bernapas dari
hidung dan obstruksi saluran napas dapat terjadi kecuali saluran
nasalnya utuh dan diberikan nafas buatan, karena iga neonatus
hampir horizontal dan laring bayi terletak dekat kepala
dibandingkan dengan kehidupan dikemudian hari. Sehingga glottis
berlokasi diantara vertebrata servikalis 3 dan 4 sehingga reflek
laringeal sangat aktif dan epiglotis lebih panjang ( Alimul, Aziz.
2009 ). Berikut ini bagan proses pernapasan yang dibuat dan di
rangkum berdasarkan materi diatas.Tabel 2.1 : Fisilogi
pernapasan
Inspirasi
Pernapasan
EkspirasiO2 di udara
Tek. Atsmosfir > Tek.Paru
Tek.Atsmosfir PO2 vena
DifusiDifusi
Pusat Pernapasan di otak
Tek. PCO2Diikat oleh Hemoglobin
Alveolar 60 x/menit atau < 30 x/menit
3. Janin bernapas megap-megap (gasping)4 . Masa henti napas
(fase henti napas primer)
Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi
pernapasan cepat dalam periode singkat. Apabila asfiksia berlanjut,
gerak pernapasan ini akan berhenti, denyut jantung juga mulai
menurun, sedangkan tonus neoromuskuler berkurang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu yang dikenal
sebagai apneu primer.
5. Jika asfiksia berlanjut terus, timbul seri pernapasan
megap-megap kedua selama 4 -5 menit (fase gasping kedua)
6. Masa henti napas kedua (henti napas sekunder)
Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan
megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah
bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid).
Pernapasan semakin lama semakin lemah sampai bayi memasuki periode
apneu yang disebut apneu sekunder. Selama apneu sekunder ini denyut
jantung, tekanan darah dan kadar oksigen di dalam darah terus
menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak
akan menunjukkan upaya pernapsan spontan. Kematian akan terjadi
kecuali apabila resusitas dengan pernapasan buatan dan pemberian
oksigen dimulai dengan segera (Saifuddin, Abdul Bari, 2002; 347).7.
Menajeman TerapiTindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum
disebut resusitas bayi baru lahir yang bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa
yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti
tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitas :
1. A memastikan saluran napas terbuka : a. Meletakkan bayi pada
posisi yang benarb. Menghisap lendir pada mulut, hidung, dan
kadang-kadang trakhea c. Bila perlu, masukan pipa endotrakhea (pipa
ET) untuk memastikasn saluran pernapasan terbuka.
2. B - memulai pernapasan a. Melakukan rangsangan taktil b. Bila
perlu lakukan ventilasi tekanan positif (VTP) seperti:
sungkup dan balon mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).3. C
- mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan mempertahankan sirkulasi darah dengan cara :
kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.Cara
resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus : 1.
Tindakan umum a. Pengawasan suhu b. Pembersihan jalan napasc.
Rangsangan untuk menimbulkan pernapasan 2. Tindakan khusus a.
Asfikia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan dengan cara
membersihkan jalan napas sambil pompa melalui amubag, kemudian
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan
intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakhea lalu diberikan
O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfiksia berat hampir selalu disertai
asidosis. Koreksi atau berikan natrium bikarbonat 7,5 % sebanyak 6
cc, dektrasa 40 % sebanyak 4 cc, kedua obat ini disuntikan kedalam
intravena perlahan-lahan melalui vena umbilikus. b. Asfiksia
sedang
Bersihkan jalan napas, kemudian stimulasi agar timbul refleks
pernapasan dengan menepuk telapak kaki, bila dalam waktu 30-60
detik tidak ada timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus
segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasal
dengan aliran 1-2 liter/menit, bayi diletakkan dalam posisi
dorsofleksi kepala, kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup
napas dan mulut disertai gerakan dinding dagu ke atas dan kebawah
dengan frekuensi 20 x/menit sambil diperhatikan gerakkan dinding
dan abdomen, bila bayi memperlihatkan gerakkan napas spontan
usahakan mengikuti gerakkan tersebut, ventilasi dihentikan jika
hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan
tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut
atau ventilasi ke kantong master. Pada ventilasi dari mulut
kemulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi
dilakukan dengan frekuensi 20-30 x/menit dan perhatikan gerakkan
napas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak
berhasil jika setelah dilakukan beberapa saat terjadi penurunan
frekuensi jantung atau tonus otot memburuk, pemberian intubasi
endotrakhea harus segera dilakukan, bikarbonat natrium dan
dekstrosa dapat segera diberikan
(http://perawatmalu.tblog.com/posi/1969846033. 11 Desember
2014).c. Asfiksia ringan
Jaga agar bayi tidak kedinginan; Lakukan segera intubasi dan
lakukan mouth ke tube atau pulmonator to tube ventilasi. Bila
intubasi tidak dapat, lakukan mouth to mouth respiration kemudian
dibawa ke ICU; Ventilasi Biokemial.II. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan1. PengkajianA. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data pada klien dengan asfiksia neonatorum
yaitu : a. Data biografi a.1 Identitas klien meliputi : nama, umur,
jenis kelamin, suku/bangsa, alamat, nomor ruangan dirawat dan
registrasi. a.2 Identitas penanggung jawab meliputi : nama orang
tua, umur, pendidikan, agama, pekerjaan, dan alamat. Data ini
sangat diperlukan karena penanggung jawab adalah orang yang biasa
perawat hubungi saat akan dilakukan suatu tindakan.b. Riwayat
penyakit b.l Keluhan utama
Pada klien dengan asfiksia neonatorum biasanya mengeluh napas
megap-megap dan cepat sampai diikuti henti napas, bayi tampak pucat
(sianosis) dan lemas. b.2 Riwayat penyakit sekarangPada klien
dengan asfiksia neonatorum mempunyai napas megap-megap dan cepat,
sampai diikuti henti napas. Keadaan ini diakibatkan kekurangan
oksigen dan ketidakmampuan mengeluarkan CO2. Jika keadaan ini
berlanjut terus menerus, maka akan menimbulkan pernapasan
megap-megap yang dalam, kemudian diikuti masa henti napas yang
kedua ditandai dengan denyut yang terus menurun, tekanan darah bayi
juga mulai menurun dan akan tampak lemah dan pernapasan yang
semakin lama semakin lemah. b.3 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu pada asfiksia neonatorum ditandai adanya
penyakit pada ibu pada saat hamil seperti penyakit diabetes,
jantung, dan penyakit paru. Selain itu pola kebiasaan kesehatan ibu
yang kurang sehat pada saat hamil seperti merokok, minum-minuman
beralkohol atau kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan.b.4 Riwayat
penyakit keluargaPada klien dengan asfiksia neonatorum biasanya
didalam keluarganya pernah ada yang mengalami atau menderita TBC.
b.5 Riwayat kehamilan dan persalinan Antenatal : yang perlu dikaji
yaitu kesehatan ibu pada masa hamil, pemeriksanaan kehamilan,
pernah mendapat imunisasi atau tidak, pernah mengalami infeksi saat
hamil, gizi ibu hamil, dan pengobatan yang pernah dialami oleh ibu,
apakah ibu mempunyai kebiasaan merokok, ketergantungan obat-obatan,
atau dengan penyakit seperti Diabetes Melitus, paru, kehamilan
dengan resiko tinggi, persalinan preterm seperti hidramnion,
multiple kelainan kongenital. Pemeriksaan yang tidak kontinuitas
atau pemeriksaan yang tidak teratur atau periksa tidak pada petugas
kesehatan. Gerakkan janin selama kehamilan aktif atau semakin
menurun. Intranatal : komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
erat dengan permasalahan bayi baru lahir. Yang perlu dikaji pada
masa intranatal ini yaitu adannya ketuban keruh, berbau nekoneal,
perdarahan saat persalinan seperti solusio plasenta maupun plasenta
preveria, persalinan lama, fetal distres, ibu kelelahan, persalinan
dengan tindakan vakum ekstraksi dan forcep ekstraksi, persalinan
dengan tindakan bedah cesar karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernapasan.
Post natal : yang perlu dikaji antara lain yaitu Apgar score
bayi baru lahir satu menit pertama dan lima menit kedua Apgar skore
(0-3) asfiksia berat, Apgar skore (4-6) asfiksia sedang, dan Apgar
skore (7-10) Asfiksia ringan. Selain itu yang perlu dikaji antara
lain berat badan lahir (normal 2.500 4.000 gram), lingkar kepala (
normal 33 35 cm), lingkar dada (normal 30 33 cm), dan lingkar
lengan ( normal 10 12 cm), serta adanya kelainan kongenital. b.6
Riwayat Biopsikososial (Virginia Handerson)
1. Bernapas
Data klien dengan asfiksia neonatorum ditemukan napas
megap-megap yang dalam dan cepat, diikuti henti napas yang ditandai
dengan denyut jantung yang terus menerus, tekanan darah bayi mulai
menurun dan tampak lemah dan pernapasan yang semakin lama makin
lemah. Bayi tampak sianosis, respirasi > 60 x/menit atau 60
x/menit atau < 30 x/menit). Neonatus post asfiksia berat
kondisinya akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat, dan
cepat. Untuk bayi preterm berisiko terjadinya hipotermi bila suhu
tubuh kurang dari 36 C dan berisiko terjadi hipertermi jika suhu
tubuh lebih dari 37 C. Sedangkan normal jika suhu tubuh antara 36,5
C-37,5 C, nadi normal antara 120-140 x/menit, respirasi normal
antara 30-60 x/menit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernapasan belum teratur (Potter. Patricia A, 1996; 87).3.
Pemeriksaan Head to toes Kepala :
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial. MataWarna conjunctiva anemis atau tidak
anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning,
pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya. Hidung
Terdapat pernapasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir. Mulut
Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
Telinga
Perhatikan kebersihan dan adanya kelainan atau adanya serumen
pada telinga.
Leher
Perhatikan kebersihanya karena leher neonatus pendek. Kulit
Perhatikan warna kulit tubuh merah atau kebiruan, dan
ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan
verniks. ThoraxBentuk simetris atau tidak, terdapat tarikan
interkostal, apakah ada suara wheezing dan ronchi, frekuensi
pernapasan lebih dari 60 x/menit atau kurang dari 30 x/menit,
frekuensi bunyi jantung lebih dari 100 x/menit atau menurun.
AbdomenBentuk silindris, perut buncit atau cekung, ada bising usus
atau tidak, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi,
tali pusat bersih atau tidak, perhatikan ada perdarahan atau tidak,
adanya tanda infeksi pada tali pusat. AnusPerhatikan frekuensi
buang air besar serta warna feses. EkstremitasWarna biru, gerakan
lemah, akral dingin, perhatikan adanya kelumpuhan pada saraf atau
keadaan jari-jari tangan dan kaki beserta jumlahnya.4. Pemeriksaan
penunjangData pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula.Pemeriksaan yang diperlukan adalah
: a) Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari: Hb
(normal 15-19 gr%) biasanya bayi asfiksia Hb cenderung turun karena
O2 dalam darah sedikit.
Leukositnya lebih dari 10.3 x 10 gr/ct (normal 4.3-10.3 x 10
gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko
tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksia cenderung
turun karena sering terjadi hipoglikemi. b) Nilai analisa gas darah
pada bayi post asfiksia terdiri dari: pH (normal 7.36-7.46). Kadar
pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
PCO2 (normal 35-45 mmhg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik karena sering terjadi heipernea.
PO2 (normal 80-100 mmhg) kadar PO2 pada bayi post asfiksia
cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
SaO2 (normal 95%-97%), < 90% dapat mengindentifikasi
hipoksemia.
HCO3 (normal 24-28 mEq/L) SpO2 ( normal 80 100% )c) UrineNilai
serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari:
Natrium (normal 134-150 mEq/L)
Kalium (normal 3.6-5.8 mEq/L)
Kalsium (normal 8.1-10.4 mEq/L)
d) Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.B.
Pengelompokan Dataa. Data subyektif
Pada klien dengan asfiksia neonatorum, data yang mungkin
ditemukan yaitu antara lain : klien sesak napas atau napas
megap-megap dan cepat atau lambat sampai diikuti henti napas, bayi
pucat (sianosis) dan lemas. b. Data obyektif
Data ini didapat dari observasi atau pengukuran, seperti
pengukuran tanda tanda vital ( TTV ), tingkah laku klien dan
pemeriksaan diagnostik yang diamati dengan baik dan tepat agar data
obyektif yang ditemukan dapat menunjang data subyektif yang telah
ada. Data obyektif yang dapat ditemukan pada klien dengan asfiksia
neonatorum, antara lain : pernapasan yang meningkat atau cepat, dan
jika keadaan ini terus berlanjut, sehingga timbul seri pernapasan
yang cepat dan meningkat kemudian diikuti henti napas yang ditandai
denyut jantung terus menurun, tekanan darah menurun dan tampak
lemah, pernapasan yang makin lama makin lemah, terlihat adanya
pernapasan cuping hidung, dan penggunaan otot bantu, sianosis.C.
Analisa DataTabel 2.3 : Analisa Data
SymtomEtiologiProblem
DS :
Keluarga klien mengatakan terdapat lendir di hidung dan mulut
anak saya
Keluarga klien mengatakan napas anak saya terlihat megap
megap
DO :
Adanya lendir pada hidung dan mulut. Nafas megap megap
Terdapat suara nafas tambahan yaitu wheezing dan atau
ronchiAsfiksia NeonatorumBatuk tidak efektif
Adanya lendir pada saluran pernafasan
Bersihan jalan napas tidak efektif
DS :
Keluarga klien mengatakan napas anaknya terlihat cepat dan
tampak kelelahan
Keluarga klien mengatakan beberapa bagian tubuh anaknya berwarna
biru
DO :
Hipoksia Sianosis
RR meningkat (>60x/menit) atau pada keadaan tertentu dapat
menurun (45mmHg) dan , penurunan kadar PO 2 (60x/menit) atau pada
keadaan tertentu dapat menurun (45mmHg), penurunan kadar PO2 (