Top Banner

of 27

Aset Tetap

Mar 02, 2016

Download

Documents

Akuntansi aset tetap menurut IPSAS dan PSAP
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAH

    ASET TETAP PEMERINTAH

    Disusun oleh: KELOMPOK 6 KELAS 9C

    Program Diploma IV Kurikulum Khusus

    DANANG PRABA MADANA 08

    RONI OKTO JUNAEDI M. 26

    SEPTI WAHYUNINGTYAS 29

    SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

    2014

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    1

    DAFTAR ISI

    I. PENDAHULUAN ......................................................................................................................................... 2

    A. Sekilas tentang Aset Tetap Pemerintah .......................................................................................... 2

    B. Pendapat Ahli tentang Aset Tetap Pemerintah .............................................................................. 2

    A. Definisi dan Klasifikasi ..................................................................................................................... 5

    B. Pengakuan Aset Tetap ..................................................................................................................... 6

    C. Pengukuran Aset Tetap .................................................................................................................... 7

    D. Penyajian dan Pengungkapan .......................................................................................................... 9

    E. Ketentuan tentang Aset Bersejarah dan Aset Militer ................................................................... 11

    F. Renovasi dan Pemeliharaan Aset Tetap (Subsequent Expenditures) .......................................... 14

    G. Akuntansi Penyusutan Aset Tetap ................................................................................................. 16

    H. Akuntansi Penghentian/Penghapusan Aset Tetap ....................................................................... 18

    III. PERBANDINGAN ASET TETAP BERDASARKAN SAK DAN SAP ................................................................ 22

    A. Definisi dan Klasifikasi ................................................................................................................... 22

    B. Pengakuan Aset Tetap ................................................................................................................... 22

    C. Pengukuran Aset Tetap .................................................................................................................. 23

    D. Penyajian dan Pengungkapan ........................................................................................................ 24

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    2

    I. PENDAHULUAN

    A. Sekilas tentang Akuntansi Aset Tetap di Sektor Pemerintah

    Pemerintah memiliki peranan yang besar dalam perekonomian, baik dalam menciptakan

    kebijakan dan peraturan, serta pengeluaran belanja pemerintah dalam rangka menciptakan

    pelayanan yang baik kepada masyarakat. Peningkatan kualitas atas pengelolaan keuangan negara

    menjadi poin penting yang menjadi perhatian masyarakat dalam rangka menciptakan Good

    Governance. Informasi keuangan yang transparan dan akuntabel pastinya akan sangat mendukung

    dalam proses pengambilan keputusan dan pengawasan secara tepat.

    Sejak ditetapkannya kewajiban penyusunan neraca sebagai bagian dari laporan keuangan

    pemerintah dimana merupakan bentuk perwujudan good governance tersebut,

    pengakuan/pencatatan, pengukuran/penilaian, dan penyajian serta pengungkapan aset tetap

    menjadi fokus utama, karena aset tetap memiliki nilai yang sangat signifikan dan memiliki tingkat

    kompleksitas yang tinggi.

    Akuntansi aset tetap telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07

    (PSAP 07) dari Lampiran PP 24 Tahun 2005. PSAP 07 tersebut memberikan pedoman bagi

    pemerintah dalam melakukan pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset

    tetap berdasarkan peristiwa (events) yang terjadi, seperti perolehan aset tetap pertama kali,

    pemeliharaan aset tetap, pertukaran aset tetap, perolehan aset dari hibah/donasi, dan penyusutan.

    Aset tetap dalam PSAP 07 didefinisikan sebagai aset berwujud yang mempunyai masa manfaat

    lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan

    untuk kepentingan umum. Lebih lanjut, dalam Paragraf 8, aset tetap diklasifikasikan berdasarkan

    kesamaan sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas.

    Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mencapai good governance

    yang lebih baik adalah dengan cara menerapkan akuntansi berbasis akrual dari yang semula

    menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual. Hal ini dapat dilihat dari Peraturan Pemerintah

    Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu basis kas untuk pendapatan,

    belanja, dan pembiayaan serta basis akrual untuk aset, kewajiban dan ekuitas, atau secara

    keseluruhan dikenal sebagai basis cash toward accrual. Kemudian pemerintah menggantinya dengan

    Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

    Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ini meliputi SAP Berbasis

    Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual berlaku selama masa

    transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual yaitu maksimal empat

    tahun sejak tanggal ditetapkan. Dengan demikian, paling lambat tahun 2015, pemerintah pusat

    maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual.

    Berdasarkan perubahan peraturan pemerintah yang melandasi penerapan basis akuntansi

    Standar Akuntansi Pemerintah, akuntansi aset tetap telah diatur dalam Pernyataan Standar

    Akuntansi Pemerintah Nomor 07 (PSAP 07) dari Lampiran PP 71 Tahun 2010. Dalam PSAP 07

    tersebut, pengakuan, pengukuran, dan penyajian serta pengungkapan aset tetapa dalam lingkungan

    pemerintahan telah berlandaskan pada basis akuntansi akrual.

    B. Pendapat Ahli tentang Aset Tetap Pemerintah

    1. Aset Tetap

    Aset tetap di sektor pemerintah merupakan salah satu bentuk investasi pemerintah yang

    diharapkan melalui aset tersebut pemerintah dapat menerima manfaat untuk memberikan

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    3

    pelayanan kepada masyarakat. Berikut ini akan dibahas beberapa pendapat ahli tentang aset

    tetap pemerintah di sektor.

    1) William D. Braddy, Jr.,MA, CPPO

    Di dalam tulisannya yang berjudul Managing Fixed Asset in Public Sector, William D.

    Braddy menyatakan bahwa aset tetap adalah propeti individu yang tidak melekat secara

    permanen kepada properti riil, tanah dan bangunan, bisa dipindahkan, memiliki masa manfaat

    minimal satu tahun dan minimum biaya akuisisi oleh suatu organisasi.

    Untuk diklasifikasikan sebagai aset tetap, William menegaskan bahwa suatu aset harus

    memenuhi minimal dua kategori yaitu 1) memiliki minimal masa manfaat, dan 2) minimal biaya

    perolehan sebelum diakui sebagai aset tetap. Lebih lanjut, dalam tulisannya, William

    menyatakan beberapa karakteristik aset tetap antara lain:

    Diakuisisi untuk kegiatan operasi dan tidak untuk dijual;

    Hanya aset yang digunakan dalam kegiatan operasi normal;

    Untuk jangka panjang.

    2. Aset Bersejarah

    Hines (1988) menyatakan bahwa akuntansi untuk aset dalam beberapa hal terlihat memiliki

    kekurangan dibandingkan dengan akuntansi untuk aspek lainnya, mengingat sifat alamiah yang

    dimiliki oleh masing- masing aset tersebut. Akuntansi untuk aset bersejarah (heritage asset)

    adalah salah satu isu yang masih diperdebatkan. Hingga saat ini akuntansi untuk aset

    bersejarah masih menjadi sebuah polemik bagi para ahli, padahal beberapa standar sudah

    ditetapkan sebagai hasil dari diskusi- diskusi para ahli yang selama ini dilakukan. Aset

    bersejarah disebut sebagai aset yang cukup unik karena memiliki beragam cara perolehan, tidak

    hanya melalui pembangunan namun juga pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun

    sitaan. Aset bersejarah tergolong dalam aset tetap karena aset bersejarah memenuhi definisi

    aset tetap.

    Menurut Carnegie dan Wolnizer (1995), aset besejarah bukanlah aset dan akan lebih tepat

    diklasifikasikan sebagai kewajiban, atau secara alternatif disebut sebagai fasilitas dan

    menyajikannya secara terpisah. Berbeda halnya dengan Micallef dan Peirson (1997), mereka

    berpendapat bahwa aset bersejarah tergolong dalam aset dan dapat dimasukkan dalam neraca.

    Hal ini tentunya masih menjadi perdebatan bagi para akuntan. Sebelum ada definisi hukum

    untuk aset bersejarah ini tentu para ahli sulit untuk menentukan bagaimana perlakuan

    akuntansi yang tepat untuk aset tersebut baik dari segi pengakuan, pengukuran, penilaian, dan

    penyajiannya.

    Berikut ini beberapa pendapat ahli tentang aset bersejarah.

    Peniliti Pendapat tentang Aset Bersejarah

    Micallef dan Peirson (1997) Aset bersejarah tergolong dalam aset dan dapat dimasukkan dalam neraca (Heritage assets are considered assets and they can be included on the balance sheet)

    Christiaens (2004) Aset bersejarah harus dimasukkan dalam neraca meskipun tidak memenuhi definisi resmi (Heritage assets should be reported in the balance sheet notwithstanding their non - compliance with the official definitions)

    Barton (2000) Aset bersejarah harus disajikan dalam anggaran terpisah sebagai aset layanan (Heritage assets must be represented in a separate budget as "services assets")

    Pallot (1990), (1992) Aset bersejarah harus disajikan dalam kategori yang terpisah

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    4

    dari aset sebagai aset daerah (Heritage assets must be represented in a separate category of asset as "community assets")

    Mautz (1988) Aset bersejarah harus disajikan pada kategori terpisah dari aset sebagai fasilitas (Heritage assets must be represented in a separate category of asset as "facilities")

    Nasi et al. (2001) Aset bersejarah tidak harus disajikan dalam neraca (Heritage assets should not be reported in the balance sheet)

    Carnegie dan Wolnizer (1995)

    Aset besejarah bukanlah aset dan akan lebih tepat diklasifikasikan sebagai liabilitas, atau secara alternatif disebut sebagai fasilitas dan menyajikannya secara terpisah (Heritage assets are not assets and it would be more appropriate to classify them as liabilities, or alternatively to call them facilities and show them separately)

    Sumber: Aversano dan Christiaens, 2012 dalam Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah, 2014

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    5

    II. PERRBANDINGAN ASET TETAP BERDASARKAN SAP DAN IPSAS

    A. Definisi dan Klasifikasi

    PP 71 Tahun 2010

    (PSAP 07)

    Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12( dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Pengecualian: Aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies), hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative natural resources), kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui (non regenerative natural resources).

    IPSAS 17 Aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. diadakan untuk digunakan dalam produksi atau

    penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada orang lain, atau untuk tujuan administratif; dan

    2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode pelaporan.

    Pengecualian: Aset biologis yang terkait dengan kegiatan pertanian serta mineral dan cadangan mineral seperti minyak, gas alam dan non-regeneratif sumber daya yang sejenis.

    Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah karena nilainya yang

    signifikan dalam neraca. Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah:

    1. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas

    lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan kontraktor,

    2. Hak atas tanah.

    Aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah seperti bahan (materials) dan

    perlengkapan (supplies) tidak termasuk dalam definisi aset tetap. Berdasarkan PP 71 Tahun 2010

    (PSAP 07) Aset Tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam

    aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai berikut:

    1) Tanah

    Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud

    untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

    Contoh: tanah yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.

    2) Gedung dan Bangunan

    Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan

    maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap

    dipakai. Gedung dan bangunan ini tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk

    pembangunan gedung dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk

    keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah.

    Contoh: gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara,

    monumen/bangunan bersejarah, gudang, gedung museum, dan rambu-rambu.

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    6

    3) Peralatan dan Mesin

    Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik,

    inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih

    dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

    Contoh: alat-alat berat, alat kantor, alat angkutan, alat kedokteran, alat komunikasi, dan lain

    sebagainya.

    4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan

    Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh

    pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

    Contoh: jalan raya, jembatan, bangunan air, instalasi air bersih, instalasi pembangkit listrik,

    jaringan air minum, jaringan listrik, dan jaringan telepon.

    5) Aset Tetap Lainnya

    Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok

    aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah

    dan dalam kondisi siap dipakai.

    Contoh: koleksi perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak

    kesenian/kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman.

    6) Konstruksi Dalam Pengerjaan.

    Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan

    namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

    Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah, tidak memenuhi definisi

    aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Selain tanah dan

    konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan

    karakteristik aset tersebut.

    Berdasarkan IPSAS 17, klasifikasi aset tetap juga didasarkan pada pengelompokan aset yang

    memiliki kesamaan sifat atau fungsi dalam operasi suatu entitas. Berikut ini adalah perbandingan

    klasifikasi aset tetap antara SAP dan IPSAS:

    N SAP IPSAS

    1 Tanah 1 Land (Tanah)

    2 Peralatan dan Mesin 2 Operational buildings (Bangunan Operasional)

    3 Gedung dan Bangunan 3 Roads (Jalan)

    4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan

    4 Machinery (Mesin)

    5 Aset Tetap Lainnya 5 Electricity transmission networks (Jaringan transmisi listrik)

    6 Konstruksi dalam Pengerjaan

    6 Ships (Kapal)

    7 Aircraft (Pesawat)

    8 Specialist military equip (Peralatan militer khusus)

    9 Motor vehicles (Kendaraan Bermotor)

    10 Furniture and fixtures (Furniture dan perlengkapan)

    11 Office equipment (Perlengkapan kantor, dan)

    12 Oil rigs (Alat Pengeboran Minyak)

    B. Pengakuan Aset Tetap

    PP 71 Tahun 2010 (PSAP 07)

    Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut :

    a) Berwujud;

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    7

    b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

    c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal

    entitas; dan e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk

    digunakan.

    IPSAS 17 PPE harus diakui sebagai aset pada saat: a) Dimungkinkan bahwa manfaat ekonomi di masa yang

    akan datang atau potensi jasa yang terkait dengannya akan berpengruh terhadap entitas.

    b) Biaya atau fair value dari asset bisa diukur dengan andal.

    Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas)

    bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomi masa depan yang dapat diberikan oleh aset

    tetap tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah.

    Manfaat tersebut dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah.

    Manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila entitas tersebut

    akan menerima manfaat dan menerima risiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika

    manfaat dan risiko telah diterima entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak

    dapat diakui. Tujuan utama dari perolehan aset tetap adalah untuk digunakan oleh pemerintah

    dalam mendukung kegiatan operasionalnya dan bukan dimaksudkan untuk dijual.

    Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak

    kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Saat pengakuan aset akan dapat

    diandalkan apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau

    penguasaan secara hukum, misalnya sertifikat tanah dan bukti kepemilikan kendaraan bermotor.

    Apabila perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih

    adanya suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus

    diselesaikan proses jual beli (akta) dan sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset

    tetap tersebut harus diakui pada saat terdapat bukti bahwa penguasaan atas aset tetap tersebut

    telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama

    pemilik sebelumnya.

    C. Pengukuran Aset Tetap

    PP 71 Tahun 2010 (PSAP 07)

    Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan

    IPSAS 17 PPE yang memenuhi syarat sebagai aset dinilai dinilai berdasarkan biayanya (Cost). Aset yang diperoleh dari non-exchange transaction, biayanya dapat dinilai berdasarkan nilai wajar pada tanggal akuisisi.

    Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan

    dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila

    aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat

    aset tersebut diperoleh. Suatu aset tetap mungkin diterima pemerintah sebagai hadiah atau donasi.

    Sebagai contoh, tanah mungkin dihadiahkan ke pemerintah daerah oleh pengembang (developer)

    dengan tanpa nilai yang memungkinkan pemerintah daerah untuk membangun tempat parkir, jalan,

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    8

    ataupun untuk tempat pejalan kaki. Suatu aset juga mungkin diperoleh tanpa nilai melalui

    pengimplementasian wewenang yang dimiliki pemerintah. Sebagai contoh, dikarenakan wewenang

    dan peraturan yang ada, pemerintah daerah melakukan penyitaan atas sebidang tanah dan

    bangunan yang kemudian akan digunakan sebagai tempat operasi pemerintahan. Untuk kedua hal di

    atas aset tetap yang diperoleh harus dinilai berdasarkan nilai wajar pada saat aset tetap tersebut

    diperoleh.

    Untuk tujuan pernyataan ini, penggunaan nilai wajar pada saat perolehan untuk kondisi pada

    kondisi asset tanpa nilai bukan merupakan suatu proses penilaian kembali (revaluasi) dan tetap

    konsisten dengan biaya perolehan. Penilaian kembali (revaluasi) yang dimaksud pada PP 71 tahun

    2010 hanya diterapkan pada penilaian untuk periode pelaporan selanjutnya, bukan pada saat

    perolehan awal.

    Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang

    digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya

    setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya

    perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada. Pengukuran dapat dipertimbangkan

    andal bila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang

    mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi/dibangun sendiri, suatu

    pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan

    entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam

    proses konstruksi. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya

    langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan

    pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi

    berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.

    PP 71 Tahun 2010 (PSAP 07)

    Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk dimaksudkan

    IPSAS 17 Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari: a) Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak yang tidak

    dapat dikembalikan, setelah dikurangi diskon dagang dan rabat. b) Setiap biaya yang terkait langsung untuk membawa aset ke

    lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk dapat beroperasi dengan cara yang dimaksudkan oleh manajemen.

    c) Eestimasi biaya awal pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi, dimana kewajiban atas suatu biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau sebagai konsekuensi dari penggunaan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan selama periode tersebut.

    Dalam PSAP Nomor 07 mengenai Akuntansi Aset Tetap, disebutkan bahwa biaya perolehan

    suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya

    yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat

    aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Contoh biaya yang dapat

    diatribusikan secara langsung adalah:

    a. biaya persiapan tempat;

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    9

    b. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling

    cost);

    c. biaya pemasangan (installation cost);

    d. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; dan

    e. biaya konstruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung

    termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa

    peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset

    tetap tersebut).

    Sedangkan yang tidak termasuk komponen biaya aset tetap adalah:

    a) Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersebut tidak dapat

    diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke kondisi

    kerjanya.

    b) Biaya permulaan (start-up cost) dan pra-produksi serupa kecuali biaya tersebut perlu

    untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.

    Ada kalanya aset tetap diperoleh secara gabungan. Yang dimaksud dengan gabungan di sini

    adalah perolehan beberapa aset tetap namun harga yang tercantum dalam faktur adalah harga total

    seluruh aset tetap tersebut. Cara penilaian masing-masing aset tetap yang diperoleh secara

    gabungan ini adalah dengan menghitung berapa alokasi nilai total tersebut untuk masing-masing

    aset tetap dengan membandingkannya sesuai dengan nilai wajar masing-masing aset tetap

    tersebut di pasaran.

    D. Penyajian dan Pengungkapan

    PSAP 07 mengatur ketentuan hal-hal apa saja yang harus diungkapkan dalam Catatan atas

    Laporan Keuangan. Paragraf 80 secara eksplisit menyatakan laporan keuangan harus

    mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut:

    1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);

    2) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

    a) Penambahan;

    b) Pelepasan;

    c) Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;

    d) Mutasi aset tetap lainnya.

    3) Informasi penyusutan, meliputi:

    a) Nilai penyusutan;

    b) Metode penyusutan yang digunakan;

    c) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

    d) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;

    Laporan keuangan juga harus mengungkapkan:

    1) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;

    2) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap;

    3) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan

    4) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

    Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali, maka hal-hal berikut harus diungkapkan:

    1) Dasar peraturan untuk menilai kembali aset tetap;

    2) Tanggal efektif penilaian kembali;

    3) Jika ada, nama penilai independen;

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    10

    4) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;

    5) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap.

    Ketentuan ini senada dengan IPSAS 17 Par 88 yang mengatur hal-hal yang harus diungkapkan

    dalam Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:

    1) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);

    2) Metode penyusutan yang digunakan

    3) Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

    4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;

    5) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

    a) Penambahan;

    b) Pelepasan;

    c) Akuisisi melalui kombinasi entitas;

    d) Penambahan atau pengurang dari hasil revaluasi atau impairmen;

    e) Kerugian karena penurunan nilai yang diakui dalam surplus/defisit sesuai IPSAS 21;

    f) Kerugian karena penurunan nilai yang dibalikkan dalam surplus/defisit sesuai IPSAS 21;

    g) Perubahan lainnya.

    Pada paragraf 89 ditambahkan bahwa entitas juga harus mengungkapkan di dalam Catatan atas

    Laporan Keuangan diantaranya:

    1) Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;

    2) Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi; dan

    3) Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

    4) Kompensasi dari pihak ketiga atas penurunan nilai atau kehilangan aset tetap yang termasuk

    dalam surplus/defisit.

    Jika aset tetap dicatat pada jumlah yang dinilai kembali (revaluasi), maka hal-hal berikut harus

    diungkapkan:

    1) Tanggal efektif penilaian kembali;

    2) Jika ada, nama penilai independen;

    3) Metode dan asumsi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar aset;

    4) Hakikat setiap petunjuk yang digunakan untuk menentukan biaya pengganti;

    5) Nilai surplus revaluasi;

    6) Jumlah surplus revaluasi masing-masing aset;

    7) Jumlah defisit revaluasi masing-masing aset, jika ada.

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    11

    Contoh Penyajian Aset Tetap pada Neraca

    No. 20X1 20X0

    1 ASET

    2

    3 ASET LANCAR

    4 Kas di Kas Daerah xxx xxx

    5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx

    6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

    7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx

    8 Piutang Pajak xxx xxx

    9 Piutang Retribusi xxx xxx

    10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx

    11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx

    12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx

    13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

    14 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx

    15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx

    16 Piutang Lainnya xxx xxx

    17 Persediaan xxx xxx

    18 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 17) xxx xxx

    19

    20 INVESTASI JANGKA PANJANG

    21 Investasi Nonpermanen

    22 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx

    23 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx

    24 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx

    25 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx

    26 Jumlah Investasi Nonpermanen (22 s/d 25) xxx xxx

    27 Investasi Permanen

    28 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

    29 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx

    30 Jumlah Investasi Permanen (28 s/d 29) xxx xxx

    31 Jumlah Investasi Jangka Panjang (26 + 30) xxx xxx

    32

    33 ASET TETAP

    34 Tanah xxx xxx

    35 Peralatan dan Mesin xxx xxx

    36 Gedung dan Bangunan xxx xxx

    37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx

    38 Aset Tetap Lainnya xxx xxx

    39 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx

    40 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)

    41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) xxx xxx

    42

    43 DANA CADANGAN

    44 Dana Cadangan xxx xxx

    45 Jumlah Dana Cadangan (44) xxx xxx

    46

    47 ASET LAINNYA

    48 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx

    49 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx

    50 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx

    51 Aset Tak Berwujud xxx xxx

    52 Aset Lain-Lain xxx xxx

    53 Jumlah Aset Lainnya (48 s/d 52) xxx xxx

    54

    55 JUMLAH ASET (18+31+41+45+53) xxxx xxxx

    (Dalam Rupiah)

    Uraian

    NERACAPEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA

    PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

    E. Ketentuan tentang Aset Bersejarah dan Aset Militer

    Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah yang karena

    umur dan kondisinya aset tetap tersebut harus dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    12

    macam tindakan yang dapat merusak aset tetap tersebut. Lazimnya, suatu aset tetap dikategorikan

    sebagai aset bersejarah jika mempunyai bukti tertulis sebagai barang/bangunan bersejarah.

    Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya,

    lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen,

    tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art).

    Beberapa karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas suatu aset bersejarah:

    1) Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh

    dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;

    2) Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya

    untuk dijual;

    3) Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan

    walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;

    4) Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai

    ratusan tahun.

    Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset

    bersejarah biasanya dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah mungkin

    mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara

    perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset ini jarang

    dikuasai dikarenakan alasan kemampuannya untuk menghasilkan aliran kas masuk, dan akan

    mempunyai masalah sosial dan hukum bila memanfaatkannya untuk tujuan tersebut. Aset

    bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah

    unit monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai.

    Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan dalam laporan

    operasional sebagai beban tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Beban tersebut termasuk seluruh

    beban yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang

    ada pada periode berjalan. Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya

    kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk

    ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti

    aset tetap lainnya. Untuk aset bersejarah lainnya, potensi manfaatnya terbatas pada karakteristik

    sejarahnya, sebagai contoh monumen dan reruntuhan (ruins).

    Selain aset bersejarah, pemerintah juga memiliki aset militer. Peralatan militer, baik yang umum

    maupun khusus, memenuhi definisi aset tetap dan harus diperlakukan sesuai dengan prinsip-prinsip

    yang ada pada Aset Tetap (dipersamakan dengan aset tetap lain yang dimiliki pemerintah).

    1. Model Penilaian Aset Bersejarah

    Penilaian merupakan suatu proses untuk menentukan nilai ekonomi suatu obyek, pos, atau

    elemen (Statement of Financial Accounting Concepts No.5). Penilaian biasanya digunakan

    untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap elemen

    atau pos statemen keuangan pada saat penyajian. Tujuan dari penilaian aset adalah untuk

    merepresentasikan atribut pos-pos aset yang berhubungan dengan tujuan laporan keuangan

    dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.

    Aset bersejarah memiliki model penilaian (valuation) yang berbeda di setiap negara.

    Perbedaan tersebut muncul disesuaikan dengan kondisi dan situasi di masing- masing

    negara. Negara- negara tersebut menganut suatu pedoman yang mengatur tentang

    akuntansi bagi aset bersejarah. Dari sekian banyak pedoman atau standar, negara berhak

    memilih mana yang paling tepat diaplikasikan untuk negaranya. Namun, karena kelonggaran

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    13

    peraturan tersebut mengakibatkan standar yang digunakan di negara- negara tidak ada

    keseragaman.

    Model penilaian tersebut antara lain adalah:

    a) Menurut Act Accounting Policy (2009), semua lembaga harus menggunakan model

    revaluasi untuk semua aset bersejarah dan mengukur aset tersebut pada nilai wajar. Hal

    ini sesuai dengan GAAP. Setelah nilai wajar aset telah ditentukan, aset harus dinilai

    kembali berdasarkan siklus valuasi 3 tahun. Nilai wajar harus didasarkan pada harga jual

    pasar saat ini untuk aset yang sama atau sejenis. Namun, banyak jenis aset bersejarah

    yang memiliki sifat unik, sehingga tidak dapat diukur berdasarkan harga jual pasar. Oleh

    sebab itu, nilai wajar aset dapat diestimasi dengan pendekatan penghasilan atau biaya

    penggantian yang didepresiasi. Aset dapat dinilai pada biaya penggantian dengan aset

    yang sama dan tidak identik namun memberikan manfaat yang sama. 2. Menurut

    Generally Recognised Accounting Practice(GRAP) 103 (2011), saat aset bersejarah

    diperoleh dengan tanpa biaya atau biaya nominal, aset tersebut harus diukur pada nilai

    wajar pada tanggal akuisisi. Dalam menentukan nilai wajar aset bersejarah yang

    diperoleh dari transaksi non- exchange, suatu entitas harus menerapkan prinsip- prinsip

    atas bagian penentuan nilai wajar. Setelah itu, entitas dapat memilih untuk mengadopsi

    baik model revaluasi atau model biaya sesuai dengan GRAP 103.

    b) Menurut Financial Reporting Statements (FRS) 30 (2009), penilaian (valuation) aset

    bersejarah dapat dilakukan dengan metode apapun yang tepat dan relevan. Pendekatan

    penilaian yang dipilih nantinya diharapkan adalah suatu penilaian yang dapat

    menyediakan informasi yang lebih relevan dan bermanfaat.

    c) Menurut Pedoman Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 07 (2010), penilaian kembali

    (revaluation) tidak diperbolehkan karena SAP menganut penilaian aset berdasarkan

    biaya perolehan atau harga pertukaran. Dalam hal terjadi perubahan harga secara

    signifikan, pemerintah dapat melakukan revaluasi atas aset yang dimiliki agar nilai aset

    tetap pemerintah yang ada saat ini mencerminkan nilai wajar sekarang.

    Berdasarkan keempat model penilaian di atas, secara garis besar standar membebaskan

    model penilaian mana yang cocok digunakan untuk aset bersejarah baik model penilaian

    kembali (revaluation) maupun model biaya. Kebebasan tersebut diharapkan agar entitas

    dapat menyediakan informasi yang lebih relevan dan lebih bermanfaat. Jadi, perbedaan

    model penilaian dianggap tidak akan menjadi penghalang bagi sebuah entitas pengelola aset

    bersejarah untuk melakukan penilaian aset bersejarah.

    2. Macam- macam Alternatif PengungkapanAset Bersejarah

    Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip

    akuntansi dan pelaporan keuangan, salah satunya adalah pengungkapan lengkap (full

    disclosure). Pengungkapan lengkap berarti laporan keuangan menyajikan secara lengkap

    informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna

    laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan

    atau Catatan atas Laporan Keuangan.

    Sama halnya dengan model penilaian, pengungkapan aset bersejarah dalam laporan

    keuangan pun bermacam- macam jenisnya. Menurut PSAP Nomor 07 Tahun 2010, aset

    bersejarah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) saja tanpa nilai,

    kecuali untuk beberapa aset bersejarah yang memberikan potensi manfaat lainnya kepada

    pemerintah selain nilai sejarahnya, misalnya gedung untuk ruang perkantoran, aset tersebut

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    14

    akan diterapkan prinsip- prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya. Aset bersejarah yang

    masuk dalam golongan tersebut akan dimasukkan dalam neraca.

    Sejalan dengan PSAP, menurut Financial Reporting Statement (FRS)- 30 aset bersejarah

    memungkinkan untuk dicantumkan dalam CaLK atau neraca. Aset bersejarah yang

    dimasukkan dalam neraca setidaknya memperhatikan beberapa hal, yaitu:

    a) Nilai aset bersejarah yang tercatat pada awal periode laporan keuangan dan pada

    tanggal neraca, termasuk analisis pengelompokkan aset bersejarah yang dilaporkan

    pada biaya maupun penilaian kembali (revaluation)

    b) Saat aset dilaporkan dengan model penilaian kembali (revaluation), entitas cukup

    melaporkan informasi yang membantu dalam hal pemahaman tentang penilaian yang

    digunakan dan bagaimana signifikansinya.

    Jadi, terdapat dua alternatif yang dapat digunakan untuk aset bersejarah. Pertama, aset

    tersebut dimasukkan dalam CaLK saja, yang masuk dalam kategori ini adalah aset bersejarah

    yang memberikan potensi manfaat kepada pemerintah berupa nilai seni, budaya dan sejarah

    saja. Dalam CaLK, aset bersejarah hanya ditulis sejumlah unit aset dan keterangan yang

    berkaitan dengan aset tersebut. Kedua, aset bersejarah dimasukkan dalam neraca, yang

    masuk dalam kategori ini adalah aset bersejarah yang memberikan potensi manfaat kepada

    pemerintah selain nilai sejarahnya. Dalam neraca, aset bersejarah dinilai seperti layaknya

    aset tetap lain.

    F. Renovasi dan Pemeliharaan Aset Tetap (Subsequent Expenditures)

    Setelah aset diperoleh, pemerintah masih melakukan pengeluaran-pengeluaran yang

    berhubungan dengan aset tersebut. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat berupa biaya

    pemeliharaan maupun biaya renovasi. Pengeluaran yang dapat memberikan manfaat lebih dari satu

    tahun (memperpanjang manfaat aset tersebut dari yang direncanakan semula atau peningkatan

    kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja) disebut dengan pengeluaran modal (capital

    expenditure) sedangkan pengeluaran yang memberikan manfaat kurang dari satu tahun (termasuk

    pengeluaran untuk mempertahankan kondisi aset tetap) disebut dengan pengeluaran pendapatan

    (revenue expenditure).

    Menurut PSAP 07 paragraf 49, pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang

    memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di

    masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar

    kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan. Kapitalisasi biaya harus

    ditetapkan dalam kebijakan akuntansi suatu entitas berupa kriteria kapitalisasi dan/atau suatu Nilai

    Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap (capitalization thresholds) untuk dapat digunakan dalam

    penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak. Aset tetap yang nilai

    perolehannya di bawah Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap tidak disajikan dalan neraca

    (on face), melainkan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan dan dicatat pada Laporan

    BMN/Laporan Barang Milik Daerah. SAP tidak menentukan besarnya capitalization threshold ini

    tetapi memberikan kebebasan kepada masing-masing entitas untuk menentukan sendiri. Pada PSAP

    07 lebih lanjut dijelaskan bahwa dikarenakan organisasi pemerintah sangat beragam dalam jumlah

    penggunaan asset tetap maka suatu batasan jumlah kapitalisasi tidak dapat diseragamkan untuk

    seluruh entitas. Itu berarti keputusan batasan ada pada masing-masing entitas untuk

    menetapkannya sesuai dengan kondisi keuangan, kondisi operasional, dan jumlah asset tetapnya.

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    15

    Namun, standar ini mengharuskan bahwa sekali batasan ditetapkan maka harus diterapkan secara

    konsisten dan diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan.

    Berdasarkan Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan nomor 120/PMK.06/2007 tentang

    Penatausahaan BMN bahwa Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap adalah pengeluaran

    pengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi,

    dan restorasi, meliputi :

    pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat olah raga yang sama dengan

    atau lebih dari Rp 300.000 (tiga ratus ribu rupiah); dan

    pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000

    (sepuluh juta rupiah).

    Contoh Kasus

    Pada tahun 2013, Kementerian K melakukan pemeliharaan gedung dan bangunan sebagai

    berikut:

    Tanggal 10 Agustus 2013 dilakukan kegiatan pemasangan keramik yang semula hanya

    berupa lantai tanah sejumlah Rp600.000.000 dengan pembebanan pada akun belanja

    modal gedung dan bangunan.

    Tanggal 10 September 2013 dilakukan pengecatan taman gedung sejumlah Rp300.000.000

    dengan pembebanan pada akun belanja pemeliharaan.

    Atas transaksi tersebut biaya yang dapat dikapitalisasi hanyalah biaya pemasangan keramik

    (biaya renovasi). Biaya pengecatan taman diakui sebagai beban tahun berjalan dan tidak perlu

    dikapitalisasi karena merupakan kegiatan pemeliharaan rutin yang tidak menunjukkan adanya suatu

    peningkatan mutu/kualitas/kapasitas atas aset yang bersangkutan. Jurnal yang dibuat oleh

    Kementerian K adalah sebagai berikut.

    Untuk Belanja Modal

    Tanggal Uraian Debet Kredit

    10/08/2013 Aset Tetap Gedung

    Piutang dari KUN (mencatat kapitalisasi aset tetap)

    600.000.000 600.000.000

    Un tuk Belanja Pemeliharaan

    Tanggal Uraian Debet Kredit

    10/09/2013 Beban pemeliharaan

    Piutang dari KUN (mencatat biaya pemeliharaan gedung)

    300.000.000 300.000.000

    Sementara itu, IPSAS juga mengatur ketentuan tetang aset tetap. Di dalam IPSAS 17 yang

    mengatur akuntansi aset tetap pada paragraf 14 disebutkan sebagai berikut:

    The cost of an item of property, plant and equipment shall be recognized as an asset if, and

    only if:

    1) It is probable that future economic benefits or service potential associated with the

    item will flow to the entity; and

    2) The cost or fair value of the item can be measured reliably.

    Lebih lanjut ketentuan tentang pengeluaran setelah pengeluaran awal aset tetap diatur pada

    paragraf 23-25, yang menyatakan sebagai berikut:

    23 Under the recognition principle in paragraph 14, an entity does not recognize in the carrying

    amount of an item of property, plant and equipment the costs of the day-to-day servicing of the

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    16

    item. Rather, these costs are recognized in surplus or deficit as incurred. Costs of day-to-day

    servicing are primarily the costs of labor and consumables, and may include the cost of small

    parts. The purpose of these expenditures is often described as for the repairs and maintenance

    of the item of property, plant and equipment.

    24 Parts of some items of property, plant and equipment may require replacement at regular

    intervals. For example, a road may need resurfacing every few years, a furnace may require

    relining after a specified number of hours of use, or aircraft interiors such as seats and galleys

    may require replacement several times during the life of the airframe. Items of property, plant

    and equipment may also be required to make a less frequently recurring replacement, such as

    replacing the interior walls of a building, or to make a non-recurring replacement. Under the

    recognition principle in paragraph 14, an entity recognizes in the carrying amount of an item of

    property, plant and equipment the cost of replacing part of such an item when that cost is

    incurred if the recognition criteria are met. The carrying amount of those parts that are

    replaced is derecognized in accordance with the derecognition provisions of this Standard (see

    paragraphs 82 to 87).

    Dari pernyataan di atas, secara definisi, dengan jelas IPSAS menyatakan bahwa setiap biaya yang

    dapat diidentifikasikan akan memberi tambahan manfaat ekonomis di masa yang akan datang akan

    diakui sebagai aset tetap (dikapitalisasi). Lebih lanjut, IPSAS juga menegaskan biaya-biaya yang

    sifatnya harian (day to day servicing cost) tidak dikapitalisasi. Adapun IPSAS menyebutkan contoh-

    contoh day to day servicing cost yang harus dibebankan seperti :

    1. Penambalan permukaan berlubang pada jalan raya

    2. Penggantian kursi penumpang pada pesawat yang dimiliki pemerintah

    3. Pengecetan gedung pemerintah

    Dari penjelasan di atas terlihat bahwa SAP dan IPSAS memiliki ketentuan yang sama dalam mengatur

    biaya pengeluaran setelah pengeluaran awal terkait aset tetap, yaitu:

    1. Mengkapitalisasi biaya pengeluaran yang dapat menambah masa manfaat/member

    tambahan manfaat ekonomis di masa mendatang. (SAP menambahkan syarat capitalization

    thresholds).

    2. Mengakui sebagai beban biaya pengeluaran yang sifatnya harian atau pemeliharaan rutin

    dan tidak menambah masa manfaat aset tetap.

    Secara ringkas perbandingan antara SAP dan IPSAS tentang biaya pengeluaran setelah

    perolehan awal aset tetap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Perbandingan SAP IPSAS

    Syarat kapitalisasi aset tetap

    Memperpanjang masa manfaat, atau

    Menambah kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, atau

    Memenuhi nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap (capitalization thresholds)

    Memberi tambahan manfaat ekonomis di masa yang akan datang.

    Pengeluaran yang diakui sebagai beban

    Tidak dijelaskan secara eksplisit Biaya pengeluaran yang sifatnya harian atau pemeliharaan rutin

    G. Akuntansi Penyusutan Aset Tetap

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    17

    Penyusutan aset tetap bukan merupakan metode alokasi biaya untuk periode yang menerima

    manfaat aset tetap tersebut sebagaimana diberlakukan di sektor komersial. Penyesuaian ini lebih

    merupakan upaya untuk menunjukkan pengurangan nilai karena pengonsumsian potensi manfaat

    aset oleh karena pamakaian dan/atau pengurangan nilai karena keusangan dan lain-lain.

    Menurut PSAP 07, Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang

    dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai

    penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat (carrying amount)

    aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional. Penyesuaian nilai aset

    tetap dilakukan dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode

    penyusutan yang digunakan harus dapat menggambarkan manfaat ekonomi atau kemungkinan jasa

    (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Masa manfaat aset tetap yang dapat

    disusutkan harus ditinjau secara periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi

    sebelumnya, penyusutan periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian.

    Metode penyusutan yang dapat dipergunakan menurut PSAP antara lain:

    1. Metode garis lurus (straight line method);

    2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method)

    3. Metode unit produksi (unit of production method)

    Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan

    karakteristik aset tersebut.

    Tujuan utama dari penyusutan adalah menyesuaikan nilai aset tetap untuk mencerminkan nilai

    wajarnya. Di samping itu penyusutan juga dimaksudkan untuk menggambarkan penurunan kapasitas

    dan manfaat yang diakibatkan pemakaian aset tetap dalam kegiatan pemerintahan. Untuk

    menerapkan penyusutan, prasyarat yang perlu dipenuhi adalah:

    a. Identitas Aset yang Kapasitasnya Menurun

    Aset tetap harus dapat diidentifikasi sehingga dapat dibedakan antara aset tetap yang dapat

    menurun kapasitas dan manfaatnya (peralatan dan mesin, bangunan dll) dengan aset yang

    tidak menurun kapasitas dan manfaatnya atau bahkan bertambah nilainya (tanah, konstruksi

    dalam pengerjaan).

    b. Nilai yang Dapat Disusutkan

    Nilai aset tetap menjadi prasyarat dalam penyusutan. PSAP menganut nilai historis, sehingga

    kecuali karena kondisi yang tidak memungkinkan perolehan nilai historis, nilai aset tetap

    yang diakui secara umum adalah nilai perolehannya. Lebih lanjut Buletin Teknis 05

    menyatakan bahwa di lingkungan pemerintah aset tetap diniatkan untuk digunakan dalam

    operasi pemerintahan dan tidak dimaksudkan untuk dijual pada akhir masa manfaatnya.

    Selain itu, penyusutan aset tetap tidak dimaksudkan dalam rangka perbandingan antara

    biaya dan pendapatan. Meskipun terhadap suatu aset tetap dapat ditentukan nilai

    residunya, dengan kedua alasan, maka nilai sisa/residu diabaikan dalam menghitung

    penyusutan. Aset tetap masih memiliki nilai selama masih dapat dimanfaatkan, sehingga

    pada prinsipnya tidak dikenal nilai residu. Dengan demikian, nilai perolehan atau nilai wajar

    aset tetap menjadi nilai yang dapat disusutkan (depreciable cost).

    c. Masa Menfaat dan Kapasitas Aset Tetap

    Suatu aset disebut sebagai aset tetap adalah karena manfaatnya dapat dinikmati lebih dari

    satu tahun atau satu periode akuntansi. Ukuran manfaat isendiri berbeda-beda, ada yang

    dapat diukur dengan indikator terkuantifikasi dan ada yang tidak. Perbedaan masa manfaat

    dan intensitas pemanfaatan perlu diketahui untuk menetapkan metode penyusutan.

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    18

    Terhadap aset tetap yang indikasi potensi manfaatnya dikaitkan dengan panjang masa

    manfaat dapat dipilih metode penyusutan garis lurus atau saldo menurun berganda. Dalam

    hal ini masa manfaat akan menjadi dasar perhitungan penyusutan. Sedangkan aset tetap

    dikaitkan dengan intensitas pemanfaatannya dapat menggukan metode penyusutan unit

    produksi. Dalam hal ini pemanfaatan akan diukur dengan unit kapasitas atau produksi yang

    termanfaatkan. Pada gillirannya, unit kapasitas atau produksi ini akan dibandingkan dengan

    seluruh potensi kapasitas/produksi yang dikandung oleh suatu aset tetap.

    Sementara itu, menurut IPSAS 17, Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu

    aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.

    Nilai yang dapat disusutkan adalah biaya aset atau biaya penggantian aset dikurangi nilai sisa

    (residual value) aset tersebut. Hal ini berbeda dengan SAP yang tidak mengakui adanya nilai sisa

    (residual value) dalam menentukan nilai yang dapat disusutkan pada aset tetap. Selain itu IPSAS

    menyatakan secara jelas bahwa aset tetap yang memiliki nilai yang signifikan terhadap total aset

    tetap yang dimiliki harus disusutkan secara terpisah. Hal ini berbeda dengan SAP yang tidak secara

    jelas menyatakan syarat aset yang disusutkan secara terpisah atau secara berkelompok. Namun

    secara teknis hal ini diatur dalam Buletin Teknis 05 yang mengatur bagaimana menentukan aset

    yang disusutkan secara berkelompok atau individual. Penyusutan dimulai sejak aset tetap tersedia

    untuk digunakan. Metode penyusutan yang dapat dipergunakan menurut IPSAS antara lain:

    1. Metode garis lurus (straight line method);

    2. Metode saldo menurun (diminishing balance method)

    3. Metode unit produksi (unit of production method)

    Secara ringkas, perbandingan antara PSAP dan IPSAS tentang penyusutan aset tetap dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini:

    Perbandingan SAP IPSAS

    Definisi

    Alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.

    Alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan selama masa manfaatnya.

    Nilai yang Dapat Disusutkan Harga perolehan atau Nilai terbawa (Carrying Amount)

    Harga perolehan dikurangi nilai sisa (residual value) aset tetap.

    Nilai sisa (residual value) Tidak diakui Diakui

    Metode Penyusutan

    Garis lurus (Straight Line Method)

    Saldo menurun ganda (Double Declining Balance Method)

    Unit produksi (Unit of Production Method)

    Garis lurus (Straight Line Method)

    Saldo menurun (Diminishing Balance Method)

    Unit produksi(Unit of Production Method)

    Saat Dimulai penyusutan Tidak dijelaskan secara eksplisit.

    Sejak aset tetap tersedia untuk digunakan.

    H. Akuntansi Penghentian/Penghapusan Aset Tetap

    Adanya penghentian maupun pelepasan aset tetap (Barang Milik Negara) di lingkungan

    pemerintah lazim disebut dengan pemindahtanganan. Pemindahtanganan Barang Milik Negara

    (BMN) yang dilakukan pemerintah berdasarkan pada PMK Nomor 96/PMK.08/2007 tentang

    pengelolaan BMN yang diantaranya dilakukan dengan cara:

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    19

    1. Dijual ;

    2. Dipertukarkan

    3. Dihibahkan; atau

    4. Dijadikan penyertaan modal negara/daerah.

    Kriteria pelepasan aset tetap di atas senada dengan PSAP 07 paragraf 76 dan 77 menyatakan

    bahwa:

    76. Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen

    dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang.

    77. Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan

    diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

    Ketentuan pelepasan aset tetap di PSAP 07 di atas senada dengan IPSAS 17 paragraf 82 yang

    menyebutkan bahwa carrying amount dari suatu aset tetap harus dilakukan penghentian

    pengakuannya ketika (1) dilepaskan dan (2) tidak mempunyai manfaat ekonomis di masa depan dari

    penggunaannya. Apabila suatu aset tetap dihentikan dari penggunaannya, baik karena

    dipindahtangankan maupun karena berakhirnya masa manfaat/tidak lagi memiliki manfaat ekonomi,

    maka pencatatan akun aset tetap yang bersangkutan harus ditutup.

    Secara akuntansi, aset tetap yang tidak dapat digunakan karena aus, ketinggalan jaman, tidak

    sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan

    rencana umum tata ruang (RUTR) atau masa kegunaannya telah berakhir, maka aset tetap tersebut

    hakekatnya tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan, sehingga penggunaannya harus

    dihentikan dan dapat dilepaskan. Namun proses pelepasan tersebut harus memenuhi proses

    sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 96/PMK.08/2007 tentang pengelolaan BMN. Pencatatan

    dilakukan setelah terbit surat keputusan penghapusan oleh K/L untuk aset tetap yang telah habis

    masa manfaat/tidak ada lagi manfaat dari penggunaannya. Untuk aset tetap yang dihibahkan,

    dieliminasi dari neraca pada saat telah dikeluarkan berita acara serah terima hibah oleh K/L sebagai

    tindak lanjut persetujuan hibah pengelola barang. Aset tetap yang dipindahtangankan melalui

    mekanisme Penyertaan Modal Negara (PMN), dikeluarkan dari pembukuan pada saat Peraturan

    Pemerintah (PP) PMN diterbitkan. Sedangkan aset tetap yang dilepaskan melalui penjualan

    dikeluarkan dari pembukuan pada saat diterbitkan risalah lelang.

    Jurnal yang dibuat untuk akuntansi pelepasan aset tetap adalah sebagai berikut:

    Saat penghentian secara permanen

    Tanggal Uraian Debet Kredit

    Aset Lainnya Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (mencatat reklasifikasi aset tetap menjadi aset lainnya)

    xxxx xxxx

    xxxx

    Penjualan Aset Tetap

    Tanggal Uraian Debet Kredit

    Akumulasi Penyusutan Defisit Penjualan Aset Non Lancar, atau Surplus Penjualan Aset Non Lancar

    xxxx xxxx

    xxxx

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    20

    Aset Tetap (untuk mencatat penghapusan aset tetap melalui Penjualan)

    xxxx

    Hibah

    Tanggal Uraian Debet Kredit

    Beban Hibah Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (untuk mencatat penghapusan aset tetap melalui Hibah)

    xxxx xxxx

    xxxx

    Penyertaan Modal

    Tanggal Uraian Debet Kredit

    Penyertaan Modal Pemerintah Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (untuk mencatat penghapusan aset tetap melalui Penyertaan Modal)

    xxxx xxxx

    xxxx

    Transfer Aset Tetap antar Intansi

    Tanggal Uraian Debet Kredit

    Beban Transfer Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (untuk mencatat penghapusan aset tetap melalui Transfer antar instansi)

    xxxx xxxx

    xxxx

    Pencatatan sebagaimana di atas senada dengan IPSAS 17 paragraf 85 yang menyebutkan nilai aset

    tetap yang dilepas adalah sebesar nilai sisa aset tetap tersebut setelah disusutkan. Begitu juga

    apabila suatu entitas tidak mengaplikasikan nilai sisa (tanpa residual value) maka nilai yang

    digunakan adalah biaya perolehan pada saat aset tetap tersebut diperoleh maupun dibangun.

    Dalam hal penghentian aset tetap merupakan akibat dari pemindahtanganan dengan cara dijual

    atau dipertukarkan sehingga pada saat terjadinya transaksi belum seluruh nilai buku aset tetap yang

    bersangkutan habis disusutkan, maka selisih antara harga jual atau harga pertukarannya dengan nilai

    buku aset tetap terkait diperlakukan sebagai surplus atau defisit atas penjualan aset non lancar pada

    Laporan Operasional (LO). Sementara itu pelepasan aset tetap melalui penjualan, IPSAS 17 paragraf

    83 menyebutkan bahwa akan muncul gain atau loss dari pelepasan aset tetap yang diakui dalam

    surplus atau defisit. Apabila muncul Gain tidak diklasifikasikan sebagai revenue (pendapatan). Nilai

    gain atau loss tersebut adalah selisih antara pendapatan bersih pengalihan dengan nilai sisa aset

    tetap tersebut.

    Dari penjelasan di atas diketahui bahwa aset tetap yang akan dilepaskan maupun sudah tidak

    mempunyai masa manfaat di masa mendatang tidak langsung dilepaskan/dikeluarkan dari neraca

    sebelum ada persetujuan pelepasan berupa surat keputusan, persetujuan, peraturan, maupun

    dokumen lainnya. Beberapa status untuk aset tetap yang akan dihapuskan berdasarkan dasar

    persetujuan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:

    1. Apabila suatu aset tetap dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif, maka aset

    tetap tersebut direklasifikasi dalam kelompok aset lainnya.

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    21

    2. Apabila suatu aset tetap dilepaskan atau dihentikan secara permanen setelah

    mendapatkan persetujuan penghapusan, maka aset tetap tersebut dieliminasi dari neraca.

    3. Aset tetap yang dihentikan secara permanen oleh pimpinan entitas sebelum mendapat

    persetujuan penghapusan direklasifikasi dalam kelompok aset lainnya.

    4. Aset tetap dalam proses pemindahtanganan dan telah diterbitkan surat persetujuan dari

    pengelola barang maka aset tersebut tidak digunakan dalam kegiatan operasional

    pemerintah, dengan kata lain tidak aktif, sehingga tidak memenuhi kriteria dan tidak dapat

    dikelompokkan lagi sebagai aset tetap.

    Hal ini sesuai dengan pernyataan Paragraf 78 PSAP 07 menyatakan bahwa aset tetap yang

    dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus

    dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya. Pada saat dokumen sumber untuk

    mengeliminasi aset tetap tersebut dari neraca telah diperoleh, maka aset tetap yang telah

    direklasifikasi menjadi aset lainnya tersebut dikeluarkan dari neraca.

    Perbandingan SAP IPSAS

    Kriteria pelepasan aset tetap (penghapusbukuan)

    Dilepaskan atau secara permanen dihentikan penggunaannya.

    Tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang

    Dilepaskan

    Tidak mempunyai manfaat ekonomis di masa depan dari penggunaannya.

    Pengakuan Laba atau Rugi Ada Ada

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    22

    III. PERBANDINGAN ASET TETAP BERDASARKAN SAK DAN SAP

    A. Definisi dan Klasifikasi

    PP 71 Tahun 2010

    (PSAP 07)

    Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12( dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Pengecualian: Aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies), hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative natural resources), kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam, dan sumber daya alam serupa yang tidak dapat diperbaharui (non regenerative natural resources).

    IAS 16 Aset tetap adalah aset berwujud yang: a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

    penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

    b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

    PSAK 16 Aset tetap adalah aset berwujud yang: a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau

    penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

    b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

    Dari segi definisi aset tetap antara SAP dan SAK pada dasarnya menganut prinsip yang sama,

    yaitu suatu aset dikategorikan sebagai aset tetap jika memiliki masa manfaat/diharapkan dapat

    digunakan selama lebih dari satu periode (12 bulan).

    Berbeda dengan SAP, SAK tidak menentukan secara eksplisit klasifikasi aset tetap seperti yang

    dinyatakan dalam SAP. Hal ini menunjukkan bahwa SAK memberikan kebebasan kepada suatu

    entitas untuk menetapkan nama akun sesuai jenis aset tetap yang dilaporkan sepanjang memenuhi

    kriteria sebagai aset tetap.

    B. Pengakuan Aset Tetap

    PP 71 Tahun 2010 (PSAP 07)

    Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut :

    a) Berwujud; b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)

    bulan; c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal

    entitas; dan e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk

    digunakan.

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    23

    IAS 16 Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

    a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan

    b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

    PSAK 16 Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

    a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan

    b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

    Dalam hal pengakuan aset tetap, terlihat bahwa SAP dan SAK menggunakan prinsip yang sama.

    Aset tetap diakui jika memenuhi dua kriteria utama yaitu 1) besar kemungkinan manfaat ekonomis

    berkaitan dengan aset tersebut mengalir ke entitas, dan 2) biaya perolehan aset tersebut dapat

    diukur secara andal.

    Selain itu, SAP dan SAK juga menganut prinsip yang sama terkait dengan penghentian

    pengakuan aset tetap. Pada PSAP 07 Par 76 dinyatakan Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca

    ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat

    ekonomik masa yang akan datang. Hal ini senada dengan PSAK 16 dan IAS 16 yang sama-sama

    menyatakan Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat 1) dilepas, atau 2)

    ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau

    pelepasannya.

    Dalam SAP dan SAK sama-sama mengakui adanya laba atau rugi berkenaan dengan pelepasan

    aset tetap, baik karena dijual, ditukar dll. Dan laba atau rugi tersebut dilaporkan pada bagian yang

    terpisah dari klasifikasi pendapatan.

    C. Pengukuran Aset Tetap

    PP 71 Tahun 2010 (PSAP 07)

    Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan

    IAS 16 Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai pada tanggal pengakuan. Jika pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan IAS 23.

    PSAK 16 Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.

    Dari tabel di atas terlihat bahwa SAP dan SAK sama-sama penganut prinsip biaya perolehan

    dalam mengukur nilai suatu aset tetap pada saat awal akuisisi. Perbedaan terletak pada ketentuan

    pengukuran setelah pengakuan awal. Dalam paragraf 52, SAP hanya mengatur pengukuran nilai aset

    tetap berdasarkan harga perolehan, penilaian kembali (revaluasi) hanya dapat dilakukan hanya jika

    terjadi kondisi yang memungkinkan entitas melakukan penilaian kembali aset tetap tersebut. Hal ini

    berbeda dengan IFRS dan SAK yang mengharuskan entitas memilih antara model biaya atau model

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    24

    revaluasi sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset

    tetap.

    1) Model Biaya

    Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi

    penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

    2) Model revaluasi

    Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus

    dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi

    penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

    Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang memadai untuk memastikan bahwa

    jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari apa yang akan ditentukan dengan

    menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

    Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi dalam

    pengukuran aset tetap maka perubahan tersebut berlaku prospektif.

    D. Penyajian dan Pengungkapan

    Senada dengan SAP, SAK mengatur ketentuan hal-hal yang harus dilaporkan dalam Catatan atas

    Laporan Keuangan, untuk setiap kelompok aset tetap antara lain:

    1) dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;

    2) metode penyusutan yang digunakan;

    3) umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

    4) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi

    penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan

    5) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

    a) penambahan;

    b) aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok

    lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi

    2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan

    pelepasan lainnya;

    c) akuisisi melalui kombinasi bisnis;

    d) peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40

    serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan

    komprehensif lain sesuai PSAK No. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;

    e) rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai PSAK 48;

    f) rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi sesuai PSAK 48;

    g) penyusutan;

    h) selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata

    uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran

    dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor;

    dan

    i) perubahan lain.

    Laporan keuangan juga mengungkapkan:

    1) keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk

    liabilitas;

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    25

    2) jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam

    pembangunan;

    3) jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan

    4) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai,

    hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkan secara

    terpisah pada pendapatan komprehensif lain.

    Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:

    a. tanggal efektif revaluasi;

    b. apakah penilai independen dilibatkan;

    c. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset;

    d. penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan harga

    terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang

    wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;

    e. untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat

    dengan model biaya; dan

    f. surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-

    pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

  • ASET TETAP PEMERINTAH

    26

    DAFTAR PUSTAKA

    Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

    IPSAS 17 (2006) from http://www.ifac.org/sites/default/files/publications/files/ipsas-17-property-

    plant-3.pdf

    PSAK 16 (2011) from http://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED-PSAK-16.pdf

    Braddy, William D. (2001). Managing Fix Asset in Public Sector. From

    www.upublish.com/books/braddy.htm