KARYA TULIS ILMIAH Kesiapan Regulasi Nasional Menjelang Asean Economic Community 2015 “Analisis Regulasi dan Impementasi Indonesia National Single Window (INSW) Terkait Ekspor Impor di Indonesia” Disusun Oleh : Nama : Ellen Vembrey NIM : 205120038 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KARYA TULIS ILMIAH
Kesiapan Regulasi Nasional Menjelang Asean Economic
Community 2015
“Analisis Regulasi dan Impementasi Indonesia National
Single Window (INSW) Terkait Ekspor Impor di
Indonesia”
Disusun Oleh :
Nama : Ellen Vembrey
NIM : 205120038
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2014
i
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini dengan judul “Analisis Regulasi dan Impementasi
Indonesia National Single Window (INSW) Terkait Ekspor Impor di
Indonesia” ini telah disetujui dan diperiksa oleh Dekan dan Dosen Mata kuliah
Hukum Ekonomi Internasional sebagai dosen pembimbing Fakultas Hukum
Universitas Tarumanagara.
Oleh:
Nama : Ellen Vembrey
NIM : 205120038
Jakarta, 13 Oktober 2014
Disetujui oleh:
Dekan Fakultas Hukum :
( Dr. Amad Sudiro, S.H., M.H., M.M.)
Dosen Pembimbing I :
( Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H )
Dosen Pembimbing II :
( Vera W Soemarwi, S.H., LL.M )
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ellen Vembrey
Program Studi : Ilmu Hukum
NIM : 205120038
Judul Karya Tulis : Analisis Regulasi dan Impementasi Indonesia National
Single Window (INSW) Terkait Ekspor Impor di Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
berdasarkan penelitian, analisa dan pemaparan asli saya sendiri. Jika terdapat
karya orang lain, saya akan mencantukan sumber yang jelas dan yang sebenarnya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan
Universitas Tarumanagara, khususnya Fakultas Hukum.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.
Jakarta, 13 Oktober 2014
Yang menyatakan,
Ellen Vembrey
NIM:205120038
iii
ABSTRAK
Nama : Ellen Vembrey
Program Studi : Ilmu Hukum
Judul : Analisis Regulasi dan Impementasi Indonesia National Single
Window (INSW) Terkait Ekspor Impor di Indonesia
Karya tulis ini membahas tentang Indonesia National Single Window (INSW) yang
merupakan suatu sistem nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya
suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (single submission of data and
information), pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron (single and
synchronous processing of data and information), dan pembuatan keputusan secara
tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang (single decision-
making for custom release and Clearance of cargoes);
INSW menjadi elemen penting terkait keberadaannya sebagai implementasi dari
pelaksanaan ASW (Asean Single Window), dan juga dilatarbelakangi oleh beberapa
kepentingan nasional terkait ekspor-impor yang mempengaruhi perekonomian
nasional dan persaingan di lingkup Internasional pada umumnya, lingkup regional
pada khususnya.
Dalam fasilitasi perdagangan yang dioperasikan berdasarkan strandarisasi informasi,
prosedur, dan praktek pergerakan barang-barang lintas pabean dalam perdagangan
Internasional.
Pada keadaan sekarang ini dimana proses dalam melayani kegiatan ekspor- impor
masih cukup lama, dan masih tingginya biaya dalam lalu lintas barang ini,
mengakibatkan tingkat ekonomi yang tinggi, dan tingkat keakuratan data atas
kegiatan ekspor-impor yang masih belum terintegrasi dengan baik
Kata Kunci : Indonesia National Single Window, Asean Single Window, Ekspor-
Impor.
iv
ABSTRACT
Name : Ellen Vembrey
Study Program : Law
Title : Regulation and Indonesian National Single Window (INSW)
Implementation Analysis Regarding Export Import in
Indonesia.
This paper discusses about the Indonesian National Single Window (INSW)
which is an Indonesian national system that allows single submission of data and
information, single and synchronous processing of data and information, single
decision-making for custom release and Clearance of cargoes;
INSW has become an important element regarding its existence as an
implementation of ASW (Asean Single Window) execution, and also motivated
by some national interest regarding export-import that affects national economy
and its competition in International scope generally, regional scope especially.
In trading facilities which operated based on standardization of information,
procedure, and the practice of movement of of goods across the customs in
International Trade.
In the present circumstances where process in serving activities in export-import
still long enough, and the high cost of the goods traffic, resulting in a high level
of economic, and the accuracy of the data on export-import activities that are still
not well integrated.
Keywords: Indonesian National Single Window, Export-Import.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatnya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya dalam mengikuti lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan
LKTI mahasiswa tingkat Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara dan sebagai
tugas wajib dalam mata kuliah Hukum Ekonomi Internasional.
Di latar belakangi setelah terjadinya krisis ekonomi yang melanda khususnya pada
kawasan Asia Tenggara beberapa waktu silam, para kepala Negara ASEAN
(Association of South East Asia Nations) pada KTT ASEAN ke-9 di Bali,
Indonesia tahun 2003, menyepakati pembentukan komunitas ASEAN dalam
bidang Keamanan Politik (ASEAN Political-Security Community), Ekonomi
(ASEAN Economic Community), dan Sosial Budaya (ASEAN Socio-Culture
Community) yang di kenal dengan Bali Concord II.
Pada kesempatan kali ini penulis akan memusatkan Karya Tulis Ilmiah ini pada
kesepakatan AEC (ASEAN Economic Community) 2015. AEC merupakan suatu
realisasi dari tujuan akhir integrasi ekonomi seperti Visi ASEAN 2020. Dengan
adanya AEC tersebut maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dimana terjadi
arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang
lebih bebas diantara Negara ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang
bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan
pangsa pasarnya dikawasan ASEAN.
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk menggali beberapa Point penting dalam
pelaksanaan AEC 2015 sebagaimana yang dimaksudkan pada AEC Blueprint.
Dalam rangka untuk memberikan pandangan dan juga wawasan terkait dengan
Point yang akan penulis sajikan. Serta memberikan “public awareness” kepada
masyarakat pada umumnya mengenai AEC 2015 ini. Khusunya mengenai
Indonesia National Single Window (INSW) sebagai komitmen Indonesia dalam
kesepakatan AEC 2015 terkait dengan sistem Asean Single Window (ASW).
vi
Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih Kepada Dosen
Pembimbing Hukum Ekonomi Internasional Bpk. Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H
dan Ibu Vera W Soemarwi, S.H., LL.M karena berkat bantuan dan jasa beliau
penulis memperoleh pemahaman serta informasi dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah ini.
Layaknya agent of change penulis mencoba berperan aktif dan memberikan
kontribusi melalui pemahaman yang penulis sajikan dalam Karya Tulis Ilmiah ini
secara maksimal, namun penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Jakarta, 13 Oktober 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 3
1.4 Metode Penelitian ......................................................................... 3
Di Indonesia misalnya jika kita berbicara tentang struktur sistem hukum
Indonesia, maka termasuk di dalamnya struktur institusi-institusi penegakan
hukum seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan (Achmad Ali, 2002 : 8).
Substansi hukum
“Another aspect of the legal system is its substance. By this is meant the actual
rules, norm, and behavioral patterns of people inside the system …the stress here
is on living law, not just rules in law books”.
Aspek lain dari sistem hukum adalah substansinya. Yang dimaksud dengan
substansinya adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata manusia yang berada
dalam system itu. Jadi substansi hukum menyangkut peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi
pedoman bagi aparat penegak hukum.
Keseluruhan aturan hukum, norma hukum dan asas hukum, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan.
Budaya hukum,:
“The third component of legal system, of legal culture. By this we mean people’s
attitudes toward law and legal system their belief …in other word, is the climinate
of social thought and social force wicch determines how law is used, avoided, or
abused”.
Kultur hukum menyangkut budaya hukum yang merupakan sikap manusia
(termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya) terhadap hukum dan sistem
hukum. Sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum
yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa
didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan
masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.
Sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum-kepercayaan, nilai, pemikiran,
serta harapannya. Kultur hukum adalah suasana pemikiran sosial dan kekuatan
sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau
8
disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran hukum
masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan tercipta
budaya hukum yang baik dan dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai
hukum selama ini.
Dengan teori yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman tersebut akan dapat
ditarik beberapa pengertian, analisa, dan kesimpulan terkait regulasi National
Single Window (NSW) sebagai suatu sistem elektronik yang terintegrasi dan
merupakan hal baru di Indonesia.
2. 2 Kerangka konsepsional
Untuk membatasi kesimpangsiuran definisi dalam penelitian ini, maka penulis
juga membatasi permasalahan pada definisi operasional yang berkaitan dengan
tema penelitian, yaitu mencakup:
1. Indonesia National Single Window yang selanjutnya disebut dengan
INSW adalah sistem nasional Indonesia yang memungkinkan
dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal (single
submission of data and information), pemrosesan data dan informasi
secara tunggal dan sinkron (single and synchronous processing of data
and information), dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk
pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang (single decision-
making for custom release and clearance of cargoes).4
2. Portal INSW adalah sistem yang akan melakukan integrasi informasi
berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeanan dan
pengeluaran barang, yang menjamin keamanan data dan informasi serta
memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara
otomatis, yang meliputi sistem kepabeanan, perizinan,
4 Republik Indonesia, Peraturan Presiden No 10 tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik
Dalam Kerangka Indonesia National Single Window, Pasal 1 angka 2
9
kepelabuhanan/kebandarudaraan, dan sistem lain yang terkait dengan
proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran barang.5
3. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan
atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean Berta
pemungutan bea masuk dan bea keluar.6
4. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.7
5. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.8
5 Republik Indonesia, Peraturan Presiden No 10 tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik
Dalam Kerangka Indonesia National Single Window, Pasal 1 angka 3 6 Republik Indonesia, Undang-undang No.17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, Pasal 1 angka 1
7 Republik Indonesia, Undang-undang No.17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, Pasal 1 angka 13
8 Republik Indonesia, Undang-undang No.17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, Pasal 1 angka 14
10
BAB III
DATA HASIL PENELITIAN
3. 1 National Single Window
Adalah Suatu sistem elektronik yang akan melakukan integrasi informasi
berkaitan dengan proses penanganan dokumen kepabeaan dan pengeluaran
barang yang menjamin keamanan data dan informasi serta memadukan
alur dan proses informasi antar sistem internal secara otomatis, yang
meliputi sistem kepabeaan, perizinan, kepelabuhan/kebandarudaraan, dan
sistem lain yang terkait dengan proses penanganan dokumen kepabeanan
dan pengeluaran barang9
National Single Window juga merupakan sistem yang memungkinkan
untuk:
1. Penyampaian tunggal data dan informasi;
Untuk sekali layanan transaksi ekspor/impor. User hanya perlu
melakukan satu kali mengirimkan data, maka sistem akan
menyelesaikan semua proses yang terkait (di semua instansi).
2. Sinkronisasi tunggal proses data dan informasi;
Atas data yang dikirimkan oleh user ke Portal National Single
Window akan dilakukan satu proses yang terintegrasi dan
tersinkronisasi ke semua instansi terkait.
3. Pembuatan keputusan tunggal untuk izin kepabeanan dan
bongkar/muat barang.
3. 2 Regulasi/landasan hukum terkait penerapan dan pelaksanaan
National Single Window di Indonesia
1. Keputusan Presiden No. 54 Tahun 2002 jo. Keppres No. 24 Tahun 2005
tentang Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan
Impor;
9 Republik Indonesia, Peraturan Presiden No 10 tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik
Dalam Kerangka Indonesia National Single Window
11
2. Instruksi Presiden No.3 Tahun 2006 dilanjutkan Inpres No. 6 Tahun 2007
dan Inpres No. 5 Tahun 2008 berkaitan dengan Peningkatan Investasi &
Fokus Program Ekonomi;
3. Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2008 tanggal 26 Pebruari 2008 (Perpres
No. 10/2008): Penggunaan Sistem Elektronik dalam rangka INSW;
4. Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor
22/M.Ekon/03/2006 jo. KEP-19/M.EKON/04/2008 tentang Pembentukan
Tim Persiapan NSW, yang ditindak-lanjuti dengan
5. Keputusan Menteri Keuangan selaku Ketua Tim Persiapan NSW. Selain
itu undang-undang yang mendasarinya, yaitu
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata),
UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),
UU Kepabeanan, UU tentang Pengesahan Persetujuan Pendirian WTO,
UU tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan,
UU tentang Pangan, dan UU tentang Keuangan.
3. 3 Cara kerja sistem INSW terhadap barang ekspor
1. Pengiriman data ekspor yang dikirim oleh Eksportir atau PPJK berupa
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) secara elektronik melalui sistem
Electronic Data Interchange (EDI) PEB dengan database LARTAS
Ekspor berdasarkan parameter Harmonized System Code (HS CODE).
2. Apabila HS CODE pada barang eksport tersebut membutuhkan perijinan
khusus, maka sistem INSW akan mengecek kelengkapan perijinan
berdasarkan parameter Nomor Aju PEB, NPWP, nomor dan tanggal
perijinan, kode ijin dan masa berlakunya perijinantersebut.
3. Apabila perijinan tersebut memerlukan pengecekan lebih lanjut secara
fisik maka INSW memberikan respon Analysing Point dimana Analysing
Point tersebut terdapat di kantor Bea dan Cukai setempat, untuk
memastikan bahwa dokumen perijinan yang menjadi syarat wajib sesuai
dengan PEB.
4. Apabila semua perijinan sesuai, maka INSW memberikan respon dengan
meneruskan data PEB ke sistem Komputer Kantor Bea dan Cukai untuk
12
diproses lebih lanjut. Langkah terakhir adalah penerbitan Nota Pelayanan
Ekspor (NPE), disertai dengan pemberian nomor PEB dan tanggalnya,
dengan penerbitan NPE ini maka barang tersebut diperlakukan sebagai
barang ekspor dan dapat di ekspor dengan segera.10
3. 4 Kegiatan Impor melalui cara kerja INSW
Gambar 3.1 Sistem INSW dalam kegiatan impor
Sumber: Susiwijono, disampaikan dalam kuliah umum Universitas Indonesia, Balai
sidang UI,13 November 2008
Dahulu sebelum sistem INSW ini ada, importir harus mendatangi instansi-
instansi yang ijinnya diperlukan untuk pengeluaran barang. Secara garis
besar, alur perubahan sistem dalam proses impor barang dengan
menggunakan sistem INSW adalah seperti gambar diatas.
3. 5 Program kerja pemerintah terkait dengan INSW
a. Membentuk Tim Persiapan INSW
b. Membentuk Portal INSW
c. Menyusun Blueprint INSW
d. Menyusun Strategi pentahapan implementasi INSW
e. Sosialisasi terhadap semua pengguna portal INSW
10
Widayati, M. 2014. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN INDONESIA NATIONAL SINGLE
WINDOW (INSW) TERHADAP KEPUASAN EKSPORTIR MEBEL DI PELABUHAN
TANJUNG EMAS. Jurnal Ilmu Pemerintahan, hlm.5
13
BAB IV
PEMBAHASAN
4. 1 Analisis Regulasi/landasan hukum terkait penerapan dan
pelaksanaan National Single Window di Indonesia
Dalam pertimbangan Perpres No. 10/2008 secara garis besar menyebutkan bahwa
dasar dari pembentukannya adalah:
1. Untuk meningkatkan daya saing nasional dan memfasilitasi perdagangan
dalam rangka menghadapi persaingan global, diperlukan upaya untuk
mendorong kelancaran dan kecepatan arus barang ekspor dan/atau impor
serta mengurangi biaya transaksi melalui peningkatan efisiensi waktu dan
biaya dalam proses penanganan dokumen kepabeanan dan pengeluaran
barang (customs release and clearance of cargoes);
2. Untuk melaksanakan komitmen Indonesia dalam Agreement to Establish
and Implement the ASEAN Single Window11
perlu dibangun sistem
Nasional Single Window yang efektif, efisien, dan berkelanjutan.
Dengan diundangkannya Perpres No. 10/2008 tersebut dapat diketahui bahwa
pemerintah (dalam hal ini Presiden selaku memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar12
telah menyadari arti penting INSW bagi
perdagangan (ekspor dan/atau impor) terutama dalam proses kepabeanan dan
perizinan (menggunakan sistem elektronik (INSW) dalam penanganan dokumen
kepabeanan dan perizinan yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor).
Tak lama diundangkanlah UU ITE yang merupakan dasar hukum bagi sahnya
transaksi elektronik yang mana Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah (Pasal 5
ayat (1) UU ITE).
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang INSW menekankan bahwa
perdagangan dan perekonomian nasional adalah dalam rangka meningkatkan
11
Article 2 Agreement to Established and Implement The ASEAN Single Window
12 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 4 ayat (1)
14
kesejahteraan masyarakat. Contohnya adalah UU tentang Pengesahan Persetujuan
Pendirian WTO menyebutkan dalam konsiderannya bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan nasional, khususnya di bidang ekonomi, diperlukan upaya-upaya
untuk antara lain terus meningkatkan, memperluas, memantapkan dan
mengamankan pasar bagi segala produk baik barang maupun jasa, termasuk aspek
investasi dan hak atas kekayaan intelektual yang berkaitan dengan perdagangan,
serta meningkatkan kemampuan daya saing terutama dalam perdagangan
internasional.
Jika diamati pengertian atau definisi INSW maka terlihat bahwa sistem tersebut
melibatkan bukan hanya satu instansi pemerintah tapi beberapa instansi
pemerintah yang berkepentingan mengurus penanganan dokumen kepabeanan dan
perizinan yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor. Dalam portal
INSW disebutkan bahwa beberapa instansi pemerintah yang tergabung dalam
INSW adalah :
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
3. Departemen Perdagangan;
4. Badan Pengawas Obat dan Makanan;
5. Departemen Kelautan dan Perikanan c.q. Pusat Karantina Ikan;
6. Departemen Pertanian c.q. Badan Karantina Pertanian;
7. Departemen Perhubungan;
8. Departemen Kehutanan;
9. Departemen Kesehatan;
10. Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi;
11. Departemen Perindustrian;
12. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
13. Kementerian Negara Lingkungan Hidup;
14. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
15. Badan Pengawas tenaga Nuklir;
16. Departemen Pertanian c.q. Pusat Perizinan dan Investasi.
15
Hal ini tentu cukup kompleks dan signifikan sehingga diperlukan pengaturan yang
rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan dokumen kepabeanan
dan perizinan yang berkaitan dengan perdagangan internasional (kegiatan ekspor
dan/atau impor).
Lebih jauh lagi, perlu dicermati dasaran hukum dari pelaksanaan INSW13
yaitu:
Pasal 5A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan:
1) Pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
dapat disampaikan dalam bentuk tulisan di atas formulir atau dalam bentuk
data elektronik.
2) Penetapan kantor pabean tempat penyampaian pemberitahuan pabean
dalam bentuk data elektronik dilakukan oleh Menteri.
3) Data elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat bukti
yang sah menurut Undang-Undang ini.
4) Ketentuan mengenai tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri.
Pasal 1 angka 1 dan angka 2 UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE):
1) Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),
telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode
Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
2) Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik
lainnya.
Pasal 2 UU Nomor 11 Tahun 2008 :
Undang-undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini, baik yang berada di wilayah
13
“Presentasi Umum INSW”, http : //www.insw.go.id, diunduh pada 17 Oktober tahun
2010.
16
hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat
hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia
dan merugikan kepentingan Indonesia.
Pasal 5 UU Nomor 11 Tahun 2008 :
1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-undang ini.
4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
a.surat yang menurut Undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis;
b.surat beserta dokumennya yang menurut Undang-undang harus dibuat dalam
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
Pasal 2 Perpres Nomor 10 Tahun 200871 tentang Penggunaan Sistem
Elektronik dalam Kerangka INSW:
1) Peraturan Presiden ini dimaksudkan untuk mengatur penggunaan sistem
elektronik dalam penanganan dokumen kepabeanan dan perizinan yang
berkaitan dengan kegiatan ekspor dan/atau impor dalam kerangka INSW.
2) Tujuan pengaturan:
a.Memberikan kepastian hukum dalam rangka penanganan dokumen kepabeanan
dan perizinan yang dilaksanakan melalui sistem elektronik berkaitan dengan
kegiatan ekspor dan/atau impor.
b.Melindungi penanganan dokumen kepabeanan dan perizinan yang berkaitan
dengan kegiatan ekspor dan/atau impor dari penyalahgunaan sistem.
c.Memberikan pedoman bagi pembangunan dan penerapan sistem INSW.
17
Bahwa untuk merealisasikan INSW, berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator
Perekonomian Nomor KEP-19/M.EKON/04/2008 Tentang Tim Persiapan
Nasional Single Window telah dibentuk Tim Persiapan NSW yang melakukan
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pembangunan,
pengembangan, dan penerapan sistem NSW.Pelaksanaan INSW didasarkan juga
pada informasi yang dibuat oleh Tim Persiapan NSW yang terdapat pada portal
INSW (www.insw.go.id).
Kewenangan Tim Persiapan NSW ini berdasarkan Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor KEP-19/M.EKON/04/2008 tentang
Tim Persiapan NSW14
, yaitu:
1. Menetapkan kebijakan dan memberikan arahan yang diperlukan untuk
kelancaran pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan penerapan
sistem NSW dan integrasi ke dalam sistem ASW;
2. Memantau, mengevaluasi dan mengendalikan perkembangan pelaksanaan
pembangunan, pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi
ke dalam ASW;
3. Melaporkan pelaksanaan tugas dalam rangka pembangunan,
pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam sistem
ASW, kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Pengarah
Tim Persiapan NSW;
4. Melaksanakan kegiatan lain yang diperlukan dalam rangka pembangunan,
pengembangan dan penerapan sistem NSW dan integrasi ke dalam sistem
ASW.
Dengan kewenangan yang diberikan oleh keputusan menteri koordinator
perekonomian tersebut maka Tim Persiapan NSW mengeluarkan informasi dan
data yang menjadi acuan bagi para pihak yang terkait dengan INSW (pengguna
portal INSW). Salah satu contohnya adalah pada 15 September 2008 Tim
Persiapan NSW memberikan informasi dalam rangka mempermudah pengguna
14
Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian Nomor KEP- 19/M.EKON/04/2008, Poin kedua
18
(selain instansi-instansi pemerintah (GA)) dan GA mengunakan sistem NSW
berupa file-file petunjuk operasi dan user manual penggunaan sistem aplikasi
dalam portal INSW.
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor KEP-
19/M.EKON/04/2008 memberi kewenangan kepada Tim Persiapan NSW untuk
mengeluarkan pengaturan terhadap pelaksanaan INSW. Dengan demikian,
informasi yang bersifat mengatur yang dikeluarkan oleh Tim Persiapan NSW
merupakan hal-hal yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pihak yang
terkait dengan INSW demi terciptanya suatu pelaksanaan sistem INSW yang
berlandaskan hukum dan sesuai dengan peraturan yang ada di dalamnya..
Pelaksanaan INSW bagi DJBC diatur dalam UU Kepabeanan (UU No. 10/1995)
dan Amandemennya (UU No. 17/2006). Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, terdapat hal-hal baru yang terdapat di UU No. 17/2006, dimana hal-
hal yang baru tersebut menjadi suatu perlindungan hukum terhadap para pelaku
perdagangan ekspor-impor, sedangkan terhadap pihak kepabeanan ini menjadi
suatu kemajuan dari segi sistem kerja Bea dan Cukai yang lebih baik. Beberapa
hal-hal baru yang terdapat di UU No. 17/200615
yaitu:
1. Pengawasan bea keluar atas ekspor barang dengan kriteria tertentu;
2. Pengawasan pengangkutan barang tertentu yang diangkut melalui laut di
dalam daerah pabean;
3. Registrasi kepabeanan;
4. Perubahan data dalam pemberitahuan pabean akibat kekhilafan yang nyata;
5. Pengaturan mengenai data elektronik sebagai alat bukti yag sah;
6. Jangka waktu impor sementara;
7. Bea masuk tindak pengamanan (safeguard tariff);
8. Penindakan oleh pejabat bea dan cukai atas barang yang diduga terkait
dengan tindakan terorisme dan/atau kejahatan lintas negara;
9. Pemeriksaan jabatan;
10. Pembetulan atau penghapusan sanksi administrasi oleh direktur jenderal;
11. Keberatan selain tarif dan nilai pabean;
15
Ibid
19
12. Kode etik;
13. Sanksi kepada pejabat bea dan cukai apabila pejabat salah menghitung
atau menetapkan bea masuk atau bea tidak keluar sesuai dengan UU ini
sehingga mengakibatkan belum terpenuhinya pungutan negara;
14. Kewenangan Dirjen Bea Cukai untuk mengawasi barang dalam free trade
zone.
Selain itu, terdapat kewenangan Dirjen Bea Cukai yang ditambahkan16
yaitu:
1. Kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengangkutan
barang tertentu di dalam daerah pabean;
2. Kewenangan Direktur Jenderal untuk membuat keputusan keberatan selain
tarif dan/atau nilai pabean;
3. Kewenangan pejabat bea cukai untuk mencegah barang yang diduga
terkait dengan terorisme dan kejahatan lintas negara;
4. Kewenangan khusus Direktur Jenderal untuk melakukan pembetulan,
pengurangan atau penghapusan denda administrasi dan surat tagihan bea
masuk;
5. Kewenangan untuk melakukan penyegelan oleh pejabat dalam rangka
audit di bidang kepabeanan;
6. Pemeriksaan jabatan (ex officio) berdasarkan dugaan bahwa telah atau
akan terjadi suatu pelanggaran kepabeanan.
Pelaksanaan transaksi elektronik bagi pada pihak dalam pelaksanaan
INSW dapat dilihat pada Rancangan UU ITE Bab V (Pasal 17- Pasal 22). Pasal 17
ayat (3) menyebutkan :
“Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Transaksi Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.”
Dengan demikian, diperlukan Peraturan Pemerintah untuk mengatur
mengenai INSW (saat ini yang berlaku untuk mendukung UU ITE dalam
pelaksanaan INSW adalah Perpres No. 10/2008).
16
Ibid
20
4. 2 Analisis mengenai perlindungan hukum bagi para pelaku
perdagangan ekspor impor
Dalam pengimplementasiannya, INSW dilakukan melalui portal INSW. Dan
berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh keputusan menteri koordinator
perekonomian Nomor KEP-19/M.EKON/04/2008 Tentang Tim Persiapan NSW,
maka Tim Persiapan NSW mengeluarkan informasi dan data yang menjadi acuan
bagi para pihak yang terkait dengan INSW (pengguna portal INSW).
Pihak terkait disini adalah pengguna portal INSW sesuai yang dijelaskan dalam
pasal 1 angka 10 Perpres 10/2008 bahwa pengguna portal adalah para pihak yang
melakukan akses dengan portal INSW yang meliputi antara lain instansi penerbit
perizinan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), Importir, Eksportir, Agen
pelayaran, dan Pengusaha pengurusan jasa kepabeanan.
Bentuk perlindungan hukum yang sudah dilakukan oleh Tim Persiapan NSW
terkait dengan regulasi yang ada sejauh ini hanya sebatas pemberian informasi
sesuai tugas Tim Persiapan NSW, untuk meminimalisir terjadinya sebuah masalah,
sehingga pengguna portal pada umumnya, eksportir dan importir pada khususnya
dapat melakukan kegiatan ekspor-impor dengan lancar sesuai dengan asas
kepastian hukum bagi para pihak.
Beberapa contoh informasi yang diberikan oleh Tim Persiapan NSW sebagai
bentuk perlindungan hukum bagi pihak importir dan eksportir adalah pada 15
September 2008 Tim Persiapan NSW memberikan informasi dalam rangka
mempermudah pengguna (selain instansi-instansi pemerintah (GA)) dan GA
mengunakan sistem NSW berupa file-file petunjuk operasi dan user manual
penggunaan sistem aplikasi dalam portal INSW.17
Untuk pengguna (selain instansi pemerintah / Goverment Agencies) ada 3 (tiga)
file yaitu:
1.Petunjuk/tata cara registrasi user pada portal NSW
17
Indonesia National Single Window, http://www.insw.go.id/, diakses pada 6 Oktober 2014