INOVASI TEKNOLOGI PLTP 18010025 - Rendy Afriasnyah Nawawi 18010060 - Faqih Alfaruq 18010069 - M. Ikramurrasyid Teknik Tenaga Listrik – STEI ITB 2013 By
INOVASITEKNOLOGI
PLTP
18010025 - Rendy Afriasnyah Nawawi18010060 - Faqih Alfaruq18010069 - M. Ikramurrasyid
Teknik Tenaga Listrik – STEI ITB2013
By
SEJARAH PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK PANAS BUMI DI DUNIA
Penemuan pembangkit listrik tenaga panas bumi
dimulai pada tahun 1904 di sebuah desa di
Larderello, Italia oleh Prince Piero Ginori Conti.
Prince Piero Ginori Conti menguji coba pembangkit
listrik tenaga panas bumi yang pertama dan
pembangkit tersebut berhasil menyalakan empat buah
bola lampu. Kemudian pada tahun 1911 pembangkit
listrik tenaga panas bumi komersial pertama
dibangun pula di situ. Pada tahun 1914, listrik
didistribusikan dari unit pembangkit sebesar 250
kW ke kota terdekat, Volterra dan Pomarance.
Pembangkit-pembangkit uji coba dibangun di Beppu,
Jepang dan di California, Amerika Serikat pada
tahun 1920, namun hingga tahun 1958 hanya Italia
satu-satunya pemilik industri pembangkit listrik
tenaga panas bumi.
Pada tahun 1958, Selandia Baru menjadi penghasil
listrik tenaga panas bumi terbesar kedua
setelah Pembangkit Wairakei dioperasikan. Wairakei
merupakan pembangkit pertama yang menggunakan
teknologi flash steam.
1
Pada tahun 1960, Pacific Gas & Electric Company
(PG&E) mulai mengoperasikan pembangkit listrik
tenaga panas bumi pertama di Amerika Serikat
di The Geysers, California. Turbin aslinya
bertahan hingga 30 tahun dan menghasilkan daya
bersih 11 megawatt. Kemudian setelah itu semakin
berkembang dan menjadi paling besar kapasitasnya,
yaitu 2800 MW.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan sistem
siklus biner pertama kali diuji coba di Rusia dan
kemudian diperkenalkan ke Amerika Serikat pada
tahun 1981, akibat krisis energi tahun 1970-an dan
perubahan-perubahan penting dalam kebijakan
regulasi. Teknologi ini memungkinkan penggunaan
sumber panas yang bersuhu lebih rendah dari
sebelumnya. Pada tahun 2006, sebuah pembangkit
dengan sistem siklus biner di mata air panas
Chena, Alaska, Amerika Serikat mulai beroperasi,
menghasilkan listrik dari sumber dengan rekor suhu
terendah 57°C.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi sampai dengan
baru-baru ini hanya dapat dibangun pada sumber
panas bumi dengan suhu yang tinggi dan berada
dekat dengan permukaan tanah. Pengembangan
pembangkit dengan sistem siklus biner dan
2
peningkatan dalam teknologi pengeboran dan
penggalian memungkinkan dibuatnya Sistem Panas
Bumi yang Ditingkatkan (Enhanced Geothermal Systems)
dalam rentang geografis yang lebih besar. Proyek
demostrasi sudah beroperasi diLandau-Pfalz,
Jerman, and Soultz-sous-Forêts, Perancis,
sementara percobaan awal di Basel, Swiss
dibatalkan setelah mengakibatkan gempa bumi.
Proyek-proyek demonstrasi lainnya sedang dibangun
diAustralia, Inggris, dan Amerika
Serikat. Efisiensi termal pembangkit listrik
tenaga panas bumi pada umumnya rendah, berkisar
10-23%, karena fluida panas bumi bersuhu lebih
rendah dibandingkan dengan uap dari ketel uap.
Berdasarkan hukum termodinamika suhu yang rendah
ini membatasi efisiensi mesin kalor dalam
memanfaatkan energi saat menghasilkan listrik.
Panas sisa menjadi terbuang, kecuali jika dapat
dipergunakan langsung secara lokal, misalnya untuk
rumah kaca, kilang gergaji, atau sistem pemanasan
distrik. Efisiensi sistem tidak memengaruhi biaya
operasional sebagaimana pada pembangkit batubara
atau pembangkit bahan bakar fosil lainnya, namun
tetap berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
pembangkit. Untuk dapat menghasilkan energi lebih
dari yang dipakai oleh pompa pembangkit,
3
dibutuhkan ladang panas bumi bersuhu tinggi dan
siklus termodinakmika khusus. Karena pembangkit
listrik tenaga panas bumi tidak bergantung pada
sumber energi yang berubah-ubah, seperti misalnya
tenaga angin atau surya, faktor
kapasitasnya (capacity factor) bisa cukup besar,
pernah ditunjukkan dapat mencapai hingga 96%.
Namun demikian, rata-rata global faktor kapasitas
pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah 74,5%
pada tahun 2008 menurut IPCC.
TEKNOLOGI PEMBANGKIT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Pembangkit Uap Langsung (Direct-Steam Plants)
Pembangkit tipe tertua ini pertama kali digunakan
di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini
masih berfungsi dengan baik. Di Amerika Serikat
pun direct-steam plants masih digunakan seperti yang
ada di Geysers, California Utara. PLTP sistem uap
langsung mengambil sumber uap panas dari bawah
permukaan. Sistem ini dipakai jika fluida yang
dikeluarkan melalui sumur produksi berupa fasa
uap. Uap tersebut yang langsung dimanfaatkan untuk
memutar turbin dan kemudian turbin akan mengubah
energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan
4
memutar generator untuk menghasilkan energi
listrik. Uap air yang keluar dari turbin akan
diembunkan oleh kondensor kemudian menjadi air dan
selanjutnya air tersebut diinjeksikan kembali ke
perut bumi melalui sumur injeksi.
Pembangkit Uap Terpisah (Flash-Steam Plants)
Pembangkit tipe Flash Steam merupakan pembangkit
yang paling umum digunakan. Pembangkit jenis ini
memanfaatkan reservoir panas bumi yang berisi air
dengan temperatur lebih besar dari 82°C. Air yang
sangat panas ini dialirkan ke atas melalui pipa
5
sumur produksi dengan tekanannya sendiri. Karena
mengalir keatas, tekanannya menurun dan beberapa
bagian dari air menjadi uap. Campuran uap dan air
yang didapatkan dari sumur produksi akan
dipisahkan terlebih dahulu antara uap dan air nya
di dalam separator. Uap ini kemudian akan
dialirkan untuk memutar turbin. Sisa air dan uap
yang terkondensasi kemudian disuntikkan kembali
melalui sumur injeksi kedalam reservoir, yang
memungkinkan sumber energi ini berkesinambungan
dan terbarui. Contoh dari Flash Steam Power
Plants adalah Cal-Energy Navy I flash geothermal power
plants di Coso Geothermal field, California, USA.
6
Jenis-jenis teknologi dari pembangkit Flash Steam
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Single Flash-Steam
Siklus ini digunakan apabila fluida dikepala
sumur dalam kondisi cair jenuh. Fluida
dialirkan ke sebuah flasher (tangki cetus)
agar menguap, banyaknya uap yang dihasilkan
tergantung dari tekanan flasher. Didalam flasher
tekanan diturunkan sehingga campuran 2 fasa
memperoleh tingkat kekeringan yang lebih
baik. Fraksi uap yang dihasilkan kemudian
dialirkan ke turbin dan fraksi cair di
injeksikan kembali kedalam tanah.
7
2. Double Flash-Steam
Pada sistem ini digunakan dua pemisahan
fluida yaitu separator dan flasher dan
digunakan komposisi 2 turbin, yaitu HP-turbin
dan LP-turbin yang disusun secara tandem
(ganda). Air yang keluar dari separator tidak
langsung di injeksikan kedalam tanah, tetapi
dimasukkan kedalam flasher dimana tekanan air
tersebut diturunkan lagi didalam flasher,
sehingga diperoleh tingkat kekeringan yang
8
lebih baik untuk memutar turbin tekanan
rendah (LP turbin). Contoh lapangan yang
menggunakan sistem konversi seperti ini
adalah Hatchobaru (Jepang), dan Kratla
(Iceland).
3. Triple Flash-Steam
Tipe ini menggunakan lebih banyak flasher
(tiga atau lebih) dengan menggunakan lebih
banyak titik-titik tekanan uap masukan pada
9
turbin/generator. Dengan demikian tiap-tiap
turbin/generator yang dipasang dapat
mensuplai daya listrik. Hal demikian
dimungkinkan apabila sumber geotermalnya
lebih dari satu sumur yang tersedia.
Pembangkit Siklus Biner (Binary-Cycle Plants)
Pembangkit ini menggunakan teknologi yang berbeda
dengan kedua teknologi sebelumnya yaitu dry
steam danflash steam. Pembangkit sistem Binary
dioperasikan dengan air pada temperatur lebih
rendah yaitu antara 107°-182°C. Pada pembangkit
ini air panas atau uap panas yang berasal dari
sumur produksi tidak pernah menyentuh turbin. Air
panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang
10
disebut dengan working fluid (biasanya senyawa
organik seperti isobutana, yang mempunyai titik
didih rendah) pada heat exchanger. Working
fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap
berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat
exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin
dan selanjutnya menggerakkan generator untuk
menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang
dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut
sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Plants ini
sebenarnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak
ada yang dilepas ke atmosfer. Keunggulan dari
pembangkit tipe ini ialah dapat dioperasikan pada
suhu rendah yaitu 90-1750 oC. Contoh penerapan
teknologi pembangkit tipe ini ada di Mammoth
Pacific Binary Geo-thermal Power Plants di Casa
Diablo geothermal field, USA. Diperkirakan pembangkit
listrik panas bumi tipe ini akan semakin banyak
digunakan dimasa yang akan datang.
Pembangkit Hibrid (Combined-Cycle Plants)
11
Untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
energi panas bumi di beberapa industri mulai
digunakan sistem pembangkit listrik dengan siklus
kombinasi. Fluida panas bumi dari sumur dipisahkan
fasa-fasanya dengan separator. Uap dari separator
dialirkan ke turbin I, dan setelah itu sebelum
fluida diinjeksikan kembali ke dalam reservoir,
fluida digunakan untuk memanaskan fluida
organik yang mempunyai titik didih rendah. Uap
dari fluida organik tersebut kemudian digunakan
untuk menggerakkan tubin ke II.
Tipe ini juga menggunakan bahan bakar fosil yang
berdasarkan termodinamika dengan meningkatkan
efisiensi ekspansi dalam turbin yang disebabkan
oleh uap kering alami dalam pembangkit hibrid
dibanding dengan ekspansi uap basah.
12
INOVASI TEKNOLOGI PADA PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI
Enchanced Geothermal Systems (EGS)
Meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi
dengan semakin tingginya kesadaran akan kebersihan
dan keselamatan lingkungan, maka panas bumi
(geothermal) akan mempunyai masa depan yang cerah.
Program EGS (enhanced geothermal systems) yang
dilakukan Amerika Serikat misalnya, adalah suatu
program besar-besaran untuk menjadikan geothermal
sebagai salah satu primadona pembangkit listrik
pada 2050 yang akan datang. Indonesia sendiri
sebetulnya sangat ber-peluang untuk melakukan
pemanfaatan geothermal sebagai pembangkit listrik,
bahkan berpotensi sebagai negara pengekspor
listrik bila ditangani secara serius. Hal ini
tidak berlebihan, mengingat banyaknya sumber
geothermal yang sudah siap diekploitasi di
sepanjang Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Untuk
mempermudah pelaksanaannya tidak ada salahnya bila
kita bekerja sama dengan negara maju asalkan
kepentingan kita yang lebih dominan. Misalnya kita
bekerja sama dengan US Department of Energy (DOE)
13
untuk mendapat berbagai hasil riset mereka dalam
EGS.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi membutuhkan
sumber panas bersuhu tinggi yang hanya dapat
berasal dari jauh di bawah tanah. Panas tersebut
harus dibawa ke permukaan lewat sirkulasi fluida,
baik melalui saluran magma, mata air panas,
sirkulasi hidrotermal, sumur minyak, sumur bor,
atau gabungan dari contoh-contoh tersebut.
14
Sirkulasi ini terkadang muncul secara alami pada
tempat dimana kerak bumi tipis. Saluran magma
membawa panas dekat ke permukaan, dan mata air
panas membawanya ke permukaan. Jika tidak tersedia
mata air panas maka sumur harus dibor untuk
menjadi akuifer air panas. Jika jauh dari batas
lempeng tektonik, gradien panas bumi di sebagian
besar tempat adalah 25-30°C per kilometer
kedalaman, sehingga membuat sumur menjadi harus
beberapa kilometer dalamnya untuk dapat
membangkitkan listrik. Jumlah dan mutu sumber daya
panas yang dapat dipulihkan meningkat sebanding
dengan kedalaman pengeboran dan kedekatan dengan
batas lempeng tektonik. Pada tanah yang panas dan
kering, atau dimana tekanan air tidak memadai,
fluida dapat disuntikkan untuk merangsang
produksi. Pengembang akan menggali dua lubang di
calon lokasi, dan memecah batu di antara keduanya
dengan bahan peledak atau air bertekanan tinggi.
Kemudian memompakan air atau karbon dioksida cair
ke salah satu lubang galian, sehingga keluar di
lubang galian lainnya dalam bentuk gas. Pendekatan
ini disebut hot dry rock geothermal energy di
Eropa atau enhanced geothermal systems di Amerika
Utara. Pendekatan ini dapat menghasilkan potensi
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jika
15
dihubungkan secara konvensional ke akuifer alami.
Perkiraan potensi pembangkit listrik dari tenaga
panas bumi bervariasi dari 35-2000 GW tergantung
pada skala penanaman modal. Ini tidak termasuk
panas non-listrik yang dipulihkan oleh pembangkit
co-generation, pompa kalor panas bumi atau
penggunaan langsung lainnya.
Sebuah laporan tahun 2006 oleh Institut Teknologi
Massachusetts (MIT), yang mengikutsertakan potensi
dari sistem panas bumi yang ditingkatkan (enhanced
geothermal systems), memperkirakan bahwa investasi
sebesar 1 miliar dolar AS untuk penelitian dan
pengembangan selama 15 tahun lebih akan
memungkinkan tercapainya kapasitas pembangkitan
listrik sebesar 100 GW pada tahun 2050 di Amerika
Serikat saja. Laporan MIT memperkirakan bahwa
lebih dari 200 zettajoule (ZJ) akan dapat
dihasilkan, dengan potensi untuk ditingkatkan
hingga lebih dari 2.000 ZJ dengan perbaikan
teknologi - cukup untuk memenuhi kebutuhan energi
seluruh dunia saat ini selama beberapa milenium.
Saat ini sumur panas bumi jarang lebih dari 3 km
dalamnya. Taksiran tertinggi atas potensi sumber
daya panas bumi memperkirakan kedalaman sumur 10
km. Penggalian hingga mendekati kedalaman ini
16
sekarang sudah dapat dilakukan dalam industri
perminyakan, walaupun biayanya sangat mahal. Sumur
penelitian terdalam di dunia, Kola superdeep
borehole, dalamnya 12,3 km. Rekor tersebut baru-
baru ini sudah dapat ditiru oleh sumur minyak
komersial seperti sumur Z-12 milik Exxon di ladang
Chayvo, Sakhalin. Sumur dengan kedalaman lebih
dari 4 km umumnya menanggung biaya pengeboran
hingga puluhan juta dolar. Tantangan teknologinya
adalah untuk menggali lubang yang lebar dengan
biaya rendah dan untuk memecahkan volume batu yang
lebih banyak.
Enhanced geothermal systems (EGS) pada dasarnya
menginjeksikan air kedalam sumur untuk dipanaskan
dan dipomopa kembali keluar. Air diinjeksikan
dalam tekanan tinggi untuk melebarkaan celah batu
sebagai jalan aliran air. Teknik ini diadaptasi
dari teknik ekstraksi minyak dan gas. Walau
bagaimana pun, hal ini dilakukan dalam formasi
geologis pada kedalaman yang sangat dalam dan
tidak digunakan bahan kimia sehingga mengurangi
kemungkinan kerusakan lingkungan. EGS skala kecil
telah dibangun di Rhine Graben, Prancis dan Landau
& Insheim, Jerman.
17
Enhanced geothermal systems (EGS) menghasilkan energi
geothermal listrik tanpa membutuhkan konveksi
alami dari sumber hidrotermal sampai saat ini
geothermal power system hanya dapat dimanfaatkan
pada daerah yang memiliki sumber panas,
permeabilitas bebatuan yang besar, dan berisi air
dari permukaan yang ditutup oleh cap rock yang
dapat diekstrak enrginya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] DiPippo, Ronald. Geothermal Power Systems. North Dartmouth, Massachusetts : University of Massachusetts Dartmouth.
[2] http://refginanda.blogspot.com/2013/04/sistem-pusat-listrik-tenaga-panas-bumi_26.html
[3] http://ilmuwanmuda.wordpress.com/2009/03/23/teknologi-geotermal/
[4] http://jendeladenngabei.blogspot.com/2012/11/pembangkit-listrik-tenaga-panas-bumi.html
[5] http://joe-proudly-present.blogspot.com/2010/11/pembangkit-listrik-tenaga-panas-bumi.html
18