8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
1/27
1
PENDEKATAN PERENCANAAN PENDIDIKAN
UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
Oleh
Sri Utami
Abstraksi
Perencanaan merupakan kata kunci untuk menentukan apa yang harusdilakukan berdasarkan analisis kebutuhan. Salah satu lembaga yang setiap saat
melakukan dan menentukan perencanaan adalah lembaga pendidikan. Melalui proses pembuatan perencanaan, yang dilakukan berdasarkan kebutuhan, akan
muncul ide-ide yang sifatnya actual sebagai bagian dari apa yang harus dilakukanoleh organisasi. Perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan akan memberikan
implikasi yang luas terhadap pencapaian tujuan. Oleh karenanya, perencanaan
yang sesuai dengan pendidikan secara maksimal dan optimal.
A.PENDAHULUANPendekatan pada dasarnya dapat dimaknai sebagai upaya untuk lebih
mengefektifkan suatu pencapaian yang akan dituju. Oleh karenanya,
pendekatan itu bertujuan agar sesuatu yang akan dicapai atau dicapai atau
dituju dapat berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan pendidikan, perlu adanya pendekatan agar pendidikan itu
berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, perencanaan
adalah bagian dari upaya agar pendidikan memiliki kekuatan untuk dapat
diselenggarakan, sekaligus sebagai upaya agar pendidikan berhasil mencapai
tujuannya.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, perencanaan pendidikan
merupakan langkah utama yang sangat penting. Karena perencanaan
pendidikan dimaksudkan untuk mengarahkan dana dan tenaga yang terbatas,
sehingga dapat menyumbang tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan secara maksimal.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
2/27
2
Pentingnya perencanaan pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Merupakan usaha untuk menetapkan atau memformulasikan tujuan yangdipilih. Oleh karena itu perencanaan dapat memberikan arah usaha
pendidikan dengan jelaas.
2. Memungkinkan kita dapat mengetahui sampai dimana tujuan pendidikanyang ditetapkan telah dicapai.
3. Memudahkan kita untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yangtimbul dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
4. Memungkinkan kita untuk menghindari pertumbuhan dan perkembangansuatu usaha yang tak terkontrol, misalnya dalam mengembangkan
kurikulum, kita mempunyai kecenderungan untuk selalu menambah
jumlah dan jenis matakuliah dari yang sudah ada.
Perencanaan pendidikan memerlukan beberapa pendekatan agar
berhasil secara efektif. Pendekatan-pendekatannyang bersifat substansial dalam
pendidikan menurut Saud dan Makmun (2005) adalah:
1. Pendekatan kebutuhan ketenagakerjaan, dan2. Pendekatan efisiensi biaya
Kedua pendekatan ini lazim menjadi perhatian dan dibicarakan dalam
konteks perencanaan pendidikanb. Pendekatan ketenagakerjaan, merupakan
pendekatan yang memperhatikan antara kebutuhan lapangan kerja dengan
ketersediaan tenaga kerja terdidik. Dalam hal ini selalu ditemukan bahwa
dunia kerja (dunia usaha dan industry) memang perlu terhadap tenaga kerja
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
3/27
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
4/27
4
pendidikan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
secara menyeluruh.
Pada saat yang bersamaaan, pendekatan efisiensi biaya juga harus
menjadi perhatian, sebab pendekatan ini akan menentukan apakah
pendidikan yang sedang dilaksanakan akan berhasil sesuai dengan biaya
yang dikeluarkan. Pendekatan yang tidak memperhatikann prinsip efisiensi
biaya akan berpengaruh terhadap efektifitas penyelenggaraan pendidikan.
Pendekatan efisiensi biaya terkait untung dan rugi serta implikasi dari
perencanaan yang telah ditetaapkan. Oleh karenya, pendekatan efisiensi
dalam hal investasi mengandung pengertian bahwa penentuan besarnya
investasi dalam dunia pendidikan sesuai hasil, benefit yang akan
diperoleh.
Pendidikan efisiensi berkaitan erat dengan dunia usaha. Dunia
usaha dan kerja merupakan aktifitas terorganisir sekelompok orang dalam
menyediakan barang atau jasa yang berimplikasi terhadap adanya
keuntungan atau kerugian dalam proses dan prosedurnya. Dunia usaha
sama dengan pemberi kerja. Menurut undang-undang Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 2003, tentang ketenagakerjaan pada bab I pasal I
dinyatakan:
1.
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
5/27
5
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaanguna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
3. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atauimbalan dalam bentuk lain.
4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hokumatau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
membayar upah/ imbalan dalam bentuk lain.
5. Pengusaha aalah: (a) orang perseorang, persekutuan, atau badanhukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; (b) orang
perseorang, persekutuan, atau badan hokum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya; (c) orang perseorangan,
persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan (b) yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
6. Perusahaan adalah: (a) setiap bentuk usaha yang berbadan hokum atautidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau miliki badan
hokum, baik milik swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan
pekerja dengan membayar imbalan dalam bentuk lain; (b) usaha-usaha
social dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakan orang lain dengan membayar imbalan dalam bentuk
lain
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
6/27
6
7. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk member,memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap, etos kerja pada tingkat keterampilan dan
keahlian tertentu sesuai dengan jenjang kualifikasi jabatan atau
pekerjaan.
8. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yangmencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
9. Pemagangan adalah bagian dari system pelatihan kerja yangdiselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan
dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawaan
instruktur yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang
dan atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan
atau keahlian tertentu.
B. PEMBAHASAN1. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Dalam usaha kita mempelajari perencanaan pendidikan, titik tolak
kesepakatan merupakan hal yang amat penting. Dengan demikian kita
tidak akan mempunyai penafsiran yang berbeda-beda tentang makna
perencanaan pendidikan itu.
Dilihat dari terminologinya perencanaan pendidikan terdiri dari dua
kata yaitu: perencanaan dan pendidikan. Perencanaan berasal dari kata
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
7/27
7
rencana, yaitu suatu proyeksi tentang apa yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang valid (sahih) dan bernilai.
Kaufman (1972) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses
untuk menetapkan ke mana harus pergi dan mengidentifikasikan
prasyarat untuk sampai ke tempat itu dengan cara yang paling
efektif dan efisien.
Perencanaan merupakan spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai dan
cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Pengertian
ini mengandung 6 pokok pikiran sebagai berikut:
a. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yangdinginkan
b. Keadaan masa depan yang diinginkan itu selanjutnya dibandingkandengan keadaan sekarang, sehinga dapat dilihat kesejangannya.
c. Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan suatu usaha-usaha.d. Usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan itu beraneka ragam dan
merupakan alternatif yang mungkin ditempuh.
e. Pilihan alternatif yang paling baik, dalam arti mempunyai nilai efektifitasdan efisiensi yang paling tinggi, dan perlu dilakukan.
Alternatif yang dipilih itu harus dirinci sehingga dapat menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan apabila dilaksanakan.Sedangkan
kata pendidikan menurut good (1959: 191) mempunyai arti:The aggregate
of all the processes by means of which a person develops abilities,
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
8/27
8
attitudes, and other forms of positive value in the society in which he
lives. The social process by which people are subjected the influence of a
selected and contrilled environment (especially that the school) so that
they may attaint social competence and optimum individual development.
Dari pengertian teminologi itu dapat diambil kesimpulan bahwa
perencanaan pendidikan adalah suatu proses untuk menetapkan tujuan,
menyediakan fasilitas serta lingkungan tertentu, mengidentifikasi
prasyarat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta menetapkan
cara yang efektif dan efisien dalam usaha membentuk manusia agar
memiliki kompetensi sosial dan individual secara maksimal.
Secara sederhana dikemukakan oleh coombs (1970) sebagai aplikasi
analisis rasional dan sistematik dalam proses pengembangan pendidikan
yang bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikan
baik tujuan yang berhubungan dengan anak didik maupun masyarakat.
Dalam usaha kita mempelajari perencanaan pendidikan, titik tolak
kesepakatan merupakan hal yang amat penting. Dengan demikian kita
tidak akan mempunyai penafsiran yang berbeda-beda tentang makna
perencanaan pendidikan itu.
Dilihat dari terminologinya perencanaan pendidikan terdiri dari dua
kata yaitu: perencanaan dan pendidikan. Perencanaan berasal dari kata
rencana, yaitu suatu proyeksi tentang apa yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang valid (sahih) dan bernilai.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
9/27
9
Kaufman (1972) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses
untuk menetapkan ke mana harus pergi dan mengidentifikasikan
prasyarat untuk sampai ke tempat itu dengan cara yang paling
efektif dan efisien.
Perencanaan merupakan spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai
dan cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengertian ini mengandung 6 pokok pikiran sebagai berikut:
a. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yangdinginkan
b. Keadaan masa depan yang diinginkan itu selanjutnya dibandingkandengan keadaan sekarang, sehinga dapat dilihat kesejangannya.
c. Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan suatu usaha-usaha.d. Usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan itu beraneka ragam dan
merupakan alternatif yang mungkin ditempuh.
e. Pilihan alternatif yang paling baik, dalam arti mempunyai nilai efektifitasdan efisiensi yang paling tinggi, dan perlu dilakukan.
Alternatif yang dipilih itu harus dirinci sehingga dapat menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan apabila dilaksanakan.
Sedangkan kata pendidikan menurut Good (1959: 191) mempunyai arti:
a. Th
e aggregate of all the processes by means of w
hich
a person develops
abilities, attitudes, and other forms of positive value in the society in
whichhe lives.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
10/27
10
b. The social process by which people are subjected the influence of a selected and contrilled environment (especially that the school) so that
they may attaint social competence and optimum individual development.
Dari pengertian teminologi itu dapat diambil kesimpulan bahwa
perencanaan pendidikan adalah suatu proses untuk menetapkan tujuan,
menyediakan fasilitas serta lingkungan tertentu, mengidentifikasi prasyarat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta menetapkan cara yang
efektif dan efisien dalam usaha membentuk manusia agar memiliki
kompetensi sosial dan individual secara maksimal.
Secara sederhana dikemukakan oleh Coombs (1970) sebagai aplikasi
analsis rasional dan sistematik dalam proses pengembangan pendidikan
yang bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikan baik
tujuan yang berhubungan dengan anak didik maupun masyarakat.
2. Proses Perencanaan PendidikanAda enam tahap tentang proses perencanaan pendidikan yaitu:
a.Pra perencanaan
b.Perencanaan awal
c. Formulasi rencana
d.Elaborasi rencana
e.Implementasi rencana
f.Evaluasi dan perencanaan ulang.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
11/27
11
a. Tahap pra perencanaan
Di perguruan tinggi misalnya kita mengenal pusat-pusat
perencanaan. Pada tingkat diknas, kita mengenal biro perencanaan.
Seandainya badan atau bagian perencanaan itu tidak ada, maka tahap pra
perencanaan harus mulai dari: 1) Menciptakan badan yang bertugas dalam
melaksanakan fungsi perencanaan, 2) Menetapkan prosedur perencanaan,
3) Mengadakan reorganisasi struktural mekanisme administrasi suatu
lembaga agar mampu berpartisipasi dalam proses serta implementasi
perencanaan itu, 4) Menetapkan mekanisme serta prosedur untuk
mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan dalam
perencanaan.
Jika badan perencanaan itu sudah ada, tugas pada tahap ini adalah
meminta otoritas dalam pendidikan, misalnya rektor utk merumuskan
tujuan yang ingin dicapai.
b. Tahap perencanaan awal
Tahapan ini terdiri dari:
1) Kegiatan diagnosis
Tahap diagnosis merupakan kegiatan membandingkan output
yang diharapkan dengan apa yang telah dicapai sekarang.
Diagnosis bertujuan untuk melihat apakah suatu rencana yang telah
dilaksanakan itu memadai dan relevan untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
12/27
12
2) Formulasi kebijakan
Kebijakan memberikan arah kepada usaha memperbaiki
kelemahan dan kekurangan suatu rencana. Kebijakan harus
dirumuskan sedemikian rupa sehingga merupakan kerangka kerja
dalam mana keputusan-keputusan yang lebih kecil dan lebih
terperenci dibuat. Kegiatan merumuskan kebijakan disebut dengan
formulasi kebijakan. Kebijakan merupakan fungsi politis yang
dibuat oleh orang yang berwenang dalam organisasi pendidikan.
3) Penilaian kebutuhan
4) Perhitungan biaya
Dengan menggunakan data tentang biaya tahun
sebelumnya, tiap-tiap butir kebutuhan tersebut dihitung biayanya
dengan memperhatikan naik turunnya harga. Sesudah perhitungan
biaya ini selesai perencana dapat mengetahui jumlah keseluruhan
biaya yang diperlukan untuk seluruh program.
5) Penetapan target.
Perencana melihat dan meneliti kembali kebutuhan yang
telah diidentifikasi, menetapkan prioritas program dan menetapkan
tingkat pencapaian yang realistik dari suatu tujuan yang ditetapkan,
sehingga dapat ditentukan program mana yang paling relevan dan
efektif, hal ini dilihat dari tersedianya dana.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
13/27
13
c. Tahap formulasi rencana
Perencanaan mempunyai dua maksud. Pertama menyiapkan
seperangkat keputusan yang akan diambil oleh otoritas, ke dua
menyediakan pola dasar pelaksanaan (blue-print for action) yang akan
dilaksanakan oleh berbagai satuan organisasi yang bertanggungjawab
dalam implementasi keputusan-keputusan tersebut.
Sehubungan dengan kedua hal tersebut, otoritas memerlukan
pernyataan (statement) yang jelas tetang: apa yang akan yang diusulkan,
mengapa diusulkan, dan bagaimana pelaksanaannya.
Ketiga hal tersebut adalah merupakan isi dari rencana pendidikan.
Persiapan untuk menyiapkan dokumen tersebut dinamakan formulasi
rencana, yang harus ditulis singkat lengkap dan padat.
d. Tahap elaborasi rencana
Rencana pendidikan pada dasarnya adalah merupakan suatu
dokumen singkat, padat dan lengkap. Dengan demikian sebelum rencana
itu diimplementasikan, perlu dilakukan elaborasi. Artinya diperinci
sedimikian rupa sehingga setiap tugas dari unit-unit dalam organisasi
pendidikan menjadi jelas.
Ada dua langkah yang harus ditempuh dalam proses elaborasi yaitu:
1)
Pembuatan program (programming) yaitu membagi rencana menjadi area-
area pelaksanaan yang masing-masing mempunyai tujuan spesifik. Tiap
area pelaksanaan dinamakan program. Lazimnya program terdiri dari
kelompok kegiatan yang diawasi oleh unit administrasi yang sama.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
14/27
14
2) Identifikasi dan formulasi proyek. Tiap program terdiri dari kelompokaktivitas-aktivitas sejenis yang dibuat dalam rangka menghitung dan
mengalokasikan dana dalam pelaksanaan. Kelompok kegiatan ini
dinamakan proyek. Tujuan proyek merupakan sub tujuan program dan
merupakan tujuan yang spesifik. Formulasi proyek adalah tugas untuk
merinci siapa pelaksana, berapa besar biaya, dimana tempat, berapa lama
waktunya dan hal lain yang dianggap perlu dalam suatu proyek.
Sebelum suatu rencana dielaborasi dalam bentuk program dan
proyek, rencana tersebut belum dapat dilaksanakannya. Oleh karena itu
pemrograman dan perumusan dalam proses perencanaan harus dilakukan
lebih dahulu.
Kebanyakan rencana yang tidak dapat dilaksanakan, diakibatkan
oleh kelemahan dalam tahap pembuatan program ini.
e. Tahap implementasi rencana.
Implementassi rencana pendidikan dimulai pada saat proyek-
proyek itu dilaksanakan. Disini proses perencanaan bergabung dengan
proses manajemen. Dengan menggunakan budget serta rencana tahunan
sebagai instrumen utama, kerangka kerja organisasi untuk melaksanakan
berbagai proyek dapat dikembangkan. Sumber-sumber manusia, dana dan
material kemudian dialokasikan untuk setiap proyek.Jadwal dan waktu
suatu proyek juga ditetapkan.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
15/27
15
f. Tahap evaluasi dan perencanaan ulang
Pada waktu melaksanakan perencanaan pendidikan, ditetapkan
pula mekanisme untuk mengevaluasi kemajuan serta mendeteksi
penyimpangannya. Proses evaluasi itu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Guna evaluasi. Pertama memberikan gambaran tentang kelemahan
suatu rencana, misalnya penetapan target yang terlalu tinggi atau rendah
tidak realistik, tidak cukupnya dana yang disediakan atau tidak tepatnya
pentahapan dalam proses pelaksanaan. Informasi hasil evaluasi digunakan
sebagai bahan revisi sehingga dalam sisa waktu periode rencana tersebut
kesalahan dapat diperbaiki. Dalam perencanaan bertahap dan
berkesinambungan (rolling plan) revisi selalu dilakukan berdasar
pengalaman dalam setiap tahap implementasi.
Kedua, evaluasi berguna sebagai alat diagnosis yang merupakan salah
satu langkah dalam tahap perencanaan awal, dan sebagai bahan dalam
membuat perencanaan ulang. Jadi evaluasi merupakan permulaan dari
lingkaran perencanaan berikutnya.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan dan dipersiapkan untuk memperbaikikualitas pendidikan
Pendidikan memiliki keterkaitan yang kuat dengan system hidup
dan kehidupan manusia. Pendidikan mempengaruhi cara berfikir,
bertindak maupun perilaku manusia baik sebagai individu, bagian dari
komunitas maupun masyarakatnya. Oleh karenanya, perencanaan
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
16/27
16
pendidikan harus mengacu substansi makna pendidikan diselenggarakan.
Pendidikan memliki peran yang jelas dalam system hidup dan kehidupan
manusia, hal itu terbukti sejak manusia menyadari bahwa ia tidak bisa
secara sempurna di lingkungan komunitas atau masyarakatnya tanpa
adanya interaksi dengan manusia lainnya. Menurut Adiwikarta (1994:7)
pendidikan melakukan peran penting sebagai berikut:
a. Mempersiapkan dan memperbarui perangkat mental psikologis wargamasyarakat sehingga siap menghadapi kehidupan yang lebih maju
dan berubah sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman
b. Mempersiapkan warga masyarakat dengan keterampilan dankemampuan kerja yang diperlukan dalam masyarakat ataupun dunia
kerja
c. Mempersiapkan warga masyarakat dengan sifat kritis dan keberanianhidup mandiri terlepas dari ketergantungan kepada pihak lain
d. Mengembangkan kemampuan kreatif dan adaptif dalammemanfatkan potensi yang dimiliki.
Apabila mengacu pada diskripsi di atas, maka perlu menelaah
berbagai hal yang berkaitan penyelenggaraan pendidikan yang ideal atau
sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pendidikan itu. Hal itu perlu
dikemukakan untuk mempertegas apa sebenarnya tujuan pendidikan.
Bagaimanapun, pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan, tujuan
tersebut setidak-tidaknya adalah:
a. Perubahan tingkah laku ke arah yang dewasa
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
17/27
17
b. Pelestarian nilai-nilai budayac. Pengembangan potensi peserta didik secara proporsionald. Memanusiakan manusia oleh manusia yang telah
Persoalan yang dihadapi memang terkait erat dengan
penyelenggaraan pendidikan itu sendiri sebagai kebutuhan individu dan
masyarakat, penyelenggaraan pendidikan merupakan satu factor
terpenting apakah individu dan masyarakat merasakan arti proses
penyelenggaraannya dan apakah sesuai dengan tuntutan pendidikan itu
sendiri. Selalu ditemui bahwa proses penyelengaraan pendidikan menjadi
masalah besar dalam upaya memperdayakan individu dan masyarakat.
Menurut The World Bank bahwa kondisi pendidikan Indonesia
kini, terutama pada tingkat dasar, masih memprihatinkan. Kualitas
pendidikan dasar masih relative rendah dan menghadapi sejumlah
masalah yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu fisik dan
non fisik. Pada kategori fisik, masih dihadapi keterbatasan sarana dan
prasarana seperti gedung dan fasilitas pendukung lain seperti
perpustakaan, laboratorium, peralatan, dan buku pelajaran. Pada kategori
non fisik, masalah yang dihadapi adalah guru yang tidak memenuhi
standar kualifikasi dan kurang terlatih, kurikulum yang overloadbahkan
tak terintegrasi dengan bidang studi, materi pelajaran, pelatihan guru, dan
system penilaian, serta manajemen pendidikan yang compleceted
sehingga tidak efisien.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
18/27
18
Sistem penyelenggaraan pendidikan akan berimplikasi kepada
perilaku outcomes pendidikanitu sendiri. Karena bagaimanapun system
penyelenggaraan pendidikan merupakan corak dari perilaku birokrasi
pemerintahan, seperti yang dikemukakan oleh Thoha (2000) bahwa
birokrasi pemerintah dengan lingkungan politik yang melingkarinya amat
menentukan bagaimana corak perilakunya dalam pengelolaan
pendidikan.
Sistem yang dianut dengan pola birokrasi yang ketat dan
cenderung otoriter serta militeristik beberapa waktu yang lalu, ternyata
membawa akibat yang tidak kondusif bagi perkembangan sikap maupun
perilaku kita secara keseluruhan. Menurut Buchorin (2001:79-80):
hal inilah yang menyebabkan ketahanan nasional kita terancam
karena berbagai hal, yaitu: ketidakadilan dan kesewenang-
wenangan, arogansi kekuasaan, kekayaan, dan intelektual,
keberingasan social, perilaku social yang menyimpang, perubahan
tata nilai, dan perubahan gaya hidup social
Beberapa hal perlu diperhatikan dengan seksama agar pendidikan
dapat berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat secara keseluruhan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu peserta didik agar dapat
bersaing dengan produktivitas yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan
pemahaman yang mendasar tentang bagaimana pendidikan itu
diselenggarakan.
Menurut Ibrahim (1997), untuk meningkatkan mutu pendidikan,
perlu disadari bahwa:
a. Proses pendidikan itu memerlukan tenggang waktu yang cukup lama
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
19/27
19
b. Proses pendidikan berlaku prinsip irreversibilitas dimana terhadapsetiap kesalahan dalam perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan
tidak dapat diulang kembali
c. Tantangan yang dihadapi di masa depan cenderung berkembangsemakin kompleks yang ditandai semakin cepatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai akibat dari arus globalisasi
yang semakin terbuka, kita dituntut secara akurat pandai menyusun
merencanakan pembangunanpendidikan sehingga mampu
mengantisipasi tantangan dan permasalahan yang akan terjadi di
masa depan.
Dalam konteks perencanaan pendidikan sebagai bagian dari
manajemen pendidikan, kiranya perlu meningkatkan efektifitas
manajemen pendidikan sekolah. Dalam hal ini, sebagai perencana
pendidikan, sebaiknya menjadikan manajemen berbasis sekolah (MBS)
sebagai inovasi manajemen pendidikan dan dijadikan perangkat yang
memungkinkan upaya perbaikan pendidikan di Indonesia.
Menurut Wohlstetter dan Mohrman dalam Nurkolis (2003:8)
secara luas MBS berarti pendekatan politis untuk mendesain ulang
organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan kekuasaan
kepada partisipan sekolah pada tingkat local guna memajukan
sekolahnya. Partisipan sekolah adalah kepala sekolah, guru, konselor,
pengembang kurikulum,administrator,orang tua, masyarakat, siswa.
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
20/27
20
Dalam kerangka manajemen berbasis sekolah (MBS), kepala
sekolah memegang kendali yang luas dalam menjalankan berbagai
kebijakan yang dapat membuat sekolah lebih efektif dan efisien
beroperasi. Sekolah menjadiotonom dalam menjalankan berbagai
programnya.
Menurut Mulyasa (2002), dalam konteks MBS seorang kepala
sekolah harus:
a. Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan guru-guru/masyarakat sekitar
b. Memiliki pemahan dan wawasan yang luas tentang teori pendidikandan belajar
c. Memiliki kemampuan dan keterampilan menganalisis situasi sekarang berdasarkan apa yang seharusnya serta mampu memperkirakan
kejadian di masa depan berdasarkan situasi sekarang.
d. Memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengidentifikasi masalahdan kebutuhan dan kebutuhan yang berkaitan dengan efektifitas
pendidikan di sekolah.
e. Mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangansebagai peluang, serta mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.
Kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan manajemen
berbasis sekolah , jika ditelaah secara mendasar seperti telah dikemukakan
sebelumnya, tidak berbeda dengan apa yang harus dilakukan kepala
sekolah dalam prinsip-prinsip administrasi pendidikan. Kecenderungan
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
21/27
21
perilaku kepala sekolah dalam MBS lebih ditekankan kepada adanya
inovasi manajemen kepemimpinan di sekolah sehingga intensitas dan
frekuensi kegiatan kepala sekolah lebih luas dan mendalam karena
memiliki tanggung jawab yang besar dalam merespon apa sebenarnya
keinginan, kepentingan dan kebutuhan pengguna jasa sekolah. MBS
menuntut seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan untuk
meningkatkan kinerja sekolah secara keseluruhan. Hal ini untuk
mendukung realisasi konsep MBS, yang membutuhkan kepemimpinan
kepala sekolah dalam menggerakkan organisasi sekolah yang telah
otonom. Maksud otonom di sini adalah adanya wewenang yang luas dari
setiap sekolah untuk menjalankan kebijakan-kebijakan maupun program-
program yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, berdasarkan perencanaan
yang telah disusun secara bersama oleh tenaga-tenaga yang terlibat di
sekolah dan tentu saja dengan melibatkan komite sekolah sebagai wakil
masyarakat yang peduli terhadap sekolah tersebut.
4. Persoalan mendasar yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat iniKrisis yang melanda masyarakat dan bangsa ini bermula dari krisis
moneter berkepanjangan yang kemudian menjadi krisis kepercayaan
kepada pemerintah. Krisis kepercayaan tersebut melahirkan gelombang
perlawanan masyarakat untuk menuntut perbaikan. Krisis tersebut
menunjukkan dua hal pokok, yaitu fundamental ekonomi lemah sehingga
sangat rentan terhadap gejolak global yang terjadi, dan ketidakberdayaan
pemerintah untuk mengatasinya. Gejala tersebut pada hakikatnya
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
22/27
22
menunjukkan adanya salah menangani sehingga masyarakat menjadi tidak
berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat terlihat dalam aspek kehidupan
politik, ekonomi, hokum, dan seluruh aspek kehidupan masyarakat
Indonesia (Tilar.1998:24).
Situasi ini berlarut secara terus menerus tanpa bisa dilakukan
koreksi oleh siapapun, Segala kebijakan yang dilakukan oleh Negara
dianggap adalah yang terbaik bagi masyarakat dalam segala aspek
kehidupan dengan berbagai dimensinya . Sehingga kehidupan cenderung
monoton dan tidak dapat melakukan pembaharuan dalam rangka
menghadapi tuntutan global yang semakin mendesak dan telah menjadi
suatu keharusan. Salah satu aspek kehidupan yang sangat merasakan
dampak system sentralistik tersebut adalah dunia pendidikan. Dimana
pendidikan menjadi bagian dari mesin penguasa untuk melakukan
indoktrinasi kekuatan kekuasannya. Pendidikan tidak berdaya sama sekali,
bahkan tenaga kependidikan ditempatkan sebagai aparat Negara yang
harus memberikan andil yang besar dalam melanggengkan kekuasaaan
penguasa tersebut. Dunia pendidikan terisolir dari konstituennya, terasing
dari lingkungannya dan menjadikan anak didik tercabut dari akar
budayanya. Pendidikan terasing dari stakeholdersnya, demikian juga
sebaliknya.
Kondisi obyektif seperti tersebut berakibat fatal terhadap lulusan
pendidikan, sehingga kualitas sumber daya manusia Indonesia dianggap
rendah dan tidak memiliki daya saing. Lulusan pendidikan cenderung
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
23/27
23
ingin memperoleh pekerjaan secara mudah dan lebih suka bekerja di sector
formal khususnya pemerintahan, sedangkan untuk bekerja secara mandiri
tidaklah favorit, inilah salah satu implikasi dari system pendidikan yang
sentralistik tersebut. Sehingga berdampak langsung terhadap kehidupan
masyarakat secara menyeluruh.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa pada
hakekatnya merupakan cermin kualitas pendidikan, sebab pendidikan
adalah dunia dimana kualitas SDM dibentuk dan dilahirkan. Karena itu,
secara jujur harus diakui, pendidikan kita mempunyai andil cukup besar
terhadap munculnya krisis multidimensi yang dihadapi, sebagai akibat
rendahnya kualitas SDM yang dimiliki. Dengan demikian, adanya
perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme serta kekerasan dalam konflik
social, ekonomi, politik, dan agama serta perlawanan terhadap hukum
adalah manifestasi kualitas SDM yang rendah, dan mau tidak mau harus
diakui sebagai produk pendidikan yang telah gagal membentuk dan
melahirkan SDM yang berkualitas (Asyari.2002).
Secara ekstrim sepertinya sulit untuk membantah peran pendidikan
dalam meningkatkan sumber daya manusia, sebab pada dasarnya
pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi yang ada pada setiap
orang untuk berkembang secara proporsional, inilah pendidikan secara
normative, disamping bahwa tujuan pendidikan itu juga adalah untuk
menjaga kesinambungan kehidupan manusia secara universal, dan juga
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
24/27
24
sebagai upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang menjadi bagian
hidup dan kehidupan manusia.
Bagaimana agar pendidikan dapat dijadikan sebagai leading sector,
agar upaya pemberdayaan manusia tersebut berhasil? Sebagaimana
diketahui bahwa pendidikan adalah merupakan sub system dalam system
kehidupan manusia. Dan pendidikan merupakan sub system dari system
nasional Indonesia, oleh karena itu untuk memecahkan berbagai persoalan
dalam pendidikan saat ini, harus dimulai dari penataan system
(reinventing) pendidikan tersebut untuk pengembangan SDM yang handal.
Pendidikan memerlukan perencanaan, perencanaan merupakan
satu aspek dalam manajemen, dan perencanaan dalam manajemen
pendidikan nasional menentukan keberhasilan pencapaian salah satu
tujuan nasional, yaitu mencerdaskan manusia Indonesia. Upaya
pencapaian tujuan nasional akan berhasil dengan baik jika perencanaan
pendidikan saat ini memperhatikan perkembangan domestic dan global.
Perkembangan domestic saat ini telah mengancam ketahanan nasional kita
yang menurut Buchori (2001) adalah :
a. Ketidakadilan dan kesewenang-wenanganb. Arogansi kekuasaan, kekayaan, dan intelektualc.
Keberingasan social
d. Perilaku social yang menyimpange. Perubahan tata nilaif. Perubahan gaya hidup social
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
25/27
25
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut bukanlah pekerjaan
yang mudah, sebab berbagai persoalan tersebut merupakan bagian dari
perkembangan yang terjadi saat ini dan telah menjadi fenomena sebagai
implikasi dari globalisasi yang telah mempengaruhi peradaban dunia.
Implikasi tersebut sebenarnya dapat diatasi jika kita memegang teguh visi
nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap tanah
tumpah darah Indonesia serta menjaga atau turut serta dalam
menciptakan perdamaian dunia. Hanya saja untuk mengimplementasikan,
ditemukan berbagai kelemahan atau kendala yang sangat prinsipil yaitu:
a. Etos kerja kurang handal, dibandingkan dengan etos kerja bangsa-bangsa lain yang sudah maju
b. Kurang menguasai teknik-teknik kerja modern, teknik-teknik kerjayang dikembangkan berdasarkan kemajuan teknologi
c. Pengetahuan tentang situasi dan dinamika global, terutama situasi dandinamika pasar global kurang memadai
Berbagai kelemahan tersebut bukan tidak berdasar sama sekali,
berbagai indicator menunjukkan hal tersebut, terutama di jajaran birokrasi
sebagai penanggungjawab penyelenggara pemerintahan memang
menunjukkan sikap atau kelemahan tersebut. Dan ini adalah satu penyebab
mengapa kita tidak dapat memberikan data yang tepat sebelum mengambil
keputusan untuk menentukan atau menetapkan kebijakan dalam
manajemen nasional, demikian juga halnya dengan manajemen nasional
pendidikan. Implikasi dari keadaan tersebut menyebabkan pemerataan
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
26/27
26
menjadi salah satu masalah pendidikan, implikasi lainnya adalah kualitas
pendidikan yang tidak memadai dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sistem pendidikan nasional sebagai suatu organisasi haruslah bersifat
dinamis, fleksibel, sehingga dapat menyerap perubahan-perubahan yang
cepat antara lain karena perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan
masyarakat menuju kepada masyarakat yang semakin demokratis dan
menghormati hak-hak azasi manusia (Tilaar:2002). Peubahan yang harus
dilakukan tersebut ternyata saat ini tidak hanya sebatas wacana, tetapi
telah sampai pada tahap implementasi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
pembaharuan program yang telah disiapkan karena perubahan paradigm
dalam menjalankan pemerintahan, yaitu dari sentralistik menuju
desentralisasi.
C. PENUTUPPerubahan pendidikan sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu
manusia Indonesia secara menyeluruh, hanya dapat dilakukan jika pemerintah
melakukan perubahan mendasar di sector perencanaan pendidikan.
Perencanaan pendidikan memberikan peluang untuk menentukan arah apa
yang akan dicapai sesuai dengan misi pendidikan nasional. Oleh karenya
perlu dilakukan identifikasi terhadap berbagai hal tentang pendidikan,
sehingga ditemukan hal-hal prioritas yang harus dilaksanakan. Prioritas
apapun yang ditentukan sebagai bagian dari hasil analisis terhadap kebutuhan
untuk melakukan perubahan pendidikan, akan menentukan arahyang tepat
8/6/2019 ARTIKEL PAK JARWO
27/27
dalam memberikan diagnosis yang tentunya juga tepat, sehingga akan
melahirkan program-program yang sifatnya menyeluruh dan dapat
dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, M. 2001. Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta:Kanisius
E.Mulyasa.2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:Rosda
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:Grasindo
The World Bank, Education Sector Strategy. 1999
Tilaar, H.A.R. 1998. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung:Rosda Karya
______. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta
Thoha, M. 2000. Perilaku Birokrasi dalam Pengelolaan Pendidikan.Makalah.
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia.19-22.September.2000.Jakarta
Udin Syaefudin Saud dan Abin Syamsuddin Makmun. 2005. PerencanaanPendidikan. Bandung:Rosda Karya
http://dayatfarras.wordpress.com/2011/01/06/perencanaan-pendidikan/, akses 16
juli 2011