Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013 ANALISIS CARRYING CAPACITY KAWASAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WISATAWAN, ZONASI KAWASAN, DAN DAYA TAMPUNG KAWASAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN PENGUNJUNG DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA Lega Oktoberi K (1) , Fitri Rahmafitria* (2) , Meitri Hening CD (3) (1) Mahasiswa, (2) (3) Penulis Penanggung Jawab Program Studi Manajemen Resort and Leisure. Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia *email: rahmafi[email protected]ABSTRAK Kampung Naga merupakan suatu perkampungan memiliki nilai adat dan tradisi yang sangat kuat hingga saat kini masih terjaga dengan baik, sekarang Kampung Naga menjadi objek daya tarik wisata budaya di Kab Tasikmalaya. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang mengunjungi Kampung Naga dapat mengurangi kenyamanan wisatawan saat berada dalam kawasan tersebut, karena Kampung Naga merupakan kawasan konservasi budaya yang memiliki tatanan nilai adat-istiadat didalamnya, sehingga perlu pembatasan jumlah pengunjung jika melampaui Carrying Capacity kawasan Kampung Naga. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik wisatawan, menganalisi daya tampung Kawasan dan menganalisi zonasi Kawasan guna membuat startegi pengelolaan pengunjung di Kampung Naga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, tujuan digunakan metode ini diharapkan dapat menguraikan atau memaparkan beberapa hasil dari pengumpulan, pengolahan, dan penyimpulan data penelitian. Instrument dan teknik pengumpul data yaitu observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian startegi pengelolaan pengunjung di Kampung Naga yang dapat diterapkan adalah membuat alur sirkulasi kunjungan untuk menghindari kepadatan dan penumpukan pengunjung pada satu titik lokasi dengan memperhatikan zonasi inti sebagai kegiatan wisata, menghitung jumlah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
ANALISIS CARRYING CAPACITY KAWASAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WISATAWAN,
ZONASI KAWASAN, DAN DAYA TAMPUNG KAWASAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN
PENGUNJUNG DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA
Lega Oktoberi K(1), Fitri Rahmafitria* (2), Meitri Hening CD(3)
(1) Mahasiswa, (2) (3) Penulis Penanggung Jawab
Program Studi Manajemen Resort and Leisure. Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan memiliki nilai adat dan tradisi yang sangat kuat hingga saat kini masih terjaga dengan baik, sekarang Kampung Naga menjadi objek daya tarik wisata budaya di Kab Tasikmalaya. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang mengunjungi Kampung Naga dapat mengurangi kenyamanan wisatawan saat berada dalam kawasan tersebut, karena Kampung Naga merupakan kawasan konservasi budaya yang memiliki tatanan nilai adat-istiadat didalamnya, sehingga perlu pembatasan jumlah pengunjung jika melampaui Carrying Capacity kawasan Kampung Naga. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik wisatawan, menganalisi daya tampung Kawasan dan menganalisi zonasi Kawasan guna membuat startegi pengelolaan pengunjung di Kampung Naga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, tujuan digunakan metode ini diharapkan dapat menguraikan atau memaparkan beberapa hasil dari pengumpulan, pengolahan, dan penyimpulan data penelitian. Instrument dan teknik pengumpul data yaitu observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian startegi pengelolaan pengunjung di Kampung Naga yang dapat diterapkan adalah membuat alur sirkulasi kunjungan untuk menghindari kepadatan dan penumpukan pengunjung pada satu titik lokasi dengan memperhatikan zonasi inti sebagai kegiatan wisata, menghitung jumlah pengunjung yang masuk dan keluar pada zona inti Kampung Naga sesuai dengan daya tampung kawasan dengan maksimal jumlah kunjungan 51 orang/ 2jam dan minimal minimal jumlah kunjungan 19 orang/ 2jam pengunjung yang diperkenankan berkunjung untuk meminimalisir dampak yang timbul pada zonasi inti kawasan, dan membatasi lama kunjungan pengunjung yang rata-rata 2 jam pada hari biasa dan hari tertentu yang dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada pengunjung lain untuk dapat menikmati suasana yang ada di Kampung Naga.
Kata Kunci : Kawasan, Daya Tampung Kawasan, Pengelolaan Pengunjung.
ABSTRAK
1
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
Kampung Naga is a village has a value of customs and traditions are very strong so far is still well preserved, is now the object of Kampung Naga cultural tourist attraction in the district Tasikmalaya. The increasing number of tourists who visit Kampung Naga travelers can reduce comfort while in the region, as Kampung Naga is a conservation area which has the foundations of cultural mores in it, so it needs restrictions on the number of visitors if it exceeded the Carrying Capacity Kampung Naga. In the present study aimed to analyze the characteristics of tourists, analyzing capacity and analyze areas in order to make the area zoning management strategy location in Kampung Naga. This study uses a descriptive, objective method used is expected to describe or explain some of the results of the collection, processing, and inference research data. Instrument and data collection techniques are observation, interviews, literature study, and study documentation. The results of the research strategy in Kampung Naga visitor management that can be applied is to make the flow of traffic to avoid the circulation and accumulation of visitors at one point location with respect to the core zone as a tourist activity, count the number of visitors in and out of the core zone of Kampung Naga accordance with its region with a maximum capacity of 51 people the number of visits / 2 hours and at least 19 people minimum number of visits / visitors are allowed to visit 2 hours to minimize impacts on the core zone, and limiting the length of stay of visitors on average 2 hours a day on weekdays and certain intended to provide opportunities for other visitors to enjoy the atmosphere that is in Kampung Naga.
Keyword : Kampung Naga, Carrying Capacity, Characteristics of Tourists, Zonation
Dewasa ini pertumbuhan dan
perkembangan Industri Pariwisata sangat
pesat di Indonesia, Pariwisata sekarang
telah menjadi sumber perolehan devisa.
Pertumbuhan yang terjadi di sektor
Pariwisata erat kaitannya dengan manusia
atau wisatawan yang memiliki keinginan
dan kebutuhkan untuk berpergian atau
berrekreasi ke suatu tempat guna
meningkatkan kualitas hidupnya. Karena
Pariwisata adalah suatu system terbuka
dari unsur-unsur yang saling berinteraksi
dalam suatu lingkungan yang luas, mulai
dari unsur manusia seperti wisatawan, tiga
unsur geografis: Negara asal wisatawan,
negara yang dijadikan tempat transit, dan
daerah tujuan wisata serta unsur ekonomi,
yaitu industri pariwisata (MacIntosh,
Leiper dalam Yoeti,2009 : 9-10).
Setiap daerah di Indonesia memiliki
potensi sumber daya alam dan budaya
yang berragam dan dapat dijadikan potensi
daya tarik wisata untuk dikembangan
menjadi sebuah daerah tujuan wisata, salah
satu daerah tujuan wisata di Indonesia
adalah Jawa Barat. Jawa Barat merupakan
salah satu Provinsi terbesar di Indonesia
yang memiliki keanekaragaman daya tarik
wisata yang cukup tinggi baik daya tarik
wisata alam, budaya, dan buatan, hal
tersebut yang memberikan motivasi dan
dorongan kepada wisatawan untuk
berkunjung ke objek Wisata di Jawa Barat.
Berikut ini dapat dilihat pertumbuhan
2
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
kunjungan wisatawan ke Objek wisata di Provinsi Jawa Barat pada tabel 1.1, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 1.1
Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Provinsi Jawa Barat,
Pada Tahun 2006-2010
Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan (%)
2006 24.086.615 -
2007 24.121.261 0,14
2008 26.617.400 9,38
2009 24.880.178 -6,98
2010 25.787.370 3,51
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan
pertumbuhan kunjungan wisatawan ke
objek wisata di Jawa Barat terlihat pada
tahun 2008 terdapat peningkatan
pertumbuhan sebasar 9,38 % dan terjadi
penurunan pertumbuhan pada tahun 2009
mencapai -6,98%, dan pada tahun 2010
kembali terjadi peningkatan pertumbuhan
sebesar 3,51% dengan jumlah wisatawan
mecapai 25.78.370 orang.
Pertumbuhan jumlah kunjungan wisata
yang terjadi di Jawa Barat erat kaitannya
dengan daerah tujuan wisata dengan
keunggulannya yang dapat menarik
wisatawan untuk berkunjung ke Jawa
Barat. Potensi dari masing-masing wilayah
di Jawa Barat dan keunggulan objek dan
daya tarik wisata dijabarat tidak lepas
dengan balutan kebudayaan dan seni tradisi
yang memiliki nilai luhur yang tetap
berpegang teguh pada akar nilai budaya
sunda dan kearifan lokal masyarakatnya,
dan keindahan alammnya yang masih
terjaga dan asri, sehingga menjadi nilai
tambah bagi tempat tujuan wisata yang ada
di Jawa Barat.
Kabupaten Tasikmalaya merupakan
salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat
3
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
yang memiliki pertumbuhan objek daya
tarik wisata dan berpotensi untuk
dikembangkan menjadi daerah tujuan
wisata, daya tarik wisata di Kabupaten
Tasikmalaya terdiri dari wisata alam,
wisata budaya, wisata Argo dan wisata
minat khusus. Terdapat beberapa objek
wisata yang tercatat di Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya
(2012) Seperti:, Cipanas Galunggung,
Pantai Karangtawulan, Lokasi Ziarah
Pamijahan, Kampung Naga, Pantai
Cipatujah, Pantai Sindangkerta, Pantai
Pamayangsari, Taman Bubujung Indah,
Lokasi Ziarah Makam Syech Tubagus
Anggariji dan Wanawisata Cipanas
Galunggung. Berikut ini dapat data arus
kunjungan wisatawan ke objek wisata di
Kabupaten Tasikmalaya dapat di lihat pada
tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2
Data Arus Kunjungan Wisatawan ke objek wisata di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun
Jumlah 650,770 695,936 724,633 577,231 519,270 536,638
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya
4
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
Berdasarkan tabel 1.2 diatas
menunjukan bahwa jumlah kunjungan
wisatawan ke Kabupaten Tasikmalaya
mengalami peningkatan dan penuruan pada
setiap tahunnya, dapat dilihat Pada tahun
2008 terjadi peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan sebanyak 724.633
orang wisatawan, akan tetapi terjadi
penuruan jumlah kunjungan pada tahun
2009 yang hanya berjumlah 5577.231
orang wisatawan dan pada tahun 2010
berjumlah 519.270 orang wisatawan.
Salah satu tempat tujuan wisata budaya
di Jawa Barat, Khususnya di Kabupaten
Tasikmalaya yaitu Kampung Naga yang
masih kental dengan nilai luhur tradisi
sunda. Kampung Naga berada di wilayah
Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya. Kampung Naga
merupakan suatu perkampungan yang
dihuni oleh sekelompok masyarakat
keturunan Sunda di Jawa Barat yang
sangat kuat dalam memegang adat istiadat
peninggalan leluhurnya, dalam hal ini
adalah kebudayaan Sunda khususnya.
Masyarakat Kampung Naga hingga saat
ini tetap menjaga lingkungannya dan hidup
secara harmonis dengan lingkunganya,
dengan upaya selalu berusaha tetap
menjaga, melindungi, melestariakan alam,
hal itulah menjadi daya tarik pada
Kampung Naga.
Dewasa ini jumlah kunjungan
wisatawan ke Kampung Naga mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat, karena
Kampung Naga merupakan wisata budaya
yang memiliki aksesibilitas yang mudah
dicapai oleh wisatawan karena lokasinya
dekat dengan sisi Jalan Raya Salawu
(Garut-Singaparna), sehingga banyak
wisatawan yang berkunjung ke Kampung
Naga untuk sekedar melihat kegitan
upacara adat dan hanya melihat-lihat ke
unikan Kampung tersebut (Retno 2012).
Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan
jumlah kunjungan wisatawan ke Kampung
Naga pada tabel 1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3
Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006-2011
Tahun
Wisatawan
JumlahPertumbuha
n (%)Manca-
negara
Pertumbu
h-an (%)Nasional
Pertumbu
h-an (%)
2006 4.140 - 8.180 - 12.320 -
5
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
2007 4.276 3,2 12.770 56,1 17.046 38,3
2008 4.086 -4,4 8.967 29,7 13.053 -23,4
2009 2.369 -42 5.980 33,3 8.349 -36
2010 6.818 187,8 38.555 544,7 45.373 443,4
2011 6.950 1,9 51.861 34,5 58.811 29,6
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012
Dari tabel tersebut dapat kita lihat pada
tahun 2010 pertumbuhan yang signifikan
mencapai 443,4% dengan jumlah
wisatawan 45.373 orang, dan pada tahun
2011 naik menjadi 29,6% dengan jumlah
wisatawan 58.811 orang.
Dengan meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan yang mengunjungi
Kampung Naga dapat mengurangi
kenyamanan wisatawan saat berada dalam
kawasan tersebut, karena Kampung Naga
merupakan kawasan konservasi budaya
yang memiliki tatanan nilai adat-istiadat
didalamnya, sehingga perlu pembatasan
jumlah pengunjung jika melampaui
ambang batas (Carrying Capacity)
Kampung Naga. Menurut Inskeep, dalam
Liu (1994) yang dikutip dari Pitana dan
Diarta (2009: 134), Carrying Capacity
didefinisikan sebagai berikut: “The
maximum number of people who can use a
site without an unacceptable alteration in
the physical environment, without an
unacceptable decline in the quality of
experience rained by visitors, and without
an unacceptable advers impact on the
society, economy, and culture of the
tourism area”.
Secara Konsep Carrying Capacity ini
secara implisit mengandung makna batasan
(limit), batas atas (ceiling), atau
tingkatan/level (threshold) yang tidak
boleh dilewati dalam pembangunan atau
pengembangan destinasi Pariwisata. Dan
memiliki faktor pengaruh yaitu
karakteristik wisatawan, daya tampung
Kawasan dan atribut destinasi seperti
zonasi Kawasan.
Pihak pengelola Kampung Naga perlu
mengetahui daya tampung dari jumlah
maksimum orang/pengunjung yang berada
atau mengunakan kawasan Kampung
Naga, dan pihak pengelola harus
mengetahui aktivitas kegiatan wisatawan
dan frekuensi kunjungan serta duarasi/lama
kunjungan serta klasifikasi zonasi
kawasan, hal ini perlu dilakukan untuk
meminimalisir dampak yang terjadi akibat
6
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
aktifitas Pariwisata yang berdampak
kepada penurunan kualitas lingkungan
Kampung Naga akibat terjadinya
kepadatan pengunjung.
Dengan adanya hasil dari daya
tampung wisatawan yang berkunjung,
pihak pengelola perlu menetapkan strategi
untuk mengatur wisatawan atau
pengunjung ke Kampung Naga, agar
wisatawan yang berkunjung sesuai dengan
daya tampung kawasan tersebut, dan tidak
mempengaruhi tatanan nilai tradisi di
Kampung Naga dengan tetap menjaga
kepuasan wisatawan akan ruang geraknya
dan kenyamanan tidak berkurang dan tidak
terjadinya penumpukan pada suatu lokasi
atau area tertentu, serta dapat memberikan
kenyamanan kepada masyarakat Kampung
Naga untuk menjalankan spiritual dan
budaya secara hikmat dalam
kehidupannya.
Berdasarkan pemikiran tersebut, timbul
keinginan penulis untuk meneliti lebih
dalam mengenai strategi pengelolaan
pengunjung yang berdasarkan carrying
capacity di Kampung Naga, sehingga
skripsi ini diberi judul : “Analisis
Carrying Capacity Kawasan
Berdasarkan Karakteristik Wisatawan,
Zonasi Kawasan, Dan Daya Tampung
Kawasan Sebagai Dasar Pengelolaan
Pengunjung Di Kampung Naga
Kabupaten Tasikmalaya”
Suatu kawasan wisata yang memiliki
nilai konservasi budaya didalamnya harus
dijaga dan dikelola dengan baik oleh pihak
pengelola dalam pengembangan kawasan
tersebut dengan membatasi jumlah
kunjungan wisatawan, akan tetapi di pihak
lain arus wisatawan tidak dapat dibatasi/
dibendung karena merupakan suatu
kebutuhan kawasan untuk tumbuh
berkembang dan memiliki manfaat atau
nilai ekonomi untuk masyarakat lokal
didalam kegiatan Pariwisata, sehingga
pihak pengelola harus menyadari dan
mengetahui batasan daya tampung
kawasan dan membuat strategi pengelolaan
pengunjung agar wisatawan yang
berkunjung sesuai dengan carrying
capacity tersebut, dan tidak mempengaruhi
tatanan nilai tradisi di Kampung Naga
dengan tetap menjaga kepuasan wisatawan
akan ruang geraknya dan kenyamanan
tidak berkurang dan tidak terjadinya
penumpukan pada suatu lokasi atau area
tertentu, serta dapat memberikan
kenyamanan kepada masyarakat Kampung
Naga untuk menjalankan spiritual dan
budaya secara hikmat dalam
kehidupannya.
Berdasarkan pada bahasan di atas,
peneliti akan menganalisis carrying
cpacity berdasarkan kepada karakteristik
wisatawan, zonasi kawasan, dan daya
tampung kawasan untuk membuat strategi
7
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
pengelolaan pengunjung di Kampung
Naga, maka dari itu agar penelitian ini
lebih terarah peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Karakterisitik Wisatawan
di Kampung Naga?
2. Bagaimana Zonasi Kawasan di
Kampung Naga?
3. Bagaimana Daya Tampung Kawasan
di Kampung Naga?
4. Bagaimana Strategi Pengelolaan
Pengunjung di Kampung Naga?
Tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini oleh penulis sebagai berikut :
1. Menganalisis karakterisitik wisatawan
di Kampung Naga.
2. Menganalisis zonasi kawasan di
Kampung Naga.
3. Menganalisis daya tampung kawasan
di Kampung Naga.
4. Memganalisi dan Membuat Strategi
pengelolaan pengunjung di Kampung
Naga.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif, tujuan digunakan metode ini
diharapkan dapat menguraikan atau
memaparkan beberapa hasil dari
pengumpulan, pengolahan, dan
penyimpulan data penelitian. Selain itu
hasil penelitian ini akan disampaikan
dalam bentuk hitung-hitungan angka dan
uraian dalam bentuk kalimat baku. Dengan
demikian dapat diharapkan hasil penelitian
ini dapat di pahami dan di mengerti oleh
semua pihak. Menurut Wardiyanta (2010:
5) menjelaskan bahwa Penelitian deskriptif
adalah “penelitian yang bertujuan
membuat deskripsi atas suatu fenomena
sosial/alam secara sistematis, aktual, dan
akurat”.
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
Metode Angket, dengan menggunakan
daftar pertanyaan berupa isian dan pilihan
untuk mendapat data dan informasi yang
ada di variabel penelitian.
Metode Pengamatan Langsung,
digunakan untuk memperoleh data
carrying capacity kawasan dan
pengukuran dilakukan untuk mendapatkan
data luas area wisata. peneliti memperoleh
data tersebut dengan observasi langsung ke
lapangan di Kampung Naga. Pengertian
observasi menurut Marshall (1995) dalam
Sugiyono (2011: 309) menyatakan bahwa,
“through observation, the researcher learn
about behavior and the meaning attached
to those behavior” yang artinya, melalui
observasi peneliti belajar tentang perilaku
dan makna dari perilaku tersebut. Lalu
Peneliti melakukan pengumpulan data
dengan melakukan wawancara kepada
sampel yang telah ditentukan sebelumnya,
8
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
untuk menarik dan mengambil informasi,
baik data tertulis berupa kata dan informasi
lisan.
Metode Wawancara, digunakan untuk
mendapatkan informasi atau keterangan
tentang obyek wisata Kampung Naga
secara lisan dengan menggunakan
pedoman. wawancara yang berupa daftar
pertanyaan kepada pengelola obyek wisata
Kampung Naga dan Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Tasikmalaya. Metode ini digunakan untuk
mencari data pendukung yang terkait
dengan tujuan penelitian. Menurut
Esterberg dalam Sugiyono (2011: 316)
mendefinisikan wawancara sebagai
berikut, “a meeting of two persons to
exchange information and idea through
question and responses, resulting in
communication and joint construction of
meaning about a particular topic” yang
artinya, wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Lalu Susan Stainback dalam
Sugiyono (2011: 316) mengemukakan
bahwa, “interviewing provide the
researcher a means to gain a deeper
understanding of how the participant
interpret a situation or phenomenon than
can be gained through observation alone”
yang artinya, dengan wawancara maka
peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang partisipan dalam
menginterprestasikan situasi atau
fenomena yang terjadi, di mana hal ini
tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Populasi Dalam penelitian ini adalah
wisatawan yang berkunjung ke Kampung
Naga Kabupaten Tasikmalaya, Banyaknya
Sampel wisatawan yang diambil dari
jumlah populasi wisatawan yang
berkunjung ke Kampung Naga. Berikut ini
jumlah kunjungan wisatawan ke kampung
naga pada tabel 1.4 sebagai berikut:
Tabel 1.4
Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006-2011
TahunWisatawan
JumlahMancanegara Nasional
2006 4.140 8.180 12.320
2007 4.276 12.770 17.046
2008 4.086 8.967 13.053
9
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
2009 2.369 5.980 8.349
2010 6.818 38.555 45.373
2011 6.950 51.861 58.811
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012
Menurut Sugiyono (2011 : 120)
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
Karekteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Penulis menggunakan teknik
sampling, yaitu Probility sampling untuk
menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian. Probility sampling yang
digunakan adalah Simple Random
Sampling. Cara pengambilan sampelnya
dilakukan dengan secara acak tanpa
memperhatikan strata (jenjang) yang ada
dalam anggota populasi.
Banyaknya sampel responden
wisatawan yang diambil mengacu pada
pendapat Slovin sesuai dengan rumus:
Dimana:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
E = Persen kelonggaran ketidaktelitian
karena kesalahan pengambilan
sampel
yang masih dapat ditolerir.
Dalam rumus slovin memiliki
ketentuan yaitu:
Nilai e = 0,1 ( 10%) untuk populasi
dalam jumlah besar
Nilai e= 0,2 ( 20%) untuk populasi dalam
jumlah kecil
Dalam menentukan jumlah sampel
diperlukan ukuran populasi yang mengacu
pada data tingkat kunjungan terbaru ke
Kampung Naga yang diperoleh penulis
pada saat prapenelitian, yakni data
kunjungan pada tahun 2011 yaitu sebanyak
58.811 orang dan persen kelonggaran yang
ditentukan adalah sebesar 10%.
Berdasarkan data kunjungan tersebut,
maka didapat jumlah sampel yang akan
diambil yaitu:
10
n = N(1+Ne²)
n = 58.811(1+58.811x(0,1) ²)
= 99.83025
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
Untuk mempermudah perhitungan
maka jumlah sampel dibulatkan menjadi
100 orang. Hal tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui karekteristik wisatawan
yang berkunjung ke Kampung Naga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
ANALISIS CARRYING CAPACITY
KAWASAN
Menurut Inskeep, dalam Liu (1994)
yang dikutip dari Pitana dan Diarta (2009:
134), Carrying Capacity didefinisikan
sebagai berikut: “The maximum number of
people who can use a site without an
unacceptable alteration in the physical
environment, without an unacceptable
decline in the quality of experience rained
by visitors, and without an unacceptable
advers impact on the society, economy,
and culture of the tourism area”.
Secara Konsep Carrying Capacity ini
secara implisit mengandung makna batasan
(limit), batas atas (ceiling), atau
tingkatan/level (threshold) yang tidak
boleh dilewati dalam pembangunan atau
pengembangan destinasi Pariwisata. Dan
memiliki faktor pengaruh yaitu
karakteristik wisatawan, daya tampung
Kawasan dan atribut destinasi seperti
zonasi Kawasan.Daya Tampung adalah
kemampuan suatu lingkungan binaan
seperti kawasan perumahan, kawasan
industry, perkotaan banyak diperhitungan
dengan kosep daya dukung (Fandeli,
2009:69).
Dalam penghitungan daya tampung
kawasan dapat dilakukan penghitungan
menggunakan pendekatan daya dukung
fisik dan daya dukung ekologis, dalam
penghitungan daya dukung fisik (Physical
carrying capacity) dimaksudkan untuk
menghitung daya tampung kawasan dalam
menampung jumlah maksimal wisatawan
yang berkunjung, sedangkan carrying
capacity ekologis untuk mengitung daya
tampung kawasan dalam menampung
jumlah minimal wisatawan yang
berkunjung.
a. Physical Carrying Capacity Area
Kampung Naga
Daya dukung fisik (Physical carrying
capacity) merupakan kemampuan suatu
kawasan alam atau destinasi untuk
menampung pengunjung/ wisatawan,
penduduk asli, aktivitas/ kegiatan wisata
dan fasilitas penunjang ekowisata, (Liu
dalam Pitana dan Diarta 2009: 136-137).
Dalam penelitian ini dalam Aktifitas
wisata di Kampung Naga merupakan
wisata budaya, dan apabila disandingkan
dengan kriteria wisata menurut Douglas
(1975) dalam Fandeli (2009: 73), maka
termasuk dalam kriteria aktivitas wisata
piknik. Dalam rangka menghitung daya
dukung fisik area Kampung Naga, terdapat
11
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
beberapa parameter yang diukur, yaitu
lama berwisata, luas area wisata, dan
jumlah wisatawan.
Rumus daya dukung fisik menurut
Cifuents dan penelitian douglas yang
dibuat rumus baru oleh Fandeli (2002:
261) adalah sebagai berikut :
PCC = A x 1 x
Rf
B
Keterangan :
PCC : Physical Carrying Capacity
A : Luas area yang digunakan untuk
wisata; dalam hal ini luas
pemukiman Kampung Naga yaitu 1,5
ha.
B : Luas area yang dibutuhkan oleh
seorang wisatawan untuk berwisata
dengan tetap memperoleh kepuasan;
dalam hal ini digunakan nilai tetap
yang diberikan untuk area piknik
oleh Douglas (1975) dalam Fandeli
(2009: 72) yaitu 65m² = 0,0065 ha
untuk berwisata dengan tetap
memperoleh kenyamanan
Rf : Faktor Rotasi pergantian dalam
beraktifitas wisata yaitu rata-rata lama
waktu berwisata (2 jam) dibagi
lamanya area wisata itu dibuka dalam
satu hari (10 jam, karena dibuka pukul
07.00 wib ditutup pukul 17.00 wib),
sehingga Rf = 10 : 2 = 5
Maka dengan demikian,
PCC = A x 1 x Rf
B
PCC = 1,5 x 1 x 5
0,0065
PCC = 1.153,84
Kapasitas Daya Tampung Wisatawan
Berdasarkan daya dukung fisik yang
ada, maka dapat diperhitungkan kapasitas
daya tampung wisatawan untuk area di
Kampung Naga sebagai berikut:
Kapasitas daya tampung = Jumlah
wisatawan (tahun 2011)/ PCC
=
58.811 / 1.153,84
=
50,96
=
51 orang/ha (Hasil Pembulatan)
Jadi kapasitas daya tampung untuk
wisatawan dengan tujuan di Kampung
Naga sesuai dengan daya dukung fisik
adalah 51 orang/ha. Nilai ini mengandung
12
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
arti bahwa setiap 1 ha luas area yang
digunakan untuk mampu menampung 51
orang, dengan tetap memperoleh
kenyamanan secara fisik alam dalam
berwisata untuk tujuan budaya.
Ecology Carrying Capacity Area
Kampung Naga
Dalam penelitian ini untuk menghitung
daya dukung ekologis area Kampung Naga
memiliki parameter yang diukur adalah
jumlah wisatawan, sedangkan parameter
lainnya sudah ditetapkan dalam Douglas
(1975) dalam Fandeli (2009:74), dengan
rumus sebagai berikut
:
AR = D x A
Cd x TF x 43,560
Keterangan :
AR : Area yang dibutuhkan untuk
kegiatan wisata; dalam hal ini
adalah luas area Kampung Naga
D : Permintaan wisatawan untuk
suatu aktivitas; dalam hal ini
adalah jumlah wisatawan untuk
tujuan budaya, yaitu 58.811
wisatawan (Jumlah wisatawan
tahun 2011).
A : Kebutuhan area setiap wisatawan
dalam feet²; dengan minimal area
yang dibutuhkan untuk area
piknik yaitu 726 feet² (dengan
luas area Kampung Naga
15.000m² atau 163.350 feet²)
Cd : Jumlah hari yang dipergunakan
untuk suatu kegiatan tetentu;
dalam hal ini karena obyek wisata
Kampung Naga libur atau tidak
menerima kunjungan wisata pada
hari Jum’at atau 1 hari libur dalam
setiap minggunya, maka CD =
365-48 = 317
: Faktor Pemulihan; menurut Douglas
(1975) dalam Fandeli (2009:73), untuk
aktivitas piknik nilai Tf = 1,5
43.560 : konstanta ( diperoleh dari konversi acre
ke feet)
Perhitungan daya dukung ekologis
Kampung Naga, dengan luas area
122,47m² atau 161.364,17 feet², adalah
sebagai berikut:
AR = D x A
13
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
Cd x TF x 43,560
AR = 58.811 x 726
317 x 1,5 x 43,560
AR = 42,696,79
20.712,78
AR = 2,06 acre x 1,5ha
AR = 3,09 ha
Kapasitas tampung wisatawan untuk area Kampung Naga adalah :
Kapasitas daya tampung = Jumlah wisatawan (tahun 2011)/ AR
= 58.811 / 3,09
= 19,032
= 19 orang/ha (Hasil Pembulatan)
Nilai ini mengandung arti bahwa setiap
1ha luas area yang digunakan untuk wisata
budaya mampu menampung 19 orang,
dengan tetap ada kesempatan bagi obyek
wisata untuk pulih pada kondisi ekologis
yang nyaman. Nilai ambang batas secara
ekologis tersebut dapat dipertahankan atau
bahkan dapat terus ditingkatkan apabila
kondisi ekologis obyek wisata dapat terus
dijaga atau terus ditingkatkan kualitasnya.
Kenyamanan ekologis perlu dipertahankan
atau ditingkatkan mengingat obyek wisata
Kampung Naga merupakan produk masa
lalu yang diciptakan dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai ekologis setempat.
Strategi Pengelolaan Pengunjung
Strategi menurut Mintzberg (1994:
107-114) mendefinisikan strategi sebagai
5P, yaitu : strategi sebagai Perspektif,
strategi Posisi, strategi sebagai
Perencanaan, strategi sebagai Pola kegiatan
dan strategi sebagai ”Penipuan” (Ploy)
yaitu muslihat rahasia. Sebagai Perspektif,
dimana strategi dalam bentuk misi, misi
menggambarkan perspektif kepada semua
aktivitas. Sebagai posisi, dimana dicari
pilihan untuk bersaing. Sebagai
Perencanaan, dalam hal strategi
menentukan tujuan performansi
perusahaan. Sebagai Pola kegiatan dimana
dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu
umpan balik dan penyesuaian.
Pengelolaan (manajemen), menurut
Leiper dalam Pitana dan Diarta (2009: 80),
14
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
merujuk kepada seperangkat peranan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang, atau bisa juga merujuk kepada
fungsi-fungsi yang melekap pada peran
tersebut. Fungsi-fungsi manajemen
tersebut yaitu: Planning (perencanaan),
Directing (mengarahkan), Organizing
(termasuk Coordinating), dan Controlling
(pengawasan). Informasi dari wisatawan
tersebut diatas dapat digunakan sebagai
dasar acuan membuat pengelolaan
pengunjung di tambah dengan klasifikasi
dari tiap zonasi kawasan yang ada di
Kampung Naga dengan adanya hasil
tersebut pihak pengelola Kampung Naga
dapat meminimalisir dampak dari kegiatan
aktifitas wisata, Menurut Cox dalam
Dowling dan Fennel (2003) yang dikutip
dari Pitana dan Diarta (2009: 81-82) bahwa
Pengelolaan Pariwisata yang dilakukan
harus mengacu pada prinsip-prinsip
pengelolaan yang menekankan nilai-nilai
kelestarian lingkungan alam, komunitas,
dan nilai sosial yang memungkinkan
wisatawan menikmati kegiatan wisatanya
serta bermanfaat bagi kesejahteraan
komunitas lokal.
Dalam pengelolaan pengunjung
perlunya fasilitas pariwisata untuk
mendukung dan mengakomodir wisatawan
untuk memenuhi kebutuhannya pada suatu
objek wisata, dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011
Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 –
2025 menyatakan bahwa Fasilitas
Pariwisata adalah semua jenis sarana yang
secara khusus ditujukan untuk mendukung
penciptaan kemudahan, kenyamanan,
keselamatan wisatawan dalam melakukan
kunjungan Yang dimaksud dengan
“Fasilitas Pariwisata” meliputi: (1)
fasilitas akomodasi; (2) fasilitas rumah
makan; (3) fasilitas informasi dan
pelayanan pariwisata, fasilitas pelayanan
keimigrasian, pusat informasi pariwisata
(tourism information center), dan e-tourism
kiosk; (4) polisi pariwisata dan satuan
tugas wisata; (5) toko cinderamata
(souvenir shop); (6) penunjuk arah/papan
informasi wisata/rambu lalu lintas wisata
(tourism sign and posting); dan (7) bentuk
bentang lahan (landscaping).ke Destinasi
Pariwisata, atau lebih biasanya disebut 5A
yaitu Aksesibilitas, Akomodasi, Amenity,
Atraksi, Aktivitas, kelima hal tersebut yang
mendukung kegiatan wisata guna
mengelola kunjungan wisatawan.
Pihak pengelola Kampung Naga dalam
mengelola kawasan dan mengelola
pengnjung perlu memperhatikan Fasilitas
pendukung wisata yang dimaksud dalam
pembangunan dan pengembangan
pariwisata guna mengelola pengunjung di
Kampng Naga haruslah memiliki nilai-
nilai kearifan lokal. Berikut ini Aktivitas
15
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
dan Fasilitas pendukung kegiatan wisata di Kampung Naga dapat dilihat pada tabel 1.5
sebagai berikut
Tabel 1.5
Pengelolaan Aktifitas dan Fasilitas serta Atraksi budaya di Kampung Naga
Konsep
Ruang/Zonas
i
Sub Ruang Aktivitas Fasilitas Atraksi Budaya
Zona Inti
(Core Zone)
Mengamati dan
mempelajari nilai
budaya dari
masyarakat
Kampung
Naga,Berkeliling
kampung, melihat
dan mendengar-kan
penjelasan tentang
Bumi Ageung, Bale
Patemoan, dan
masjid, Berinteraksi
dengan masyarakat
lokal, dan Melihat-
lihat, berfoto-foto,
merasakan suasana
alam dan budaya
Kampung Naga.
Saung Leuit dan
Kolam ikan / Balong
Melihat dan
berinterkasi di Saung
Leuit dengan alat
penumbuk padi
secara tradisional
(halu)
Memberi makan
ikan dan bisa
Masjid,
fasilitas
sanitasi berupa
pancuran air
dan MCK,
tempat duduk,
Gusaran
(Khitanan Masal)
Terbang
Gembrung,
Terbang senjak,
Kesenian beluk.
(kesenian
tradisional),
16
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
merefleksikan kaki
kedalam kolam
Zona
Penyangga
(Buffer Zone)
Menikmati susarana
alam dan budaya,
dan memikmati
pemandangan.
Tidak adanya
fasilitas
pendukung
wisata
Hajat Sasih
(Upacara Ritual),
Marak Taun
(Upacara Ritual)
(Service Zona)
Pelayanan Membeli
cinderamata, duduk-
duduk dan
beristirahat,
menikmati suasana,
mencari informasi,
makan dan minum.
Kios-kios warung
dan kios
cinderamata, pusat
informasi, temapat
duduk dan toilet
Penerimaan
Memarkirkan
kendaraan.
Mencari informasi
tentang atraksi dan
objek wisata, dan
menikmati suasana
Ara parkir
Pos jaga pemandu
wisata, pintu
gerbang, gapura,
kantor pengelola
dan ruangan
oprasional
Sumber : Hasil Pengolahan data Peneliti (2013)
Berdasarkan tabel diatas bisa kita lihat
fasilitas dan aktifitas pengunjung yang
dilakukan di Kampung Naga, secara
ketersediaan fasilitas banyak berada di
Kampung.
Setelah mendapatkan hasil dari
karakterisitik wisatawan dan fasilitas apa
saja yang ada di Kampung Naga, lalu hal
tersebut bisa menggambarkan staregi apa
yang harus dibuat untuk menjaga kualitas
lingkungan tersebut tanpa mengurangi
kenyamanan pengunjung, Berikut ini
Strategi Pengelolaan pengunjung di
Kampung Naga dapat dilihat pada tabel 1.6
sebagai berikut:
Tabel 1.6
17
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
Strategi Pengelolaan pengunjung di Kampung Naga
Strategi pengelolaan pengunjung Keterangan
1. Membuat alur sirkulasi kunjungan
Dengan membuatan alur sirkulasi kunjungan
menghindari kepadatan dan penumpukan
pengunjung pada satu titik lokasi
2. Menghitung jumlah pengunjung yang
masuk dan keluar pada zona inti
Kampung Naga sesuai dengan daya
tampung kawasan, jumlah maksimal
dan minimal pengunjung yang
diperkenankan berkunjung.
Dengan meghitung jumlah pengunjung
masuk dan keluarnya yang berkunjung dan
berada pada objek wisata meminimalisir
dampak yang timbul pada zonasi inti
kawasan dan daya tampung kawasan.
3. Membatasi lama kunjungan
pengunjung pada hari biasa dan hari
tertentu seperti sabtu dan minggu
Dengan membatasi lama kunjungan akan
memberikan kesempatan pada pengunjung
lain untuk dapat menikmati suasana yang ada
di Kampung Naga.
Sumber : Hasil Pengolahan data Peneliti (2013)
Berdasarkan tabel Tabel 1.6 tentang
Strategi Pengelolaan pengunjung di
Kampung Naga yaitu membuat alur
sirkulasi kunjungan, menghitung jumlah
pengunjung yang masuk dan keluar,
membatasi lama kunjungan, strategi yang
dimaksud bisa diterapkan di Kampung
Naga guna mengelola kunjungan
wisatawan dapat digambarkan lebih jelas
sebagai berikut :
Alur sirkulasi Kunjungan di Kampung
Naga
Alur sirkulasi kunjungan di Kampung
naga, dapat dilihat pada gambar 1.1.
Berdasarkan Gambar 1.1 diatas dapat
dilihat alur sirkulasi Kunjungan di
Kampung Naga. Dari gambar tersebut
dapat dijelasakan alur Sirkulasi yang ada
untuk memberikan ruang yang cukup
bagi wisatawan agar tidak terjadi
18
Gambar 1.1 Alur Sirkulasi Kunjungan
Hasil pengolahan data Peneliti (2012)
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya [2010], Kampung Adat Naga, Kuncen Kampung Naga [2012], Pak Ade Suherlin
ALUR SIRKULASI
KUNJUNGAN
= Pemukiman Kampung Naga
KETERAN
GAN := Aliran Sungai Ciwulan
= Jalan Setapak Kampung Naga
= Pagar Jaga ( Batas Kawasan Suci)
= Bumi Ageung= Rumah Kuncen
= Rumah Tinggal
Masyarkat Naga
= Masjid
= Bale Patemoan
= Sumber Mata Air
= Kolam
= Kandang Ternak= Jamban/Wc= Saung Lisung= Inti
Atraksi/aktifitas kunjungan
= Alternatif Atraksi/aktifitas kunjungan
= Alur Inti /Utama Sirkulasi= Alur Alternatif Sirkulasi
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
kepadatan dan penumpukan pengunjung
pada suatu area atau lokasi tertentu. Alur
inti merupakan rangkian alur yang wajib
dikunjungi oleh wisatawan karena pada
alur tersebut merupakan inti
aktifitas/kegiatan wisata untuk
memperoleh dan merasakan suasana yang
ada di Kampung Naga, karena pada Inti
lokasi/tempat terdapat benda cagar
budaya berupa, Bumi Ageung (rumah
yang dibangun pertama kali oleh leluhur
masyarakat), bale Patemoan, Masjid yang
memiliki nilai budaya masayarakat
Kampung Naga. Sedangkan alur
alternative disedaiakan untuk pengunjung
yang dipandu oleh pemandu wisata akan
mengambil alur tersebut untuk
meminimalisir kepadatan dan
penumpukan pada suatu area/lokasi.
Pembatasan Jumlah Kunjungan dan
Lama Kunjungan
Pembatasan jumlah kunjungan dan
lama kunjungan dilakukan untuk
menyesuaikan daya tampung kawasan,
hal tersebut berfungsi untuk
meminimalisir dampak dari kegiatan
wisata dan kerusakan lingkungan jika
daya tampung tidak kontrol dengan baik
dan melebihi ambang batas dari kapasitas
daya tampung kawasan tersebut,
Pembatasan jumlah kunjungan dan lama
kunjungan dapat dilihat pada Tabel 1.8
sebagai beikut:
Tabel 1.8
Pembatasan Jumlah Kunjungan dan Lama Kunjungan
Pembatasan
Jumlah
Kunjungan
dan Lama
Kunjungan
Lama
Kunjungan
(Jam)
Daya
Tampung
Kawasan
(orang/lama
Kunjungan)
Total Pengunjung yang
diperkanankan
(orang/hari)
Jumlah Maksimal 2 jam 51 255
Jumlah Minimal 2 jam 19 95
Sumber : Hasil Pengolahan data Peneliti (2013)
Berdasarkan tabel 1.8 diatas dapat
dilihat pembatasan jumlah dan lama
kunjungan dengan jumlah maksimal
pengunjung yang
diperbolehkan/diperkenankan adalah 255
orang/hari dengan maksimal jumlah
kunjungan 51 orang/ 2jam kunjungan,
sedangkan jumlah minimal pengunjungnya
adalah 95 orang/hari dengan minimal
jumlah kunjungan 19 orang/ 2jam
kunjungan. Hal tersebut dapat dijadikan
dasar oleh pihak pengelola untuk dapat
19
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan
mengatur jumlah kunjungan wisatawan
dalam membatasi jumlah dan lama
kunjungan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, tentang carrying capacity
kawasan di Kampung Naga sebagai dasar
pengelolaan pengunjung, maka dapat di
tarik kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
- Dalam penelitian Karakterisik
wisatawan, wisatawan yang
berkunjung ke Kampung dengan
klasifikasi jenis kelamin sebagian
besar ialah laki-laki, berdomisili
Bekasi dengan rentang usia diantara
20 tahun – 29 tahun dan masih
berstatus sebagai pelajar/mahasiswa.
Sebagian besar dari mereka baru
pertama kali berkunjung ke Kampung
Naga dan dari teman/keluarga mereka.
Dengan durasi kunjungan 2 jam, Daya
tarik kampung naga sebagain bersar
memilih karena kearifan lokal
masyarakatnya, dan Aktifitas yang
mereka lakukan di Kampung Naga
adalah melihat-lihat, berfoto dan
berbelanja
- Dalam penelitian Zonasi kawasan,
zonasi Kampung Naga terbagi 3
ruang/elemen yaitu: pertama, zona inti
(Core Zone) yang merupakan
pemukiman masyarakat Kampung
Naga yang memiliki nilai budaya, adat
dan tradisi masyarakat Kampung
Naga. Kedua zona Penyangga (Buffer
Zone) yang merupakan hutan keramat
dan hutan larangan dan berfungsi
sebagai penyangga atau penyeimbang
untuk aktivitas masyarakat dan
kegiatan wisata. ketiga Zona
Pelayanan (Services Zone) merupakan
area parkir dan kios-kios warung dan
cinderamata.
- Dalam penelitian Daya tampung
kawasan, daya tampung yang mampu
di tampung oleh kawasan wisata
Kampung Naga dengan jumlah
maksimal pengunjung yang
diperbolehkan/diperkenankan adalah
255 orang/hari dengan maksimal
jumlah kunjungan 51 orang/ 2jam
kunjungan, sedangkan jumlah minimal
pengunjungnya adalah 95 orang/hari
dengan minimal jumlah kunjungan 19
orang/ 2jam kunjungan.
- Dalam penelitian Strategi Pengelolaan
pengunjung, startegi pengelolaan
pengunjung di Kampung Naga yang
dapat diterapkan adalah membuat alur
sirkulasi kunjungan yang dimaksudkan
untuk menghindari kepadatan dan
penumpukan pengunjung pada satu
titik lokasi, menghitung jumlah
pengunjung yang masuk dan keluar
20
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013
pada zona inti Kampung Naga sesuai
dengan daya tampung kawasan,
jumlah maksimal dan minimal
pengunjung yang diperkenankan
berkunjung yang dimaksudkan untuk
meminimalisir dampak yang timbul
pada zonasi inti kawasan, dan
membatasi lama kunjungan
pengunjung pada hari biasa dan hari
tertentu yang dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan pada
pengunjung lain untuk dapat
menikmati suasana yang ada di
Kampung Naga.
Saran
Dalam pengembangan Pariwisata di
Kampung Naga khusunya pihak pengelola
haruslah memperhatikan Carrying
Capacity kawasan yang berdasarkan
karakteristik wisatawan, zonasi kawasan
dan daya tampung kawasan guna
mengelola kawasan wisata tersebut dengan
baik dan memperhatikan faktor
lingkungan, masyarakat, sosial-budaya,
kapasitas daya tampung dan zonasi yang
ada di kawasan tersebut agar wisatawan
yang berkunjung tidak melebihi ambang
batas kawasan itu. Maka terdapat beberapa
hal yang dapat menjadi saran masukan
bagi pihak pengelola dan pemerintah
sebagai berikut :
Melakukan Pengembangan atraksi
wisata tambahan yang mengakar pada
khasanah budaya lokal seperti
ditampilakannya kauninan barudak,
memperlihatkan dan menjelaskan
pembuatan anyaman bambu, pembuatan
alat music tradisional seperti terbang
(rebana), dan karinding yang dibuat oleh
masyarakat Kampung Naga.
1. Pemerintah haruslah membantu
membangun sarana dan prasarana
pendukung kegiatan wisata pada zona
pelayanan yang berdasarkan pada kearifan
lokal dan special local sense yang
merefleksikan keunikan peninggalan
budaya dan keunikan lingkungan.
Jika terjadi over capacity jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Kampung
Naga hendaknya pihak pengelola
melakukan tindakan konservasi dengan
cara menutup sementara lokasi Kampung
Naga untuk memberikan kesempatan bagi
obyek wisata dan lingkungan untuk pulih
pada kondisi ekologis yang nyaman.
Mengurangi durasi lama kunjungan
wisatawan jika terjadi kepadatan dan
lonjakan kunjungan pada hari liburan
sekolah atau libur hari raya, jika pada
biasanya lama kunjungan 2 jam,
dimodifikasi menjadi 1,5jam pada hari-hari
dimana kepadatan pengunjung meningkat.
21
Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan