Page 1
ARTIKEL
KKN BMC UNNES TAHUN 2020
KECAMATAN KARANGMONCOL, KABUPATEN PURBALINGGA
Kelompok 1
1. Satrio Aji Sasongko
2. Tri Anita Juniar
3. Nur Azizah
4. Aji Riskiyawan
5. Yeni Sofia Ramadani
Kelompok 2
1. Bhekti Fitrianingsih
2. Khoerina Salwa
3. Tangguh Al Fatah
4. Puspita Nur Baeti
Page 2
1
Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Kerajinan Tangan “Ardila Art” dengan Pendekatan Pentahelix dan Analisis SWOT
di Desa Panusupan, Kabupaten Purbalingga
Aji Riskiyawan, Nur Azizah, Satrio Aji Sasongko, Tri Anita Juniar, Yeni Sofia Ramadani
Kuliah Kerja Nyata Bersama Melawan Covid-19
Universitas Negeri Semarang
Email: [email protected]
Abstrak
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang
diakui oleh negara dan keberadaannya menjadi bagian penting dalam rangka meningkatkan
perekonomian masyarakat Indonesia, baik dalam lingkup kecil sampai lingkup yang lebih besar di
berbagai daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan UMKM
kerajinan tangan “Ardila Art” dengan pendekatan pentahelix dan analisis SWOT di Desa
Panusupan, Kabupaten Purbalingga. Pengembangan UMKM perlu ditinjau dan dilakukan
pembaharuan secara terus menerus sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi,
memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat sekitar serta memperoleh hasil produk yang
lebih maksimal. Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan merancang program-program
yang dibutuhkan bagi UMKM sebagai modal penguatan dan pengetahuan bagi pelaku UMKM
yang ikut serta terlibat didalamya, dengan bantuan pendekatan pentahelix dan analisis SWOT. Cara
yang dapat diterapkan yaitu dengan terus mengembangkan keunikan produk, memperluas
jangkauan pasar, menjaga dan meningkatkan kualitas produk dan tetap konsisten melakukan
promosi dan menjaga kelangsungan produksi kerajinan tangan “Ardila Art”.
Kata kunci: kerajinan tangan “Ardila Art”, pentahelix, strategi pengembangan, SWOT, UMKM
Page 3
2
PENDAHULUAN
Industri kecil mempunyai kedudukan,
potensi dan peranan yang sangat penting
dalam mewujudkan ekonomi masyarakat
yang lebih baik. Pentingnya peranan industri
kecil dalam mengembangkan perekonomian
nasional ditunjukkan dengan ditetapkannya
Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). Dalam Undang-Undang ini diatur
bahwa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah perlu diselenggarakan secara
menyeluruh, optimal dan berkesinambungan
sehingga mampu meningkatkan kedudukan,
peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan
ekonomi, pemerataan dan peningkatan
pendapatan rakyat, penciptaan lapangan
kerja, dan pengentasan kemiskinan (Ridwan
et al, 2014).
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
merupakan bagian integral dunia usaha
nasional mempunyai kedudukan, potensi,
dan peranan yang sangat penting dan
strategis dalam mewujudkan tujuan
pembangunan ekonomi pada khususnya.
Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang
mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi yang luas
pada masyarakat, dapat berperan dalam
proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat serta mendorong
pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional pada
umumnya dan stabilitas ekonomi pada
khususnya (Djabbar & Sudirman, 2017).
Selain itu, keberadaan UMKM juga
diartikan sebagai salah satu peran yang dapat
mewujudkan tujuan pembangunan nasional
karena potensi dan posisinya yang strategis.
UMKM adalah salah satu usaha yang bisa
dilakukan oleh masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup.
Karenanya, UMKM menjadi instrumen yang
sangat penting dalam memajukan bangsa
(Ulza et al, 2018).
Beberapa hal yang perlu
digarisbawahi terkait pentingnya sektor
UMKM adalah UMKM berperan besar
dalam menyerap pengangguran, mendukung
program pengurangan kemiskinan dan untuk
memfasilitasi peningkatan pendapatan dari
ekspor (Febriantoro, 2017). Sektor UMKM
sendiri telah tersebar di seluruh Indonesia
dengan usaha yang beraneka ragam, salah
satunya usaha produksi kerajinan tangan
“Ardila Art” di desa Panusupan, Kabupaten
Purbalingga. Maka dari itu pemberdayaan
dan pengembangan menjadi hal yang perlu
dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
dengan strategi-strategi yang dirancang
dengan matang sehingga keberadaan UMKM
Page 4
3
mampu menjaring banyak masyarakat demi
mewujudkan kemajuan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat dengan
kontribusinya dalam keberjalanan industri
kreatif. Selain itu, UMKM juga mampu
menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat
dibandingkan dengan sektor usaha lainnya,
begitupun dengan kontribusinya yang
dianggap penting dalam ekspor dan
perdagangan (Saputro, 2016).
Desa Panusupan sendiri merupakan
salah satu desa dari 12 desa yang terletak di
barat laut Kecamatan Rembang, Kabupaten
Purbalingga dengan jumlah total masyarakat
sebanyak 9.648 jiwa. Selain sebagai desa
wisata, desa Pansusupan memiliki beberapa
hasil kerajinan yang menambah penghasilan
masyarakat desa setempat salah satunya yaitu
sektor usaha kerajinan tangan “Ardila Art”
Kerajinan tangan “Ardila Art”
merupakan tempat pembuatan kerajinan
kriya yang terletak di Desa Panusupan,
Kecamatan Rembang Kabupaten
Purbalingga yang dikelola oleh bapak Hadi
Asmara dalam bidang pembuatan seni
kaligrafi, seni lukis, dan seni wayang. Hasil
kerajinan yang telah diproduksi dipasarkan di
daerah setempat bahkan sudah diekspor
hingga mancanegara diantaranya Singapura,
Korea Selatan dan Arab Saudi. Namun dalam
usaha ini masih terdapat masalah yang perlu
diatasi, salah satunya yaitu dalam segi
pemasaran. Selain dari sisi pemasaran,
permasalahan lainnya yang perlu diatasi
adalah kurangnya tenaga kerja juga
mengganggu proses produksi sehingga sering
terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
permintaan. Oleh karena itu diperlukan suatu
konsep dan strategi pengembangan Usaha
kerajinan tangan “Ardila Art” yang nantinya
dapat berdampak bagi kesejahteraan
masyarakat desa setempat.
Pengembangan sendiri merupakan
suatu usaha dalam rangka meningkatkan
kemampuan konseptual, teoritis, teknis, dan
moral individu sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan
dan pelatihan (Alyas & Rakib, 2017). Di sisi
lain, program pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai salah
satu instrumen untuk menaikkan daya beli
masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi
katup pengaman dari situasi krisis moneter.
Pengembangan UMKM menjadi sangat
strategis dalam menggerakan perekonomian
nasional, mengingat kegiatan usahanya
mencakup hampir semua lapangan usaha,
sehingga kontribusi UMKM menjadi sangat
besar bagi peningkatan pendapatan.
Semua keberhasilan yang telah
dicapai oleh memiliki titik kelemahan yang
harus segera diselesaikan untuk dicarikan
Page 5
4
solusi yang terbaik. Kelemahan yang
dihadapi oleh para pengusaha UMKM dalam
meningkatkan kemampuan usaha sangat
kompleks dan meliputi berbagai indikator
yang mana salah satu dengan yang lainnya
saling berkaitan antara lain; kurangnya
permodalan baik jumlah maupun sumbernya,
kurangnya kemam puan manajerial dan
keterampilan beroperasi dalam
mengorganisir dan terbatasnya pemasaran.
Disamping hal-hal terdapat juga persaingan
yang kurang sehat dan desakan ekonomi
sehingga mengakibatkan ruang lingkup
usaha menjadi sempit dan terbatas.
Kekawatiran ini dilandasi bahwa Indonesia
akan menghadapi MEA dan pasar bebas.
Ketiaka itu terlaksana tuntutannya adalah
UMKM harus mampu bersaing (Suci, 2017).
Perkembangan UMKM masih belum
menjalankan fungsi dan perannya secara
maksimal. Banyak kendala yang dihadapi
seperti: masalah keterbatasan modal, teknik
produksi, bahan baku, pemasaran,
manajemen serta teknologi (Adhitama,
2018). Menurut Kuncoro (2010)
Pengembangan UMKM adalah cara yang
dinilai besar peranannya dalam
pengembangan industri manufaktur.
Pengembangan UMKM akan membantu
mengatasi masalah pengangguran sehingga
bisa memperbesar lapangan kerja dan
kesempatan usaha yang pada akhirnya akan
mendorong pembangunan daerah dan
kawasan perdesaan.
Dalam pengembangan UMKM,
langkah-langkah yang akan diambil tidak
semata-mata langkah dari pemerintah dan
hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Namun Pihak UMKM sendiri sebagai pihak
internal yang akan dikembangkan, dapat
mengayunkan langkah bersama-sama dengan
Pemerintah. Karena potensi yang mereka
miliki mampu menciptakan kreativitas usaha
dengan memanfaatkan fasilitas yang
diberikan oleh pemerintah yang strategi
pengembangannya dapat dilakukan dengan
bantuan pendekatan pentahelix.
Model pendekatan pentahelix
merupakan pengembangan dari model yang
sudah ada sebelumnya yaitu triplehelix dan
quadruplehelix. Model pentahelix
menggabungkan 5 unsur utama yaitu
Akademisi, Pelaku Bisnis, Komunitas atau
masyarakat, Pemerintah, dan Media.
Menurut Slamet et al (2017) model
pentahelix dapat digunakan untuk
memecahkan permasalahan yang kompleks
antara pemangku kepentingan atau aktor
yang terlibat. Kolaborasi pentahelix berperan
penting dalam pengembangan inovasi yang
dapat menunjang pembangunan sosial
ekonomi suatu daerah. Sinergitas yang baik
Page 6
5
antara ke lima unsur dalam pendekatan
pentahelix ini menjadi kunci keberhasilan
dalam pengembangan usaha termasuk
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dengan bantuan teknik
analisis SWOT.
Menurut Fred (1998) analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(Strength) dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (Weakness) dan
ancaman (Threats). Jadi analisis SWOT ini
berkaitan dengan pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan
perusahaan dengan mempertimbangkan
kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman.
Oleh karena itu, artikel ini disusun
untuk membantu menyelesaikan
permasalahan terkait Strategi Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kerajinan
Tangan “Ardila Art” dengan Pendekatan
Pentahelix dan Analisis SWOT di Desa
Panusupan, Kabupaten Purbalingga.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang penulis lakukan
adalah deskriptif. Menurut (Sugiono, 2012)
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan yang berupaya menjelaskan upaya
atau langkah-langkah mengamati orang
dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, serta berusaha memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya. Metode Penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif. Menurut
(Sugiono, 2012) metode kualitatif adalah
penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan penjelasan yang berkaitan
dengan apa yang dirasakan oleh obyek
penelitian dengan menggunakan interpretasi
peneliti.
Untuk mendukung hasil yang dicapai
dalam penelitian ini, maka data
dikelompokkan menjadi: data primer, adalah
data yang diperoleh dari keterangan
informan, berupa wawancara. Data
Sekunder, data yang diperoleh dari instansi
dalam kaitan dengan penelitian yang
dilakukan baik yang diperoleh dari
perpustakaan, surat kabar, majalah/jurnal
ilmiah dan dokumen-dokumen tertulis
lainnya yang relevan dan dapat mendukung
bagi penelitian ini (Imaniar & Andhika,
2019).
Subjek dalam penelitian ini yaitu
pemilik usaha Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Kerajinan Tangan “Ardila Art”
Bapak Hadi Asmara dan juga masyarakat
sekitar Desa Panusupan, Kecamatan
Page 7
6
Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa
Tengah.
Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis SWOT. Analisis
SWOT dalam (Rangkuti, 2015) adalah suatu
alat analisis untuk mengevaluasi faktor
internal dan faktor eksternal organisasi atau
perusahaan sehingga dapat memberikan
informasi mengenai isu-isu penting bagi
organisasi atau perusahaan. Analisis SWOT
dimulai dari faktor internal dengan
mengidentifikasi aspek positif, yaitu strength
(kekuatan) dan aspek negatif, yaitu weakness
(kelemahan). Sedangkan faktor eksternal
dengan mengidentifikasi opportunities
(peluang) dan threat (ancaman). Selain itu
juga dapat digunakan untuk membuat strategi
yang akan digunakan setelah melihat
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Berdasarkan SWOT matrix, dapat disusun
empat strategi utama yaitu; SO, WO, ST dan
WT. Masing-masing strategi ini memiliki
karakteristik tersendiri dan hendaknya dalam
implementasi strategi selanjutnya
dilaksanakan secara bersama-sama dan
saling mendukung satu sama lain.
PEMBAHASAN
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) merupakan salah satu sektor yang
berperan besar dalam perekonomian
nasional. Menurut data dari Kementrian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia, pada tahun 2018
setidaknya ada 64.194.057 unit usaha yang
tergolong dalam sektor UMKM. Oleh karena
itu, pengembangan UMKM harus mendapat
perhatian khusus dari semua pihak salah
satunya UMKM yang ada di Desa Panusupan
yang perlu dikembangkan usahanya baik
dalam bidang produksi maupun pemasaran
produk.
1. Identifikasi Masalah yang Dihadapi
UMKM Kerajinan Tangan “Ardila
Art” di Desa Panusupan
Dari wawancara yang dilakukan terhadap
pemilik usaha UMKM kerajinan tangan
“Ardila Art” di Desa Panusupan yaitu Bapak
Hadi Asmara, terdapat beberapa
permasalahan yang menjadi hambatan dalam
mengembangkan UMKM tersebut.
Permasalahan tersebut berasal dari beberapa
faktor antara lain, sedikitnya jumlah pelaku
yang ikut serta berperan aktif guna
mengembangkan UMKM, keterbatasan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang
menguasai cara pembuatan produk hasil
usaha dan anggota yang akan meneruskan
usaha UMKM tersebut. Selain itu kurangnya
sarana dan prasarana sebagai penunjang,
kurangnya kegiatan pelatihan, adanya
kekurangan atau keterbatasan dalam hal
Page 8
7
modal serta pengetahuan tentang sistem
pemasaran yang masih lemah serta
kurangnya keterlibatan pihak-pihak tertentu
dalam usaha mengembangkan UMKM
menjadi faktor penghambat penjualan produk
hasil usaha meskipun produk yang dihasilkan
telah sampai lingkup mancanegara. Hal
tersebut disebabkan karena proses
pembuatan dan pengiriman produk yang
membutuhkan waktu yang lumayan lama
membuat UMKM kerajinan tangan “Ardila
Art” kurang berjalan dengan efektif dan
efisien selama usaha ini didirikan.
Dari analisis permaslahan diatas, dapat
disimpulkan bahwa usaha UMKM Kerajinan
tangan “Ardila Art” di Desa Panusupan
masih memiliki berbagai masalah yang dapat
menghambat keberjalanan dan
pengembangan UMKM itu sendiri. Maka
dari itu UMKM di Kelurahan Jatirejo harus
memiliki daya saing dan kualitas yang baik
yaitu salah satunya dengan menciptakan
strategi pengembangan UMKM agar
pengelolaan UMKM berjalan dengan baik
ditataran internal dan berkembang dengan
maju dikawasan eksternal.
2. Peran konsep Pentahelix dalam
pengembangan UMKM Kerajinan
Tangan “Ardila Art”
Salah satu cara untuk
mengembangkan UMKM Kerajinan Tangan
“Ardila Art” di Desa Panusupan adalah
dengan konsep Pentahelix. Konsep
Pentahelix yang melibatkan lima unsur yaitu
akademisi, pelaku bisnis, masyarakat atau
komunitas, pemerintah, dan media dinilai
mampu menjawab permasalahan yang ada
pada pengembangan usaha “Ardila Ar”t.
Keberhasilan konsep pentahelix dalam
pengembangan “Ardila Art” bergantung pada
masing-masing unsur dalam menjalankan
perannya. Adapun peran setiap unsur tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut
Page 9
8
Gambar 1. Bagan Pentahelix Pengembangan Usaha Kerajinan Tangan “Ardila Art”
1) Akademisi dalam hal ini adalah
mahasiswa, dosen, maupun institusi
perguruan tinggi yang berperan untuk
membantu penelitian atau dalam hal
keilmuan lainnya sebagai acuan bagi pelaku
bisnis untuk mengembangkan usahanya dan
merekomendasikan kebijakan untuk
pemerintah sesuai dengan temuan pada
penelitiannya.
2) Pelaku bisnis merupakan objek yang
melakukan usaha dalam hal ini adalah
“Ardila Art”. Selain itu, pelaku bisnis disini
juga dapat sebagai investor yang
menanamkan investasi pada usaha kerajinan
tangan “Ardila Art” untuk meningkatkan
produksi dan pemasaran barang yang
dihasilkan.
3) Masyarakat atau komunitas disini
merupakan pihak yang memiliki social
power dan berperan sebagai penyedia tenaga
kerja. Selain itu, masyarakat dan komunitas
juga dapat berperan membantu pemasaran
produk kerajinan tangan “Ardila Art”.
4) Pemerintah berperan sebagi regulator dan
fasilitator dalam pengembangan usaha
kerajinan tangan “Ardila Art”. Sebagai
pemangku kebijakan, pemerintah dapat
membantu dengan membuat kebijakan yang
pro dengan pengembangan UMKM seperti
mempermudah proses perizinan, membuat
program sebagai tempat promosi produk
Page 10
9
kerajinan tangan “Ardila Art”, dan lain
sebagainya. Sebagai fasilitator. Pemerintah
dapat berperan dalam mengembangkan
produksi dan juga mendorong minat
masyarakat di Industri kerajinan tangan
“Ardila Art”. Pemerintah yang dapat
berperan dalam hal ini seperti pemerintah
desa, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Purbalingga, dinas pemuda,
olahraga dan pariwisata Kabupaten
Purbalingga, dan juga instansi-instansi terkait
lainnya.
5) Media berperan sebagai tempat untuk
mempromosikan dan menjual produk
kerajinan tangan “Ardila Art”. Dengan
mempromosikan produk baik melalui media
cetak maupun elektronik diharapkan mampu
menarik minat konsumen untuk membeli
produk kerajinan tangan ini. Kehadiran
teknologi yang semakin canggih juga dapat
dimanfaatkan untuk mempromosikan
sekaligus menjual produk secara mudah dan
murah.
3. Penggunaan Analisis SWOT sebagai
Strategi Pengembangan Kerajinan
Tangan “Ardila Art”
Dalam rangka pengembangan kerajinan
tangan yang akan diproduksi oleh pemilik
usaha, penggunaan analisis SWOT dapat
membantu dalam perencanaan pembuatan,
dan pemasaran produk, sehingga kerajinan
tangan yang dihasilkan menjadi lebih
menarik dan banyak diminati oleh
masyarakat sekitar hingga seluruh dunia
dengan diimbangi pemasaran produk yang
memadai. Adapun beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai acuan dalam
pengembangan hasil usaha melalui analisis
SWOT diantaranya:
1. Strength (Kelebihan atau Kekuatan)
a. Produk kerajinan tangan “Ardila Art”
unik
b. Produk kerajinan tangan “Ardila Art”
tidak mudah rusak
c. Produk kerajinan tangan “Ardila Art”
beragam dan dapat menyesuaikan
pesanan
d. Harga produk cukup murah
2. Weakness (Kelemahan)
a. Kurangnya tenaga kerja
b. Tidak ada riset pasar untuk
pemasaran
c. Belum memanfaatkan teknologi
digital
d. Produk masih dibuat secara manual
3. Opportunity (Kesempatan)
a. Pangsa pasar yang masih sangat
potensial
b. Masih ada masyarakat yang belum
bekerja
Page 11
10
c. Pengguna media sosial yang sangat
banyak dan terus meningkat
d. Belum banyak pesaing di pasaran
4. Threat (Ancaman)
a. Munculnya produk serupa sebagai
pesaing
b. Sulitnya mendapat stok kayu sebagai
bahan utama
c. Banyak produk lain yang lebih
kompetitif
d. Kurangnya minat masyarakat untuk
mengembangkan usaha Ardila Art
Berdasarkan analisis SWOT
berbantuan pendekatan Pentahelix yang telah
diuraikan di atas, maka penulis merumuskan
beberapa strategi dalam pengembangan
kerajinan tangan “Ardila Art”. Yang pertama
strategi S-O yaitu dengan terus
mengembangkan keunikan produk sesuai
dengan selera konsumen dan
memaksimalkan teknologi untuk
mempermudah promosi dan memperluas
jangkauan pasar. Yang kedua strategi W-O
dengan melakukan riset terhadap pasar
supaya dapat memetakan konsumen dan
membaca selera konsumen untuk produk
kerajinan tangan “Ardila Art”, meningkatkan
produksi dengan menambah tenaga kerja dari
masyarakat setempat serta lebih
mengoptimalkan peran teknologi untuk
membantu proses produksi. Yeng ketiga
strategi S-T dengan tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas produk sehingga
dapat tetap bersaing di pasaran, mendorong
minat masyarakat untuk menekuni kerajinan
tangan ini karena sangat potensial, menjalin
kerjasama dengan pemasok kayu sehingga
aliran produksi tetap terjaga. Selanjutnya
yang terakhir strategi W-T dengan tetap
konsisten melakukan promosi dan menjaga
kelangsungan produksi kerajinan tangan
“Ardila Art”.
KESIMPULAN
Pengembangan UMKM perlu
ditinjau dan dilakukan pembaharuan secara
terus menerus sehingga dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi, memberikan
kontribusi yang positif bagi masyarakat
sekitar serta memperoleh hasil produk yang
lebih maksimal.
Salah satu strategi yang diterapkan
adalah dengan merancang program-program
yang dibutuhkan bagi UMKM sebagai modal
penguatan dan pengetahuan bagi pelaku
UMKM yang ikut serta terlibat didalamya,
dengan sistem analisis SWOT berbantuan
pendekatan pentahelix.
Cara yang dapat diterapkan yaitu
dengan terus mengembangkan keunikan
produk, memperluas jangkauan pasar,
menjaga dan meningkatkan kualitas produk
Page 12
11
dan tetap konsisten melakukan promosi dan
menjaga kelangsungan produksi kerajinan
tangan “Ardila Art”.
SARAN
UMKM merupakan salah satu aset
yang dapat memajukan dan mensejahterakan
daerahnya, maka dari itu UMKM harus
mampu melebarkan sayapnya dengan segala
kreativitas dan perannya di masyarakat.
Pelaku UMKM perlu meningkatkan
kesadaran bersama untuk ikut serta mau
berpartsipasi aktif dalam segala bentuk
kegiatan yang dirancang demi kemajuan
UMKM.
DAFTAR PUSTAKA
Alyas & Rakib, M. 2017. Strategi
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah dalam Penguatan
Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus
pada Usaha Roti Maros di
Kabupaten Maros). Jurnal
Sosiohumaniora. 19(2): 114-120.
Adhitama, M.R. 2018. Strategi
Pengembangan Sentra UMKM Ikan
Pindang di Desa Tasikagung
Kabupaten Rembang. Economics
Development Analysis Journal, 7(2):
203-209.
Departemen Koperasi. 2018. Perkembangan
Data Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) dan Usaha
Besar (UB) Tahun 2017-2018.
Kementrian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik
Indonesia, Jakarta.
Djabbar, I & Sudirman, B. 2019.
Pengembangan Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) Berbasis Kinerja
di Kabupaten Kolaka Utara. Jurnal
Ilmu Administrasi Publik, 7(2): 116-
129.
Febriantoro, W. 2018. Kajian dan Strategi
Pendukung Perkembangan E-
Commerce bagi UMKM di
Indonesia. Jurnal Manajerial, 3(5):
184-207.
Freddy, R. 1998. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Imaniar, D & Andhika, W. 2019. Strategi
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
dalam Meningkatkan Industri
Pariwisata melalui UMKM. Jurnal
Reformasi, 9(2): 90-95.
Kuncoro, M. 2010. Dasar-dasar Ekonomika
Pembangunan. Yogyakarta: YKPN
Yogyakarta.
Rangkuti. 2015. Analisis SWOT: Teknik
Membedah Kasus Bisnis, Cetakan
keduapuluh. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Page 13
12
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang
No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
Sekretariat Negara, Jakarta.
Ridwan, M., Hartutiningsih., Mass’ad, H.
2014. Pembinaan Industri Kecil dan
Menengah pada Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UMKM
Kota Bontang. Jurnal
Administrative Reform, 2(2): 187-
199.
Saputro, D. 2016. Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Studi Kasus di
Sentra Industri Tepung Tapioka
Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan,
Kabupaten Trenggalek.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Usaha Kecil dan Menengah
(UMKM): 0-216.
Slamet, R., Bilpen, N., Roessobiyatno., Heru,
R., Agung, H., Luk, L.I. 2016.
Strategi Pengembangan UMKM
Digital dalam Menghadapi Era Pasar
Bebas. Jurnal Manajemen
Indonesia, 16(2): 136-147.
Suci, Y.R. 2017. Perkembangan UMKM
(Usaha Kecil, Mikro dan Menengah)
di Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano
Ekonomos, 6 (1): 51-58.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Ulza, E., Ferdiansyah., Dirga, M. 2018.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pembinaan dan Bantuan Modal
Usaha di Hutan Kayu Jakarta Timur.
Jurnal Syukur, 1 (1): 61-69.
Page 14
1
PEMBERDAYAAN PKK DESA BALERAKSA MELALUI BUDIDAYA DENGAN
MEDIA HIDROPONIK DI ERA PANDEMI COVID-19
Tangguh Al-Fatah1, Bhekti Fitrianingsih2, Khoerina Salwa3, Puspita Nur Baeti4
1Program Studi Pendidikan TIK, Fakultas Teknik 2Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan
3Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 4Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Baleraksa, Kecamatan Karangmoncol,
Kabupaten Purbalingga pada bulan Juli 2020. Kegiatan pemberdayaan melalui
budidaya sayuran dengan hidroponik dilaksanakan sebanyak dua kali pelatihan.
Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan budidaya sayuran dengan
hidroponik kepada masyarakat Desa Bakeraksa. Jenis sayuran yang akan
dibudidayakan yaitu sawi dan kangkung. Sistem hidroponik yang disosialisasikan
adalah sistem hidroponik dengan paralon dan sistem hidroponik sederhana
dengan menggunakan ceting dan baskom. Hasil kuesioner berupa tanggapan
peserta terhadap pelatihan ini didapatkan data 15% sangat setuju, 85% setuju,
dan 0% tidak setuju untuk melakukan budidaya sayuran dengan hidroponik.
Sistem hidroponik dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sayuran secara
mandiri. Selain memenuhi kebutuhan sayuran, masyarakat dapat melakukan
kegiatan yang produktif dan bermanfaat di era pandemi Covid-19.
Kata Kunci: Budidaya Sayuran, Hidroponik, Desa Baleraksa
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini berlokasi di Desa Baleraksa, Kecamatan Karangmoncol,
Kabupaten Purbalingga. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juli 2020.
Partisipan Kegiatan
Sasaran pada kegiatan ini adalah ibu-ibu PKK, Pemerintah Desa, Karang
Taruna, dan masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini, masyarakat perlu
diperkenalkan pada media yang dapat digunakan untuk mempertahankan
ketahanan pangan berupa sayur-sayuran, minimal untuk dikonsumsi sendiri.
Page 15
2
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah rockwoll, air, pupuk/nutrisi AB Mix, dan
benih tanaman sawi dan kangkung. Alat yang digunakan adalah ember, baskom,
ceting, pipa paralon, tutup, keni, Te, mesin/pompa air, selang, dan Holesaw 7P
BENZ.
Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode yang digunakan adalah sosialisasi, pembuatan media, pelatihan 1,
pelatihan 2, dan pendampingan. Peserta terdiri dari 25 orang, perwakilan dari
PPK, Pemerintah Desa, Karang Taruna, dan masyarakat, masing-masing
mewakilkan 5 orang untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. Tahapan yang
pertama yaitu sosialisasi, kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan
budidaya sayuran dengan media hidroponik terlebih dahulu. Hasil sosialisasi
ditetapkan 2 titik untuk pembuatan hidroponik. Di Dusun Karang Wringin dan
Dusun Karang Randu. Akan tetapi untuk pelatihan ditempatkan pada satu tempat
yaitu di Dusun Karang Wringin. Tahapan yang kedua yaitu pembuatan media.
Pembuatan media disusun terlebih dahulu sebelum dilakukan pelatihan bersama
warga. Tahapan ketiga yaitu pelatihan 1, pelatihan pada tahap ini masyarakat
tidak menyusun media hidroponik, namun hanya mengikuti pelatihan bagaimana
budidaya menanam sayuran dengan media hidroponik. Oleh karena itu media
tersebut dibuat terlebih dahulu agar kegiatan berjalan dengan lancar dan efektif.
Dalam penyampaian materi dalam pelatihan, ada jua jenis cara yaitu dengan
hidroponik media paralon atau dengan menggunakan baskom dan ceting bekas.
Tahapan keempat yaitu pelatihan 2, melihat ketercapaian pelatihan hidroponik
yang pertama, maka dilakukan kembali pelatihan hidroponik kedua. Pada
pelatihan kedua ini, informasi mengenai hidroponik dikemas dalam power point
dan tidak melakukan simulasi pembuatan hidroponik paralon. Tahapan yang
terakhir yaitu pendampingan, pendampingan dilakukan pada tahap pelatihan
hidroponik kedua, peserta diberi bibit dan nutrisi untuk mencoba melakukan
penyemaian dengan dibantu oleh panitia pelaksana. Peserta mempraktikkan
hidroponik menggunakan media ceting dan baskom bekas, yang nantinya dibawa
pulang oleh masing-masing peserta.
Pengambilan Data
Evaluasi dalam suatu kegiatan sangat penting dilakukan. Pada kegiatan ini,
evaluasi dilakukan pada setiap tahapan pelatihan dan akhir kegiatan dengan
menyebarkan kuesioner. Kegiatan ini dianggap berhasil jika >50% peserta latihan
berminat untuk menerapkan program budidaya ini.
Page 16
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketergantungan kebutuhan pangan, buah, dan sayur yang dialami
masyarakat Indonesia terhadap negara lain merupakan masalah yang dari tahun
ke tahun belum juga terselesaikan, padahal Indonesia dikenal dengan negara
agraris yang hanya memiliki dua musim cuaca yang serta mayoritas pencaharian
masyarakatnya adalah sebagai petani (Nisa’, 2018). Namun, kenyataannya hasil
pertanian di Indonesia dirasa masih kurang. Hal ini dikarenakan masih banyak
masyarakat yang bersifat konsumtif dan kurang produktif terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari seperti sayuran. Salah satu kendala
dalam budidaya sayuran adalah keterbatasan lahan. Oleh karena itu, pelatihan
tentang budidaya sayuran dengan hidroponik akan sangat bermanfaat, baik di
masa sekarang maupun masa yang akan dating karena metode ini tidak perlu
membutuhkan lahan yang luas, bisa dilakukan menggunakan peralatan yang
sederhana maupun yang lebih modern apabila memiliki biaya yang memadai.
Masyarakat Desa Baleraksa, khususnya ibu-ibu PKK secara umum tidak
bekerja atau hanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Salah satu kebutuhan
yang dibutuhkan rumah tangga sehari-hari yaitu sayur-sayuran. Kebutuhan
tersebut didapatkan dengan membeli di pasar, warung, atau orang yang berjualan
sayuran keliling setiap hari. Jarang sekali ada ibu-ibu yang menanam sayuran
sendiri di rumah. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran untuk bisa
menanam sendiri di rumah, maupun disebabkan karena terbatasnya lahan. Oleh
karena itu, mahasiswa KKN dari berbagai universitas di Desa Baleraksa bekerja
sama mengadakan pelatihan budidaya sayuran dengan hidroponik. Harapannya,
sasaran dari pelatihan ini dapat mempraktikkan budidaya sayuran dengan
hidroponik ini, sehingga kebutuhan akan sayuran dapat dipenuhi secara mandiri.
Selain itu, dimasa pandemi ini masyarakat dihimbau untuk mengurangi aktivitas di
luar rumah selama tidak ada keperluan yang sangat penting. Sehingga melalui
pelatihan ini, masyarakat dapat menggunakan waktunya secara produktif untuk
melakukan budidaya sayuran di rumah.
Dalam merealisasikan penanaman sayuran secara mandiri dapat dilakukan
dengan cara hidroponik. Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa
menggunakan media tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian
yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan
tanah. Sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan
lahan yang sempit. Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang
tidak memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis
pertanian hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di
pekarangan rumah, atap rumah maupun lahan lainnya (Roidah, 2014).
Banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut.
Sistem ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya,
Page 17
4
serta dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan
lahan yang banyak.
Manfaat yang dilihat dari penanaman hidroponik sebagai berikut:
1. Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin.
2. Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.
3. Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien).
4. Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru.
5. Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat
dan memiliki standarisasi.
6. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor
dan rusak.
7. Hasil produksi lebih continue dan lebih tinggi di banding dengan
penanaman ditanah.
8. Harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hidroponik.
9. Beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim.
10. Tidak ada resiko kebanjiran, erosi, kekeringan, atau ketergantungan
dengan kondisi alam.
11. Tanaman hidroponik dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas,
misalnya di atap, dapur atau garasi ((Roidah, 2014).
Dengan menggunakan tanaman hidroponik ini masyarakat diharapkan akan
lebih memilih memproduksi sayuran sebagai kebutuhan pokok pangan secara
mandiri dari pada membeli di pasar, jika hal itu terjadi kemandirian dalam
memproduksi bahan pokok rumah tangga akan muncul karena kemandirian pada
diri masyarakat menjadi hasil sebuah pemberdayaan. Kemandirian dalam
mengembangkan perilaku dibidang ekonomi dimaksudkan agar masyarakat
mempunyai pengetahuan, persepsi dan sikap serta kemampuan dalam
meningkatkan ekonomi tanpa merusak kawasan (Ristianasari, 2013).
Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi ini dilakukan untuk memperkenalkan budidaya sayuran
dengan hidroponik dan sekaligus menginformasikan akan diadakannya pelatihan
budidaya sayuran hidroponik yang akan dilaksanakan di Dusun Karang Wringin.
Pembuatan Media, Persiapan Alat dan Bahan
Page 18
5
Gambar 1. Alat dan Bahan
Pembuatan media, persiapan semua alat dan bahan, serta rangkaian intalasi
hidroponik dari paralon telah dilakukan sebelum pelatihan. Hal ini dilakukan untuk
mempersingkat waktu pelatihan, karena untuk menyusun itu semua dapat
memakan banyak waktu, apalagi bagi kami yang juga masih dikatakan pemula.
Sehingga dalam pelatihan yang akan dilaksanakan peserta langsung bisa melihat
contoh hidroponik dengan paralon maupun yang sederhana menggunakan ceting
dan baskom. Dalam penyusunan hidroponik ini, kami juga berkonsultasi dan
meminta bantuan kepada salah satu perangkat desa yang kebetulan beliau
merupakan narasumber dalam pelatihan yang kami adakan. Beliau sudah
berkecimpung dalam budidaya sayuran, khususnya dalam hal ini hidroponik.
Pelatihan 1
Gambar 2. Kegiatan Pelatihan 1 Budidaya Sayuran dengan Hidroponik
Page 19
6
Gambar 3. Hidroponik dengan Paralon Gambar 4. Hidroponik dengan Ceting
Pelatihan budidaya sayuran dengan hidroponik dilaksanakan pada hari
Kamis, 16 Juli 2020. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan budidaya
sayuran dengan hidroponik kepada masyarakat Desa Bakeraksa. Namun, karena
kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini, membuat kami harus membatasi jumlah
peserta dan pelaksanaannya harus mematuhi protokol kesehatan seperti
memakai masker. Peserta berjumlah 25 orang yang terdiri dari ibu-ibu PPK,
Pemerintah Desa, Karang Taruna, dan masyarakat, dengan masing-masing
berjumlah 5 orang. Dalam pelatihan ini, peserta dapat memahami tentang teknik
hidroponik dengan paralon maupun yang sederhana menggunakan ceting dan
baskom, beberapa peserta terlihat antusias dan aktif bertanya. Peserta diberi
benih sayuran dan nutrisi diakhir kegiatan agar bisa praktik di rumah.
Pelatihan 2
Gambar 5. Kegiatan Pelatihan 2 Budidaya Sayuran dengan Hidroponik
Melihat ketercapaian pelatihan pertama, akhirnya pelatihan kedua ini
diadakan pada hari Sabtu, 25 Juli 2020 di Gedung Serba Guna Balai Desa
Baleraksa. Pelatihan kedua ini juga berdasar saran dari masyarakat agar lebih
banyak lagi yang dapat belajar mengenai teknik budidaya dengan hidroponik.
Pendampingan
Page 20
7
Gambar 6. Kegiatan Pendampingan Penyemaian Hidroponik dengan Ceting
Pendampingan dilakukan pada tahap pelatihan hidroponik kedua, peserta
diberi bibit dan nutrisi untuk mencoba melakukan persemaian dengan dibantu oleh
panitia pelaksana. Peserta mempraktekkan hidroponik menggunakan media
ceting dan baskom bekas, yang nantinya dibawa pulang oleh masing-masing
peserta.
Gambar 7. Hasil Budidaya Sayuran Kangkung dengan Hidroponik Sederhana
Menggunakan Ceting (umur 15 hari)
Hasil Kuesoiner dan Tanggapan Masyarakat dalam Kegiatan Pelatihan
Hidroponik
Untuk sosialisasi kepada PKK dalam pemberdayaan penanaman sayuran
dengan media hidroponik mendapat respon cukup baik, dan antusiasme warga.
Dalam sosialisasi ini kami menargetkan kepada masyarakat dengan kuota yang
terbatas 20 sampai 25 masyarakat, yang terdiri dari berbagai golongan dari ibu-ibu
PKK, Pemerintah Desa, Karang Taruna, dan masyarakat biasa. Dari sini kami
mendapat tanggapan dan hasil respon masyarakat dalam mengikuti pelatihan
hidroponik tersebut.
Page 21
8
Tabel 1. Data dan Hasil Perhitungan Kuesioner Tanggapan Masyarakat Desa
Baleraksa terhadap Pemberdayaan PKK Melalui Budidaya Sayuran dengan Media
Hidroponik
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
ST : Tidak Setuju
Dalam data hasil tanggapan masyarakat di atas, bahwa sebanyak 15%
sangat setuju dan 85% setuju menerima kegiatan pelatihan hidroponik oleh KKN
ynag ditujukan sebagian besar kepada PKK atau ibu rumah tangga. Kegiatan ini,
termasuk dalam kegiatan aktif atau produktif disaat pandemi saat ini, membantu
perekonomian dan keterampilan masyarakat dalam bidang berkebun, serta dapat
dilakukan secara mandiri di rumah dengan pelatihan yang sudah diberikan.
Evaluasi
Berdasar hasil kuesioner yang telah disebar, dapat dikatakan bahwa
pelatihan ini telah berhasil. Hal ini dapat telihat dengan jumlah >50% masyarakat
tertarik untuk menerapkan teknik budidaya dengan metode hidroponik ini. Hasil
kuesioner berupa tanggapan peserta terhadap pelatihan ini didapatkan data 15%
sangat setuju, 85% setuju, dan 0% tidak setuju untuk melakukan budidaya
sayuran dengan hidroponik. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menambah ilmu
mengenai budidaya sayuran. Harapannya, masyarakat dapat memulai mencoba
Pernyataan SJ S TS
Pada saat kegiatan pelatihan
hidroponik, warga mengikuti
dengan baik dan tertib
32% 68% 0%
Pada saat kegiatan
dilaksanakan, sudah sesuai
target dan tujuan
64% 36% 0%
Apakah untuk kegiatan ini,
KKN BMC mengadakan
sesuai program kerja
25% 75% 0%
Tujuan pelatihan ini,
membantu masyarakat dalam
berkebun di rumah
80% 20% 0%
Kegiatan dilakukan dengan
baik dan memperhatikan
protokol kesehatan
28% 72% 0%
Untuk kegiatan ini,
masyarakat berminat untuk
melakukannya
15% 85% 0%
Page 22
9
melakukan budidaya sayuran dengan hidroponik, sehingga kebutuhan akan
sayuran dapat dipenuhi secara mandiri. Selain itu, kegiatan ini diharapkan menjadi
kegiatan yang positif, sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan yang
produktif dan bermanfaat di tengah kondisi pandemi Covid-19 yaitu dengan
melakukan budidaya sayuran.
DAFTAR PUSTAKA
Nisa’, Sholihatun. 2018. Membangun Kreatifitas Ibu-Ibu Fatayat dalam Bidang
Budidaya Sayur dengan Menggunakan Metode Hidroponik di Dusun Sejajar
Desa Payaman Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan. Skripsi.
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah Dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Ristianasari , P. Muljono , dan D. S. Gani. 2013. Dampak Program Pemberdayaan
Model Desa Konservasi Terhadap Kemandirian Masyarakat: Kasus di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung. Jurnal Penelitian Sosial
Dan Ekonomi Kehutanan. Vol. 10(3): 173 - 185.
Roidah, Ida Syamsu. 2014. Pemanfaatan Lahan dengan Menggunakan Sistem
Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. Vol. 1(2): 43 - 50.