TUGAS MANDIRI 2 Character Building (CB142) Dosen : Eddy Susanto ( D2106 ) JUDUL : Artikel “Kerusakan Alam” dan “Kepedulian Manusia” DIBUAT OLEH : NAMA : Andy Christiawan NIM : 1000842416 NO ABSEN :7 KELAS : 07POM Universitas Bina Nusantara Jakarta
Jun 12, 2015
TUGASMANDIRI2
CharacterBuilding(CB142)Dosen:EddySusanto(D2106)
JUDUL:
Artikel
“KerusakanAlam”dan“KepedulianManusia”
DIBUATOLEH:
NAMA :AndyChristiawan
NIM :1000842416
NOABSEN :7
KELAS :07POM
UniversitasBinaNusantara
Jakarta
2
1. Carilah Lima artikel tentang Kerusakan Alam yang diakibatkan oleh ulah manusia, dan
berikankomentarandauntuksetiapartikelyangandabuat.Artikedapatbersumberpada(
Koran,Majalah,Internetdsb)
2. Carilah Lima artikel tentang Kepedulian Manusia terhadap kerusakan alam, dan berikan
komentarandauntuksetiapartikelyangandabuat.Artikedapatbersumberpada(Koran,
Majalah,Internetdsb)
3
KerusakanAlam
1 500HektarHutanNTBKritis SABTU,26SEPTEMBER2009
MATARAM, KOMPAS.com – Sekitar 500 hektare areal hutan di Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam keadaan kritis akibat
penebangan liar yang dilakukan oknum yang tidak bertanggungjawab.
"Hutan yang kritis itu berada di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan, sehingga sumber mata air di NTB berkurang drastis dari 700 sumber mata air kini tinggal sekitar 200 sumber
mata air," kata Kepala Dinas Kehutanan NTB, Ir. Harina di Mataram, Sabtu (26/9).
Oleh karena itu, sejumlah daerah di NTB dikhawatirkan akan mengalami kekeringan, sehingga pemerintah
dengan berbagai upaya terus mencegah kerusakan hutan sekaligus melakukan penghijauan.
"Pemerintah juga berupaya mencegah semakin berkurangnya sumber mata air dengan melakukan
pembinaan kepada masyarakat," katanya.
Sekarang, ada sekitar lima pengusaha yang akan melakukan investasi di bidang kehutanan dengan luas areal lebih dari 25.000 hektare, termasuk hutan tanaman industri.
Selain itu, kegiatan penambangan, terutama di aliran sungai juga dibatasi, karena sejumlah limbah tambang
yang terbuang ke sungai membuat sungai menjadi dangkal dan airnya macet.
"Yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan penghijauan di berbagai kawasan hutan dan sabuk‐sabuk
hijau bendungan yang ada di NTB, dengan menanam berbagai jenis pohon yang banyak menyimpan air seperti pohon bunut atau beringin, guna memenuhi kebutuhan air bersih," katanya.
Air bersih marupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang mendesak, karena cakupan air bersih, terutama
di pedesaan, hingga kini baru tersedia sekitar 30 persen, sementara di perkotaan layanan air bersih juga baru ada 60 persen.
"Layanan air bersih untuk perkotaan diambil dari berbagi sumber mata air seperti di Narmada dan hutan
Suranadi, Lombok Barat berjarak sekitar 30 kilometer ke arah timur Mataram," katanya.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/26/09555181/500.hektar.hutan.ntb.kritis
Komentar:
Percuma saja jika melakukan penghijauan (penanaman) saja tanpa merawatnya. Dalam hal ini, bukan pemerintah yang bertanggung jawab, kita semua sebagai mansyarakat yang berada didaerah tersebut haruslah ikut melestarikan dengan cara merawatnya.
4
2 24PulaudiIndonesiaHilang,RibuanLainnyaTerancam JUMAT,2OKTOBER2009
BANDUNG, KOMPAS.com — Tercatat sebanyak 24 pulau kecil di Indonesia telah lenyap, baik akibat kejadian alam, maupun ulah
manusia. Namun, itu belum seberapa. Yang lebih mengkhawatirkan, 2.000 pulau lain di Tanah Air juga terancam tenggelam akibat
dampak pemanasan global. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI Freddy Numberi saat menyampaikan
kuliah umum di Universitas Widyatama (Utama) Bandung, Jumat (2/10). Acara kuliah umum ini dihadiri pula oleh Bupati Sorong
Stepanus Malak dan civitas akademika Utama.
Freddy menyatakan, ke‐24 pulau ini hilang akibat tsunami Aceh pada 2004, abrasi, dan kegiatan penambangan pasir yang tidak terkendali. Pulau‐pulau ini di antaranya Pulau Gosong Sinjai di NAD akibat
tsunami, Mioswekel di Papua akibat abrasi, dan Lereh di Kepulauan Riau akibat penambangan pasir. Pemanasan global, ucapnya, menjadi ancaman paling konkret dan berbahaya bagi pulau‐pulau lain di Tanah
Air.
Menurut analisis bersama Departemen Kelautan Perikanan RI dan PBB, pada tahun 2030, sekitar 2.000 pulau
kecil di Indonesia akan lenyap. "Saya punya list‐nya, tetapi tidak bisa diungkapkan di sini," ujarnya. Dikatakan Freddy, kenaikan permukaan laut bisa mencapai lebih dari 2 meter jika tidak ada penanganan serius dalam menghentikan laju pemanasan global.
Tidak hanya di pulau‐pulau kecil, dalam simulasi dampak perubahan iklim, sebagian wilayah pesisir utara
Jakarta akan tenggelam. "Bandara Soekarno‐Hatta pun akan tenggelam jika tidak ada upaya serius mengurangi laju pemanasan global. Percaya sama saya, adik‐adik sekalian kalau masih hidup di masa itu
suatu hari akan mengingat omongan saya ini," ujarnya.
Ancaman tenggelamnya pulau akibat kenaikan permukaan laut, ucapnya, bukanlah isapan jempol. "Sekarang,
telah betul‐betul terjadi," ucapnya memberikan contoh negara Kepulauan Kiribati dan Tuvalu. "Presiden Kiribati telah meminta warga dunia untuk menampung warganya karena 'negeri' mereka telah hilang,"
tuturnya. Warga‐warga dari negara yang berada di Samudra Pasifik ini telah ditampung di Australia dan Selandia Baru.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/10/02/12185635/24.pulau.di.indonesia.hilang.ribuan.lainnya.terancam
Komentar:
Hilangnya pulau‐pulau di Indonesia beberapa disebabkan karena alam yaitu tsunami, abrasi, dan kejadian‐kejadian alam lainnya yang mustahil untuk di tolak oleh manusia. Namun beberapa factor
lain pendukung hilangnya pulau yaitu penambangan pasir. Pemerintah harus memberikan sanksi yang tegas, memberikan pemetaan wilayah‐wilayah mana saja yang dapat dilakukan penambangan. Jangan hanya mengejar pemasukan uang kas Negara saja karena lambat laun, alam
akan rusak jika titik keseimbangannya sudah tidak diperhatikan lagi.
5
3 PemanasanGlobalTimbulkanBencana KAMIS,24SEPTEMBER2009
JAKARTA, KOMPAS.com – Pemanasan global menimbulkan bencana besar bagi kesehatan. Negara di kawasan tropis paling
rawan terkena dampaknya.
Kepedulian terhadap dampak kesehatan itu disuarakan belasan profesional yang tergabung dalam organisasi bidang kesehatan
di dunia. Mereka menyatakan keprihatinannya, antara lain melalui publikasi dalam jurnal The Lancet dan British Medical
Journal, baru‐baru ini.
Keprihatinan itu diutarakan terkait Pertemuan Para Pihak Ke‐15 (COP‐15) Konferensi PBB tentang Perubahan
Iklim (UNCCC) di Kopenhagen, Denmark, Desember mendatang.
Dalam publikasi itu, para dokter dan profesi kesehatan lain berpandangan, kegagalan mencapai kesepakatan dalam negosiasi perubahan iklim di Kopenhagen akan mendatangkan bencana kesehatan global. Negara‐
negara tropis yang sebagian besar negara berkembang, dengan kondisi kesehatan yang sudah memprihatinkan, akan menerima akibat yang paling besar.
Berbagaipenyakit
Menurut ahli kesehatan masyarakat dari Depkes Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, I Made Jaya, pekan lalu, pemanasan global merupakan akibat dari rangkaian fenomena yang saling
kait, antara lain pertambahan penduduk, peningkatan permintaan sumber daya alam, industrialisasi, konsumsi BBM, emisi, peningkatan suhu, mencairnya es, makin tingginya uap air, dan perubahan arah angin
muson.
Dia mencontohkan, dengan pemanasan global, amplitudo suhu makin besar. Di siang hari, suhu dapat lebih panas dan lebih dingin di malam hari, tergantung daerahnya. Kondisi itu saja menyebabkan daya tahan tubuh
rawan menurun sehingga manusia mudah terjangkit penyakit.
Hal yang lebih mengkhawatirkan, makin merebaknya penyakit akibat perubahan musim. ”Dulu, cacar air biasanya pada September dan Oktober. Masuk musim hujan, pertumbuhan jamur dan virus makin mudah.
Namun, kini, sepanjang tahun terdapat kasus itu,” ujarnya.
Kelangkaan sumber air akibat ketidakteraturan musim dan kegagalan manajemen air akan berpengaruh terhadap kelangkaan pangan dan penyakit kurang gizi. Agen penyakit juga gampang bermutasi. Hal ini,
misalnya, terlihat dengan kemunculan kasus flu burung dan influenza A (H1N1). Virus corona, misalnya, bermutasi sehingga menyebabkan SARS.
Banyak kawasan menghangat sehingga parasit pembawa penyakit, seperti nyamuk, menyebar ke daerah baru yang tak siap dengan kedatangan pembawa penyakit itu.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/24/07461388/pemanasan.global.timbulkan.bencana
6
Komentar:
Pemanasan global merupakan akibat dari rangkaian fenomena yang saling kait, antara lain pertambahan penduduk, peningkatan permintaan sumber daya alam, industrialisasi, konsumsi
BBM, emisi, peningkatan suhu, mencairnya es, makin tingginya uap air, dan perubahan arah angin muson.
Hal ini mustahil kita hilangkan mengingat faktor‐faktor tersebut merupakan rangkaian kehidupan yang dijalani manusia. Kita hanya dapat mencari alternatif lain dalam mengurangi pemanasan
global tersebut. Misalnya dalam Industrialisasi dan konsumsi BBM, hedaknya kita menggukanan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan seperti Tenaga Surya misalnya.
Kemudian terhadap permintaan sumber daya alam, hedaknya kita menggunakan secara bijak. Tidak menggunakan kertas secara boros (menggunakan kertas daur ulang), mengolah limbah kayu
menjadi barang yang berguna kembali, mengurangi penggunaan plastik (dengan begitu produsen plastik akan melakukan produksinya dan memanfaatkan plastik daur ulang juga).
Kepadatan penduduk juga dapat diatasi dengan cara menekan pertumbuhan penduduk atau melakukan transmigasi (seperti yang pernah dilakukan pemerintah beberapa puluh tahun silam).
Jadi memberikan kesempatan di daerah‐daerah lain, sehingga tidak menumpuk di kota Jakarta ini.
7
4 EsGreenlandMencairLebihCepat SENIN,21SEPTEMBER2009
PARIS, KOMPAS.com — Daratan es di Greenland merespons pemanasan global lebih cepat dari dugaan semula selama 10.000 tahun terakhir. Akibatnya, kenaikan temperatur pada abad ini bisa menyebabkan bongkah‐bongkah es di sana mencair dengan laju yang mengkhawatirkan.
"Sangat mungkin kenaikan beberapa derajat celsius di Greenland akan menyebabkan hilangnya bongkah es masif dan naiknya permukaan air laut yang lebih besar dari
perkiraan," demikian disebutkan dalam penelitian yang dipublikasikan minggu lalu di jurnal Nature.
Dataran es Greenland mengandung cukup air untuk menaikkan permukaan laut hingga tujuh meter. Bila es itu sampai mencair maka kota‐kota dunia yang berada di pesisir akan tenggelam, dan ratusan juta orang terancam kehilangan tempat tinggal.
Sebelumnya, para peneliti yakin bahwa dua daratan es di Bumi—Greenland dan Antartika—akan tetap membeku hingga abad mendatang meski terjadi pemanasan global. Namun, perkembangan terakhir membuat mereka ragu karena melihat betapa cepatnya gletser mencair mengalir menuju lautan.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/21/13592361/es.greenland.mencair.lebih.cepat
Komentar:
Pemanasan Global banyak disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya yaitu menipisnya
lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon ini disebabkan oleh pabrik‐pabrik yang membuang limbah beracun ke udara dan efek rumah kaca.
Organisasi Dunia sudah saatnya memberikan pendekatan kepada setiap Negara‐negara anggotanya
untuk peduli terhadap dampak dari pemanasan global ini dan meminta mereka mengatur secara tegas terhadap pabrik‐pabrik dan bangunan rumah kaca yang ada di dalam negaranya masing‐masing.
Sampai saat ini, Negara‐negara maju hanya menggembor‐gemborkan “Global Warming” namun
tetap malakukan hal yang justru memicu pemanasan global itu sendiri.
Saya mengambil contok Amerika dan German yang merupakan Negara industri besar yang berarti merupakan penyumbang pemanasan global yang tidak sedikit!
8
5 “GlobalWarming”TelahMenggeserMusimHujan JUMAT,24JULI2009
LUWUK, KOMPAS.com — Intensitas musim hujan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, bergeser dari siklus 20 tahun, sehingga telah mengganggu aktivitas para petani, nelayan, serta kelompok masyarakat lain setempat yang usahanya bergantung dengan kondisi cuaca.
Pergeseran tersebut terjadi sejak 2005 dan pergeseran terjauh berlangsung pada tahun 2008 lalu.
Jasirin, Kepala Stasiun Meteorologi Luwuk (ibu kota Kabupaten Banggai), menjelaskan, puncak curah hujan di daerahnya selama 20 tahun sebelum tahun 2005 selalu terjadi antara bulan Maret hingga Mei.
Akan tetapi, setelah itu, puncak hujan terjadi hanya pada bulan Mei selama 24 hari dengan intensitas curahnya mencapai 188 milimeter.
Bahkan pergeseran ekstrem terjadi pada tahun 2008, di mana puncak hujan terjadi di bulan Juli selama 27 hari dengan besaran curah 466 milimeter, sehingga sempat menimbulkan banjir besar di mana‐mana.
Jasirin memperkirakan, pergeseran puncak curah hujan tersebut akibat pengaruh dari pemanasan global yang mendorong terjadinya perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu.
"Pergeseran siklus hujan itu sudah kami diprediksi sebelumnya, menyusul tingginya tingkat curah hujan lokal di Kabupaten Banggai selama empat tahun terakhir dan merupakan fenomena terbaru," tuturnya.
Menurut dia, munculnya hujan lokal dengan intensitas tinggi juga banyak dipengaruhi oleh rusaknya kawasan hutan dan daerah hijau di perkotaan dalam jumlah besar, selain faktor tingginya polusi udara.
"Masalah‐masalah tersebut yang kemudian mengakibatkan daya dukung lingkungan menjadi rendah, sehingga rentan memunculkan bencana banjir, tanah longsor, hingga angin kencang," katanya.
Yang pasti, akibat dampak dari pemanasan global tersebut telah memengaruhi jadwal tanam petani, aktivitas nelayan, pelayaran kapal‐motor, dan kegiatan penerbangan di daerahnya.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/24/09164592/global.warming.telah.menggeser.musim.hujan
Komentar:
Menurut saya, cara yang saat ini dapat kita lakukan adalah dengan melakukan penanaman pohon
dibeberapa daerah resapan air. Pohon dapat mengurangi kadar CO2 didalam udara sehingga dapat mencegak adanya pemanasan global.
Hal ini tidak terasa bila hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja, kita semualah yang bertanggung jawab dan harus andil dalam usaha ini. Masyarakat Indonesia begitu banyak, jika 1
orang menanam 1 pohon, dengan begitu kita berperan besar dalam usaha pencegahan Pemanasan Global.
9
KepedulianManusia
1 Wah...IndonesiaBerpotensiKembangkanBioetanol JUMAT,25SEPTEMBER2009
YOGYAKARTA,KOMPAS.com— Para peneliti mengatakan, sebagai negara yang kaya akan hasil produksi pertanian dan perkebunan,
Indonesia berpotensi mengembangkan bioetanol sebagai bahan pengganti bensin.
Hal tersebut diungkapkan oleh anggota tim peneliti dari Jurusan
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Teddy Nurcahyadi, di Yogyakarta, Jumat (25/9).
"Bahkan di masa depan, konversi bahan bakar ke bioetanol dapat menjadi solusi terhadap semakin
menipisnya kandungan minyak bumi," ujar Teddy.
Menurutnya, bioetanol dapat menjadi pilihan dalam mengurangi kerusakan lingkungan sebagai efek samping berkembangnya dunia industri dan transportasi. Dia mengatakan, ada beberapa kelebihan yang dimiliki
bioetanol dibanding bahan bakar bensin, antara lain karena proses produksi lebih ramah lingkungan dan melibatkan penanaman tumbuhan yang menyerap karbon dioksida di atmosfer. Selain itu, pemakaian
bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, lanjut Teddy, lebih ramah lingkungan karena menghasilkan polusi yang lebih sedikit.
"Bioetanol juga memiliki angka oktan yang lebih tinggi daripada bensin sehingga jika dicampurkan pada bensin dengan komposisi tertentu bisa memperbaiki kinerja mesin," katanya.
Dia menambahkan, tingginya angka oktan bioetanol memiliki pengaruh yang bagus terhadap emisi gas buang
mesin. Angka oktan yang tinggi menyebabkan pembakaran di dalam mesin berlangsung lebih sempurna sehingga hasil pembakaran yang tidak sempurna berupa karbon monoksida dan hidrokarbon tak terbakar
lainnya berkurang.
"Pencampuran bioetanol pada bensin berdasarkan hasil pengujian terbukti menyebabkan turunnya polusi karbon monoksida dan hidrokarbon tak terbakar dari mesin bensin," katanya.
Bioetanol, katanya, merupakan salah satu jenis bahan bakar terbarukan. Bahan bakar ini dapat diproduksi dari berbagai jenis produk pertanian atau perkebunan, seperti tebu, singkong, beras, gandum, sorgum,
kentang, jagung, dan buah‐buahan. "Selama kita masih bisa bercocok tanam, selama itu pula kita bisa mengolah aneka produknya menjadi bioetanol," katanya.
Namun, Teddy mengakui, bioetanol memang mempunyai kelemahan yang bersifat teknis. Kelemahan itu
muncul karena bahan bakar tersebut memiliki kandungan energi yang lebih rendah daripada bensin. "Jalan keluar untuk mengatasi kelemahan itu sudah ada, tim kami tertarik melakukan penelitian dalam upaya
mengatasi kelemahan teknis bioetanol agar bahan bakar itu dapat dimanfaatkan lebih maksimal di masa depan," katanya.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/25/13125661/wah...indonesia.berpotensi.kembangkan.bioetanol
10
Komentar:
Saya setuju terhadap pengembangan bioetanol ini. Karena proses produksi lebih ramah lingkungan dan melibatkan penanaman tumbuhan yang menyerap karbon dioksida di atmosfer disamping itu
pemanfaatan bioetanol menghasilkan polusi yang sedikit karena termasuk bahan bakar ramah lingkungan, ini juga dapat membantu para kaum petani. Karena mereka dapat tetap bercocok tanam dan mengolah aneka produknya menjadi bioetanol.
11
2 EnergiAlternatifdariMinumanTuak MINGGU,6SEPTEMBER2009
TUBAN, KOMPAS.com — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur, mengembangkan minuman tuak menjadi etanol yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan bakar minyak (BBM).
"Uji coba yang kami lakukan mendapatkan tanggapan positif masyarakat. Buktinya mereka datang untuk mempelajari proses
pembuatan tuak menjadi etanol," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Kabupaten Tuban Mudji Slamet.
Menurut dia, anggota masyarakat, kepala desa, tokoh masyarakat yang daerahnya menjadi sentra penghasil tuak yang asalnya dari pohon nira, antara lain di Kecamatan Plumpang, Palang, Tambakboyo dan lainnya,
datang langsung ke kantornya untuk ikut mempelajari pemrosesan tuak menjadi etanol.
Uji coba tuak menjadi etanol hingga sekarang ini masih terus dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang ingin mempelajari teknis cara pemrosesannya. "Pelaksanaan uji coba dilaksanakan di kantor kami," katanya.
Teknisnya, tuak sebanyak 10 liter dicampur dengan gula jawa, setelah dilakukan fermentasi selama tujuh hari
dan disuling, menghasilkan 2 liter etanol.
Menurut dia, biaya produksi tuak 10 liter tersebut diperhitungkan sebesar Rp 15.000 dan menjadi 2 liter
etanol yang harga jualnya mencapai Rp 17.500.
"Pengembangannya bergantung masyarakat sebagai penghasil tuak di Tuban, " katanya. Di Tuban terdapat sekitar 4.000 pohon nira yang hasilnya bisa diambil menjadi tuak.
Sementara itu, lanjutnya, Bupati Tuban Haeny Relawati merekomendasikan agar proses uji coba tuak menjadi
etanol masuk dalam kurikulum pendidikan.
"Setelah uji coba yang kami lakukan, rekomendasi dari Bupati Tuban, proses tuak menjadi etanol masuk
dalam mata pelajaran kurikulum lokal," katanya.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/06/07520355/energi.alternatif.dari.minuman.tuak
Komentar:
Ini merupakan pemanfaatan lain terhadap tuak. Alternatif pembuatan etanol dengan bahan dasar
tuak dapat membantu masyarakat penghasil tuak dibidang ekonomi.
Saya lihat dari artikel diatas biaya produksi tuak 10 liter menjadi etanol sebanyak 2 liter, mereka dapat meraih keuntungan sebanyak Rp.2.500.
Jika dilakukan pengembangan lebih lanjut, produksi tuak ini akan memberikan kesejahteraan untuk seluruh masyarakat penghasil tuak di Tuban.
12
3 AquaRancangProyek"WASH"diNTT SELASA,14JULI2009
JAKARTA, KOMPAS. com — Perlu komitmen serius dan pro aktif untuk melakukan peningkatan akses terhadap air bersih dan aman
untuk dikonsumsi, serta fasilitas sanitasi yang baik sebagai kebutuhan mendasar bagi masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Troy Pantouw, Direktur Komunikasi
Tirta Investama, perusahaan yang membawahi perusahaan air minum Aqua, di sela jumpa pers di Jakarta, Selasa (14/7). Troy mengatakan,
untuk mendukung komitmen tersebut, Aqua telah merancang proyek WASH (akses air, sanitasi, dan higienis) di NTT melalui program "1L untuk 10L" atau satu liter untuk 10 liter.
Menurut Troy, program tersebut merupakan prakarsa konsep pemasaran berdimensi sosial (cause related marketing). Program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ribuan keluarga di seluruh penjuru
negeri di Indonesia.
"Kami mengakui bahwa kami belum bisa menyediakan sumber‐sumber air bersih, untuk itu kami menggandeng ACF untuk mencari lokasi‐lokasi tersebut demi memberi dukungan penyediaan air bersih ini di
NTT," ujar Troy.
Action Contre La Faim (ACF) merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat dari Perancis. ACF inilah yang akan melakukan penelitian untuk mencari cadangan sumber‐sumber air bersih di NTT.
Terkait hal itu, Troy menampik bahwa program ke NTT ini bukan untuk mencari sumber air baru untuk mendukung potensi bisnisnya ke depan.
"Nantinya, berdasarkan penelitian itu kami bisa menyediakan sanitasi agar selanjutnya masyarakat dapat
meneruskan program ini dan bisa tetap hidup dengan air sehat," ujarnya.
Program WASH pertama telah berhasil dilakukan pada September 2009 lalu. Dari program pertama tersebut, sekitar 19.000 jiwa di 4 kecamatan di kabupaten TTS dapat memiliki akses yang lebih baik terhadap air bersih
dan sebuah kehidupan yang lebih sehat.
"Untuk putaran kedua yaitu 2009‐2011 akan ditargetkan beberapa desa lagi di NTT, secara keseluruhan sekitar 35.000 jiwa akan mendapat manfaat dari program ini," tuturnya.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/07/14/16104224/aqua.rancang.proyek.wash.di.ntt
Komentar:
Program WASH ini bermanfaat bagi saudara‐saudara kita di NTT khususnya bagi mereka yang
kesulitan dalam mendapatkan air bersih. Dengan adanya air bersih yang mereka dapatkan, otomatis kehidupan masyarakat sekitarpun akan lebih baik ditinjau dari segi kesehatannya.
13
4 BedaSuhuLautuntukPembangkitListrik KAMIS,12FEBRUARI2009
JAKARTA, KAMIS – Teknologi pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan dari kelautan mulai dijajaki di Indonesia.
Teknologi yang tergolong sebagai inovasi paling baru dari Jepang itu memanfaatkan beda suhu laut untuk menggerakkan sistem kerja
fluida penggerak turbin. Kelayakannya operasionalnya kini sedang dikaji di Mamuju, Sulawesi Barat.
”Teknologi itu dikembangkan The Institute of Ocean Energy Saga
University (IOES) di Jepang yang bisa menciptakan peluang besar untuk pembangkit listrik di wilayah kepulauan seperti di Indonesia, tanpa menghasilkan emisi yang
berdampak pada efek rumah kaca,” kata Kamaruddin Abdullah, anggota Dewan Pakar Masyarakat Energi Terbarukan (METI) Bidang Surya Termal, Rabu (11/2) di Jakarta.
Rektor Universitas Darma Persada ini juga menjelaskan, beda suhu laut yang dibutuhkan hanya 15 derajat celsius antara permukaan dan bagian kedalaman laut yang berkisar 500 meter sampai 1.500 meter. Dengan
suhu permukaan laut yang relatif konstan di wilayah tropis setinggi 24 derajat celsius itu dapat dimanfaatkan untuk menciptakan sistem fluida kerja dari amoniak cair.
Pada suhu 24 derajat celsius, amoniak cair akan mendidih dan menghasilkan tekanan yang dapat
dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin penghasil listrik. Rangkaian teknologi ini kemudian dikenal sebagai OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).
Secara terpisah, Yasser Rahman selaku pihak swasta yang akan mengembangkan teknologi OTEC di Mamuju
menyatakan, kapasitas produksi listrik yang direncanakan mencapai 100 megawatt. ”Produk utamanya nanti bukan listrik, tetapi hidrogen. Sekarang masih dalam proses studi kelayakan,” kata Yasser.
Menurut dia, Mamuju berada di Selat Makassar yang memiliki jalur perairan internasional. Sasaran produksi hidrogen mengantisipasi kebutuhan sumber energi ramah lingkungan di masa mendatang dengan teknologi
fuel cell atau sel bahan bakar yang menghasilkan air murni.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/02/12/10113126/beda.suhu.laut.untuk.pembangkit.listrik
Komentar:
OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) merupakan system Pembangkit Listrik baru yang sedang
dikembangkan. Dari apa yang saya baca artikel diatas, ini memanfaatkan suhu laut untuk menggerakkan turbin penghasil listrik.
Semoga saja ini bukan cara ekploitasi alam secara besar‐besaran dibidang Teknologi, namun merupakan alternatif baru dalam pembangkit listrik dengan memanfaatkan laut.
14
5 BPPTCiptakanHujanBuatandi17Wilayah RABU,2SEPTEMBER2009
JAKARTA,KOMPAS.com— Untuk menghadapi dampak kekeringan akibat gejala El Nino tahun ini, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi menciptakan hujan buatan di 17 wilayah yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Jawa. Sebanyak tiga pesawat
terbang jenis Cassa 100 dioperasikan untuk pelayanan teknologi modifikasi cuaca sebesar Rp 110 juta per hari ini.
”Hari ini sudah dimulai untuk wilayah Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Barat dengan tujuan memadamkan kebakaran lahan dan hutan. Di wilayah itu sekarang ada sekitar 100 titik panas yang terpantau satelit,” kata Heru Widodo dari Unit
Pelaksana Teknis Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (31/8).
Menurut Heru, wilayah Kalimantan disusul Sumatera, terutama kawasan Riau, merupakan wilayah prioritas untuk menciptakan hujan buatan. Tujuannya untuk memadamkan titik‐titik panas yang muncul kembali
akhir‐akhir ini. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada awal pekan ini hujan di beberapa wilayah Indonesia berkurang karena masa Osilasi Madden‐Julian (MJO), yang
menimbulkan hujan, sudah lewat. Selama dua pekan sebelumnya dampak MJO mendatangkan hujan, terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatera, memadamkan titik‐titik panas yang ada.
Osilasi MJO ini memiliki periode berulang 40‐50 hari khusus di kawasan Samudra Hindia. Kepala Pusat
Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG Edvin Aldrian mengatakan, fenomena MJO akan menghilang ketika El Nino menguat. Pada November 2009 dan Januari 2010, El Nino diprediksikan menguat, dan awal
musim hujan 2009‐2010 diperkirakan akan mundur.
Secara terpisah, Deputi Peningkatan Infrastruktur pada Kementerian Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Agus Dasuki mengatakan, untuk mengatasi kekeringan di beberapa wilayah, pada tahun
2009 ditargetkan akan ada pemasangan pompa tenaga surya. Dua lokasi dari 11 lokasi pemasangan adalah Kulon Progo (Yogyakarta) dan Wonogiri (Jawa Tengah). Lokasi‐lokasi lainnya berada di Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur, kemudian di beberapa wilayah Sulawesi.
”Pemasangan pompa tenaga surya ini hanya sedikit, hanya bersifat stimulan supaya dapat diikuti pemerintah daerah ataupun pihak‐pihak lainnya untuk mengatasi kelangkaan air pada musim kemarau,” kata Agus.
Alokasi anggaran untuk sistem pompa tenaga surya beserta sistem distribusinya, menurut Agus, menelan biaya sampai Rp 1 miliar. Pompa tenaga surya diharapkan bisa untuk menaikkan air dari kedalaman tanah
maksimal 90 meter dan menyuplai air bersih 20‐60 meter kubik per hari.
Selain pompa tenaga surya yang menggunakan teknologi pengeboran tanah dan pemompaan air tersebut,
menurut Agus, institusinya juga menerapkan teknologi pengolahan air sungai. Kemudian dengan pompa pula, air itu didistribusikan kepada masyarakat. ”Program pengolahan air sungai menjadi air bersih hanya
dilaksanakan di Sorong, Papua Barat. Ini juga sebagai stimulan bagi wilayah lainnya untuk mengatasi kelangkaan air bersih,” ujar Agus Dasuki.
http://sains.kompas.com/read/xml/2009/09/02/07584843/bppt.ciptakan.hujan.buatan.di.17.wilayah
15
Komentar:
Hujan buatan bermanfaat besar bagi wilayah yang merupakan daerah kering/tandus. Dengan adanya hujan buatan, wilayah tersebut kembali di basahi dan subur.
Saya setuju dengan langkah ini karena mengangkat kembali potensi‐potensi alam yang ada pada
wilayah‐wilayah yang selama ini kering.
Pompa air bertenaga surya pun sangat bangus. Karena bersifat ramah lingkungan dan memanfaatkan alternatif tenaga listrik melalui panas matahari. Hasil pompa air itupun dapat menyuplai air bersih ke pada seluruh masyarakat disekitar untuk dimanfaatkan.