Top Banner
ARTIKEL ILMIAH KEGIATAN PENELITIAN OUTREACH PROGRAM KEGIATAN PENGEMBANGAN RELEVANSI DAN EFISIENSI PENDIDIKAN TINGGI UNSRAT BANTUAN PENULISAN SKRIPSI (STUDENT GRANT) TAHUN 2011 SIPUT GASTROPODA YANG MENEMPEL PADA ALGA MAKRO DI ARAKAN DAN PULAU NAIN OLEH : DAVIDSON RATO NONO / 060513010 Program Studi S-1 Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado – 2011 1
18

Artikel IMHERE

Oct 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Artikel IMHERE

ARTIKEL ILMIAHKEGIATAN PENELITIAN

OUTREACH PROGRAMKEGIATAN PENGEMBANGAN RELEVANSI

DAN EFISIENSI PENDIDIKAN TINGGI UNSRATBANTUAN PENULISAN SKRIPSI (STUDENT GRANT)

TAHUN 2011

SIPUT GASTROPODA YANG MENEMPEL PADA ALGA MAKRO DI ARAKAN DAN

PULAU NAIN

OLEH :

DAVIDSON RATO NONO / 060513010

Program Studi S-1 Ilmu KelautanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Sam RatulangiManado – 2011

1

Page 2: Artikel IMHERE

PENDAHULUAN

Siput merupakan salah satu komponen dalam ekosistem laut dengan

keanekaragaman spesies yang tinggi dan menyebar luas di berbagai habitat laut (Abbot

1991 dan Dance 1992). Kelompok hewan bertubuh lunak ini dapat dijumpai mulai dari

daerah pinggiran pantai hingga laut dalam dan banyak menempati daerah terumbu

karang (Dharma 1988), sebagian membenamkan diri dalam sedimen, beberapa dapat

dijumpai menempel pada tumbuhan laut seperti mangrove, lamun dan alga.

Sebagaimana halnya siput, alga makro juga merupakan salah satu komponen dalam

ekosistem laut. Alga makro merupakan tumbuhan laut yang banyak ditemukan di

daerah intertidal dan subtidal dengan menancap atau melekat pada substrat.

Sejauh ini studi tentang interaksi maupun keberadaan siput gastropoda di

mangrove, terumbu karang maupun lamun sebagai tiga ekosistem utama di lingkungan

laut telah banyak dilakukan. Sementara studi yang menyangkut moluska pada alga

makro masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan

membandingkan komunitas siput gastropoda dan alga makro serta menganalisa

kecenderungan memilih serta relung ekologi (Niche breadth) dari siput. Oleh karenanya,

penelitian ini dipandang penting untuk dilakukan di Pulau Nain dan Tanjugn Arakan

Propinsi Sulawesi Utara guna menghasilkan sekaligus menambah informasi ilmiah

tentang aspek ekologi siput pada alga makro.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di dua lokasi, yaitu pantai Pulau Nain Kabupaten

Minahasa Utara (1°46'32,46"LU dan 124°47'5,02"BT) dan Tanjung Arakan, Kabupaten

Minahasa Selatan (1°22'35,09"LU dan 124°33'5,78"BT) pada bulan Februari 2012.

Kedua lokasi ini termasuk dalam kawasan perlindungan atau Taman Nasional Bunaken

(Gambar 1).

2

Page 3: Artikel IMHERE

Gambar 1. Lokasi Penelitian Pulau Nain dan Tanjung Arakan

Prosedur Kerja dan Penanganan Sampel

Salah satu alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat snorkeling. Alat

snorkeling digunakan untuk memudahkan pengambilan sampel di bawah air. Bahan

yang digunakan yaitu alkohol 70 % untuk mengawetkan sampel siput.

Pengambilan sampel dimulai dengan menyusuri pantai pada pagi hingga siang

hari saat air sedang surut dengan menggunakan alat snorkeling. Setiap spesimen siput

yang ditemukan dimasukkan dalam botol sampel berisi larutan alkohol 70 % untuk

pengawetannya. Untuk spesimen alga makro diawetkan dengan cara herbarium.

Analisa Data

Kesamaan Komunitas

Untuk mengetahui kesamaan komunitas siput gastropoda antar stasiun penelitian

maka digunakan rumus Indeks Sorensen (Odum 1996) sebagai berikut :

3

Page 4: Artikel IMHERE

Dimana,

IS = Indeks Sorensen

C = Jumlah spesies yang sama dan

terdapat pada kedua komunitas

A = Jumlah spesies dalam komunitas A

B = Jumlah spesies dalam komunitas B

Dengan kriteria keputusan: dua

komunitas tidak berbeda jika nilai IS > 50

%

Poporsi

Untuk mengetahui kecenderung-

an jenis siput gastropoda memilih jenis alga makro sebagai habitat didapat dari

menghitung proporsinya berdasarkan Frekuensi Kehadiran (FK).

Rumus Frekuensi Kehadiran (Krebs 1985) dapat ditulis dalam bentuk persamaan

berikut ini :

Kriteria penilaian Frekuensi Kehadiran (FK) antara lain :

0 – 25 % = Sangat Jarang

26 – 50 % = Jarang

51 – 75 % = Sering

≥ 76 % = Sangat Sering

Kisaran nilai antara 0 hingga 50 % (sangat jarang dan jarang) memiliki arti

bahwa siput tersebut cenderung hadir dan memilih hampir seluruh jenis alga makro

sebagai habitatnya. Sedangkan kisaran nilai antara 51 hingga ≥ 76 %, berarti bahwa

siput tersebut cenderung hadir dan memilih satu jenis alga makro sebagai habitat

mikronya.

4

Page 5: Artikel IMHERE

Relung Ekologi Jenis Siput Gastropoda

Relung ekologi (niche) adalah toleransi terhadap berbagai faktor yang

mempengaruhi pertahanan hidup dari suatu spesies dalam lingkungan (Krebs 1985).

Untuk mengetahui nilai relung ekologi atau niche breadth tiap jenis siput pada alga

makro maka digunakan rumus menurut Levins dalam Krebs (1999) sebagai berikut:

Dimana,

B = Relung Ekologi atau relung

habitat (niche breadth)

pj = Proporsi tiap spesies siput yang

ditemukan pada alga makro

Kisaran nilai B mulai dari 1 sampai ke n dimana n adalah jumlah total

sumberdaya habitat yang tersedia. Nilai B maksimum ketika jumlah individu (spesies

siput gastropoda) seimbang pada tiap habitat (jenis alga makro). Hal ini berarti suatu

spesies memiliki relung ekologi yang luas. Sementara nilai B minimum ketika semua

individu terdapat hanya dalam satu habitat. Hal ini berarti terjadi spesialisasi suatu

spesies pada habitat tertentu (maximum specialization) (Krebs 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Siput Gastropoda

1. Dari kedua stasiun penelitian diperoleh 23 jenis siput gastropoda yang

tergolong ke dalam 12 famili yakni Strombus labiatus, Strombus sp 1, Morula

margariticola, Strombus urceus, Morula sp, Pyrene scripta, Cerithium rostratum,

Cymatium vespacium, Nassarius pullus, Tonna sp, Cerithium sp 1, Phasianella

solida, Vexillum vulpeculum, Gyrineum bituberculare, Conus sp 1, Clanculus

atropurpureus, Conus sp 2, Chicoreus bruneus, Strombus mutabilis, Astraea

calcar, Tectus sp, Rhinoclavis sp, dan Cerithium sp 2. (Gambar 2).

5

Page 6: Artikel IMHERE

Gambar 2. Jenis Siput Gastropoda. (a) Astraea calcar; (b) Cerithium rostratum; (c)

Cerithium sp 1; (d) Chicoreus bruneus; (e) Clanculus atropurpureus; (f) Cymatium

vespaceum; (g) Pyrene scripta; (h) Gyrineum bituberculare; (i) Phasianella solida; (j)

Strombus labiatus; (k) Strombus mutabilis; (l) Strombus sp 1; (m) Strombus urceus; (n)

Tectus sp; (o) Vexillum vulpeculum; (p) Cerithium sp 2; (q) Conus sp 1; (r) Conus sp 2; (s)

Morula margariticola; (t) Morula sp; (u) Nassarius pullus; (v) Rhinoclavis sp; (w) Tonna sp

6

i j

a bc d

fe

g h

k l

m n

op

q r

st

uv

w

Page 7: Artikel IMHERE

Jenis Alga Makro

Dari kedua stasiun penelitian diperoleh 5 jenis alga makro yang berasal dari 3

famili, yakni Chlorophyceae, Rhodophyceae dan Phaeophyceae. Kelima jenis alga

makro tersebut yakni Halimeda macroloba, Halimeda opuntia, Padina australis,

Amphiroa fragilisima dan Sargassum sp.

Kesamaan Komunitas Siput Gastropoda dan Alga Makro

Nilai koefisien kesamaan komunitas (IS) siput gastropoda antara Pulau Nain

dengan Tanjung Arakan yaitu sebesar 23 % (Tabel 1). Berdasarkan kriteria keputusan

perhitungan Indeks Sorensen (IS) bahwa dua komunitas yang dibandingkan tidak

berbeda jika nilai Indeks Sorensen atau koefisien kesamaan (IS) yang diperoleh > 50 %,

maka nilai yang diperoleh kedua stasiun penelitian tersebut memiliki komunitas yang

relatif sama.

Tabel 1. Kesamaan Komunitas Siput Gastropoda

Stasiun I II

Lokasi Nain Tanjung Arakan

I. Nain - 23 %

Untuk nilai koefisien kesamaan komunitas (IS) alga makro antara stasiun Pulau

Nain dengan Tanjung Arakan yaitu sebesar 57% (Tabel 2). Berdasarkan kriteria

keputusan Indeks Sorensen (IS), maka komunitas alga makro yang berfungsi sebagai

habitat mikro dari moluska gastropoda antar kedua stasiun penelitian adalah sama dalam

komposisi jenis.

Tabel 2. Kesamaan Komunitas Alga Makro antar Stasiun Penelitian

Stasiun I II

Lokasi Nain Tanjung Arakan

I. Nain - 57 %

7

Page 8: Artikel IMHERE

Proporsi dan Relung Ekologi Jenis Siput Gastropoda

Proporsi

Nilai proporsi jenis siput gastropoda didapat dari menghitung proporsinya

berdasarkan frekuensi kehadiran (FK) dan kriteria penilaiannya.

Pada Pantai Pulau Nain diperoleh 3 jenis siput gastropoda dengan 5 jenis alga

makro sebagai habitat mikro. Ketiga siput tersebut, yaitu Astraea calcar pada alga

makro Halimeda macroloba dan Amphiroa fragilisima , Cerithium rostratum pada

Amphiroa fragilisima, Padina australis dan Halimeda opuntia, sedangkan Pyrene

scripta pada Halimeda opuntia, Padina asutralis dan Sargassum sp.

Untuk siput Pyrene scripta, cenderung hadir dan memilih 3 jenis alga makro

sebagai habitatnya. Pyrene scripta yang diperoleh pada alga makro Halimeda opuntia

memiliki nilai proporsi sebesar 50 %, pada alga makro Padina australis memiliki nilai

sebesar 20 % dan pada alga makro Sargassum sp memiliki nilai proporsi sebesar 30 %.

Berdasarkan kriteria penilaian, dapat dikatakan bahwa siput Pyrene scripta cenderung

hadir dan memilih alga makro Halimeda opuntia sebagai habitatnya.

Pada Tanjung Arakan diperoleh 23 jenis siput gastropoda dengan 5 jenis alga

makro sebagai habitat mikro. Kedelapan belas jenis siput yang lainnya memiliki nilai

proporsi tertinggi, yakni sebesar 100 %. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dikatakan

bahwa siput-siput tersebut cenderung memilih dan hadir pada 1 jenis alga makro.

Meskipun nilai proprosi dari siput-siput tersebut adalah 100 %, namun belum

representatif karena jumlah individu dari masing-masing jenis sangat sedikit.

Nilai proporsi siput Pyrene scripta ditemukan pada 5 jenis alga makro, yakni

Padina australis sebesar 42 % dan alga makro Halimeda opuntia, Halimeda

macroloba, Amphiroa fragilissima dan Sargassum sp memiliki nilai proporsi sebesar 14

%. Berdasarkan kriteria penilaian Frekuensi Kehadiran (FK), siput Pyrene scripta

cenderung tidak memilih dan hadir di salah satu jenis alga makro, melainkan

terdistribusi pada seluruh habitat (alga makro).

8

Page 9: Artikel IMHERE

Relung Ekologi

Kisaran nilai relung ekologi dimulai dari 1 sampai total jumlah sumberdaya (alga

makro) yang tersedia (Levins dalam Krebs 1999). Total sumberdaya yang tersedia di

kedua stasiun penelitian yaitu 5 sumberdaya. Pada Stasiun Pulau Nain, nilai relung

ekologi tertinggi diperoleh Pyrene scripta dengan nilai sebesar 2,63. Berdasarkan

kriteria penilaian relung ekologi, nilai tersebut berarti bahwa siput Pyrene scripta

tersebar dan terdistribusi di seluruh jenis alga makro (sumberdaya) atau tidak terjadi

spesialisasi.

Sama halnya dengan stasiun pertama di Pulau Nain, pada stasiun Tanjung Arakan

Pyrene scripta memiliki nilai relung ekologi tertinggi jika dibandingkan dengan

spesies lain, yaitu 3,85. Kemudian Cerithium rostratum memiliki nilai relung ekologi

kedua tertinggi, yaitu 2, diikuti oleh Cerithium sp 2 dan Astraea Calcar dengan nilai

relung ekologi 1,92. Sedangkan 19 spesies lain memiliki nilai relung ekologi sebesar

1. Nilai yang dimiliki siput Pyrene scripta menandakan bahwa siput tersebut tidak

terjadi spesialisasi. Hal ini dikarenakan siput Pyrene scripta terdistribusi pada total

keseluruhan jenis alga makro yang terdapat di stasiun penelitian Tanjung Arakan.

Sedangkan siput Cerithium rostratum, Cerithium sp 2 dan Astraea calcar terdistribusi

pada 2 jenis alga makro. Untuk 19 siput yang lain terjadi spesialisasi, karena memiliki

nilai relung ekologi 1.

Dari kedua stasiun penelitian Pyrene scripta memililiki nilai relung ekologi

tertinggi, sehingga dapat dikatakan siput gastropoda ini merupakan organisme generalis

yang tersebar hampir pada semua sumberdaya yang tersedia pada kedua stasiun

penelitian.

9

Page 10: Artikel IMHERE

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa siput gastropoda yang

berasosiasi pada alga makro di kedua stasiun penelitian sebanyak 23 jenis siput dari 12

famili. 3 jenis ditemukan di Pulau Nain dan 23 jenis di Tanjung Arakan. Nilai

kesamaan komunitas sebesar 23 % yang berarti bahwa komunitas siput berbeda di

kedua stasiun.

Kelima jenis alga makro yang dimanfaatkan sebagai habitat dari siput

gastropoda, yakni Halimeda macroloba, Halimeda opuntia, Padina australis, Hypnea

cervicornis dan Sargassum sp. Nilai kesamaan komunitas alga makro di kedua stasiun

penelitian 57 %. Hal ini menunjukkan bahwa alga makro di kedua stasiun penelitian

memiliki kesamaan dalam komposisi jenis.

Nilai relung ekologi Pyrene scripta di Pulau Nain adalah 2,63 dan di Tanjung

arakan sebesar 3,85. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa Pyrene scripta.

merupakan organisme yang generalis karena terdistribusi pada seluruh jenis alga

makro.

DAFTAR PUSTAKA

Abbot, R.T. 1991. Seashell of South East Asia. Graham Brash. Singapore.

Dance, P.S. 1992. SHELLS.The visual guide to more than 500 species of seashells from

around the world. Photography by Matthew Ward. Published in United States by

Dorling Kindersley, INC. New York.

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells). P.T. Sarana Graha.

Jakarta. 111 hal.

Krebs, C. J. 1985. Ecology.Harper Collins Publishers.800 hal.

Krebs, C. J. 1999. Ecological Methodology. Addison-Welsey Educational Publishers,

Inc. CA, Second Edition. 581 hal.

Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Ir.T.

Samingan. Gajah Mada Univ. Press. Yogyakarta. 657 hal.

10