Top Banner
PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN (Studi Kasus Program Paket B Pada Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Di Kabupaten Gorontalo) Abdul Rahmat 1 email: [email protected] ABSTRACT Implementation of equity education program paket at SKB is a government role to give education services to society on nonformal education as a level SD/MI/SMP/MTS and SMA/MA. Lowquality oflearnin studi equity group get impact to value and graduate level of study group on UNPK. This condition make a claim duty and the responcebility from the leader of SKB to give more intensif the professional empowerment on increasing quality program and learning study group to get increasing result study. At the research is aimed at describing the implementation of equity education management program of equity education paket B at sub gorontalo province. Design of this research is qualitative with use phenomenology approach and design multi ceses. Base of decided to use this approach is 1)this research was done at nature background and two sided background different case;2)this research using human as important instrument;3)this research more focus to process,not result. The implementation this multi cases studies as based as opinion that multi cases studies is a study of detail with two or more background with have different characteristic,a subject, documents or a creation.this research use snowball sampling technic, 1) deep interview,2) participation observation,3)documentation studi.informer decided with purposive technic source triangulation,and than evaluation of credibility,dependability,andconfirmability.analysis data include:(1)analysisndividual case and (2) analysis multy cases. Based ond result of this research is 1) content program: a)curriculum centered, b) application for skill, c) structural program flexsibility, d) student center, e) using resourch. 3)program assurance: a) innisiative organization and participation student and decentralition, b)democrazi. Key words; professionalism,program,quality,and learning I. PENDAHULUAN Rendahnya kualitas dan daya saing SDM Indonesia juga tidak bisa lepas dari kualitas pendidikan yang redah. Indikasi adanya kaitan erat antara rendahnya kualitas manusia dengan kondisi kualitas layanan pendidikan yang rendah di Indonesia tampak sangat jelas. Secara umum pelaksanaan dan hasil pendidikan di Indonesia adalah unsatisfactory. 2 Indonesia memiliki sistem pendidikan yang paling buruk di antara negara-negara di Asia. yaitu peringkat ke-124, di bawah Vietnam, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Negara Asia lainnya. 3 Fakta menunjukkan bahwa pendidikan formal dan sistem persekolahan ternyata tidak cukup untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, tingginya tingkat buta aksara bagi orang dewasa, tingginya tingkat pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan dan sebagainya. Di pihak lain, kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan sangat menitikberatkan pada pendidikan formal dan sistem persekolahan. Adapun perhatian pada pendidikan non formal masih sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran dan fasilitas maupun berbagai sumberdaya lainnya yang jauh lebih besar dicurahkan bagi pendidikan formal dan sistem persekolahan. Pendidikan non formal dapat dipandang sebagai salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk di berbagai negara, termasuk di 1 Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo 2 Sayed. Laporan Penelitian Tentang Pendidikan Di Indonesia (Jakarta: Bank Dunia. 2009) p.8. 3 Studi Political and Economic Risk Consultancy. Peringkat Indek Pembangunan Manusia Indonesia. (Jakarta: Studi Political and Economic Risk Consultancy. 2011) p. 4.
27

Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Feb 22, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KESETARAAN (Studi Kasus Program Paket B Pada Sanggar Kegiatan Belajar Limboto

Di Kabupaten Gorontalo)

Abdul Rahmat1

email: [email protected] ABSTRACT Implementation of equity education program paket at SKB is a government role to give education services to society on nonformal education as a level SD/MI/SMP/MTS and SMA/MA. Lowquality oflearnin studi equity group get impact to value and graduate level of study group on UNPK. This condition make a claim duty and the responcebility from the leader of SKB to give more intensif the professional empowerment on increasing quality program and learning study group to get increasing result study. At the research is aimed at describing the implementation of equity education management program of equity education paket B at sub gorontalo province. Design of this research is qualitative with use phenomenology approach and design multi ceses. Base of decided to use this approach is 1)this research was done at nature background and two sided background different case;2)this research using human as important instrument;3)this research more focus to process,not result. The implementation this multi cases studies as based as opinion that multi cases studies is a study of detail with two or more background with have different characteristic,a subject, documents or a creation.this research use snowball sampling technic, 1) deep interview,2) participation observation,3)documentation studi.informer decided with purposive technic source triangulation,and than evaluation of credibility,dependability,andconfirmability.analysis data include:(1)analysisndividual case and (2) analysis multy cases. Based ond result of this research is 1) content program: a)curriculum centered, b) application for skill, c) structural program flexsibility, d) student center, e) using resourch. 3)program assurance: a) innisiative organization and participation student and decentralition, b)democrazi. Key words; professionalism,program,quality,and learning

I. PENDAHULUAN

Rendahnya kualitas dan daya saing SDM Indonesia juga tidak bisa lepas dari kualitas pendidikan yang redah. Indikasi adanya kaitan erat antara rendahnya kualitas manusia dengan kondisi kualitas layanan pendidikan yang rendah di Indonesia tampak sangat jelas. Secara umum pelaksanaan dan hasil pendidikan di Indonesia adalah unsatisfactory.

2 Indonesia memiliki sistem pendidikan yang paling buruk di antara

negara-negara di Asia. yaitu peringkat ke-124, di bawah Vietnam, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Negara Asia lainnya.

3 Fakta menunjukkan bahwa pendidikan formal dan

sistem persekolahan ternyata tidak cukup untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, tingginya tingkat buta aksara bagi orang dewasa, tingginya tingkat pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan dan sebagainya. Di pihak lain, kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan sangat menitikberatkan pada pendidikan formal dan sistem persekolahan. Adapun perhatian pada pendidikan non formal masih sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran dan fasilitas maupun berbagai sumberdaya lainnya yang jauh lebih besar dicurahkan bagi pendidikan formal dan sistem persekolahan.

Pendidikan non formal dapat dipandang sebagai salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk di berbagai negara, termasuk di

1 Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

2 Sayed. Laporan Penelitian Tentang Pendidikan Di Indonesia (Jakarta: Bank Dunia. 2009) p.8.

3 Studi Political and Economic Risk Consultancy. Peringkat Indek Pembangunan Manusia Indonesia. (Jakarta:

Studi Political and Economic Risk Consultancy. 2011) p. 4.

Page 2: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Indonesia. Konsep awal dari Pendidikan Non Formal ini muncul sekitar akhir tahun 60-an hingga awal tahun 70-an. Menurut Coombs pendidikan non formal adalah: Any organized, systematic educational activity outside the framework of the formal (school) system (designed) to provide selective type of learning particular sub-groups in the population adult, as well as children.

4

Pada tingkat kabupaten/kota dan provinsi, pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan nonformal menjadi tanggungjawab bidang Pendidikan Nonformal dan Informal atau nama lain yang membidangi PNF pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi. Agar pengelolaan dan penyelenggaraan PNF semakin bermutu dan relevan dengan kebutuhan belajar masyarakat, Pemerintah mempunyai UPTD yaitu SKB. UPTD tersebut memiliki tugas pokok yaitu: (1) Mengembangkan berbagai model program PNF yang sesuai dengan potensi lokal, (2) UPTD juga difungsikan sebagai lembaga pengendali mutu pelaksanaan program. Mengingat pentingnya peranan SKB, maka keberadaan lembaga tersebut perlu terus ditingkatkan kapasitasnya, sehingga mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara optimal dengan didukung SDM dan sarana-prasarana yang memadai. Optimalisasi keberadaan dan pemanfaatan SKB akan menjadikannya semakin dipercaya dan mantap untuk melaksanakan berbagai program pendidikan non formal.

Pengelolaan program kesetaraan Paket B dilihat secara menyeluruh dengan memperhatikan standar pengelolaan secara nasional yang ditetapkan melalui kebijakan, baik itu kebijakan pemerintah pusat maupun daerah. Standar pengelolaan pendidikan tersebut dituangkan dalam permen diknas nomor 44 tahun 2009 tentang standar pengelola pendidikan pada Program Paket A, Paket B, dan Paket C, yang memuat enam pokok standar pengelolaan yaitu: memimpin penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, memotivasi semua komponen penyelenggara pendidikan kesetaraan, merencanakan penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan, mengorganisasikan penyelenggaraan pendidikan kesetaraan, melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan, dan mengendalikan program pendidikan kesetaraan.

5

Dengan berpedoman pada permen diknas tersebut, pemerintah daerah membuat kebijakan pengelolaan di tingkat satuan pendidikan.

Semakin baiknya tingkat pendidikan akan mempercepat proses pembangunan masyarakat.

6

Insvestment in education certainly contribute to economic growth, but it is obvious that economic growth makes it possible for nations to invest in educational and development. Education, therefore, is both the seed and the flower of the economic development.

7

Pendidikan non formal sebagai subsistem pendidikan nasional, dihadapkan pada dua tantangan besar pembangunan pendidikan non formal, yakni pertama, bagaimana pendidikan non formal mampu melaksanakan komitmen nasional untuk membenahi dan mengembangkan mutu pendidikan; dan kedua, bagaimana pendidikan non formal mampu berperan efektif membantu menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat lapisan bawah, yang memiliki berbagai keterbatasan dan ketidakberdayaan secara struktural maupun kultural akibat geologis maupun sosio-demografis. Pendekatan untuk selalu mengintegrasikan aspek mutu dalam merancang dan mengembangkan program-program pendidikan non formal serta melibatkan seluruh stakeholder pendidikan merupakan strategi untuk menjawab tantangan tersebut, karena bagi pendidikan non formal, program-program yang tidak mempertimbangkan mutu tidak akan efektif dilaksanakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, bukan merupakan upaya yang

4 Coombs, P.H. and Ahmed, M. Attacking Rural Poverty: Hoe educatin can help, (Baltimore: John Hopkins

University Press 1974) p. 152. 5 Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009. (Jakarta: Depdiknas, 2009), pp. 1- 3. 6 Soedijarto. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. (Jakarta: Kompas Publishing. 2009) p.79.

7 F. Harbison & C.A. Myers. Manpower and Education: Country Studies in Economic Development. (New York:

McGraw-Hill Book Co.,1965) p.154.

Page 3: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman.

8

Menata pendidikan secara perspektif terpadu dan profesional mencakup 3 (tiga) tingkatan, yaitu tingkat makro (nasional, provinsi, kabupaten/ kota, kecamatan bahkan desa), tingkat messo (kelembagaan), maupun pada tingkat mikro (proses pendidikan).

9

Mengingat luasnya cakupan yang terkandung di dalamnya, maka setiap tingkatan tersebut harus didekati secara sistematik.

Schermerhorn menjelaskan tentang pemikiran sistematik sebagai berikut: In systematic thinking a person approaches problems in a rational, step-by-step, and analytical fashion. This type of thinking involves breaking a complex problem into smaller components and then addressing them in a logical and integrated fashion. Managers who are systematic can be expected to make a plan before taking action and then to search for information to facilitate problem solving in a step-by-step fashion.

10

Rumusan pernyataan tersebut sesuai dengan makna dari teori organisasi

(Organizational Theory), yaitu “The study of how organizations function and how they affect and are affected by the environment in which they operate”

11, yang dalam

implementasinya sangat ditentukan oleh bagaimana dan mengapa orang bertindak, berpikir dan merasa dalam suatu organisasi, seperti yang diuraikan dalam perilaku organisasi. Organizational behavior examines how and why people act, think, and feel in corporate and other organized settings.

12 Pendidikan Non Formal merupakan sebuah

sistem-terbuka, yang oleh Hoy dan Miskel dirumuskannya sebagai sebuah sistem interaksi sosial.“The school is a system of social interaction; it is an organized whole comprised of interacting personalities bound together in an organic relationship”.

13

“A given social system, such as the school building, must be bounded in some manner to separate it from the environment.” Menurut Jones, lingkungan adalah “The set of forces surrounding an organization that have the potential to affect the way it operates and its access to scarce resources”.

14

Sistem sosial merupakan seperangkat unsur dan aktivitas dengan pembatasan-

pembatasan tertentu yang berinteraksi dalam suatu entitas sosial. Dalam menghadapi lingkungan tersebut, pendidikan non formal dapat dikatakan sebagai sistem-terbuka, mengimpor energi, materi dan informasi dari lingkungan. Pendidikan akan mendatangkan pendidik, uang, alat-alat belajar, peserta didik dan sebagainya.

15

Pengelolaan pendidikan kesetaraan Paket B di SKB Limboto Kabupaten Gorontalo, masih menghadapi beberapa permasalahan. Pertama, belum mendapat pemahaman dan perhatian yang profesional dari pemerintah maupun masyarakat dalam sistem pembangunan nasional, baik yang berkenaan dengan peraturan perundangan maupun dukungan anggaran sehingga pemerataan pelayanan pendidikan nonformal bagi masyarakat di berbagai lapisan dan di berbagai daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal. Kedua, masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada institusi pendidikan nonformal di tingkat pusat dan daerah dalam mengelola, mengembangkan, dan melembagakan pendidikan nonformal. Ketiga, masih terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan nonformal baik yang menunjang

8 Nanang Fattah. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,

2004) p.1 9 Engkoswara dan Ismuhadjar. Menata Karakter Bangsa Berbudaya Pancasila. (Makalah untuk Konvensi

Nasional Pendidikan Indonesia V, 5-9 Oktober 2004 di Surabaya) p.15. 10

Schermerhorn, John R., Jr., Management. Eighth Edition. (New York: John Wiley & Sons, Inc. 2005) p.175. 11

Jones, Gareth R. Organizational Theory, Design, and Change; Text and Cases. Fourth Edition, International Edition.( New Jersey: Prentice-Hall/Pearson Education International, 2004). p. 8. 12

Sweeney, Paul D., and Dean B. McFarlin. Organizational Behavior, Solutions For Management. International Edition. (New York: McGraw-Hill/Irwin. 2002) p. 4. 13

Hoy, Wayne K., and Cecil G. Miskel. op.cit. p.28. 14

Jones, p. 60. 15

Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2004) p.127.

Page 4: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

penyelenggaraan maupun proses pembelajaran pendidikan nonformal dalam rangka memperluas kesempatan, peningkatan mutu dan relevansi hasil program pendidikan nonformal dengan kebutuhan pembangunan. Keempat, terselenggaranya kegiatan pendidikan nonformal di lapangan tergantung pada tenaga sukarela yang tidak ada kaitan struktural dengan pemerintah sehingga tidak ada jaminan kesinambungan pelaksanaan program pendidikan nonformal. Kelima, peran serta masyarakat dalam memprakarsai penyelenggaraan dan pelembagaan pendidikan nonformal masih relatif sangat rendah.

Fenomena di lapangan masih dijumpai pelaksanaan program kejar B di Kabupaten Gorontalo belum adanya komitmen kepemimpinan dan kinerja organisasi yang rendah. Belum menerapkan prinsip-prinsip pendidikan nonformal dalam menggerakkan pihak lain untuk melaksanakan program. Meningkatkan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan dalam satuan pendidikan yang dipimpin sesuai dengan tuntutan kinerja juga relatif rendah; Mengatur pelaksanaan program yang mencakup sistem informasi, pendanaan, ketenagaan, sarana, prasarana belajar, dan kegiatan belajar mengajar juga membutuhkan peningkatan. Sehingga dibutuhkan monitoring dan evaluasi Penyelenggaraan program Pendidikan Kesetaraan sekaligus pengendalian terhadap penyelenggaran program pendidikan kesetaraan Paket B.

Penelitian ini tidak menganalisis seluruh subsistem dalam sistem pendidikan, tetapi hanya memfokuskan pada pengelolaan pendidikan kesetaraan Paket B di SKB Limboto Kabupaten Gorontalo.

16 Subfokus penelitian ini lebih rinci sebagai berikut:

1. Kepemimpinan penyelenggara pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo.

2. Motivasi penyelenggara pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo.

3. Perencanaan pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo.

4. Pengorganisasian pelaksanaan pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo.

5. Monitoring dan evaluasi pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo.

6. Pengendalian program pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo.

II. TINJAUAN TEORITIK A. Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.

It helps create a clear picture of everything around us and we no longer remain in confusion about the things we learn. Education can lead us to enlightenment. It is education that builds in every individual, the confidence to take decisions, to face life and to accept successes and failures.

17 Carter V. Good merumuskan

pengertian pendidikan sebagai berikut: 1). Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching. 2). The systematized learning or instruction concerning principles and methods of

teaching and of student control and guidance, largely replaced by the term education.

18

16

Banghart, Frank W. dan Albert Trull, Jr. (Educational Planning. New York: The Macmillan Company, 1973). p.107. 17

Manali Oak. Why is Education So Important? http://www.buzzle.com/articles/why-is-education-so-important.html diakses pada tanggal 02 Pebruari 2012. 18

Castetter, William B., The Human Resource Function in Educational Administration. Sixth Edition, (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.1999) p. 140.

Page 5: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Pendidikan Kesetaraan,19

merupakan salah satu dari pendidikan non formal yang mencakup program Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA. Program ini penekannnya pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Direktorat Kesetaraan Dirjen PNFI

20 sekarang memberikan kebijakan bahwa ada 3 spektrum yang perlu

dilaksanakan yaitu Spektrum KMA (Kesetaraan Murni Akademik), KIV (Kesetaraan Integrasi Vokasi dan KMV (Kesetaraan Murni Vokasi). Ketiga spektrum tersebut diharapkan dapat dilaksanakan untuk menjawab perubahan dan perkembangan jaman saat ini.

21

Pendidikan kesetaraan mempunyai visi yang ingin diwujudkan. Visi adalah “An attractive, ideal future that is credible yet not readily attainable”.

22 Bagi organized

activities, visi sangat penting karena digunakan sebagai arah dan panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Dengan visi tersebut, dapat diketahui apa yang ingin diwujudkan. “The vision statement answers the question “What do we want to become?”

23

Demikian juga, dengan pendidikan kesetaraan, visi tersebut senantiasa diwujudkan dalam sistem

24 “A system is a collection of interrelated parts working together for a

purpose”. Uraian tersebut digambarkan sebagai berikut:

25

Gambar 2.1. A Social Learning Approach to Organizational Behavior Sistem pendidikan kesetaraan memungkinkan peserta didik pindah dari jalur

pendidikan informal dan pendidikan formal ke jalur pendidikan nonformal atau sebaliknya. Kurikulum pendidikan kesetaraan memungkinkan peserta didik dari pendidikan informal dan pendidikan formal pindah ke pendidikan kesetaraan melalui proses alih kredit dengan menghitung Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang telah dicapai oleh peserta didik. Persyaratan alih kredit mempertimbangkan daftar riwayat hidup, capaian hasil belajar berupa transkrip, daftar nilai, raport, portofolio dan sejenisnya. Apabila persyaratan belum memenuhi perlu mengikuti tes penempatan yang memberikan

19

Mustafa Kamil. Pendidikan Non Formal.(Bandung: Alfabeta Press, 2009). p. 82. 20

Petunjuk Teknis. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Kesetaraan Program Paket A dan B. (Jakarta: Direktorat Kesetaraan Dirjen PNFI, 2007) p.132. 21

Suzanne Kindervatter. Non Formal Education as An Empowering Proces. (Massachusetts: Center for International Education,1979). p. 288. 22

Daft, Richard L. Management. Sixth Edition. (Ohio: Thomson South-Western 2003) p 533. 23

David, Fred R. Strategic Management; Concept and Cases. Seventh Edition. (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. 1999). p. 83. 24

Suharsimi Arikunto dan Safrudin AJ. Evaluasi Program Pendidikan. Edisi Kedua. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). p. 9. 25

Luthans, Fred., Organizational Behavior. Ninth Edition. (New York: McGraw-Hill & Irwin. 2002) p. 27.

ORGANIZATIONAL ENVIRONMENT ORGANIZATIONAL

BEHAVIOR

ORGANIZATIONAL PARTICIPANTS

Participants control their own behavior to the extent that

they rely on cognitive supports and manage relevant

environmental cues and consequences

Cognitive representations of reality help guide

organizational behavior

Much of complex behavior is acquired by directly observing and imitating others in the surrounding

environment

Page 6: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

pengakuan terhadap pembelajaran yang diperoleh secara mandiri dari pengalaman, pembelajaran dan profesi.

Penentuan dan pengakuan bobot SKK hasil alih kredit memperhatikan tingkat kompetensi berdasarkan hasil belajar sebelumnya, portofolio, transkrip, sertifikat, raport, surat penghargaan, surat keterangan tentang berbagai keikutsertaan dalam pembelajaran, pagelaran, pameran, lomba, olimpiade dan kegiatan unjuk prestasi lainnya.

26 Pendidikan kesetaraan berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai yang dapat secara berjenjang dan terstruktur dengan sistem yang luwes, fungsional dan mengembangkan kecakapan hidup untuk belajar sepanjang hayat.

27

Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup program Paket A, Paket B, dan Paket C. Robbins dan Barnwell merumuskan pengertian sistem-terbuka sebagai sebuah sistem dinamik yang berinteraksi dengan dan merespon kepada lingkungannya.

28

“An open system recognizes the dynamic interaction of a system with its environment. Open system is a dynamic system that interacts with and responds to its environment.”

29

Berdasarkan teori di atas, yang dimaksud pendidikan kesetaraan pada penelitian

ini yakni model pendidikan yang memberikan tempat dan melayani pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu, anak DO, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup, warga masyarakat lain yang membutuhkan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

B. Kepemimpinan Penyelenggaraan Paket B

Davis dan Newstrom mengemukakan batasan kepemimpinan sebagai berikut: “Leadership is an important part of management but not all of it. Manager are required to plan and orginze, for example, but the primary role of a leader is to enfluence others to seek defined objectives enthusiastically”.

30 Dapat diartikan bahwa kepemimpinan adalah

bagian penting dari manajemen, tetapi bukan semuanya. Dalam kaitan ini dapat dikemukakan definisi kepemimpinan menurut Hughes,

Ginnet, dan Curphy, yakni sebagai berikut: “Leadership is a social influence process shared among all members of a group. Leadership is not restricted to the influence exerted by someone in a particular position or role; followers are part the leadership process, too”.

31

Northouse berpendapat bahwa kepemimpinan adalah “a process where by an individual influences a group of individuals to achieve a common goal”. Yaitu proses untuk mempengaruhi individu-individu dalam kelompok dalam rangka pencapaian tujuan

26

Modul. Reformasi Pendidikan Kesetaraan. (Jakarta: Direktorat Pendidikan Kesetaraan. Direktorat Jendral Pendidikan Non Formal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional. 2007) p.12. 27

ibid 28

Jimmy Herman Sinaulan. Analisis Terhadap Hubungan Antara Komitmen Organisasi, Kepribadian-dasar, dan Kompetensi Guru, yang didukung dengan Budaya-mikro dan Sumber-kendali terhadap Kinerja Guru (Studi Tentang Perilaku Organisasi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi DKI Jakarta). (Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, 2007). p.34 29

Robbins and Neil Barnwell.Organization Theory, Concepts and Cases.Fourth Edition. (New Jersey: Prentice-Hall/ Pearson, 2002) p.11 30

Davis, Keith dan John W Newstrom. Human Behavior At Work, Organizational Behavior, 8th Edition,

(Singapore: McGraw-Hill Book Co.1989) p.204.

31

Hughes, Richard L, Robert C Ginnett, Gordon J. Curphy. Leadership, Enhancing, The Lessons Of Experience, Fifth Edition, (New York: McGraw-Hill International Ed.2006) pp. 11-13.

Page 7: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

bersama.32

Selanjutnya menurut Dubrin, kepemimpinan didefinisikan sebagai kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan mengoordinasikan organisasi dalam rangka pencapaian tujuan.

33 Menurut Saefullah,

34 istilah mempengaruhi orang-orang di sini

berupa pemberian motivasi dan pendekatan human relation. Namun suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa pemimpin dalam mengemban tugas mempengaruhi tersebut tidak lepas prilaku yang melekat pada dirinya. Kadangkala dengan prilaku yang bersifat bujukan, prilaku kasar dan penuh dengan tekanan dan paksaan, atau pula dengan sikap yang acuh dan tak acuh dengan para bawahan atau pengikut.

Bass menjelaskan makna kepemimpinan secara luas dan bervariasi sebagai berikut.

Leadership as a focus of group process; leadership as personality and its effects; leadership as the art of inducing compliance; leadership as the exercise of influence; leadership as act of behavior; leadership as a form of persuasion; leadership as power relation; leaedership as an instrument of goal achievment; leadership as an instrument effect of interaction; leadership as differentiated role; leadership as an initiation of structure.

35

Pada kutipan di atas dapat dipahami bahwa fungsi-fungsi kepemimpinan meliputi;

terfokusnya proses kelompok, kepribadian dan pengaruhnya, suatu seni menginduksi, praktik mempengaruhi, tindakan dari perilaku, bentuk dari rayuan, hubungan kekuasaan, instrumen untuk mencapai tujuan, efek dari adanya interaksi, peran yang terbagi dan suatu permulaan dari struktur. Untuk itulah kepemimpinan selalu berhubungan secara interaktif dan konstruktif antara semua komponen agar terbentuk iklim yang kondusif di organisasi. Sehingga muara akhir dari sebuah kepemimpinan yaitu untuk terbentuknya budaya organisasi yang kuat; sebagai bentuk keseluruhan organisasi sebagai sistem sosial. Yukl memahami kepemimpinan sebagai sebuah proses mempengaruhi dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi secara bersama.

36 Hal ini dapat

dipahami dari penjelasannya sebagai berikut. Kepemimpinan didefinisikan secara luas sebagai proses-proses mempengaruhi,

yang memepengaruhi interpretasi mengenai pristiwa-pristiwa para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktifitas-aktifitas tersebut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi.

37

Kutipan diatas memberikan penjelasan bahwa kepemimpinan merupakan proses-

proses mempengaruhi, memotivasi, pengorganisasian aktifitas-aktifitas, hubungan kerja sama dan team work untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi. Di sini dapat dipahami bahwa kepemimpinan mencakup hubungan pemimpin dengan anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kajian-kajian kepemimpinan, memang sekitar tahun 60-an telah berkembang di kalangan para ilmuan perilaku (berhavior scientist), yang secara khusus mendalaminya cendrung memahami kepemimpinan dalam konteks perilaku pemimpin yang kaku. Kecenderungan untuk

32

Northouse. “Catalytic Leadership: Reconsidering the Nature of Extension’s Leardership Role”, Journal of extension ( online ), article Number 2 FEA, (http://www.Joe.org), diakses 20 Juli 2011. 33

Dubrin, Andrew J. Leadership, (Edisi Kedua, Terjemahan Budi Santoso, Triwibowo, Jakarta: Penerbit Prenada.2005). p.4. 34

Saefullah, H.A.Djaja. Pemikiran Kontemporer Administrasi Publik, Perpektif Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Era Desentralisasi, (Bandung: FISIP UNPAD.2007). p. 224. 35

Bass, B. M. Stogdill Hand Book of Leadership (A survey of theory and research). (New York: Mc Millan. 1981). pp 1-15. 36

Gary Yukl. Kepemimpinan Dalam Organisasi. (Jakarta: Indeks. 2009). p. 129. 37

Yukl, G. Leadership in Organization (Second edition ).Englewood Cliffs- New Jersy: Prentice Hall Inc. 1989) p. 19.

Page 8: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

memahami kepemimpinan secara organik; kepemimpinan seperti “mesinis”, mengabaikan sisi sosial budaya dari organisasi; mengabaikan budaya yang tidak tampak. Dari sinilah lahir pemahaman bahwa seorang pemimpin yang kuat (to have strong leadership) sangat disyaratkan dalam sistem birokrasi ketat dan kaku. Sehingga penekanan kepemimpinan selalu berada pada sikap pemimpin yang kaku dalam mempengaruhi anggota orgnaisasi.

Kepemimpinan. memiliki dimensi sosial budaya sebagaimana dijelaskan berikut ini. for although leaders deal directly with individual it is organizations-that is, group tradition, establised relationship, and vested interest groups-which are their main concern. Clearly, the problems, dilemas, and inconcistencies of organizations and of the society are the problems of the leaders. They constitute the leadership setting.

38

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa kepemimpinan terkait langsung

dengan kebiasaan kelompok, melakukan hubungan, dan perhatian pada kelompok berkepentingan dalam suatu organisasi. Pemimpin hendaknya berupaya untuk membangun sebuah tradisi kelompok (group tradition) melalui hubungan kerja dengan anggota organisasi dengan berupaya memecahkan masalah-masalah dan masyarakat.

Kepemimpinan merupakan dimensi hubungan sosial dalam organisasi dalam rangka memberikan pengaruh (influence) antara individu atau kelompok melalui interaksi sosial. Ia mengidentifikasi kepemimpinan sebagai berikut.

Ledearship is function of group, not individual. We speak, of course, of individuals as being leaders but leadership occures of two of more people interacting. In interacting process, one person is able to induce others to think and behave in certain desired ways. That brings up the second key point, which in influence. Leadership involves intentionally exercising influence organization berhavior of others people.

39

...of cuorse educational organization are more complex for effectivness to be attributed to any single dimension. Nevertheles, leadership quality owens a fair share of responsibility for effectivness. Unlike other factors beyond the control of the school…the nature and quality of leadership seem readily (amenable) to…improvement.

40

Dari ketiga kutipan penjelasan tersebut menekankan adanya dimensi sosial

budaya dalam kepemimpinan. Di mana dalam kepemimpinan berlangsung interaksi individual atau kelompok (peserta didik, pamong, Kepala SKB, orang tua, masyarakat, dan karyawan). Dan muara besar (the grand ending) dari interaksi ini yaitu terbentuknya budaya organisasi sekolah yang kuat sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efesien. Itulah sebabnya ditekankan kepemimpinan kepala SKB sangat penting artinya bagi terwujudnya organisasi sekolah yang efektif. Kepemimpinan merupakan seni untuk mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok secara sengaja untuk pencapaian tujuan organisasi.

Ada tiga konsep utama memahami kepemimpinan, yaitu sifat atau atribut jabatan, posisi, karakteristik personal, dan kategori prilaku yang dapat mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan dan nilai yang diyakini dalam kepemimpinan. Sedangkan Hoy dan Miskel di samping hal ini, ia juga menekankan pada karakteristik situasi yang ada. Sehingga situasi akan memberikan pangaruh pada keefektifan bawahan dalam melaksanakan tugas dalam suatu organisasi. Aspek lain yang sangat penting dalam kepemimpinan adalah adanya kekuasaan sebagai sumber wewenang untuk menentukan tindakan dalam mencapai tujuan yang diharapkan kelompok organisasi.

38

Hanson, M.E. Educational Administration and Organizational Behavior. (New York: Allyn and Bacon.1991) p.184. 39

Owens,G Robert. Organizational Behavior Education. London: Allyn & Becon. 1987) p. 191. 40

Ibid.

Page 9: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

C. Motivasi Penyelenggaraan Kesetaraan Paket B Motivasi adalah perbuatan energi dalam diri seseorang ditandai dengan timbulnya

perasaan dari reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut menggambarkan bahwa motivasi mengandung suatu kekuatan yang timbul dalam diri seseorang sebagai dukungan untuk memenuhi keinginannya. Dalam pengembangan suatu organisasi atau lembaga, motivasi dipandang sebagai suatu karakteristik dan suatu keadaan. Pandangan tentang hal ini dikemukakan sebagai berikut:

41

a. Motivasi itu pada hakikatnya merupakan suatu karakteristik atau suatu kepribadian yang cukup stabil sehingga setiap individu dipandang berbeda dari yang lain, termasuk orientasinya terhadap pekerjaan/tugasnya.

b. Motivasi itu sebenarnya merupakan suatu keadaan (state) psikologis yang dapat diubah/dibentuk.

Berkaitan dengan motivasi yang dianggap sebagai suatu karakteristik (kepribadian), dimana seorang melaksanakan tugas/pekerjaannya tidak didasarkan pada ada tidaknya penghargaan bagi penyelesaian tugas/pekerjaan tadi, melainkan pada aktivitas pekerjaan itu sendiri serta adanya perasaan puas yang diperolehnya dalam melakukan pekerjaan tersebut. Setiap individu yang tampil dengan motivasi seperti ini lebih tertarik pada konteks pekerjaan (job context) dari pada penghargaan atau upah yang diperolehnya. Sedangkan motivasi yang termasuk sebagai suatu keadaan maksudnya yaitu seseorang (individu) dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang dimilikinya sangat bergantung pada suatu keadaan yang dihadapi pada saat itu. Keadaan utama yang paling menentukan motivasi kerja seseorang adalah jenis penghargaan (rewards) yang disediakan dalam lembaga/organisasi tempatnya berkiprah. Tetapi kadang-kadang motivasi kerja itu akan datang dari keinginan untuk memperoleh kepuasan kerja yang muncul dalam diri individu sendiri. Jadi motivasi kerja yang timbul sangat bergantung pada keadaan yang di hadapi pada saat itu.

Timbulnya motivasi dalam diri setiap orang pada dasarnya berhubungan dengan tujuan masing-masing dalam melakukan kegiatan atau tindakan tertentu. Adanya faktor tujuan menggerakkan setiap orang termotivasi untuk berbuat atau bertindak. Terdapat (tiga) fungsi motivasi, antara lain :

42

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

Motivasi pada dasarnya bertujuan menggerakkan seseorang atau kelompok orang dengan menumbuhkan dorongan atau motive dalam diri orang atau kelompok orang tersebut untuk melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan kepadanya sesuai rencana dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

43

Pendapat diatas menunjukkan bahwa motivasi bertujuan memberikan dorongan, semangat, dan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan, pekerjaan, atau tindakan tertentu dalam mewujudkan dan mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi lain dari motivasi yaitu menentukan prioritas kegiatan yang harus dilakukan, antara yang bermanfaat atau sebaliknya bagi pencapaian tujuan saat itu, sehingga motivasi memberi dorongan bagi seseorang untuk menyeleksi dan memilih kegiatan atau perbuatan. Pendapat para ahli mengenai jenis-jenis motivasi cukup beragam karena sangat bergantung pada sudut pandang masing-masing. Ada yang membagi jenis motivasi dilihat dari kebutuhan, dan ada pula yang membagi motivasi dilihat dari asal timbulnya

41

Sudirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT. Rajando Persada. 2004) p. 121. 42

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Nur Cahaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Press. 2009). p. 61. 43

Djudju Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Asas, (Bandung: Nusantara Press. 1996). p. 17.

Page 10: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

motivasi. Salah satunya dikemukakan oleh Morgan, King Weisz, dan Schopler yang dikutip oleh Isbandi Ruminto Adi bahwa berdasarkan jenis kebutuhan, motivasi dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu : a. Motivasi Biologis, Tercakup di dalamnya adalah motivasi lapar (hunger motivation);

motivasi haus (thrst motivation); motivasi seksual (sexual motivation). b. Motivasi sosial, termasuk di dalamnya antara lain; motivasi pencapaian

(achievement motivation); dan motivasi kekuasaan (power motivation). c. Motivasi Aktualisasi Diri (self actualization); dan motivasi untuk bertindak efektif

(effectance motivation) dalam kelompok motivasi yang membuat seseorang bertindak efektif.

Pandangan di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga kelompok besar motivasi dalam diri setiap manusia ditinjau dari jenis kebutuhan yaitu motivasi biologis, motivasi sosial, dan motivasi diri. Ketiga motivasi tadi menjadi alasan bagi setiap individu dalam berbuat, bertindak, dan melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan yang diperlukan.

Keinginan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan, melatar belakangi seseorang untuk termotivasi untuk belajar. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat bersumber dari dalam diri sendiri maupun atas pengaruh dari pihak lain atau lingkungan interaktifnya. Karena motivasi pula seseorang tergerak untuk merealisasikan apa-apa yang didambakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya motivasi bagi seseorang karena menjadi daya penggerak, pengarah dan penyeleksi suatu kegiatan atau tindakan yang diambil. Motivasi sangat penting sebagai: a. Penggerak dan pendorong berlangsungnya proses kegiatan individu. b. Pengarah kegiatan individu itu bermakna dilaksanakan berkelanjutan. c. Memberikan tekanan atas membuat individu itu lebih selektif di dalam membuat

individu di dalam menjalankan proses yang disenanginya.

D. Perencanan Pendidikan Kesetaraan Paket B Menurut Stooner perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen, yang

meliputi merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading) dan mengendalikan (controlling). Edwin memberikan ruang lingkup tentang fungsi-fungsi menejemen meliputi: merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), mengawasi (directing) dan mengawasi (controlling). A. Baford dan G. Bedian fungsi-fungsi manajemen meliputi: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing) manajemen staf dan sumber daya manusia, (staffing and human resource management) memimpin dan mempengaruhi (leading and influence) dan mengawasi (controlling).

44

Perencanaan sebagai fungsi manajemen merupakan langkah awal yang dilakukan suatu organisasi dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya. Dalam ilmu manajemen fungsi perencanaan merupakan aspek yang utama; terutama dalam manajemen modern sejak tahun 1916 diperkenalkan Henry Fayol. Fayol pertama kali mamperkenalkan pengertian manajemen meliputi lima (5) fungsi: (1) merencanakan (planning), (2) mengorganisasikan (organizing), (3) mengarahkan (commanding), (4) mengkoordinasi (coordinating), (5) mengontrol (controlling).

45

Marvin mendefinisikan perencanaan dengan menekankan pada upaya untuk mempersiapkan kemampuan sekarang menuju kondisi yang akan datang dengan mempertimbangkan lingkungan. Marvin menegaskan sebagai berikut:

“Planning can be defined as a conscious process by which on instituition assesses its current states and the like by future condition of its environment identify possible future state for it self, and develop organizational strategis, policies and prosedures for selecting and getting to one more of them”.

46

44

Stooner, F, Freemen, E, R dan Gilbert, D. Management: (New Jerecy. Pretice Hall. 1998). p. 89. 45

Owen, Robert G. Organizational Behavior In Education: Toronto. Allyn and Bacon. 1991). p. 29. 46

Monahan,W,G, dan Hengst, R, Herbert. Contemporary Educational Administration. (New York. Macmillan Publishing Co.Inc. 1982). p. 88.

Page 11: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Aspek-aspek perencanaan tersebut yaitu: 1. Perencanaan sebagai suatu peroses.

Perencanaan merupakan suatu proses berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan organisaasi. Di mana proses terkait dengan rangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan segala kompleksitasnya dalam waktu yang telah ditetapkan, dengan target atau sasaran yang diharapkan. Perencanaan sebagai suatu proses artinya bahwa setiap peristiwa yang terjadi dan terorganisir secara efektif dan efisien tidak saja sebagai rangkaian yang berkelanjutan tetapi juga tujuan dari suatu peristiwa-peristiwa tersebut mencapai tujuan akhirnya. 2. Perencanaan berorientasi masa depan.

Untuk mecapai tujuan yang ditetapkan, maka perencanaan selalu berorientasi pada masa depan. Dengan orientasi inilah maka perencanaan harus mampu memprediksi kondisi lingkungan sosial-ekonomi baik di dalam organisasi atau di luarnya agar tetap seirama dengan tujuan yang diharapkan membuat suatu perencanaan adalah berupaya semaksimal mungkin menciptakaan misi dan tujuan organisasi. Perencanaan mengkontrol dan mengarahkan organisasi secara keseluruhan. 3. Perencanaan berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi.

Kegiatan-kegiatan yang direncanakan hendaklah merupakan penjabaran dari pada tujuan yang hendak dicapai, baik suatu kegiatan sebagai bagian dari keseluruhan organisassi. Adanya orientasi terhadap tujuan ini, berarti terlaksananya kegiatan yang direncanakan. 4. Perencanaan menjabarkan kegiatan-kegiatan.

Perencanaan merupakan usaha untuk memperkirakan kegitan-kegiatan apa saja yang dapat dilaksanakan pada masa yang akan datang agar tujuan yang telah ditetapkan dapat terwujudkan. 5. Perencanaan sebagai kegiatan untuk mengidentifikasikan sumber daya yang dapat

menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan tidak dapat diwujudkan jika tidak disertai

dengan usaha untuk memikirkan dan mempersiapkan berbagai sumber daya yang dapat menunjang tercapainya kegiatan tersebut dalam rangka pencapaian tujuan. 6. Perencanaan merupakan kegiatan mempersiapkan sejumlah alternatif.

Rencana yang tersusun sebagai hasil peroses perencanaan merupakan alternatif-alternatif yang akan diberikan kepada para pengambil keputusan yaitu administrasi dalam menentukan alternatif yang paling efektif dan efesien untuk mencapai tujuan.

47

Dari apa yang dijelaskan di atas, bahwa prinsip perencanaan pendidikan yaitu : Pertama, pendekatan pada perencanaan harus berisfat fleksibel serta selalu dilakukan tinjauan ulang. Ini dimaksudkan agar setiap perencanaan yang dibuat mampu beradaptasi dengan perubahan organisasi baik bersifat internal ataupun eksternal. Kedua: Semua sivitas akademika harus berpartisipasi pada hal-hal tetentu pada proses perencanaan. Anggota organisasi diharapakan dapat berpartisipasi dalam proses perencanaan agar dapat memahami secara baik dan tepat apa yang menjadi tujuan organisasi. Karena dengan cara demikian bahwa semua unsur yang ada pada organisasi sebagai bagian dari sistim manajemen. Ketiga: Setiap aktivitas perencanaan harus saling terkait pada masing-masing unsur dalam sisitim organisasi tersebut. Suatu keterkaitan antara unsur terutama sekali diarahkan oleh kesamaan misi dan tujuan yang telah ditetapkan pada level faktor akademik, pendanaan, sosial dan fisik.

E. Pengorganisasian Kesetaraan Paket B

Pengorganisasian48

adalah fungsi manajemen yang membagi tugas-tugas yang harus dikerjakan, serta menata sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Fungsi pengorganisasian termasuk seluruh kegiatan manajerial

47

Harris, B.M dan Monk,B Jo. Personnel Administration in Education; (Toronto; Allyen and Becon. 1992) p. 188. 48

ibid

Page 12: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

yang menerjemahkan rencana kegiatan yang diperlukan ke dalam sebuah struktur tugas dan kewenangannya. Dalam artian praktis, fungsi pengorganisasian meliputi: (1) perancangan tanggung jawab dan kewenangan setiap jabatan individual, dan (2) penetapan jabatan-jabatan tersebut dikelompokkan dalam bagian-bagian tertentu. Hasil dari fungsi pengorganisasian adalah struktur organisasi. a. Penentuan staf atau staffing merupakan kegiatan yang dipusatkan pada manajemen

sumber daya manusia. Fungsi staffing mencakup penetapan tipe orang-orang yang akan dipekerjakan; menarik pekerja yang prospektif; menyeleksi pekerja; menetapkan standar kinerja; memberikan kompensasi kepada pekerja; mengevaluasi kinerja; memberikan nasehat dan penyuluhan kepada pekerja, melatih serta mengembangkan para pekerja.

b. Pemimpinan atau leading. Dengan rumusan yang berbeda, namun menggambarkan cakupan yang hampir sama dan saling melengkapi, leading sebagai fungsi manajemen merupakan proses upaya menggerakkan semangat dan inspirasi untuk mencapai tujuan. Pemberian semangat dan inspirasi tersebut, diharapkan agar para bawahan dapat melakukan pekerjaan, morilnya terpelihara dan termotivasi. Itulah sebabnya, fungsi leading dapat diartikan pula sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh kepada anggota-anggota kelompok atau organisasi secara keseluruhan.

49

c. Pemberian motivasi, motivating. Istilah motivating mempunyai makna dan lingkup yang lebih luas daripada leading, yaitu mencakup upaya-upaya pembentukan perilaku manusia, mencakup kepemimpinan, komunikasi, kelompok kerja, modifikasi perilaku, pelimpahan wewenang, pengayaan jabatan, kepuasan kerja, pemenuhan kebutuhan, perubahan organisasional serta moril manajerial.

d. Pengendalian. Para pakar umumnya sependapat untuk menggunakan istilah controlling sebagai fungsi terakhir dari manajemen. Adapun yang dimaksud dengan controlling adalah proses yang menjamin bahwa kegiatan aktual sesuai dengan yang direncanakan. Schermerhorn juga memberikan pengertian yang sama, yaitu proses pengukuran kinerja serta pengambilan tindakan untuk menjamin hasil yang diharapkan.

F. Monitoring dan Evaluasi Program Paket B Monitoring adalah untuk memahami apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai

dengan apa yang direncanakan dan apa yang ditargetkan. Secara rinci saudara dapat merinci beberapa hal. Yang penting adalah meyakinkan bahwa data untuk menyusun indikator monitoring itu dilaksanakan dan dapat dipercaya. Monitoring menjadi tidak berarti ketika kita tidak memiliki sistem informasi yang memadai yang dikumpulkan sesuai waktu yang diharapkan. Lebih baik lagi jika informasi itu dapat diakses kapan saja selama proses berlangsung.

50

Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indikator yg ditetapkan) secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program/proyek sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program/proyek itu selanjutnya.

51 Mengingat hal itu, apa yang perlu diperhatikan dalam membuat monitoring

adalah meyakinkan bahwa sumber data yang ditulis oleh perencana dapat digunakan. Sumber data yang bagus adalah yang sudah ada dan biasa diisi. Jika kita memang belum memiliki sumber data yang terarah, sewajarnya dalam peren-canaan ini dibuat dan jika perlu masuk dalam anggaran. Bahkan sangat penting keberadaan buku-buku pelaporan ini menjadi perhatian dalam catatan manajemen. Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program

49

Stoner, James A.F., R. Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert, Jr.Management Sixth Edition. International Edition. (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. 1995). p. 12. 50

Stark, J. S., dan Thomas, A. Assessment and Program Evaluation. (Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing.1994). p.29. 51

ibid

Page 13: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

selanjutnya. Measurement, assessment, and evaluation are hierarchial. The comparison of observation with the criteria is a measurement, the interpretation and description of the evidence is an assessment and the judgement of the value or implication of the behavior is an evaluation.

52

Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat hierarkis. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian (assessment) merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.

Evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Pelaksanaan evaluasi terdapat tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu: 1) focusing the evaluation (penentuan fokus yang akan dievaluasi), 2) designing the evaluation (penyusunan desain evaluasi), 3) collecting information (pengumpulan informasi), 4) analyzing and interpreting (analisis dan interpretasi informasi), 5) reporting information (pembuatan laporan), 6) managing evaluation (pengelolaan evaluasi), dan 7) evaluating evaluation (evaluasi untuk evaluasi). Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal harus menentukan fokus yang akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan.

Selain itu, evaluator juga harus melakukan pengaturan terhadap evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam melaksanakan evaluasi secara keseluruhan.

The purpose of evaluation research is to measure the effect of program against the goals it set out accomplish as a means of contributing to subsuquest decision making about the program and improving future programming.

53

Karakteristik Evaluasi Program pada pendidikan non formal adalah sebagai

berikut54

1. Evaluasi program PNF lebih mengutamakan proses kegiatan yang bersifat umum,

bukan kegiatan yang bersifat khusus. 2. Evaluasi program lebih luas daripada pemeriksaan terhadap pencapaian tujuan

program. 3. Evaluasi program lebih luas dibanding dengan evaluasi hasil program. 4. Evaluasi program lebih luas daripada evaluasi proses pembelajaran. 5. Evaluasi program berbeda dengan penelitian evaluatif terhadap program (evaluative

research) dan penelitian program (program research). 6. Evaluasi program merupakan alat dalam manajemen (management tool) atau sebagai

fungsi manajemen program. 7. Evaluasi program lebih berpusat pada manusia (people centered) yang terlibat dalam

dan terkait dengan program.

III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan penelitian yang subtantif, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dengan paradigma naturalistic. menuntut dilaksakannya penelitian dalam konteks natural, dengan harapan makna yang diangkat dari penelitian tersebut memang dari konteksnya bukan dari prakonsep penelitinya; pemaknaan hasil interview dan atau observasi tidak dapat tidak terkait dengan waktu dan konteks tertentu.

55

Penelitian ini ditekankan empat dimensi pertanyaan penelitian yang selalu memperkaya temuan-temuannya yaitu nilai (value), penerapan (applicability), konsistensi

52

R.L. Thorndike and E.P.Hagen, Measurement and Evaluation in Teaching. (Englewood Cliffs New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 2009) p.123. 53

Martin Tessmer. Planning and Conducting Formative Evaluation. (London: Kogan Page Limited, 1995) p. 12. 54

Djudju Sudjana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006). pp. 28-31 55

W. Lawrence Neuman. Social Research Methode: Qualitative and Quantitative Approach. (Boston: Allyn & Bacon, 2000). p. 87.

Page 14: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

(consistency), netralitas (neutrality). Dengan mengamati empat dimensi ini maka peneliti dapat mendalami realitas empirik fokus penelitian secara menyeluruh. Penelitian kualitatif bahwa memahami realitas empirik secara holistik terhadap fokus penelitian. Itulah sebabnya temuan kualitatif lebih bersifat pencerahan dalam menggambarkan temuan penelitian.

56

Penelitian ini bertempat di Kabupaten Gorontalo. Penentuan Kabupaten Gorontalo, sebagai tempat penelitian, didasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Gorontalo dengan masyarakat yang kompleks, berasal dari berbagai karakter dan sifat yang berbeda-beda. Sifat dan karakter tersebut memberikan warna dalam pekerjaan dan aktivitas di lingkup Kabupaten Gorontalo. Permasalahan lain yang menjadi pertimbangan yaitu kehidupan masyarakat Kabupaten Gorontalo, di antaranya: hubungan sosial, kebutuhan ekonomi, permasalahan keluarga, dan lain-lain, yang ikut mempengaruhi. Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan masyarakat di lingkungannya, perbedaan status ekonomi dan lain-lain terdapat di Kabupaten Gorontalo. Keseluruhannya memberikan dampak. Keadaan yang diuraikan tersebut menjadikan Kabupaten Gorontalo sebagai tempat yang menarik untuk diteliti.

Waktu penelitian mulai April 2011- Pebruari 2012. Penelitian ini dilakukan dengan alasan pemilihan subjek dan latar penelitian pada petunjuk yang diberikan oleh Spradley bahwa, bagi peneliti subyek penelitiannya hendaknya: (1) sederhana, (2) mudah memasukinya, (3) tidak begitu kentara dalam melakukan penelitian, (4) mudah memperoleh izin, dan (5) kegiatannya terjadi berulang-ulang.

57 Penelitian dilaksanakan

dalam bentuk penyusunan rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, penyelesaian perizinan; kerja lapangan dalam bentuk pengumpulan data dan analisis data sampai dengan penyusunan laporan penelitian dalam bentuk Disertasi.

Mengingat bahwa peneliti merupakan alat penelitian dan reduksi data perlu dilakukan sejak awal pengumpulan data, peneliti melakukan kegiatan penelitian melalui tahapan-tahapan tertentu, sebagai berikut: a. Tahap Pra Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian disusun atas dasar tujuan

yang telah ditetapkan yaitu untuk mengetahui pengelolaan Pendidikan Kesetaraan Paket B dan seluruh aspek yang berkaitan dengan hal itu.

2) Memilih lapangan penelitian. Lapangan penelitian yang dipilih adalah SKB Kabupaten Gorontalo, dalam tenggang waktu selama 7 bulan selama tahun 2011-2012.

3) Mengurus perizinan. Dalam pengurusan perizinan, dilakukan pula konsultasi dan dialog untuk memperoleh kesepakatan dari pihak terkait yang berkaitan dengan penentuan waktu penelitian dan subjek yang dikenai penelitian.

b. Tahap Kerja Lapangan Kegiatan yang dilakukan pada tahap kerja lapangan adalah sebagai berikut:

1) Peneliti berusaha memahami latar penelitian terlebih dahulu, sekaligus melakukan persiapan fisik dan mental dengan mengedepankan peran etika, sehingga dapat dibina keakraban antara peneliti dengan subjek penelitian

2) Peneliti berusaha menampilkan diri sesuai dengan latar. Kehadiran peneliti dalam hal ini tidak menjadi perhatian yang berlebihan, seperti dalam berpakaian maupun dalam bertingkah laku sehingga kehadiran peneliti tidak akan mengganggu proses kegiatan yang berlangsung.

3) Melakukan pembagian waktu sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dengan SKB yang telah ditentukan dalam tahap pra lapangan. Peneliti mengambil waktu 3 kali seminggu sesuai sasaran pengamatan sekaligus wawancara yang telah ditentukan dalam jadwal. Penetapan waktu 3 kali dalam seminggu dianggap representatif untuk mengamati proses-proses yang terjadi pada latar sesuai tujuan penelitian.

56

Lincoln Y.S dan Guba, E. G. Naturalistiq Inquiry. (California. Sage Publicatin Inc. 1985). p. 290. 57

James P. Spradley, Participation Observation (New York: Holt, Rinerhart and Winston, 1990), pp. 46-51.

Page 15: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Unit penelitian penelitian ini Sanggar Kegitan Belajar (SKB) Limboto Kabupaten Gorontalo yang dibangun pada tahun 1975. Diawal pendiriannya bangunan tersebut berfungsi sebagai PLPM (Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat ). Mulai dioperasionalkan sebagai SKB tahun 1978 dengan nama SKB Limboto. Dalam kurun waktu tertentu untuk lebih mengoptimalkan pelayanan SKB kepada masyarakat, maka terbitlah keputusan materi Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 036/0/1989 Tahun 20 januari 1989 dimana SKB mempunyai tugas melaksanakan program Kegiatan Belajar luar Sekolah, pemuda dan olahraga baik untuk tenaga pendidik maupun untuk masyarakat.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data penelitian kualitatif adalah data yang banyak menggunakan kata-kata subjek, baik lisan maupun tulisan. Dalam penelitian ini akan diambil data yang berkaitan dengan fokus masalah penelitian. Data-data yang dijaring melalui dokumen tentunya ada kaitan dengan fokus penelitian, di antaranya dokumen tentang (1) keberadaan warga belajar (2) ketenangan, (3) sarana dan prasarana, (4) organisasi, (5) prestasi, (6) kepemimpinan dan manajemen kepala SKB, (7) proses pembelajaran, (8) tata tertib SKB, (9) kode etik, (10) simbol-simbol.

Sumber data penelitian adalah manusia dan non manusia, sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau informan kunci (key informant) sumber data diambil secara purposif, dan tidak lakukan secara acak. Teknik sampling purposive digunakan untuk mengarahkan pengumpulan dadta sesuai dengan kebutuhan melalui penyeleksian dan memilih informan yang benar-benar informasi dan masalah secara mendalam serta dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Penggunaan sampling purposif ini memberikan kebebasan peneliti dan keterikatan proses formal dalam pengambil sampel, yang berarti peneliti menentukan sampling sesuai dengan tujuan penelitian. Sampling yang dimaksudkan bukanlah sampling yang mewakili populasi, melainkan didasarkan pada relevansi dan dalam informasi. Namun demikian, pemilihan sampling tidak sedekar berdasarkan kehendak subjektif peneliti, melainkan berdasarkan tema yang muncul di lapangan.

Teknik-teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yang diperlukan adalah: a. Observasi (pengamatan).

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan denganm sistematis fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan langsung, sehingga untuk menjaring informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan secara berstruktur yang berarti apa yang dilakukan dan diamati telah disusun sebelumnya oleh peneliti dan mencatat langsung hasil pengamatan sesuai kondisi situasi yang ditemui dilokasi penelitian.

Sebagai peneliti yang melakukan tugas pengamatan terhadap aktivitas kepala SKB dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala SKB. Peneliti berusaha melihat dan mendengarkan secara teliti berbagai kegiatan yang dilakukan oleh subjek agar peneliti dapat menjaring informasi lebih banyak terhadap fokus yang diteliti. Objek yang diamati adalah seluruh aspek tindakan kepala SKB yang berkaitan dengan efektivitas kerjanya.

58

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara mendalam dan mengkaji aspek yang menjadi fokus dalam bahasan dan rumusan masalah, dan kemungkinan aspek-aspek yang belum dirumuskan. Dua bentuk wawancara yang dilakukan yaitu wawancara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara, dan wawancara bebas yakni wawancara dilakukan tanpa daftar pertanyaan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan yang akrab dan harmonis, serta diharapkan dapat memberikan kebebasan dan ketenteraman dalam membeberkan permasalahan.

59

58

James P. Spradley, pp. 65-68 59

Basrowi & Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rineka Cipta. 2008). p. 103

Page 16: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

No INFORMAN FREKWENSI KET 1234567

SKB Limboto

Pemilihan informan didasarkan sebagai informan, subyek dan atau pelaku, sebagai

berikut:

Symbol: 1. Kepala Bidang

PAUDNI Kab. GTLO 2. Kepala SKB 3. Koord. Pamong 4. Pamong 5. Tutor 6. TU 7. Warga

O1 Kepala SKB 3 x

02 Pamong

2 x 2 x 3 x 4 x

O3 Staf: Tata Usaha

Perpustakaan Laboratorium

BK

3 x 1 x 1 x 1 x

04 Warga (5 )

1 x

Tabel 3.1 : Jumlah Informan dan Frekwensi Wawancara

c. Analisis Dokumentasi

Data yang diperoleh dari dokumentasi terdiri atas berbagai tulisan dan rekaman data, seperti profil SKB, data akademisi dan non akademisi warga dan data keadaan pamong, struktur organisasi SKB, catatan harian dan data lain yang berhubungan dengan fokus penelitian. Lincoln dan Guba (1985) mengartikan rekamen sebagai setiap tulisan atau persiapan yang disiapkan individu atau organisasi untuk membuktikan sesuatu peristiwa atau kasus. Penggunaan teknik dokumentasi didasarkan pada beberapa alasan antara lain: (1) selalu bersediah dan murah ditinjau dari segi waktu, (2) merupakan informasi yang stabil, (3) merefleksi situasi yang terjadi di masa lampau, (4) dapat dianalisis kembali, dan (5) sebagai bukti telah terjadinya suatu peristiwa.

Analisis data merupakan proses secara sistematis untuk mengkaji dan mengumpulkan transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan hal-hal lain untuk memperdalam pemahaman tentang fokus penelitian baik dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk dijadikan sebuah temuan penelitian. Analisis data kualitatif bersifat induktif analitik, yang menekankan pada pemaknaan pada kekhususan (idiografik) suatu kasus, bukan keumumannya (nomotetik). Analisis induktif analitik merupakan upaya untuk menganalisis data dengan berpijak pada logika positivisme dan fhenomenologik.

Menurut Miles dan Huberman bahwa metode analisis data kualitatif melalui tiga kegiatan yaitu pengumpulan, penyajian dan penarikan kesimpulan/verifikasi data.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan, demikian menurut Miles dan Huberman.

Kegiatan reduksi data terus menerus selama penelitian berjalan sampai laporan akhir penelitian tersusun. Karena itu reduksi data merupakan suatu bentuk proses analisis yang berusaha menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan, dan mengorganisasi data sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Cara melakukan reduksi data antara lain melalui seleksi data yang ketat, ringkasan atau uraian singkat, dan menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas.

Alur kegiatan analisis data kedua adalah penyajian data, yaitu menggelar data dalam bentuk sekumpulan informasi yang berupa teks naratif, grafik, matriks, bagan, jaringan. Dengan cara penyajian tersebut memberikan kemungkinan untuk penarikan

Page 17: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

kesimpulan, pengambilan tindakan verifikasi, dan atau melengkapi data yang dirasa masih kurang melalui pengumpulan data tambahan dan reduksi data.

Gambar 3.1: Component of Data Analysis: Interactive Model

60

Penarikan kesimpulan/verifikasi. Kesimpulan yang diambil dari data terkumpul

perlu diverifikasi terus menerus selama penelitian berlangsung, agar data yang didapat terjamin keabsahan dan keobjektivitasnya, sehingga kesimpulan akhir dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini akan melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan sebelumnya; yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap studi orientasi, (3) tahap eksplorasi data, (4) pemaparan temuan penelitian. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kepemimpinan penyelenggara pendidikan kesetaraan di SKB Limboto

Kepemimpinan bukan menyangkut hubungan yang terjadi antara atasan dan bawahan semata, tapi ia juga menyangkut dimensi lingkungan budaya dan sosial organisasi untuk mencapai tujuan. Sehingga aspek-aspek kepemimpinan yang terjadi, baik bersifat kultural atau pun birokratis menjadi bagian penting dalam organisasi. Kepemimpinan penyelenggara pendidikan kesetaraan terfokusnya proses kelompok, kepribadian dan pengaruhnya, suatu seni menginduksi, praktik mempengaruhi, tindakan dari perilaku, bentuk dari rayuan, hubungan kekuasaan, instrumen untuk mencapai tujuan, efek dari adanya interaksi, peran yang terbagi dan suatu permulaan dari struktur. Untuk itulah kepemimpinan selalu berhubungan secara interaktif dan konstruktif antara semua komponen agar terbentuk iklim yang kondusif di organisasi. Sehingga muara akhir dari sebuah kepemimpinan yaitu untuk terbentuknya budaya organisasi yang kuat; sebagai bentuk keseluruhan organisasi sebagai sistem sosial.

Dari penjelasan tersebut menekankan adanya dimensi sosial budaya dalam kepemimpinan. Di mana dalam kepemimpinan berlangsung interaksi individual atau kelompok (peserta didik, pamong, Kepala SKB, orang tua, masyarakat, dan karyawan). Dan muara besar (the grand ending) dari interaksi ini yaitu terbentuknya budaya organisasi sekolah yang kuat sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efesien. Itulah sebabnya ditekankan kepemimpinan kepala SKB sangat penting artinya bagi terwujudnya organisasi sekolah yang efektif. Kepemimpinan merupakan seni

60

Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. Qualitative Data Analysis. (New Delhi: Sage Publications.1994) p. 12.

Data collection

Data

Display

Data Reduction

Conglusion: Drawing/Verifying

Page 18: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

untuk mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok secara sengaja untuk pencapaian tujuan organisasi. Dilihat dari sisi ini bahwa unsur utama dari kepemimpinan yaitu adanya hubungan mempengaruhi antara pemimpin dengan yang dipimpin; atasan dengan bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi. Muara akhir dari tugas kepemimpinan adalah mengoptimalkan semua potensi organisasi agar tercipta kinerja organisasi yang sehat sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efesien. Secara lebih sederhana dibedakan antara kepemimpinan dan manajemen, yaitu pemimpin mengerjakan suatu yang benar, Kepala SKB mengerjakan suatu dengan benar.

Kepemimpinan penyelenggara pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo merupakan nilai yang diyakininya. Adapun nialai-nilai kepemimpinan yang ditemukan pada kasus SKB Limboto yaitu; disiplin tinggi, kejujuran, keberanian, demokrasi, dan tanggung jawab.

B. Motivasi penyelenggara pendidikan kesetaraan

Motivasi penyelenggaraan Paket B terkait dengan bagaimana kepala SKB menciptakankan sistim imbalan baik berupa material atau pun immatrial kepada penyelenggara, pamong, dan staf manakala ia melakukan tugasnya dan mempunyai prestasi. Misalnya, penghargaan yang diberikan dalam bentuk pemberian gaji/uang atau penghargaan kenaikan golongan lainnya.

Penghargaan dalam bentuk gaji telah ditetapkan berupa gaji yang ditetapkan berdasarkan golongan dan jam mengajar kepada pamong dan karyawan.Sedangkan insentif berupa imbalan yang diberikan kerana ada tugas tambahan. Bahkan diberikan insentif tranfortasi mengajar untuk tiap pertemuan.

Motivasi dalam bentuk pemberian penghargaan diberikan kepada pamong dan karyawan berdasarkan tugas wajib dan tugas tambahan yang diberikan kepada masing-masing orang. Di SKB Limboto bahwa tugas pamong dibagi menjadi dua macam yaitu; pertama, tugas wajib seperti tugas pamong untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan kedua, tugas tambahan seperti tugas yang diberikan kepada masing-masing pamong di samping menjabat juga sebagai wali kelas atau panitia kegiatan.

Temuan tentang motivasi penyelenggara pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo, yaitu: a. Kenaikan golongan pamong dan karyawan di SKB Limboto didasarkan pada prestasi

yang dicapai di SKB. b. Pemberian penghargaan kepada pamong berprestasi dalam bentuk tugas tambahan

dan hadiah materi. c. Pemberian gaji kepada para pamong dan karyawan yang berstatus pegawai negeri

sipil didasarkan pada jenjang golongan kepegawaiannya. c. Pemberian insentif kepada pamong dan karyawan berdasarkan jumlah tugas

tambahan yang diberikan. d. Pemberian penghargaan kepada peserta didik berprestasi berupa hadiah dan

diumumkan di SKB. C. Perencanaan pendidikan kesetaraan

Rencana kegiatan program paket B di SKB limboto meliputi hal sebagai berikut : a. Persiapan

1. Identifikasi dan rekuitment calon peserta didik 2. Identifikasi dan rekuitment calon tenaga pendidik / tutor 3. Sosialisasi program dengan orang tua, peserta didik dan tenaga

kependidikan 4. Penyusunan program dan pengajuan proposal 5. Persiapan dan penyusunan perangkat administrasi penyelenggara

program diantaranya. b. Pelaksanaan

1. Lama program

Lama pelaksanaan program adalah 6 bulan

Page 19: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Tempat pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan berlokasi di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo dengan menggunakan sarana sanggar kegiatan belajar masyarakat (SKB) dan rumah penduduk pada sore hari berlangsung dengan baik dan lancar

Jumlah waktu pertemuan Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan 3 kali seminggu, yang dilaksanakan pada sore hari.

2. Model Pembelajaran a) Melaksanakan system pembelajaran sesuai kurikulum standar

kompetensi pendidikan kesetaraan yang berterintegrasi dengan pendidikan bermata pencahariaan.

b) Melaksanakan pembelajaran kewirausahaan sesuai jadwal yang telah disepakati

c) Penataan organisasi dan organisasi dalam rangka penguatan tata kelola akuntabilitas pencitraan publik.

3. Metode, Bahan ajar dan Media yang digunakan dalam pembelajaran.

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode partisipatif yang bersifat peraktis, menarik dan menyenangkan, belajar klasikal tutorial dan mandiri yang disesuaikan dengan kesepakatan peserta didik.

Bahan pembelajaran menggunakan modul/buku panduan yang disesuaikan dengan potensi kebutuhan dan kurikulum standar kompetensi pendidikan kesetaraan.

4. Pamong Pamong dalam program kesetaraan paket B di SKB Limboto berjumlah 18 orang pamong

5. Penilaian hasil belajar Proses evaluasi pembelajaran dilakukan dengan ujian teori dan praktek pada setiap akhir pembelajaran atau semester.

Berdasarkan hasil wawancara di atas jelas bahwa rencana kegiatan program di SKB Limboto secara keseluruhan hampir sama dengan SKB lain di Kabuaten Gorontalo. Secara khusus rencana kegitan di SKB Limboto Kabupaten Gorontalo sudah selaras dan tujuan serta kebutuhan belajar masyarakat.

D. Pengorganisasian pelaksanaan pendidikan kesetaraan.

Pengorganisasian pendanaan pelaksanaan program sebagai dana operasional yang berasal dari dana Blok Grant PNFI. Kegunaan dana tersebut: 1) Dana Alokasi Rutin maupun Proyek dari APBD jumlahnya sangat terbatas. 2). Sarana dan prasarana serta sumber daya ketenagaan masih sangat perlu dikuatkan guna mendukung tugas dan fungsi SKB, terutama program keaksaraan, kesetaraan dan keterampilan bagi warga masyarakat. 3). Pembelajaran keterampilan yang didukung dengan fasilitas yang memadai dimungkinkan diperolehnya layanan dan hasil pembelajaran yang lebih baik. 4). Belum adanya anggaran untuk memfasilitasi SKB Kabupaten Pati untuk menggunakan layanan Speedy Telkom setiap tahunnya. 5). Adanya sistem pendataan sasaran program PNFI dan kelembagaan yang selalu harus diupdate. Di setiap program, SKB selalu menumbuhkan disiplin sesuai aturan bidang kerja masing-masing, saling menghormati dan saling percaya dan tetap menjaga hubungan kerja yang harmonis dengan berdasarkan pelayanan prima, kerjasama, dan silaturahmi

Bantuan langsung ini diperuntukkan bagi program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang diarahkan pada pengembangan kesetaraan pendidikan dasar Paket B dengan dukungan bantuan operasional dan bantuan transport tutor.

Berdasarkan hasil wawancara dapat dianalisa bahwa dana yang ada yang didapat melalui blok grand, didalam penggunaanya sudah sesuai dengan kebutuhan program, didalam penggunan dana selalu dicatat dibuatkan dibuatkan laporan secara berkala.

Page 20: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Pamong di SKB limboto sudah sangat bagus dan mempunyai kompetensi akademik yang sangat tinggi hal tersebut bisa dilihat sebagaian besar pamong sudah sarjana S1 bahkan ada yang mempunyai gelar master (S2). Keadaan pamong sudah sesuai dengan kebutuhan program.

Struktur kurikulum program Paket B, dilaksanakan dalam sistem tingkatan dan derajat yang setara dengan sistem kelas pada pendidikan formal dengan kompetensi masing-masing. Program Paket B berada pada tingkatan 3 dengan derajat kompetensi Terampil 1 setara dengan kelas VIII SMP/MTs, menekankan pada penguasaan dan penerapan konsep-konsep abstrak secara lebih meluas dan berlatih meningkatkan keterampilan berpikir dan bertindak logis dan etis, sehingga peserta didik mampu berkomunikasi melalui teks secara tertulis dan lisan, serta memecahkan masalah dengan menggunakan fenomena alam dan atau sosial yang lebih luas.

Tingkatan 4 dengan derajat kompetensi Terampil 2 setara dengan kelas IX SMP/MTs, menekankan peningkatan keterampilan berpikir dan mengolah informasi serta menerapkannya untuk menghasilkan karya sederhana yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat, sehingga peserta didik mampu secara aktif mengekspresikan diri dan mengkomunikasikan karyanya melalui teks secara lisan dan tertulis berdasarkan data dan informasi yang akurat secara etis, untuk memenuhi tuntutan keterampilan dunia kerja sederhana dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Muatan lokal yang menjadi ciri khas daerah Gorontalo dan diberikan dikelompok belajar SKB adalah: Budaya Daerah Gorontalo. Substansi materi dari Budaya Daerah Gorontalo ini diberikan melalui mata pelajaran muatan lokal. Muatan lokal yang menjadi ciri khas daerah Gorontalo dan diterapkan di SKB Limboto Kabupaten Gorontalo adalah: a. Pendidikan Seni tari daerah Gorontalo (Dana-dana, danca) b. Wajib bagi semua warga belajar kelas VII hingga kelas VIII. Alokasi waktu 2 jam

pelajaran. c. Pendidikan Seni Vokal Lagu Daerah d. Tidak wajib bagi seluruh warga belajar dan hanya diajarkan di kelas VII dan VIII.

Alokasi waktu 2 jam pelajaran. Program ini terdiri dari seni vokal lagu daerah. Program pembelajaran Paket B di SKB Limboto Kabupaten Gorontalo dilakukan

melalui sistem pembelajaran tatap muka, tutorial dan mandiri. Alokasi waktu pembelajaran tatap muka secara klasikal dikelompok belajar Paket B SKB Limboto Kabupaten Gorontalo berjumlah 24 Jam pelajaran per minggu atau 3 hari efektif belajar per minggu.

Dalam pelaksanaan pembelajaran diksetara paket B digunakan metode belajar orang dewasa (andragogy). Penurunan kemampuan fisik menuntut penyelenggaraan pendidikan yang menggunakan berbagai media yang mampu memperkuat kelemahan fisik orang dewasa. Dalam merancang kegiatan pembelajaran bagi orang dewasa hendaknya memperhatikan: konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan orientasi kegiatan belajar orang dewasa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis bahwa jadwal di SKB LImboto Kabupaten Gorontalo sudah tersusun dengan baik, untuk fleksibelitas jadwal disusun berdasarkan kesediaan waktu warga belajar. Strategi Pelaksanaan jadwal di SKB Limboto Kabupaten Gorontalo dibagi dalam tiga bagian yaitu : 1). jadwal tatap muka, 2). jadwal tutorial, dan 3), jadwal mandiri. Ketiaga bagian jadwal tersebut sudah sesuai dengan keadaan pamong dan keadaan waraga belajar sehingga pembelajaran menjadi efektif.

E. Monitoring dan evaluasi pendidikan kesetaraan

Pelaksanaan pengawasan Program Pendidikan Kesetaraan Paket B di SKB Limboto dapat dilakukan di SKB Limboto oleh penilik menggunakan metode langsung.

Monitoring dan evaluasi dilakukan di SKB Limboto oleh penilik menggunakan metode langsung adapun langah-langkahnya sebagai berikut:

Page 21: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

a. Tahapan Persiapan Tahapan persiapan merupakan sederatan kegiatan yang dilakukan

mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan yang diperlukan dalam pelaksanaan supervisi baik supervisi manajerial maupun supervisi akademik. Secara umum langkah-langkah yang dilalui dalam tahap persiapan supervisi meliputi : (1) Menentukan tujuan supervisi. Tujuan supervisi ditentukan berdasarkan analisis data hasil pemantauan. (2) Menentukan aspek dan sasaran supervisi. (3) Menentukan Petugas pelaksana. (4) Menentukan metode dan teknik supervisi (5) Menentukan jadwal kegiatan supervisi (waktu dan tempat) (5) Menyiapkan Instrumen supervisi. b. Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan supervisi terdiri dari 2 macam kegiatan yaitu (1) mempersiapkan pelaksanaan supervisi. (2) Pelaksanaan supervisi. c. Membahas kesimpulan dari observasi

1) Minta pendapat dan persetujuan petugas yang dibina dari kesimpulan yang diambil

2) Memberi altenatif perbaikan-perbaikan pada saat supervisi. 3) Menyusun laporan supervisi .

Tindak lanjut yang terakhir adalah merekomendasikan agar pengelola program diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran. Rekomendasi itu bukan hanya bermakna bagi pengelola program, tetapi juga bermakna bagi peningkatan kinerjanya. Berdasarkan hasil wawancara dan telaah penulis bahwa tindak lanjut program di SKB Limboto Kabupaten Gorontalo sebagai berikut : 1. Penilik atau pengawas selalu memberikan bimbingan kepada pengelola 2. Setiap pelaksanaan kegitan harus dibuatkan laporan secara tertulis 3. merekomendasikan agar pengelola program diberi kesempatan untuk mengikuti

pelatihan atau penataran. Rekomendasi itu bukan hanya bermakna bagi pengelola program, tetapi juga bermakna bagi peningkatan kinerjanya.

4. Mengadakan pengecekan terhadap saran perbaikan yang telah diberikan. Program pembelajaran Paket B di SKB Limboto Kabupaten Gorontalo dilakukan

melalui sistem pembelajaran tatap muka, tutorial dan mandiri. F. Pengendalian program pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar

Limboto Kabupaten Gorontalo. Pengendalian program pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar

Limboto Kabupaten Gorontalo dilihat dari ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Pengelola Kelompok belajar menentukan kriteria ketuntasan minimal sebagai target pencapaian kompetensi (TPK) dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Kelompok belajar secara bertahap dan berkelanjutan selalu mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal.

Kenaikan tingkatan dan derajat dilaksanakan pada setiap akhir pencapaian kompetensi. SKB membagi satu tingkatan dan derajat dalam beberapa satuan waktu yang pada akhir satuan waktu tersebut diadakan penilaian hasil belajar sebagai wujud dari pencapaian Standar kompetensi.

Setelah semua standar kompetensi dapat dicapai dilakukan kenaikan tingkatan dan derajat dengan kriteria kenaikan yang berlaku di kelompok belajar SKB adalah setelah peserta didik memenuhi persyaratan berikut, yaitu: a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran satu tingkatan dan derajat; b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh kelompok mata

pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;

c. Mempertimbangkan kehadiran dalam tatap muka mencapai minimal 70%.

Page 22: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Proses pengendalian program ini dilaksanakan secara kontinyu dalam berbagai even. Bahkan perkembangan peserta didik dari sisi afektif dan psikomotor menjadi salah satu point penilaian penting dalam setiap program, baik pembelajaran regular maupun program pengayaan yang dilaksanakan secara internal maupun eksternal. Penilaian secara internal dilaksanakan secara sinergi antara pengelola, tutor, dan anggota masyarakat itu sendiri, termasuk orang tua. Setiap perkembangan anak, sebaik mungkin dikomunikasikan dengan para orang tua, sehingga proses pendidikan tidak hanya berlangsung secara parsial oleh lembaga, tetapi elibatkan orang tua, yang berperan sebagai pendidik utama. V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kepemimpinan penyelenggara pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar

Limboto Kabupaten Gorontalo sangat konsisten sebagaimana prinsip-prinsip kepemimpinan transformasional, antara lain: kedisiplinan kepala sanggar menciptakan disiplin yang tinggi kepada semua komponen dalam semua aktivitas sanggar; Kejujuran dalam berkerja yaitu kepala SKB Limboto agar menekankan nilai kejujuran dalam menyelesaikan tugas-tugas di SKB; Keberanian pada inovasi yaitu kepala SKB selalu melakukan sebuah inovasi pendidikan untuk memperbaiki mutu sanggar; Demokrasi untuk kebersamaan yaitu kepala SKB dalam membuat kebijakan sanggar selalu diupayakan melalui proses demokratis dan tanggung jawab pada tugas yaitu kepala SKB berupaya keras agar semua komponen bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan sanggar.

2. Motivasi penyelenggara pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo, berpengaruh positif pada kenaikan golongan pamong dan karyawan di SKB Limboto didasarkan pada prestasi yang dicapai di SKB; Pemberian penghargaan kepada pamong berprestasi dalam bentuk tugas tambahan dan hadiah materi; Pemberian gaji kepada para pamong dan karyawan yang berstatus pegawai negeri sipil didasarkan pada jenjang golongan kepegawaiannya; Pemberian insentif kepada pamong dan karyawan berdasarkan jumlah tugas tambahan yang diberikan; Pemberian penghargaan kepada peserta didik berprestasi berupa hadiah dan diumumkan di SKB.

3. Perencanaan pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pendidikan tersebut. Tampaknya ada suatu "hukum" atau setidak tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan.

4. Pengorganisasian pelaksanaan pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo tersusun dengan baik, untuk fleksibelitas jadwal disusun berdasarkan kesediaan waktu warga belajar. Strategi Pelaksanaan dibagi dalam tiga bagian yaitu : 1). jadwal tatap muka, 2). jadwal tutorial, dan 3), jadwal mandiri. Ketiaga bagian jadwal tersebut sudah sesuai dengan keadaan pamong dan keadaan waraga belajar sehingga pembelajaran menjadi efektif.

5. Monitoring dan evaluasi pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo. Monitoring dilakukan baik pada waktu sebelum kegiatan pembinaan maupun bersamaan waktunya dengan pembinaan, monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti program dan pelaksanaanya secara mantap, teratur dan terus menerus dengan cara mendengar, melihat dan mengamati. Pelaksanaan supervisi terkait dengan hasil pemantauan. Jika hasil pemantauan menggambarkan kondisi yang kurang atau belum baik, maka supervisi ditetapkan untuk memperbaiki kualitas program. Kalau hasil pemantauan mendeskripsikan kondisi yang telah baik, supervisi ditetapkan untuk meningkatkan kualitas program.

33

6

337

Page 23: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

6. Pengendalian program pendidikan kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar Limboto Kabupaten Gorontalo melalui diversifikasi layanan pendidikan yang sesuai dengan keragaman kondisi, kebutuhan, dan potensi peserta didik. Pendidikan terbuka dan multi makna diwujudkan. Tindak lanjut adalah bagian terakhir dari kegiatan pengawasan program. Tindak lanjut merupakan jastifikasi, rekomendasi, dan eksekusi yang disampaikan oleh pengawas atau kepala satuan pendidikan tentang pendidik yang menjadi sasaran kepengawasannya.

B. Saran-saran 1. Penyelenggara SKB Limboto

Pendidikan kesetaraan diperkuat oleh fakta bahwa sebagian besar peserta didik di sini adalah anak-anak miskin, berhenti sekolah di tengah jalan, atau orang dewasa yang belum pernah menamatkan pendidikan dasar dan menengah. Fenomena itu mesti diterima sebagai tantangan untuk menjadikan program tersebut memiliki daya tarik, yang siap bersaing dengan jalur persekolahan, bahkan mampu menempatkan diri sebagai "jalur pendidikan dasar dan menengah alternatif". Artinya, sebagai cara lain bersekolah untuk dapat memberikan yang berbeda dan lebih dari apa yang diberikan sekolah. SKB Limboto sebaiknya memberikan bekal keterampilan untuk secepatnya mendapatkan pekerjaan. Diksetara yang bermutu tentulah yang dapat memberikan keterampilan relevan sehingga mereka cepat dapat bekerja setelah lulus. Dalam rangka memenuhi hak peserta didik untuk pindah jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, sebaiknya model multy entry-exit system pendidikan kesetaraan melalui sistem tingkatan dan kesederajatan kompetensi yang setara dengan sistem kelas pada pendidikan formal lebih dioptimalkan. 2. Peneliti

Penelitian ini baru awal untuk mengevaluasi Kesetaraan Paket B. Sekalipun penelitian ini penuh dengan kekurangan maka peneliti berikutnya dapat melanjutkan untuk melakukan penelitian untuk memperkuat temuan pada penelitian ini. 3. Pengajar

Temuan-temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan pemahaman dan wawasan misalnya pendidikan bagi orang dewasa. 4. Lembaga lain

Lembaga pendidikan seperti PKBM, atau SKB lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan melalui peningkatan mutu kinerja dan pemberdayaan peserta didik, sehingga memberikan pemaknaan yang hidup terhadap budaya. 5. Departemen Pendidikan Nasional

Berdasarkan struktur organisasi Kementerian Pendidikan Nasional yang baru, program pendidikan kesetaraan menjadi bagian dari pendidikan formal, Paket B menjadi bagian Ditjen Pendidikan Dasar (Dikdas). Kebijakan ini menuai diskusi dan perdebatan yang panjang karena dengan dibawa ke dalam ranah pendidikan formal, program pendidikan kesetaraan akan kehilangan rohnya sebagai bentuk pendidikan formal. Hal inilah yang dikatakan akan terjadi formalisasi atas pendidikan kesetaraan. 6. Pengembang Teori

Temuan ini dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan manajemen, khususnya manajemen pendidikan.

C. Proposisi Temuan 1. Dari segi isi program

1) Kurikulum berpusat pada kepentingan peserta didik, kurikulum bermacam ragam atas dasar perbedaan kebutuhan belajar peserta didik.

2) Mengutamakan aplikasi, kurikulum lebih menekankan keterampilan yang bernilai guna bagi kehidupan peserta didik dan lingkungan.

Page 24: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

3) Persyaratan masuk ditetapkan bersama peserta didik, karena program diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mengembangkan kemampuan potensial peserta didik maka kualifikasi pendidikan formal dan kemampuan baca tulis sering menjadi persyaratan umum.

2. Dari segi proses belajar mengajar 1. Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga, kegiatan belajar dilakukan di

berbagai lingkungan (masyarakat, tempat bekerja) atau disatuan Pendidikan Nonformal (sanggar kegiatan belajar) pusat pembelajaran dan sebagainya.

2. Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat, pada waktu mengikuti program peserta berada dalam dunia kehidupan dan pekerjaannya, lingkungan dihubungkan secara fungsional dengan kegiatan belajar.

3. Struktur program yang fleksibel, program belajar yang bermacam ragam dalam jenis dan urutannya. Pengembangan kegiatan dapat dilakukan sewaktu program sedang berjalan.

4. Berpusat pada peserta didik, kegiatan belajar dapat menggunakan sumber belajar dari berbagai keahlian dan juru didik. Peserta didik menjadi sumber belajar, lebih menitikberatkan kegiatan membelajarkan peserta didik dari pada mengajar.

5. Peghematan sumber-sumber yang tersedia, memanfaatkan tenaga dan sarana yang terdapat di masyarakat dan lingkungan kerja untuk menghemat biaya.

3. Dari segi pengendalian program 1. Dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik, pengendalian tidak

terpusat, koordinasi dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait, otonomi terdapat pada tingkat program dan daerah dan menekankan pada inisiatif dan partisipasi di tingkat daerah.

2. Pendekatan demokratis, hubungan antara pendidik dan peserta didik bercorak hubungan sejajar atas dasar kefungsian. Pembinaan program dilakukan secara demoktratis antara pendidika, peserta didik dan pihak lain yang berpartisipasi.

D. Implikasi 1. Gaya kepemimpinan transformasional dapat diterapkan terutama dalam hal:

kedisiplinan; Kejujuran dalam berkerja; Keberanian pada inovasi; Demokrasi untuk kebersamaan dan tanggung jawab pada tugas.

2. Motivasi sangat berpengaruh positif pada kenaikan golongan; Pemberian penghargaan dalam bentuk tugas; Pemberian gaji ; Pemberian insentif; dan Pemberian penghargaan.

3. Perencanaan yang baik adalah setengah dari keberhasilan tujuan yang hendak dicapai.

4. Pengorganisasian pendidikan kesetaraan sangat positif dalam tiga bagian yaitu : 1). jadwal tatap muka, 2). jadwal tutorial, dan 3), jadwal mandiri. Ketiaga bagian jadwal tersebut sudah sesuai dengan keadaan pamong dan keadaan waraga belajar sehingga pembelajaran menjadi efektif.

5. Monitoring dan evaluasi pendidikan kesetaraan yang dilakukan baik pada waktu sebelum kegiatan pembinaan maupun bersamaan waktunya dengan pembinaan, monitoring dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti program dan pelaksanaanya secara mantap, teratur dan terus menerus dengan cara mendengar, melihat dan mengamati. Pelaksanaan supervisi terkait dengan hasil pemantauan. Jika hasil pemantauan menggambarkan kondisi yang kurang atau belum baik, maka supervisi ditetapkan untuk memperbaiki kualitas program. Kalau hasil pemantauan mendeskripsikan kondisi yang telah baik, supervisi ditetapkan untuk meningkatkan kualitas program.

6. Pengendalian program pendidikan kesetaraan melalui diversifikasi layanan pendidikan sesuai dengan keragaman kondisi, kebutuhan, dan potensi peserta didik. Pendidikan

Page 25: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

terbuka dan multi makna diwujudkan. Tindak lanjut bagian terakhir dari kegiatan pengawasan program. Tindak lanjut merupakan jastifikasi, rekomendasi, dan eksekusi yang disampaikan oleh pengawas atau kepala satuan pendidikan tentang pendidik yang menjadi sasaran kepengawasannya.

DAFTAR PUSTAKA Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, Nur Cahaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Press. 2009). Banghart, Frank W. dan Albert Trull, Jr. (Educational Planning. New York: The Macmillan

Company, 1973). Basrowi & Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Rineka Cipta. 2008). Bass, B. M. Stogdill Hand Book of Leadership (A survey of theory and research). (New

York: Mc Millan. 1981). Castetter, William B., The Human Resource Function in Educational Administration. Sixth

Edition, (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.1999) Coombs, P.H. and Ahmed, M. Attacking Rural Poverty: Hoe educatin can help,

(Baltimore: John Hopkins University Press 1974) . Daft, Richard L. Management. Sixth Edition. (Ohio: Thomson South-Western 2003) David, Fred R. Strategic Management; Concept and Cases. Seventh Edition. (New

Jersey: Prentice-Hall International, Inc. 1999). Davis, Keith dan John W Newstrom. Human Behavior At Work, Organizational Behavior,

8th Edition, (Singapore: McGraw-Hill Book Co.1989)

Djudju Sudjana, Pendidikan Luar Sekolah : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Asas, (Bandung: Nusantara Press. 1996).

Djudju Sudjana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006).

Dubrin, Andrew J. Leadership, (Edisi Kedua, Terjemahan Budi Santoso, Triwibowo, Jakarta: Penerbit Prenada.2005).

Engkoswara dan Ismuhadjar. Menata Karakter Bangsa Berbudaya Pancasila. (Makalah untuk Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V, 5-9 Oktober 2004 di Surabaya)

F. Harbison & C.A. Myers. Manpower and Education: Country Studies in Economic Development. (New York: McGraw-Hill Book Co.,1965)

Gary Yukl. Kepemimpinan Dalam Organisasi. (Jakarta: Indeks. 2009). Hanson, M.E. Educational Administration and Organizational Behavior. (New York: Allyn

and Bacon.1991) Harris, B.M dan Monk,B Jo. Personnel Administration in Education; (Toronto; Allyen and

Becon. 1992) Hughes, Richard L, Robert C Ginnett, Gordon J. Curphy. Leadership, Enhancing, The

Lessons Of Experience, Fifth Edition, (New York: McGraw-Hill International Ed.2006)

James P. Spradley, Participation Observation (New York: Holt, Rinerhart and Winston, 1990)

Jimmy Herman Sinaulan. Analisis Terhadap Hubungan Antara Komitmen Organisasi, Kepribadian-dasar, dan Kompetensi Guru, yang didukung dengan Budaya-mikro dan Sumber-kendali terhadap Kinerja Guru (Studi Tentang Perilaku Organisasi Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi DKI Jakarta). (Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia, 2007)

Jones, Gareth R. Organizational Theory, Design, and Change; Text and Cases. Fourth Edition, International Edition.( New Jersey: Prentice-Hall/Pearson Education International, 2004).

Page 26: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

Lincoln Y.S dan Guba, E. G. Naturalistiq Inquiry. (California. Sage Publicatin Inc. 1985). Luthans, Fred., Organizational Behavior. Ninth Edition. (New York: McGraw-Hill & Irwin.

2002) Manali Oak. Why is Education So Important? http://www.buzzle.com/articles/why-is-

education-so-important.html diakses pada tanggal 02 Pebruari 2012. Martin Tessmer. Planning and Conducting Formative Evaluation. (London: Kogan Page

Limited, 1995) Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. Qualitative Data Analysis. (New Delhi: Sage

Publications.1994) Modul. Reformasi Pendidikan Kesetaraan. (Jakarta: Direktorat Pendidikan Kesetaraan.

Direktorat Jendral Pendidikan Non Formal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional. 2007)

Monahan,W,G, dan Hengst, R, Herbert. Contemporary Educational Administration. (New York. Macmillan Publishing Co.Inc. 1982).

Mustafa Kamil. Pendidikan Non Formal.(Bandung: Alfabeta Press, 2009). Nanang Fattah. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. (Bandung:

Pustaka Bani Quraisy, 2004) Northouse. “Catalytic Leadership: Reconsidering the Nature of Extension’s Leardership

Role”, Journal of extension ( online ), article Number 2 FEA, (http://www.Joe.org), diakses 20 Juli 2011.

Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara, 2004) Owen, Robert G. Organizational Behavior In Education: Toronto. Allyn and Bacon. 1991). Owens,G Robert. Organizational Behavior Education. London: Allyn & Becon. 1987) Petunjuk Teknis. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Kesetaraan

Program Paket A dan B. (Jakarta: Direktorat Kesetaraan Dirjen PNFI, 2007) R.L. Thorndike and E.P.Hagen, Measurement and Evaluation in Teaching. (Englewood

Cliffs New Jersey: Prentice-Hall, Inc, 2009) Robbins and Neil Barnwell.Organization Theory, Concepts and Cases.Fourth Edition.

(New Jersey: Prentice-Hall/ Pearson, 2002) Saefullah, H.A.Djaja. Pemikiran Kontemporer Administrasi Publik, Perpektif Manajemen

Sumber Daya Manusia Dalam Era Desentralisasi, (Bandung: FISIP UNPAD.2007). Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2009. (Jakarta: Depdiknas, 2009). Sayed. Laporan Penelitian Tentang Pendidikan Di Indonesia (Jakarta: Bank Dunia. 2009) Schermerhorn, John R., Jr., Management. Eighth Edition. (New York: John Wiley & Sons,

Inc. 2005) Soedijarto. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. (Jakarta: Kompas Publishing.

2009) . Stark, J. S., dan Thomas, A. Assessment and Program Evaluation. (Needham Heights:

Simon & Schuster Custom Publishing.1994). Stoner, James A.F., R. Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert, Jr.Management Sixth

Edition. International Edition. (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. 1995). Stooner, F, Freemen, E, R dan Gilbert, D. Management: (New Jerecy. Pretice Hall.

1998). Studi Political and Economic Risk Consultancy. Peringkat Indek Pembangunan Manusia

Indonesia. (Jakarta: Studi Political and Economic Risk Consultancy. 2011) Sudirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT. Rajando Persada.

2004) Suharsimi Arikunto dan Safrudin AJ. Evaluasi Program Pendidikan. Edisi Kedua.

(Jakarta: Bumi Aksara, 2008). Suzanne Kindervatter. Non Formal Education as An Empowering Proces.

(Massachusetts: Center for International Education,1979). Sweeney, Paul D., and Dean B. McFarlin. Organizational Behavior, Solutions For

Management. International Edition. (New York: McGraw-Hill/Irwin. 2002)

Page 27: Artikel Disertasi RAHMAT Visi REVISI 28-05-2014

W. Lawrence Neuman. Social Research Methode: Qualitative and Quantitative Approach. (Boston: Allyn & Bacon, 2000).

Yukl, G. Leadership in Organization (Second edition ).Englewood Cliffs- New Jersy: Prentice Hall Inc. 1989)