-
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V
MATA PELAJARAN IPA SDN KATEKAN 02 KECAMATAN
NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN
2015/2016
ARTIKEL
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada
Universitas Kristen Satya Wacana
Oleh
Pawestri Kurnia Ningrum
292012018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
-
2
-
3
-
4
-
5
-
6
-
7
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V
MATA PELAJARAN IPA SDN KATEKAN 02 KECAMATAN
NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN
2015/2016
Pawestri Kurnia Ningrum, Romirio Torang Purba
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya
Wacana, 2016
Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga, Jawa Tengah 50711
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Latar belakang dari penelitian ini adalah hasil belajar IPA
kelas V SDN Katekan 02
rendah. Model yang digunakan guru belum tepat. Solusi pemecahan
masalah dengan Model
Pembelajaran Examples non Examples. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat
hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA SDN Katekan 02.
Data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis kuantitatif dan deskriptif
kualitatif. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif 2 siklus.
Penelitian ini menggunakan tahap
perencanaan,pelaksanaan,observasi dan refleksi. Penelitian ini
dilaksanakan di SDN
Katekan 02 siswa kelas V sebanyak 18 siswa. Teknik pengumpulan
data yang digunakan
adalah observasi, tes dan dokumentasi. Prasiklus presentase
ketuntasan mencapai 33,3%
dengan jumlah siswa yang telah mencapai KKM (=70) sejumlah 7
siswa dan 11 siswa belum
mencapai KKM. Siklus 1 presentase ketuntasan mencapai 55,5%
dengan sejumlah 10 siswa
telah mencapai KKM dan 8 siswa belum memenuhi KKM. Siklus 2
presentase ketuntasan
mencapai 94,4% dengan jumlah siswa yang mencapai KKM sejumlah 17
dan 1 siswa belum
mencapai KKM. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa adanya peningkatan
hasil belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA dengan
menggunakan model Examples non
Examples.
Kata Kunci : Model pembelajaran, Examples non Examples, Hasil
Belajar, PTK.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berdasarkan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22, 2006:
484) Ilmu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar mempunyai tujuan yang salah
satunya adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-
hari.Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari
kemampuan guru menggunakan
-
8
model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa
secara efektif didalam proses pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran yang tepat pada
dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
memungkinkan siswa
dapat meraih hasil belajar yang optimal. Untuk dapat menggunakan
model pembelajaran yang
efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan tentang
penerapan model-model dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki
keterlibatan dengan tingkat
pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa-siswa di
kelasjuga pentingnya
pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap yang telah dilakukan,
dijelaskan bahwa pada
saat proses belajar mengajar guru lebih banyak menggunakan
metode ceramah bervariasi.
Guru juga kurang memaksimalkan alat peraga. Sehingga siswa
berpikir abstrak dan merasa
kurang termotivasi untuk belajar, siswa bermain dengan teman
sebelah, bercerita sendiri,
siswa bingung dalam menerima informasi. Kendala yang ditemui
guru ketika pembelajaran
adalah siswa terlihat kurang tertarik dengan materi pelajaran
dan sebagian besar siswa masih
pasif. Penilaian dilakukan selama dan setelah proses
pembelajaran untuk memantau hasil
belajar siswa. Namun hasilnya belum memuaskan, ada beberapa
siswa yang belum tuntas
KKM sehingga masih perlu bimbingan. Berdasarkan hasil observasi
dan wawancara
menunjukkan bahwa hasil belajar IPA rendah karena model yang
digunakan guru belum tepat
sehingga siswa pasif saat pembelajaran. Guru juga belum
mengoptimalkan penggunaan media
pembelajaran sehingga siswa menjadi kurang tertarik dengan
materi pelajaran.
Dalam pembelajaran siswa tidak hanya pasif tetapi siswa dapat
membangun
pengetahuan secara aktif. Kegiatan belajar mengajar juga harus
menekankan pada hasil
sehingga guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan
kemampuan siswa. Dalam
proses belajar mengajar pendidikan menjadi interaksi pribadi
diantara para siswa dan menjadi
interaksi antara guru dan siswa. (Anita Lie, 2005). Penggunaan
Model Pembelajaran
Examples non Examples ini lebih menekankan pada konteks analisis
siswa. Biasa yang lebih
dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di
kelas rendah dengan
menekankan aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas
rendah seperti;
kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan,
dan kemampuan
berinteraksi dengan siswa lainnya. Dari teori diatas maka dapat
disimpulkan bahwa dengan
adanya motivasi, semangat tanggung jawab, reaksi yang positif,
rasa senang dan rasa puas
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar
di kelas. Hal tersebut juga
dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
-
9
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan
guru menggunakan
model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan
intensitas keterlibatan siswa
secara efektif didalam proses pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran yang tepat pada
dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
memungkinkan siswa
dapat meraih hasil belajar yang optimal. Untuk dapat menggunakan
model pembelajaran
yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang
memadai berkenaan dengan
konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut
dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran yang efektif memiliki keterlibatan dengan
tingkat pemahaman guru
terhadap perkembangan dan kondisi siswa-siswa di kelas. Model
pembelajaran yang dipakai
dalam penelitian ini adalah model Examples non Examples.
Model pembelajaran kooperatif tipe Examples non Examples adalah
kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling
membantu
mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Setiap anggota kelompok
terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen ,ada kontrol dan
fasilitasi, dan meminta tanggung
jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Suyatno,
2009: 51-52). Oleh karena itu,
berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
dilakukan penelitian dengan
judul “Penerapan Model Examples non Examples Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa
Kelas V Mata Pelajaran IPA di SDN Katekan 02 Kecamatan Ngadirejo
Kabupaten
Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat hasil
belajar siswa kelas V mata pelajaran IPA di SDN Katekan 02
Kecamatan Ngadirejo
Kabupaten Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
wawasan ilmu-ilmu
pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi
belajar siswa dan peran serta
siswa dalam proses pembelajaran.diharapkan memberikan sumbangan
ilmu, menurut Buehl
dalam (Apriani dkk, 2007:219) mengemukakan kelebihan Examples
non Examples.
Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah bagi siswa dengan
diterapkannya Model
Pembelajaran Examples non Examples ini dapat menumbuhkan
motivasi dan daya tarik siswa,
rasa ingin tahu yang tinggi, keaktifan siswa, minat siswa dalam
pelajaran IPA dan dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Bagi guru dengan
dilaksanakannya penelitian ini guru
mampu menerapkan model pembelajaran Examples non Examples dengan
baik pada mata
pelajaran IPA. Bagi sekolah hasil penelitian ini akan memberikan
sumbangan yang baik pada
-
10
sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran. Bagi
peneliti dapat memperoleh
pengetahuan sekaligus ketrampilan dalam melakukan penelitian dan
wawasan tentang
penerapan model Examples non Examples dalam meningkatkan hasil
belajar dan motivasi
siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi
antara guru dengan
siswa, baik interaksi secaara langsung seperti kegiatan tatap
muka maupun secara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran
(Rusman, 2011).
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga.
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
IPA merupakan pengetahuan yang rasinonal dan objektif tentang
alam emesta dengan
segala isinya. Selain itu, IPA adalah cara untuk mengamati alam.
Dijelaskan juga bahwa cara
IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat dan
IPA dapat menghubungkan
antara suatu fenomena dengan fenomena lain. IPA membahas tentang
berbagai gejala alam
yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia. IPA merupakan ilmu yang berhubungan
dengan gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang disusun secara teratur dan tidak
berdiri sendiri yang
merupakan kumpulan dari observasi atau eksperimen.
Hakikat IPA SD
Menurut Samatowa (2010), IPA di SD hendaknya membuka kesempatan
untuk
memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan
membantu mereka
mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas
berdasarkan bukti serta
mengembangkan cara berfikir ilmiah fokus program pengajaran IPA
di SD hendaknya
ditunjukkan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik.
Jadi pembelajaran IPA di
SD seharusnya membekali keterampilan proses siswa dalam
mempelajari sesuatu secara
ilmiah. Guru dapat memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah
melalui penyelidikan atau
penemuan. Selain itu memberikan pengalaman belajar langung agar
siswa dapat belajar secara
leih konkret.
Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar,hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai siswa
sangat penting untuk diketagui oleh guru, agar guru dapat
merencanakan suatu pembelajaran
-
11
secara tepat. Setiap proses belajar mengajar keberhasilanya
diukur dari segi prosesnya. (
Sudjana, 1989) Hasil belajar untuk sebagian adalah berkat tindak
guru, suatu pencapaian
tujuan pengajaran.Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi
dampak pengajaran,
dampak pengiring. Berdasarkan teori di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang di peroleh siswa berkat tindak guru di dalam
kelas. Dimana kedua dampak
tersebut akan membawa siswa menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Model Examples Non Examples
Rusman (2013) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai
bentuk pembelajaran
dengan membentuk siswa pada suatu kelompok yang beranggotakan
4-6 orang dengan
struktur kelompok yang heterogen. Jadi, pembelajaran kooperatif
menekankan pada
pembelajaran secara berkelompok dalam menyelesaikan suatu
tugas.Pembelajaran kooperatif
memiliki berbagai tipe. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang dapat membantu siswa
dalam bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi juga dapat
mendorong siswa untuk
menemukan dengan cara penyelidikan seperti yang diharapkan dalam
proses pembelajaran
IPA adalah tipe Examples non Examples.
Model pembelajaran Examples non Examples adalah tipe
pembelajaran yang
mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh
gambar-gambar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan
tujuan pembelajaran,
kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan
hasil analisisnya sehingga
siswa dapat membuat konsep yang esensial. Berdasarkan paparan
menurut Agus Suprijono
(2011) tentang langkah-langkah implementasi Examples non
Examples dapat dikaji bahwa
dalam menerapkan pembelajaran Examples non Examples terdapat 7
tahapan yang perlu
dilakukan. Masing-masing tahapan menunjukkan kegiatan yang
berbeda-beda yang perlu
dipahami oleh guru sehingga dapat dilaksanakan dengan baik.
Tahap pertama adalah guru mempersiapkan gambar contoh dan bukan
contoh yang
akan digunakan dalam pembelajaran. Dalam tahap ini, guru mulai
menyiapkan beberapa
gambar yang akan diberikan kepada siswa untuk menyampaikan
materi pembelajaran
sehingga siswa tertarik mengikuti pelajaran. Tahap kedua adalah
gambar-gambar disajikan
melalui LCD ( contoh dan bukan contoh). Siswa mulai
memperhatikan contoh dan bukan
contoh melalui gambar yang ditampilkan oleh guru.
Tahap ketiga adalah guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan
kepada siswa
untuk memperhatikan/ menganalisa gambar (contoh dan bukan
contoh). Pada tahap ini guru
meminta siswa untuk menuliskan contoh gambar dan yang bukan
merupakan contoh
gambar. Tahap keempat adalah melalui diskusi kelompok 2-3 orang
siswa, hasil analisa
-
12
gambar-gambar dicatat pada kertas. Guru meminta siswa untuk
membentuk beberapa
kelompok kemudian berdiskusi dan menganalisa gambar-gambar
setelah menemukan isi
dari materi.
Tahap kelima adalah tiap kelompok diberi kesempatan
mempresentasikan hasil
diskusi menjelaskan pengertian dari gambar yang ditampilkan ke
depan kelas. Pada tahap ini
setiap kelompok diminta untuk bergantian maju membacakan hasil
diskusi menganalisa
gambar-gambar yang telah ditampilakan oleh guru. Tahap keenam
adalah mulai dari
komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang inin
dicapai. Setelah siswa berdiskusi kemudian guru berkomentar
tentang hasil diskusi siswa
kemudian guru juga mulai menyampaikan materi pembelajaran. Tahap
ketujuh adalah
kesimpulan, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari hasil
keseluruhan pembelajaran.
Pada tahap ini semua pelajaran atau materi di ulas kembali
kemudian diringkas menjadi satu
kesimpulan sehingga siswa lebih mudah memahami.
Setiap model tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut
buehl (dalam
Apriani dkk, 2007) memaparkan kelebihan Examples non Exampless.
Kelebihan yang
pertama, siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya
digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
Kedua yaitu siswa
terlibat aktif dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari
Examples non Examples.
Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian non
example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang
merupakan suatu karakter
dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.
Sedangkan kelemahanya menurut,
dari model Examples non Examples antara lain yang pertama tidak
semua materi dapat
disajikan dalam bentuk gambar. Kedua yaitu memakan waktu yang
lama.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka
dapat dirumuskan
hipotesis penelitian tindakan kelas adalah melalui model
pembelajaran Examples non
Examples diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran IPA pada
siswa kelas V di SDN Katekan 02 Kecamatan Ngadirejo Kabupaten
Temanggung Semester II
Tahun Pelajaran 2015/2016.
-
13
METODE PENELITIAN
Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Katekan 02
Kelurahan Katekan
Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Penelitian akan
dilaksanakan pada semester II
tahun ajaran 2015/2016 sesuai dengan jadwal dan izin dari
sekolah. Penelitian ini
dilaksanakan kurang lebih selama 4 bulan. Subjek dalam peneltian
ini adalah siswa kelas V
SDN Katekan 02 pada tahun ajaran 2015/2016. Keseluruhan dengan
jumlah siswa 18 orang,
yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian tindakan
kelas ini dibagi
menjadi dua yaitu variabel dependen (terikat) dan variabel
independen (bebas). Variabel
dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah proses belajar
dan hasil belajar IPA. Karena
proses dan hasil belajar merupakan faktor penentu keberhasilan
pembelajaran. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Examples non
Examples. Berdasarkan pada kajian teori dan kajian penelitian
yang relevan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe Examples non Examples salah satu
model pembelajaran
kooperatif yang kegiatan belajar mengajar dengan cara berdiskusi
dengan kelompok tentang
gambar-gambar yang telah ditampilkan oleh guru.
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan 2
siklus. Tahapan
prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral
yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2012). Yaitu tahap perencanaan
pada tahap ini peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), termasuk
di dalamnya instrumen penelitian,dan bahan ajar. Selanjutnya
tahap pelaksanaan adalah
kegiatan mengimplementasi atau menerapkan perencanaan sesuai
dengan rencana tindakan
yang sudah dibuat. Tahap observasi Dalam tahap observasi yang
melakukannya adalah
pengamat. Tahapan refleksi adalah tahapan kita dapat mengetahui
kelemahan apa saja yang
terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat
diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini ialah
teknis tes dan non
tes. Tes ialah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan Arikunto (2012:
67). Teknis nontes meliputi Observasi atau pengamatan sebagai
alat penilaian banyak
digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses
terjadinya suatu kegiatan
yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
situasi buatan (Sudjana,
2009: 84). Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang
-
14
berupa catatan lapangan, transkrip, buku surat notulen rapat,
surat kabar, majalah, prasasti,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 2012: 206).
Suharsimi Arikunto (2005: 101), mengartikan instrumen penelitian
sebagai alat bantu
merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda misalnya
angket, daftar cek, pedoman
wawancara, dan lembaran pengamatan. Observasi yaitu pengamatan
secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Observasi merupakan cara
pengumpulan data dengan mengamati secara langsung maupun tidak
langsung dengan
menggunakan alat atau instrumen observasi (Sanjaya, 2013: 270).
Metode tes digunakan
sebagai alat untuk memperoleh data dengan menguji kemampuan
siswa selama mengikuti
pembelajaran IPA dengan model Examples Non Examples.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Hasil belajar IPA yang rendah membuat peneliti berpikir untuk
melakukan penelitian.
Peneliti mulai merencanakan penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan model yang lain
dari pembelajaran sehari-hari untuk dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam
pembelajaran dengan materi daur air dan peristiwa alam. Hasil
belajar siswa yang masih
rendah ditunjukkan pada perolehan hasil belajar siswa yang
kurang dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA
yaitu ≥ 70 Data hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang diperoleh dari nilai
Ulangan harian dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1
Analisis Ketuntasan Kondisi Awal
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase(%)
1 Tuntas ≥ 70 6 33,33
2 Tidak Tuntas < 70 12 66,66
Jumlah 18 100
Berdasarkan Tabel 1 analisis ketuntasan belajar kondisi awal,
maka dapat dianalisis
bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 6 siswa atau mencapai
33.33%. Sedangkan untuk
siswa yang belum tuntas adalah 10 siswa atau mencapai 66,66%.
Ketuntasan belajar disajikan
dalam gambar sebagai berikut:
-
15
Gambar 1
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas V SDN Katekan 02
Tahun Pelajaran 2015/2016
Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi hasil belajar IPA di SDN Katekan 02
dapat diketahui
bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Sehingga peneliti perlu
mengadakan perbaikan
dengan menerapkan model pembelajaran IPA Examples non Examples.
Melalui model
pembelajaran Examples non Examples ini dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Melalui penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua
siklus.
Hasil Belajar Siswa Siklus 1
Melalui penerapan model Examples non Examples pada siklus 1,
perilaku guru dan
siswa telah berubah dibandingkan pada kondisi awal. Perilaku
guru yang semula banyak
mendominasi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab, kini mulai
berubah dengan hanya menjadi fasilitator atau konselor dengan
memberikan bimbingan
kepada siswa. Guru hanya memberikan gambaran secara umum tentang
materi atau topik
yang akan dipelajari pada tahap kegiatan Examples non Examples
yang pertama yaitu
mempersiapkan gambar-gambar. Pada tahap ini, guru hanya
memberikan penjelasan secara
singkat tentang materi yang akan dipelajari.
Perilaku siswa yang teramati juga nampak berubah jika
dibandingkan dengan kondisi
awal. Pada kondisi awal guru menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab sehingga siswa
cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran dan hanya menjawab
pertanyaan yang diajukan
oleh guru. Berdasarkan hasil observasi, secara umum pembelajaran
sudah terpantau berjalan
dengan baik dan sesuai dengan RPP. Perubahan perilaku guru dan
siswa pun sudah dapat
teramati. Namun pelaksanaan pembelajaran belum terlaksana secara
maksimal. Hal ini
dikarenakan masih terdapat beberapa kegiatan yang tidak nampak
dilakukan oleh guru dan
siswa.
Seperti yang telah dijelaskan dalam proses pelaksanaan tindakan
siklus 1, terdapat
beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh guru pada pelaksanaan
siklus 2. Peneliti bersama guru
-
16
melakukan perencanaan untuk tindakan siklus 2. Peneliti bersama
guru juga mendiskusikan
tentang hal-hal yang perlu diperbaiki pada pelaksanaan siklus 2.
Guru harus lebih bisa
memahami langkah-langkah model pembelajaran sehingga dalam
penerapanya semua
kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Guru dapat mengingatkan
siswa agar dapat
bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan tugas kelompok. Hal
ini ditujukan agar dapat
terciptanya interaksi yang baik antar siswa maupun guru dengan
siswa.
Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) maka dapat
dialakukan analisis
untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas.
Analisis ketuntasan hasil
belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2
Analisis Ketuntasan Belajar Siklus 1
Berdasarkan Tabel 2 analisis ketuntasan belajar siklus 1, maka
dapat dianalisis bahwa
jumlah siswa yang tuntas adalah 10 siswa atau mencapai 55.5%.
Sedangkan untuk siswa yang
belum tuntas adalah 8 siswa atau mencapai 44.4%. Ketutasan
belajar disajikan dalam diagram
lingkaran pada Gambar 2.
Gambar 2
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas V SDN Katekan 02
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 1
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat dianalisis bahwa
hasil tindakan
belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh
peneliti. Ketuntasan belajar
belum mencaapi 80% dari keseluruhan siswa atau nilai rata-rata
hasil belajar siswa meningkat
minimal 5 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70).
Berdasarkan analisis hasil tindakan
siklus 1, baik dari analisis hasil belajar maupun proses masih
diperlukan upaya perbaikan.
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase (%)
1 Tuntas ≥ 70 10 55.5
2 Tidak Tuntas < 70 8 44.5
Jumlah 18 100
-
17
Upaya dilakukan agar dapat mencapai indikator keberhasilan.
Upaya perbaikan diperoleh
setelah melakukan kegiatan refleksi siklus 1.
Hasil Belajar Siswa Siklus 2
Melalui penerapan model Examples non Examples pada siklus 2,
perilaku guru dan
siswa lebih baik dibandingkan pada siklus 1. Berdasarkan hasil
observasi, semua langkah
kegiatan telah dilakukan oleh guru dan siswa. Hanya saja pada
pertemuan pertama, ada
beberapa siswa yang nampak bergurau dengan teman saat
mengerjakan tugas kelompok. Guru
sudah dapat melaksanakan langkah-langkah pembelajaan dengan baik
dan benar. Siswa sudah
terlibat aktif dalam pembelajaran terlihat siswa juga sudah
tidak bingung dengan model
pembelajaran Examples non Examples. Siswa sudah mulai bertanya
jawab dengan guru
tentang materi sehingga pembelajaran sudah berpusat pada
siswa.
Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) maka dapat
dialakukan analisis
untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas.
Analisis ketuntasan hasil
belajar siswa pada Siklus 2 dapat disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3
Analisis Ketuntasan Belajar Siklus
Berdasarkan tabel 3 analisis ketuntasan belajar Siklus 2, maka
dapat dianalisis bahwa
jumlah siswa yang tuntas mencapai 94.5% artinya 17 dari 18 siswa
telah tuntas dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Ketutasan belajar
disajikan dalam diagram
lingkaran pada Gambar 3.
Gambar 3
Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas V SDN Katekan 02
Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus 2
No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa
Frekuensi Presentase (%)
1 Tuntas ≥ 70 17 94.5
2 Tidak Tuntas < 70 1 5.5
Jumlah 18 100
-
18
Hasil tindakan yang diperoleh pada siklus 2 menunjukan
peningkatan hasil belajar
yang signifikan yaitu ketuntasan belajar mencapai 95% atau 17
dari 18 siswa telah tuntas.
Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar mencapai 85. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil
tindakan pada siklus 2 telah mencapai indikator keberhasilan.
Ketuntasan belajar siswa telah
mencapai lebih dari indikator keberhasilan yaitu 80%. Sedangkan
untuk nilai rata-rata hasil
belajar siswa juga telah naik lebih dari 5 dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70). Hal
ini membuktikan bahwa model pembelajaran Examples non Examples
dapat meningkatkan
hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Katekan 02 semester II
tahun ajaran 2015/2016.
Hasil Analisis Data
Pada bab analisis data, akan diuraikan tentang perbandingan
hasil belajar dari
ketuntasan belajar siswa kelas V SDN Katekan 02 Kecamatan
Ngadirejo Kabupaten
Temanggung pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2, maka dapat
diketahui perbedaan dan
peningkatan yang ditemukan. Perbandingan ketuntasan belajar IPA
ditunjukan pada Tabel 4.
Tabel 4
Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
No Ketuntasan
Belajar Nilai
Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Tuntas
≥ 70 6 33.33 10 55
17 94.5
2 Tidak tuntas
< 70 12 66.66 8 45
1 5.55
Jumlah 18 100 18 100 18 100
Nilai Rata-rata 63 69 85
Berdasarkan Tabel 4 perbandingan ketuntasan belajar IPA, dapat
diketahui
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal,
siklus 1 dan Siklus 2. Pada
kondisi awal, siswa yang tuntas atau mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70)
hanya berjumlah 6 siswa (33.33%), sementara siswa yang belum
tuntas berjumlah 12 siswa
(66.66%).
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus 1, nampak peningkatan
jumlah siswa yang
tuntas yaitu dengan jumlah 10 siswa (55%), sedangkan siswa yang
belum tuntas berjumlah 8
siswa (45%). Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat
diketahui bahwa ketuntasan
belajar secara klasikal belum mencapai indikator keberhasilan
yaitu mencapai 80% dari total
keseluruhan siswa sehingga masih diperlukan perbaikan pada
Siklus 2.
Setelah pelaksanaan tindakan pada Siklus 2, jumlah siswa yang
tuntas mencapai 94.5%
atau 17 dari 18 siswa telah tuntas dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM ≥ 70).
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa
ketuntasan belajar secara
-
19
klasikal telah mencapai atau memenuhi indikator keberhasilan
yang ditetapkan yaitu
mencapai 80% dari total keseluruhan siswa. Perbandingan
ketuntasan belajar kondisi awal,
siklus 1 dan siklus 2 dapat dilihat dalam diagram tabel pada
Gambar 4.
Gambar 4
Diagam Batang Ketuntasan Belajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa selain
ketuntasan hasil belajar
klasikal yang meningkat, nilai rata-rata hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatan.
Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V SDN
Katekan 02 pada kondisi
awal, siklus 1 dan Siklus 2 ditunjukan dalam Tabel 5
Tabel 5
Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Beajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
Hasil Tindakan Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2
Nilai RRata-rata Hasil Belajar IPA 63 69 85
Berdasarkan Tabel 5 tentang perbandingan nilai rata-rata hasil
belajar siswa, dapat
diketahui terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada kondisi awal, siklus 1
dan Siklus 2. Pada kondisi awal, nilai rata-rata hasil belajar
siswa hanya mencapai 63. Setelah
dilakukan tindakan pada siklus 1, nilai rata-rata hasil belajar
siswa meningkat menjadi 69.
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus 1, dapat diketahui bahwa
perolehan nilai rata-
rata hasil belajar siswa juga belum mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan
yaitu meningkat minimal 5 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM
≥ 70). Oleh karena itu,
perlu dilakukan perbaikan melalui pelaksanaan tindakan pada
siklus 2.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 2, diketahui bahwa hasil
belajar IPA semakin
mengalami peningkatan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada
Siklus 2 mencapai 85.
Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V SDN
Katekan 02 pada kondisi
awal, siklus 1 dan Siklus 2 dilihat dalam diagram batang pada
gambar 5 sebagai berikut:
-
20
Gambar 6
Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Beajar IPA
Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis hasil tindakan pada bab IV mengenai hasil
penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Examples non Examples
dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa
kelas V SDN Katekan 02
Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester II Tahun
Pelajaran 2015/2016. Hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar
siswa, yaitu peningkatan
jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran IPA. Kondisi awal
sebelum dilakukan tindakan
dari jumlah siswa 18 hanya terdapat 7 siswa yang mencapai KKM
dan nilai rata-rata kelas
adalah 63. Pada siklus I terdapat peningkatan jumlah siswa yang
mendapat nilai diatas KKM
ada 10 siswa dan nilai rata-rata kelas 69. Sedangkan pada siklus
II yang mendapatkan nilai
diatas KKM ada 17 siswa dan yang belum mencapai KKM ada 1 siswa
dengan nilai rata-rata
kelas 85. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Examples non
Examples mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Saran
Bagi Guru
Guru hendaknya meningkatkan pemahaman dan kemampuan pada
langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran Examples Non Examples sehingga
penerapannya dalam
pembelajaran IPA dapat lebih optimal lagi terutama untuk
meningkatkan pemahaman konsep
siswa. Guru hendaknya lebih kreatif, aktif, dinamis, dan
reformatif dalam memilih atau
menggunakan metode pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa
merasakan kenyamanan
dalam belajar sehingga mereka akan siap mencerna pembelajaran
yang diberikan. Selain itu
guru hendaknya dapat menanamkan rasa percaya diri pada siswa
untuk lebih berani
mengemukakan pendapat dan memotivasi siswa untuk lebih aktif
dalam pembelajaran IPA.
Bagi siswa
-
21
Meskipun siswa sudah mengalami peningkatan pemahaman konsep IPA,
dengan
menggunakan Examples Non Examples melalui menganalisis contoh
gambar/contoh kasus,
namun alangkah baiknya jika siswa senantiasa meningkatkan
pemahaman materi IPA yaitu
baik dari buku paket maupun mencari informasi dari sumber
lainnya seperti televisi, surat
kabar, internet dan sebagainya.
Bagi Sekolah
Agar proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal, maka
hendaknya
sekolah memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada guru
untuk berekspresi
secara kreatif dan inovatif dalam menentukan model pembelajaran
yang akan diterapkan di
kelas. Selain itu, pihak sekolah hendaknya dapat memfasilitasi
sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar
lebih berkualitas.
Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang Examples Non Examples,
sebaiknya
mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai penerapan Examples
Non Examples
terhadap pemahaman konsep, motivasi dan prestasi belajar IPA
siswa. Dalam menerapkan
model pembelajaran Examples Non Examples, akan lebih baik lagi
bila peneliti juga
menggunakan multimedia untuk menanyangkan gambar, ataupun
video.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, dkk. 2012. Penelitian tindakan kelas. Jakarta:PT.
Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Pendidikan.Jakarta: Rineka
Cipta
Apriani, Atik dan David Indrianto.2010. Implementasi model
pembelajaran examples non
examples. Sumedang. FKIP PGMI
Depdiknas. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas
Terbuka
Lie. Anita. 2005. Cooperative learning. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Sinar Baru Algesindo
-
22
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi
PAIKEM.
Jogjakarta:Pustaka Pelajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo :
Masmedia Buana Pustaka.
Usman Samatowa. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, Jakarta
PT Indeks.
.