BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 ARITMIA 2.1.1 Definisi Aritmia merupakan suatu perubahan dalam formasi dan atau penyebaran konduksi listrik otot jantung yang menyebabkan perubahan kecepatan denyut jantung (rate), irama (rhythm) atau susunan potensial aksi yang dapat berakibat letal (sudden cardiac death) atau simptomatik (sinkope, near sinkope, pusing, dan berdebar) (Silbernagel, 2000 dan Hardiono, 2010). Aritmia menurut A. Muin dalam PAPDI 2006 adalah: a. Irama yang berasal bukan dari nodus SA b. Irama yang tidak teratur, meskipun ia berasal dari nodus SA, misalnya sinus aritmia c. Frekuensi kurang dari 60 x/menit (sinus bradikardi) atau lebih dari 100 x/menit (sinus takikardi) d. Terdapatnya hambatan impuls supra atau intra vesikuler 2.1.2 Epidemiologi Di Amerika, lebih dari 850,000 orang dirawat di rumah sakit karena aritmia setiap tahunnya. Atrial fibrilasi mengenai± 2,3 juta orang di amerika utara dan 4,5 juta orang di eropa, terutama yang berusia lanjut. Di amerika, kira-kira 75 % orang yang terkena atrial 3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 ARITMIA
2.1.1 Definisi
Aritmia merupakan suatu perubahan dalam formasi dan atau penyebaran
konduksi listrik otot jantung yang menyebabkan perubahan kecepatan denyut
jantung (rate), irama (rhythm) atau susunan potensial aksi yang dapat berakibat
letal (sudden cardiac death) atau simptomatik (sinkope, near sinkope, pusing, dan
berdebar) (Silbernagel, 2000 dan Hardiono, 2010).
Aritmia menurut A. Muin dalam PAPDI 2006 adalah:
a. Irama yang berasal bukan dari nodus SA
b. Irama yang tidak teratur, meskipun ia berasal dari nodus SA, misalnya
sinus aritmia
c. Frekuensi kurang dari 60 x/menit (sinus bradikardi) atau lebih dari 100
x/menit (sinus takikardi)
d. Terdapatnya hambatan impuls supra atau intra vesikuler
2.1.2 Epidemiologi
Di Amerika, lebih dari 850,000 orang dirawat di rumah sakit karena
aritmia setiap tahunnya. Atrial fibrilasi mengenai± 2,3 juta orang di amerika utara
dan 4,5 juta orang di eropa, terutama yang berusia lanjut. Di amerika, kira-kira 75
% orang yang terkena atrial fibrilasi berusia 65 tahun atau bahkan lebih tua. AF
merupakan aritmia yang paling sering terjadi dengan prevalensi 0,4 % pada
golongan usia<65 tahun dan meningkat 10 % pada kelompok usia > 75 tahun. . Di
Amerika Utara, prevalensi AF diperkirakan meningkat dua sampai tiga kali lipat
pada tahun 2050 ( Iswanto, 2011)
3
2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Penghantaran Listrik Pada Jantung
Lapisan jantung terdiri dari :
1. Perikardium adalah lapisan paling atas dari jantung yang terdiri atas :
• Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung
yang melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention.
Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung
dengan bagian dinding dalam sternum rongga thorax, disamping
itu lapisan fibrosa ini termasuk penghubung antara jaringan,
khususnya pembuluh darah besar yang menghubungkan dengan
lapisan ini ( vena cava, aorta, pulmonal arteri dan vena pulmonal).
• Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
• Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan
lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.
Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral
terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang
disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi untuk
melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut
atau berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 – 50 ml.
2. Epikardium adalah bagian terluar dari otot jantung.
3. Miokardium yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab
atas kemampuan kontraksi jantung.
4
4. Endokardium lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis
endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat
licin untuk aliran darah.
Sistem konduksi jantung terdiri dari :
SA ( Sinoatrial ) node : merupakan serabut-serabut saraf yang terdapat
pada dinding atrium kanan dekat muara vena cava superior dan vena cava
inferior.
Serabut saraf ini merupakan cabang dari sistem syaraf tak sadar dan juga
dipengaruhi saraf vagus (saraf ke- 10).
AV ( atrioventricular ) node : merupakan serabut – serabut saraf yang
terletak di bagian basal dari interatrial dalam atrium kanan.
Bundle of His ( berkas His) : menyebar dari nodus AV, yang memasuki
selubung fibrosa yang memisahkan atrium dari ventrikel. Bercabang
menjadi right dan left bundle branch kemudian menjadi serabut purkinje.
Miokardium seperti halnya otot rangka, dapat berkontraksi setelah
diinisiasi oleh potensial aksi yang berasal dari sekelompok sel konduktif pada SA
node (nodus sinoatrial) yang terletak pada dinding atrium kanan. Dalam keadaan
normal, SA node berperan sebagai pacemaker (pemicu) bagi kontraksi
miokardium. Selanjutnya potensial aksi menyebar ke seluruh dinding atrium dan
menyebabkan kontraksi atrium. Selain menyebar ke seluruh dinding atrium,
impuls juga menyebar ke AV node (nodus atrioventrikular) melalui traktus
internodal, kemudian ke berkas his dan selanjutnya ke sistem purkinye.
Penyebaran impuls pada sistem purkinye menyebabkan kontraksi ventrikel.
5
Penyebaran potensial aksi pada ventrikel terdiri dari 4 fase yaitu :
1. Fase 0: Initial rapid depolarization.
Pada fase ini terjadi influks natrium akibat pembukaan saluran natrium
saat terjadi peningkatan permeabilitas membran terhadap natrium. Awal
depolarisasi adalah keadaan polarisasi (resting membrane potential)
dimana muatan sisi dalam membran lebih negative dibanding sisi luar
(polarisasi).
2. Fase 1: Brief initial repolarization.
Pada fase ini saluran kalium mulai terbuka.
3. Fase 2: Prolonged plateau.
Pada fase ini saluran lambat natrium dan kalsium terbuka sehingga terjadi
keseimbangan antara influks natiurm dan kalsium serta efluks kalium.
4. Fase 3: Late rapid repolarization dimana terjadi pembukaan saluran
lambat kalium.
5. Fase 4: Resting membrane potential (-100 mv)
Fase ini merupakan keadaan membaran istirahat dimana muatan sisi dalam
membran sel menjadi lebih elektronegatif dbanding sisi luar (polarisasi)
(Price, 2002 dan Muchtar, 2007)
6
2.1.4 Etiologi
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapata menyebabkan aritmia adalah :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat
Bradikardi = Detak nadi <60x/minKondisi klinis tidak adekuat
Pastikan jalan napas amanBantu jalan napas jika diperlukan beri O2
Ukur tensi, oximetri, monitor EKG, pasang infus
Observasi monitor kondisi klinis
Persiapkan pacu jantung transkutan . jika pada EKG terlihat AV blok derajat 2 tipe 2 atau total AV blok, pertimbangkan pemberian atropine 0,5 mg iv/5 menit (maks dose 3 mg) sambil menunggu pacu jantung trancutan. Pertimbangkan pemberian epineprin (2-10 mcg/min) atau dopamine 2-10 mcg/KgBB/min) diinfuskan.
Persiapkan pacu jantung transvenusObati penyebab dasarKnsultasi ke dokter ahli jantung
Perfusi baik Perfusi buruk
b. Pada Takikardi
Dalam penanganan takikardi yang paling penting adalah menetukan apakah
nadi teraba atau tidak .jika nadi teraba, tentukan apakah pasien stabi atau tidak
stabil (terdapat syok , edem paru, hipotensi). Semua takikardi tidak Stabil
harus segera di kardioversi kecuali sinus takikardi. Sinus takikardi adalah
respon fisiologi untuk mempertahankan curah jantung.Jika terjadi gangguan
hemodinamik (misalnya ada tanda- tanda syok) maka harus dicari
penyebabnya , bukan dilakukan kardioversi pada sinus takikardinya.
Monitoring hasil EKG dan lakukan tatalaksana seperti pada alogaritma
Bantuan Hidup Jantung Lanjut (Karo-karo et al, 2008).
GAMBAR ALOGARITMA BHJL UNTUK TAKIKARDI
22
1.2 OBAT SALURAN PERNAFASAN
Obat-obatan yang sering digunakan pada penyakit saluran pernafasan
dapat digolongkan menjadi 3 golongan:
23
Anti asma dan PPOK
Obat asma terdiri dari obat pelega (diberikan saat serangan akut) dan
obat pengontrol (untuk pencegahan serangan asma dan diberikan secara
terus-menerus)
Pada saat seragan asma, obat-obatan yang diberikan berupa:
- Bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan
ipratropium bromide)
Agonis β2 kerja cepat: salbutamol, terbutalinprokaterol