ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019.07(01):44-58 e-ISSN: 2528-5939 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim. 2019.007.01.04 44 Cite this as: Noor, Arif Y. M. and Zainal A. (2019). Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 07(01):44-58 Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/ COMPETITIVENESS OF INDONESIAN EEL (Anguilla sp) IN INTERNATIONAL MARKET DAYA SAING IKAN SIDAT (Anguilla sp) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Arif Yustian Maulana Noor 1 and Zainal Abidin *2 1 Faculty of Agriculture Brawijaya University, Veteran Street Malang 2 Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Veteran Street Malang Received: July 15, 2019 /Accepted: August 07, 2019 ABSTRACT This study aims to analyze the competitiveness of Indonesian eel in the international market both comparative and competitive advantage. This type of research data is secondary data sourced from the United Nations Nation Database. The data analysis method uses Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA), Export Product Dynamics (EPD) and Hirschman Herfindahl Index (HHI). Eel is a fishery commodity that has a potential export market. China is the main exporter of eel in the world with a share of 64%. Some EU member countries are still carrying out international trade in eel although CITES has included it in Appendix II as a protected species. The export of Indonesian eel consists of life, fresh and frozen. The comparative competitiveness of live and frozen eel is quite good while fresh eel is still low. The competitive advantage of Indonesian eel in the international market is still in the falling star quadrant. The concentration of the global eel market is based on the Herfindahl index that frozen eel is unconcentrated, it is mean that frozen eel is the most potential to be developed as an export commodity. Keywords: comparative advantage, competitif advantage, market concentration, eel ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ikan sidat Indonesia di pasar internasional baik secara komparatif maupun kompetitif. Jenis data penelitan ini adalah data sekunder yang bersumber dari Comtrade United Nation Database. Metode analisa data menggunakan Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA), Export Product Dynamics (EPD) dan Hirschman Herfindahl Index (HHI). Ikan sidat merupakan komoditi perikanan yang memiliki pasar ekspor potensial. China menjadi negara pengekspor ikan sidat utama di dunia dengan share sebanyak 64%. Beberapa negara anggota EU masih menjalankan perdagangan internasional ikan sidat meskipun CITES telah memasukkannya dalam Apendix II sebagai spesies yang dilindungi. Ekspor ikan sidat indonesia terdiri dari ikan sidat hidup, segar dan beku. Daya saing komparatif ikan sidat hidup dan beku cukup baik sedangkan ikan sidat segar belum berdaya saing. Daya saing kompetitif ikan sidat Indonesia di pasar internasional berada pada posisi falling star. Konsentrasi pasar ikan sidat dunia berdasarkan indeks Herfindahl bahwa ikan sidat beku unconcentrated, sehingga menjadi komoditi yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Kata kunci: keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, konsentrasi pasar, ikan sidat PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 104.000 km dengan luas laut sekitar 3,5 juta km 2 . Posisi geografis tersebut seharusnya membuat Indonesia menjadikan perikanan sebagai sektor riil dan menjadi andalan untuk mendatangkan devisa negara. Volume perikanan tangkap dan budidaya di Indonesia setiap periode mengalami peningkatan, pada tahun 2016 rata-rata kenaikan produksi dari perikanan tangkap adalah 3,2% yang dirasa masih lambat, sedangkan untuk perikanan budidaya mengalami kenaikan 25%. Perikanan budidaya air tawar * Corresponding author: Zainal Abidin, [email protected]Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Veteran Street, Malang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ECSOFiM: Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019.07(01):44-58 e-ISSN: 2528-5939 Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ecsofim. 2019.007.01.04
44 Cite this as: Noor, Arif Y. M. and Zainal A. (2019). Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in
International Market. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. 07(01):44-58 Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/
COMPETITIVENESS OF INDONESIAN EEL (Anguilla sp) IN INTERNATIONAL MARKET
DAYA SAING IKAN SIDAT (Anguilla sp) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL
Arif Yustian Maulana Noor 1 and Zainal Abidin*2
1Faculty of Agriculture Brawijaya University, Veteran Street Malang
2Fisheries and Marine Science Faculty, Brawijaya University, Veteran Street Malang
Received: July 15, 2019 /Accepted: August 07, 2019
ABSTRACT
This study aims to analyze the competitiveness of Indonesian eel in the international market both comparative and competitive advantage. This type of research data is secondary data sourced from the United Nations Nation Database. The data analysis method uses Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA), Export Product Dynamics (EPD) and Hirschman Herfindahl Index (HHI). Eel is a fishery commodity that has a potential export market. China is the main exporter of eel in the world with a share of 64%. Some EU member countries are still carrying out international trade in eel although CITES has included it in Appendix II as a protected species. The export of Indonesian eel consists of life, fresh and frozen. The comparative competitiveness of live and frozen eel is quite good while fresh eel is still low. The competitive advantage of Indonesian eel in the international market is still in the falling star quadrant. The concentration of the global eel market is based on the Herfindahl index that frozen eel is unconcentrated, it is mean that frozen eel is the most potential to be developed as an export commodity.
Keywords: comparative advantage, competitif advantage, market concentration, eel
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ikan sidat Indonesia di pasar internasional baik secara komparatif maupun kompetitif. Jenis data penelitan ini adalah data sekunder yang bersumber dari Comtrade United Nation Database. Metode analisa data menggunakan Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA), Export Product Dynamics (EPD) dan Hirschman Herfindahl Index (HHI). Ikan sidat merupakan komoditi perikanan yang memiliki pasar ekspor potensial. China menjadi negara pengekspor ikan sidat utama di dunia dengan share sebanyak 64%. Beberapa negara anggota EU masih menjalankan perdagangan internasional ikan sidat meskipun CITES telah memasukkannya dalam Apendix II sebagai spesies yang dilindungi. Ekspor ikan sidat indonesia terdiri dari ikan sidat hidup, segar dan beku. Daya saing komparatif ikan sidat hidup dan beku cukup baik sedangkan ikan sidat segar belum berdaya saing. Daya saing kompetitif ikan sidat Indonesia di pasar internasional berada pada posisi falling star. Konsentrasi pasar ikan sidat dunia berdasarkan indeks Herfindahl bahwa ikan sidat beku unconcentrated, sehingga menjadi komoditi yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Kata kunci: keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, konsentrasi pasar, ikan sidat
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan dengan panjang garis pantai mencapai 104.000 km dengan
luas laut sekitar 3,5 juta km2. Posisi geografis tersebut seharusnya membuat Indonesia menjadikan
perikanan sebagai sektor riil dan menjadi andalan untuk mendatangkan devisa negara. Volume
perikanan tangkap dan budidaya di Indonesia setiap periode mengalami peningkatan, pada tahun
2016 rata-rata kenaikan produksi dari perikanan tangkap adalah 3,2% yang dirasa masih lambat,
sedangkan untuk perikanan budidaya mengalami kenaikan 25%. Perikanan budidaya air tawar
Keterangan: RS = Rising Star; FS = Falling Star; LO = Lost Opportunity; RT= Retreat Sumber: Comtrade 2019, data diolah
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 54
Secara rata-rata posisi daya saing ikan sidat Indonesia tidak ada yang berada pada posisi
Lost Opportunity, artinya Indonesia masih memiliki peluang dalam berkompetisi di pasar ikan sidat
dunia. Matriks EDP rata-rata ikan sidat Indonesia dapat dilihat dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Matriks EDP Ikan Sidat Indonesia (Sumber: Comtrade 2019, data diolah)
Posisi daya saing komoditi ikan sidat hidup Indonesia di pasar internasional mengalami
pergeseran dari rising star hingga menjadi falling star di tahun 2018. Posisi terendah ada di tahun
2011 dan 2017 yaitu pada kuadran retreat, namun selama 10 tahun terakhir (periode 2009 β 2018)
posisi ekspor sidat hidup tidak pernah berada pada kuadran lost opportunity bahkan lebih sering
berada diantara falling star dan rising star, ini artinya pergeseran dinamis daya saing di pasar
internasional tidak terlalu signifikan. Pada posisi falling star, Indonesia masih memiliki pangsa
pasar yang meningkat tetapi pengembangan ekspor ikan sidat hidup mungkin bukan opsi yang
strategis dibandingkan dengan mengekspor dalam bentuk segar atau beku.
Posisi daya saing ikan sidat segar Indonesia berada pada kuadran retreat di tahun 2018, hal
ini menjadi tantangan bagi Indonesia agar dapat berkompetisi di pasar internasional. Berbanding
lurus dengan daya saing komparatif yang menunjukkan RCA < 1 maka secara kompetitif pun daya
saing ikan sidat segar Indonesia masih belum memiliki daya saing. Ekspor ikan sidat dalam bentuk
segar memiliki resiko yang tinggi. Ikan segar mudah mengalami proses pembusukan akibat
aktivitas enzim-enzim tertentu yang ada di dalam tubuh ikan, aktivitas bakteri dan mikroorganisme
lain atau karena proses oksidasi lemak oleh udara (Abidin et al.,2017).
Daya saing ikan sidat beku Indonesia di pasar internasional mengalami beberapa kali
pergeseran periode 2010 β 2018. Posisi paling dominan adalah pada kuadran falling star yang
artinya potensi pasar internasional bertambah tetapi ekspor Indonesia stagnan. Jika dilihat daya
saing secara komparatif untuk komoditi ikan sidat beku, Indonesia memiliki daya saing yang
sangat kuat. Kondisi tersebut memberikan indikasi berlimpahnya sumber daya masih belum diikuti
dengan pengelolaan yang kompetitif. Pembangunan industri budidaya ikan sidat mungkin dapat
mengadopsi sistem cluster dengan mengintegrasikan seluruh pelaku di suatu area atau regional
sebagai suatu kesatuan yang saling berperan dalam suatu sistem (Sunanto, 2012).
Ikan Sidat HidupIkan Sidat
SegarIkan Sidat
Beku
-0,0006
-0,0005
-0,0004
-0,0003
-0,0002
-0,0001
0
-0,08 -0,06 -0,04 -0,02 0 0,02 0,04 0,06
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 55
Analisis Konsentrasi Pasar
Konsentrasi pasar ikan sidat dianalisis menggunakan pendekatan Hirschman Herfindahl Index
(HHI). Tabel 4 menunjukkan konsentrasi pasar komoditi ikan sidat di pasar internasional
cenderung sangat terkonsentrasi untuk ikan sidat hidup dan ikan sidat segar, sedangkan untuk
ikan sidat beku tidak terkonsentrasi. Konsentrasi pasar ikan sidat hidup selama 2009 sampai 2017
adalah moderately concentrated yang artinya tingkat konsentrasi menengah, namun pada 2018
menjadi highly concentrated yang artinya ada satu atau beberapa negara yang menguasai market
share.
Tabel 4. Hirschman Herfindahl Index Ikan Sidat di Pasar Internasional
Tahun/HS Code
HS 030192 HHI HS 030274 HHI HS 030326 HHI
2009 2.124 MC 3.851 HC 1.624 MC
2010 2.142 MC 3.221 HC 1.737 MC
2011 1.977 MC 1.604 MC 1.982 MC
2012 1.541 MC 1.513 MC 1.029 UC
2013 1.610 MC 3.735 HC 1.642 MC
2014 1.950 MC 3.823 HC 3.568 HC
2015 2.400 MC 4.912 HC 3.149 HC
2016 2.343 MC 5.095 HC 1.414 UC
2017 1.773 MC 2.371 MC 1.002 UC
2018 3.559 HC 2.882 HC 1.853 MC
Keterangan: MC = moderately concentrated; HC = highly concentrated; UC = unconcentrated Sumber: Comtrade 2019, data diolah
Pada tahun 2018 market share terbesar dikuasai oleh USA sebanyak 48% dan Philippines
sebanyak 34%, sedangkan Indonesia hanya mendapatkan share 5%. Ikan sidat hidup dapat
dikategorikan sebagai komoditi yang berupa bahan baku, karena masih dapat dilakukan kegiatan
ekonomi lanjutan untuk mendapatkan nilai tambah. Ekspor komoditi berupa bahan baku memang
sedang dibatasi oleh pemerintah. Penangkapan ikan sidat di laut (sebagai benih) dibatasi melalui
regulasi KKP dengan pelarangan menangkap di hari tertentu dalam seminggu. Meskipun trend
daya saing komparatif mengalami penguatan, tetapi daya saing kompetitifnya lemah, serta
konsentrasi pasar yang sangat terkonsentrasi, maka ekspor ikan sidat hidup bukanlah menjadi
prioritas utama bagi Indonesia.
Pangsa pasar ikan sidat segar selama 2009-2018 cenderung sering highly concentrated,
dimana beberapa negara yang mendominasi pangsa pasar adalah Spanyol, Denmark, Amerika
dan China. Spanyol hampir 5 tahun berturut-turut sejak 2013 sampai 2017 menjadi pemegang
market share tertinggi, namun di tahun 2018 USA menjadi pemegang share 42% dengan
absennya Spanyol di perdagangan ikan sidat segar di pasar internasional. Indonesia menjadi
pemegang market share tertinggi pada tahun 2009 sampai 2010, namun mengalami penurunan
yang signifikan di tahun-tahun selanjutnya sebagaimana ditunjukkan dengan trend RCA yang
mengalami penurunan serta beberapa kali berada pada kuadran lost opportunity dan retreat pada
analisis matriks EDP. Daya saing yang lemah terhadap ekspor ikan sidat segar Indonesia di pasar
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 56
internasional menjadi implikasi bahwa perlu adanya pembenahan terkait proses eksportasi atau
sistem produksinya.
Ikan sidat beku berada pada konsentrasi pasar unconcentrated dan moderately consentrated,
selama periode 2009 sampai 2018 tidak ada satu negara pengekspor yang mendominasi, maka
dapat dikatakan struktur pasar untuk komoditi ikan sidat beku adalah pasar persaingan sempurna.
Melihat daya saing secara komparatif dan kompetitif, serta konsentrasi pasar yang menengah dan
cenderung tidak terkonsentrasi, maka Indonesia sangat berpotensi mendapatkan devisa yang
tinggi melalui ekspor ikan sidat beku.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ikan sidat hidup (HS 030192) dan beku (HS 030326) asal Indonesia memiliki daya saing
secara komparatif khususnya di negara pengimpor utama yaitu China, Jepang dan Hongkong,
sedangkan ikan sidat segar (HS 30274) memiliki keunggulan komparatif yang rendah. Posisi daya
saing ikan sidat hidup (HS 030192) dan beku (HS 030326) berada pada kuadran falling star,
sedangkan ikan sidat segar (HS 030274) berada pada kuadran retreat. Konsentrasi pasar ikan
sidat hidup (HS 030192) dan segar (030274) cenderung highly concentrated, sedangkan untuk
ikan sidat beku (HS 030326) cenderung unconcentrated.
Strategi perdagangan internasional yang tepat untuk dilakukan Indonesia adalah berfokus
pada ikan sidat beku sebagai komoditas andalan, karena selain Indonesia memiliki daya saing
secara komparatif dan kompetitif pada komoditi tersebut, juga pangsa pasar global yang ada saat
ini masih terbuka lebar. Adanya berbagai isu konservasi terhadap ikan sidat akan membatasi
ekspor terhadap ikan sidat hidup, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia menjadikan
spesies ikan sidat tropis eksklusif. Melihat potensi dan permintaan pasar internasional, maka kunci
daya saing ikan sidat adalah pada produksi dan pengolahan. Pembangunan cluster industri
budidaya ikan sidat yang terintegrasi dengan pengolahan produk siap konsumsi dapat menjadi
upaya strategis dalam peningkatan produksi ikan sidat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, P. (2002). Daya Saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE
Abidin, Z. et al. (2017). Analysis of Marketing Mix on Purchase Decision of Softboned-Milkfish βMrs. Jeniβ in Malang City of East Java. ECSOFiM: Economic and Social of Fisheries and Marine Journal. Vol.5 (1): 30-41
Affandi, R. (2010). STRATEGI Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat , Anguilla spp. Seminar Riptek Kelautan Nasional, 210β212.
Arai, T. (2014). Do we protect freshwater eels or do we drive them to extinction? SpringerPlus, 3(1), 1β10. https://doi.org/10.1186/2193-1801-3-534
Balassa, B. (1965), Trade Liberalisation and βRevealedβ Comparative Advantage1. The Manchester School, 33: 99-123. https://doi.org/10.1111/j.1467-9957.1965.tb00050.x
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 57
Crook, Vicki & Nakamura, M. (2013). Glass eels: Assessing supply chain and market impacts of a CITES listing on Anguilla species. Traffic Bull. 25. 24-30.
Crook, Vicki.(2014). Slipping away: international Anguilla eel trade and the role of the Philippines, TRAFFIC and Zoological Society London, Cambridge and London, Uited Kingdom.
Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (2015). Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Sidat Periode 1: 20016-20120. Jakarta. Kementrian kelautan dan Perikanan.
Esterhuizen. (2006). Measuring and Analysing Competitiveness in The Agribusiness Sector: Methodological and Analytical Framework. University of Pretoria. Petroria
Estherhuizen, D. (2006). An Evaluation of The Competitiveness of The South African Agribusiness Sector. Ph.D Thesis. Department of Agricultural Economics, Extension and Rural Development. Faculty of Natural and Agricultural Science University of Pretoria.
Forgey, Fred, et. al (1997) Market Structure in the Residential Real Estate Brokerage Market. Journal of Real Estate Research: 1997, Vol. 14, No. 2, pp. 107-115.
Haryono, H., & Wahyudewantoro, G. (2017). Pemetaan Habitat Ruaya Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor) dan Potensinya di Pantai Selatan Jawa. Omni-Akuatika, 12 (3). https://doi.org/10.20884/1.oa.2016.12.3.123
Indrawati, A., Anggoro, S., & Wijaya Saputra, S. (2016). Pemetaan Potensi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada Perairan Sungai di Kabupaten Purworejo. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke V 2015 Hasil Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP, pp. 669-679
Jacoby, D. M. P., Casselman, J. M., Crook, V., Delucia, M., Ahn, H., Kaifu, K., Gollock, M. J. (2015). Synergistic patterns of threat and the challenges facing global anguillid eel conservation. Global Ecology and Conservation, 4, 321β333. https://doi.org/10.1016/j.gecco.2015.07.009
Kaifu, K. (2019). Challenges in assessments of Japanese eel stock. Marine Policy, 102(February), 1β4. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2019.02.005
Laursen, K. (1998). Revealed Comparative Advantage and the alternatives as Measure of International Specialisation, Danish Research Unit for Industrial Dynamics, DRUID Working Paper No. 98-30, Copenhagen, Denmark.
Laursen, K. (2015). Revealed comparative advantage and the alternatives as measures of international specialization. Eurasian Bus Rev 5: 99. https://doi.org/10.1007/s40821-015-0017-1
Miller, M. J., & McCleave, J. D. (2019). Eels. Encyclopedia of Ocean Sciences, (June), 157β167. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-409548-9.10773-0
Naylah, M. (2010). Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan Indonesia. Thesis. Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro.
Nijman, V. (2015). CITES-listings, EU eel trade bans and the increase of export of tropical eels out of Indonesia. Marine Policy, 58, 36β41. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2015.04.006
Nijman, V. (2017). North Africa as a source for European eel following the 2010 EU CITES eel trade ban. Marine Policy, 85(June), 133β137. https://doi.org/10.1016/j.marpol.2017.06.036
Porter, M.E. (1990). The Competitive Advantage of Nations. The Free Press: New York
Noor, Arif Y. M. and Abidin, Z. Competitiveness of Indonesian Eel (Anguilla sp) in International Market
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine. 2019. 07(01):44-58 58
Primyastanto, Mimit. 2016. Evapro (Evaluasi Proyek) : Teori dan Aplikasi pada Usaha Pembesaran Ikan Sidat (Anguilla sp). Malang: UB Press.
Pratiwi, E. (1998). Mengenal lebih dekat tentang perikanan sidat (Anguilla spp.). Warta Penelitian Perikanan Indonesia, 4(4): 8-12.
Praseno, O., & Johan, O. (2009). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Rovara, O. (2010). Laporan Akhir Alih Teknologi Pemeliharaan Benih Ikan Sidat Teradaptasi Di Kawasan Segara Anakan. Jakarta: Agency for the Assessment and Application of Technology.
Sunanto, Sandra. (2012). Building Competitive Advantage Of Nations Through Cluster. Bina Ekonomi Vol 8, No 2.
Shiraishi, H. and Crook, V. (2015). Eel market dynamics: an analysis of Anguilla production, trade and consumption in EastAsia. TRAFFIC. Tokyo, JAPAN.
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan empiris. Yogyakarta: Ghalia Indonesia.