i PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011 Oleh : ARIE NIZAR SIDQI P17433210026 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011 Arie Nizar Sidqi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
TAHUN 2011
Oleh :
ARIE NIZAR SIDQI
P17433210026
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
2011
Arie Nizar Sidqi
ii
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
TAHUN 2011
Proposal skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai
derajat Sarjana Sains Terapan di Bidang kesehatan Lingkungan
Oleh :
ARIE NIZAR SIDQI
P17433210026
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN 2011
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Skripsi yang ditulis oleh
Nama
NIM
Judul Proposal Karya Tulis Ilmiah
:
:
:
Arie Nizar sidqi
P17433210026
Pengaruh Dosis Desinfektan Terhadap
Penurunan Angka Kuman Pada Lantai
Di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto Tahun
2011
Telah kami setujui untuk diujikan di depan Dewan Penguji Skripsi pada tanggal
31 Januari 2011
Purwokerto, 26 Januari 2011
Pembimbing I Proposal Skripsi
Agus Subagiyo,SIP,M.Kes
NIP. 19610827 198403 1 004
Pembimbing II Proposal Skripsi
Asep Tata Gunawan.,SKM,M.Kes
NIP. 19651116 198402 1 001
Arie Nizar Sidqi
iv
PROPOSAL SKRIPSI
Pengaruh Dosis Desinfektan Terhadap Penurunan Angka kuman Pada Lantai Ruang Kenanga
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011
Disusun oleh:
ARIE NIZAR SIDQI NIM. P17433210026
Telah diseminarkan dengan Pembimbing dan Penguji Proposal Skripsi
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto pada tanggal 31 Januari 2011
Proposal Skripsi ini telah memenuhi persyaratan
sebagai pedoman pelaksanaan penelitian penyusunan Skripsi
Mengetahui Ketua Program Studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Politeknik Kesehatan Depkes Semarang
Yulianto. BE, S.Pd, M.Kes NIP : 19610731 198403 1 003
Ketua Tim Penguji Seminar
Agus Subagiyo, SIP, M.Kes NIP : 19610827 198403 1 004
Pembimbing I
Agus Subagiyo, SIP, M.Kes NIP : 19610827 198403 1 004
pengepelan dua kali sehari di ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto, diharapkan dapat menurunkan angka kuman lantai
sampai dibawah standar. Untuk mengetahui efektifitas desinfektan perlu diuji
langsung, yaitu setelah lantai diberi desinfektan kemudian dihitung jumlah
jasad renik yang didasarkan pada jumlah kuman yang ada di lantai tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Dosis Desinfektan Terhadap
Penurunan Angka Kuman Pada Lantai Di Ruang Kenanga RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011”.
B. Masalah
1. Berapakah angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr..
Margono Soekarjo sebelum pemberian desinfektan?
2. Berapakah angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr.
Margono Soekarjo sesudah pemberian desinfektan dengan dosis 25
ml/liter, 30 ml/liter?
3. Berapakah prosentase penurunan angka kuman pada lantai di Ruang
Kenanga RSUD Prof Dr.. Margono Soekarjo sesudah pengepelan dengan
menggunakan desinfektan dengan dosis 25 ml/liter, 30 ml/liter?
4. Dosis desinfektan manakah yang paling efektif untuk menurunkan angka
kuman lantai pada proses pengepelan di Ruang Kenanga RSUD DR.
Margono Soekarjo?
4
C. Tujuan Penilitian
1. Mengetahui angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr..
Margono Soekarjo sebelum pemberian desinfektan.
2. Mengetahui angka kuman pada lantai di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr..
Margono Soekarjo setelah pemberian desinfektan dengan dosis 25 ml/liter,
30 ml/liter.
3. Menghitung prosentase penurunan angka kuman pada lantai di Ruang
Kenanga RSUD Prof Dr. Margono soekarjo sesudah pengepelan dengan
desinfektan dengan dosis 25 ml/liter, 30 ml/liter.
4. Mengetahui dosis desinfektan yang paling efektif untuk menurunkan
angka kuman pada lantai pada proses pengepelan di Ruang Kenanga
RSUD Margono Soekarjo.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
kebersihan lantai.
2. Bagi pihak rumah sakit
Sebagai bahan masukan tentang cara pengepelan yang efektif untuk
menurunkan angka kuman pada lantai.
3. Bagi almamater
Untuk menambah bahan pustaka bagi pihak Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
5
4. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang kesehatan
lingkungan khususnya masalah sanitasi rumah sakit.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah jumlah kuman pada lantai sebelum
dan seadalah sudah pemberian desinfektan pada ruang Kenanga RSUD Prof
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011.
F. Keaslian Penalitian
No Judul Penilitian Nama Metode Variabel Hasil
1 Studi Jumlah Kandungan Kuman pada Lantai Bangsal Perawatan Rumah Sakit Wijayakusuma Puwokerto Tahun 2008
Wilujeng Deskriftif Variabel bebas, Variabel terikat
Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sebelum pemberian desinfektan adalah 12 koloni/cm2. Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sesudah pemberian desinfektan adalah 5 koloni/cm2.
2 Studi Komparasi Angka Kuman Lantai Sebelum dan Sesudah Desinfektan pada Ruang Bersalin RSUD Purbalingga 2009
Ulfah Farida Trisnawati
Deskriftif Variabel bebas, Variabel terikat
Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sebelum pemberian desinfektan adalah 33 koloni/cm2. Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sesudah pemberian desinfektan adalah 6 koloni/cm2.
6
3 Pengaruh desinfektan terhadap Penurunan angka Kuman lantai di ruang Bougenvile RSU Banyumas Tahun 2010
Putut
Karyawan
Deskriftif Variabel bebas, variabel pengganggu, variabel terikat
Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sebelum pemberian desinfektan adalah 26 koloni/cm2. Rata-rata jumlah kuman lantai bangsal perawatan sesudah pemberian desinfektan adalah 6 koloni/cm2.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada
adalah Dosis desinfektan yang berdeda, kali ini peneliti memakai 2 dosis.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian – pengertian
1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 986 Tahun
1992 / MENKES /XI/1992) Rumah sakit adalah:
“Sarana sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai
tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian”.
2. Pengertian Desinfeksi
Menurut Dirjen PPM dan PLP (1993, h. 3):
“Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme pathogen penyebab penyakit dengan cara fisik maupun kimiawi, proses ini tidak termasuk menghancurkan spora.”
3. Pengertian Kuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995, h 541)
“kuman adalah binatang yang amat kecil atau mikroorganisme yang bersifat pathogen dan non pathogen. Yang pathogen dapat menimbulkan penyakit pada manusia, sedangkan yang non pathogen tidak menimbulkan penyakit pada manusia.”
7
8
4. Pengertian Mikroorganisme
Menurut Volk dan Weeler (1990, h. 333):
“Mikroorganisme adalah jasad renik yang berukuran sangat
kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang atau
kasat mata dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop”
B. Mikroorganisme
1. Pengertian Mikroorganisme (jasad renik)
Menurut As’ad (1993, h.252) yang dimaksud jaded renik adalah
makhluk hidup yang sangat kecil yang dapat dilihat dengan kaca
pembesar. Mikroorganisme merupakan jasad renik yang bentuknya sangat
kecil, sehingga akan kelihatan jelas apabila diamati dengan menggunakan
mikroskop.
2. Mikroorganisme Patogen dan Penyakitnya
Menurut Nyoman Suendra, et. Al. (1993, h. 33) Mikroorganisme
parasit dan yang menyebababkan penyakit pada manusia, merupakan jenis
mikroorganisme pathogen seperti bakteri, virus, jamur,dan protozoa.
Mikroorganisme selain ada yang bermanfaat dalam tubuh manusia yang
sehat misalnya usus yang membentuk vitamin K dan membantu absorbsi
makanan, ada juga yang merugikan manusia. Mikroorganisme pathogen
antara lain dapat menimbulkan penyakit pada saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan saluran air seni. Kelompok mikroorganisme yang paling
banyak menimbulkan penyakit adalah bakteri.
9
3. Pertumbuhan Jasad renik
Pertumbuhan Jasad Renik dibagi dalam beberapa fase yaitu
(Srikandi Fardiaz, 1992, h.95-101)
a. Fasa Adaptasi (penyesuaian)
Pada face ini belum terjadi pembelahan sel karena beberapa enzim
belum disintesis. Faktor yang mempengaruhi lamanya fase adaptasi
yaitu:
1) Medium dan lingkungan pertumbuhan
2) Jumlah inokulum
b. Fase pertumbuhan Awal
Pada fase pertumbuhan awal sel mulai membelah dengan kecepatan
yang masih rendah karena baru selesai tahap penyesuaian diri.
c. Fase pertumbuhan Logaritmik
Pada fase ini sel jasad renik membeleh dengan kecepatan dan konstan.
Karena pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh
medium tempat tumbuhnya, seperti pH, kandungan nutrient dan
kondisi lingkungan termasuh suhu dan kelembaban udara.
d. Fase Pertumbuhan Lambat
Sebab perlambatan pertumbuhan populasi jasad renik fase ini adalah:
1) Zat nutrisi didalam medium berkurang
2) Adanya hasil – hasil metabolisme yang mungkin beracun atau
dapat menghambat pertumbuhan jasad renik.
10
e. Fase Pertumbuhan Tetap (statis)
Jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati. Pada fase ini, sel-sel menjadi lebih tahan
terhadap ekstrem seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan kimia.
f. Fase Kematian
Pada fase ini, jumlah sel yang mati semakin lama semakin banyak dan
kecepatan kematian dipengaruhi oleh kondisi nutrient, lingkungan dan
jenis jasad renik. Sebab yang mempengaruhi fase kematian yaitu:
1) Nutrien didalam medium sudah habis
2) Energi cadangan didalam sel habis.
4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik
Pada pertumbuhan jasad renik, tidak semua sel yang terbentuk akan terus
hidup. Hal ini dikarenakan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
jasad renik (Srikandi Fardiaz, 1996, h.11 ).
a. Tersedia Nutrien
Jasad renik membutuhkan nutrient untuk kehidupan pertumbuhannya
sebagai:
1) Sunber karbon
2) Sumber nitrogen
3) Sumber energi
4) Faktor pertumbuhan yaitu mineral dan vitamin
11
b. Tersedianya air
Sel jasad renik memerlukan air dalam berkembang biak, tetapi tidak
semua air dapat digunakan oleh jasad renik. Kondisi atau keadaan air
yang tidak dapat digunakan oleh jasad renik yaitu:
1) Adanya salut dan ion dapat mengikat air didalam larutan
2) Koloid hidrofilik (gel) dapat mengikat air
3) Air berbentuk Kristal es atau hidrasi
c. Nilai pH
Nilai pH medium sangat mempengaruhi jenis jasad renik, karena jasad
renik dapat tumbuh pada suhu pH 3-6 .
d. Suhu
Jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum
untuk pertumbuhannya., tetapi ada juga pengaruh suhu terhadap
kecepatan pertumbuhan sel yaitu:
1) Pertumbuhan jasad renik terjadi pada suhu dengan kisaran 30°C
2) Kecepatan pertumbuhan jasad renik meningkat lambat dengan
naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal
3) Diatas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan manurun dengan
cepat dengan naiknya suhu
12
e. Tersedianya O2
Konsentrasi O2 di lingkungan mempengaruhi jasad renik yang dapat
tumbuh. Berdasarkan kebutuhan O2 jasad renik dibedakan menjadi
jasad renik yang bersifat aerobic, anaerobic dan aerobic fakultatif.
C. Desinfeksi
1. Pengertian Desinfeksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Indonesia, Depdikbud,
1995, h.228) desinfeksi adalah bahan kimia (lisol, kreolin) yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik.
2. Ciri-ciri Desinfektan yang ideal
Menurut Mitchael J Pelezar, Jr., et. Al. (1988, h.488) cirri-ciri
desinfektan yang ideal yaitu:
a. Aktivitas antimicrobial.
Kemampuan substansi untuk mamatikan berbagai macam
mikroorganisme.
b. Kelarutan.
Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain
sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara
efektif.
13
c. Stabilitas.
Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama
harus seminilmal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat
antimikrobialnya.
d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup.
Bahwa substansi tersebut harus bersifat letal bagi mikroogranisme dan
tidak berbahaya bagi manusia ataupun hewan lain.
e. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
Sebaiknya desinfektan tersebut tidak berbau atau hendaknya
menimbulkan bau sedap.
f. Berkemampuan sebagai detergen.
Suatu desinfektan juga merupakan detergen yang efeknya juga sebagai
pembersih.
g. Ketersediaan dan biaya.
Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dan dengan harga yang
pantas.
3. Jenis Desinfektan
Menurut Mitchael J Pelezar, Jr., et. Al. (1988, h 542) desinfektan
digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Fenol dan persenyawaannya.
Senyawa ini digunakan untuk mengembangkan teknik-teknik
pembedahan aseptik, dan untuk mengevaluasi aktifitas bakterisidalnya.
14
b. Persenyawaan alkohol
Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikroba pada kulit dan untuk
desinfektan termomeral oral.
c. Detergen
Adalah zat pembasah yang terutama digunakan untuk membersihkan
permukaan benda.
d. Aldehide dan persenyawaan.
Senyawa ini mempunyai kegunaan untuk mengendaliakan populasi
mikroorganisme.
e. Kemosterilisator gas.
Adalah sterilisasi kimiawi dengan menggunakan gas.
4. Mekanisme Kerja Desinfektan
Menurut Nyoman Suhendra, et. Al. (1992, h. 76 ), faktor utama
yang menetukan bagaimana desinfektan bekerja adalah kadar desinfektan,
wktu yang diberikan kepada desinfektan untuk bekerja, suhu desinfektan,
jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan keadaan bahan yang
didesinfeksi. Apabila proses desinfeksi ditujukan pada patogen tertentu,
agen yang dipilih sebagai desinfektan harus dikenal sebagai bakterisida
efektif terhadap organisme tersebut.
Menurut Mitchael J Pelezar, Jr, et. Al. (1998, h.457), cara kerja
desinfektan dalam mematikan mikroorganisme yaitu:
15
a. Kerusakan pada Dinding sel
Dengan cara menghmbat pembentukan atau mengubah setelah selesai
terbentuk.
b. Perubahan Metabolisme Sel
Adanya kerusakan pada membran sitoplasma yang akan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
c. Perubahan Molekul Protein dan Asam Nukleat
Apabila terjadi perubahan molekul protein dan asam nukleat dimana
hidupnya suatu sel bergabung pada terpeliharanya molekul ini, maka
dapat merusak sel tanpa diperbaharui kembali.
d. Penghambatan Kerja enzim
Penghambatan kerja enzim dapat mengakibatkan terganggunya
metabolisme atau matinya sel.
e. Penghambatan Sintetis Asam Nukleat dan Protein
Adanya gangguan DNA, RNA dan protein didalam proses kehidupan
normal sel dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel..
D. Angka kuman lantai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995, h.541) kuman adalah
binatang yang amat kecil yang dapat menyebabkan penyakit. Cara
pemeriksaan jumlah kuman sample usap lantai adalah mengamati dan
menghitung pertumbuhan koloni pada media glucose agar plate / NA setelah
di inkubasi 1 x 24 jam pada suhu ±35°C.
16
E. Cara Pengepelan Lantai
menurut Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004 syarat lantai rumah
sakit adalah
1. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rat dan mudah
dibersihkan
2. Lantai yang selalu konntak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup (2-3%) kearah saluran pembuangan air limbah
3. Pertemuan lantai dengan dinding terbentuk konus/lengkung agar mudah
dibersihkan.
Mengepel lantai ( Dam Sweeping ) adalah cara membersihkan kotoran diatas
permukaan lantai dengan memakai kain pel (Agustinus Daryanto, 1995, h.14).
Menurut permenkes No 1204/menkes/SK/X/2004, untuk mengurangi dan
mengendaalikan kuman pada lantai dengan menyapunya, kemudian dipel
dengan air atau dengan bahan pembersih lantai. Pengendalian lantai di rumah
sakit, juga harus diperhatikan cara pelaksanaanya yaitu:
1. Kegiatan pembersihan ruang sebaiknya dilakukan pagi dan sore hari.
2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/ merapikan tempat tidur pasien, setelah jam makan, setelah
jam kunjungan dokter, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu bila
diperlukan.
3. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.
4. Harus menggunakan cara pembersihak dengan perlengkapan pel yang
memenuhi syarat dan bahan antiseptic.
17
5. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel sendiri.
6. Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruang paling dalam dan bergerak
menuju kearah luar.
7. Sewaktu pembersihan lantai dengan perlengkapan pel semua perabotan
ruangan seperti meja, kursi, tempat tidur dan lain-lain harus
diangkut/digeser, agar pembersihan lantai sempurna dengan baik, kamar
/ruang harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis.
F. Kerangka teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
G. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan adalah dengan hipotesis nol (H0), yaitu tidak
ada pengaruh penggunaaan berbagai dosis desinfektan terhadap penurunan
angka kuman pada lantai.
Angka Kuman lantai
Dosis Desinfektan
Pengepelan lantai menggunakan
desinfektan
Angka kuman lantai ruang
sesuai standar
Mencegah infeksi/penya
kit
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Jenis variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang menjadi
sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (dependen) sehingga
variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang
mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis
desinfektan 25 ml/liter, 30 ml/liter
b. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah suhu, kelembaban,
pencahayaan.
c. Variabel Terikat
Variabel terikat atau dependen merupakan variabel kriteria, respon,
dan output (hasil). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah angka
kuman lantai.
d. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang tidak diteliti.
18
19
2. Struktur hubungan variabel
Gambar 3.1 Variabel Penelitian
3. Difinisi operasional
No Variabel Definisi Operasional
Cara Mendapatkan
Data
Satuan Skala Data
1 Angka kuman lantai
Jumlah koloni yang terhitung pada media pemeriksaan sampel kuman lantai sebelum dan sesudah pemberian desinfektan
Usap Lantai Koloni/cm² Rasio
2 Desinfektan Bahan kimia untuk membunuh atau menurunkan kuman
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil pengukuran yang
di lakukan di laboratorium terhadap jumlah kuman pada lantai,
pengukuran suhu dan kelembaban serta wawancara dengan petugas.
b. Data Data Sekunder
Sumber data sekunder berupa arsip dokumen rumah sakit serta buku-
buku referensi.
3. Cara Pengumpulan data
a. Observasi terhadap obyek yang akan diteliti yaitu pengamatan kondisi
lingkungan lantai ruangan dan pengukuran kuman pada lantai dengan
alat bantu checklist dan kuesioner. .
b. Mengutip arsip dan laporan yaitu menyalin semua data rumah sakit
yang diperlukan dalam penelitian
c. Pengukuran yaitu mengadakan pengukuran menggunakan alat ukur
untuk menentukan suhu, kelembabab dan pencahayaan.
d. Pemeriksaaan yaitu pemeriksaan laboratorium dengan usap lantai
angka kuman sebelum dan sesudah pengepelan menggunakan
desinfektan.
24
F. Pengolahan data
1. Editing
Yaitu mengadakan seleksi dan pemilihan data sesuai dengan kelompoknya
2. Coding
Yaitu pemberian kode pada data untuk memudahkan dalam analisis data.
3. Tabulating
Yaitu memasukkan data dalam tabel untuk mempermudah pengolahan
G. Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu diketahuinya pengaruh dosis
desinfektan terhadap penurunan angka kuman lantai. Maka analisis yang
dipakai menggunakan uji analisa varian (anava) dan untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan digunakan uji student test (T-Test).
DAFTAR PUSTAKA
Anies, 2006, Managemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah Dan Menanggulangi Penyakit Menular. Elek Medoka Komputindo, Jakarta.
Anwar, A, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta Azrul Azwar, 1987. Pengantar Ilmu Kesehatan lingkungan. Jakarta: Mutiara
Sumber Widya Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial: Problematika dan Pengendaliannya, Jakarta,
Medika Departemen Kesehatan RI, 1993, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, Dirjen PPM & PLP, Jakarta , Pedoman Sanitasi Rumah Sakit, Dirjen PPM &
PLP, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2004, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Dirjen PPM & PLP, Jakarta Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Djasio Sanropie, et.al., 1989, Komponen Sanitasi Rumah sakit Untuk Institusi
Pendidikan Tenaga Sanitasi, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Djaya, I, 1990, Pengorganisasian dan Tata Laksana Sanitarian Rumah Sakit,
Pusdiknakes Depkes RI, Jakarta. Djojodibroto, D., 1997, Kiat Mengelola Rumah Sakit. Hipokrates, Jakarta Fachrul, F.M., 2007. Metode Sampling Bioekologi, Bumi Aksara, Jakarta Handoko Riwidikdo, 2007, Statistik Kesehatan, Yogyakarta; Mitra Cendikia Press Indonesia, Depdikbud, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan
dan Pengembangan bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Indonesia, Departemen Kesehatan, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/Menkes/ SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta, Direktorat jenderal pemberantasan Penyakit Menukar dan Penyakit Lingkungan
Marzuki, 2000, Metodologi Riset, Yogyakarta: BEFT – UII Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Pudjirahardjo, W.J. , 1993, Penentuan Besar Sampel dalam penelitian dan
Statistik Terapan, Airlangga University press, surabaya. Putut karyawan, 2010 Sripsi Pengaruh Desinfektan Terhadap penurunan
Desinfektan Terhadap Penurunan Angka Kuman Lantai di Ruang Bougenfil RSUD Banyumas, Purwokerto Kemenkes D4 JKL
Sanropie, dkk., 1989, Komponen Sanitasi Rumah Sakit untuk Institusi Pendidikan
Tenaga Sanitasi, Departemen Kesehatan RI proyek Pengembangan pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarata.
Smet B. 1994, Psikologi Kesehatan, Grasindo, Jakarta Soekidjo Notoatmojo, 2009, Metodologi Penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta Sugiarto, 2006, Teknik Sampling, Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama Suhardi, S.H., Koesnandar, D. K. Indriani, H. Arnaldo. 2008. Biosafety :
Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. PT. Multazam Mitra Prima
Suroso, Lasam, 1990, Petunjuk Praktikum Mikrobiologi, Fakultas Biologi
Unsoed. Purwokerto Sutomo, Adi Heru, 1996, Aspek Kesehatan Lingkungan di rumah Sakit, Bagian
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Tri Cahyono, dkk, 2009, Pedoman Penulisan Skripsi, Purwokerto: Departemen
kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Depkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto program studi Diploma IV Kesehatan Lingkungan
Wilujeng, 2008, Skripsi Studi Jumlah Kandungan Kuman pada Lantai Bangsal
Perawatan Rumah Sakit Wijayakusuma Puwokerto. Purwokerto, kemenkes D4 JKL
Lampiran 1
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011
Prosedur Pengambilan Sampel Pada lantai
A. Metode
Usap (swab)
B. Alat
1. Lidi kapas steril, yaitu lidi dililit kapas
2. Sarung tangan steril
3. Formulir pengambilan pemeriksaan laboratorium
4. Gunting
5. Selotip
6. Bunsen
7. Korek api
8. Alat tulis
9. Tas pembawa dalam hal ini adalah termos es
C. Bahan
1. Larutan Buffer NACL 0,85% sebanyak 100 ml dalam botol
2. Alkohol
D. Prosedur Kerja
1. Persiapkan alat, formulir pemeriksaan dan aseptiskan tangan
2. Menentukan titik pengambilan sample pada ruangan yang akan diambil
sampelnya untuk berukuran 30 x 30 cm yang sering di lalui orang.
3. Lidi kapas steril dibuka pembungkusnya didekat Bunsen yang menyala
4. Selanjutnya dimasukkan kedalam larutan buffer yang ada didalam botol
secara aseptis, kemudian lakukan pengambilan sample
5. Pengambilan sample dengan cara mengusapkan lidi kapas ke lantai sesuai
dengan titik dan luas yang ditentukan secara menyilang. Satu lidi kapsa
untuk satu titik pengambilan
6. Kemudian lidi kapas tersebut dikumpulkan didalam botol yang berisi
larutan buffer. Lidi patahkan, bibir botol panaskan dekat Bunsen
7. Botol tersebut diberi label yang berisi lokasi, tanggal, jam pengambilan
dan nama petugas pengambil sample
8. Segera dikirim ke laboratorium pada suhu 5°C, paling lambat 1x24 jam.
Lampiran 2 PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN
ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
TAHUN 2011
Prosedur Pengukuran Pencahayaan
A. Alat
Lux meter (Takemura DX-100)
B. Bahan
Ruangan penelitian
C. Prosedur kerja
1) Persiapkan
a) Jarak antara pengukur dengan alat ± 60-90 cm
b) Tinggi alat dari permukaan lantai ± 85 cm
c) Pakaian pengukur berwarna gelap
d) Tentukan titik pengukuran secara tepat
2) Pelaksannan
a) Hidupkan lux meter dengan menggeserkan tombol ON
b) Kalibrasikan lux meter pada angka 0
c) Lihat layar pada lux meter hingga angka yang muncul stabil
d) Angka yang muncul menunjukkan besarnya intensitas cahaya yang di
ukur
e) Matikan lux meter dengan menggeser tombol OFF
f) Catat hasil pengukuran pada formulir
Lampiran 3
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011
Prosedur Pengukuran suhu dan kelembaban
A. Alat
1. Thermohygrometer
2. Alat tulis
B. Bahan
Sampel ruangan
C. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat thermohygrometer
2. Tekan tombol on
3. Untuk mengetahui kelembaban udara tekan tombol RH%
4. Catat angka yang muncul
5. untuk mengetahui suhu udara tekan tombol ºC
6. Catat angka yang muncul
7. Setelah selesai tekan tombol off
Lampiran 4
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011
PEDOMAN WAWANCARA
(Untuk Petugas Kebersihan)
Hari / Tanggal:
A. Identitas Petugas
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan terakhir :
B. Data Khusus
1. Apakah sebelum pengepelan ruangan dibersihkan dahulu?
2. Berapa kali ruangan dibersihkan?
3. Berapa kali dilakukan pengepelan dalam sehari?
4. Apakah pengepelan menggunakan desinfektan?
5. jika ya, desinfektan apa yang digunakan?
6. Berapa dosis desinfektan yang digunakan?
Purwokerto, 2011
pewawancara
Arie Nizar
Lampiran 5
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011
Denah Titik Sampel Usap Lantai Kelas 3 Ruang Kenanga
Keterangan:
: Titik pengmbilan sampel
Lampiran 5
PENGARUH DOSIS DESINFEKTAN TERHADAP PENURUNAN ANGKA KUMAN PADA LANTAI DI RUANG KENANGA
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO TAHUN 2011
Prosedur Penelitian Angka Kuman Pada Lantai
Di Ruang Kenanga RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Tahun 2011
Mempersiapkan alat yang dipergunakan dalam penelitian (thermometer, hygrometer, lux meter, swab, larutan
fisiologis, alcohol 70% dan Bunsen)
Menuju tempat penelitian ± pkl. 06.00 WIB
Membawa sample kuman yang berisi swab yang ada dalam botol larutan Fisiologis ke laboratorium
RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto untuk di periksa
Mengukur suhu, kelembaban, dan pencahayaan ruangan. Kemudian menyapu lantai dan mengepel lantai. Setelah 5
menit pemberian desinfektan, lantai tersebut di usap dengan swab sebagai sample di setiap titik yang sudah ditentukan
secara aseptis.
Setelah permukaan lantai di usap, kemudian dimasukkan lagi ke dalam botol yang berisi larutan fisiologis, dan dimasukkan ke
dalam termos es
Kemudian lakukan pemeriksaan terhadap jumlah kuman Setelah diinkubasi, kemudian kuman tersebut di hitung dengan