i ARAHAN PENGEMBANGAN DESA TERTIN KABUPATEN BONDOWOSO BERDASARKA SOSIAL, EKONOMI, DAN INFRASTRUKTU TUGAS AKHIR – RP14-1501 AMELIA PUSPASARI NRP 3612 100 019 Dosen Pembimbing Arwi Yudhi Koswara, ST., MT. JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016 NGGAL AN ASPEK UR
543
Embed
ARAHAN PENGEMBANGAN DESA TERTINGGAL ...repository.its.ac.id/72524/1/3612100019-undergraduate...i ARAHAN PENGEMBANGAN DESA TERTINGGAL KABUPATEN BONDOWOSO BERDASARKAN ASPEK SOSIAL, EKONOMI,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
ARAHAN PENGEMBANGAN DESA TERTINGGALKABUPATEN BONDOWOSO BERDASARKAN ASPEKSOSIAL, EKONOMI, DAN INFRASTRUKTUR
TUGAS AKHIR – RP14-1501
AMELIA PUSPASARINRP 3612 100 019
Dosen PembimbingArwi Yudhi Koswara, ST., MT.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFakultas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2016
i
ARAHAN PENGEMBANGAN DESA TERTINGGALKABUPATEN BONDOWOSO BERDASARKAN ASPEKSOSIAL, EKONOMI, DAN INFRASTRUKTUR
TUGAS AKHIR – RP14-1501
AMELIA PUSPASARINRP 3612 100 019
Dosen PembimbingArwi Yudhi Koswara, ST., MT.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFakultas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2016
ii
THE DIRECTION OF DEVELOPMENT OFUNDERDEVELOPED VILLAGES IN BONDOWOSOREGENCY BASED ON SOCIAL, ECONOMIC, ANDINFRASTRUCTURE ASPECTS
FINAL PROJECT – RP14-1501
AMELIA PUSPASARINRP 3612 100 019
Advisor :Arwi Yudhi Koswara, ST., MT.
DEPARTMENT OF URBAN AND REGIONAL PLANNINGFaculty of Civil Engineering and PlanningSepuluh Nopember Institute of TechnologySurabaya 2016
ii
THE DIRECTION OF DEVELOPMENT OFUNDERDEVELOPED VILLAGES IN BONDOWOSOREGENCY BASED ON SOCIAL, ECONOMIC, ANDINFRASTRUCTURE ASPECTS
FINAL PROJECT – RP14-1501
AMELIA PUSPASARINRP 3612 100 019
Advisor :Arwi Yudhi Koswara, ST., MT.
DEPARTMENT OF URBAN AND REGIONAL PLANNINGFaculty of Civil Engineering and PlanningSepuluh Nopember Institute of TechnologySurabaya 2016
v
Arahan Pengembangan Desa Tertinggal KabupatenBondowoso Berdasarkan Aspek Sosial, Ekonomi, dan
Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu kabupatentertinggal di Provinsi Jawa Timur berdasarkan RPJMN tahun 2015-2019. Selain itu, terdapat kesenjangan antara nasional dankabupaten sehingga perlu dilakukan identifikasi dan pengembangandesa tertinggal di Kabupaten Bondowoso. Permasalahan rendahnyakualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM), pelayanan infrastrukturdasar yang belum memadai antara desa satu dengan desa lainnya,dan permasalahan tingginya angka kemiskinan yang terjadi diKabupaten Bondowoso sehingga untuk mengatasi hal tersebutdilakukan arahan pengembangan desa tertinggal KabupatenBondowoso berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahanpegembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowosoberdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur. Penelitian inimenggunakan teori pegembangan wilayah, pengembangan daerahtertinggal, dan pembangunan perdesaan dengan menggunakanAnalisis Faktor Eksplanatory untuk menentukan faktor yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa, Analisis Biplotdigunakan untuk tipologi desa tertinggal berdasarkan aspek sosial,ekonomi, serta infrastruktur, dan Analisis Deskripsi digunakanuntuk merumuskan arahan pengembangan desa tertinggalberdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskan.
Dari hasil penelitian terdapat empat faktor yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa di KabupatenBondowoso yaitu faktor kualitas SDM, perekonomian masyarakat,kondisi infrastruktur sosial, kondisi infrastruktur ekonomi.Berdasarkan hasil tipologi desa terdapat 95 desa tertinggal di
vi
Kabupaten Bondowoso yang terbagi menjadi 3 tipologi. Tipologi Asebanyak 9 desa, Tipologi B sebanyak 59 desa, dan Tipologi Csebanyak 27 desa. Arahan tipologi A peningkatan salah satu aspekSDM dan infrastruktur sosial atau perekonomian dan infrastrukturekonomi. Arahan tipologi B peningkatan salah satu aspek SDM daninfrastruktur sosial dan atau perekonomian dan infrastrukturekonomi. Arahan tipologi C peningkatan aspek SDM daninfrastruktur sosial serta perekonomian dan infrastruktur ekonomi.
Kata kunci: pengembangan desa, desa tertinggal, sosial, ekonomi,infrastruktur
vii
The Direction of Development of Underdeveloped Villagesin Bondowoso Regency based on Social, Economic, and
Infrastructure Aspects
Name : Amelia PuspasariRegistration Number : 3612100019Advisor : Arwi Yudhi Koswara, ST., MT
ABSTRACT
Bondowoso is one of underdeveloped Regencies in EastJava Province based on RPJMN in year 2015-2019. In addition,there is discrepancy between National and Regency o thatidentification and development of underdeveloped villages inBondowoso are significantly needed. This direction is aimed atovercoming problems such as the low quality of human resources,the insufficient basic infrastructure services between one village andanother and the high rate of poverty.
This study aims to formulate the direction of developmentof underdeveloped village in Bondowoso Regency based on social,economic, and infrastructure aspects. It uses a territorialdevelopment theory, development of underdeveloped areas, anddevelopment of village by using Explanatory Factor Analysis todetermine factors which affect the village backwardness. BiplotAnalysis is used for underdeveloped village typology based onsocial, economic, and infrastructure aspects, and DescriptiveAnalysis is used to formulate the direction of underdeveloped villagedevelopment based on the prioritized aspects.
From the findings, there are four causes of villagebackwardness in Bondowoso Regency, namely the quality factors ofhuman resources, economy of community, social infrastructureconditions, and economic infrastructure conditions. Based on theresult of village typology, these are 95 underdeveloped villages inBondowoso Regency divided into 3 typologies. A typology is of asmany as 9 villages, B typology is 59 villages while C typology is 27villages. For the direction of A typology, it is an improvement of oneof human resources aspects and social infrastructure or economyand economic infrastructure. For B typology, it is an improvement
viii
of one of human resources aspects and or social infrastructure oreconomy and economic infrastructure. For C typology, it is animprovement aspects of human resources and social infrastructure,economy and economic infrastructure.
Keyword : village development, underdeveloped village, social,economic, infrastructure
ix
KATA PENGANTARDengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat, dan hikmat-Nya sehingga penulis dapatmenyelesaikan tugas akhir dengan judul “Arahan PengembanganDesa Tertinggal Kabupaten Bondowoso Berdasarkan AspekSosial, Ekonomi, dan Infrastruktur”, sebagai salah satu matakuliah tugas akhir pada jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yangtelah membantu, diantaranya:
1. Keluargaku tercinta yang terdiri-dari Bapak Dr. BrodjolSutiyo, M.Si; Ibu Ninit Prih Indahwati; serta adekku CitraCahyaningrat, Ratih Cahyaningtyas, dan MuhammadReyhan yang telah memberikan doa, semangat dan kasihsayang yang luar biasa.
2. Bapak Arwi Yudhi Koswara, ST., MT. selaku dosenpembimbing tugas akhir yang telah memberikanbimbingan dan masukan bagi penulis dalam menyusuntugas akhir.
3. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg selakudosen pembimbing seminar yang telah memberikanbimbingan dan masukan bagi penulis dalam penyusunanproposal.
4. Ibu Belinda Ulfa Aulia, ST., M.Sc. selaku dosen walisekaligus koordinator Tugas Akhir yang telah banyakmelakukan upaya dalam melaksanakan upaya untukterlaksananya mata kuliah Tugas Akhir.
5. Bapak Fendy Firmansyah, ST., MT., Bapak Putu GdeAriastita, ST., MT., Drs. Iskandar Effendy, MS selakudosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukanuntuk perbaikan tugas akhir ini.
6. Keluarga besar Student Advisory Center (SAC) yangmemberikan pengalaman berharga selama 4 tahun di ITS
x
dan motivasinya dalam mendorong semangat kepadapenulis untuk menyelesaikan studinya.
7. Mbak Rustini Hendra, S.Psi yang selalu menjadi kakakterbaik yang selalu mendengarkan curhatku danmemotivasiku.
8. Teman-temanku PWK yang dengan setia menemanikubekerja sebagai freelance verifikasi dan entry berkaslamaran perusahaan terkemuka di Student Advisory Center(SAC) terima kasih banget dan sukses menyertai kaliansemua ada Mbak Diana (2011), Nuri, Eka, Cholik, Hera,Tria, Bayu, Oddi, Oon, Ramdhan, Djoko, Fonita, Amiroh,Dinar (2012), Septi, Mita, Anita, Viga, Rafida (2014).
9. Keluarga besar BKI ITS yang telah memberikanpengalaman yang tak terlupakan terkait pengalamankepanitiaan dan pengalaman dalam mencari pekerjaan kedepannya.
10. Teman-teman PWK ITS angakatan 2012 (Garuda) yangmemberikan motivasi, bantuan, serta masukan kepadapenulis.
11. Sahabat terbaik yang pernah ku kenal selama ini yangselalu senantiasa membantu dalam suka dan duka : YosviraAnandita, Nilla Alvionita, dan Auliya Faradilla Adzam,dan lainnya.
12. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas semua bantuan dalam Tugas Akhir ini.Penulis menyadari masih banyak yang dapat
dikembangkan pada tugas akhir ini. Semoga tugas akhir yang telahdisususn dapat memberikan manfaat secara luas.
Surabaya, Juli 2016Penulis
xi
DAFTAR ISICOVER ........................................................................................iCOVER ........................................................................................iiLEMBAR PENGESAHAN........................................................iiiABSTRAK....................................................................................vABSTRAK..................................................................................viiKATA PENGANTAR ................................................................ixDAFTAR ISI...............................................................................xiDAFTAR GAMBAR..................................................................xivDAFTAR TABEL....................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................11.1 Latar Belakang....................................................................11.2 Rumusan Masalah...............................................................61.3 Tujuan dan Sasaran.............................................................6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian………………………………..71.4.1 Ruang Lingkup Wilayah........................................71.4.2 Ruang Lingkup Aspek...........................................81.4.3 Ruang Lingkup Substansi......................................8
1.6 Hasil yang Diharapkan........................................................91.7 Sistematika Penulisan.........................................................9BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................152.1 Pengembangan Wilayah....................................................15
2.1.1 Definisi Pengembangan Wilayah.........................152.1.2 Tipologi Klassen Pengembangan Wiayah...........16
2.2 Daerah Tertinggal.............................................................202.2.1 Pengertian Daerah Tertinggal..............................202.2.2 Ciri-ciri Daerah Tertinggal..................................242.2.3 Penyebab Daerah Tertinggal................................27
xii
2.2.4 Pengembangan Daerah Tertinggal.......................312.3 Desa Tertinggal.................................................................36
2.3.1 Pengertian Desa Tertinggal.................................362.3.2 Ciri-ciri Desa Tertinggal......................................362.3.3 Penyebab Desa Tertinggal...................................372.3.4 Pengembangan Pedesaan.....................................372.3.5 Tipologi Desa.......................................................38
2.5.1 Sintesis Tinjauan Pustaka Faktor PenyebabKetertinggalan di Daerah Tertinggal...................49
2.5.2 Sintesis Tinjauan Pustaka Tipologi Desa............53BAB III METODE PENELITIAN………………….………...563.1 Pendekatan Penelitian…………………………………...563.2 Jenis Penelitian…………………………………………..573.3 Variabel Penelitian……………………………………....573.4 Populasi dan Sampel Penelitian………………………....643.5 Metode Penelitian…………………………………….....64
3.5.1 Metode Pengumpulan Data…………………….643.5.2 Teknik Analisis Data……………………….......72
3.5.2.1 Mengidentifikasi Faktor-faktor yang BerpengaruhTerhadap Ketertinggalan Desa KabupatenBondowoso menggunakan Analisis FaktorEksplanatory…………………………………....79
3.5.2.2 Menganalisis Tipologi Desa Tertinggal diKabupaten Bondowoso Berdasarkan Aspek Sosial,Ekonomi, dan Infrastruktur menggunakan AnalisisBiplot……………………...................................80
3.5.2.3 Merumuskan Arahan Pengembangan DesaTertinggal Berdasarkan Aspek-Aspek yang telahdiprioritaskan di KabupatenBondowoso……………………………………..82
3.6 Tahapan Penelitian………………………...…………….823.7 Kerangka Penelitian………………………………......…85BAB IV GAMBARAN UMUM……………………………......87
xiii
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bondowoso……………...874.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bondowoso….....874.1.2 Kondisi dan Kualitas SDM…………………....104
4.1.2.1 Jumlah dan Laju PertambahanPenduduk…………………..………………….1044.1.2.2 Kepadatan Penduduk……..…………1074.1.2.3 Tingkat Pendidikan Penduduk……....1094.1.2.4 Ratio Ketergantungan Penduduk........1124.1.2.5 Jumlah Tenaga Kerja……………........115
4.1.3 Kondisi Perekonomian…………………….......1184.1.3.1 Kemiskinan…………………………....1184.1.3.2 Mata Pencaharian Penduduk………...1214.1.3.3 Potensi Desa…………………………..123
4.1.4 Kondisi Infrastruktur Sosial…………….....….1284.1.4.1 Sarana Pendidikan…………………….1284.1.4.2 Sarana Kesehatan……………………..1354.1.4.3 Kondisi Perumahan………………......145
4.1.5 Kondisi Infrastruktur Ekonomi……………….1474.1.5.1 Kondisi Jalan…………………............1484.1.5.2 Air Bersih…………………………......1504.1.5.3 Jaringan Listrik………………………1534.1.5.4 Sarana Perdagangan……………….....155
4.2 Identifikasi Faktor yang Berpengaruh TerhadapKetertinggalan Desa Kabupaten Bondowoso……...….1654.2.1 Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Ketertinggalan Desa Kabupaten BondowosoAspek Sosial…........................………………......165
4.2.2 Faktor yang Berpengaruh TerhadapKetertinggalan Desa Kabupaten BondowosoAspek Ekonomi……………………...............….166
4.2.3 Faktor yang Berpengaruh TerhadapKetertinggalan Desa Kabupaten BondowosoAspek Infrastruktur…………………………......167
4.3 Analisis Tipologi Desa Tertinggal Berdasarkan AspekSosial, Ekonomi, dan Infratruktur…………..................171
xiv
4.3.1 Analisis Tipologi Desa Tertinggal BerdasarkanAspek Sosial, Ekonomi, dan Infratruktur…...….171
4.3.2Tipologi Desa Tertinggal di KabupatenBondowoso……………………………………..176
4.4 Arahan Pengembangan Desa Tertinggal BerdasarkanAspek-aspek yang Diprioritaskan………............…….193
BAB V KESIMPULAN………….…………………………..2175.1 Kesimpulan…………………………………………....2175.2 Saran…………………………………………………..219DAFTAR PUSTAKA………………………………………..221Lampiran A Analisis Faktor Eksplanatory…………...........225Lampiran A1 Input Kualitas SDM…………………………….225Lampiran A2 Input Kondisi Perekonomian………………..…..283Lampiran A3 Input Kondisi Infrastruktur Sosial………………337Lampiran A4 Input Kondisi Infrastruktur Ekonomi…………...398Lampiran B Analisis BiPlot…………………………..............443Lampiran B1 Input Kondisi Perekonomian………….................443Lampiran B2 Input Kualitas SDM……………………..............457Lampiran B3 Input Infrastruktur Sosial……………………......479Lampiran B4 Input Infratsrukur Ekonomi……………………..491BIODATA PENULIS...............................................................514
xv
DAFTAR TABELTabel 1.1 Daftar Nama Kecamatan Kabupaten
Bondowoso..................................................................8Tabel 2.1 Pengertian Teori Pengembangan Wilayah................16Tabel 2.2 Tipologi Klassen Pengembangan Wilayah................18Tabel 2.3 Tipologi Klasen.........................................................19Tabel 2.4 Tipologi Klassen........................................................20Tabel 2.5 Pengertian Daerah Tertinggal....................................21Tabel 2.6 Ciri-ciri Daerah Tertinggal........................................26Tabel 2.7 Faktor Penyebab Daerah Tertinggal..........................31Tabel 2.8 Pengembangan Daerah Tertinggal............................35Tabel 2.9 Pengertian Desa Tertinggal.......................................36Tabel 2.10 Ciri-ciri Desa Tertinggal............................................36Tabel 2.11 Penyebab Desa Tertinggal.........................................37Tabel 2.12 Teori Pengembangan Pedesaan.................................38Tabel 2.13 Tipologi Desa............................................................39Tabel 2.14 Teori Tipologi Desa..................................................40Tabel 2.15 Penelitian Terkait Pengembangan Daerah…............41Tabel 2.16 Sintesis Tinjauan Pustaka Ciri-ciri, Penyebab,
Pengembangan Desa Tertinggal………….....….......51Tabel 2.17 Sintesis Tinjauan Pustaka Faktor Penyebab
Ketertinggalan Desa..................................................52Tabel 2.18 Sintesis Tinjauan Pustaka Tipologi Desa…...............53Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional….......66Tabel 3.2 Kebutuhan Data dan Sumber Data............................72Tabel 3.3 Teknik Analisis Penelitian.........................................74Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Bondowoso…………......87Tabel 4.2 Tabel Desa Tertinggal Kabupaten Bondowoso tahun
2008-2012………………………………………......90Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Perkecamatan Kabupaten
Bondowoso Tahun 2009-2013………………...….104Tabel 4.4 Pertumbuhan Laju Penduduk Kabupaten
Bondowoso Tahun 2009-2013…………………....106
xvi
Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Perkecamatan Tahun 2009-2013……………………………………………….107
Tabel 4.6 Ratio Perbandingan Usia SD dan Jumlah Murid SDPerkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun2009-2013…………………………………….........109
Tabel 4.7 Ratio Ratio Perbandingan Usia SMP dan JumlahMurid SMP Perkecamatan Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013......................................................111
Tabel 4.8 Tingkat Ketergantungan Penduduk KabupatenBondowoso tahun 2009-2013..................................114
Tabel 4.9 Jumlah Tenaga Kerja Perkecamatan di KabupatenBondowoso tahun 2009-2013…..............................116
Tabel 4.10 Jumlah Keluarga Miskin Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013…..............................118
Tabel 4.11 Persentase Keluarga Miskin Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013..............................…119
Tabel 4.12 Ratio Bukan Buruh Tani Kabupaten Bondowoso tahun2009-2013................................................................121
Tabel 4.13 Potensi desa Tanaman Padi Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013…..............................123
Tabel 4.14 Potensi Desa Tanaman Jagung PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…...........125
Tabel 4.15 Potensi Desa Tanaman Ubi Kayu PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…...........126
Tabel 4.16 Jumlah SD Perkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun2009-2013................................................................129
Tabel 4.17 Persentase jumlah SD Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013..................................130
Tabel 4.18 Jumlah SMP Perkecamatan Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013.....................................................132
Tabel 4.19 Persentase Jumlah SMP Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013….............................133
Tabel 4.20 Jumlah Rumah Sakit Kabupaten Bondowos tahun2009-2013................................................................135
Tabel 4.21 Persentase Rumah Sakit Perkecamatan Kabupaten
xvii
Bondowoso tahun 2009-2013……………………136Tabel 4.22 Jumlah Puskesmas Perkecamatan Kabupaten
Bondowoso tahun 2009-2013…………….……...138Tabel 4.23 Persentase Jumlah Puskesmas Perkecamatan
Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013….....…139Tabel 4.24 Jumlah Poskesdes Perkecamatan Kabupaten
Bondowoso tahun 2009-2013…………………....141Tabel 4.25 Persentase Jumlah Poskesdes Perkecamatan
Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…….....142Tabel 4.26 Persentase Tenaga Kesehatan Perkecamatan
Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013……......144Tabel 4.27 Persentase Perumahan dengan Konstruksi
Bangunan Permanen Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013……………………………..........146
Tabel 4.28 Panjang Jalan Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013………………….…148
Tabel 4.29 Jumlah Pelanggan PDAM PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…….......150
Tabel 4.30 Persentase RT Terlayani PDAM PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…….......151
Tabel 4.31 Jumlah Pelanggan PLN PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…….......153
Tabel 4.32 Persentase RT Terlayani PLN PerkecamaytanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…......….154
Tabel 4.33 Jumlah Pasar Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013…………………….156
Tabel 4.34 Persentase Jumlah Pasar PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…….......157
Tabel 4.35 Jumlah Toko Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013……………………..159
Tabel 4.36 Persentase Jumlah Toko PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013…….......160
Tabel 4.37 Jumlah Warung Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013………………….….162
Tabel 4.38 Jumlah Warung Perkecamatan Kabupaten
xviii
Bondowoso tahun 2009-2013………………….….163Tabel 4.39 Berdasarkan Aspek Sosial, Ekonomi, dan
Infrastruktur………………………………….........172Tabel 4.40 Tipologi Desa Tertinggal berdasarkan Aspek
Sosial, Ekonomi, dan Infrastruktur……....……….176Tabel 4.41 Potensi dan Permasalahan Tipologi Desa
Kabupaten Bondowoso……………………….......194Tabel 4.42 Arahan Pengembangan Desa Tertinggal Berdasarkan
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Infrastruktur.............201
xix
DAFTAR GAMBARGambar 1.1 Diagram Kerangka Berpikir..................................11Gambar 1.2 Peta Ruang Lingkup Wilayah Penelitian..............13Gambar 3.1 Diagram Analisis Faktor………………………...80Gambar 3.2 Diagram Kerangka Penulisan……………………88Gambar 4.1 Persentase Luas Wilayah Kabupaten
Bondowoso……………………………..……….89Gambar 4.2 Peta Ruang Wilayah Penelitian……………….....102Gambar 4.3 Diagram Jumlah Penduduk Perkecamatan
Kabupaten Bondowoso Tahun 2009-2013...........105Gambar 4.4 Diagram Kepadatan Penduduk Perkecamatan
Kabupaten Bondowoso Tahun 2009-2013...........108Gambar 4.5 Ratio Perbandingan Usia SD dan Jumlah Murid
SD Perkecamatan Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013…………………………..........110
Gambar 4.6 Ratio Perbandingan Usia SMP dan JumlahMurid SMP Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013…………...……..112
Gambar 4.7 Diagram ratio Ketergantungan PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013..........115
Gambar 4.8 Diagram Jumlah Tenaga Kerja PerkecamatanKabupaten Bondowoso…………….................…117
Gambar 4.9 Jumlah Keluarga Miskin PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.............120
Gambar 4.10 Ratio Bukan Buruh Tani KabupatenBondowoso tahun 2009-2013…………………...122
Gambar 4.11 Potensi Desa Tanaman Padi PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.............124
Gambar 4.12 Potensi Desa Tanaman Jagung PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.............126
Gambar 4.13 Poteni Desa Tanaman Ubi Kayu PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.............128
Gambar 4.14 Diagram Persentase Jumlah SD Kabupaten
xx
Bondowoso tahun 2009-2013……………….......131Gambar 4.15 Diagram Persentase Jumlah SMP Kabupaten
Bondowoso tahun 2009-2013……...……………134Gambar 4.16 Persentase Jumlah Rumah Sakit Perkecamatan
Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013………………….....................................….137
Gambar 4.17 Persentase Jumlah Puskesmas PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013............140
Gambar 4.18 Persentase Jumlah Poskedes PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013............143
Gambar 4.19 Persentase Tenaga Kesehatan PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013............145
Gambar 4.20 Persentase Perumahan dengan KonstruksiBangunan Permanen Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013…………………………...........147
Gambar 4.21 Panjang Jalan Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013…………………..149
Gambar 4.22 Persentase RT Terlayani PDAM PerkecamatanKabupaten Bondowoo tahun 2009-2013….........152
Gambar 4.23 Persentase RT Terlayani PLN PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013….......155
Gambar 4.24 Persentase Jumlah Pasar PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013….......158
Gambar 4.25 Persentase Jumlah Toko PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013….......161
Gambar 4.26 Persentase Jumlah Warung PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013...........164
Gambar 4.27 Diagram Faktor Ketertinggalan DesaKabupaten Bondowoso…………………...........169
Gambar 4.28 Peta Ketertinggalan Desa Pada Aspek SosialKabupaten Bondowoso………………………...183
Gambar 4.29 Peta Ketertinggalan Desa Pada AspekEkonomi Kabupaten Bondowoso……………...185
Gambar 4.30 Peta Ketertinggalan Desa Pada AspekInfrastruktur Sosial……………………..............187
xxi
Gambar 4.31 Ketertinggalan Desa Pada Aspek InfrastrukturEkonomi………………………………......……189
Gambar 4.32 Peta Tipologi Desa Tertinggal KabupatenBondowoso…………………………………......191
Gambar 4.33 Peta Arahan Pengembangan Desa TertinggalKabupaten Bondowoso Tipologi C…………..211
Gambar 4.34 Peta Arahan Pengembangan Desa TertinggalKabupaten Bondowoso Tipologi B…………..213
Gambar 4.35 Peta Arahan Pengembangan Desa TertinggalKabupaten Bondowoso Tipologi A…………..215
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPengembangan wilayah merupakan upaya untuk
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagaisumber daya, merekatkan dan menyeimbangkanpembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional,meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antarsektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalamrangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan(Sjarifuddin, 2003). Pengembangan wilayah merupakanupaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi disuatu wilayah, mengurangi kesenjangan antar wilayah,kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup padasuatu wilayah (Nurzaman dalam Saad 2015).
Daerah tertinggal (Underdevelopment Region)merupakan daerah Kabupaten/Kota yang masyarakat sertawilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerahlain dalam skala nasional. Penetapan kriteria daerahtertinggal dilakukan berdasarkan 6 kriteria dasar yaitu (i)perekonomian masyarakat, (ii) sumber daya manusia, (iii)prasarana (infrastruktur), (iv) kemampuan keuangan lokal(celah fiskal), (v) aksesibilitas, dan (vi) karakteristik daerah(Kemendesa, 2015). Pengembangan wilayah di Indonesiaseringkali berimplikasi terhadap terjadinya kesenjanganantar wilayah. Keberhasilan pengembangan wilayahditandai dengan munculnya daerah maju, sedangkankegagalan dalam pengembangan wilayah menyebabkanmunculnya daerah tertinggal. Perbedaan laju pembangunanantar daerah menyebabkan terjadinya kesenjangan dankemakmuran antardaerah, terutama antara kabupaten-
2
kabupaten yang ada di Pulau Jawa sehingga berimbas padamunculnya daerah tertinggal (Haeruman dalam Kuncoro,2012).
Pengembangan daerah tertinggal merupakan salahsatu upaya pengembangan daerah yang dihuni olehmasyarakat dengan berbagai permasalahan sosial ekonomidan keterbatasan fisik, menjadi daerah maju dengankomunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauhtertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesialainnya. Pembangunan daerah tertingal lebih difokuskanpada percepatan pembangunan di daerah yang kondisisosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitasserta kesediaan infrastruktur masih tertinggal dibandingdengan daerah lainnya (Kemendesa, 2015).
Desa tertinggal (Underdevelopment village)merupakan daerah dalam lingkup desa yang masyarakatnyaserta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkandengan desa lainnya dalam skala nasional melaluipendekatan deskriptif kuantitatif dengan caramendeskripsikan melalui penilaian pada setiap variabel yangdijadikan dasar penilaian. Penetapan kriteria desa tertinggaldilakukan berdasarkan 5 kriteria dasar diantarany (i) tingatperekonomian masyarakat desa, (ii) sumber daya manusia,(iii) ketersediaan infrastruktur, (iv) kemampuan fiskal desa,(v) aksesibilitas desa ke kota, dan (vi) aspek geografis(Kemendesa, 2015).
Pengembangan desa tertinggal merupakan salah satuupaya dalam mengembangkan sebuah desa yang dihuni olehmasyarakat pedesaan dengan berbagai permasalahan sosialekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi desa maju denganmasyarakat pedesaan yang kualitas hidupnya sama atautidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat
3
Indonesia lainnya. Pembangunan desa tertingal lebihdifokuskan pada percepatan pembangunan desa swadayayang terdapat pada desa-desa di daerah perbatasan sertapulau terluar, desa swakarsa yang mampu bertahan darigoncangan ekonomi, dan desa swasembada yang memilikiketahanan pangan, ketahanan ekonomi, serta mampumendukung perekonomian kawasan lainnya (Kemendesa,2015). Pengelompokan desa swadaya, desa swakarsa, dandesa swasembada didasarkan pada kemampuan pembiayaan.
Salah satu cara yang telah dilakukan pemerintahuntuk mempersempit jurang (gap) antara perkembangandaerah maju dan daerah tertinggal di Pulau Jawa adalahmelalui kebijakan pembangunan daerah melalui konsepkawasan andalan berdasarkan potensi daerah (Kuncoro,2012). Akan tetapi, menurut data dari Kementrian Desa,Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi(Kemendesa), hingga saat ini masih terdapat 183Kabupaten/Kota yang dikategorikan tertinggal yang terdiri-dari 55 Kabupaten/Kota atau 30% berada pada KBIsedangkan 128 atau 70% Kabupaten/Kota tertinggal beradapada KTI. Pada Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional (RPJMN) 2015-2019, Provinsi Jawa Timurmerupakan salah satu Provinsi di KBI dengan persentasedaerah tertinggal yang rendah yakni sebesar (5%) dariseluruh kabupaten yang terdapat di provinsi tersebut. Dari29 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, terdapat 5Kabupaten termasuk kedalam kategori daerah tertinggalsalah satunya adalah Kabupaten Bondowoso. KabupatenBondowoso ditetapkan sebagai salah satu Kabupaten diProvinsi Jawa Timur yang termasuk kedalam kategoridaerah tertinggal berdasarkan dalam RTRW Provinsi JawaTimur 2011-2031 yang menetapkan lima Kabupaten yang
4
termasuk kategori daerah tertinggal diantaranya KabupatenBondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bangkalan,Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Pamekasan.Permasalahan ketertinggalan yang terdapat di KabupatenBondowoso adalah permasalahan pembangunan SumberDaya Manusia (SDM), kemiskinan, dan permasalahanpemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar yaitu infrastruktursosial seperti sarana kesehatan dan pendidikan sertainfrastruktur seperti prasarana jalan yang kurang memadai(RPJMD Kabupaten Bondowoso, 2009-2013).
Permasalahan SDM yang terdapat di KabupatenBondowoso adalah belum tercapainya sasaran utamapembangunan nasional yang terdapat pada RPJMN tahun2015-2019 meliputi: (1) target rata-rata lama sekolahmenurut RPJMN selama 8,25 tahun pada tahun 2014sedangkan rata-rata lama sekolah penduduk KabupatenBondowoso selama 6,09 tahun atau setara dengan tamatanSekolah Dasar; (2) target angka harapan hidup penduduknasional (AHH) selama 72 tahun dan AHH nasionalmenurut The World Factbook adalah selama 71,62 tahun(Central Intelligence Agency, 2013), sedangkan angkaharapan hidup di Kabupaten Bondowoso hanya selama63,79 tahun; dan (3) target angka melek huruf (AMH)penduduk nasional sebesar 95,82% sedangkan AMHKabupaten Bondowoso belum mencapai target yaitu masihsebesar 78,95 % (Statistik Kabupaten Bondowoso, 2012).Pembahasan permasalahan diatas merupakan gambarankondisi sumber daya manusia di Kabupaten Bondowosoyang masih belum memenuhi target pembangunan nasional.Hal ini menunjukkan bahwa SDM Kabupaten Bondowosomasih tertinggal jika dilihat secara nasional.
5
Permasalahan lainnya terkait ketertinggalan wilayahyang menyebabkan daerah tertinggal di KabupatenBondowoso adalah permasalahan kemiskinan. Persentasependuduk miskin di Kabupaten Bondowoso sampai dengantahun 2012 sebesar 16,75 % atau sekitar 123.600 jiwapenduduk Kabupaten Bondowoso masih tergolongpenduduk miskin dengan garis kemiskinan sebesar Rp.290.729,- dan Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) sebesar88,37. IKK merupakan ukuran rata-rata kesenjanganpengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap gariskemiskinan (Tambunan, 2001). Persentase ini lebih besardaripada target pada RPJMN yaitu 8-10% penduduk miskin,sedangkan di Kabupaten Bondowoso persentase pendudukmiskin > 10%. Sementara jika dilihat dalam cakupan yanglebih sempit, jumlah rumah tangga miskin sebesar 131.900rumah tangga (Direktorat PAUDNI Kementrian Pendidikandan Kebudayaan, 2011). Hal ini menunjukkan bahwakesejahteraan penduduk di Kabupaten Bondowoso masihtertinggal jika dilihat secara nasional.
Permasalahan lainnya di Kabupaten Bondowosoadalah rendahnya pelayanan infrastruktur wilayah baik darisegi kualitas maupun kuantitas masih merupakan persoalanbesar di Kabupaten Bondowoso, yang harus segera diatasikarena dapat menghambat laju pembangunan daerah. Padaaspek transportasi, sarana dan prasarana merupakanpersoalan yang perlu mendapat perhatian, dalam rangkamemperpendek rentang kendali, untuk meningkatkanaksesibilitas dan mobilisasi manusia dan barang.Transportasi darat (jalan, jembatan, dan moda transportasi)masih sangat terbatas. Sepanjang 192.469 km prasaranajalan di Kabupaten Bondowoso kondisinya rusak parah dan
6
sepanjang 78.453 km prasarana jalan kondisinya rusakringan (Statistik Kabupaten Bondowoso, 2012).
Selain itu, kondisi sarana fasilitas kesehatan diKabupaten Bondowoso hingga tahun 2013, ketersediaanPuskesmas di setiap Kecamatan masih belum memadai jikadibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani,kecuali di Kecamatan Bondowoso. Rasio perbandinganantara Puskesmas dengan jumlah penduduk yang harusdilayanai di Kabupaten Kabupaten Bondowoso masihberada pada posisi 0,99, rasio perbandingan Dokter denganpenduduk masih berada pada posisi 0,70, dan rasioperbandingan antara tenaga perawat dan bidan denganjumlah penduduk masih berada pada posisi 0,83. Rasiopelayanan ini akan terlayani jika nilai rasio lebih dari satu(Data Informasi Kesehatan Jawa Timur, 2011). Hal inimenjukkan bahwa pelayanan akan kebutuhan akaninfrastruktur dasar di Kabupaten Bondowoso belumterlayani.
Permasalahan pembangunan SDM dan pemenuhankebutuhan sarana kesehatan merupakan permasalahanpengembangan wilayah dari aspek sosial sedangkanpermasalahan kemiskinan dan permasalahan prasarana jalanyang kurang memadai merupakan permasalahanpengembangan wilayah dari aspek ekonomi (Triutomo,2001). Pengembangan wilayah yang sesuai melalui potensidesa. Desa yang termasuk ke dalam kategori desa tertinggaldi Kabupaten Bondowoso sebanyak 147 desa di tahun 2010-2013 (KPDT, 2013) dan hasil terakhir pada tahun 2015terdapat 95 desa. Untuk meminimalisir adanya desa yangtergolong tertinggal dan desa maju dibutuhkan arahanpengembangan desa tertinggal berdasarkan faktor yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten
7
Bondowoso. Arahan pengembangan ini nantinya digunakanuntuk mengoptimalkan pengembangan wilayah pada desa diKabupaten Bondowoso sehingga dapat terlepas dari kondisiketertinggalan dan pertumbuhan serta perkembanganmasing-masing desa di Kabupaten Bondowoso dapatdilakukan secara optimal.
1.2 Rumusan MasalahPerbedaan pembangunan antar wilayah
memunculkan terjadinya kesenjangan yang berakibat padamunculnya daerah tertinggal. Kabupaten Bondowosomerupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timuryang termasuk dalam kategori daerah tertinggal.Ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso memunculkandesa dengan kategori maju dan desa dengan kategoritertinggal. Permasalahan dari ketertinggalan di KabupatenBondowoso adalah rendahnya kualitas dari Sumber DayaManusia (SDM), pelayanan infrastruktur dasar yang belummemadai antara desa satu dengan desa lainnya, danpermasalahan tingginya angka kemiskinan yang terjadi diKabupaten Bondowoso Permasalahan rendahnya kualitasSDM memicu permasalahan sosial, permasalahankemiskinan, dan permasalahan ekonomi sedangkan untukpermasalahan pelayanan infrastruktur dasar yang belummemadai dapat dikategorikan permasalahan sosial danpermasalahan ekonomi karena infrastruktur dasar terdiri darifasilitas kesehatan yang merupakan sarana sosial danprasarana jalan yang merupakan prasarana ekonomi.Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskanpertanyaan penelitian yaitu, bagaimana arahanpengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek sosial,ekonomi, dan infrastruktur?
8
1.3 Tujuan dan sasaran
1.3.1 TujuanTujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan
arahan pengembangan desa tertinggal di KabupatenBondowoso berdasarkan aspek sosial, ekonomi, daninfrastruktur di Kabupaten Bondowoso.
1.3.2 SasaranAdapun sasaran untuk mencapai tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso.2. Menganalisis tipologi desa tertinggal berdasarkan
aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur diKabupaten Bondowoso.
3. Perumuskan arahan pengembangan desa tertinggalberdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskan.
1.4 Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup dalam penelitian ini terdiri dari tiga
ruang, yaitu ruang lingkup wilayah, ruang lingkup aspekatau pembahasan, dan ruang lingkup substansi. Berikut inimerupakan uraian dari ketiga ruang lingkup yang terdapatdalam penelitian ini :
1.4.1 Ruang Lingkup WilayahRuang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah
seluruh wilayah administratif Kabupaten Bondowoso.Kabupaten Bondowoso terletak diantara 113048’10’’ sampai113048’26’’ Bujur Timur dan 7050’10’’ sampai 7056’41’’Lintang Selatan. Adapun batas-batas administratif wilayahKabupaten Bondowoso adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo
9
Sebelah Timur : Kabupaten BanyuwangiSebelah Selatan : Kabupaten JemberSebelah Barat : Kabupaten ProbolinggoSecara keseluruhan luas wilayah dari Kabupaten
Bondowoso adalah 1.560,10 km2, yang terbagi menjadi 23kecamatan. Berikut ini adalah daftar kecamatan padaKabupaten Bondowoso yang ada di tabel di bawah ini :Tabel 1.1 Daftar Nama Kecamatan di Kabupaten BondowosoNo. Nama Kecamatan No. Nama Kecamatan1. Binakal 13. Sumber Wringin2. Bondowoso 14. Sempol3. Botolinggo 15. Sukosari4. Cermee 16. Tamanan5. Curahdami 17. Taman Krocok6. Grujugan 18. Tapen7. Jambesari Darus Sholah 19. Tenggarang8. Klabang 20. Tegalampel9. Maesan 21. Tlogosari
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka Tahun 2014
Secara keseluruhan Kabupaten Bondowoso terbagimenjadi 23 kecamatan. Kecamatan itu terbentuk dari 9kelurahan dan 208 desa-desa yang merupakan unit analisisdi Kabupaten Bondowoso.
1.4.2 Ruang Lingkup AspekRuang lingkup pembahasan dalam penelitian ini
mencakup mencakup aspek-aspek yang dikaji. Hal initerkait dengan pengembangan daerah tertinggal(Underdevelopment Region) yang ditinjau dari aspeksumber daya manusia, ekonomi, dan infrastruktur.
10
1.4.3 Ruang Lingkup SubstansiRuang lingkup substansi dalam penelitian ini adalah
mencakup teori pengembangan wilayah, teoripengembangan daerah tertinggal, serta teori pengembanganpedesaan.
1.5 Manfaat PenelitianManfaat yang diperoleh dari penelitian ini dibedakan
menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan praktis.Manfaat teoritis berupa sumbangan terhadap ilmupengetahuan, sedangkan manfaat praktis beruparekomendasi, arahan atau panduan bagi pemerintah daerahsetempat.
1.5.1 Manfaat TeoritisManfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan
sebagai penambah wawasan tentang konsep pengembanganilmu perencanaan perdesaan, perencanaan wilayah, danpengembangan wilayah khususnya dalam pengembanganwilayah tertinggal (Underdevelopment Region).
1.5.2 Manfaat PraktisManfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah
sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah KabupatenBondowoso untuk pengembangan desa tertinggal.Selanjutnya dari hasil penelitian ini dapat dibuat sebagiacuan dalam penyusunan arahan pengembangan wilayah diKabupaten Bondowoso.
1.6 Hasil yang diharapkanPenelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil
yang merujuk pada tujuan penelitian. Hasil yang diharapkanoleh penulis dari penelitian ini adalah tersusunnya arahan
11
pengembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowosoyang sesuai dengan faktor yang berpengaruh terhadappengembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso.
1.7 Sistematika PenulisanSistematika penulisan yang digunakan dalam
penyusunan seminar yang berjudul “Arahan PengembanganDesa Tertinggal Kabupaten Bondowoso Berdasarkan AspekEkonomi, Sosial, dan Infrastruktur” ini menggunakansistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUANBab ini berisi tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah yang diajukan, tujuan dan sasaranpenelitian, ruang lingkup serta manfaat penelitian serta hasilyang diharapkan dari penelitian yang berjudul ArahanPengembangan Desa Tertinggal di Kabupaten Bondowoso,Provinsi Jawa Timur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKABab ini berisi teori-teori yang pengembangan
wilayah, dan teori daerah tertinggal yang nantinya akanmenghasilkan variabel yang akan digunakan dalampenelitian ini.
BAB III METODE PENELITIANBab ini berisi pendekatan penelitian, jenis penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel, metode penelitianyang meliputi jenis data dan pengumpulan data serta teknikanalisia yang akan digunakan untuk mecapai tujuanpenelitian.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAHSTUDI
Bab ini berisi gambaran umum wilayah penelitiansesuai dengan indikator serta variabel yang didapat dari
12
hasil tinjauan pustaka, dan analisis serta pembahasandatainformasi serta pembahasan hasil analisis.
BAB V KESIMPULANBab ini berisi kesimpulan yang terdiri-dari
kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi, serta saranuntuk kajian lanjutnya.
13
1.8 Kerangka BerfikirArahan Pengembangan Desa Tertinggal di Kabupaten Bondowoso Berdasarkan
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Infrastruktur
LatarBelakang
Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desatertinggal Kabupaten Bondowoso dari aspek sosial, ekonomi, dan
inrastrukturRumusanMasalah
Tujuan danSasaran
Tujuan : untuk merumuskan bagaimana arahan pengembangan desa tertinggal diKabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur
Tahapan mencapai tujuan :
Sasaran :1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketertinggalan desa di
Kabupaten Bondowoso2. Menganalisis tipologi desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi,
dan infrastruktur di Kabupaten Bondowoso3. Perumuskan arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek-aspek
yang diprioritaskan
Tersusunnya Arahan Pengembangan DesaTertinggal di Kabupaten Bondowoso Berdasarkan
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Infrastruktur
Hasil yangdiharapkan
Gambar 1.1 Diagram Kerangka BerfikirSumber : Penulis, 2016
Diperlukan arahan untuk pengembangan desa tertinggal KabupatenBondowoso agar dapat terentaskan dari ketertinggalan
Pengembangan daerah tertinggal termasuk dalam 11 prioritasnasional dalam RPJMN 2015-2019
Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu daerah tertinggal yang ditetapkanPermasalahan berupa permasalahan SDM, Infrastruktur, dan ekonomi seperti
kemiskinan
14
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
15
Gambar 1.2 Peta Ruang Lingkup Wilayah PenelitianSumber : Penulis, 2016
16
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
17
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Wilayah2.1.1 Definisi Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untukmemacu perkembangan sosial dan ekonomi yang bergunauntuk mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjagakelestarian lingkungan hidup pada suatuwilayah.Pengembangan wilayah sangat diperlukan karenakondisi sosial, ekonomi, budaya, dan geografis antara satuwilayah dengan wilayah lainnya berbeda.Pada dasarnyapengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi,potensi dan permasalahan wilayah yang bersangkutan (Riyadidalam Ambardi dan Socia, 2002).
Pengembangan wilayah merupakan suatu upayamemberdayakan 3 elemen stakeholders yang terdiri-darimasyarakat, pemerintah, dan pengusaha/swasta di suatuwilayah, dalam memanfaatkan sumberdaya alam danlingkungan di wilayah tersebut dengan memanfaatkanteknologi. Disamping itu, pengembangan wilayah merupakansuatu upaya mengawinkan secara harmonis sumberdaya alam,manusia, dan teknologi dengan mempertimbangkan dayatampung lingkungan.Pengembangan wilayah umumnyamengacu pada perubahan produktivitas wilayah, yang diukurmelalui peningkatan populasi penduduk, kesempatan kerja,tingkat pendapatan, dan nilai tambah industri pengolahan (Zendalam Alkadri, 2001). Selain definisi ekonomi, pengembanganwilayah mengacu pada pengembangan sosial, berupa aktivitaskesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan danlainnya. Pengembangan wilayah lebih menekankan terhadapperbaikan wilayah secara bertahap dari kondisi yang kurangberkembang menjadi berkembang, dan tidak berkaitan denganeksploitasi wilayah (Zen dalam Alkadri, 2001).
18
Tujuan dari pengembangan wilayah mempunyai 2(dua) sisi yang saling berkaitan yaitu sisi sosial dan sisiekonomis.Sehingga pengembangan wilayah merupakan sebuahupaya yang memberikan kesejahteraan dan meningkatkankualitas hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusatproduksi, memberikan kemudahan prasarana dalam pelayananlogistik dan sebagainya (Triutomo, 2001).
Berdasarkan uraian pendapat ahli mengenaipengembangan wilayah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Pengertian Teori Pengembangan Wilayah(Riyadidalam
Ambardi danSocia, 2002)
(Zen dalamAlkadri, 2001)
(Triutomo,2001)
Indikator yangDigunakan
Sosial Ekonomi Lingkunga
n
Pelakupengembangan
Sumberdayaalam
Lingkungan Teknologi
Sosial Ekonomi Prasarana
Sosial Ekonomi Infrastruktur
Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
2.1.2 Tipologi Klassen Pengembangan WilayahTeori mengenai pengembangan wilayah dibahas oleh
Klassen.Tipologi klassen membagi daerah berdasarkan duaindikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi wilayah danpendapatan perkapita wilayah (Aswandi dan Kuncoro,2002).Tipologi klassen dalam pengembangan wilayah inidiperoleh empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhanekonomi wilayah yang berbeda antara satu dengan lainnya.Keempat pola dan struktur tersebut yaitu: (1) Daerah cepat-majudan cepat-tumbuh (high growth and hign income), (2) Daerahmaju tapi tertekan (high income but low growth), (3) Daerahberkembang cepat (high growth but income), dan (4) Daerahtertinggal (low growth and low income. Berikut ini merupakanpenjelasan mengenai tipologi klassen.
19
a. Pertumbuhan ekonomi wilayahPertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
indikator yang berperan dalam menganalisispembangunan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhanekonomi harus berjalan berdampingan dan terencanaagar terciptanya pemerataan pembangunan. Jika suatuwilayah dianggap kurang produkstif pemerataanpembangunan bisa diusahakan menjadi lebih produktifuntuk mempercepat proses pertumbuhan wilayahtersebut. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diukurmenggunakan laju pertumbuhan PDRB. Hal inidikarenakan, PDRB merupakan salah satu ukuranpenting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatuwilayah pada periode tertentu, baik atas dasar hargaberlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan(ADHK). PDRB ADHB menunjukkan nilai tambahbarang dan jasa yang dihitung dengan menggunakanharga yang berlaku setiap tahun, sedangkan PDRBADHK menunjukkan nilai tambah barang dan jasayang dihitung dengan harga yang berlaku pada satuwaktu tertentu sebagai tahun dasar. PerkembanganPDRB ADHB dari tahun ke tahun menggambarkanperkembangan yang disebabkan oleh adanyaperubahan volume dalam produksi barang dan jasayang dihasilkan dan perubahan dalam tingkatharganya dan menunjukkan pendapatan yang dapatdinikmati oleh penduduk suatu daerah sertamenggambarkan nilai tambah barang dan jasa yangdihitung menggunakan harga setiap tahun.
b. Pendapatan PerkapitaPendapatan perkapita merupakan pendapatan
rata-rata penduduk di suatu wilayah. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatanregional suatu wilayah dengan jumlah pendudukwilayah tersebut. Pendapatan per kapita sering
20
digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dantingkat pembangunan suatu wilayah. Semakin besarpendapatan per kapitanya, semakin makmur wilayahtersebut. Pendapatan per kapita dapat dilihatdari besarnya PDRB perkapita di suatu wilayah.PDRB perkapita merupakan gambaran nilai tambahyang bisa diciptakan oleh masing-masing pendudukakibat dari adanya aktivitas produksi. Nilai PDRB perkapita didapatkan dari hasil bagi antara total PDRBdengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRBperkapita sering digunakan untuk mengukur tingkatkemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila datatersebut disajikan secara berkala akan menunjukkanadanya perubahan kemakmuran. Kenaikan PDRBperkapita dapat tidak menaikkan standar hidup riilmasyarakat apabila pendapatan pendapatan perkapitameningkat akan tetapi konsumsi perkapia turun. Halini disebabkan oleh kenaikan pendapatan tersebuthanya dinikmati oleh beberapa orang berada dan tidakoleh banyak orang terutama penduduk miskin.
Tabel 2.2Tipologi Klassen Pengembangan WilayahYi > y Yi < y
Ri > r Daerah cepat majudan cepat tumbuh
Daerah berkembangcepat
Ri < r Daerah maju tapitertekan
Daerah tertinggal
Sumber : Aswandi dan Kuncoro, 2003
Keterangan :Ri : Laju pertumbuhan PDRB Kabupatenr : Laju pertumbuhan PDRB KecamatanYi : Pendapatan Perkapita Kabupaten
PDRBPerkapita
(y)LajuPertumbuhan(x)
21
y : Pendapatan Perkapita KecamatanTipologi klassen merupakan salah satu cara untuk
menganalisis mengenai permasalahan ekonomi regional yangdapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektorperekonomian wilayah. Tujuan dari tipologi klassen ini untukmengidentifikasi posisi perekonomian di suatu wilayah jikadibandingkan dengan wilayah diatasnya (Sjafrizal, 2008). Hasildari tipologi klassen menghasilkan empat klasifikasi kuadrandengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut:
a. Wilayah yang maju dan tumbuh dengan pesat(developed region) (Kuadran I).
Daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomilebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kabupaten,namun PDRB perkapitanya lebih tinggi dari PDRBper kapita kabupaten
b. Daerah maju tapi tertekan (Kuadran II).Daerah yang memiliki pertumbuhan
ekonomi dan PDRB per kapita lebih tinggi daripertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapitakabupaten
c. Daerah berkembang cepat (Kuadran III).Daerah yang memiliki pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomikabupaten tetapi PDRB perkapitanya lebih rendahdari PDRB per kapita kabupaten.
d. Daerah relatif tertinggal (Kuadran IV).Daerah yang pertumbuhan ekonomi dan
PDRB perkapitanya lebih rendah dari angka tingkatkabupaten. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel berikut ini.
Tabel 2.3Tipologi KlassenKuadran I
Daerah Cepat TumbuhKuadran III
Daerah Berkembang CepatKuadran II
Daerah Maju Tapi TertekanKuadran IV
Daerah Relatif TertinggalSumber: Sjafrizal, 2003
22
Berdasarkan teori tipologi Klassen yang disampaikanoleh kedua tokoh diatas, terdapat kesamaan antara indikatordari kedua tokoh tersebut.yaitu indikator pertumbuhan ekonomiwilayah, sedangkan untuk indikator pendapat perkapita denganPDRB perkapita sebenarnya hampir sama, dimana PDRBperkapita dapat digunakan untuk mengukur besarnyapendapatan perkapita di suatu wilayah. Dalam konteksperumusan indikator tersebut lebih tepat jika menggunakanpendapatan perkapita karena PDRB perkapita sebagai ukuranyang dapat digunakann untuk mengetahui besarnya pendapatanperkapita di suatu wilayah.Jadi, indikator yang diperolehmelalui perumusan diatas adalah indikator pertumbuhanekonomi wilayah dan indikator pendapatan perkapita.Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.4Tipologi Klassen(Aswandi dan
Kuncoro, 2002)(Sjafrizal, 2008) Indikator yang
Digunakan Pertumbuhan
ekonomi wilayah Pendapatan
perkapita
Pertumbuhanekonomi wilayah
PDRB Perkapita
Pertumbuhanekonomi wilayah
PendapatanPerkapita
Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
2.2 Daerah Tertinggal2.2.1Pengertian Daerah Tertinggal
Daerah tertinggal merupakan daerah perdesaan yangmemiliki masalah seperti keterbatasan sumber daya alam,infrastruktur, sumber daya manusia, serta keterbatasanaksesibilitas menuju pusat kota atau pemerintahan sehinggamengakibatkan perekonomian masyarakat di bawah gariskemiskinan (Syafrudin A.B, 2003).
Daerah tertinggal merupakan daerah yang memilikiketergantungan besar terhadap daerah diluarnya karenapembangunan ekonomi di daerah tersebut terhambat karenarendahnya kualitas sumber daya manusia yang disebabkankarena kurangnya infrastruktur dasar (Adisasmita, 2005).
23
Berdasarkan uraian pendapat ahli mengenai pengertiandaerah tertinggal dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.5 Pengertian Daerah Tertinggal(Syafrudin A.B,
2003)(Adisasmita, 2005) Indikator yang
Digunakan Sumber Daya
Alam Infrastruktur Sumber Daya
Manusia Aksesibilitas Ekonomi
masyarakat
Perekonomianwilayah
Sumber dayamanusia
Infrastruktur
PertumbuhanEkonomi
Sumber DayaManusia
Infrastruktur Ekonomi
Masyarakat
Sumber: Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan olehSyafrudin A.B (2003), dan Adisasmita (2005) diatas, pengertiandaerah tertinggal merujuk kepada ketiga aspek yaitu aspeksosial, ekonomi, dan infrastruktur sesuai dengan pembahasanruang lingkup dalam penelitian ini. Aspek sosial dapat dilihatdari Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), aspek ekonomidapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi kabupaten sertaperekonomian masyarakat, dan aspek infrastruktur dapat dilihatdari ketersediaan sarana dan prasarana dasar.
2.2.2 Ciri-Ciri Daerah TertinggalMenurut Adisasmita (2011), ciri-ciri dari daerah
tertinggal adalah derah yang memiliki permasalahan sebagaiberikut ini.
a. Kepadatan penduduk relatif rendah dan tersebar.b. Kebanyakan wilayah-wilayah ini miskin sumber
daya, khususnya sumber daya alam dan manusia.c. Terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan
wilayah tertinggal dengan wilayah yang relatif maju.Menurut Wanggai (2004) permasalahan yang
dihadapi daerah tertinggal antara lain rendahnya kualitas
24
ekonomi masyarakat, kesenjangan sosial ekonomi antarpenduduk, kesenjangan antar wilayah dan antar desa-kota,rendahnya aksesibilitas wilayah, rendahnya kualitassumberdaya manusia, potensi sumberdaya alam yang belumdimanfaatkan secara optimal, isolasi wilayah, rendahnyakehadiran investor, dan rendahnya keterkaitan antar sektor,antar wilayah dan antar usaha ekonomi.
Sedangkan menurut Malik dkk (2008), daerahtertinggal adalah daerah yang diciri-cirikan memiliki masalahkemiskinan, produktivitas dan kualitas hidup rendah, saranadan prasarana pembangunan wilayah sangat terbatas,pendidikan dan kesehatan masyarakat rendah, kesempatan kerjasangat terbatas.Permasalahan tersebut saling berkaitan danmerupakan masalah kompleks yang harus diprioritaskanpembangunannya secara serius baik oleh pemerintah maupunmasyarakat sendiri.Umumnya pembangunan di daerahtertinggal belum banyak tersentuh program pembangunan,sehingga akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politikmasih sangat terbatas serta terisolir dari wilayahsekitarnya.Oleh karena itu kesejahteraan kelompok masyarakatyang hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dankeberpihakan pembangunan yang besar dari berbagaipemangku kepentingan. Permasalahan utama yang terdapat didaerah tertinggal antara lain permasalahan kualitas sumber dayamanusia relatif rendah; kurangnya sarana dan prasarana(Infrastruktur); terbatasnya akses ekonomi, informasi danteknologi; terdapatnya gangguan keamanan dan bencana;merupakan daerah perbatasan, terisolir, dan Komunitas AdatTerpencil (KAT) memiliki akses yang terbatas; kebijakanpembangunan yang kurang tepat.
a. Sumber Daya Manusia (SDM)Anggapan masyarakat daerah tertinggal, bahwa
pendidikan masih terlalu mahal dan tidakmemberikan manfaat sebanding dengan sumberdayayang dikeluarkan. Dampaknya masyarakat daerah
25
tertinggal memiliki angka partisipasi pendidikanrendah dan buta aksara cukup tinggi, dan pendidikanyang tersedia saat ini belum dapat dijangkaupenduduk miskin di daerah tertinggal.
Tingkat kesehatan masyarakat saat ini telahmenunjukkan peningkatan, tetapi disparitas statuskesehatan antar: tingkat sosial ekonomi, kawasan,perkotaan dan perdesaan masih tinggi. Angkakematian balita golongan miskin hampir empat kalilipat dari golongan kaya, angka kematian bayi danibu lebih tinggi di daerah perdesaan, dan di KawasanTimur Indonesia, serta penduduk dengan tingkatpendidikan rendah.Persentase balita berstatus gizikurang dan buruk di perdesaan lebih tinggi dibandingperkotaan.
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihatdari tingkat pendidikan, derajat kesehatan dandaya beli masyarakat;
Pembangunan pendidikan di daerah tertinggalharus dapat menjamin pemerataan kesempatanpendidikan, peningkatan mutu serta relevansidan efisiensi pendidikan;
Pembangunan kesehatan harus dipandanginvestasi jangka panjang untuk meningkatkansumber daya manusia, guna meningkatkanekonomi lokal dalam mendorongpembangunan, menanggulangi kemiskinan danketertinggalan.
b. InfrastrukturDisparitas kesejahteraan antar kawasan
diakibatkan oleh kesenjangan infrastruktur.Aspekpenting yang menentukan kemajuan suatu wilayahmeliputi infrastruktur sosial dasar dan iinfrastrukturekonomi.Pembangunan infrastruktur merupakanpengungkit/lokomotif kemajuan suatu wilayah,
26
sehingga harus diarahkan pada pendekatan berbasiswilayah dan keberpihakan.Ketersediaan infrastrukturselain berfungsi untuk kemajuan sosial, ekonomi jugamempunyai akses dalam memperkokoh persatuandan kesatuan bangsa.
c. Akses terhadap Sumber Daya Ekonomi, Informasidan Teknologi
Ketertinggalan daerah ditentukan olehkurangnya akses terhadap sumber daya yangdiperlukan masyarakat dalam mengejarketertinggalan.Saat ini Akses terhadap sumberdayadaerah tertinggal, seperti akses pada lahan produktifuntuk pengembangan usaha, prasarana ekonomi,sosial, permodalan, informasi, teknologi, dan inovasisangat terbatas, sehingga kebutuhan dasar manusiabanyak yang belum terpenuhi.
d. Keamanan dan BencanaKeadaan aman dicerminkan oleh suasana
tenteram, tidak ada rasa takut dan khawatir serta tidakterjadi konflik, dan kerusuhan. Sumber daya alamdapat menjadi modal pertumbuhan ekonomi danpenopang sistem kehidupan, untuk itu harus dikelolasecara seimbang guna menjamin keberlanjutanpembangunan. Kerusakan sumber daya alam danlingkungan hidup berdampak besar bagi kehidupanmanusia, dibeberapa daerah sudah sangatmengkhawatirkan sehingga timbulnya bencana yangtidak pernah terjadi sebelumnya.
Gangguan keamanan harus dikurangi denganmenurunkan ancaman ketegangan dan konflik antarkelompok masyarakat, sehingga diperlukan rasasaling percaya dan harmonisasi antar kelompok danpengembangan budaya yang dilandasi nilainilailuhur. Dimasa mendatang, pemeliharaan dan
27
perbaikan ekosistem yang rusak harus menjadi fokusperhatian utama.
e. Daerah PerbatasanKebijakan pembangunan wilayah selama ini
cenderung berorientasi inward looking, seolah-olahkawasan perbatasan hanya menjadi halaman belakangdari pembangunan (lebih mengedepankan aspekkeamanan di banding aspek kesejahteraan).Akibatnya wilayah perbatasan bukan merupakanwilayah pembangunandaerah maupun nasional, dandampaknya daerah ini hampir tidak tersentuh olehpelayanan dasar dari pemerintah.
f. Komunitas Adat TerpencilDi beberapa daerah tertinggal terdapat
komunitas adat terpencil yang perlu diperhatikan, dankomunitas seperti ini sangat jauh tertinggal dengankomunitas lainnya. Untuk mendorongpercepatandaerah tertinggal, merupakan suatukeharusan mempelajari komunitas ini, danmemetakannya kemudian memberdayakannya untukmengurangi kesenjangan antar wilayah.
Dari hasil pembahasan oleh pakar-pakar diatas, didapatindikator untuk pembahasan ciri-ciri daerah tertinggal.Menurut,infrastruktur, sumber daya alam, sumber daya manusia,infrastruktur ekonomi, dan aksesibilitas merupakan ciri daridaerah tertinggal.Menurut Adisasmita (2011) aksesibilitas,kependudukan, sumber daya alam, sumber daya manusia dankondisi ekonomi wilayah dianggap penting untuk melihat suatudaerah dikatakan sebagai daerah tertinggal atau daerah maju.Menurut Wanggai (2004), pertumbuhan ekonomi wilayah,sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM),aksesibilitas dan kondisi ekonomi wilayah disuatu daerahsebagai sesuatu yang penting untuk mengatakan suatu daerahtermasuk tertinggal atau tidak. Sedangkan menurut Malik dkk(2008), pemasalahan rendahnya kualitas sumber daya manusia;
28
rendahnya pelayanan infrastruktur sosial dasar, daninfrastruktur ekonomi; permasalahan keamanan dan bencana;serta aksesibilitas merupakan ciri-ciri dari daerah yangdikategorikan sebagai daerah tertinggal.
Dari pembahasan para pakar tersebut, terdapatkesamaan dalam hal memandang ciri-ciri daerah tertinggalantara lain, keseluruhan pakar memandang kurangnyaaksesibilitas sebagai ciri-ciri dari daerah tertinggal;(Adisasmita, 2011), (Wanggai, 2004), dan (Malik dkk, 2008)memandang kurang optimalnya pemanfaatan Sumber DayaAlam (SDA) dan lemahnya kemampuan ekonomi wilayahsebagai ciri-ciri dari daerah tertinggal.Akan tetapi, untukindikator Sumber Daya Alam (SDA) tidak dijadikan sebagaisalah satu indikator dalam penelitian ini karena pembatasanruang lingkup meliputi aspek sosial, ekonomi, daninfrastruktur.Sementara untuk indikator SDM, seluruh pakarmelihat rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)sebagai salah satu ciri dari daerah tertinggal.
Dari pembahasan mengenai ciri-ciri daerah tertinggalpada subbab ini serta dengan memperhatikan pembatasan ruanglingkup pada penelitian ini, didapat indikator ciri-ciri daerahtertinggal.Indikator yang termasuk ciri-ciri daerah tertinggalpada penelitian ini meliputi indikator aksesibilitas,kependudukan, sumber daya manusia, kondisi ekonomiwilayah, infrastruktur sosial dasar, serta infrastruktur ekonomi.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.6 Ciri-ciri Daerah Tertinggal(Adisasmita,
2011)(Wanggai,
2004)(Malikdkk,
2008)Indikator yangDigunakan
Aksesibilitas Kependudukan Sumber Daya
Alam Sumber Daya
Manusia
SumberDaya Alam
SumberDayaManusia
Aksesibilta
SumberDayaManusia
Infrastruktursosial dasar
Infrastruktur
Aksesibilitas Kependuduka
n Sumber Daya
Manusia Kondisi
29
Kondisiekonomiwilayah
s Kondisi
ekonomiwilayah
ekonomi Keamanan
dan Bencana Aksesibilitas
ekonomiwilayah
Infrastruktursosial dasar
Infrastrukturekonomi
Sumber: Hasil Tinjauan Pustaka, 2015
2.2.3 Penyebab Daerah TertinggalMenurut (Rosalina, 2008) ketertinggalan suatu daerah
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) faktor alam danlingkungan, (2) faktor kelembagaan, (3) faktor prasarana dansarana, serta (4) faktor sosial ekonomi penduduk yangtercermin dari rendahnya rata-rata pengeluaran perkapitapenduduk di wilayah tersebut.
Sedangkan beberapa faktor yang mempengaruhiketertinggalan suatu daerah di negara berkembang (Edy, 2004)adalah :
a. EkonomiPada aspek ekonomi, tingkat pendapatan
perkapita penduduk di daerah tertinggal di negaraberkembang menunjukkan masih berada di bawahrata-rata tingkat nasional. Kegiatan utamapenduduknya terutama adalah pertanian dan sebagianbesar merupakan pertanian sehingga sebagian besarmerupakan pertanian sehingga tidak dapatmenimbulkan efek dimana peningkatan pengeluarannasional mempengaruhi pendapatan dan konsumsimenjadi lebih tinggi dibandingkan jumlahsebelumnya (multipler effect) di daerah tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)merupakan cerminan kemajuan proses pembangunanekonomi dalam suatu wilayah dan dapat pulamengindikasi kondisi perekonomian di suatuwilayah. Hal ini dikarenakan PDRB dalam suatu
30
wilayah dapat menggembarkan pertumbuhanekonomi sektoral dan regional serta tingkatkemakmuran wilayah yang bersangkutan. MenurutMoowow dan Alwosabi dalam Rosalina (2008),besarnya PDRB akan mendorong tingkatkesejahteraan penduduk di suatu wilayah meningkatkarena ada peningkatan dari pendapatan masyarakatdi wilayah tersebut.
b. Sumber Daya ManusiaPenduduk yang tinggal di daerah tertinggal
pada negara berkembang umumnya berada dalamkondisi yang buruk. Tingginya angka buta huruf,kematian bayi, dan wabah penyakit merupakan halyang lumrah ditemukan di daerah tertinggal padanegara berkembang. Tingginya angka ketergantungan(dependency ratio) dan sex ratio kat ketergantunganmenjadikan faktor pendorong banyaknya pendudukdi usia produktif untuk meninggalkan daerah atauwilayahnya untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Pengukuran terhadap kriteria sumber dayamanusia didasarkan pada tiga kriteria, yaitu tenagakerja, kesehatan, dan tenaga pendidikan. Indikatortenaga kerja yang digunakan merupakan indikatorpersentase jumlah penduduk yang menganggur disebuah kabupaten. Pada pengukuran tingkatkesehatan penduduk indikatornya adalah angkaharapan hidup (jumlah rata-rata tahun penduduksuatu kabupaten yang dapat diartikan sebagaiperkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh olehseseorang selaam hidup secara rata-rata) (BPS,2008). Indikator ini merupakan tolak ukur yangdigunakan pemerintah dalam mengevaluasi dalammeningkatkan kesejahteraan penduduk di bidangkesehatan yang merupakan salah satu komponennyaadalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk
31
mengukur tingkat pendidikan masyarakat, indikatoryang digunakan adalah angka melek huruf(persentase jumlah penduduk dengan usia 15 tahunke atas yang dapat membaca dan menulis terhadapjumlah penduduk secara keseluruhan di suatuKabupaten) serta jumlah penduduk berdasarkantingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh di sebuahkabupaten.
c. Sarana dan PrasaranaPada umumnya infrastruktur dan pelayanan
dasar mendukung kehidupan manusia yang berada didaerah tertinggal masih dalam kondisi baik atauburuk dalam segi kualitas dan kuantitas. Pelayananseperti sanitasi, air bersih, dan tenaga listrik masihdalam kondisi yang sangat buruk. Selain itu, keadaanfasilitas seperti fasilitas pendidikan dan kesehatanbaik secara kualitas dan kuantitas masih burukmerupakan penyebab ketertinggalan daerah di negaraberkembang.
Ketersediaan infrastruktur sangatmenentukan apakah suatu wilayah dapatdikategorikan sebagai wilayah tertinggal atau tidak.Ketersediaan infrastruktur dapat diukur berdasarkantingkat ketersediaan fasilitas kesehatan, pendidikan,jaringan jalan, jaringan listrik, dan jaringan air bersih.Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yangmenyediakan transportasi, pengairan (drainase),fasilitas pelayanan publik yang dibutuhkan untukmemenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkupsosial dan ekonomi (Kondoatie, 2003). Infrastrukturjuga berperan dalam peningkatan daya saing wilayahdengan meningkatkan keterkaitan antara wilayahsebagai lokasi investasi misalnya daerah industrilebih menarik daripada lahan industri individual serta
32
dapat mempengaruhi minat investor dalammenanamkan modalnya (Suprihardjo, 2000).
d. Kondisi Fisik LingkunganPada umumnya daerah tertinggal di negara
berkembang berlokasi di daerah terpencil, daerahperbatasan negara, atau daerah rawan bencana.Kondisi lahan yang kurang produktif untuk pertanianyang masih sangat tergantung dengan kondisi alamjuga menjadi faktor penyebab ketertinggalan suatudaerah. Dearah yang tertinggal tidak selalu tertinggaldalam potensi sumber daya alamnya, tetapi banyakdaerah tertinggal yang kaya akan potensi sumberdaya alam akan tetapi tertinggal karena dieksploitasisumber daya alamnya secara berlebihan.
Berdasarkan pembahasan diatas, terdapat beberapakesamaan dari pendapat dari para pakar di atas.Menurut (Edy,2004) menyatakan ketertinggalan sebuah daerah disebabkankerena perekonomian wilayah di bawah rata-rata nasional,kualitas sumber daya manusia yang rendah, ketersediaanprasarana dan sarana yang kurang memadai, dan lokasigeografis yang rawan bencana.Menurut (Rosalina, 2008)menyatakan bahwa ketertinggalan suatu daerah terjadi karenakondisi wilayah yang kurang menguntungkan, ketersediaanprasarana dan sarana yang kurang memadai, dan kondisiekonomi wilayah.
Dari indikator-indikator yang telah disebutkan diatas,indikator yang sesuai dengan ruang lingkup dalam penelitian inimenurut pakar (Edy, 2004) indikator yang sesuai perekonomianwilayah, sumber daya manusia, ketersediaan sarana danprasarana, serta menurut pakar (Rosalina, 2008) adalahindikator ketersediaan prasarana dan sarana dan kondisiekonomi wilayah. Dari pemaparan tersebut dapat dilihatkesamaan indikator dari pakar-pakar tersebut sehingga secarakeseluruhan indikator dari pembahasan pada subbab ini yangdigunakan dalam penelitian adalah indikator sumber daya
33
manusia, ketersediaan prasana dan sarana, dan kondisi ekonomiwilayah.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikutini.
Tabel 2.7 Faktor Penyebab Daerah Tertinggal(Edy, 2004) (Rosalina, 2008) Indikator yang
digunakan Ekonomi Sumber Daya
Manusia Ketersediaan
Sarana danPrasarana
KondisiGeografis
Kondisi Wilayah Ketertsediaan
prasarana dansarana
Kondisi ekonomiwilayah
Kondisi sosial
Sumber DayaManusia
KetersediaanSarana danPrasarana
Kondisi EkonomiWilayah
Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
2.2.4 Pengembangan Daerah TertinggalPengembangan daerah tertinggal merupakan sebuah
upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni olehkomunitas dengan berbagai permasalahan sosial sepertirendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), permasalahanekonomi, dan keterbatasan infrastruktur.Pembangunan daerahtertinggal meliputi pembangunan pada aspek ekonomi, sosialbudaya dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat (Kaputradll, 2013).
Pengembangan daerah tertinggal dilakukanmenggunakan tiga indikator yaitu (1) tingkat produktivitassektoral (sektor pertanian, pendidikan, kesehatan, tenaga kerja,dan lainnya), (2) Tingkat kesejahteraan masyarakat yang diukurdengan pendapatan perkapita, (3) kemampuan berkembangnyasuatu wilayah yang diukur dari tingkat pertumbuhan ProdukDomestik Regional Bruto (Adisasmita, 2011).
Tingkat produktivitas sektoral yang terdiri-dari sektorpertanian, pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, dan lainnyapada wilayah tertinggal adalah rendah.Tingkat produktivitassektoral di suatu wilayah dapat diukur melalui pertumbuhan
34
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).Demikian puladengan tingkat pendapatan perkapitanya, daerah tertinggaltermasuk rendah dibanding daerah maju. Tingkat kemajuan danpertumbuhan wilayah yang rendah tersebut dipengaruhi banyakfaktor, yaitu (a) ketersediaan infrastruktur seperti jalan, listrik,dan air minum) yang terbatas dan kondisinya buruk, (b) saranaproduksi yang digunakan sudah berumur tua dan sudah using,(c) kemampuan sumberdaya manusia (SDM) adalah rendah,(d) produk dan komodias yang dihasilkan mutunya rendah danpasarnya terbatas, interaksi antar wilayah dalam kegiatan jasadan distribusi yang meliputi jasa perdagangan dan jasatransportasi terbatas, (f) akses memperoleh sumberdaya modalusaha sangat terbatas kepada usaha kecil dan koperasi yangmerupakan sebagaian besar dari pelaku ekonomi di wilayahtertinggal (banyak daerah tertinggal tidak memiliki bankpengkreditan), (g) tidak tersedia program bantuan untukpengembangan usaha lokal, (h) terbatasnya akses untukmendapatkan informasi pasar dan teknologi bagi pengembangproduksi dan usaha, dan (i) faktor-faktor ekonomi lainnya,misalnya belum berkembangnya kewiraswastaan lokal.
Sedangkan menurut (Malik dkk 2008), pengembangandaerah tertinggal merupakan upaya percepatan pembangunandaerah tertinggal dapat dilakukan dengan langkah strategissebagai berikut:
a. Pembangunan EkonomiPengembangan ekonomi daerah tertinggal perlu
mempertimbangkan potensi dan peluang yangtersedia secara terintegrasi dan sinergis. Namundemikian, mengingat persebaran penduduk yangtidak merata dan terpencar, diperlukan strategikhusus dalam membangun perekonomian di daerahtertinggal. Kondisi yang demikian menjadi tidakefisien dalam memberikan pelayanan terhadapmasyarakat, baik dari aspek pendidikan, puskesmas,pasar, dan yang lainnya.
35
b. Pembangunan Sumber Daya ManusiaKemajuan suatu daerah ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia, disamping kekayaan sumberdaya alam. Sumber daya manusia yang berkualitasdibutuhkan untuk menghadapi persaingan globalserta mengejar ketertinggalan dari daerah lain.Tinggi-rendahnya kualitas sumber daya manusiadapat dilihat dari kualitas pendidikan, kesehatan, danekonomi masyarakat.
c. Pembangunan InfrastrukturPembangunan infrastruktur diarahkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataanpembangunan, serta memperlancar mobilitaspendistribusian barang dan jasa. Prasarana bidangketenagalistrikan digunakan untuk mendukungpengembangan industri, jasa dan bidangtelekomunikasi. Bidang ketelekomunikasiandikembangkan guna mempercepat mendapatkaninformasi, baik dalam bidang perdagangan, pasar,pendidikan, teknologi dan pelayanan jasa. Selain itu,prasarana perumahan dan air bersih merupakan upayamemberikan akses secara adil dan terjangkau kepadamasyarakat agar berperikehidupan sehat, bersih, danproduktif, serta terjangkau bagi semua golonganmasyarakat sangat diperlukan.
d. KelembagaanPendukung keberhasilan pembangunan
ditentukan oleh kondisi pelaksanaan pemerintahanyang adil dan demokratis sehingga dapatmeningkatkan partisipasi masyarakat danmemaksimalkan pengelolaan potensi sumberdayapembangunan dan bersifat transparan. Sedangkanhukum, pada dasarnya memastikan munculnya aspekpositif dari kemanusiaan dan menghambat aspeknegatif dari kemanusiaan. Selain itu langkah strategis
36
yang dapat mendorong berhasilnya pembangunanadalah menciptakan sistem pemerintahan yang baik(good governance), yakni diperlukan etika birokrasidan budaya kerja yang tinggi diikuti peningkatanpengetahuan dan pemahaman para penyelenggarapemerintahan terhadap prinsip-prinsip ketata-pemerintahan yang baik. Langkah lainnya adalahmembangun kelembagaan masyarakat yangkuat,yakni perlunya mengubah perilaku dan carapandang masyarakat yang berlandaskan nilai-nilaiuniversal kemanusiaan (moral), prinsip-prinsipkemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan.Perubahan cara pandang masyarakat ini merupakandasar yang kokoh bagi terbangunnya lembagamasyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaanpara pelakunya dapat bertindak sesuai harkat danmartabat manusia. Kemandirian lembaga masyarakatini dibutuhkan, dalam rangka mendorong partisipasimasyarakat agar menjadi obor perjuangan bagidaerah tertinggal.
Berdasarkan pendapat dari para pakar pada subbabpengembangan daerah tertinggal ini dapat dirumuskanindikator-indikator dalam pengembangan daerahtertinggal.Menurut ahli (Kaputra dkk, 2013) melihat bahwakondisi ekonomi wilayah, sumber daya manusia (SDM), danketerbatasan infrastruktur merupakan indikator dalampengembangan daerah tertinggal.Menurut ahli (Adisasmita,2011) melihat kesejahteraan masyarakat dan dan kemampuanberkembangnya kawasan atau ekonomi wilayah sebagaiindikator penting dalam pengembangan daerahtertinggal.Menurut ahli (Malik dkk, 2008), ekonomi wilayah,sumber daya manusia, infrastruktur dan kelembagaanmerupakan indikator yang harus diperhatikan dalampengembangan daerah tertinggal.
37
Berdasarkan pemaparan dari para pakar mengenaipengembangan daerah tertinggal tersebut, indikator yangdigunakan dalam penelitian disesuaikan dengan pembatasanruang lingkup pada penelitian ini.Untuk indikator kelembagaantidak digunakan pada penelitian ini karena kelembagaanmerupakan bagian dari aspek pemerintahan (Malik dkk,2008).Sedangkan untuk indikator kemampuan berkembangnyawilayah dapat digabungkan dengan indikator ekonomi wilayah,karena (Adisasmita, 2011) melihat kemampuan berkembangnyawilayah menggunakan pertumbuhan PDRB wilayah dan(Aswandi dan Kuncoro, 2003) melihat kondisi ekonomimenggunakan pertumbuhan PDRB di suatu wilayah, sedangkanuntuk indikator kesejahteraan masyarakat dan indikatorkemiskinan dapat digabungkan karena tinggi rendahnya tingkatkemiskinan di suatu wilayah mencerminkan tingkatkesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut,sehingga dapatmenggunakan salah satu indikator saja. Dalam penelitian inimenggunakan indikator kemiskinan karena di daerah tertinggalpermasalahan kemiskinan menjadi salah satu permasalahanutama yang menghambat pertumbuhan ekonomi wilayah.
Secara keseluruhan, indikator dari subbabpengembangan daerah tertinggal yang akan digunakan dalampenelitian ini adalah indikator kondisi ekonomi wilayah, sumberdaya manusia, ketenagakerjaan, infrastruktur ekonomi, danindikator infrastruktur sosial. Untuk lebih jelasnya dapat dilihatpada tabel berikut ini.
Tabel 2.8Pengembangan Daerah Tertinggal(Kaputra dll,
2013)(Adisasmita,
2011)(Malik dkk,
2008)Indikator yangDigunakan
Ekonomiwilayah
Kondisi SDM Keterbatasan
Infrastruktur
Kesejahteraanmasyarakat
Kemampuanberkembangnyawilayah
Ekonomiwilayah
Sumber DayaManusia
Infrastrukturekonomi
Infrastruktur
Kondisiekonomiwilayah
KondisiSumber DayaManusia
Infrastruktur
38
sosial Kelembagaan
Ekonomi Infrastruktur
sosialSumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
2.3 Desa Tertinggal2.3.1 Pengertian Desa Tertinggal
Desa tertinggal merupakan desa yang ketersedianyasarana dan prasarana dasar wilayahnya kurang atau tidaktersediasehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangankehidupan masyarakatnya di bidang ekonomi, dan sosial.Jikakondisi desa tertinggal dibiarkan, maka desa tersebutmengalami ketertinggalan daripada desa lainnya danmenghambat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah(Adisasmita, 2013).Desa tertinggal merupakan desa yangterhambat dalam bidang ekonomi, sosial, infrastruktur, danbudaya (Sapari, 1993).
Tabel 2.9 Pengertian Desa Tertinggal(Adisasmita, 2013) (Sapari, 1993) Indikator yang
Digunakan Sosial Ekonomi Infrastruktur
Ekonomi Sosial Budaya
Sosial Ekonomi Infrastruktur
Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
2.3.2 Ciri-ciri Desa TertinggalCiri-ciri dari desa tertinggal (Adisasmita, 2013) adalah
desa yang memiliki permasalahan (i) berada di daerahpedesaaan yang belum mengetahui potensi desa; (ii)keterbatasan sarana dan prasarana; (iii) kondisi sumber dayamanusia dan perekonomian masyarakat.
Menurut (Sapari, 1993) permasalahan yang dihadapidesa tertinggal antara lain rendahnya kualitas sumber dayamanusia, ekonomi masyarakat, potensi desa yang belum
39
dimanfaatkan secara optimal, serta sarana dan prasarana yangkurang memadai.
Tabel 2.10 Ciri-Ciri Desa Tertinggal(Adisasmita, 2013) (Sapari, 1993) Indikator yang
Digunakan Potensi Desa Sarana dan
Prasarana Sosial Ekonomi
Potensi Desa Sumber Daya
Manusia Ekonomi Sarana dan
Prasarana
Sumber dayamanusia
Potensi desa Ekonomi Infrastruktur
Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
2.3.3 Penyebab Desa TertinggalMenurut (Adisasmita, 2013) ketertinggalan suatu desa
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) potensi desa,(2) faktor sumber daya manusia, (3) faktor ekonomi, serta (4)sarana dan prasarana.Sedangkan menurut (Sapari, 1993)ketertinggalan suatu desa disebabkan karena beberapa faktor(1) potensi desa, (2) sumber daya manusia, (3) ekonomi, serta(4) infrastruktur.
Tabel 2.11 Penyebab Desa Tertinggal(Adisasmita, 2013) (Sapari, 1993) Indikator yang
Digunakan Potensi Desa Sumber Daya
Manusia Ekonomi Sarana dan
Prasarana
Potensi Desa Sumber Daya
Manusia Ekonomi Infrastruktur
Potensi Desa Sumber Daya
Manusia Ekonomi Sarana dan
PrasaranaSumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
Berdasarkan tabel diatas hasilnya sama dengan tabel2.6 ciri-ciri daerah tertinggal dengan indikator aksesibilitas,kependudukan, sumber daya manusia, kondisi ekonomi
40
wilayah, infrastruktur sosial dasar, dan infrastruktur ekonomidengan penambahan indikator potensi desa.
2.3.4 Pengembangan PedesaanPengembangan pedesaan merupakan sebuah upaya
terencana untuk mengubah suatu desa yang memiliki tantanganyang menyangkut potensi sumber daya alam, sumber dayamanusia, sarana dan prasarana, kelembagaan ekonomi,aksesibilitas, perekonomian masyarakat (Adisasmita, 2013).
Pengembangan pedesaan merupakan upaya untukmemajukan desa dengan mempertimbangkan potensi dari desatersebut dalam bidang ekonomi, sosial, dan infrastruktur dasarpendukung potensi desa tersebut (Sapari, 1993).
Pengembangan pedesaan merupakan pengembanganberdasarkan kedekatan fasilitas kesehatan dengan tenagakesehatan, jarak desa ke ibukota kecamatan, dan pasar (Tobing,2014).
Tabel 2.12 Teori Pengembangan Pedesaan(Adisasmita,
2013)(Sapari, 1993) (Tobing,
2014 )Indikator yang
digunakan Sumber Daya
Alam Sumber Daya
Manusia Sarana Dan
Prasarana Kelembagaan
Ekonomi Aksesibilitas Perekonomian
Masyarakat
Ekonomi Sosial Infrastruktur Potensi desa
Fasilitaskesehatan
Tenagakesehatan
Jarak Pasar
Sosial Ekonomi Infrastruktur Potensi desa
Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
2.3.5 Tipologi DesaPembangunan pedesaan tidak terlepas dari tipologi
desa.Tipologi desa merupakan penggambaran tipe/pola,
41
ataupun sebagai pencerminan model berdasarkan kemiripanciri-ciri berdasarkan potensi sumberdaya manusia yang dimilikisuatu desa yang dikaitkan dengan aspek perekonomian, dankemampuan swadaya masyarakat. Tujuan dari tipologi desa (i)mengetahui profil dari sebuah desa, (ii) prospek pengembanganpada masa depan, (iii) perumusan strategi kebijakanpembangunan, (iv) penyusunanaspek-aspekyang dibutuhkan.Tipologi desa membagi desa berdasarkan dua indikator utama,yaitu sumber daya manusia dan ekonomi (Adisasmita, 2013).Melalui tipologi desa ini didapatkan daerah tipologi desaberdasarkan 4 (empat) kuadran, yaitu (i) desa cepat maju dancepat tumbuh, (ii) desa maju tapi tertekan, (iii) desaberkembang cepat, dan (iv) desa tertinggal. dibuat berdasarkan(i) aspek topografi, (ii) bidang kegiatan yang menonjol, (iii)tingkat kemampuan keswadayaan masyarakat, (iv) ketersediaansarana dan prasarana pembangunan. Berikut ini adalah tabeltipologi desa.
Tabel 2.13 Tipologi DesaYi > y Yi < y
Ri > r Desa cepat maju dancepat tumbuh
Desa berkembang cepat
Ri < r Desa maju tapitertekan
Desa tertinggal
Sumber :Adisasmita, 2013
Keterangan :Ri : Ekonomi Kecamatanr : Ekonomi DesaYi : Sumber daya manusia Kecamatany : Sumber daya manusia Desa
a. Ekonomi Desa
SDM (y)
Ekonomi(x)
42
Ekonomi desa merupakan salah satu komponenyang berpengaruh dalam penentuan tipologi desa.Ekonomi desa ini terdiri dari mata pencarianmasyarakatnya, potensi desa yang terdiri-dari potensialam, potensi penduduk, letak desa terhadap pusatfasilitas. Potensi desa dikembangkan oleh masyarakatyang akan menjadi sumber penghasilan dari sebagianbesar masyarakat desa.
b. Sumber Daya ManusiaSumber daya manusia merupakan salah
komponen yang berpengaruh di dalam penentuantipologi desa. Sumber daya manusia dilihat dari jumlahpenduduk, tingkat pendidikanTipologi desa merupakan salah satu teknik untuk
mengenal tipe-tipe desa berdasarkan ciri-ciri yang menonjol(tipikal) yang dimiliki dalam kaitan ekonomi yang terdiri darimata pencaharian penduduk desa, potensi desa, daninfrastruktur sedangkan indikator tingkat perkembangan desayang dihitung berdasarkan aspek sumber daya manusiaberdasarkan tingkat pendidikan (Sapari, 1993).
Tabel 2.14Teori Tipologi Desa(Adisasmita,
2013)(Sapari, 1993) Indikator yang
Digunakan
Ekonomi Potensi desa Sumber Daya
Manusia
Ekonomi Potensi desa Sumber Daya
Manusia
Sosial Ekonomi Infrastruktur Potensi desa
Sumber : Hasil Tinjauan Pustaka, 2016
2.4 Penelitian-Penelitian TerkaitPenelitian terkait pengembangan daerah tertinggal
sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti.Berikut ini
43
beberapa penelitian terkait pengembangan daeran tertinggalyang telah dilakukan.
44
Tabel 2.15 Penelitian Terkait Pengembangan Daerah TertinggalNo. Peneliti Judul Penelitian Lokasi Variabel Metode Output
No. Peneliti Judul Penelitian Lokasi Variabel Metode Output
YogyakartaSumber : Diolah dari berbagai sumber, 2016
51
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
51
2.5 Sintesa Tinjauan PustakaBerdasarkan dari hasil pembahasan mengenai literatur
yang digunakan dalam pengembangan daerah tertinggal daribeberapa tokoh sebelumnya.Didapatkan sebuah sintesistinjauan pustaka yang bersumber dari teori-teori yangdipaparkan oleh tokoh-tokoh dalam pembahasansebelumnya.Sintesis tinjauan pustaka ini disesuaikan dengankebutuhan penelitian dan tetap memperhatikan pembatasanruang lingkup pada penelitian ini yaitu pada aspek sosial, aspekekonomi, dan aspek infrastruktur.Berikut merupakan sintesistinjauan pustaka yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya.
2.5.1 Sintesis Tinjauan Pustaka Faktor PenyebabKetertinggalan di Daerah Tertinggal
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan padasubbab sebelumnya telah didapat beberapa indikator yang akandigunakan untuk menganalisis faktor penyebab ketertinggalandi daerah tertinggal. Dari subbab pengertian daerah tertinggaldidapat indikator sumber daya manusia dan indikatorpertumbuhan ekonomi wilayah.Dari subbab ciri-ciri daerahtertinggal didapat indikator aksesibilitas, kependudukan,Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi ekonomi wilayah,infrastruktur sosial dasar, dan infrastruktur ekonomi. Darisubbab penyebab daerah tertinggal didapat indikator SumberDaya Manusia (SDM), ketersediaan prasarana dan sarana, dankondisi ekonomi wilayah, serta dari subbab pengembangandaerah tertinggal didapat indikator kondisi ekonomi wilayah,kemiskinan, kualitas SDM, ketenagakerjaan, infrastrukturekonomi, dan infrastruktur sosial.
Dari indikator-indikator yang didapatkan dari masing-masing subbab tersebut terdapat beberapa kesamaan sehinggaindikator yang dihasilkan dari keseluruhan tinjauan pustakaadalah indikator Sumber Daya Manusia (SDM), ekonomi
52
wilayah, aksesibilitas, kependudukan, infrastruktur sosial,infrastruktur ekonomi, dan indikator ketenagakerjaan.
Dari pembatasan ruang lingkup pada penelitian ini,keselurahan indikator tersebut dapat dibagi menjadi tiga yaituaspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek infrastruktur.Untukaspek sosial menggunakan indikator kependudukan, sumberdaya manusia, angka melek huruf, dan ketenagakerjaan.Untukindikator kependudukan, sumber daya manusia danketenagakerjaan dapat digabungkan menjadi satu karenakependudukan dan ketenagakerjaan merupakan bagian dariindikator sumber daya manusia.Sehingga indikator pada aspeksosial yaitu indikator sumber daya manusia, dan infrastruktursosial tetapi aspek infrastruktur sosial dimasukkan ke dalamaspek infrastruktur.
Untuk aspek ekonomi indikator yang digunakanberdasarkan hasil tinjauan pustaka yaitu indikator ekonomiwilayah dan tingkat perekonomian masyarakat.Karena lingkuppenelitian ini adalah desa sehingga ekonomi wilayah tidakdimasukkan.
Untuk aspek infrastruktur indikator yang digunakanberasal dari tinjauan pustaka yaitu indikator ketersediaan saranadan prasarana.Ketersediaan infrastruktur yang dimaksud adalahinfrastruktur sosial, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,tingkat pelayanan air bersih, tingkat pelayanan listrik, tingkatketersediaan informasi, dan infrastruktur ekonomi.Indikatoraksesibilitas dapat digabungkan dengan indikator infrastrukturekonomi.Karena aksesibilitas disini diukur menggunakanketersediaan dan kondisi jalan yang merupakan bagian dariinfrastruktur ekonomi.Indikator kemiskinan juga dapatdigabungkan dengan indikator kondisi perekonomianmasyarakat karena kemiskinan merupakan salah satu faktorpenghambat dalam kemajuan suatu wilayah. Sehingga indikatoraspek ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalahindikator perekonomian masyarakat dan indikator infratrukturekonomi
53
Indikator-indikator dari ketiga aspek tersebut sifatnyabelum dapat terukur sehingga membutuhkan variabel yangsifatnya dapat terukur. Berikut ini dijelaskan pemilihan variabeluntuk masing-masing indikator:
a. Aspek Sosial Indikator sumber daya manusia dapat diukur
menggunakan variabel ratio jumlah pendudukyang mengikuti sekolah SD, dan SMP; rasioketergantungan penduduk; dan jumlah tenagakerja.
b. Aspek ekonomi Indikator perekonomian masyarakat dapat
diukur menggunakan variabel matapencaharian; dan kemiskinan.
c. Aspek Infrastruktur Indikator dari infrastruktur sosial dapat diukur
menggunakan variabel tingkat kecukupansarana pendidikan, tingkat kecukupan saranakesehatan dan kondisi perumahan.
Indikator dariinfratruktur ekonomi dapat diukurdengan menggunakan variabel persentasekondisi jalan baik/buruk, tingkat keecukupansarana perdagangan, tingkat pelayananprasarana listrik, dan indikatortingkatpelayanan prasarana air bersih
Untuk lebih jelasnya mengenai sintesis tinjauan pustakamengenai ciri-ciri desa tertinggal, penyebab desa tertinggal, danpengembangan desa, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.16 Sintesa Tinjauan Pustaka Ciri-Ciri, Penyebab,Pengembangan Desa Tertinggal
Ciri-ciri DesaTertinggal
PenyebabDesa
Tertinggal
PengembanganDesa
Indikator yangDigunakan
(Adisasmita,2013)
(Adisasmita,2013)
(Adisasmita,2013)
Ekonomi
54
PotensiDesa
SaranadanPrasarana
Sosial Ekonomi
PotensiDesa
SaranadanPrasarana
Sosial Ekonomi
Sumber DayaAlam
Sumber DayaManusia
Sarana DanPrasarana
KelembagaanEkonomi
Aksesibilitas Perekonomian
Masyarakat
Sosial Infrastruktur Potensi Desa Jarak
(Sapari,1993)
PotensiDesa
SumberDayaManusia
Ekonomi Sarana
danPrasarana
(Sapari,1993)
PotensiDesa
SumberDayaManusia
Ekonomi Sarana
danPrasarana
(Sapari, 1993) Ekonomi Sosial Infrastruktur Potensi desa
(Tobing, 2014) Fasilitas
Kesehatan Tenaga
Kesehatan Jarak Pasar
Sumber : Hasil Sintesis Tinjauan Pustaka, 2016
Dari tabel di atas kemudian disintesa tinjauan pustakafaktor penyebab ketertinggalan desa yang akan diuraikandibawah ini.
Tabel 2.17 Sintesis Tinjauan Pustaka Faktor PenyebabKetertinggalan Desa
55
Sumber Indikator VariabelAspek Sosial
(Adisasmita, 2005) Kualitas SumberDaya Manusia
Tingkat Pendidikan(Wanggai, 2004) Ratio Ketergantungan
Penduduk(Edy, 2004) Tenaga Kerja
Kondisi Ekonomi(Syafruddin A. B, 2003) Perekonomian
MasyarakatMata Pencaharian
(Malik dkk 2008) KemiskinanInfrastruktur
(Rosalina, 2008) Infrastruktur Sosial Tingkat KecukupanSarana Pendidikan
(Adisasmita, 2011) Tingkat KecukupanSarana Kesehatan
(Malik et. al, 2008) Kondisi Perumahan(Tobing, 2014) Infrastruktur Ekonomi Jarak Antar Desa Ke
Ibukota Kecamatan(Rosalina, 2008) Tingkat Ketersediaan
Sarana Perdagangan(Adisasmita, 2011) Tingkat Pelayanan
Prasarana Listrik(Malik et. al, 2008) Tingkat Pelayanan
Prasarana Air BersihSumber : Hasil Sintesis Tinjauan Pustaka, 2016
2.5.2 Sintesis Tinjauan Pustaka Tipologi DesaUntuk mengetahui tipologi desa menggunakan empat
indikator yaitu indikator potensi desa dan sumber dayamanusia.Untuk indikator potensi desa dapat dilihat dari potensidesa di Kabupaten Bondowoso, sedangkan untuk indikatorsumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat penduduk yangmelek huruf yang mendiami wilayah tersebut.Untuk lebihjelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
56
Tabel 2.18 Sintesis Tinjauan Pustaka Tipologi DesaNo. Sumber Indikator
Berdasarkan TeoriIndikator yang
Digunakan1. (Adisasmita,
2013) Ekonomi Potensi desa Sumber Daya
Manusia
Matapencaharianpendudukdesa
Tingkatpendidikanpenduduk
Potensimasing-masing desa
2. (Sapari, 1993) Ekonomi Potensi desa Sumber Daya
Manusia
Sumber : Hasil Sintesis Tinjauan Pustaka, 2016
57
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian penyusunan Arahan Pengembangan Desa Tertinggal Kabupaten Bondowoso Berdasarkan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Infrastruktur yang akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan rekomendasi arahan pengembangan yang tepat bagi desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso. Harapannya desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso dapat berkembang dan bersaing dengan daerah lain. Hal-hal yang dibahas dalam bab ini meliputi pendekatan penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian dan teknik analisis, serta tahapan penelitian.
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan penelitian rasionalistik. Pendekatan rasionalistik ini berdasarkan pada cara berpikir rasional, yang berasal dari pemahaman kemampuan intelektual dan dibangun atas dasar kemampuan dari argumentasi secara logis. Dalam penelitian rasionalistik ini, konsep teoritik digunakan untuk membantu menjembatani, menjelaskan, dan meramalkan fenomena yang terjadi, serta memberikan pandangan terhadap upaya penyaringan data yang menyajikan penelitian secara menyeluruh (Muhadjir, 2000).
Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan rasionalistik terkait dengan konsep teoritik yang dikaji kemudiaan digunakan dalam variabel pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur yang akan digunakan sebagai acuan dalam analisis. Kemudian, obyek penelitian tetap dilihat dalam konteksnya yang tercakup dalam
58
konstruksi teoritik. Selanjutnya adalah tahap generalisasi hasil yaitu menarik sebuah simpulan berdasarkan hasil analisis untuk kemudian dapat dirumuskan sebuah arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur.
3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan suatu proses penelitian bertujuan untuk menjabarkan deskripsi mengenai situasi atau kejadian, menentukan sebab akibat antar variabel, menguji hubungan antar variabel, serta menguji teori dengan menggunakan data berupa angka data/data sekunder yang diambil dari berbagai instansi. Penyajian data pada penelitian deskriptif kualiatatif dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman dan dalam membuat kesimpulan (Wathen, 2014).
Dalam penelitian ini, informasi yang digunakan lebih mengarah pada informasi mengenai variabel-variabel tanpa meneliti tentang individu-individu di dalam variabel tersebut. Variabel-variabel tersebut didapat dari hasil studi literatur dan wawancara dengan para ahli. Berbagai variabel yang menjadi obyek penelitian merupakan gambaran dari berbagai kondisi pada wilayah penelitian, yaitu Kabupaten Bondowoso. Melalui informasi dari variabel-variabel yang telah ditetapkan, selanjutnya digeneralisasi untuk mendapatkan simpulan mengenai suatu gejala atau variabel yang lebih besar populasinya, yaitu permasalahan desa tertinggal. Hasil akhir dari penelitian ini adalah dirumuskannya arahan pengembangan desa tertinggal studi kasus Kabupaten Bondowoso berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur.
3.3 Variabel Penelitian Variabel merupakan sebuah obyek penelitian yang
mempunyai perbedaan antar satu dengan lainnya. Dengan
59
menggunakan variabel, data yang diperoleh akan lebih spesifik pada permasalahan yang akan diselesaikan (Wathen, 2014). Dari variabel dilakukan pengukuran terhadap obyek penelitian. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil pembahasan pada tinjauan pustaka mengenai pengembangan daerah tertinggal. Variabel penelitian merupakan variabel dasar yang dihasilkan dari sintesa tinjauan pustaka yang memiliki ukuran, sehingga dapat ditentukan sifat dari penelitian ini, yaitu kuantitatif. Variabel tersebut digunakan untuk melihat karakteristik objek yang diamati dan menjadi batasan dalam melakukan penelitian. Variabel penelitian merupakan gambaran awal dari hasil penelitian yang dijadikan dasar suatu penelitian. Dengan demikian perlu dilakukan pengorganisasian variabel yang berisi tahapan, cara mengorganisasikan variabel-variabel tersebut beserta definisi operasionalnya. Definisi operasional ini berfungsi sebagai petunjuk untuk menemukan data yang sesuai dengan empirisnya. Untuk lebih jelasnya mengenai variabel yang akan digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Sasaran Indikator Variabel Definisi
Operasional 1. Identifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso
Aspek Sosial Kualitas Sumber Daya Manusia
Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk yang menempuh jenjang pendidikan (SD, dan SMP) di desa-desa tertinggal Kabupaten Bondowoso
Ratio Ketergantungan
Beban yang ditanggung
60
Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
Penduduk penduduk usia produktif terhadap penduduk non produktif
Tenaga Kerja Jumlah penduduk yang sedang bekerja Pada usia produktif yang bukan buruh tani desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso
Aspek Ekonomi Perekonomian Masyarakat
Mata Pencaharian
Persentase jenis mata pencaharian per jumlah penduduk usia produktif yang bukan buruh tani desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso
Kemiskinan Persentase keluarga pra sejahtera dan sejahtera I di desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso
61
Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
Aspek Infrastruktur Infrastruktur Sosial
Tingkat Kecukupan Sarana Pendidikan
Persentase jumlah sarana pendidikan (SD, SMP) desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso
Tingkat Kecukupan Sarana Kesehatan
Persentase jumlah sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, polindes) desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso Jumlah tenaga kesehatan (dokter, bidan, mantri kesehatan, dan dukun bayi) di tiap desa Kabupaten Bondowoso thun 2009-2013
Kondisi Perumahan
Persentase penduduk dengan kondisi perumahan dengan
62
Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
konstruksi bangunan permanen
Infrastruktur Ekonomi
Jarak antara pusat desa ke pusat kecamatan
Jarak antara pusat desa ke pusat kecamatan di Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Sarana Perdagangan
Persentase jumlah sarana perdagangan (pasar, toko, dan warung) di desa-desa tertinggal Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Prasarana Listrik
Persentase Rumah Tangga terlayani listrik PLN Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Prasarana Air Bersih
Persentase Rumah Tangga terlayani listrik PDAM Kabupaten Bondowoso
2. Tipologi desa tertinggal berdasarkan aspek sosial,
Aspek Ekonomi Perekonomian Masyarakat
Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian per jumlah
63
Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
ekonomi, dan infrastruktur di Kabupaten Bondowoso
penduduk usia produktif yang bukan buruh tani desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso
Potensi Desa Potensi masing-masing desa berdasarkan produktivitas di sektor pertanian
Aspek Sosial Kualitas Sumber Daya Manusia
Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan (SD, dan SMP) di desa-desa tertinggal Kabupaten Bondowoso
Aspek Infrastruktur Sosial Kondisi Infrastruktur Sosial
Tingkat Kecukupan Sarana Pendidikan
Persentase jumlah sarana pendidikan (SD, dan SMP) desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso
Kondisi Perumahan
Persentase penduduk
64
Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
dengan kondisi perumahan dengan konstruksi bangunan permanen
Aspek Infrastrukttur Ekonomi Kondisi Infrastruktur Ekonomi
Tingkat Ketersediaan Sarana Perdagangan
Persentase jumlah sarana perdagangan (toko, dan warung) di desa-desa tertinggal Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Prasarana Listrik
Persentase Rumah Tangga terlayani listrik PLN Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Prasarana Air Bersih
Persentase Rumah Tangga terlayani listrik PDAM Kabupaten Bondowoso
3. Perumuskan arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan
Output sasaran 1, dan 2 (analisis deskriptif kualitatif)
65
Sasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
aspek-aspek yang diprioritaskan
Sumber : Hasil analisis, 2016
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri-
dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan dalam suatu penelitian untuk ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitin ini adalah keseluruhan wilayah desa-desa yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bondowoso.
3.5 Metode Penelitian Pembahasan mengenai metode yang digunakan dalam
penelitian ini terbagai menjadi dua, yaitu metode pengumpulan data dan teknik analisis data.Untuk lebih jelasnya mengenai penjelasan metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada pembahasan berikut ini.
3.5.1 Metode Pengumpulan Data Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang berasal dari survei instansi dan survei literatur. Berikut ini mengenai penjelasan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Survei Instansi Survei instansi dilakukan untuk memperoleh data
instasional yang memiliki relevansi dengan pembahasan dalam penelitian ini berupa data sekunder atau dokumen yang dimiliki oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bondowoso untuk mendapatkan RPJMD dan RTRW Kabupaten
66
Bondowoso guna mendapatkan informasi mengenai permasalahan ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso, selain itu, survei instansi dalam penelitian ini juga dilakukan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bondowoso, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bondowoso, BPS Kabupaten Bondowoso, serta Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kabupaten Bondowoso untuk memperoleh data sekunder sesuai dengan kebutuhan data dalam penelitian ini.
2. Survei Literatur Studi literatur atau kepustakaan dilakukan dengan
mengkaji literatur yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini, yakni berupa buku, hasil penelitian, tugas akhir, tesis, jurnal maupun artikel di internet dan media massa. Survei literatur/referensi terkait pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur dapat dilakukan dengan membaca, merangkum, kemudian menyimpulkan semua referensi terkat dengan pengembangan kecamatan tertinggal.
Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.
67
Tabel 3.2 Kebutuhan Data dan Sumber Data
Sasaran Indikator Variabel Data yang
dibutuhkan
Metode pengumpula
n data
Sumber Data
1. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso
Aspek Sosial Kualitas Sumber Daya Manusia
Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk yang menempuh pendidikan dari jenjang (SD, dan SMP) di desa-desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Ratio Ketergantungan Penduduk
Rasio ketergantungan penduduk di tiap desa Kabupaten Bondowoso pada tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Aspek Ekonomi Perekonomian Masyarakat
Mata Pencaharian
Jumlah penduduk berdasarkan mata
Sekunder BPS Kabupaten
68
Sasaran Indikator Variabel Data yang
dibutuhkan
Metode pengumpula
n data
Sumber Data
pencaharian bukan buruh tani di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Bondowoso
Kemiskinan
Persentase keluarga miskin di desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Aspek Infrastruktur
Infrastruktur Sosial
Tingkat Kecukupan Sarana Pendidikan
Persentase ketersediaan fasilitas pendidikan (SD, dan SMP) di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Tingkat Kecukupan Sarana Kesehatan
Persentase ketersediaan fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan polindes) di tiap desa
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
69
Sasaran Indikator Variabel Data yang
dibutuhkan
Metode pengumpula
n data
Sumber Data
Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013 Jumlah tenaga kesehatan (dokter, bidan, mantri kesehatan, dan dukun bayi) di tiap desa Kabupaten Bondowoso thun 2009-2013
Kondisi Perumahan
Persentase perumahan dengan konstruksi bangunan permanen di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Infrastruktur Ekonomi
Jarak pusat desa ke pusat kecamatan
Jarak dari pusat desa ke pusat kecamatan Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Tingkat Persentase ketersediaan Sekunder BPS
70
Sasaran Indikator Variabel Data yang
dibutuhkan
Metode pengumpula
n data
Sumber Data
Ketersediaan Sarana Perdagangan
fasilitas sarana perdagangan (pasar, toko, dan warung) di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Prasarana Listrik
Persentase rumah tangga terlayani listrik PLN di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Prasarana Air Bersih
Persentase rumah tangga terlayani jaringan air bersih di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
2. Tipologi desa tertinggal berdasarkan
Perekonomian Masyarakat
Mata Pencaharian
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian bukan
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
71
Sasaran Indikator Variabel Data yang
dibutuhkan
Metode pengumpula
n data
Sumber Data
aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur di Kabupaten Bondowoso
buruh tani di tiap desa Kabupaten Bondowoso yang bukan buruh tani tahun 2009-2013
Potensi Desa Produktivitas sektor pertanian di tiap desa Kabupaten Bondowoso 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Kualitas Sumber Daya Manusia
Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk yang menempuh pendidikan dari jenjang (SD, dan SMP) di desa-desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Kondisi Infrastruktur Sosial
Tingkat Kecukupan Sarana Pendidikan
Persentase jumlah sarana pendidikan (SD, dan SMP) desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
72
Sasaran Indikator Variabel Data yang
dibutuhkan
Metode pengumpula
n data
Sumber Data
Kondisi Perumahan
Persentase penduduk dengan kondisi perumahan dengan konstruksi bangunan permanen tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Kondisi Infrastruktur Ekonomi
Tingkat Ketersediaan Sarana Perdagangan
Persentase jumlah sarana perdagangan (toko, dan warung) di desa-desa tertinggal Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Prasarana Listrik
Persentase Rumah Tangga terlayani listrik PLN Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
Tingkat Ketersediaan Prasarana Air
Persentase Rumah Tangga terlayani listrik PDAM Kabupaten
Sekunder BPS Kabupaten Bondowoso
73
Sasaran Indikator Variabel Data yang
dibutuhkan
Metode pengumpula
n data
Sumber Data
Bersih Bondowoso tahun 2009-2013
3. Perumusan arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskan
(output sasaran 1, dan 2)
Sumber : Puspasari, 2016
74
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
75
3.5.2 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat teknik analisis yaitu (1) Analisis Faktor untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso (2) Analisis Biplot untuk menentukan tipologi ketertinggalan desa berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur di Kabupaten Bondowoso (3) Analisis Deskriptif kualitatif untuk dapat menyusun arahan pengembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso.
Dalam melakukan analisis faktor untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso, input data yang dibutuhkan adalah jumlah penduduk yang menempuh pendidikan dari jenjang (SD, dan SMP) perdesa di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, ratio ketergantungan penduduk perdesa di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, jumlah tenaga kerja perdesa di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian perdesayang bukan buruh tani di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, persentase keluarga miskin perdesa di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, ketersediaan fasilitas pendidikan (SD, dan SMP) di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, ketersediaan fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan polindes) di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, persentase perumahan dengan konstruksi bangunan permanen di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, jarak jalan dari pusat desa ke pusat kecamatan di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, persentase kondisi jalan baik/buruk tahun 2009-2013, ketersediaan fasilitas sarana perdagangan (pasar, toko, dan warung) di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, ketersediaan pelayanan jaringan listrik PLN di tiap desa Kabupaten Bondowoso, ketersediaan pelayanan jaringan air bersih di tiap desa Kabupaten Bondowoso,
76
jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013, produktivitas sektor pertanian di tiap desa Kabupaten Bondowoso 2009-2013. Berikut ini adalah proses dari teknik analisa data sebagai berikut.
77
Tabel 3.3 Teknik Analisis Penelitian No. Sasaran Teknik
Analisis Input Data Output
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso
Analisis Faktor
1. Jumlah penduduk yang menempuh pendidikan dari jenjang (SD, SMP) di desa-desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Faktor-faktor berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso
2. Rasio ketergantungan penduduk di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
3. Jumlah tenaga kerja di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
4. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian bukan buruh tani di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
5. Persentase keluarga miskin di desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
6. Persentase ketersediaan fasilitas pendidikan (SD, SMP) di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
7. Persentase ketersediaan fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan polindes) di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
8. Persentase jumlah tenaga kesehatan (dokter, bidan, mentri kesehatan, dan dukun bayi) perdesa di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
78
No. Sasaran Teknik Analisis
Input Data Output
9. Persentase perumahan dengan konstruksi bangunan permanen di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
10. Jarak jalan masing-masing desa di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
11. Persentase kondisi jalan baik/buruk tahun 2009-2013
12. Persentase ketersediaan fasilitas sarana perdagangan (pasar, toko, dan warung) di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
13. Persentase rumah tangga terlayani jaringan listrik PLN di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
14. Persentase rumah tangga terlayani pelayanan jaringan air bersih di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
2. Analisis tipologi desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan
Analisis Biplot
1. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian bukan buruh tani di tiap desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Untuk mengetahui pola ketertinggalan masing-masing desa tertinggal
2. Produktivitas sektor pertanian di tiap desa Kabupaten Bondowoso 2009-2013
79
No. Sasaran Teknik Analisis
Input Data Output
infrastruktur di Kabupaten Bondowoso
3. Jumlah penduduk yang menempuh pendidikan dari jenjang (SD, SMP) di desa-desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
berdasarkan aspek sosial, ekonomi, infrastruktur 4. Jumlah penduduk yang menempuh pendidikan
dari jenjang (SD, dan SMP) di desa-desa Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
5. Persentase jumlah sarana pendidikan (SD, dan SMP) desa-desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
6. Persentase penduduk dengan kondisi perumahan dengan konstruksi bangunan permanen tahun 2009-2013
7. Persentase jumlah sarana perdagangan (toko, dan warung) di desa-desa tertinggal Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
8. Persentase Rumah Tangga terlayani listrik PLN Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
9. Persentase Rumah Tangga terlayani listrik PDAM Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
3. Perumusan arahan pengembangan
Analisis Deskriptif Kualitatif
Output sasaran 1,dan 2 Untuk merumuskan arahan
80
No. Sasaran Teknik Analisis
Input Data Output
desa tertinggal berdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskan di Kabupaten Bondowoso
pengembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso
Sumber : Puspasari, 2016
Berdasarkan hasil dari tabel diatas, diketahui bahwa sasaran 1 tentang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso menggunakan analisis faktor dengan hasil output faktor-faktor berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso, sasaran 2 tentang analisis tipologi desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur di Kabupaten Bondowoso menggunakan analisis biplot yang output untuk mengetahui pola ketertinggalan masing-masing desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi, infrastruktur, dan sasaran 3 tentang Perumusan arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskan di Kabupaten Bondowoso menggunakan analisis kualitatif dengan cara deskriptif yang outputnya untuk merumuskan arahan pengembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso.
81
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
82
3.5.2.1 Mengidentifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketertinggalan Desa di Kabupaten Bondowoso menggunakan Analisis Faktor Eksplanatory
Analisis faktor eksplanatory digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso. Analisis faktor eksplanatory merupakan salah satu teknik analisis untuk mengeksplorasi kondisi yang ada berdasarkan data dari sejumlah variabel yang saling berhubungan (Rusli, 1996).
Tujuan dari analisis faktor adalah salah satunya untuk keperluan eksplorasi data dengan jumlah variabel yang cukup banyak. Untuk mempermudah interpretasi pada umumnya digunakan 2 faktor saja sehingga posisi obyek dapat digambarkan dalam ruang berdimensi 2 (Rusli, 1996).
Untuk menduga bobot variabel terhadap faktor pembentuknya pada umumnya digunakan metode komponen utama (Pricipal Componen Analysis=PCA) Hasil faktor tahap pertama pada umumnya sulit diinterpretasikan sehingga perlu dilakukan transformasi/rotasi. Metode rotasi yang banyak digunakan adalah rotasi orthogonal dan rotasi varimax.
Bentuk umum dari analisis faktor (Morrison, 1976) dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝑋𝑖 = 𝑎𝑖𝑗𝐹1 + 𝑎𝑖2𝐹2 +…𝑎𝑖𝑗𝐹𝑗 Keterangan : Xi = peubah acak ke i Aij = koefisien faktor berjalan ke-j dalam pengaruh ke-i Fj = peubah faktor bersama ke-j Zi = peubah acak spesifik ke-i yang disebut faktor spesifik ke-i
83
I = 1, 2.....m dan j = 1, 2....p
Gambar 3.1 Diagram Analisis Faktor Sumber: Penulis, 2016
3.5.2.2 Menganalisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten
Bondowoso Berdasarkan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Infrastruktur menggunakan Analisis Biplot
Dalam melakukan analisis penentuan tipologi desa tertinggal pada penelitian ini menggunakan teknik analisis multivariat. Analisis multivariat (Supranto, 2004) merupakan suatu bagian analisis statistika yang menganalisis secara serempak variabel yang jumlahnya lebih dari dua. Analisis variabel ganda sering dikenal dengan analisis multivariat, sebab
Ket : F1 dan F2 : Perumpamaan dari faktor V1-V6 : Perumpamaan dari variabel
V1
V2
V3
V4
V5
V6
Pembentukan faktor dari tinjauan pustaka
F1
F2
V1
V2 V3
V4
V5
V6
Analisis Faktor
F1
F2
V1
V3
V4
V6
Faktor yang Berpengaruh
F1
F2
1 2 3
84
analisis variabel ganda menganalisis variabel yang jumlahnya lebih dari dua yang dilakukan secara serempak. Menurut (Siswadi dan Budi Suharjo, 1999) terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dari analisis variabel ganda, yaitu dapat memberikan cara-cara yang lebih mudah untuk merepresentasikan kompleksitas yang ditelusuri, objek-objek pengamatan dapat dibentuk menjadi kelompok-kelompok, untuk mengetahui variabel-variabel yang terdapat dalam kelompok yang sama, dan dapat memeriksa saling ketergantungan variabel-variabel yang digunakan. Analisis biplot relevan dengan analisis konteks keruangan (PWK) karena interpretasi dari analisis biplot ini nantinya dasar untuk melakukan analisis selanjutnya.
Menurut (Gabriel, 1971) biplot merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam analisis multivariat untuk menggambarkan elemen baris dan kolom dalam satu bentuk grafik. Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan secara grafis dari matrik data X dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor baris matrik X yang menggambarkan obyek dengan vektor-vektor yang mewakili kolom matrik X yang menggambarkan variabel analisis biplot didasarkan pada penguraian nilai singular (Singular Value Decomposition) dari suatu matrik.
Tahapan analisis biplot adalah (i) melakukan analisis komponen utama didasarkan pada variabel, (ii) melakukan analisis komponen utama kedua didasarkan pada obyek penelitian, (iii) dari setiap komponen utama dipilih 2 komponen yang pertama, (iv) membuat plot/variabel berdasarkan komponen utama pertama dan kedua (v) membuat plot obyek-obyek berdasarkan komponen utama pertama dan kedua dengan menumpang tindihkan pada plot yang pertama.
85
3.5.2.3 Merumuskan Arahan Pengembangan Desa Tertinggal Berdasarkan Program-Program yang telah diprioritaskan di Kabupaten Bondowoso
Dalam penentuan arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek-aspek yang telah diprioritaskan di Kabupaten Bondowoso menggunakan analisis yang bersifat kualitatif. Jenis analisis yang digunakan adalah analisis secara deskripsi yang menjelaskan atau memaparkan data hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel ataupun populasi yang teramati dan dapat digambarkan lewat tabel dan gambar.
Analisis deskriptif merupakan prosedur dalam mengorganisasikan dan menyajikan sebuah informasi dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan atau dapat dimengerti, karena ketika memiliki data kuantitatif akan ditemui kesulitan dalam mendapatkan makna dari data tersebut. Analisis deskriptif menyediakan ringkasan yang sangat mendasar bagi tiap variabel data yang kita miliki dengan menunjukkan rincian proporsional pada kategori di dalam setiap variabel (Wathen, 2014). Dalam melakukan metode analisa ini dilakukan dengan cara mengkomparasikan antara hasil analisa tipologi desa tertinggal dengan kondisi eksisting. Sehingga output yang dihasilkan berupa arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskan.
3.6 Tahapan Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas tahap penyusunan rumusan masalah penelitian, kajian pustaka, pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan rekomendasi terhadap permasalahan yang terkait. Berikut ini penjelasan masing-masing tahapan penelitian :
1. Penyusunan Perumusan Masalah Tahapan awal dalam penelitian ini adalah
penyusunan perumusan masalah sebagai tahap pertama
86
dalam menentukan arah penelitian yang akan dilakukan. Penyusunan perumusan masalah dalam penelitian ini berada di Kabupaten Bondowoso yang ditetapkan sebagai desa tertinggal oleh Kemendesa yang dikarenakan adanya ketimpangan pembangunan antar wilayah yang diindikasi melalui aspek ekonomi, sumber daya manusia, dan infrastruktur. Selanjutnya setelah penyusunan perumusan masalah ada proses perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur.
2. Kajian Pustaka/Studi Literatur Tahapan kedua yang dilakukan dengan
mengumpulkan informasi terkait permasalahan dan obyek penelitian yang sudah ditetapkan berupa teori-teori dan konsep-konsep yang relevan. Pada tahapan ini dapat diperoleh jurnal, makalah, buku, artikel, internet, penelitian yang sudah dilakukan terdahulu, dan lain-lain. Dari pengumpulan teori-teori yang relevan terkait penelitian dilakukan proses mengkaji teori yang ada disesuaikan dengan permasalahan yang ada, sehingga didapatkan landasan teori untuk penelitian.
3. Pengumpulan Data Tahapan ketiga merupakan pengumpulan data
dilakukan menyesuaikan dengan data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis dan variabel yang diperlukan dalam penelitian. Data yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder berupa dokumen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dapat diperoleh melalui sumber-sumber literatur baik dari buku, artikel ataupun media cetak dan instansi terkait dalam penelitian.
4. Analisis Data dan Pembahasan
87
Tahapan keempat merupakan analisis data dan pembahasan. Dalam penelitian ini, terdapat berbagai tahapan analisis, antara lain :
a. Melakukan analisis faktor untuk medapatkan faktor-faktor penyebab ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso.
b. Melakukan analisis biplot untuk mendapatkan tipologi desa-desa di Kabupaten Bondowoso berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur.
c. Merumuskan arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan program-program yang diprioritaskan dengan menggunakan analisis kualitatif deskripsi dengan membandingkan faktor-faktor penyebab ketertinggalan desa sehingga skor terendah mendapatkan prioritas, sehingga hasil yang diharapkan merupakan arahan yang dihasilkan untuk pengembangan desa di Kabupaten Bondowoso berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur.
5. Penarikan Kesimpulan dan Rekomendasi Pada tahapan akhir yakni penarikan kesimpulan
dari hasil proses analisis yang telah dilakukan akan menghasilkan suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan permasalahan yang telah ditentukan dengan harapan dapat tercapainya tujuan dari arahan pengembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur.
88
3.7 Kerangka Penelitian
Perbedaan pembangunan antar wilayah memunculkan terjadinya kesenjangan yang berakibat pada munculnya daerah tertinggal. Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang termasuk dalam kategori daerah tertinggal. Ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso memunculkan desa dengan kategori maju dan desa dengan kategori tertinggal. Permasalahan dari ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso adalah rendahnya kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM), pelayanan infrastruktur dasar yang belum memadai antara desa satu dengan desa lainnya, dan permasalahan tingginya angka kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bondowoso Permasalahan rendahnya kualitas SDM memicu permasalahan sosial, permasalahan kemiskinan, dan permasalahan ekonomi sedangkan untuk permasalahan pelayanan infrastruktur dasar yang belum memadai dapat dikategorikan permasalahan sosial dan permasalahan ekonomi karena infrastruktur dasar terdiri dari fasilitas kesehatan yang merupakan sarana sosial dan prasarana jalan yang merupakan prasarana ekonomi. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu, bagaimana arahan pengembangan desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso jika ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur?
Pengembangan Wilayah, Daerah Tertinggal, Desa Tertinggal
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketertinggalan desa di Kabupaten
Bondowoso
Tipologi desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur di Kabupaten
Bondowoso
Analisis Faktor Eksplanatory
Analisis Biplot
Arahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskan
Rumusan Masalah
Tinjauan Literatur
Pengumpulan Data
Analisis
Kesimpulan
Gambar 3.2 Diagram Kerangka Penelitian Sumber : Penulis, 2016
89
BAB IVGAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Bondowoso4.1.1 Kondisi Geografis kabupaten Bondowoso
Kabupaten Bondowoso merupakan salah satukabupaten di provinsi Jawa Timur dengan luas wilayahsebesar 1.560,10 km2 atau sekitar 3,25 % dari luas ProvinsiJawa Timur. Posisi Kabupaten Bondowoso berada pada113048’10’’ sampai 113048’26’’ Bujur Timur dan 7050’10’’sampai 7056’41’’ Lintang Selatan. Dari batas geografis,Kabupaten Bondowoso diapit oleh 4 (empat) kabupatendiantaranya Kabupaten Situbondo di sebelah utara, KabupatenBanyuwangi di sebelah timur, Kabupaten Jember di sebelahselatan, dan Kabupaten Probolinggo di sebelah barat.
Kabupaten Bondowoso berada di 253 meter di ataspermukaan laut (mdpl) dengan kondisi topografi yangbervariasi, mulai dari dataran sampai berbukit dan bergunung,sehingga berbentuk cekungan besar. Gugusan gunung yangmengelilingi Kabupaten Bondowoso yang berada di sebelahtimur terdapat Gunung Raung, Gunung Ijen yang masih aktif,Gunung Widodaren, dan Gunung Suket, Pegunungan Hyangdengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Kilap, danGunung Krincing terdapat di sebelah Barat; sedangkan disebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser danGunung Bendusa.
Kabupaten Bondowoso terdiri-dari 23 kecamatanyang terdiri-dari 218 desa. Berikut ini adalah nama-namakecamatan dengan luasnya.
Tabel 4.1Luas Wilayah di Kabupaten BondowosoNo. Kecamatan Jumlah Desa Luas Wilayah
Total Wilayah 218 1.560,10 100Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka Tahun 2014
91
Gambar 4.1 Persentase Luas Wilayah Kabupaten BondowosoSumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka Tahun 2014
Berdasarkan data diatas, diketahui Kecamatan Sempolmerupakan kecamatan terluas dengan perolehan presentasesebesar 13,92% dari luas wilayah kabupaten, disusulKecamatan Cermee dengan perolehan presentase sebesar11,24% dari luas wilayah kabupaten, dan Kecamatan SumberWringin dengan perolehan presentase sebesar 8,88% dari luaswilayah kabupaten. Sementara itu, kecamatan lainnyamemiliki persentase di bawah enam persen. KecamatanBondowoso merupakan kecamatan dengan luas wilayahterkecil dengan presentase 1,37%.
Kabupaten Bondowoso ditetapkan sebagai daerahtertinggal pada tahun 2008-2011 (KPDT, 2008-2011). Berikutini merupakan daftar desa-desa tertinggal di KabupatenBondowoso.
91
Gambar 4.1 Persentase Luas Wilayah Kabupaten BondowosoSumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka Tahun 2014
Berdasarkan data diatas, diketahui Kecamatan Sempolmerupakan kecamatan terluas dengan perolehan presentasesebesar 13,92% dari luas wilayah kabupaten, disusulKecamatan Cermee dengan perolehan presentase sebesar11,24% dari luas wilayah kabupaten, dan Kecamatan SumberWringin dengan perolehan presentase sebesar 8,88% dari luaswilayah kabupaten. Sementara itu, kecamatan lainnyamemiliki persentase di bawah enam persen. KecamatanBondowoso merupakan kecamatan dengan luas wilayahterkecil dengan presentase 1,37%.
Kabupaten Bondowoso ditetapkan sebagai daerahtertinggal pada tahun 2008-2011 (KPDT, 2008-2011). Berikutini merupakan daftar desa-desa tertinggal di KabupatenBondowoso.
92
Tabel 4.2 Daftar Desa Tertinggal Kabupaten Bondowoso tahun 2008-2011
NamaKecamatan
Nama Desa Status2008 2009 2010 2011
Binakal Sumber Tengah Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSumber Waru Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalBandelan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalBaratan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalGadingsari Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKembangan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalBinakal Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalJeruk Sok-sok Maju Maju Maju Maju
Bondowoso Badean Maju Maju Maju MajuBlindungan Maju Maju Maju MajuDabasah Maju Maju Maju MajuKademangan Maju Maju Maju MajuKembang Maju Maju Maju MajuKota Kulon Maju Maju Maju MajuNangkalan Maju Maju Maju MajuPancoran Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPejanten Maju Maju Maju MajuSukowiryo Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTamansari Maju Maju Maju Maju
93
NamaKecamatan
Nama Desa Status2008 2009 2010 2011
Botolinggo Botolinggo Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalGayam lor Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalLanas Maju Maju Maju MajuLumutan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSumber Canting Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKlekean Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPenang Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalGayam Maju Maju Maju Maju
Cermee Bajuran Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalBercak Maju Maju Maju MajuBatusalang Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalCermee Maju Maju Maju MajuGrujugan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalJirek Mas Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKladi Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalRamban Kulon Maju Maju Maju MajuRamban Wetan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSolor Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSuling Kulon Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSuling Wetan Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Grujugan Dadapan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalDawuhan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalGrujugan Kidul Maju Maju Maju Maju
95
NamaKecamatan
Nama Desa Status2008 2009 2010 2011
Kabuaran Maju Maju Maju MajuKejawan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPekauman Maju Maju Maju MajuSumberpandan Maju Maju Maju Maju
Grujugan Taman Maju Maju Maju MajuTegalmijin Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalWanisodo Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalWonosari Maju Maju Maju Maju
JambesariDarus Sholah
Jambeanom Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalJambesari Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTegalpasir Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPucanganom Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSumberjeruk Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPengarang Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalGrujugan Lor Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPejagan Maju Maju Maju MajuSumbeanyar Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Klabang Maju Maju Maju MajuKlampokan Maju Maju Maju MajuLeprak Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPandak Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSumbersuko Maju Maju Maju MajuWonoboyo Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Klabang Wonokerto Maju Maju Maju MajuKaranganyar Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Pakem Andungsari Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalArdisaeng Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalGadingsari Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKupang Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPakem Maju Maju Maju MajuPatemon Maju Maju Maju MajuPetung Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSumberdumpyong Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Pujer Alassumur Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKejayan Maju Maju Maju MajuMangli Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalMaskuning Kulon Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalMaskuning Wetan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalMengok Maju Maju Maju MajuPadasan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalRanducangkring Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSukokerto Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSukowono Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSukodono Maju Maju Maju Maju
Cangkring Maju Maju Maju MajuPrajekan Kulon Maju Maju Maju MajuPrajekan Lor Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSempol Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTarum Maju Maju Maju MajuWalidono Maju Maju Maju Maju
SumberWringin
Rejoagung Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSukorejo Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSukosari Kidul Maju Maju Maju MajuSumbergading Maju Maju Maju MajuTegaljati Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSumber Wringin Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Tamanan Maju Maju Maju MajuWonosuko Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSumber Anom Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Taman Krocok Gentong Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKemuningan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKretek Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPaguan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSumberkokap Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTaman Maju Maju Maju MajuTrembungan Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Tapen Cindogo Maju Maju Maju Maju
100
NamaKecamatan
Nama Desa Status2008 2009 2010 2011
Gunung Anyar Maju Maju Maju MajuJurang Sapi Maju Maju Maju MajuKalitapen Maju Maju Maju MajuMangli Wetan Maju Maju Maju MajuMrawan Maju Maju Maju MajuTa’al Maju Maju Maju MajuTapen Maju Maju Maju MajuWonokusumo Maju Maju Maju Maju
Tenggarang Bataan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalDawuhan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalGebang Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKajar Maju Maju Maju MajuKesemek Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKoncerDarulaman
Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Koncer Kidul Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalLojajar Maju Maju Maju MajuPekalangan Maju Maju Maju MajuSumber Salam Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTengsil Kulon Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
101
NamaKecamatan
Nama Desa Status2008 2009 2010 2011
Tenggarang Maju Maju Maju MajuTegalampel Karang Anyar Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Klabang Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKalabang Agung Maju Maju Maju MajuMandiro Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalSekar Putih Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTanggulangin Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTegalampel Maju Maju Maju MajuPurnomo Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Tlogosari Gunosari Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalJebung Kidul Maju Maju Maju MajuJebung Lor Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKembang Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPatemon Maju Maju Maju MajuSulek Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTlogosari Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalTrotosari Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalBrambangDarussalam
Wonosari Bendoarum Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalJumpong Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalKapuran Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalLombok Kulon Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalLombok Wetan Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPasar Rejo Tertinggal Tertinggal Tertinggal TertinggalPelalangan Maju Maju Maju MajuSumber Kalong Maju Maju Maju Maju
103
NamaKecamatan
Nama Desa Status2008 2009 2010 2011
Tangsil Wetan Maju Maju Maju MajuWonosari Tertinggal Tertinggal Tertinggal Tertinggal
Sumber : KPDT, 2011
Berdasarkan data diatas diketahui dari 218 desa yang ada di Kabupaten Bondowoso 186 daridesa tersebut adalah desa tertinggal.
104
Gambar 4.2Peta Ruang Lingkup Wilayah PenelitianSumber : Penulis, 2016
105
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
106
4.1.2 Kondisi dan Kualitas Sumber Daya Manusia4.1.2.1Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk merupakan subyek atau obyek daripembangunan. Informasi mengenai kependudukan menjadihal yang penting untuk dicermati. Jumlah penduduk diKabupaten Bondowoso pada tahun 2013 sebesar 752.800 jiwadengan laju pertambahan penduduk sebesar 1% dankecamatan Bondowoso merupakan kecamatan dengan rata-rata laju pertambahan penduduk 1,41%.
Berikut ini merupakan tabel jumlah pendudukperkecamatan selama 5 (lima) tahun terakhir sebagai berikut.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Perkecamatan KabupatenBndowoso Tahun 2009-2013
No. Kecamatan Jumlah Penduduk2009 2010 2011 2012 2013
Total 740.291 740.737 745.267 745.948 752.800Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Gambar 4.3 Diagram Jumlah Penduduk Perkecamatan diKabupaten Bondowoso Tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan diagram diatas, diketahui kecamatanyang mempunyai jumlah penduduk terbesar berada diKabupaten Bondowoso sebesar 71.937 jiwa pada tahun 2013,kemudian disusul Kecamatan Maesan yang mempunyaijumlah penduduk terbanyak kedua sebesar 47.176 jiwa padatahun 2013, kemudian Kecamatan Cermee mempunyai jumlahpenduduk sebesar 44.723 jiwa, sedangkan KecamatanBotolinggo merupakan kecamatan dengan jumlah pendudukterkecil sebesar 11.645 jiwa pada tahun 2013. Sedangkan
107
No. Kecamatan Jumlah Penduduk2009 2010 2011 2012 2013
Total 740.291 740.737 745.267 745.948 752.800Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Gambar 4.3 Diagram Jumlah Penduduk Perkecamatan diKabupaten Bondowoso Tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan diagram diatas, diketahui kecamatanyang mempunyai jumlah penduduk terbesar berada diKabupaten Bondowoso sebesar 71.937 jiwa pada tahun 2013,kemudian disusul Kecamatan Maesan yang mempunyaijumlah penduduk terbanyak kedua sebesar 47.176 jiwa padatahun 2013, kemudian Kecamatan Cermee mempunyai jumlahpenduduk sebesar 44.723 jiwa, sedangkan KecamatanBotolinggo merupakan kecamatan dengan jumlah pendudukterkecil sebesar 11.645 jiwa pada tahun 2013. Sedangkan
108
untuk laju pertumbuhan penduduk perkecamatan diKabupaten Bondowoso dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Pertumbuhan Laju Penduduk di KabupatenBondowoso Tahun 2009-2013
No. Kecamatan Laju Pertumbuhan Penduduk Rata-rata2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan data diatas diketahui laju pertambahanpenduduk di Kabupaten Bondowoso sebesar 1% tiap tahunnya.
4.1.2.2Kepadatan PendudukKepadatan penduduk adalah perbandingan antara
banyaknya penduduk dengan luas wilayahnya. Pada tahun2013, kepadatan penduduk di Kabupaten Bondowoso sebesar483 jiwa/km2 yang berarti setiap 1 km2 ditempati sebanyak483 jiwa. Berikut ini adalah kepadatan pendudukperkecamatan di Kabupaten Bondowoso sebagai berikut.Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Perkecamatan Tahun 2009-2013
No. Kecamatan LuasWilayah
(Km2)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)2009 2010 2011 2012 2013
Total 1.560,10 475 475 475 478 483Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Gambar 4.4 Diagram Kepadatan Penduduk PerkecamatanKabupaten Bondowoso Tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa KecamatanBondowoso merupakan kecamatan terpadat dengan kepadatanpenduduk sebesar 3.358 jiwa/km2 pada tahun 2013, disusulKecamatan Tenggarong merupakan kecamatan dengankepadatan terpadat kedua sebesar 1.759 jiwa/km2 pada tahun2013, dan Kecamatan Jambesari Darus Sholah merupakankecamatan terpadat ketiga dengan kepadatan penduduksebesar 1.315 jiwa/km2 pada tahun 2013. Kecamatan
110
No. Kecamatan LuasWilayah
(Km2)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)2009 2010 2011 2012 2013
Total 1.560,10 475 475 475 478 483Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Gambar 4.4 Diagram Kepadatan Penduduk PerkecamatanKabupaten Bondowoso Tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa KecamatanBondowoso merupakan kecamatan terpadat dengan kepadatanpenduduk sebesar 3.358 jiwa/km2 pada tahun 2013, disusulKecamatan Tenggarong merupakan kecamatan dengankepadatan terpadat kedua sebesar 1.759 jiwa/km2 pada tahun2013, dan Kecamatan Jambesari Darus Sholah merupakankecamatan terpadat ketiga dengan kepadatan penduduksebesar 1.315 jiwa/km2 pada tahun 2013. Kecamatan
111
Botolinggo merupakan kecamatan dengan kepadatanpenduduk terkecil sebesar 105 jiwa/km2 pada tahun 2013.4.1.2.3 Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Bondowosodiketahui dengan cara ratio jumlah penduduk usia sekolahdasar dan sekolah menengah pertama dibandingkan denganjumlah murid yang diterima sekolah. Berikut ini merupakantabel ratio usia sekolah dasar (SD) dibandingkan jumlah muridyang diterima sekolah dasar (SD) perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.6 Ratio Perbandingan Usia SD dan Jumlah Murid SDPerkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
No.
Kecamatan Ratio Ketergantungan Penduduk2009 2010 2011 2012 2013
Rata-Rata 1.754 1.754 1.754 1.754 1.754Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total ratioperbandingan usia SD dibanding dengan jumlah murid SDpada tahun 2009-2013 sebesar 1.754 orang. KecamatanBinakal, Kecamatan Taman Krocok merupakan kecamatanterbanyak ratio perbandingan usia SD dibanding denganjumlah murid SD pada tahun 2009-2013 sebesar 99 orang.Kecamatan Sukosari merupakan kecamatan tersedikit ratioperbandingan usia SD dibanding dengan jumlah murid SDpada tahun 2009-2013 sebesar 60 orang.
Gambar 4.5 Ratio Perbandingan Usia SD dan Jumlah Murid SDPerkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Selanjutnya adalah ratio jumlah penduduk usiasekolah menengah pertama dibandingkan dengan jumlahmurid yang diterima sekolah. Berikut ini merupakan tabel
Rata-Rata 1.754 1.754 1.754 1.754 1.754Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa total ratioperbandingan usia SD dibanding dengan jumlah murid SDpada tahun 2009-2013 sebesar 1.754 orang. KecamatanBinakal, Kecamatan Taman Krocok merupakan kecamatanterbanyak ratio perbandingan usia SD dibanding denganjumlah murid SD pada tahun 2009-2013 sebesar 99 orang.Kecamatan Sukosari merupakan kecamatan tersedikit ratioperbandingan usia SD dibanding dengan jumlah murid SDpada tahun 2009-2013 sebesar 60 orang.
Gambar 4.5 Ratio Perbandingan Usia SD dan Jumlah Murid SDPerkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Selanjutnya adalah ratio jumlah penduduk usiasekolah menengah pertama dibandingkan dengan jumlahmurid yang diterima sekolah. Berikut ini merupakan tabel
113
ratio usia sekolah menengah pertama (SMP) dibandingkanjumlah murid yang diterima sekolah menengah pertama(SMP) perkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.7 Ratio Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)Dibandingkan Jumlah Murid yang diterima Sekolah MenengahPertama (SMP) Perkecamatan Kabupaten Bondowoso Tahun
2009-2013
No.
Kecamatan Ratio Ketergantungan Penduduk2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa totalratio perbandingan usia SMP dibanding dengan jumlah muridSMP pada tahun 2009-2013 sebesar 6.381 orang. KecamatanTaman Krocok merupakan kecamatan terbanyak usia SMPdibanding dengan jumlah murid SMP pada tahun 2009-2013sebesar 741 orang. Kecamatan Jambesari Darus Sholahmerupakan kecamatan tersedikit usia SMP dibanding denganjumlah murid SMP pada tahun 2009-2013 sebesar 69 orang.
Gambar 4.6 Ratio Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)Dibandingkan Jumlah Murid yang diterima Sekolah MenengahPertama (SMP) Perkecamatan Kabupaten Bondowoso Tahun
2009-2013Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.2.4Rasio Ketergantungan PendudukKualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki
peranan penting dalam meningkatkan daya saing suatu daerahdan perkembangan investasi di daerah. BerdasarkanPermendagri No 54 tahun 2010, kualitas sumber dayamanusia (SDM) dalam rangka pembangunan daerah dapat
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa totalratio perbandingan usia SMP dibanding dengan jumlah muridSMP pada tahun 2009-2013 sebesar 6.381 orang. KecamatanTaman Krocok merupakan kecamatan terbanyak usia SMPdibanding dengan jumlah murid SMP pada tahun 2009-2013sebesar 741 orang. Kecamatan Jambesari Darus Sholahmerupakan kecamatan tersedikit usia SMP dibanding denganjumlah murid SMP pada tahun 2009-2013 sebesar 69 orang.
Gambar 4.6 Ratio Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)Dibandingkan Jumlah Murid yang diterima Sekolah MenengahPertama (SMP) Perkecamatan Kabupaten Bondowoso Tahun
2009-2013Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.2.4Rasio Ketergantungan PendudukKualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki
peranan penting dalam meningkatkan daya saing suatu daerahdan perkembangan investasi di daerah. BerdasarkanPermendagri No 54 tahun 2010, kualitas sumber dayamanusia (SDM) dalam rangka pembangunan daerah dapat
115
dilihat dari rasio ketergantungan penduduk. Rasioketergantungan penduduk digunakan untuk melihat sejauhmana beban yang ditanggung oleh setiap penduduk usiaproduktif (15-64 tahun) terhadap penduduk usia tidakproduktif (15 dan >64).
Rasio ketergantungan penduduk digunakan untukmengukur besarnya beban yang harus ditanggung olehsetiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yangtidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahunumumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktifkarena secara ekonomis masih tergantung pada orang tuaatau orang lain yang menanggungnya.
Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun jugadianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun.Penduduk yang berusia 15-64 tahun, adalah penduduk usiakerja atau usia produktif. Atas dasar konsep ini dapatdigambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantungpada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat,rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaranekonomis penduduk dari sisi demografi.
Dependency ratio merupakan salah satu indikatordemografi yang penting. Semakin tingginya angkadependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yangharus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayaihidup penduduk usia non produktif. Sedangkan persentasedependency ratio yang semakin rendah menunjukkansemakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yangproduktif untuk membiayai penduduk yang belum produktifdan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan merupakanperbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan >64tahun
116
Tabel 4.8 Tingkat Ketergantungan Penduduk KabupatenBondowoso Tahun 2009-2013
No.
Kecamatan Ratio Ketergantungan Penduduk2009 2010 2011 2012 2013
Rata-Rata 52 49 44 42 43Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
117
Gambar 4.7 Diagram Rasio Ketergantungan PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas diperoleh ratioketergantungan penduduk rata-rata sebesar 46. Jadi, setiap 100jiwa produktif harus menanggung 46 jiwa tidak produktif.Kabupaten Bondowoso termasuk ke dalam ratioketergantungan penduduk rendah. Hal itu diketahui dari rata-rata jumlah ratio ketergantungan penduduk antara kurang dari60. Artinya jumlah masyarakat produktif jauh lebih banyakdari masyarakat non produktif sehingga mampu menanggungdan mengakomodir kebutuhan masyarakat non produktifterutama dalam hal ekonomi.
4.1.2.5 Jumlah Tenaga KerjaBerdasarkan pada Undang-undang No. 13 tahun 2003
Bab I pasal 1 ayat 2 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwatenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
117
Gambar 4.7 Diagram Rasio Ketergantungan PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas diperoleh ratioketergantungan penduduk rata-rata sebesar 46. Jadi, setiap 100jiwa produktif harus menanggung 46 jiwa tidak produktif.Kabupaten Bondowoso termasuk ke dalam ratioketergantungan penduduk rendah. Hal itu diketahui dari rata-rata jumlah ratio ketergantungan penduduk antara kurang dari60. Artinya jumlah masyarakat produktif jauh lebih banyakdari masyarakat non produktif sehingga mampu menanggungdan mengakomodir kebutuhan masyarakat non produktifterutama dalam hal ekonomi.
4.1.2.5 Jumlah Tenaga KerjaBerdasarkan pada Undang-undang No. 13 tahun 2003
Bab I pasal 1 ayat 2 tentang ketenagakerjaan dijelaskan bahwatenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
118
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untukmemenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadidua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.Penduduk yang tergolong tenaga kerja adalah penduduk yangtelah memasuki usia kerja (15-64 tahun). Tenaga kerjamerupakan modal awal bagi penggerak roda pembangunan disuatu wilayah. Berikut ini adalah jumlah tenaga kerjaperkecamatan di Kabupaten Bondowoso sebagai berikut.
Tabel 4.9 Jumlah Tenaga Kerja Perkecamatan di KabupatenBondowoso Tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Gambar 4. 8 Diagram Jumlah Tenaga KerjaPerkecamatanKabupaten Bondowoso Tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkandata dari BPS Kabupaten Bondowoso,diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di masing-masingkecamatan. Kecamatan Bondowoso memiliki jumlah tenagakerja terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya diKabupaten Bondowoso sebesar48.306 orang pada tahun 2009,48.685 orang pada tahun 2010, 49.064 orang pada tahun 2011,49443 orang pada tahun 2012, dan 48.822 orang pada tahun
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Gambar 4. 8 Diagram Jumlah Tenaga KerjaPerkecamatanKabupaten Bondowoso Tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkandata dari BPS Kabupaten Bondowoso,diketahui bahwa jumlah tenaga kerja di masing-masingkecamatan. Kecamatan Bondowoso memiliki jumlah tenagakerja terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya diKabupaten Bondowoso sebesar48.306 orang pada tahun 2009,48.685 orang pada tahun 2010, 49.064 orang pada tahun 2011,49443 orang pada tahun 2012, dan 48.822 orang pada tahun
120
2013. Kecamatan dengan jumlah tenaga kerja terendah setiaptahunnya adalah Kecamatan Sempol sebesar 7.850 orangtenaga kerja pada tahun 2009, 7.882 orang pada tahun 2010,7.914 orang pada tahun 2011, 7.946 orang pada tahun 2012dan 7.914 orang tenaga kerja pada tahun 2013. Jumlah tenagakerja di Kabupaten Bondowoso mengalami kenaikan tiaptahunnya yaitu 478.187 orang tenaga kerja pada tahun 2009dan meningkat menjadi 506.770 orang tenaga kerja pada tahun2013. Kenaikan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Bondowosoterjadi akibat kurangnya lapangan yang menyerap tenaga kerjausia produktif sehingga tenaga kerja usia produktifmenganggur.4.1.3 Kondisi Perekonomian4.1.3.1 Kemiskinan
Kemiskinan diketahui dengan banyaknya jumlahpenduduk miskin yang didapatkan dari hasil penjumlahanjumlah penduduk pra sejahtera dan sejahtera 1. Berikut inimerupakan kondisi eksisiting kemiskinan di KabupatenBondowoso.
Tabel 4.10 Jumlah Keluarga Miskin Perkecamatan diKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 166.248 166.248 166.248 166.248 166.248Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwajumlah penduduk miskin di Kabupaten Bondowoso tahun2009-2013 tidak mengalami perubahan. Jumlah KK miskinterbesar terdapat di Kecamatan Maesan yaitu 12.583 KK padatahun 2009-2013. Sedangkan kecamatan dengan jumlahpenduduk miskin terkecil adalah Kecamatan Sempol denganjumlah keluarga miskin sebesar 1.934 KK pada tahun 2009-2013. Untuk mengetahui persentase keluarga miskin diKabupaten Bondowoso dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Persentase Keluarga Miskin PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (%)2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 100 100 100 100 100Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
123
Gambar 4.9 Jumlah Keluarga Miskin Perkecamatan diKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.3.2Mata Pencaharian PendudukKondisi perekonomian penduduk dapat ditinjau dari
mata pencaharian penduduk. Mata pencaharian pendudukberaneka ragam. Untuk mengetahui mata pencaharianpenduduk digunakan presentase bukan buruh tani. Semakinbanyak jumlah buruh tani yang ada di suatu wilayahmenyebabkan perekonomian mengalami ketertinggalandibandingkan wilayah lain tetapi sebaliknya semakin sedikitjumlah buruh tani yang ada di suatu wilayah menyebabkanperekonomian maju/setara dengan wilayah lain. Berikut iniadalah ratio penduduk bukan buruh tani KabupatenBondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.12 Ratio Bukan Buruh Tani Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013
Kecamatann Ratio Bukan Buruh Tani2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 3.582 3.582 3.582 3.582 3.582Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa ratiobukan buruh tani pada tahun 2009-2013 tetap sebesar 3.582.Kecamatan Botolinggo merupakan kecamatan terbanyak ratiobukan buruh tani sebesar 466 pada tahun 2009-2013.Kecamatan Pakem merupakan kecamatan dengan ratio bukanburuh tani tersedikit sebesar 5 pada tahun 2009-2013.
125
Gambar 4.10 Ratio Bukan Buruh Tani Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.3.3 Potensi DesaPotensi desa merupakan segenap daya, kekuatan,
keanggupan, dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desayang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkandalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Potensi desa yang dimaksud adalah potensi desa di sektorpertanian. Potensi desa yang akan dipakai dalam gambaranumum ini adalah potensi desa penghasil tanaman padi,tanaman jagung, dan tanaman tembakau. Potensi desadiketahui dengan produktivitas. Untuk mengetahuiproduktivitas diperlukan rumus panen (ton) dibagi luas lahan(ha). Berikut ini merupakan potensi desa pada masing-masingkecamatan di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.13 Potensi Desa Tanaman Padi PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 882.78 874.05 871.03 877.88 891.81Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlahproduktivitas tanaman padi pada tahun 2009-2011 mengalamipenurunan dan di tahun 2012-2013 mengalami peningkatan.Kecamatan terbanyak produktivitas tanaman padi pada potensidesa terdapat di Kecamatan Tenggarang pada tahun 2009-2012, sedangkan di tahun 2013 berada di Kecamatan Cermee.Kecamatan tersedikit produktivitas tanaman padi pada tahun2009-2013 terdapat di Kecamatan Sempol.
127
Gambar 4.11 Potensi Desa Tanaman Padi PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Tabel 4.14 Potensi Desa Tanaman Jagung PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 104.79 103.19 101.62 100.69 102.47Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas ,diketahui bahwa jumlahproduktivitas tanaman jagung pada tahun 2009-2013mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kecamatan dengantingkat produktivitas tanaman jagung terbanyak pada tahun2009-2013 adalah Kecamatan Prajekan. Kecamatan dengantingkat produktivitas tanaman jagung tersedikit pada tahun2009-2013 adalah Kecamatan Bondowoso.
129
Gambar 4.12 Potensi Desa Tanaman Jagung PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Tabel 4.15 Potensi Desa Tanaman Ubi Kayu PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 415.37 413.74 412.21 410.58 430.57Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
130
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlahproduktivitas tanaman ubi kayupada tahun 2009-2012mengalami penurunan dan mengalami kenaikan di tahun2013. Kecamatan dengan tingkat produktivitas tanaman ubikayu terbanyak pada tahun 2009-2013 adalah KecamatanSempol. Kecamatan dengan tingkat produktivitas tanaman ubikayu tersedikit pada tahun 2009-2013 adalah KecamatanTenggarang.
Gambar 4.13Potensi Desa Tanaman Ubi Kayu PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.4 Kondisi Infratruktur Sosial
Perkembangan wilayah dipengaruhi oleh kondisiinfrastruktur sosial karena infrastruktur sosial merupakantempat penunjang dari aktivitas masyarakat. Infrastruktursosial yang digunakan pada penelitian ini adalah saranapendidikan dan sarana kesehatan serta rumah. Ketiganyamerupakan infrastruktur penunjang bagi kehidupan sosialmasyarakat. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing pembahasan.
4.1.4.1Sarana PendidikanSarana pendidikan merupakan sarana penunjang
dalam kegiatan belajar mengajar di suatu wilayah.
131
Ketersediaan sarana pendidikan sangat berpengaruh terhadapkualitas sumber daya manusia di suatu wilayah. Berdasarkandata dari BPS tahun 2009-2013 dapat diketahui jumlah saranapendidikan di Kabupaten Bondowoso meliputi SD, SMP yangmerupakan program pemerintah dalam mengatasi angka butahuruf dengan wajib belajar 9 tahun. Berikut merupakan tabeljumlah sarana pendidikan di Kabupaten Bondowoso.
A. Sekolah Dasar (SD)Sarana pendidikan SD merupakan salah satu jenjang
pendidikan yang wajib dilalui untuk dapat melanjutkanpendidikan ke jenjang sekolah menangah pertama (SMP).Berikut ini merupakan tabel jumlah SD perkecamatan diKabupaten Bondowoso tahun 2009 hingga tahun 2013.
Tabel 4.16 Jumlah SD Perkecamatan Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013
Jumlah 664 664 664 664 664Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwajumlah sarana pendidikan jenis sekolah dasar (SD) tidak adaperubahan setiap tahunnya. Hal ini diketahui dari jumlahsarana pendidikan jenis sekolah dasar (SD) pada tahun 2009-2013 sebesar 664 unit. Sarana pendidikan jenis sekolah dasar(SD) tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bondowoso.Kecamatan Wringin merupakan kecamatan terbanyak saranapendidikan jenis sekolah dasar (SD). Pada tahun 2009-2013jumlah sarana pendidikan jenis sekolah dasar (SD) sebesar 59unit. Kecamatan Sempol merupakan kecamatan tersedikitsarana pendidikan jenis sekolah dasar (SD) sebesar 10 unitpada tahun 2009-2013. Berikut ini merupakan persentasejumlah sarana pendidikan jenis sekolah dasar (SD)perkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.17 Persentase Jumlah SD Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 153 153 153 153 153Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwajumlah sarana pendidikan jenis sekolah menengah pertama(SMP) tidak mengalami perubahan setiap tahunnya. Hal inidiketahui dari jumlah sarana pendidikan jenis sekolahmenengah pertama (SMP) sebesar 153 unit pada tahun 2009-2013. Sarana pendidikan jenis sekolah menengah pertama(SMP) tersebar di seluruh kecamatan di KabupatenBondowoso. Kecamatan Bondowoso merupakan kecamatanterbanyak sarana pendidikan jenis sekolah menengah pertama(SMP) sebesar 17 unit pada tahun 2009-2013. KecamatanTaman Krocok merupakan kecamatan tersedikit saranapendidikan jenis sekolah menengah pertama (SMP)sebesar 2unit pada tahun 2009-2013. Berikut ini merupakan persentasejumlah sarana pendidikan jenis sekolah menengah pertama(SMP) perkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.
136
Tabel 4.19 Persentase Jumlah SMP Perkecamatan KabupatenBondowoso Tahun 2009-2013
Jumlah 100 100 100 100 100Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
137
Gambar 4.15 Diagram Persentase Jumlah SMP di KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.4.2Sarana KesehatanSarana kesehatan adalah sarana penunjang kesehatan
masyarakat. Pelayanan sarana kesehatan sangat berpengaruhterhadap tingkat kemudahan masyarakat dalam mendapatkanpelayanan kesehatan. Sarana kesehatan di suatu wilayahberpengaruh dalam tingkat kesejahteraan masyarakat karenasalah satu indikatornya adalah kesehatan. Sarana kesehatanterdiri-dari rumah sakit, pukesmas, dan poskesdes.
A. Rumah SakitRumah sakit merupakan institusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter,perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Berikut inimerupakan tabel jumlah sarana kesehatan di KabupatenBondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.20 Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013
Jumlah 4 4 4 4 4Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwaterdapat 4 rumah sakit di Kabupaten Bondowoso yaitu RSUDDr. H. Kusnadi, RS Mitra Medika, RS BhayangkaraBondowoso, dan RS Siti Hatijah. Kecamatan lain tidakterdapat rumah sakit. Berikut ini merupakan persentase darisarana kesehatan jumlah rumah sakit 2009-2013.
139
Tabel 4.21 Persentase Rumah Sakit Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 100 100 100 100 100Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
140
Gambar 4.16 Persentase Jumlah Rumah Sakit PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
B. PuskesmasSarana kesehatan lainnya dengan lingkup yang
lebih sempit adalah puskesmas. Puskesmas merupakan suatukesatuan fungsional yang termasuk dalam pusat kesehatanmasyarakat yang juga berperan serta dalam membinamasyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan yangmenyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayahtersebut. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bondowoso,seluruh Kecamatan di Kabupaten Bondowoso telah memilikipuskesmas. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah puskesmasperkecamatan di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat padatabel dibawah ini.
Tabel 4.22 Jumlah Puskesmas Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 36 36 36 35 35Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlahsarana kesehatan jenis puskesmas tidak mengalamipeningkatan pada tahun 2009-2013. Kecamatan Tenggarangdan Kecamatan Tlogosari mempunyai sarana kesehatanpuskesmas terbanyak di Kabupaten Bondowoso sebanyak 4unit, sedangkan kecamatan yang tidak terdapat saranakesehatan puskesmas adalah Kecamatan Cermee pada tahun
142
2009-2013. Berikut ini merupakan persentase jumlahpuskesmas perkecamatan Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.23 Persentase Jumlah Puskesmas PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Gambar 4.17 Persentase Jumlah Puskesmas Perkecamatan diKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
C. PoskesdesPoskesdes merupakan upaya kesehatan yang
bersumber masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh desadalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatandasar bagi masyarakat. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlahposkesdes perkecamatan di Kabupaten Bondowoso dapatdilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.24 Jumlah Poskesdes Perkecamatan di KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 109 109 109 109 109Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlahsarana kesehatan poskesdes dari tahun 2009-2013 tidakmengalami peningkatan. Kecamatan Maesan merupakankecamatan terbanyak sarana kesehatan poskesdes pada tahun2009-2013, sedangkan Kecamatan Bondowoso, kecamatanCurahdami, Kecamatan Grujugan, Kecamatan PrajekanKecamatan Sempol, Kecamatan Sukosari, KecamatanTamanan, Kecamatan Taman Krocok, dan KecamatanWringin tidak terdapat sarana kesehatan poskesdes pada tahun2009-2013. Berikut ini merupakan persentase jumlah sarana
145
kesehatan jenis poskesdes perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.25 Persentase Jumlah Poskesdes PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 82,56 82,56 82,56 82,56 82,56Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
146
Gambar 4.18 Persentase Jumlah Poskesdes PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
D. Tenaga MedisTenaga medis merupakan tenaga ahli kedokteran
dengan fungsi utamanya memberikan pelayanan medis kepadapasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tatacara teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yangberlaku serta dapat dipertanggungjawabkan. Untukmengetahui tenaga medis digunakan cara jumlah tenaga medisdibagi dengan jumlah penduduk. Berikut ini merupakanpersentase tenaga kesehatan perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.26 Persentase Tenaga Kesehatan PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 3,99 4,19 4,16 3,94 3,94Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa persentasetenaga kerja medis terhadap jumlah penduduk pada tahun2009-2010 mengalami kenaikan dari 3,99% menjadi 4,16%kemudian pada tahun 2011-2013 mengalami penurunan dari4,16% menjadi 3,94%. Kecamatan Botolinggo merupakankecamatan terbesar persentase tenaga kerja medis terhadappenduduk pada tahun 2013 sebesar 0,30%. KecamatanGrujugan, Kecamatan Maesan, Kecamatan Wonosarimerupakan kecamatan terkecil persentase tenaga kerja medisterhadap penduduk pada tahun 2013 sebesar 0,10%.
148
Gambar 4.19 Persentase Tenaga Kesehatan PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.4.3Kondisi PerumahanKondisi perumahan dibedakan menjadi tiga yaitu
rumah permanen, rumah semi permanen, dan rumah nonpermanen. Jika, semakin tinggi persentase kondisi perumahandengan konstruksi bangunan permanen menunjukkan bahwasemakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayahtersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit persentasekondisi perumahan dengan konstruksi bangunan permanenmenunjukkan bahwa semakin rendah tingkat kesejahteraanmasyarakat di wilayah tersebut. Untuk lebih jelas terkaitkondisi perumahan perkecamatan di Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013 sebagai berikut.Tabel 4.27 Persentase Perumahan dengan Konstruksi Bangunan
Permanen Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Kecamatan Persentase Perumahan Permanen (%)2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 1.860,13 1.860,13 1.860,13 1.860,13 1.860,13Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa presentaseperumahan permanen tidak mengalami peningkatan setiaptahunnya sebesar 1.860,13. Kecamatan dengan persentaseperumahan dengan konstruksi bangunan permanen tertinggiadalah Kecamatan Bondowoso sebesar 90,64 % pada tahun2009-2013. Kecamatan dengan persentase perumahan dengankonstruksi bangunan permanen terendah adalah KecamatanCermee sebesar 65,44% pada tahun 2009-2013.
150
Gambar 4.20 Persentase Perumahan dengan KonstruksiBangunan Permanen Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.5 Kondisi Infrastruktur EkonomiPerkembangan wilayah dipengaruhi oleh kondisi
infrastruktur ekonomi karena infrastruktur ekonomi yangberperan dalam merangsang pertumbuhan ekonomi.Infrastruktur ekonomi yang digunakan dalam penelitian iniadalah kondisi jalan, air bersih, jaringan listrik, dan saranaperdagangan. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing pembahasan.4.1.5.1 Kondisi Jalan
Infrastruktur jalan merupakan salah satu infrastrukturpengangkutan yang berperan dalam merangsang pertumbuhanekonomi sebuah wilayah karena ketersediaan jalan akanmeminimalkan modal sehingga proses dari produksi dandistribusi akan lebih efisien dipasarkan. Pembangunanprasarana jalan turut akan meningkatkan pertumbuhanwilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalulintas. Sebaliknya prasarana jalan yang buruk dan rusak akanmenghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri,
151
pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa, yang padaakhirnya akan mempengaruhi pendapatan.Tabel 4.28 Panjang Jalan Perkecamatan Kabupaten Bondowoso
Jumlah 698,82 698,82 698,82 698,82 698,82Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa panjangjalan di Kabupaten Bondowoso dari tahun 2009-2013 tidak
152
mengalami peningkatan. Jalan terpanjang berada diKecamatan Botolinggo sebesar 52,2 km2 dan kecamatandengan jalan terpendek sebesar 12 km2 berada di KecamatanSukosari.
Gambar 4.21Panjang Jalan Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.5.2Air BersihAirbersih merupakan kebutuhan yang diperlukan
dalam kehidupan manusia sehingga pengadaan sumber dayaini termasuk dalam pembangunan yang diprioritaskan. Untuklebih jelasnya mengenai jumlah pelanggan PDAM danpersentase rumah tangga terlayani air bersih di KabupatenBondowoso dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.29 Jumlah Pelanggan PDAM Perkecamatan diKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Kecamatan Jumlah Pelanggan PDAM2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 169.356 169.356 169.356 169.356 169.356Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwajumlah pelanggan PDAM tidak mengalami peningkatan padatahun 2009-2013. Kecamatan dengan jumlah pelangganPDAM tertinggi pada tahun 2009-2013 adalah KecamatanBondowoso dengan jumlah pelanggan sebesar 21.453.Kecamatan dengan jumlah pelanggan PDAM terendah adalahKecamatan Tamanan dengan jumlah pelanggan pada tahun2009-2013 sebesar 877. Berikut ini merupakan persentase
154
rumah tangga terlayani PDAM perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.30 Persentase RT Terlayani PDAM PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Kecamatan % RT Pelanggan PLN2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 100 100 100 100 100Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
155
Gambar 4.22 Persentase RT Terlayani PDAM PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.5.3Jaringan ListrikPrasarana jaringan listrik merupakan prasarana yang
penting dalam menunjang pembangunan di suatu wilayah. Halini disebabkan karena prasarana listrik merupakan penggerakutama dari berbagai kegiatan khususnya kegiatan industri.Berikut ini merupakan tabel jumlah pelanggan listrik PLN diKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.31 Jumlah Pelanggan PLN Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 169.356 169.356 169.356 169.356 169.356Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwajumlah pelanggan PLN tidak mengalami peningkatan padatahun 2009-2013. Kecamatan dengan jumlah pelanggan PLNtertinggi pada tahun 2009-2013 adalah KecamatanBondowoso dengan jumlah pelanggan sebesar 21.453.Kecamatan dengan jumlah pelanggan PLN terendah adalahKecamatan Tamanan dengan jumlah pelanggan pada tahun2009-2013 sebesar 877 Berikut ini merupakan persentaserumah tangga terlayani PLN perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013.
157
Tabel 4.32 Persentase RT Terlayani PLN PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Kecamatan % RT Pelanggan PLN2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 100 100 100 100 100Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
158
Gambar 4.23 Persentase RT Terlayani PLN PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.1.5.4Sarana PerdaganganPerdagangan merupakan sektor yang berperan sebagai
motor penggerak aktivitas perekonomian secara keseluruhan.Untuk menunjang kegiatan perdagangan di suatu wilayah,salah satu sarana yang dianggap penting adalah ketersediaansarana pasar, sarana toko, dan kios di Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013.
A. PasarPasar merupakan salah satu sarana perdagangan
penting sebagai penggerak perekonomian di suatu wilayahkarena pasar merupakan tempat proses terjadinya jual dan beliyang memasarkan produk dari masyarakat agar sampai kekonsumen. Jumlah perkecamatan pasar di KabupatenBondowoso dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.33 Jumlah Pasar Perkecamatan Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013
Jumlah 411 411 411 411 411Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwapada tahun 2009-2013 jumlah sarana pasar yang ada diKabupaten Bondowoso sebanyak 411 unit. Jumlah ini tersebarmerata di setiap kecamatan yang ada di KabupatenBondowoso. Kecamatan Cermee merupakan kecamatan yangterbanyak sarana pasar. Hal ini diketahui, pada tahun 2009-
160
2013 sebanyak 26 unit. Kecamatan Sukosari merupakankecamatan yang tersedikit mempunyai sarana pasar. Hal inidiketahui, pada tahun 2009-2013 sebanyak 7 unit. Berikut inimerupakan persentase jumlah pasar perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.34 Persentase Jumlah Pasar Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 6.550 6.550 6.550 6.550 6.550Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa pada tahun2009-2013 jumlah sarana toko yang ada di KabupatenBondowoso sebanyak 6.550 unit. Jumlah ini tersebar meratadi setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bondowoso.Kecamatan Wringin merupakan kecamatan terpadat saranaperdagangan jenis toko. Hal ini dibuktikan dengan saranaperdagangan jenis toko sebanyak 539 unit dari tahun 2009-2013. Kecamatan Botolinggo merupakan kecamatan tersedikitsarrana perdagangan jenis toko. Hal ini dibuktikan dengan 71
163
unit sarana perdagangan jenis toko di Kecamatan Botolinggodi tahun 2009-2013. Berikut ini merupakan persentase jumlahtoko Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013.
Tabel 4.36 Persentase Jumlah Toko Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Jumlah 100 100 100 100 100Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
164
Gambar 4.25 Persentase Jumlah Toko PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
C. WarungWarung merupakan salah satu jenis sarana
perdagagan berskala mikro. Biasanya untuk lokasi berdirinyawarung menjadi satu dengan perumahan penduduk denganjangkauan lingkungan perumahan. Untuk mengetahui jumlahwarung di Kabupaten Bondowoso tahun 2009-2013 dapatdilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.37 Jumlah Warung Perkecamatan KabupatenBondowoso tahun 2009-2013
Kecamatan Jumlah Warung (unit)2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah 2.043 2.066 2.091 2.091 2.091Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa KabupatenBondowoso memiliki sarana perdagangan jenis toko sebesar2.043 unit di tahun 2009. Pada tahun 2010 sebesar 2.066 unitkemudian mengalami kenaikan sebesar 2.091 unit di tahun2011. Pada tahun 2012-2013, sarana perdagangan jenis tokotidak mengalami kenaikan sebesar 2.091 unit. KecamatanBondowoso merupakan kecamatan terbanyak saranaperdagangan jenis warung sebesar 280 unit di tahun 2009 danmeningkat sebesar 283 unit di tahun 2012. Kecamatan TamanKrocok merupakan kecamatan tersedikit sarana perdaganganjenis warung sebanyak 10 unit di tahun 2010 dan meningkat
166
sebesar 12 unit di tahun 2012. Berikut ini merupakanpersentase jumlah toko perkecamatan Kabupaten Bondowosotahun 2009-2013.
Tabel 4.38 Persentase Jumlah Warung PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Kecamatan Jumlah Warung (unit)2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
Gambar 4.26 Persentase Jumlah Toko PerkecamatanKabupaten Bondowoso tahun 2009-2013
Sumber : Kabupaten Bondowoso dalam Angka tahun 2010-2014
4.2 Identifikasi Faktor yang Berpengaruh TerhadapKetertinggalan Desa di Kabupaten Bondowoso
Dari hasil tinjauan teori pada pembahasan sebelumnyadidapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadapketertinggalan yaitu:
A. Aspek Sosial1. Faktor kualitas sumber daya manusiaterdiri
dari variabel tingkat pendidikan, rasioketergantungan penduduk, dan jumlah tenagakerja.
B. Aspek Ekonomi1. Faktor kondisi perekonomian masyarakat
terdiri dari variabel mata pencaharianpenduduk bukan buruh tani, dan kemiskinan.
C. Aspek Infrastruktur1. Faktor infrastruktur sosial terdiri-dari variabel
tingkat kecukupan sarana pendidikan, tingkat
168
kecukupan sarana kesehatan, jumlah tenagakesehatan, dan kondisi perumahan.
2. Faktor infrastruktur ekonomi terdiri-dari jarakdari pusat desa ke pusat kecamatan, tingkatketersediaan sarana perdagangan, tingkatketersediaan prasarana listrik, dan tingkatketersediaan prasarana air bersih.
4.2.1 Faktor yang Berpengaruh TerhadapKetertinggalan Desa di Kabupaten Bondowosoberdasarkan Aspek Sosial
Dari hasil analisis, faktor sosial memiliki nilai KMOdan Bartlett’s sebesar 0,539 untuk seluruh variabel dengansignifikansi 0,000. Dari hasil analisis tersebut menunjukkanbahwa nilai KMO dan signifikansi sudah memenuhipersyaratan analisis faktor. Untuk mengetahui apakah seluruhvariabel berpengaruh terhadap ketertinggalan di KabupatenBondowoso, dilihat dari nilai skor masing-masing variabelpada faktornya. Apabila seluruh variabel memiliki hargamutlak diatas 0,5 menunjukkan bahwa seluruh variabel padafaktor sosial berpengaruh terhadap ketertinggalan diKabupaten Bondowoso. Variabel yang berpengaruh terhadapketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso untuk aspeksosial terdiri dari variabel tingkat partisipasi SD, dan tingkatpartisipasi SMP merupakan faktor yang pertama berpengaruh;sedangkan variabel ratio ketergantungan merupakan faktorkedua yang berpengaruh, dan faktor tenaga kerja merupakanfaktor ketiga yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desadi Kabupaten Bondowoso.4.2.2 Faktor yang Berpengaruh TerhadapKetertinggalan Desa di Kabupaten Bondowosoberdasarkan Aspek Ekonomi
Dari hasil analisis, faktor ekonomi memiliki nilaiKMO dan Bartlett’s sebesar 0,500 untuk seluruh variabledengan signifikansi 0,000. Dari hasil analisis tersebut
169
menunjukkan bahwa nilai KMO dan signifikansi sudahmemenuhi persyaratan analisis faktor. Untuk dapatmengetahui apakah seluruh variabel berpengaruh terhadapketertinggalan di Kabupaten Bondowoso, dilihat dari nilaiskor masing-masing variabel pada faktornya. Apabila seluruhvariabel memiliki harga mutlak diatas 0,5 menunjukkanbahwa seluruh variabel pada faktor ekonomi berpengaruhterhadap ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso. Variabelyang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di KabupatenBondowoso untuk aspek ekonomi terdiri dari variabelpersentase keluarga miskin merupakan faktor yang pertamaberpengaruh; sedangkan variabel persentase bukan buruh tanimerupakan faktor kedua yang berpengaruh.
4.2.3 Faktor yang Berpengaruh TerhadapKetertinggalan Desa di Kabupaten Bondowosoberdasarkan Aspek Infrastruktur
A. Infrastruktur SosialDari hasil analisis, faktor infrastruktur sosial memiliki
nilai KMO dan Bartlett’s sebesar 0,614 untuk seluruh variabelpada faktor tersebut dan memiliki nilai signifikansi 0,000.Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa nilai KMOdan nilai signifikansi sudah memenuhi persyaratan analisisfaktor.Untuk dapat mengetahui apakah seluruh variabelberpengaruh terhadap ketertinggalan di KabupatenBondowoso, dilihat dari nilai skor masing-masing variabelpada faktornya. Apabila seluruh variabel memiliki hargamutlak diatas 0,5 menunjukkan bahwa seluruh variabel padafaktor infrastrukur sosial berpengaruh terhadap ketertinggalandi Kabupaten Bondowoso. Variabel yang berpengaruhterhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso untukfaktor kondisi infrastruktur sosial terdiri dari variabelpersentase SD, persentase SMP, dan persentase rumahpermanen untuk faktor yang pertama berpengaruh; sedangkanvariabel persentase rumah sakit, dan persentase tenaga medis
170
merupakan faktor kedua yang berpengaruh; sedangkanvariabel persentase puskesmas merupakan faktor ketiga yangberpengaruh.
B. Infrastruktur EkonomiDari hasil analisis, faktor infrastruktur sosial memiliki
nilai KMO dan Bartlett’s sebesar 0,727 untuk seluruh variabelpada faktor tersebut dan memiliki nilai signifikansi 0,000.Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa nilai KMOdan nilai signifikansi sudah memenuhi persyaratan analisisfaktor.Untuk dapat mengetahui apakah seluruh variabelberpengaruh terhadap ketertinggalan di KabupatenBondowoso, dilihat dari nilai skor masing-masing variabelpada faktornya. Apabila seluruh variabel memiliki hargamutlak diatas 0,5 menunjukkan bahwa seluruh variabel padafaktor infrastrukur ekonomi berpengaruh terhadapketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso. Variabel yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa di KabupatenBondowoso untuk faktor pertama merupakan variabelpersentase pengguna PLN, persentase pengguna PDAM,persentase toko, dan persentase warung yang berpengaruhterhadap ketertinggalan desa; sedangkan faktor keduamerupakan variabel jarak yang berpengaruh terhadapketertinggalan desa; sedangkan faktor ketiga merupakanvariabel persentase pasar yang berpengaruh terhadapketertinggalan desa.
Berdasarkan analisis Faktor Eksplanatory yang telahdilakukan, terdapat faktor yang digunakan adalah faktorpertama berdasarkan matrix komponen rotasi merupakanfaktor yang dominan di dalam mengidentifikasi faktor yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa KabupatenBondowoso dibandingkan faktor kedua dan faktor ketiga.Sehingga, faktor yang berpengaruh terhadap ketertinggalandesa di Kabupaten Bondowoso adalah (1) Faktor social yang
171
terdiri dari tingkat pendidikan SD, dan tingkat pendidikanSMP, (2) Faktor ekonomi yang terdiri dari persentase keluargamiskin, (3) Faktor infrastruktur sosial yang terdiri darivariabel persentase SD, persentase SMP, serta persentaserumah permanen, dan (4) Faktor infrastruktur ekonomi yangterdiri dari variabel persentase pengguna PLN, persentasepengguna PDAM, persentase toko, dan persentase warung.
Untuk lebih jelasnya mengenai faktor yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa di KabupatenBondowoso dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Fak
tor
yang
Ber
peng
aruh
ter
hada
p K
eter
ting
gala
n D
esa
Ber
dasa
rkan
Asp
ek S
osia
l, E
kono
mi,
dan
Infr
astr
uktu
r di
Kab
upat
en B
ondo
wos
o
Aspek Sosial Kualitas SDM
Tingkat PendidikanSD
Tingkat PendidikanSMP
AspekEkonomi
PerekonomianMasyarakat Kemiskinan
AspekInfrastruktur
KondisiInfrastruktur
Sosial
Persentase SD
Persentase SMP
Persentase RumahPermanen
KondisiInfrastruktur
Ekonomi
Persentase PenggunaPLN
Persentase PenggunaPDAM
Persentase Toko
Persentase Warung
171
terdiri dari tingkat pendidikan SD, dan tingkat pendidikanSMP, (2) Faktor ekonomi yang terdiri dari persentase keluargamiskin, (3) Faktor infrastruktur sosial yang terdiri darivariabel persentase SD, persentase SMP, serta persentaserumah permanen, dan (4) Faktor infrastruktur ekonomi yangterdiri dari variabel persentase pengguna PLN, persentasepengguna PDAM, persentase toko, dan persentase warung.
Untuk lebih jelasnya mengenai faktor yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa di KabupatenBondowoso dapat dilihat pada diagram berikut ini.
Tingkat PendidikanSD
Tingkat PendidikanSMP
Kemiskinan
Persentase SD
Persentase SMP
Persentase RumahPermanen
Persentase PenggunaPLN
Persentase PenggunaPDAM
Persentase Toko
Persentase Warung
172
Gambar 4.27 Diagram Faktor yang Berpengaruh terhadapKetertinggalan Desa di Kabupaten Bondowoso
Sumber : Hasil Analisa, 2016
Berdasarkan gambar diatas, diketahui bahwa hasil darifaktor penyebab ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowosomenggunakan hasil analisis faktor eksplanatori adalahketertinggalan aspek sosial dipengaruhi oleh indikator kualitasSumber Daya Manusia (SDM) dengan variabel tingkatpendidikan SD, dan tingkat pendidikan SMP. Tingkatpendidikan SD, dan pendidikan SMP semakin banyakmenyebabkan naiknya angka melek huruf (AMH) maka desatersebut bisa dikatakan desa maju dan jika angka melek huruf(AMH) semakin kecil maka desa tersebut bisa dikatakan desatertinggal. Aspek ekonomi dipengaruhi oleh indikatorperekonomian masyarakat dengan variabel kemiskinan.Kemiskinan merupakan faktor penyebab ketertinggalansebuah desa karena semakin tinggi tingkat kemiskinan makapendapatan perkapita suatu wilayah semakin kecil begitu pulasebaliknya semakin kecil tingkat kemikinan maka pendapatanperkapita suatu wilayah semakin besar.Aspek infrastrukturdibagi menjadi 2 (dua) indikator yaitu kondisi infrastruktursosial dengan variabel persentase SD, persentase SMP, danpersentase rumah permanen. Persentase bangunan SD, SMP,dan rumah permanen penyebab ketertinggalan suatu wilayahkarena semakin banyak kerusakan bangunan baik bangunanSD, SMP, dan rumah permanen yang tidak terbuat dari batubata maka dipastikan pendapatan perkapitanya wilayahterssebut rendah. Kondisi infrastruktur ekonomi dipengaruhioleh variabel persentase pengguna PLN, persentase penggunaPDAM, persentase ketersediaan toko, dan persentaseketersediaan warungpenyebab ketertinggalan suatu desakarena semakin banyak jumlah persentase pengguna PLN,persentase pengguna PDAM, persentase ketersediaan toko,dan persentase ketersediaan warung maka semakin maju desa
173
tersebut begitu pula sebaliknya semakin sedikit maka desatersebut dikatakan tertinggal karena penyebab perekonomiansuatu wilayah meningkat karena kondisi infrastrukturperekonomian menunjang wilayah tersebut menjadi wilayahmaju.
4.3 Analisis Tipologi Desa Tertinggal BerdasarkanAspek Sosial, Ekonomi, Dan Infrastruktur Di KabupatenBondowoso
Dari hasil tinjauan teori pada pembahasan sebelumnyadidapat faktor-faktor yang mempengaruhi tipologi desatertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi, daninfrastruktur yaitu:
A. Aspek Sosial1. Faktor tingkat pendidikan SD, dan tingkat
pendidikan SMP.B. Aspek Ekonomi
1. Faktor bukan buruh tani, potensi desa sepertitanaman padi, jagung, dan ubi kayu.
C. Aspek Infrastruktur1. Faktor infrastruktur sosial terdiri-dari variabel
tingkat kecukupan sarana pendidikan, dankondisi perumahan.
2. Faktor infrastruktur ekonomi terdiri-daritingkat ketersediaan sarana perdagangan,tingkat ketersediaan prasarana listrik, dantingkat ketersediaan prasarana air bersih.
4.3.1 Analisis Tipologi Desa Tertinggal BerdasarkanAspek Sosial, Ekonomi, Dan Infrastruktur Di KabupatenBondowoso
Dalam melakukan analisis tipologi desa tertinggal diKabupaten Bondowoso Berdasarkan aspek sosial, ekonomi,dan infrastruktur menggunakan analisis biplot denganmenggunakan bantuan software SPSS 20.0. Proses penentuan
174
tipologi dalam penelitian ini terbagi berdasarkan ketiga aspeksesuai pembatasan ruang lingkup yaitu aspek sosial, aspekekonomi, dan infrastruktur. Dari hasil analisis didapatkantipologi desa tertinggal berdasarkan ketertinggalan di aspeksosial, ekonomi, dan infrastruktur adalah sebagai berikut.
Tabel 4.39 Ketertinggalan Masing-Masing Desa berdasarkanAspek Sosial, Ekonomi, dan Infrastruktur di Kabupaten
Bondowoso
No NamaKecamatan
NamaDesa
KetertinggalanSos Eko Infras
Sos Eko1 Binakal Gadingsari - - V V2 Binakal Binakal V V V V3 Binakal Sumber Waru V V V V4 Binakal Kembangan V V V V5 Binakal Baratan - - V V6 Binakal Bandelan - - - V7 Binakal Sumber
Tengah- - V -
8 Bondowoso Pancoran V V V V9 Bondowoso Sukowiryo V V V V
10 Cermee Solor V V - V11 Cermee Kladi V V V V12 Cermee Bercak V V V V13 Cermee Suling Wetan V V V V14 Cermee Ramban
WetanV V - V
15 Cermee Grujugan V V - V16 Cermee Bajuran - V - V17 Cermee Jirek Mas V V V V18 Cermee Batusalang - V V V19 Cermee Pelalangan V - - V20 Cermee Batu Ampar V - V V21 Cermee Bercak Asri V - V V
175
No NamaKecamatan
NamaDesa
KetertinggalanSos Eko Infras
Sos Eko22 Jambesari
DarusSholah
Sumberjeruk V - V V
23 JambesariDarusSholah
PucangAnom
- - V V
24 JambesariDarusSholah
Jambesari V V V V
25 JambesariDarusSholah
Grujugan Lor V V - -
26 JambesariDarusSholah
Tegalpasir - - - -
27 JambesariDarusSholah
Pengarang V V V V
28 JambesariDarusSholah
SumberAnyar
V V - -
29 JambesariDarusSholah
Jambeanom V V - -
30 Klabang Karanganyar V V - -31 Klabang Blimbing - V V V32 Klabang Karang
SengonV - V V
33 Klabang Besuk V V - -34 Klabang Pandak V V - -35 Klabang Leprak - V - -36 Klabang Wonoboyo V V - -37 Maesan Sucolor V - - -38 Maesan Pujerbaru V V V V39 Maesan Tanahwulan V - V V
176
No NamaKecamatan
NamaDesa
KetertinggalanSos Eko Infras
Sos Eko40 Maesan Maesan V V V V41 Maesan Suger Lor - V V V42 Maesan Sumberpake
mV V V V
43 Maesan Sumbersari V V - -44 Maesan Sumberanyar V V V V45 Maesan Penanggunga
n- V - -
46 Maesan Pakuniran V V - -47 Maesan Gunungsari V - V V48 Pakem Andungsari V - V V49 Pakem Kupang V V - -50 Pakem Ardisaeng - V - -51 Pakem Sumberdump
yong- V - -
52 Pakem Gadingsari V V V V53 Pakem Petung V V V V54 Sumber
WringinSukosariKidul
- V V -
55 SumberWringin
Tegal Jati - V V -
56 SumberWringin
RejoAgung V V V V
57 SumberWringin
Sukorejo V V V -
58 SumberWringin
SumberWringin
V V V -
59 TamanKrocok
Trebungan V - V V
60 TamanKrocok
Paguan V - V V
61 TamanKrocok
Sumberkokap V V V V
62 Taman Gentong V V V V
177
No NamaKecamatan
NamaDesa
KetertinggalanSos Eko Infras
Sos EkoKrocok
63 TamanKrocok
Kemuningan - V V -
64 TamanKrocok
Kretek V V V -
65 Tamanan Sukosari V V V V66 Tamanan Karangmelok V V V -67 Tamanan Mengen V - V V68 Tamanan Kemirian V V V -69 Tamanan Wonosuko V V V -70 Tamanan Kalianyar - - V V71 Tamanan Sumberkemu
ning- - V -
72 Tamanan Sumberanom V - V -73 Tegalampel Karanganyar - V - V74 Tegalampel Sekarputih V - V V75 Tegalampel Mandiro V - - V76 Tegalampel Tanggulangin V V - V77 Tegalampel Klabang V V - V78 Tegalampel Purnama V V V V79 Tlogosari Pakisan - V V -80 Tlogosari Tlogosari V V V V81 Tlogosari Kembang V - V V82 Tlogosari Gunosari - V V V83 Tlogosari Trotosari - V V V84 Tlogosari Sulek V V V V85 Tlogosari Jebung Lor V V V -86 Tlogosari Brambang
DarussalamV V V -
87 Wonosari LombokKulon
V - - V
88 Wonosari LombokWetan
V - V V
89 Wonosari Tumpeng V - - V
178
No NamaKecamatan
NamaDesa
KetertinggalanSos Eko Infras
Sos Eko90 Wonosari Jumpong V V V V91 Wonosari Pasarejo V - - V92 Wonosari Bendoarum V V V V93 Wonosari Kapuran V V V V94 Wonosari Traktakan V V V V95 Wonosari Wonosari V - V V
Sumber : Hasil Analisa, 2016
Dari tabel diatas, diketahui bahwa dari 95 desatertinggal diantaranya memiliki ketertinggalan di bidang aspeksosial terdapat 72 desa, sedangkan yang memilikiketertinggalan desa di bidang aspek ekonomi terdapat 66 desa,dan ketertinggalan desa di bidang aspek infratruktur sosialterdapat 65 desa, sedangkan ketertinggalan desa di bidangaspek infrastruktur ekonomi terdapat 64 desa.
4.3.2 Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten BondowosoSetelah mengetahui ketertinggalan masing-masing
desa berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastrukturmenggunakan analisis biplot langkah selanjutnya dapatdisusun tipologi desa tertinggal berdasarkan aspek sosial,ekonomi, dan infrastruktur di Kabupaten Bondowoso. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada tabel tipologi kecamatantertinggal berikut ini.
Tabel 4.40 Tipologi Desa Tertinggal berdasarkan Aspek Sosial,Ekonomi, dan Infrastruktur di Kabupaten Bondowoso
Berdaarkan dari hasil tipologi desa tertinggaltertinggal pada tabel diatas dapat diketahui bahwa terbentuk 9tipologi desa tertinggal yaitu sebagai betikut:
1. Tipologi 1Tipologi ini beranggotakan Desa Tegalpasir.
Tipologi ini memiliki karakteristik yaitu kuat dalamkualitas SDM atau kondisi infrastruktur sosial, sertakuat perekonomian atau kondisi infrastrukturekonomi.
2. Tipologi 2Tipologi ini beranggotakan Desa Bandelan,
desa Sucolor, dan Desa Penanggungan. Tipologi inimemiliki karakteristik yaitu lemah di salah satu aspekkualitas SDM dan atau kondisi infrastruktur sosial,serta lemah di salah satu aspek perekonomian danatau kondisi infrastruktur ekonomi.
3. Tipologi 3Tipologi ini beranggotakan Desa
Sumberanom. Tipologi ini memiliki karakteristikyaitu lemah dua aspek kualitas SDM dan kondisi
AspekSosial
AspekEkonomi
182
infrastruktur sosial tinggi, serta lemah dua aspekperekonomian dan kondisi infrastruktur perekonomiandan kondisi infrastruktur ekonomi.
4. Tipologi 4Tipologi ini beranggotakan Desa Bandelan,
Desa Leprak, Desa Ardisaeng, desaSumberdumpyong. Tipologi ini memiliki karakteristikyaitu kuat kualitas SDM atau infrastruktur sosial, sertalemah salah satu aspek kuat perekonomian ataukondisi infrastruktur ekonomi.
5. Tipologi 5Tipologi ini beranggotakan Desa Sumber
Tengah, Desa Gadingsari, Desa Baratan, DesaPelalangan, Desa Pucang Anom, Desa Grujugan Lor,Desa Sumber Anyar, Desa Jambeanom, DesaKaranganyar, Desa Besuk, Desa Pandak, DesaWonoboyo, Desa Sumbersari, Desa Pakuniran, DesaKupang, Desa Sukosari Kidul, Desa Tegaljati, DesaMandiro, Desa Kemuningan, Desa Kalianyar, DesaSumber Kemuning, Desa Pakisan, Desa LombokKulon, Desa Tumpeng, dan Desa Pasarejo. Tipologiini memiliki karakteristik yaitu lemah salah satu aspekkualitas SDM, dan atau infrastruktur sosial, sertalemah salah satu aspek perekonomian dan ataukondisi infrastruktur ekonomi.
6. Tipologi 6Tipologi ini beranggotakan Desa Karang
Sengon, Desa Tanah Wulan, Desa Gunungsari, DesaAndungsari, Desa Sukorejo, Desa Sumber Wringin,Desa Trembungan, Desa Paguan, Desa Kretek, DesaKarangmelok, Desa Mengen, Desa Kemirian, DesaWonosuko, Desa Kembang, Desa Jebung Lor, DesaBrambang Darussalam, Desa Lombok Wetan, danDesa Wonosari. Tipologi ini memiliki karakteristikyaitu lemah dua aspek kualitas SDM, dan
183
infrastruktur sosial tinggi, serta lemah saah satu aspekperekonomian dan kondisi infrastruktur ekonomi.
7. Tipologi 7Tipologi ini beranggotakan Desa
Karanganyar. Tipologi ini memiliki karakteristikyaitu lemah dua aspek kualitas SDM, daninfrastruktur sosial tinggi, serta kuat perekonomianatau kondisi infrastruktur ekonomi.
8. Tipologi 8Tipologi ini beranggotakan Desa
Sumberwaru, Desa Solor, Desa Ramban Wetan, DesaGrujugan, Desa Bajuran, Desa Batusalang, Desa BatuAmpar, Desa Bercak Asri, Desa Sumberjeruk, DesaBlimbing, Desa Sugerlor, Desa Sekarputih, DesaTanggulangin, Desa Klabang, Desa Gunosari, danDesa Trotosari. Tipologi ini memiliki karakteristikyaitu lemah salah satu aspek kualitas SDM, dan atauinfrastruktur sosial, serta lemah dua aspekperekonomian, dan infrastruktur ekonomi.
9. Tipologi 9Tipologi ini beranggotakan Desa Binakal,
Desa Kembangan, Desa Pancoran, Desa Sukowiryo,Desa Kladi, Desa Bercak, Desa Suling Wetan, DesaJirek Mas, Desa Jambesari, Desa Pengarang, DesaPujerbaru, Desa Maesan, Desa Sumberpakem, DesaSumberanyar, Desa Gadingsari, Desa Petung, DesaRejoagung, Desa Sumberkokop, Desa Gentong, DesaSukosari, Desa Purnama, Desa Tlogosari, Desa Sulek,Desa Jumpong, Desa Bendoarum, Desa Kapuran, danDesa Traktakan. Tipologi ini memiliki karakteristikyaitu lemah dua aspek ketertinggalan kualitas SDM,dan infrastruktur sosial, serta lemah dua aspekperekonomian, dan infrastruktur ekonomi tinggi.
184
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hasil analisistipologi desa tertinggal berdasarkan aspek sosial, ekonomi,dan infrastruktur pada penelitian ini dapat dilihat pada petaberikut ini.
185
Gambar 4.28 Peta Ketertinggalan Desa Pada Aspek Sosial Kabupaten BondowosoSumber : Penulis, 2016
186
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
187
Gambar 4.29 Peta Ketertinggalan Desa Pada Aspek Ekonomi Kabupaten BondowosoSumber : Penulis, 2016
188
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
189
“Halaman ini sengaja dikosongkan”Gambar 4.30 Peta Ketertinggalan Desa Pada Aspek Infrastruktur Sosial KabupatenBondowoso
Sumber : Penulis, 2016
190
“Halaman ini sengajadikosongkan”
191
Gambar 4.31 Peta Ketertinggalan Desa Pada Aspek Infrastruktur Ekonomi Kabupaten BondowosoSumber : Penulis, 2016
192
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
193
Gambar 4.32 Peta Tipologi Desa Tertinggal Kabupaten BondowosoSumber : Penulis, 2016
194
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
195
4.4Arahan Pengembangan Desa Tertinggal BerdasarkanAspek-Aspek yang Diprioritaskan
Arahan pengembangan desa tertinggal di KabupatenBondowoso berdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskanmenggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil analistipologi desa tertinggal di Kabupaten Bondowoso terbentuk 9tipologi yang akhirnya menjadi 3 tipologi denganmempertimbangkan kesamaan karakteristik tingkatketertinggalan. Tingkat ketertinggalan digolongkan menjadi 3,yaitu desa tertinggal, desa sedang berkembang, dan desa maju.Dari tipologi berdasarkan ketertinggalan tersebut kemudiandapat disusun arahan pengembangan desa tertinggal.Penyusunan arahan ini dilakukan dengan mempertimbangkanaspek yang diprioritaskan untuk mengatasi masalahketertinggalan desa dengan melihat potensi dan permaslahanyang ada pada setiap tipologi di Kabupaten Bondowoso.Perumusan draft arahan dilakukan dengan sesuai dengantingkat ketertinggalan yang terdapat di setiap tipologi. Olehkarena itu, terlebih dahulu perlu diidentifikasi potensi danpermasalahan yang terdapat di setiap tipologi. Berikut inimerupakan tabel identifikasi potensi dan permasalahan untukmasing-masing tipologi desa tertinggal di KabupatenBondowoso.
196
Tabel 4.41 Potensi dan Permasalahan Tipologi Desa Kabupaten BondowosoTipologi Desa Potensi Permasalahan
A(Maju)
1. Desa Tegalpasir2. Desa Bandelan3. Desa Sucolor4. Desa Penanggungan5. Desa Sumberanom6. Desa Leprak7. Desa Ardisaeng8. Desa Sumberdumpyong9.Desa Karanganyar
- Persentase angka partisipasisekolah tingkat SD, dan SMPtinggi lebih dari 50%
- Tingkat kemiskinan padatipologi ini lebih rendahdaripada tipologi lainnya
- Potensi desa yang berpotensialuntuk membuat berkembangpada tipologi ini adalah ubikayu
- Persentase banyaknya sekolahSD dan SMP pada tipologi inipaling tinggi dibandingkandengan tipologi lainnya
- Jumlah tenaga kerja diatasrata-rata seluruh desatertinggal
- Persentase perumahan yangmenggunakan konstruksibangunan permanen palingtinggi dibandingkan dengan
- Tingkat ketersediaan saranakesehatan, dan tenagamedisbelum terlayani karenarasio masih <1 (0,32)
197
Tipologi Desa Potensi Permasalahantipologi lainnya hal inimenunjukkan ketertinggalankondisi perumahan rendahsebesar 72% daripada tipologilainnya
- Tingkat persentaseketersediaan saranaperdagangan paling tinggi jikadibandingkan dengan tipologilainnya
198
Tipologi Desa Potensi PermasalahanB
(Sedang)1. Desa Sumber Tengah2. Desa Gadingsari3. Desa Baratan4. Desa Pelalangan5. Desa Pucang Anom6. Desa Grujugan Lor7. Desa Sumber Anyar8. Desa Jambeanom9. Desa Karanganyar10.Desa Besuk11.Desa Pandak12.Desa Wonoboyo13.Desa Sumbersari14.Desa Pakuniran15.Desa Kupang16.Desa Sukosari Kidul17.Desa Tegaljati18.Desa Mandiro19.Desa Kemuningan20.Desa Kalianyar21.Desa SumberKemuning
- Angka partisipasi sekolahtingkat SD, dan SMP sebesar50%
- Jumlah tenaga kerja padatipologi ini memiliki rata-ratatertinggi dibanding tipologilainnya
- Lebih dari 60% perumahanpenduduk menggunakankonstruksi bangunanpermanen
- Tingkat ketersediaan saranaperdagangan berada diatasrata-rata tingkat pelayanandesa tertinggal
- Tingkat ketersediaan saranapendidikan <1
- Tingkat ketersediaan saranakesehatan belum terlayanikarena rasio pelayanan <1
- Lebih dari 50% RumahTangga masih tergolongkeluarga miskin
- Jumlah pelanggan yangmenggunakan air bersih danlitrik masih rendah, hanyarata-rata 40%
- Pada tipologi ini tidakmemiliki poteni desa untukdikembangkan
(Tertinggal)1. Desa Binakal2. Desa Kembangan3. DesaPancoran4. Desa Sukowiryo5. Desa Kladi6. Desa Bercak7. Desa Suling Wetan8. Desa Jirek Mas9. Desa Jambesari10.Desa Pengarang11.Desa Pujerbaru12.Desa Maesan13.Desa Sumberpakem14.Desa Sumberanyar15.Desa Gadingsari16.Desa Petung17.Desa Rejoagung18.Desa Sumberkokop19.Desa Gentong20.Desa Sukosari21.Desa Purnama22.Desa Tlogosari
- Memiliki potensi desa darihasil pertanian
- Partisipasi penduduk sekolahSD, dan SMP kurang dari 30%
- Tingkat kemiskinan lebih dari10%
- Persentase banyak SD danSMP kurang dari 45%
- Lebih dari 87% perumahanpenduduk tidak menggunakankonstruksi bangunanpermanen
- Tingkat persentase perumahanyang terlayani air bersih danlistrik paling rendah jikadibandingkan dengan tipologilainnya yaitu hanya sebesar 20% rumah tangga yangterlayani air bersih dan listrik
- Jumlah tenaga kerja palingrendah jika dibandingkandengan tipologi lainnya
- Pelayanan sarana kesehatandan tenaga medis belum
202
Tipologi Desa Potensi Permasalahan23.Desa Sulek24.Desa Jumpong25.Desa Bendoarum26.Desa Kapuran27.Desa Traktakan
terlayani karena rasiopelayanan <1
- Tingkat persentaseketersediaan saranaperdagangan paling rendahjika dibandingkan dengantipologi lainnya
Sumber : Hasil Analisa, 2016
Berdasarkan tabel diatas diketahui, bahwa dari 95 desa tertinggal terbagi menjadi 3 tipologidari 9 tipologi. Pengelompokan ini berdasarkan karakteristik ketertinggalan yang paling tinggi. Daritipologi A,B, dan C yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini. diprioritaskan adalah penanganan ditipologi C agar tidak terjadi ketimpangan dengan daerah lainnya.
203
Tabel 4.42Arahan Pengembangan Desa Tertinggal Berdasarkan Aspek Sosial, Ekonomi, dan Infrastruktur
No. Nama Kecamatan Nama Desa Tipe Arahan1 Binakal Gadingsari B
(Kualitas SDM berada dibawah tipe A, Kondisi perekonomianmasyarakat rata-rata, kondisi infrastruktur sosial dan ekonomi perlu
perbaikan)
Peningkatan angka partisipasi sekolah, danatau perbaikan infrastruktur sosial sertaekonomi
2 Binakal Binakal C(Kualitas SDM rendah, perekonomian masyarakat rendah, kondisi
5 Binakal Baratan B(Kualitas SDM berada dibawah tipe A, Kondisi perekonomian
masyarakat rata-rata, kondisi infrastruktur sosial dan ekonomi perluperbaikan)
Peningkatan angka partisipasi sekolah, danatau perbaikan infrastruktur sosial sertaekonomi
6 Binakal Bandelan A(Kualitas SDM tinggi, Kondisi perekonomian masyarakat tinggi danmempunyai potensi desa ubi kayu, serta Kondisi infrastruktur sosial
dan ekonomi lengkap)
Peningkatan pelayanan salah satu aspekkualitas SDM, atau perekonomianmasyarakat tinggi, atau infrastruktur sosialserta ekonomi
7 Binakal Sumber Tengah B(Kualitas SDM berada dibawah tipe A, Kondisi perekonomian
masyarakat rata-rata, kondisi infrastruktur sosial dan ekonomi perluperbaikan)
Peningkatan angka partisipasi sekolah, danatau perbaikan infrastruktur sosial sertaekonomi
8 Bondowoso Pancoran C(Kualitas SDM rendah, perekonomian masyarakat rendah, kondisi
95 Wonosari Wonosari B(Kualitas SDM berada dibawah tipe A, Kondisi perekonomian
masyarakat rata-rata, kondisi infrastruktur sosial dan ekonomi perluperbaikan)
Peningkatan angka partisipasi sekolah, danatau perbaikan infrastruktur sosial sertaekonomi
Sumber : Penulis, 2016
213
Gambar 4.33 Peta Arahan Pengembangan Desa Tertinggal Kabupaten Bondowoso Tipologi CSumber : Penulis, 2016
214
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
215
Gambar 4.34 Peta Arahan Pengembangan Desa Tertinggal Kabupaten Bondowoso Tipologi BSumber : Penulis, 2016
216
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
217
Gambar 4.35 Peta Arahan Pengembangan Desa Tertinggal Kabupaten Bondowoso Tipologi ASumber : Penulis, 2016
218
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
227
LAMPIRAN
LAMPIRAN A SASARAN 1 ANALISIS FAKTOR EKSPLANATORY
LAMPIRAN A1 INPUT DATA FAKTOR KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
A.1 : Tingkat Pendidikan PendudukA.1.1 : Tingkat Pendidikan Penduduk SDA.1.2 : Tingkat Pendidikan Penduduk SMPA.2 : Ratio Ketergantungan PendudukA.3 : Tenaga Kerja
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .539
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 74.721
df 6
Sig. .000
Nilai dari KMO dan signifikansi terhadap faktor sosial sudah memenuhi persyaratan seperti yang sebelumnya telah dijelaskan. Untuk dapatmengetahui apakah seluruh variabel berpengaruh terhadap ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso, dilihat dari nilai skor masing-masing variabel padafaktornya. Apabila seluruh variabel memiliki harga mutlak diatas 0,5 menunjukkan bahwa seluruh variabel pada faktor sosial berpengaruh terhadapketertinggalan di Kabupaten Bondowoso.
Total Variance Explained
284
Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of
Variance
Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 4 iterations.Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh variabel pada faktor aspek sosial sudah memiliki harga mutlak diatas 0,5
sehingga seluruh variabel tersebut berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso. Oleh karena itu, variabel yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso untuk aspek sosial terdiri dari variabel tingkat partisipasi SD, dantingkat partisipasi SMP merupakan faktor yang pertama berpengaruh; sedangkan variabel ratio ketergantungan merupakan faktor kedua yangberpengaruh, dan faktor tenaga kerja merupakan faktor ketiga yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso.
LAMPIRAN A2 INPUT DATA FAKTOR KONDISI PEREKONOMIAN
A2.1 : Mata Pencaharian Penduduk Bukan Buruh Tani (%)A2.2 : Tingkat Kemiskinan (%)
No NamaKecamatan
NamaDesa
Tahun Mata PencaharianPenduduk BukanBuruh Tani (%)
TingkatKemiskinan (%)
1 Binakal Sumber Tengah 2013 0.11 0.402 Binakal Sumber Waru 2013 0.02 0.273 Binakal Bandelan 2013 0.13 0.364 Binakal Baratan 2013 0.05 0.175 Binakal Gadingsari 2013 0.14 0.33
286
No NamaKecamatan
NamaDesa
Tahun Mata PencaharianPenduduk BukanBuruh Tani (%)
Tahun Mata PencaharianPenduduk BukanBuruh Tani (%)
TingkatKemiskinan (%)
614 Sumber Wringin Tegaljati 2013 2.11 0.74615 Sumber Wringin Sumber Wringin 2013 0.23 0.52616 Sumber Wringin Rejoagung 2012 1.75 0.65617 Sumber Wringin Sukorejo 2012 2.28 0.75618 Sumber Wringin Sukosari Kidul 2012 1.31 0.65619 Sumber Wringin Sumbergading 2012 3.73 0.65620 Sumber Wringin Tegaljati 2012 2.11 0.74621 Sumber Wringin Sumber Wringin 2012 0.23 0.52622 Sumber Wringin Rejoagung 2011 1.75 0.65623 Sumber Wringin Sukorejo 2011 2.28 0.75624 Sumber Wringin Sukosari Kidul 2011 1.31 0.65625 Sumber Wringin Sumbergading 2011 3.73 0.65626 Sumber Wringin Tegaljati 2011 2.11 0.74627 Sumber Wringin Sumber Wringin 2011 0.23 0.52628 Sumber Wringin Rejoagung 2010 1.75 0.65629 Sumber Wringin Sukorejo 2010 2.28 0.75630 Sumber Wringin Sukosari Kidul 2010 1.31 0.65631 Sumber Wringin Sumbergading 2010 3.73 0.65632 Sumber Wringin Tegaljati 2010 2.11 0.74633 Sumber Wringin Sumber Wringin 2010 0.23 0.52634 Sumber Wringin Rejoagung 2009 1.75 0.65
316
No NamaKecamatan
NamaDesa
Tahun Mata PencaharianPenduduk BukanBuruh Tani (%)
TingkatKemiskinan (%)
635 Sumber Wringin Sukorejo 2009 2.28 0.75636 Sumber Wringin Sukosari Kidul 2009 1.31 0.65637 Sumber Wringin Sumbergading 2009 3.73 0.65638 Sumber Wringin Tegaljati 2009 2.11 0.74639 Sumber Wringin Sumber Wringin 2009 0.23 0.52640 Sempol Jampit 2013 0.15 0.14641 Sempol Kalianyar 2013 0.33 0.28642 Sempol Kaligendang 2013 0.15 0.16643 Sempol Kalisat 2013 0.22 0.18644 Sempol Sempol 2013 0.19 0.17645 Sempol Sumber Rejo 2013 0.11 0.17646 Sempol Jampit 2012 0.15 0.14
Tahun Mata PencaharianPenduduk BukanBuruh Tani (%)
TingkatKemiskinan (%)
740 Taman Krocok Taman 2013 0.98 0.69741 Taman Krocok Trembungan 2013 0.46 0.23742 Taman Krocok Gentong 2012 0.96 0.52743 Taman Krocok Kemuningan 2012 0.53 0.32744 Taman Krocok Kretek 2012 0.49 0.31745 Taman Krocok Paguan 2012 0.59 0.37746 Taman Krocok Sumber Kokap 2012 0.85 0.40747 Taman Krocok Taman 2012 0.98 0.69748 Taman Krocok Trembungan 2012 0.46 0.23749 Taman Krocok Gentong 2011 0.96 0.52750 Taman Krocok Kemuningan 2011 0.53 0.32751 Taman Krocok Kretek 2011 0.49 0.31752 Taman Krocok Paguan 2011 0.59 0.37753 Taman Krocok Sumber Kokap 2011 0.85 0.40754 Taman Krocok Taman 2011 0.98 0.69755 Taman Krocok Trembungan 2011 0.46 0.23756 Taman Krocok Gentong 2010 0.96 0.52757 Taman Krocok Kemuningan 2010 0.53 0.32758 Taman Krocok Kretek 2010 0.49 0.31759 Taman Krocok Paguan 2010 0.59 0.37760 Taman Krocok Sumber Kokap 2010 0.85 0.40
322
No NamaKecamatan
NamaDesa
Tahun Mata PencaharianPenduduk BukanBuruh Tani (%)
TingkatKemiskinan (%)
761 Taman Krocok Taman 2010 0.98 0.69762 Taman Krocok Trembungan 2010 0.46 0.23763 Taman Krocok Gentong 2009 0.96 0.52764 Taman Krocok Kemuningan 2009 0.53 0.32765 Taman Krocok Kretek 2009 0.49 0.31766 Taman Krocok Paguan 2009 0.59 0.37767 Taman Krocok Sumber Kokap 2009 0.85 0.40768 Taman Krocok Taman 2009 0.98 0.69769 Taman Krocok Trembungan 2009 0.46 0.23770 Tapen Cindogo 2013 0.38 0.18771 Tapen Gunung Anyar 2013 0.53 0.53772 Tapen Jurangsapi 2013 0.80 0.78773 Tapen Kalitapen 2013 0.45 0.46774 Tapen Mangli Wetan 2013 0.29 0.22775 Tapen Mrawan 2013 0.27 0.20776 Tapen Ta’al 2013 0.29 0.43777 Tapen Tapen 2013 0.61 0.46778 Tapen Wonokusumo 2013 0.54 0.54779 Tapen Cindogo 2012 0.38 0.18780 Tapen Gunung Anyar 2012 0.53 0.53781 Tapen Jurangsapi 2012 0.80 0.78
323
No NamaKecamatan
NamaDesa
Tahun Mata PencaharianPenduduk BukanBuruh Tani (%)
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .500
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 31.833
338
Df 1
Sig. .000
Nilai dari KMO dan signifikansi terhadap faktor ekonomi sudah memenuhi persyaratan seperti yang sebelumnya telah dijelaskan.Untuk dapat mengetahui apakah seluruh variabel berpengaruh terhadap ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso, dilihat dari nilai skormasing-masing variabel pada faktornya. Apabila seluruh variabel memiliki harga mutlak diatas 0,5 menunjukkan bahwa seluruh variabelpada faktor ekonomi berpengaruh terhadap ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 3 iterations.Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh variabel pada faktor aspek ekonomi sudah memiliki harga mutlak diatas 0,5
sehingga seluruh variabel tersebut berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso. Oleh karena itu, variabel yangberpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso untuk aspek ekonomi terdiri dari variabel persentase keluarga miskinmerupakan faktor yang pertama berpengaruh; sedangkan variabel persentase bukan buruh tani merupakan faktor kedua yang berpengaruh.
LAMPIRAN A3 INPUT DATA FAKTOR KONDISI INFRASTRUKTUR SOSIAL
A3.1 : Sarana Pendidikan (%)A3.3.1 : Sarana Pendidikan jenis SDA3.3.2 : Sarana Pendidikan jenis SMPA.3.2 : Sarana Kesehatan (%)A3.2.1 : Sarana Kesehatan jenis Rumah Sakit
A3.2.2 : Sarana Kesehatan jenis PuskesmasA3.2.3 : Sarana Kesehatan jenis PoskesdesA3.2.4 : Tenaga kesehatanA3 : Kondisi Perumahan (%)
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .614
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 292.286
df 21
Sig. .000Nilai dari KMO dan signifikansi terhadap faktor infrastruktur sosial sudah memenuhi persyaratan seperti yang sebelumnya telah
dijelaskan. Untuk dapat mengetahui apakah seluruh variabel berpengaruh terhadap ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso, dilihat dari nilai
397
skor masing-masing variabel pada faktornya. Apabila seluruh variabel memiliki harga mutlak diatas 0,5 menunjukkan bahwa seluruhvariabel pada faktor infrastrukur sosial berpengaruh terhadap ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso.\
Total Variance Explained
Component Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.362 33.747 33.747 1.839 26.271 26.271
2 1.397 19.957 53.705 1.668 23.827 50.098
3 1.062 15.171 68.876 1.314 18.778 68.876
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotated Component Matrixa
Component
1 2 3
Persentase_SD .778 .003 .120
Persentase_SMP .732 .025 .189
Persentase_RS -.077 .871 .077
Persentase_Puskesmas .314 -.084 .699
398
Persentase_Poskesdes .023 -.131 -.876
Persentase_TenagaMedis .292 .833 -.012
Persentase_RumahPermanen .713 .436 -.055
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 6 iterations.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh variabel pada faktor kondisi infrastruktur sosial sudah memiliki harga mutlakdiatas 0,5 sehingga seluruh variabel tersebut berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso. Oleh karena itu, variabelyang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso untuk faktor kondisi infrastruktur sosial terdiri dari variabelpersentase SD, persentase SMP, dan persentase rumah permanen untuk faktor yang pertama berpengaruh; sedangkan variabel persentaserumah sakit, dan persentase tenaga medis merupakan faktor kedua yang berpengaruh; sedangkan variabel persentase puskesmas merupakanfaktor ketiga yang berpengaruh.
LAMPIRAN A4 INPUT DATA FAKTOR KONDISI INFRASTRUKTUR EKONOMI
A4.1 : Jaringan Jalan (km2)A4.2 : Air Bersih (%)A4.3 : Jaringan Listrik (%)A4.4 : Sarana PerdaganganA4.4.1 : Sarana Perdagangan jenis PasarA4.4.2 : Sarana Perdagangan jenis TokoA4.4.3 : Sarana Perdagangan Jenis Warung
399
No. NamaKecamatan
NamaDesa
Tahun JaringanJalan(km2)
PDAM(%)
PLN(%)
Sarana Perdagangan (%)
Pasar Toko Warung1 Binakal Sumber Tengah 2013 3.8 0.40 0.40 0.48 0.32 0.64
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .727
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 230.877
df 10
Sig. .000
Nilai dari KMO dan signifikansi terhadap faktor infrastruktur ekonomi sudah memenuhi persyaratan seperti yang sebelumnyatelah dijelaskan. Untuk dapat mengetahui apakah seluruh variabel berpengaruh terhadap ketertinggalan di Kabupaten Bondowoso, dilihatdari nilai skor masing-masing variabel pada faktornya. Apabila seluruh variabel memiliki harga mutlak diatas 0,5 menunjukkan bahwaseluruh variabel pada faktor infrastrukur ekonomi berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso.
Total Variance Explained
Component Initial Eigenvalues Rotation Sums of Squared Loadings
444
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.409 48.172 48.172 1.866 37.318 37.318
2 .892 17.850 66.022 1.138 22.755 60.073
3 .751 15.012 81.034 1.048 20.961 81.034
4 .595 11.903 92.937
5 .353 7.063 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotated Component Matrixa
Component
1 2 3
Jarak -.069 .931 .165
Persentase_PenggunaPLN .649 -.492 .053
Persentase_Pasar -.207 .148 .938
Persentas_Toko .870 -.091 -.146
Persentase_Warung .799 .005 -.342
445
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 4 iterations.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh variabel pada faktor kondisi infrastruktur ekonomi sudah memiliki harga mutlakdiatas 0,5 sehingga seluruh variabel tersebut berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso. Oleh karena itu, variabelyang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso untuk faktor pertama merupakan variabel persentase penggunaPLN, persentase pengguna PDAM, persentase toko, dan persentase warung yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa; sedangkan faktorkedua merupakan variabel jarak yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa; sedangkan faktor ketiga merupakan variabel persentasepasar yang berpengaruh terhadap ketertinggalan desa.
446
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
447
LAMPIRAN BSASARAN ANALISIS BIPLOTB 2.1 : Mata Pencaharian Penduduk Bukan Buruh TaniB 2.2 : Potensi Desa Tanaman PadiB 2.3 : Potensi Desa Tanaman JagungB 2.4 : Potensi Desa Tanaman Ubi Kayu
LAMPIRAN B SASARAN 2 ANALISIS BIPLOTB 2.5 : Tingkat Pendidikan MasyarakatB 2.5.1 : Tingkat Pendidikan Masyarakat SDB 2.5.2 : Tingkat Pendidikan Masyarakat SMP
462
No NamaKecamatan
NamaDesa
Tahun Tingkat PendidikanMasyarakat
SD SMP
1 Binakal Sumber Tengah 2013 173 02 Binakal Sumber Waru 2013 101 03 Binakal Bandelan 2013 153 04 Binakal Baratan 2013 47 05 Binakal Gadingsari 2013 70 06 Binakal Kembangan 2013 62 07 Binakal Binakal 2013 46 1098 Binakal Sumber Tengah 2012 173 09 Binakal Sumber Waru 2012 101 0
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Binakal kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD dan SMP yang tinggi, dankondisi pertanian produksi jagung tinggi sedangkan produksi padi dan ubi rendah.Untuk desa tertinggal di Kecamatan Binakal, desa Gadingsari, desa Sumber Tengah,desa Baratan, dan desa Bandelan mempunyai tipe kondisi demografi persentase SDdan SMP yang tinggi serta bukan buruh tani tinggi akan tetapi produksi pertanianrendah. Sedangkan untuk desa Binakal, desa Kembangan, dan desa Sumber Warupotensinya rendah semua baik dari sisi demografi maupun pertanian.
Kecamatan Bondowoso
476
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Bondowoso yangterdiri-dari desa Sukowiryo, desa Pancoran kondisi demografi dapat digambarkandengan persentase SD dan SMP yang rendah, dan kondisi pertanian produksi rendah.
Kecamatan Cermee
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Cermee kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD, dan persentase SMP yangtinggi, dan kondisi pertanian produksi ubi kayu tinggi. Untuk desa tertinggal diKecamatan Cermee, desa Batusalang, dan desa Bajuran mempunyai tipe kondisidemografi persentase SD dan SMP yang tinggi akan tetapi produksi pertanian rendah.Desa Pelalangan, desa Bercak Asri, dan desa Batu Ampar mempunyai potensiproduksi ubi kayu yang tinggi sedangkan potensi yang lain rendah. Desa Grujugan,desa Jirek Mas, desa Suling Wetan, Desa Solor, desa Ramban Wetan, dan desaBercak potensinya rendah semua baik dari sisi demografi maupun pertanian.
Kecamatan Jambesari Darus Sholah
477
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Jambesari DarusSholah kondisi demografi dapat digambarkan dengan persentase SD, dan persentaseSMP yang tinggi, dan kondisi pertanian produksi ubi kayu tinggi. Untuk desatertinggal di Kecamatan Jambesari Darus Sholah, desa Tegalpasir, dan desa PucangAnom mempunyai tipe kondisi demografi persentase SD, SMP, dan bukan buruh taniyang tinggi akan tetapi produksi pertanian rendah. Desa Sumberjeruk mempunyaipotensi produksi ubi kayu yang tinggi sedangkan potensi yang lain rendah. DesaGrujugan Lor, desa Jambeanom, desa Sumber Anyar, desa Pengarang, desa Jambesaripotensinya rendah semua baik dari sisi demografi maupun pertanian.
Kecamatan Klabang
478
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Klabang kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD, dan persentase SMP yangtinggi, dan kondisi pertanian produksi padi tinggi. Untuk desa tertinggal diKecamatan Klabang, desa Leprak, dan desa Blimbing mempunyai tipe kondisidemografi persentase SD dan SMP yang tinggi akan tetapi produksi pertanian rendah.Desa Karang Sengon mempunyai potensi produksi padi yang tinggi sedangkanpotensi yang lain rendah. Desa Karanganyar, desa Besuk, desa Wonoboyo, desaPandak potensinya rendah semua baik dari sisi demografi maupun pertanian.
Kecamatan Maesan
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Maesan kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD, dan persentase SMP yangtinggi, dan kondisi pertanian produksi jagung, padi, dan ubi kayu tinggi. Untuk desatertinggal di Kecamatan Maesan, desa Penanggungan mempunyai tipe kondisidemografi persentase SMP yang tinggi akan tetapi produksi pertanian rendah. DesaSuger Lor mempunyai tipe kondisi demografi persentase SD yang tinggi akan tetapiproduksi pertanian rendah. Desa Tanah Wulan, desa Gunungsari, dan desa Sucolormempunyai potensi produksi pertanian yang tinggi sedangkan potensi yang lainrendah. Desa Maesan, desa Pujerbaru, desa Sumberanyar, desa Sumberpakem, desaPakuniran, desa Sumbersari potensinya rendah semua baik dari sisi demografimaupun pertanian.
Kecamatan Pakem
479
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Pakem kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD, dan persentase SMP yangtinggi, dan kondisi pertanian produksi jagung, padi, dan ubi kayu tinggi. Untuk desatertinggal di Kecamatan Pakem, desa Ardisaeng mempunyai tipe kondisi demografipersentase SMP yang tinggi akan tetapi produksi pertanian rendah. DesaSumberdumpyong mempunyai tipe kondisi demografi persentase SD yang tinggiakan tetapi produksi pertanian rendah. Desa Andungsari mempunyai potensi produksipertanian yang tinggi sedangkan potensi yang lain rendah. Desa Gadingsari, desaPetung, dan desa Kupang potensinya rendah semua baik dari sisi demografi maupunpertanian.
Kecamatan Sumber Wringin
480
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Sumber Wringinkondisi demografi dapat digambarkan dengan persentase SD, dan persentase SMPyang tinggi, Sedangkan potensi pertanian rendah. Untuk desa tertinggal di KecamatanSumber Wringin, desa Tegal jati mempunyai tipe kondisi demografi persentase SDyang tinggi akan tetapi produksi pertanian rendah. Desa Sukosari Kidul mempunyaitipe kondisi demografi persentase SMP yang tinggi akan tetapi produksi pertanianrendah. Desa Sukorejo, desa Sumber Wringin, dan desa Rejoagung potensinya rendahsemua baik dari sisi demografi maupun pertanian.
Kecamatan Taman Krocok
481
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Taman Krocok kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD, bukan buruh tani, danpersentase SMP yang tinggi, serta kondisi pertanian produksi padi, dan jagung yangtinggi. Untuk desa tertinggal di Kecamatan Taman Krocok, desa Trembungan, dandesa Paguan mempunyai tipe potensi pertanian jagung dan padi yang tinggi,sedangkan potensi yang lainnya rendah.Desa Kemuning mempunyai potensidemografi persentase SD, dan SMP yang tinggi, sedangkan potensi lainnya rendah.Desa Sumberkokap, desa Gentong, dan desa Kretek potensinya rendah semua baikdari sisi demografi maupun pertanian.
Kecamatan Tamanan
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Tamanan kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD, bukan buruh tani, danpersentase SMP yang tinggi, serta kondisi pertanian produksi ubi kayu yang tinggi.Untuk desa tertinggal di Kecamatan Tamanan, desa Kalianyar, dan desaSumberkemuning mempunyai tipe kondisi demografi persentase SD, SMP, danbukan buruh tani yang tinggi akan tetapi produksi pertanian rendah. DesaSumberanom, dan desa Mengen mempunyai tipe kondisi pertanian ubi kayu yangtinggi akan tetapi potensi lainnya rendah. Desa Sukosari, desa Kemirian, desaWonosuKo, desa Karangmelok potensinya rendah semua baik dari sisi demografimaupun pertanian.
Kecamatan Tegalampel
482
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Tegalampel kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD, bukan buruh tani, danpersentase SMP yang tinggi, serta kondisi pertanian produksi jagung, dan padi yangtinggi. Untuk desa tertinggal di Kecamatan Tegalampel, desa Karanganyarmempunyai tipe kondisi demografi persentase SD, dan SMP yang tinggi akan tetapiproduksi pertanian rendah. Desa Sekarputih, dan desa Mandiro tipe kondisidemografi bukan buruh tani tinggi, produksi pertanian padi, dan jagung tinggi. DesaTanggulangin, desa Klabang, dan desa Purnama potensinya rendah semua baik darisisi demografi maupun pertanian.
Kecamatan Tlogosari
483
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Tlogosari kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase SD, dan persentase SMP yangtinggi. Untuk desa tertinggal di Kecamatan Tlogosari, desa Pakisan, desa Gunosari,dan desa Trotosari mempunyai tipe kondisi demografi persentase SD, dan SMP yangtinggi akan tetapi produksi pertanian rendah. Desa Kembang mempunyai potensipertanian yang tinggi sedangkan potensi yang lain rendah. Desa BrambangDarussalam, desa Sulek, desa Jebung Lor, desa Brambang Darussalam dan desaTlogosari potensinya rendah semua baik dari sisi demografi maupun pertanian.
Kecamatan Wonosari
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Wonosari kondisidemografi dapat digambarkan dengan kondisi pertanian produksi jagung, dan ubikayu tinggi. Untuk desa tertinggal di Kecamatan Wonosari, desa Lombok Kulon,desa Lombok Wetan, desa Tumpeng, desa Psaraejo, dan desa Wonosari mempunyaipotensi produksi pertanian jagung, dan ubi kayu yang tinggi sedangkan potensi yanglain rendah. Desa Tumpeng, desa Pasarejo, desa Lombok Wetan, desa Bendoarum,desa Traktakan, desa Kapuran, dan desa Jumpong potensinya rendah semua baik darisisi demografi maupun pertanian.
484
“ Halaman ini sengaja dikosongkan”
485
LAMPIRAN BSASARAN 2 ANALISIS BIPLOTB 2.6 : Sarana Pendidikan (%)B 2.6.1 : Sarana Pendidikan jenis SDB 2.6.2 : Sarana Pendidikan jenis SMPB 2.7 : Kondisi Perumahan (%)
No NamaKecamatan
NamaDesa
Tahun Sarana Pendidikan(%)
KondisiPerumahan (%)SD SMP
1 Binakal Sumber Tengah 2013 0.48 0 0.612 Binakal Sumber Waru 2013 0.32 0 0.193 Binakal Bandelan 2013 0.48 0 0.204 Binakal Baratan 2013 0.16 0 0.035 Binakal Gadingsari 2013 0.16 0 0.556 Binakal Kembangan 2013 0.16 0 0.117 Binakal Binakal 2013 0.16 0.55 0.138 Binakal Sumber Tengah 2012 0.48 0 0.619 Binakal Sumber Waru 2012 0.32 0 0.19
LAMPIRAN BSASARAN 2 ANALISIS BIPLOTB 2.8 : Sarana Pendidikan (%)B 2.8.1 : Sarana Pendidikan jenis SDB 2.8.2 : Sarana Pendidikan jenis SMPB 2.9 : Kondisi Perumahan (%)No Nama
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Binakal kondisidemografi dapat digambarkan dengan banyak sekolah SD, banyaknya sekolah SMP,persentase warung, dan persentase toko yang tinggi, dan kondisi penggunaPLN/PDAM dan PDAM, serta rumah permanen yang rendah. Untuk desa tertinggaldi Kecamatan Binakal terdapat desa Binakal, dan desa Bandelan mempunyai tipekondisi infrastruktur sosial yang tinggi daripada aspek lainnya.Sedangkan desaSumber Tengah mempunyai kondisi infrastruktur ekonomi yang tinggi dibandingaspek lainnya. Desa Baratan, desa Kembangan, desa Sumber Waru, dan desaGadingsari potensinya rendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupuninfrastruktur ekonomi.
Kecamatan Bondowoso
512
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Bondowoso kondisidemografi dapat digambarkan dengan banyak sekolah SD, banyaknya sekolah SMP,persentase warung, dan persentase toko, kondisi pengguna PLN/PDAM dan PDAM,serta rumah permanen yang rendah. Untuk desa tertinggal di Kecamatan Bondowosoterdapat desa Pancoran, dan desa Sukowiryo potensinya rendah semua baik dari sisiinfrastruktur sosial maupun infrastruktur ekonomi.
Kecamatan Cermee
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Cermee kondisidemografi dapat digambarkan dengan banyak sekolah SD, serta rumah permanenyang tinggi. Untuk desa tertinggal di Kecamatan Cermee terdapat desa Solor, desa
513
Pelalangan, desa Bajuran, desa Grujugan, dan desa Ramban Wetan mempunyai tipekondisi infrastruktur sosial yang tinggi daripada aspek lainnya. Sedangkan desa BatuAmpar, desa Jirek Mas, desa Kladi, desa Suling Wetan, desa Batusalang, desaBercak, dan desa Bercak Asri potensinya rendah semua baik dari sisi infrastruktursosial maupun infrastruktur ekonomi.
Kecamatan Jambesari Darus Sholah
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Jambesari DarusSholah kondisi demografi dapat digambarkan dengan persentase toko, banyaksekolah SD, dan pengguna PLN/PDAM yang tinggi dibanding aspek lainnya. Untukdesa tertinggal di Kecamatan Jambesari Darus Sholah terdapat desa Jambeanom, desaGrujugan Lor, desa Tegalpasir, dan desa Sumber Anyar mempunyai tipe infrastruktursosial, dan ekonomi yang tinggi dibanding aspek lainnya. Sebaliknya desaSumberjeruk, desa Pengarang, desa Pucanganom, dan desa Jambesari potensinyarendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupun infrastruktur ekonomi.
Kecamatan Klabang
514
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Klabang kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase toko, persentase warung, banyaksekolah SD, banyak sekolah SMP, rumah permanen, dan penggunaPLN/PDAM/PDAM yang tinggi dibanding aspek lainnya. Untuk desa tertinggal diKecamatan Klabang terdapat desa Besuk, desa Pandak, desa Karanganyar, dan desaLeprak mempunyai tipe infrastruktur sosial, dan ekonomi yang tinggi dibandingaspek lainnya. Sebaliknya desa Wonoboyo, desa Blimbing, dan desa Karangsengonpotensinya rendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupun infrastrukturekonomi.
Kecamatan Maesan
515
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Maesan kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase toko, persentase warung, banyaksekolah SD, dan rumah permanen yang tinggi. Untuk desa tertinggal di KecamatanMaesan terdapat di desa Penanggungan, desa Pakuniran, desa Sucolor, desaSumbersari mempunyai tipe infrastruktur sosial, dan ekonomi yang tinggi dibandingaspek lainnya. Sebaliknya desa Gunungsari, desa Maesan, desa Sumberpakem, desaSuger Lor, desa Sumberanyar, desa Pujerbaru, desa Tanahwulan potensinya rendahsemua baik dari sisi infrastruktur sosial maupun infrastruktur ekonomi.
Kecamatan Pakem
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Pakem kondisidemografi dapat digambarkan dengan pengguna PLN/PDAM/PDAM, banyaknyasekolah SD, dan SMP yang tinggi dibanding aspek lainnya.Untuk desa tertinggal diKecamatan Pakem terdapat desa Kupang, desa Sumberdumpyong, desa Ardisaengmempunyai tipe infrastruktur sosial, dan ekonomi yang tinggi dibanding aspeklainnya.Sebaliknya desa Petung, desa Gadingsari, dan desa Andungsari potensinyarendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupun infrastruktur ekonomi.
Kecamatan Sumber Wringin
516
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Sumber Wringinkondisi demografi dapat digambarkan dengan persentase warung, dan penggunaPLN/PDAM/PDAM yang tinggi dibanding aspek lainnya. Untuk desa tertinggal diKecamatan Sumber Wringin terdapat desa Sumberwringin, desa Tegaljati, desaSukorejo, dan desa Sukosari mempunyai tipe infrastruktur ekonomi yang tinggidibanding aspek lainnya. Sebaliknya desa Rejoagung potensinya rendah semua baikdari sisi infrastruktur sosial maupun infrastruktur ekonomi.
Kecamatan Taman Krocok
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Taman Krocok kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase toko, rumah permanen, dan
517
pengguna PLN/PDAM yang tinggi dibanding aspek lainnya.Untuk desa tertinggal diKecamatan Taman Krocok terdapat desa Kretek, dan desa Kemuningan mempunyaitipe infrastruktur sosial, dan ekonomi yang tinggi dibanding aspek lainnya.Sebaliknyadesa Sumberkokop, desa Gentong, desa Paguan, dan desa Trembungan potensinyarendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupun infrastruktur ekonomi.
Kecamatan Tamanan
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Tamanan kondisidemografi dapat digambarkan dengan persentase warung, persentase toko, danbanyak sekolah SD dibanding aspek lainnya. Untuk desa tertinggal di KecamatanTamanan terdapat desa Sumberkemuning, desa Karangmelok, desa Kembangan, desaWonosuko, dan desa Sumberanom mempunyai tipe infrastruktur ekonomi yang tinggidibanding aspek lainnya. Sebaliknya desa Mengen, desa Sukosari, dan desa Kalianyarpotensinya rendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupun infrastrukturekonomi.
Kecamatan Tegalampel
518
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Tegalampel kondisidemografi dapat digambarkan dengan banyak sekolah SD, rumah permanen, danpengguna PLN/PDAM yang tinggi dibanding aspek lainnya. Untuk desa tertinggal diKecamatan Tegalampel terdapat desa Klabang, desa Tanggulangin, desaKaranganyar, dan desa Mandiro mempunyai tipe infrastruktur sosial yang tinggidibanding aspek lainnya. Sebaliknya desa Purnomo, dan desa Sekarputih potensinyarendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupun infrastruktur ekonomi.
Kecamatan Tlogosari
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Tlogosari kondisidemografi dapat digambarkan dengan banyak SD, persentase toko, dan persentase
519
toko yang tinggi dibanding aspek lainnya. Untuk desa tertinggal di KecamatanTlogosari terdapat desa Jebung Lor, desa Brambang Darusalam, desa Pakisan,mempunyai tipe infrastruktur ekonomi yang tinggi dibanding aspek lainnya.Sebaliknya desa Trotosari, desa Sulek, desa Gunosari, desa Kembang, dan desaTlogosari potensinya rendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupuninfrastruktur ekonomi.
Kecamatan Wonosari
Berdasarkan hasil analisis Biplot untuk Kecamatan Wonosari kondisidemografi dapat digambarkan dengan banyak sekolah SD, banyak sekolah SMP,rumah permanen, dan pengguna PLN/PDAM yang tinggi dibanding aspeklainnya.Untuk desa tertinggal di Kecamatan Wonosari terdapat desa Lombok Kulon,desa Tumpeng, dan desa Pasarejo mempunyai tipe infrastruktur sosial yang tinggidibanding aspek lainnya. Sebaliknya desa Wonosari, desa Lombok Wetan, desaJumpong, desa Traktakan, desa Bendoarum, desa Kapuran, dan desa Wonosaripotensinya rendah semua baik dari sisi infrastruktur sosial maupun infrastrukturekonomi.
520
”Halaman ini sengaja dikosongkan”
219
BAB VKESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahanpengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek sosial ekonomi,dan infrastruktur. Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh dariproses penyusunan arahan pengembangan desa tertinggal KabupatenBondowoso berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur:
a. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalamketertinggalan desa di Kabupaten Bondowoso yang terdiridari 1) Faktor sosial yang terdiri dari tingkat pendidikan SD,dan tingkat pendidikan SMP, (2) Faktor ekonomi yangterdiri dari persentase keluarga miskin, (3) Faktorinfrastruktur sosial yang terdiri dari variabel persentase SD,persentase SMP, serta persentase rumah permanen, dan (4)Faktor infrastruktur ekonomi yang terdiri dari variabelpersentase pengguna PLN, persentase pengguna PDAM,persentase toko, dan persentase warung.
b. Dari 95 desa tersebut dikelompokkan berdasarkan tipologidan menghasilkan 9 tipologi dengan masing-masing tipologimemiliki karakteristik yaitu: tipologi 1 beranggotakan DesaTegalpasir. Tipologi ini memiliki karakteristik yaituketertinggalan kualitas SDM, kondisi infrastruktur sosialrendah, ketertinggalan perekonomian rendah dan kondisiinfrastruktur ekonomi rendah. Tipologi 2 beranggotakanDesa Bandelan, desa Sucolor, dan Desa Penanggungan.Tipologi ini memiliki karakteristik yaitu ketertinggalankualitas SDM dan kondisi infrastruktur sosial sedang,ketertinggalan perekonomian dan kondisi infrastrukturekonomi rendah. Tipologi 3 beranggotakan DesaSumberanom. Tipologi ini memiliki karakteristik yaituketertinggalan kualitas SDM dan kondisi infrastruktur sosialtinggi, ketertinggalan perekonomian dan kondisiinfrastruktur perekonomian dan kondisi infrastruktur
220
ekonomi rendah. Tipologi 4 beranggotakan Desa Bandelan,Desa Leprak, Desa Ardisaeng, desaSumberdumpyong.Tipologi ini memiliki karakteristik yaituketertinggalan kualitas SDM, dan infrastruktur sosial rendah,ketertinggalan perekonomian dan kondisi infrastrukturekonomi sedang. Tipologi 5 beranggotakan Desa Gadingsari,Desa Baratan, Desa Pelalangan, Desa Pucang Anom, DesaGrujugan Lor, Desa Sumber Anyar, Desa Jambeanom, DesaKaranganyar, Desa Besuk, Desa Pandak, Desa Wonoboyo,Desa Sumbersari, Desa Pakuniran, Desa Kupang, DesaSukosari Kidul, Desa Tegaljati, Desa Mandiro, DesaKemuningan, Desa Sumber Kemuning, Desa Pakisan, DesaLombok Kulon, Desa Tumpeng, dan Desa Pasarejo. Tipologiini memiliki karakteristik ketertinggalan kualitas SDM, daninfrastruktur sosial sedang, ketertinggalan perekonomian dankondisi infrastruktur ekonomi sedang. Tipologi 6beranggotakan Desa Karang Sengon, Desa Tanah Wulan,Desa Gunungsari, Desa Andungsari, Desa Sukorejo, DesaSumber Wringin, Desa Trembungan, Desa Paguan, DesaKretek, Desa Karangmelok, Desa Mengen, Desa Kemirian,Desa Wonosuko, Desa Kembang, Desa Jebung Lor, DesaBrambang Darussalam, Desa Lombok Wetan, dan DesaWonosari. Tipologi ini memiliki karakteristik ketertinggalankualitas SDM, dan infrastruktur sosial tinggi, ketertinggalanperekonomian dan kondisi infrastruktur ekonomi sedang.Tipologi 7 beranggotakan Desa Karanganyar. Tipologi inimemiliki karakteristik ketertinggalan kualitas SDM, daninfrastruktur sosial rendah, ketertinggalan perekonomian dankondisi infrastruktur ekonomi tinggi. Tipologi 8beranggotakan Desa Sumberwaru, Desa Solor, Desa RambanWetan, Desa Grujugan, Desa Bajuran, Desa Batusalang,Desa Batu Ampar, Desa Bercak Asri, Desa Sumberjeruk,Desa Blimbing, Desa Sugerlor, Desa Sekarputih, DesaTanggulangin, Desa Klabang, Desa Gunosari, dan DesaTrotosari. Tipologi ini memiliki karakteristik ketertinggalan
kualitas SDM, dan infrastruktur sosial sedang, ketertinggalanperekonomian, dan infrastruktur ekonomi tinggi. Tipologi 9beranggotakan Desa Kembangan, Desa Pancoran, DesaSukowiryo, Desa Kladi, Desa Bercak, Desa Suling Wetan,Desa Jirek Mas, Desa Jambesari, Desa Pengarang, DesaPujerbaru, Desa Maesan, Desa Sumberpakem, DesaSumberanyar, Desa Gadingsari, Desa Petung, DesaRejoagung, Desa Sumberkokop, Desa Gentong ,DesaSukosari, Desa Purnama, Desa Tlogosari, Desa Sulek, DesaJumpong, Desa Bendoarum, Desa Kapuran, dan DesaTraktakan. Tipologi ini memiliki karakteristik ketertinggalankualitas SDM, dan infrastruktur sosial tinggi, ketertinggalanperekonomian, dan infrastruktur ekonomi tinggi.
c. Dari masing-masing tipologi tersebut kemudian didapatarahan pengembangan desa tertinggal berdasarkan aspek-aspek yang diprioritaskan di Kabupaten Bondowosoberdasarkan permasalahan yang ada pada masing-masingtipologi. Dari masing masing tipe A ada 9 desa denganarahan pengembangan peningkatan salah satu aspek sosial,ekonomi, atau infrastruktur. Tipe B ada 59 desa denganarahan pengembangan peningkatan dan perbaikan salah satuaspek sosial, ekonomi, dan atau infrastruktur, sedangkan tipeC peningkatan pada semua aspek sosial, ekonomi, daninfrastruktur.
1.1 5.2 Saran
Dari hasil analisis pada penelitian ini terdapat beberaparekomendasi atau masukan yaitu sebagai berikut.
a. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagipemerintah Kabupaten Bondowoso dalam mengatasiketertinggalan desa di bidang sosial, ekonomi, daninfrastruktur sebagai berikut: Dalam pengembangan Desa Tertinggal di Kabupaten
Bondowoso lebih difokuskan pada 27 desa tertinggalyang ada di tipologi C berdasarkan aspek sosial pada
222
variabel tingkat pendidikan SD, SMP, aspek ekonomipada variabel kemiskinan, aspek infrastruktur sosial padavariabel banyaknya SD, SMP, dan rumah permanen, daninfrastruktur ekonomi pada variabel persentase penggunaPLN, PDAM, persentase toko, dan persentase warung.
Dalam pengembangan Desa Tertinggal yang palingdifokuskan adalah desa yang paling tertinggal yaitu DesaKembangan, Desa Pancoran, Desa Sukowiryo, DesaKladi, Desa Bercak, Desa Suling Wetan, Desa Jirek Mas,Desa Jambesari, Desa Pengarang, Desa Pujerbaru, DesaMaesan, Desa Sumberpakem, Desa Sumberanyar, DesaGadingsari, Desa Petung, Desa Rejoagung, DesaSumberkokop, Desa Gentong ,Desa Sukosari, DesaPurnama, Desa Tlogosari, Desa Sulek, Desa Jumpong,Desa Bendoarum, Desa Kapuran, dan Desa Traktakandalam upaya peningkatan kualitas SDM, kondisiinfrastruktur sosial, perekonomian, dan infrastrukturekonomi.
b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dari penelitian ini, yaitu:
Perlu adanya penelitian mengenai arahan pembiayaandesa tertinggal di Kabupaten Bondowoso.
Arahan pengembangan institusi sebagai pelaksanamengentaskan daerah tertinggal di KabupatenBondowoso.
Arahan Pengembangan Potensi Desa Ketela Pohonmelalui Pengembangan Ekonomi Lokal di
223
DAFTAR PUSTAKAAdisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Adisasmita, Rahardjo. 2010. Teori-Teori Pembangunan ekonomi: Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah.Yogyakarta : Graha Ilmu
Riyadi, Ambardi, Socia (penyunting). 2002. PengembanganWilayah dan Otonomi Daerah – Kajian Konsep danPengembangan. Jakarta : Badan Pengkajiam dan PenerapanTeknologi (BPPT Press)
Alkadri, et.al. 1999. Manajemen Teknologi untuk PembangunanWilayah: Konsep Dasar, Contoh Kasus dan ImplikasiKebijakan Edisi Revisi. Jakarta : Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi (BPPT Press)
Alkadri, et.al. 2001. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah:Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia, Teknologi. Jakarta:Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT Press)
Rusli, Said. 1996. Pembangunan dan Fenomena Kemiskinan.Jakarta : Grasindo
Imam Asy’ari, Sapari. 1993. Sosiologi Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional Surabaya
Ahnaf, Arizal. 1998. Pemantauan Perkembangan KesejahteraanRakyat : Pemanfaatan Data Survei Sosial Ekonomi Nasionaldan Data Sosial Kependudukan Lainnya. Jakarta : CV. Rioma
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah KabupatenBondowoso. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
224
Bondowoso Tahun 2011-2031. Bondowoso : PemkabBondowoso
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2009. KabupatenBondowoso dalam Angka tahun 2010. Bondowoso : BPS
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2010. KabupatenBondowoso dalam Angka tahun 2011. Bondowoso : BPS
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2011. KabupatenBondowoso dalam Angka tahun 2012. Bondowoso : BPS
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2012. KabupatenBondowoso dalam Angka tahun 2013. Bondowoso : BPS
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 2013. KabupatenBondowoso dalam Angka tahun 2014. Bondowoso : BPS
Heryanti, Nunki. 2009. Arahan Pengembangan WilayahTertinggal di Kabupaten Bangkalan. Surabaya : Tugas AkhirMahasiswa PWK ITS
Kementrian Desa Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2015.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun2015-2019. Jakarta : Bappenas
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal danTransmigrasi. 2015. Penetapan Daerah Tertinggal dalamRPJMN 2015-2019. Jakarta : KEMENDESA
Putri, Ovi Resia A dan Eko Budi Santoso. 2012. PengembanganDaerah Tertinggal di Kabupaten Sampang. Surabaya:POMITS: Jurnal teknik ITS Vol 1 no 1.http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/945
225
Rahmawati, Diana. 2008. Penentuan Kawasan TertinggalBerdasarkan Tipologi Cluster di Kabupaten Tulungagung.Surabaya : Tugas Akhir Mahasiswa PWK ITS
Ridwan. Yennita H. 2014. Penentuan Variabel PrioritasKeberlanjutan Pembangunan Kabupaten Bangkalan SebagaiDaerah Tertinggal. POMITS: Jurnal Teknik ITS vol 3 No 2.http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/5421
Rosalina Septhiani Sondang, 2008. Analisis Faktor-FaktorPenentu Ketertinggalan Wilayah KBI dan KTI. Bogor : TugasAkhir PWK IPB
Sjarifuddin, Akil. 2003. Tujuan Umum Pengembangan Wilayahdan Penataan Ruang. Jakarta: Bapenas.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang :Baduose Media.
Trinanda, Riezky Ayudia dan Eko Budi Santoso. 2013.Penentuan Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketertinggalanKawasan Kabupaten Pamekasan. POMITS Jurnal Teknik ITSVol 2 No2.http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/4326
Triutomo, Sugeng. 2001. Pengembangan Wilayah MelaluiPembentukan Kawasan Ekonomi Terpadu dalam Tiga PilarPengembangan Wilayah. Jakarta : BPPT
Adisasmita, Rahardjo. 2013. Pembangunan Pedesaan.Yogyakarta : Graha Ilmu
Watchen, Lind Marchal. 2014. Teknik-teknik statistika dalamBisnis dan Ekonomi. Jakarta : Salemba Empat
226
Melissa. 2012. Pendekatan Analisis Biplot dalamMendeskripsikan Posisi Relatif Antar SMA di Kota Denpasar.http://ejurnal.udayana.ac.id/oaji.net/articles/2015/2656-1449815832.pdf
Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat (Arti dan Interpretasi).Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono, Prof, Dr, 2006. Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung:Penerbit Alfabeta.
Gabriel, K.R. 1971. The Biplot Graphic Display of Matrices withApplication to Principal Componen Analysis. Jerussalem.
521
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Surabayapada tanggal 21 Januari 1994 danmerupakan anak pertama dariempat bersaudara dari pasanganDr. Brodjol Sutiyo, M.Si danNinit Prih Indahwati. Penulistelah menempuh pendidikanformal di SDN Kertajaya XII No.218 Surabaya, SMPN 12Surabaya, SMAN 14 Surabaya,dan terakhir terdaftar sebagaimahasiswa di JurusanPerencanaan Wilayah dan KotaITS dengan NRP 3612100019
melalui jalur SNMPTN.Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasikemahasiswaan di kampus yaitu sebagai staff DepartemenKesejahteraan Mahasiswa HMPL ITS periode 2013-2014, danmenjabat sebagai Sekretaris Departemen KesejahteraanMahasiswa HMPL ITS periode 2014-2015. Selain itu, penulisjuga aktif dalam kepanitian-kepanitian yang diselenggarakandi lingkungan PWK maupun ITS. Penulis juga aktif sebagaiasisten dosen pada mata kuliah pilihan perencanaanperdesaan. Penulis dapat dihubungi di alamat [email protected]