SUARA SERAKStep 1-Step 21. Fisiologi larynx?2. Fisiologi
fonasi?3. Hubungan panas batuk pilek dengan suara serak?4. Hubungan
merokok sejak remaja dengan keluhan?5. Apakah ada hubungan penyakit
ayahnya dengan keluhan?6. Mengapa setelah minum obat hanya panas
yang mereda tetapi keluhan lain tidak?7. Cara mendiagnosis8. DD9.
PenatalaksanaanStep 31. Anatomi dan Fisiologi larynx?Anatomi2.1.1
LaringLaring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian
atasdan terletak setinggi vertebra cervicalis IV - VI, dimana pada
anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Bentuk laring
menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih
terpancung dan bagian atas lebih besar dari bagian bawah. Batas
atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago
krikoid (Hermani; Abdurahman, 2003).Struktur kerangka laring
terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik
yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laring
adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan
kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan
bentuk huruf U dan dapat dipalpasi pada leher depan serta lewat
mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini
bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae
kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba
dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago
krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior
lamina terletak pasangan kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah
prosesus yakni prosesus vokalis anterior dan prosesus muskularis
lateralis (Boies, 1997).Pada prosesus vokalis akan membentuk 2/5
bagian belakang dari korda vokalis sedangkan ligamentum vokalis
membentuk bagian membranosa atau bagian pita suara yang dapat
bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis suara
membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis
tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi
mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain
itu juga terdapat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang
mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan
kuneiformis (Boies, 1997).2.1.2 KartilagoKartilago laring terbagi
atas 2 (dua) kelompok, yaitu : 1. Kelompok kartilago mayor, terdiri
dari : Kartilago Tiroidea, 1 buahKartilago Krikoidea, 1 buah
Kartilago Aritenoidea, 2 buah 2. Kartilago minor, terdiri dari :
Kartilago Kornikulata Santorini, 2 buah Kartilago Kuneiforme
Wrisberg, 2 buah Kartilago Epiglotis, 1 buah (Ballenger,
1993)Gambar 2.1
http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/LarynxGrossAnatomy.jpg
Kartilago TiroideaKartilago Tiroidea merupakan suatu kartilago
hyalin yang membentuk dinding anterior dan lateral laring, dan
merupakankartilago yang terbesar. Terdiri dari 2sayap (alae
tiroidea)berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya
tetapi bersatu di bagian depan dan membentuk sudut sehingga
menonjol ke depan disebut Adams Apple. Sudut ini pada pria dewasa
kira-kira 90 derajat dan pada wanita 120 derajat. Diatasnya
terdapat lekukan yang disebut thyroid notch atau ineiseura
tiroidea, dimana di belakang atas membentuk kornu superior yang
dihubungkan dengan os hyoid oleh ligamentum tiroidea, sedangkan di
bagian bawah membentuk kornu inferior yang berhubungan dengan
permukaan posterolateral dari kartilago krikoidea dan membentuk
artikulasio krikoidea.Dengan adanya artikulasio ini memungkinkan
kartilago tiroidea dapat terangkat ke atas. Di sebelah dalam
perisai kartilago tiroidea terdapat bagian dalam laring, yaitu :
pita suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta,kartilago
aritenoidea, kuneiforme serta kornikulata (Ballenger,
1993).Permukaan luar ditutupi perikondrium yang tebal dan terdapat
suatu alur yangberjalan oblik dari bawah kornu superior ke
tuberkulum inferior. Alur ini merupakantempat perlekatan muskulus
sternokleidomastoideus, muskulus tirohioideus danmuskulus
konstriktor faringeus inferior (Ballenger, 1993).Permukaan dalamnya
halus tetapi pertengahan antara incisura tiroidea dan tepibawah
kartilago tiroidea perikondriumnya tipis, merupakan tempat
perlekatan tendokomisura anterior. Tangkai epiglotis melekat 1 cm
diatasnya olehligamentum tiroepiglotika. Kartilago ini mengalami
osifikasi pada umur 20 30tahun (Ballenger, 1993). Kartilago
KrikoideaKartilago ini merupakan bagian terbawah dari dinding
laring. Merupakan kartilago hialin yang berbentuk cincin stempel
(signet ring) dengan bagian alasnya terdapat di belakang. Bagian
anterior dan lateralnya relatif lebih sempit daripada bagian
posterior. Kartilago ini berhubungan dengan kartilago tiroidea
tepatnya dengan kornu inferior melalui membrana krikoidea (konus
elastikus) dan melalui artikulasio krikoaritenoidea. Di sebelah
bawah melekat dengan cincin trakea I melalui ligamentum
krikotiroidea. Pada keadaan darurat dapat dilakukantindakan
trakeostomi, krikotomi atau koniotomi pada konus elastikus
(Ballenger, 1993). Kartilago krikoidea pada dewasa terletak
setinggi vertebra servikalis VI -VIIdan pada anak-anak setinggi
vertebra servikalis III - IV. Kartilago ini mengalami osifikasi
setelah kartilago tiroidea. Kartilago AritenoideaKartilago ini juga
merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang kartilago
berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan
kartilago krikoidea, sehingga memungkinkan pergerakan ke medio
lateral dan gerakan rotasi. Dasar dari piramid ini membentuk 2
tonjolan yaitu prosesus muskularis yang merupakan tempat melekatnya
muskulus krikoaritenoidea yang terletak di posterolateral, dan di
bagian anterior terdapat prosesus vokalis tempat melekatnya ujung
posterior pita suara. Pinggir posterosuperior dari konus elastikus
melekat ke prosesus vokalis. Ligamentum vokalis terbentuk dari
setiap prosesus vokalis dan berinsersi pada garis tengah kartilago
tiroidea membentuk tiga per lima bagaian membranosa atau
vibratorius pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita
suara ini disebut glotis(Scott, 1997)Kartilago aritenoidea dapat
bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu sentralnya tetap,
karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis
dari aritenoid maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka
dan tertutupnya glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade ke 3
kehidupan (Ballenger, 1993). Kartilago EpiglotisBentuk kartilago
epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding anterior
aditus laringeus tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas
pita suara. Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid
ke dalam lumen faring sehingga membatasi basis lidah dan laring.
Kartilago epiglotis mempunyai fungsi sebagai pembatas yang
mendorong makanan ke sebelah laring (Ballenger, 1993; Graney,
1993). Kartilago KornikulataKartilago ini merupakan kartilago
fibroelastis, disebut juga kartilago Santorini dan merupakan
kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika
ariepiglotika (Ballenger, 1993).Kartilago KuneiformeMerupakan
kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilagokecil
yang terletak di dalam plika ariepiglotika (Ballenger, 1993).2.1.3
Ligamentum dan membranaLigamentum dan membran laring terbagi atas 2
grup, yaitu :1. Ligamentum ekstrinsik, terdiri dari : Membran
tirohioid Ligamentum tirohioid Ligamentum tiroepiglotisLigamentum
hioepiglotis Ligamentum krikotrakeal
Gambar 2.2
Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx, Thieme 1987, p.8,
fig.1.72. Ligamentum intrinsik, terdiri dari : Membran
quadrangularis Ligamentum vestibular Konus elastikus Ligamentum
krikotiroid media Ligamentum vokalis
2.1.4 Otot laringGerakan laring dilakukan oleh kelompok otot /
muskulus ekstrinsik dan intrinsik. Otot ekstrinsik bekerja pada
laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik
suprahioid yang berfungsi menarik laring ke atas dan otot
ekstrinsik infrahioid. Otot intrinsik laring menyebabkan gerakan
antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan
tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan
berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis, otot krikotiroid
berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan
menegangkan korda vokalis dan memiliki fungsi membentuk suara dan
bernafas(Ballenger, 1993).A. Otot / muskulus ekstrinsikTerbagi atas
:1. Otot suprahioid / otot elevator laring, yaitu :- Stilohioideus-
Geniohioideus- Genioglosus- Milohioideus- Digastrikus -
HioglosusOtot infrahioid / otot depresor laring, yaitu :-
Omohioideus - Sternokleidomastoideus- TirohioideusGambar 2.4
The Extrinsic Muscles Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx,
Thieme 1987, p.11,fig.1.10Kelompok otot depresor dipersarafi oleh
ansa hipoglossi C2 dan C3 danpenting untuk proses menelan
(deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi). Muskuluskonstriktor
faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat pada
lineaoblikus kartilago tiroidea. Otot ini penting pada proses
deglutisi (Ballenger, 1993).B. Otot / muskulus intrinsikTerbagi
atas :1. Otot adduktor :- Interaritenoideus transversal dan oblik-
Krikotiroideus- Krikotiroideus lateral (Scott, 1997).2. Otot
abduktor :- Krikoaritenoideus posterior (Ballenger, 1993).3. Otot
tensor :- Tensor Internus : Tiroaritenoideus dan Muskulus Vokalis-
Tensor Eksternus : Krikotiroideus (Ballenger, 1993)Gambar 2.5
The Intrinsic Muscles Adapted from: Harry M. Tucker, The Larynx,
Thieme 1987, p.13, fig.1.132.1.5 Persendian Artikulasio
KrikotiroideaArtikulasio Krikotiroidea merupakan sendi antara kornu
inferior kartilago tiroidea dengan bagian posterior kartilago
krikoidea. Sendi ini diperkuat oleh 3 (tiga) ligamenta, yaitu :
ligamentum krikotiroidea anterior, posterior, dan inferior. Sendi
ini berfungsi untuk pergerakan rotasi pada bidang tiroidea, oleh
karena itu kerusakan atau fiksasi sendi ini akan mengurangi efek
muskulus krikotiroidea yaitu untuk menegangkan pita suara
(Ballenger, 1993).
Artikulasio KrikoaritenoideaArtikulasio Krikoaritenoidea
merupakan persendian antara fasies artikulasio krikoaritenoidea
dengan tepi posterior cincin krikoidea. Letaknya di sebelah
kraniomedial artikulasio krikotiroidea dan mempunyai fasies
artikulasio yang mirip dengan kulit silinder, yang sumbunya
mengarah dari mediokraniodorsal ke laterokaudoventral serta
menyebabkan gerakanmenggeser yang sama arahnya dengan sumbu
tersebut. Pergerakan sendi tersebutpenting dalam perubahan suara
dari nada rendah menjadi nada tinggi (Graney, 1993).2.1.6 Struktur
laring bagian dalamCavum laring dibagi menjadi sebagai berikut :a.
Supraglotis (vestibulum superior), yaitu ruang diantara permukaan
atas pita suara palsu dan inlet laring.b. Glotis (pars media),
yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita
suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring
morgagni.c. Infraglotis (pars inferior), yaitu ruangan diantara
pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea (Ballenger,
1993).Beberapa bagian penting dari dalam laring : Aditus
LaringeusPintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh
epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung
kartilago kornikulata dan tepi atas muskulus aritenoideus
(Ballenger, 1993). Rima Vestibuli. Merupakan celah antara pita
suara palsu (Scott, 1997). Rima glottisDi depan merupakan celah
antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vokalis dan
basis kartilago aritenoidea (Ballenger, 1993). Vallecula Terdapat
diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk
oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral (Ballenger, 1993).
Plika Ariepiglotika Dibentuk oleh tepi atas ligamentum
kuadringulare yang berjalan darikartilago epiglotika ke kartilago
aritenoidea dan kartilago kornikulata (Ballenger, 1993). Sinus
Pyriformis (Hipofaring)Terletak antara plika ariepiglotika dan
permukaan dalam kartilago tiroidea (Ballenger, 1993). Incisura
InteraritenoideaSuatu lekukan atau takik diantara tuberkulum
kornikulatum kanan dan kiri (Ballenger, 1993). Vestibulum Laring
Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis,
kartilago aritenoid, permukaan atas prosesus vokalis kartilago
aritenoidea dan muskulus interaritenoidea (Ballenger, 1993). Plika
Ventrikularis (pita suara palsu) Pita suara palsu yang bergerak
bersama-sama dengan kartilago aritenoidea untuk menutup glottis
dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal dari selaput
lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya (Ballenger,
1993).Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus) Ruangan antara
pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari ventrikel
terdapat suatu divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara
palsu dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel
berlapis semu bersilia dengan beberapa kelenjar seromukosa yang
fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati, disebut appendiks
atau sakulus ventrikel laring(Ballenger, 1993). Plika Vokalis (pita
suara sejati) Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian
dibentuk oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut
intermembranous portion, dan dua per lima belakang dibentuk oleh
prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut
intercartilagenous portion(Ballenger, 1993).2.1.7 Persarafan dan
PerdarahanLaring dipersarafi oleh cabang nervus vagus yaitu nervus
laringeus superior dan nervus laringeus inferior (nervus laringeus
rekuren) kiri dan kanan (Hollinshead, 1996).1. Nervus Laringeus
Superior.Meninggalkan nervus vagus tepat di bawah ganglion nodosum,
melengkung ke depan dan medial di bawah arteri karotis interna dan
eksternayang kemudian akan bercabang dua, yaitu : Cabang Interna ;
bersifat sensoris, mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus
pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara
sejati. Cabang Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi muskulus
krikotiroid dan muskulus konstriktor inferior.2. Nervus Laringeus
Inferior (Nervus Laringeus Rekuren).Berjalan dalam lekukan diantara
trakea dan esofagus, mencapai laring tepat dibelakang artikulasio
krikotiroidea. Nervus laringeus yang kiri mempunyai perjalanan
yangpanjang dan dekat dengan Aorta sehingga mudah
terganggu.Merupakan cabang nervus vagus setinggi bagian proksimal
subklavia dan berjalanmembelok ke atas sepanjang lekukan antara
trakea dan esofagus, selanjutnya akanmencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikanpersarafan :
Sensoris, mempersarafi daerah subglotis dan bagian atas trakea
Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali muskulus
krikotiroidea Laring mendapat perdarahan dari cabang arteri
tiroidea superior dan inferiorsebagai arteri laringeus superior dan
inferior (Ballenger, 1993).Arteri Laringeus Superior Berjalan
bersama ramus interna nervus laringeus superior menembus membrana
tirohioid menuju ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus
pyriformis (Ballenger, 1993).Arteri Laringeus Inferior Berjalan
bersama nervus laringeus inferior masuk ke dalam laring melalui
area Killian Jamieson yaitu celah yang berada di bawah muskulus
konstriktor faringeus inferior, di dalam laring beranastomose
dengan arteri laringeus superior dan memperdarahi otot-otot dan
mukosa laring (Scott, 1997).
0. Sistem Limfatik1. Daerah bagian atas pita suara sejati,
pembuluh limfe berkumpul membentuk saluran yang menembus membrana
tiroidea menuju kelenjar limfe cervikal superior profunda. Limfe
ini juga menuju ke superior dan middle jugular node.1. Daerah
bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe
trakea, middle jugular node, dan inferior jugular node.1. Bagian
anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan sistem
limfe esofagus (Ballenger, 1993).
2.1.9 FisiologiLaring berfungsi sebagai proteksi, batuk,
respirasi, sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring
untuk proteksi adalah untukmencegah agar makanan dan benda asing
masuk kedalam trakea dengan jalanmenutup aditus laring dan rima
glotis yang secara bersamaan. Benda asing yangtelah masuk ke dalam
trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapatdikeluarkan
lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengaturbesar
kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara
maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi
sirkulasi darah tubuh.Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi
sebagai alat pengatur sirkulasidarah. Fungsi laring dalam proses
menelan mempunyai tiga mekanisme yaitugerakan laring bagian bawah
keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorongbolus makanan
turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.Laring
mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti
berteriak,mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan
fungsinya untuk fonasidengan membuat suara serta menentukan tinggi
rendahnya nada (Lee, 2003; Woodson, 2001)FISIOLOGI:Laring mempunyai
3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian
berikut : 7 1. Fungsi Fonasi.6 Pembentukan suara merupakan fungsi
laring yang paling kompleks. Suara dibentuk karena adanya aliran
udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara udara dan
pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan
resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea,
faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi
dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam
penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa
ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. Ada 2 teori yang
mengemukakan bagaimana suara terbentuk : Teori Myoelastik
Aerodinamik.6 Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis
dan secara tidak langsung menggetarkan plika vokalis. Akibat
kejadian tersebut, otot-otot laring akan memposisikan plika vokalis
(adduksi, dalam berbagai variasi) dan menegangkan plika vokalis.
Selanjutnya, kerja dari otot-otot pernafasan dan tekanan pasif dari
proses pernafasan akan menyebabkan tekanan udara ruang subglotis
meningkat, dan mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga
celah glotis terbuka. Plika vokalis akan membuka dengan arah dari
posterior ke anterior. Secara otomatis bagian posterior dari ruang
glotis yang pertama kali membuka dan yang pertama kali pula kontak
kembali pada akhir siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara,
tekanan udara ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan
kembali ke posisi saling mendekat (kekuatan myoelastik plika
vokalis melebihi kekuatan aerodinamik). Kekuatan myoelastik
bertambah akibat aliran udara yang melewati celah sempit
menyebabkan tekanan negatif pada dinding celah (efek Bernoulli).
Plika vokalis akan kembali ke posisi semula (adduksi) sampai
tekanan udara ruang subglotis meningkat dan proses seperti di atas
akan terulang kembali. Teori Neuromuskular.7 Teori ini sampai
sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa awal dari getaran plika
vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui
N. Vagus, untuk mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini
jumlah impuls yang dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya /
frekuensi getaran plika vokalis. Analisis secara fisiologi dan
audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih
bisa diproduksi pada pasien dengan paralisis plika vokalis
bilateral). 2. Fungsi Proteksi.7 Benda asing tidak dapat masuk ke
dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat adduksi,
sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan
berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang
ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan
daerah interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus
Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup.
Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal
laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan
ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke
introitus esofagus. 3. Fungsi Respirasi.5 Pada waktu inspirasi
diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan M.
Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh
tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi
akan menghambat pembukaan rima Universitas Sumatera Utara glotis,
sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis.
Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring
secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan
hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial
CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita
suara.7 4. Fungsi Sirkulasi.6 Pembukaan dan penutupan laring
menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan intratorakal yang
berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding laring
terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang
henti jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler
dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang
terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N. Laringeus Rekurens dan
Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini terangsang
terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut
jantung. 5. Fungsi Fiksasi.35 Berhubungan dengan mempertahankan
tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya batuk, bersin dan
mengedan. 6. Fungsi Menelan.7 Terdapat 3 (tiga) kejadian yang
berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya proses menelan,
yaitu : Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor
Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus)
mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago
tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian
makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.
Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran
pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan
laring oleh epiglotis. Universitas Sumatera Utara Epiglotis menjadi
lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus,
sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus
laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. 7.
Fungsi Batuk.8 Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring
berfungsi sebagai katup, sehingga tekanan intratorakal meningkat.
Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan batuk yang berguna
untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau
membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada
mukosa laring. 8. Fungsi Ekspektorasi.8 Dengan adanya benda asing
pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan benda
asing tersebut. 9. Fungsi Emosi.8 Perubahan emosi dapat meneybabkan
perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu menangis, kesakitan,
menggigit dan ketakutan.Sumber :Ballenger, J.J. Anatomy of the
larynx. In : Diseases of the nose, throat, ear, head and neck. 13th
ed. Philadelphia, Lea & Febiger. 1993
Graney, D. and Flint, P. Anatomy. In : Cummings C.W.
Otolaryngology - Head and Neck Surgery. Second edition. St Louis :
Mosby, 1993.
Hollinshead, W.H. The pharynx and larynx. In : Anatomy for
surgeons. Volume 1 : Head and Neck. A hoeber-harper international
edition, 1966 : 425-456
Lee, K.J. Cancer of the Larynx. In; Essential Otolaryngology
Head and Neck Surgery . Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill,
2003: 724-736, 747, 755-760. Laring adalah bagian dari saluran
pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan
yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV
VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi.
Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja
tertutup bila sedang menelan makanan. 4 Lokasi laring dapat
ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya
kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan
disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adams apple atau
jakun.atas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus
Laringeus yang berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal
dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan
dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra
cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum
laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia,
jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi
oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus
kelenjar tiroid. 4 Laring berbentuk piramida triangular terbalik
dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah atas dan kartilago
krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan laring
oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya
otot-otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna
pada usia 2 tahun.4 Secara keseluruhan laring dibentuk oleh
sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot.KARTILAGO. Kartilago
laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu : 4 1. Kelompok
kartilago mayor, terdiri dari : Kartilago Tiroidea, 1 buah
Kartilago Krikoidea, 1 buah Kartilago Aritenoidea, 2 buah 2.
Kartilago minor, terdiri dari : Kartilago Kornikulata Santorini, 2
buah Kartilago Kuneiforme Wrisberg, 2 buah Kartilago Epiglotis, 1
buah
Kartilago Tiroidea Merupakan suatu kartilago hyalin yang
membentuk dinding anterior dan lateral laring, dan merupakan
kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (ala tiroidea)
berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu
di bagian depan dan membentuk sudut sehingga menonjol ke depan
disebut Adams apple. Sudut ini pada pria dewasa kira-kira 90
derajat dan pada wanita 120 derajat. Diatasnya terdapat lekukan
yang disebut thyroid notch atau incisura tiroidea, dimana di
belakang atas membentuk kornu superior yang dihubungkan dengan os
hyoid oleh ligamentum tiroidea lateralis, sedangkan di bagian bawah
membentuk kornu inferior yang berhubungan dengan permukaan
posterolateral dari kartilago krikoidea dan membentuk artikulasio
krikoidea. Dengan adanya artikulasio ini memungkinkan kartilago
tiroidea dapat terangkat ke atas. Di sebelah dalam perisai
kartilago tiroidea terdapat bagian dalam laring, yaitu : pita
suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta, kartilago aritenoidea,
kuneiforme serta kornikulata. 4 Permukaan luar ditutupi
perikondrium yang tebal dan terdapat suatu alur yang berjalan oblik
dari bawah kornu superior ke tuberkulum inferior. Alur ini
merupakan tempat perlekatan muskulus sternokleidomastoideus,
muskulus tirohioideus dan muskulus konstriktor faringeus inferior.4
Permukaan dalamnya halus tetapi pertengahan antara incisura
tiroidea dan tepi bawah kartilago tiroidea perikondriumnya tipis,
merupakan tempat perlekatan tendo komisura anterior. Sedangkan
tangkai epiglotis melekat kira-kira 1 cm diatasnya oleh ligamentum
tiroepiglotika. Kartilago ini mengalami osifikasi pada umur 20 30
tahun.4 Kartilago Krikoidea Kartilago ini merupakan bagian terbawah
dari dinding laring. Merupakan lkartilago hialin yang berbentuk
cincin stempel (signet ring) dengan bagian alsanya terdapat di
belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit
darpada
bagian posterior. Kartilago ini berhubungan dengan kartilago
tiroidea tepatnya dengan kornu inferior melalui membrana krikoidea
(konus elastikus) dan melalui artikulasio krikoaritenoidea. Di
sebelah bawah melekat dengan cincin trakea I melalui ligamentum
krikotiroidea. Pada keadaan darurat dapat dilakukan tindakan
trakeostomi emergensi atau krikotomi atau koniotomi pada konus
elastikus. 4 Kartilago krikoidea pada dewasa terletak setinggi
vertebra servikalis VI VII dan pada anak-anak setinggi vertebra
servikalis III IV. Kartilago ini mengalami osifikasi setelah
kartilago tiroidea. Kartilago Aritenoidea Kartilago ini juga
merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang kartilago
berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan
kartilago krikoidea, sehingga memungkinkan pergerakan ke medio
lateral dan gerakan rotasi. Dasar dari piramid ini membentuk 2
tonjolan yaitu prosesus muskularis yang merupakan tempat melekatnya
m. krikoaritenoidea yang terletak di posterolateral, dan di bagian
anterior terdapat prosesus vokalis tempat melekatnya ujung
posterior pita suara. Pinggir posterosuperior dari konus elastikus
melekat ke prosesus vokalis. Ligamentum vokalis terbentuk dari
setiap prosesus vokalis dan berinsersi pada garis tengah kartilago
tiroidea membentuk tiga per lima bagaian membranosa atau
vibratorius pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita
suara ini disebut glotis.2 Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke
arah dalam dan luar dengan sumbu sentralnya tetap, karena ujung
posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis dari aritenoid
maka gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan
tertutupnya glotis. Kalsifikasi terjadi pada dekade ke 3
kehidupan.4 Kartilago Epiglotis Bentuk kartilago epiglotis seperti
bet pingpong dan membentuk dinding anterior aditus laringeus.
Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas
pita suara. Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid
ke dalam lumen faring sehingga membatasi basis lidah dan laring.
Kartilago epiglotis mempunyai fungsi sebagai pembatas yang
mendorong makanan ke sebelah menyebelah laring. 4,5 Kartilago
Kornikulata Merupakan kartilago fibroelastis, disebut juga
kartilago Santorini dan merupakan kartilago kecil di atas aritenoid
serta di dalam plika ariepiglotika.
2.2 LIGAMENTUM DAN MEMBRANA Ligamentum dan membran laring
terbagi atas 2 grup, yaitu 1. Ligamentum ekstrinsik , terdiri dari
: Membran tirohioid Ligamentum tirohioid Ligamentum tiroepiglotis
Ligamentum hioepiglotis Ligamentum krikotrakeal
2. Ligamentum intrinsik, terdiri dari : Membran quadrangularis
Ligamentum vestibular Konus elastikus Ligamentum krikotiroid media
Ligamentum vokalis
Membrana Tirohioidea Membrana ini menghubungkan tepi atas
kartilago tiroidea dengan tepi atas belakang os hioidea yang pada
bagian medial dan lateralnya mengalami penebalan membentuk
ligamentum tirohioideus lateral dan medial. Membrana ini ditembus
oleh a. laringeus superior cabang interna n. laringeus superior dan
pembuluh limfe.4 Membrana Krikotiroidea (Konus Elastikus). Terdapat
di bawah mukosa pada permukaan bawah pita suara sejati, berjalan ke
atas dan medial dari lengkungan kartilago krikoid untuk bersambung
dengan kedua ligamenta vokalis yang merupakan jaringan fibroelastis
yang berasal dari tepi atas arkus kartilago krikoid. Di sebelah
anterior melekat pada pinggir bawah kartilago tiroid dan menebal
membentuk ligamentuk krikoidea medialis yang juga melekat pada
tuberkulum vokalis. Di sebelah posterior konus menyebar dari
kartilago krikoidke prosesus kartilago aritenoid (vokalis). Pinggir
bebas menebal membentuk ligamentum vokalis.4 Membrana
Kuadrangularis. Merupakan bagian atas dari jaringan ikat longgar
elastis laring, membentang dari tepi lateral epiglotis ke kartilago
aritenoid dan kartilago kornikulata, di bagian inferior meluas ke
pita suara palsu. Tepi atasnya membentuk plika ariepiglotika,
sedangkan yang lainnya membentuk dinding diantara laring dan sinus
piriformis Morgagni.
OTOT - OTOT Otototot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar
yaitu otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik yang
masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. 4 Otot-otot
ekstrinsik.4 Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur
disekitarnya. Kelompok otot ini menggerakkan laring secara
keseluruhan.
Terbagi atas : 1. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator
laring, yaitu : - M. Stilohioideus - M. Milohioideus - M.
Geniohioideus - M. Digastrikus - M. Genioglosus - M. Hioglosus 2.
Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu : - M.
Omohioideus - M. Sternokleidomastoideus - M. TirohioideusKelompok
otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3 dan
penting untuk proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara
(fonasi). Muskulus konstriktor faringeus medius termasuk dalam
kelompok ini dan melekat pada linea oblikus kartilago tiroidea.
Otot-otot ini penting pada proses deglutisi.
Otot-otot intrinsik Menghubungkan kartilago satu dengan yang
lainnya. Berfungsi menggerakkan struktur yang ada di dalam laring
terutama untuk membentuk suara dan bernafas. Otot-otot pada
kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang
serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam
proses pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila m.
interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis
tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara. Yang termasuk dalam
kelompok otot intrinsik adalah : 4 1. Otot-otot adduktor : 2 Mm.
Interaritenoideus transversal dan oblik M. Krikotiroideus M.
Krikotiroideus lateral Berfungsi untuk menutup pita suara. 2.
Otot-otot abduktor : 4 M. Krikoaritenoideus posterior Berfungsi
untuk membuka pita suara. 3. Otot-otot tensor : 4 Tensor Internus :
M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis Tensor Eksternus : M.
Krikotiroideus Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada
orang tua, m. tensor internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga
pita suara melengkung ke lateral mengakibatkan suara menjadi lemah
dan serak.
NATOMI LARING BAGIAN DALAM Cavum laring dapat dibagi menjadi
sebagai berikut : 4 1. Supraglotis (vestibulum superior), yaitu
ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet
laring.2. Glotis (pars media), yaitu ruangan yang terletak antara
pita suara palsu dengan pita suara sejati serta membentuk rongga
yang disebut ventrikel laring Morgagni. 3. Infraglotis (pars
inferior), yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi
bawah kartilago krikoidea. Beberapa bagian penting dari dalam
laring : Aditus Laringeus Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk
di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika,
posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m.
aritenoideus. 4 Rima Vestibuli. Merupakan celah antara pita suara
palsu.2 Rima glottis Di depan merupakan celah antara pita suara
sejati, di belakang antara prosesus vokalis dan basis kartilago
aritenoidea.4 Vallecula Terdapat diantara permukaan anterior
epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika glossoepiglotika
medial dan lateral.4 Plika Ariepiglotika Dibentuk oleh tepi atas
ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago epiglotika ke
kartilago aritenoidea dan kartilago kornikulata.Sinus Pyriformis
(Hipofaring) Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan
dalam kartilago tiroidea.4 Incisura Interaritenoidea Suatu lekukan
atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri. 4
Vestibulum Laring Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana
kuadringularis, kartilago aritenoid, permukaan atas proc. vokalis
kartilago aritenoidea dan m.interaritenoidea.4 Plika Ventrikularis
(pita suara palsu) Yaitu pita suara palsu yang bergerak
bersama-sama dengan kartilago aritenoidea untuk menutup glottis
dalam keadaan terpaksa, merupakan dua lipatan tebal dari selaput
lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.4 Ventrikel Laring
Morgagni (sinus laringeus) Yaitu ruangan antara pita suara palsu
dan sejati. Dekat ujung anterior dari ventrikel terdapat suatu
divertikulum yang meluas ke atas diantara pita suara palsu dan
permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu
bersilia dengan beberapa kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk
melicinkan pita suara sejati, disebut appendiks atau sakulus
ventrikel laring.4 Plika Vokalis (pita suara sejati) Terdapat di
bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh ligamentum
vokalis dan celahnya disebut intermembranous portion, dan dua per
lima belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago
aritenoidea dan disebut intercartilagenous portion.
PERSARAFAN Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn.
Laringeus Superior dan Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus
Rekuren) kiri dan kanan.6 1. Nn. Laringeus Superior.4 Meninggalkan
N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke depan dan
medial di bawah A. karotis interna dan eksterna yang kemudian akan
bercabang dua, yaitu : Cabang Interna ; bersifat sensoris,
mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus pyriformis dan mukosa
bagian dalam laring di atas pita suara sejati. Cabang Eksterna ;
bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m. Konstriktor
inferior. 2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).6
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai
laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea. N. laringeus
yang kiri mempunyai perjalanan yang panjang dan dekat dengan Aorta
sehingga mudah terganggu. Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian
proksimal A. subklavia dan berjalan membelok ke atas sepanjang
lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan mencapai
laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan
persarafan : Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian
atas trakea Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M.
Krikotiroidea
VASKULARISASI Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea
Superior dan Inferior sebagai A. Laringeus Superior dan Inferior. 4
Arteri Laringeus Superior Berjalan bersama ramus interna N.
Laringeus Superior menembus membrana tirohioid menuju ke bawah
diantara dinding lateral dan dasar sinus pyriformis. 4 Arteri
Laringeus Inferior Berjalan bersama N. Laringeus Inferior masuk ke
dalam laring melalui area Killian Jamieson yaitu celah yang berada
di bawah M. Konstriktor Faringeus Inferior, di dalam laring
beranastomose dengan A. Laringeus Superior dan memperdarahi
otot-otot dan mukosa laring.
HISTOLOGI LARING Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis
silindris semu bersilia kecuali pada daerah pita suara yang terdiri
dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk. Diantara sel-sel
bersilia terdapat sel goblet.
Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita
suara. Pada daerah pita suara sejati, serabut elastisnya semakin
menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea. Mukosa laring
dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar
sebagai lapisan submukosa.4 Kartilago kornikulata, kuneiforme dan
epiglotis merupakan kartilago hialin. Plika vokalis sendiri tidak
mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah muda sedangkan
pita suara berwarna keputihan.
FISIOLOGI LARING Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu
fonasi, respirasi dan proteksi disamping beberapa fungsi lainnya
seperti terlihat pada uraian berikut : 7 1. Fungsi Fonasi.6
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks.
Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan
dan adanya interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari
laring diperkuat oleh adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan
vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut,
udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang
dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik
laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan
mengubah bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara
sejati. Ada 2 teori yang mengemukakan bagaimana suara terbentuk :
Teori Myoelastik Aerodinamik.6 Selama ekspirasi aliran udara
melewati ruang glotis dan secara tidak langsung menggetarkan plika
vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot-otot laring akan
memposisikan plika vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi) dan
menegangkan plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari otot-otot
pernafasan dan tekanan pasif dari proses pernafasan akan
menyebabkan tekanan udara ruang subglotis meningkat, dan mencapai
puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah glotis terbuka.
Plika vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior.
Secara otomatis bagian posterior dari ruang glotis yang pertama
kali membuka dan yang pertama kali pula kontak kembali pada akhir
siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan udara
ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan kembali ke
posisi saling mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi
kekuatan aerodinamik). Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran
udara yang melewati celah sempit menyebabkan tekanan negatif pada
dinding celah (efek Bernoulli). Plika vokalis akan kembali ke
posisi semula (adduksi) sampai tekanan udara ruang subglotis
meningkat dan proses seperti di atas akan terulang kembali. Teori
Neuromuskular.7 Teori ini sampai sekarang belum terbukti,
diperkirakan bahwa awal dari getaran plika vokalis adalah saat
adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N. Vagus, untuk
mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang
dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran
plika vokalis. Analisis secara fisiologi dan audiometri menunjukkan
bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih bisa diproduksi pada
pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral). 2. Fungsi
Proteksi.7 Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan
adanya reflek otot-otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis
tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat
adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika
ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid
melalui serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya,
sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan
menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah.
Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan
masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus. 3. Fungsi
Respirasi.5 Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk
memperbesar rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior
terangsang sehingga kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka.
Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta
pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis,
sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis.
Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring
secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan
hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial
CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita
suara.7 4. Fungsi Sirkulasi.6 Pembukaan dan penutupan laring
menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan intratorakal yang
berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding laring
terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang
henti jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler
dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang
terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N. Laringeus Rekurens dan
Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini terangsang
terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut
jantung. 5. Fungsi Fiksasi.35 Berhubungan dengan mempertahankan
tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya batuk, bersin dan
mengedan. 6. Fungsi Menelan.7 Terdapat 3 (tiga) kejadian yang
berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya proses menelan,
yaitu : Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor
Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus)
mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago
tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian
makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.
Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran
pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan
laring oleh epiglotis.Epiglotis menjadi lebih datar membentuk
semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga makanan atau
minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk ke
sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. 7. Fungsi Batuk.8 Bentuk
plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara
mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring
dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang
reseptor atau iritasi pada mukosa laring. 8. Fungsi Ekspektorasi.8
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar
berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. 9. Fungsi Emosi.8
Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya
pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28894/1/embriologi%20dan%20anatomi%20laring.pdf
2. Fisiologi fonasi?1. Fungsi Fonasi.6 Pembentukan suara
merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara dibentuk karena
adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh
adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta
adanya ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam
paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan
dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring
berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah
bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara
sejati.2. Fungsi Proteksi.7 Benda asing tidak dapat masuk ke dalam
laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat adduksi,
sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan
berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang
ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan
daerah interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus
Superior. Sebagai jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup.
Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal
laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan
ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke
introitus esofagus.Fungsi Respirasi.Pada waktu inspirasi diafragma
bergerak ke bawah untuk memperbesar rongga dada dan M.
Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh
tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi
akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi
akan merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi
laring mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan
peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan menghambat
pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan
dalam mengontrol posisi pita suara.7 4. Fungsi Sirkulasi.Pembukaan
dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian tekanan
intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan
dinding laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi,
kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek
kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah
baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N.
Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior. Bila
serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi
penurunan denyut jantung. 5. Fungsi Fiksasi.Berhubungan dengan
mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi, misalnya
batuk, bersin dan mengedan. 6. Fungsi Menelan. Terdapat 3 (tiga)
kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya
proses menelan, yaitu : Pada waktu menelan faring bagian bawah (M.
Konstriktor Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M.
Stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea
dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis
lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan
faringoesofageal.Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman
masuk ke saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium
dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar
membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga makanan
atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk
ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. 7. Fungsi Batuk.Bentuk
plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara
mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring
dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang
reseptor atau iritasi pada mukosa laring. 8. Fungsi Ekspektorasi.
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar
berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. 9. Fungsi
Emosi.Perubahan emosi dapat meneybabkan perubahan fungsi laring,
misalnya pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan
ketakutan.
Teori Myoelastik Aerodinamik.Selama ekspirasi aliran udara
melewati ruang glotis dan secara tidak langsung menggetarkan plika
vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot-otot laring akan
memposisikan plika vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi) dan
menegangkan plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari otot-otot
pernafasan dan tekanan pasif dari proses pernafasan akan
menyebabkan tekanan udara ruang subglotis meningkat, dan mencapai
puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah glotis terbuka.
Plika vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior.
Secara otomatis bagian posterior dari ruang glotis yang pertama
kali membuka dan yang pertama kali pula kontak kembali pada akhir
siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan udara
ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan kembali ke
posisi saling mendekat (kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi
kekuatan aerodinamik). Kekuatan myoelastik bertambah akibat aliran
udara yang melewati celah sempit menyebabkan tekanan negatif pada
dinding celah (efek Bernoulli). Plika vokalis akan kembali ke
posisi semula (adduksi) sampai tekanan udara ruang subglotis
meningkat dan proses seperti di atas akan terulang kembali. Teori
Neuromuskular.Teori ini sampai sekarang belum terbukti,
diperkirakan bahwa awal dari getaran plika vokalis adalah saat
adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N. Vagus, untuk
mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang
dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran
plika vokalis. Analisis secara fisiologi dan audiometri menunjukkan
bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih bisa diproduksi pada
pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral).Histologi Plica
VocalisPlica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang
terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang
di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan
cartilago arytenoidea di bagian belakang. Ersusun atas epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Membrana mukosa tepat di atas
plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalam produksi
suara. Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak
berjauhan sehingga udara dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat,
plica vocalis terpisah lebar. Di antara 2 lipatan plica vocalis ini
terdapat rima vocalis atau rima glotidis. Plica
VentrikularisDisebut juga pita suara palsu. Tersusun atas epitel
bertingkat torak bersilia bersel goblet, diantara dua lipatannnya
terdapat rima vestibuli. Rima vestibuli dan rima vocalis membentuk
glotis yang meluas ke lateral menjadi sinus/ventrikulus larynx
Morgagni.
TERJADI KARENA FIBRASI PADA LIPATAN LIPATAN PITA SUARA : PASIF :
pada saat melemas (relaksasi) oleh dorongan udara pada saat
bernafas normal (udara melewati glotis secara bebas) AKTIF : udara
menggetarkan pita suara saat menegang/melemas, udara melewati celah
yang sempi/lebar oleh kontraksi otot laringVARIASI POSISI GLOTIS
DAPAT MENIMBULKAN PEMBENTUKAN BUNYI TAK BERSUARA DAN BUNYI SUARA1.
Terbuka lebar ; saat nafas biasa2. Terbuka sebagian : menghasilkan
bunyi tak bersuara3. Tertutup : menghasilkan bunyi bersuara4.
Tertutup rapat : menghasilkan bunyi hamzah
3. Hubungan panas batuk pilek dengan suara serak?PENYEBAB UMUM
SUARA SERAK Peradangan laring.Laringitis akut Radang akut laring
pada umumnya merupakan kelajutan dari rinofaringitis. Pada anak
laringitis ini dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas, sedangkan
pada orang dewasa tidak secepat pada anak. Sebagai penyebab radang
ini ialah bakteri, yang menyebabkan radang lokal atau virus yang
menyebabkan peradangan sistemik.Pada larinigtis akut terdapat
gejala radang umum, seperti demam,dedar (malaise), serta gejala
lokal, seperti suara parau sampai tidak bersuaraLesi jinak
laring.Nodul pita suaraKelainan ini biasanya disebabkan oleh
penyalah gunaan suara dalam waktu yang lama, seperti pada seorang
guru, penyanyi dan sebagainya.Gejalanya terdapat suara parau yang
kadang-kadang disertai batuk. Pada pemeriksaan terdapat nodul di
pita suara sebesar kacang hijau atau lebihkecil, berwarna
keputihan. Prediksi nodul terletak di sepertiga anterior pitasuara
dan sepertiga medial. Untuk penaggulangan awal ialah istrahat
bicaradan terapi suara. Tindakan bedah mikro laring dilakukan bila
ada kecurigaan keganasan atau lesi fibrotik.Polip pita suaraPolip
pita suara biasanya bertangkai. Lesi bisa terletak sepertiga
anterior, sepertiga tengah bahkan seluruh pita suara. Lesi biasanya
unilateral. Gejalanya sama seperti nodul yaitu suara parau.
Penatalaksanaan standar ialah bedahmikro laring.Kista pita
SuaraKista pita suara umumnya terrmasuk kista resistensi kelenjar
liurminor laring, terbentuk akibat tersumbatnya kelenjar tersebut,
faktor iritasi kronik, refluks gastroesofageal dan infeksi diduga
berperan sebagai faktorpredisposisi. Kista terletak di dalam lamina
propria superfisialis, menempelpada membran basal epitel atau
ligamentum vokalis. Ukurannya biasanyatidak besar sehingga jarang
menyebabkan sumbatan jalan nafas atas. Gejala utamanya adalah
parau. Pengobatannya dengan tindakan bedah mikrolaring.Kelumpuhan
pita suaraKelumpuhan pita suara adalah terganggunya pergerakan pita
suara karena disfungsi saraf otot-otot laring hal ini merupakan
gejala suatu penyakit dan bukan merupakan suatu diagnosis. Gejala
kelumpuhan pita suara yang didapat adalah suara parau, stridor atau
bahkan kesulitan menelan tergantung pada penyebabnya. Pemeriksaan
laringoskopi diperlukan untukmenetukan pita suara sisi mana yang
lumpuh serat gerakan aduksi dan abduksinya selain itu pemeriksaan
Laryngeal Electromyography untuk mengukur alur listrik pada otot
laring. Pengobatan pada umumnya terapi suaradan bedah pita
suara.
Kelainan Kongenitala.Laringomalasia Merupakan penyebab tersering
suara parau saat bernafas pada bayi baru lahir. Laringeal
websMerupakan suatu selaput jaringan pada laring yang sebagian
menutup jalanudara. 75 % selaput ini terletak diantara pita suara,
tetapi selaput ini juga dapat terletak diatas atau dibawah pita
suara. Cri du chat syndrome dan Down syndrome Merupakan suatu
kelainan genetik pada bayi saat lahir yang bermanifestasi klinis
berupa suara parau atau stridor saat bernafas.Trauma Endotracheal
intubasi pada pembedahan atau resusitasi bisa menyebabkan suara
parau. Fraktur pada laringTrauma langsung pada laring dapat
menyebakan fraktur kartilago laringyang menyebabkan lokal hematoma
ataumengenai saraf.Benda asing Benda asing yang termakan oleh
anak-anak bisa masuk ke laring dan menyebabkan suara parau dan
kesulitan bernafas
Hubungan dengan batuk pilek penyebab inflamasi ini adalah virus,
bakteri. Laringitis biasanyan disertai rinitis atau nasofaring.
Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap
perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada
immunitas. Laringitis umumnya terjadi pada musim dingin dan mudah
ditularkan. Ini terjadi seiring Dengan menurunnya daya tahan tubuh
dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis
didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas
yang akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan
merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan
sehingga menyumbat saluran nafas dihidung.->kurang dari 3
minggu. virus,n bakteri yang merupakan penyebab terbanyak dari
laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari
epitelium saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema
darilamina propria,submukosa, dan adventitia, diikuti dengan
infitrasi selular dengan histosit, limfosit, sel plasma danlekosit
polimorfonuklear(PMN). Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari
saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding
lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis
dikelilingi oleh kartilago krikoid, maka pembengkakan terjadi pada
lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit, bahkan sampai
hanya sebuah celah.Membran pelindung plika vokalis biasanya merah
dan membengkak.->suara serak dan nafas sesak
4. Hubungan merokok sejak remaja dengan keluhan?MerokokSebagian
besar (88-89%) penderita tumor ganas laring adalah perokok.
Kebiasaan merokok merupakan hal penting yang dapat meningkatnya
risiko terjadinya tumor ganas laring. Peningkatan itu juga
tergantung dari lama dan intensitas seseorang itu merokok (Ramroth,
2011; Rothman, 1980 dalam Adams,2005; dan Lee, 2009). La Vecchia
(1990) dalam Adams (2005) menyebutkan bahwa merokok dengan >22
mg tar memiliki insidensi 2 kali lebih tinggi menderita kanker
laring dibandingkan dengan orang yang tidak merokok atau perokok
dengan tar yang rendah. Kandungan yang terdapat dalam rokok
merupakan bahan karsinogenik. Berdasarkan Brunneman dan Hoffman
(1992) dalam World Health Organization International Agency for
Research on Cancer (IARC, 2007) telah menyebutkan bahwa terdapat 28
jenis bahan karsinogen yang terkandung dalam rokokSecara garis
besar terdapat tiga jenis nitroso dalam rokok, diantaranya adalah
sebagai berikut:1) Non-volatile TSNA ( Tobacco-Specific
N-nitrosamin Acids) yang terdiri atas
4-(methylnitrosamino)-1-(3-pyridyl)-1-butanon (NNK) dan
N2-nitrosonornicotine (NNN).2) N-nitrosamino acids yang terdiri
dari N-nitrososarcosine (NSAR), 3 (methylnitrosamino) propionic
acids (MNPA) dan 4-(methylnitrosamino) butyric acids (MNBA).3)
Volatile N-nitrosamin yang terdiri atas N-nitrosodimethylamine
(NMDA), N-nitrosopyrrolidine (NPYR), N-nitrosopiperidine (NPIP) dan
Nnitrosomorpholine (NMOR).Kandungan lain yang terdapat dalam rokok
diantaranya adalah benzene, arsenik, dan hidrokarbon. Selain dari
kandungan rokok tersebut, bahan karsinogenik juga dihasilkan dari
pembakaran rokok (tembakau) oleh para perokok aktif diantaranya
adalah nikotin, karbon monoksida, hydrogen sianida dan ammonia.
Pemaparan bahan-bahan tersebut baik pada perokok aktif maupun pasif
dapat menyebabkan kerusakan dari mukosa laring dimana sel-selnya
akan bermetaplasia dan akan berkembang kearah keganasanBeda rokok
filter dan kretek. Dan beda cara merokok. Perokok aktif pasif Rokok
berdasarkan penggunaan filter. Rokok Filter (RF): rokok yang pada
bagian pangkalnya terdapat gabus. Rokok Non Filter (RNF): rokok
yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.Rokok Kretek:
rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.5.
Apakah ada hubungan penyakit ayahnya dengan keluhan?FAKTOR
KETURUNANKanker berhubungan dengan dua hal yaitu genetik dan
perubahan epigenetik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang
memicu aktivasi atau inaktivasi yang tidak semestinya dari gen
spesifik sehingga menyebabkan transformasi neoplastik (IARC/
International agency for Research on Cancer, 2007). Perkembangan
kanker ini dikendalikan karena adanya perubahan dari struktur dan
fungsi genom (IARC, 2007) .Berdasarkan Kumar et al, 2007, pada
awalnya kerusakan genetik nonletal merupakan hal sentral dalam
karsinogenesis. Kerusakan genetik ini mungkin dapat dipengaruhi
oleh llingkungan seperti zat kimia, radiasi, virus atau diwariskan
dalam sel germinativum. Terdapat suatu hipotesis genetik pada
kanker bahwa massa tumor terjadi akibat adanya ekspansi klonal satu
sel progenitor yang telah mengalami kerusakan genetik. Sasaran
utama kerusakan genetik tersebut adalah tiga kelas gen regulatorik
yang normal yaitu protoonkogen yang mendorong pertumbuhan, gen
penekan kanker (tumor supresor gen) yang menghambat pertumbuhan
(antionkogen), dan gen yang mengatur kematian sel yang terencana
(programmed cell death), atau apoptosis. Selain gen-gen tersebut
terdapat juga gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak, berkaitan
dengan karsinogenesis. Gen yang memperbaiki DNA mempengaruhi
proliferasi atau kelangsungan hidup sel secara tidak langsung
dengan mempengaruhi kemampuan organisme memperbaiki kerusakan
nonletal di gen lain, termasuk protoonkogen, gen penekan tumor dan
gen yang mengendalikan apoptosis. Kerusakan pada gen yang
memperbaiki DNA dapat memudahkan terjadinya mutasi luas digenom dan
transformasi neoplastik.Salah satu gen yang paling sering mengalami
mutasi adalah gen penekan tumor TP53 (dahulu p53). TP53 ini dapat
menimbulkan efek antiproliferatif, tetapi yang tidak kalah penting
gen ini juga dapat mengendalikan apoptosis. Secara mendasar, TP53
dapat dipandang sebagai suatu monitor sentral untuk stres,
mengarahkan sel untuk memberikan tanggapan yang sesuai, baik berupa
penghentian siklus sel maupun apoptosis. Berbagai stres yang dapat
memicu jalur respon TP53, termasuk anoksia, ekspresi onkogen yang
tidak sesuai (misalnya MYC) dan kerusakan pada integritas DNA.
Dengan mengendalikan respon kerusakan DNA, TP53 berperan penting
dalam mempertahankan integritas genom. Apabila terjadi kerusakan
TP53 secara homozigot, maka kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki
dan mutasi akan terfiksasi disel yang membelah sehingga sel akan
masuk jalan satu-satunya menuju transformasi keganasan (Kumar et
al, 2007)Tanda dan gejala klinis yang dialami penderita tumor ganas
laring diantaranya suara serak, disfagia, hemoptisis, adanya massa
di leher, nyeri tenggorok, nyeri telinga, gangguan saluran nafas
dan aspirasi (Concus et al, 2008). Gejala klinis kanker laring ini
bermacam-macam sesuai dengan sruktur laring yang terkena (Johnson,
2012). 1. Suara SerakSebagian besar penderita kanker laring datang
ke rumah sakit atau dokter spesialis THT dengan mengeluhkan suara
serak atau perubahan suara (Lee, 2003). Serak disebabkan oleh
gangguan fungsi fonasi laring. Pada tumor ganas laring, pita suara
tidak berfungsi dengan baik disebabkan oleh ketidakteraturan pita
suara, oklusi atau penyempitan celah glottik, terserangnya
otot-otot vokalis, sendi, ligamen krikotiroid dan kadang menyerang
saraf. Serak menyebabkan kualitas suara mennjadi kasar, menganggu,
sumbang dan nadanya rendah dari biasa ( Hermani dan Abdurrachman,
2007).Timbulnya suara serak tergantung dari letak tumor pada
laring. Apabila tumor timbul pada pita suara asli, serak merupakan
gejala dini dan menetap. Tumor yang tumbuh di daerah ventrikel
laring, dibagian bawah plika ventrikularis atau dibatas bawah plika
ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul
kemudian. Namun tumor yang tumbuh pada daerah supraglottis dan
subglottis, serak akan timbul kemudian atau bahkan tidak timbul
(Hermani dan Abdurrachman, 2007).Obstruksi Saluran NafasObstruksi
saluran nafas oleh karena massa tumor dapat menyebabkan dispnea dan
stridor. Keluhan ini dapat timbul pada setiap lokasi laring yang
terlibat, baik tumor supraglottis, glottis dan subglottis (Lee,
2003 dan Hermani & Abdurrachman, 2007). Disfagia dan
OdinofagiaDisfagia dan odinofagia sering terjadi pada karsinoma
supraglottis atau tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra
laring (Lee, 2003 dan Hermani & Abdurrachman, 2007).Batuk dan
HemoptisisBatuk jarang ditemukan pada pada tumor ganas glottis,
biasanya timbul dengan tertekannya hipofaring disertai sekret yang
mengalir kedalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor
glottis dan supraglottis (Hermani dan Abdurrachman, 2007). Nyeri
TenggorokKeluhan nyeri tenggorokan yang persisten berhubungan
dengan lokasi tumor pada daerah faring misalnya pada sinus
piriform, ariepiglottis dan bagian dasar lidah. Keluhan ini juga
dihubungkan dengan lesi epiglottis (Concus, 2008). Nyeri tenggorok
ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam
(Hermani dan Abdurrachman, 2007).
6. Mengapa setelah minum obat hanya panas yang mereda tetapi
keluhan lain tidak?Hanya mengobati simtomatik bukan causa Decolgen
merupakan salah satu obat untuk meredakan sakit kepala. Fungsi
lainnya yaitu untuk menurunkan demam/nyeri dan pilek. Pada Decolgen
dosis parasetamol yang berfungsi untuk pereda demam dan nyeri
adalah 75 mg. Klorfeniramin maleat yang berfungsi sebagai anti
alergi sebanyak 0,5 mg dan pseudoefedrin HCl yang berfungsi untuk
meredakan flu sebanyak 7,5 mg. Seperti halnya obat Decolgen
tersebut, dalam suatu obat terkandung satu atau lebih zat yang
memiliki fungsi tertentu baik dalam penyembuhan, pencegahan, dan
penetapan diagnosa suatu penyakit atau gejala penyakit. Salah satu
zat aktif yang terdapat dalam obat sakit kepala Decolgen adalah
Pseudoefedrin. Zat aktif inilah yang akan dibahas lebih mendalam
dalam makalah ini Salah satu zat aktif yang terdapat dalam obat
Decolgen adalah Pseudoefedrin. Senyawa ini berfungsi sebagai
dekongestan hidung yang dapat melegakan hidung tersumbat.
Dekongestan adalah agen simpatomimetik yang mengurangi hidung
tersumbat dengan menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(vasokonstriksi). Adapun struktur dari pseudoefedrin adalah
Pseudoephedrin HCl adalah serbuk kristal berwarna putih sampai
kekuning-kuningan, dan memiliki bau yang tidak khas. Sangat larut
dalam air, mudah larut dalam alkohol dan larut sebagian dalam
kloroform.Dosis senyawa pseudoefedrin dalam obat DecolgenUntuk
memberikan hasil maksimal dalam pengkonsumsian obat, terdapat
aturan atau takaran obat yang harus dipatuhi. Takaran obat yang
harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang
diharapkan tergantung dari beberapa faktor yaitu usia, berat badan,
jenis kelamin, luas permukaan badan, beratnya penyakit dan keadaan
si sakit. Takaran pemakaian atau dosis maksimal (MD) bila dilampaui
dapat mengakibatkan efek toksis, dosis maksimal ini bukan merupakan
batas mutlak. Untuk obat Decolgen ini dosisnya adalah sebagai
berikut :USIA DOSIS1.Anak 2-6 tahun:5 mL (1 sendok takar)2.Anak
6-12 tahun :10 mL (2 sendok takar)3.Dewasa dan anak > 12
tahun:20 mL (4 sendok takar)
7. Cara mendiagnosisPemeriksaan laringoskopi Indirect :
menggunakan kaca dan lampu kepala untuk mengetahui kelainan laryng
Direct : biopsi ( yg dinilai epiglotis, plica aryepiglotica , rima
glotidis, plica vocalis, plica vestibularis dan sekret)Interpretasi
: penyanyi, berbucara keras, batuk sering, marah2 dengan nada
tinggi cedera pita suara penebalan merah nodul8. DDLaryngitis
acutePd umumnya merupakan kelanjutan dr rinofaringitis (common
cold). Pada anak laryngitis akut bisa menimbulkan sumbatan nafas.Pd
laryngitis akut terdapat gejala radang umu, seperti demam, malaise,
serta gejala local, seperti suara parau sampai tidak bersuara sama
sekali (afoni), nyeri ketika menelan atau berbicara, serta gejala
sumbatan laring. Selain itu terdapat batuk kering dan lama2 menjadi
batuk berdahak. Pd pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis,
membengkak, terutama di atas dan bawah pita suara. Laryngitis
tuberkulosaPenyakit ini hampir selalu sbg akibat TB paru. Infeksi
dapat tjd melalui udara pernafasan, sputum yang mengandung kuman,
atau penyebaran melalui darah atau limfa. Seringkali setelah diberi
pengobatan, TB paru sembuh namun laryngitis TB nya masih menetap.
Hal ini karena struktur mukosa laring yg sangat lekat thd kartilago
serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, shg jika infeksi
mengenai kartilago butuh pengobatan yang lebih lama. Stadium
Laryngitis TB Stadium InfiltrasiMukosa laryng berwarna pucat
submukosa terbentuk tuberkel mukosa tdk rata, tampak bintik2
kebiruan tuberkel makin membesar dan beberapa tuberkel bersatu
mukosa meregang pecah dan timvul ulkus Stadium UlserasiUlkus
membesar. Ulkus ini dangkal, dasar nya ditutupi oleh perkijuan, dan
dirasakan sangat nyeri Stadium PerikondritisUlkus makin dalam
mengenai kartilago laring (plg srg kartilago epiglottis dan
aritenoidea) kerusakan tulang rawan terbentuk annah yang berbau
terbentuk sekuester. KU pasien sangat buruk dan bs meninggal dunia
Stadium FibrotuberkulosisPd stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis
pd dinding posterior, pita suara dan subglotik.Terapi : Obat anti
TB primer dan sekunder, Voice Rest.Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL,
FK UI
Terapi Laryngitis Akut : Vocal rest selama 2-3 hari. Menghirup
udara lembab. Menghindari iritasi pd faring dan laring, misalnya
merokok, makanan pedas atau es. Antibiotika diberikan jika radang
berasal dr paru. Bila terdapat sumbatan laring, dilakukan ET atau
trakeostomi.Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FK UI Laryngitis
chronic Sering disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum
berat, polip hidung atau bronchitis kronis. Mungkin juga disebabkan
oleh vocal abuse seperti berteriak2 atau berbicara keras. Pada
peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal dan
kadang2 didapati metaplasia skuamosa. Gejalanya yakni suara parau
yang menetap, rasa tersangkut di tenggorokan, shg pasien berdehem
tanpa mengeluarkan secret rkn mukosa nya menebal. Pd pemeriksaan
tampak mukosa menebal, permukaannya tidak rata dan hiperemis.
Terapi terpenting adl mengobati peradangan di hidung, faring serta
bronchus yang menjadi penyebab laryngitis kronis nya. Pasien
diminta utk tdk banyak bicara (vocal rest). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL, FK UI
TUMOR LARINGDibedakan :Jinak, berkapsul, bentuk beraturan,
tumbuh lambat, tdk metastase/infiltrasi.ganas, tdk berkapsul, tdk
beraturan, tumbuh cepat, metastase, destruksi jar.sekitar,
metabolisme >>-> KU jelekTumor Jinak1. Papiloma
laringtimbul papil-papil multipel (anak) & soliter
(dewasa)sering pd anak yg lahir dari ibu menderita kondiloma
akuminataresidif >>dewasa -> degenerasa maligna
(destruktif)Terapi, ekstirpasi dg laser hasil > baik2. Fibroma
laringbanyak pada dewasa mudadiduga disebabkan pada penggunaan
suara yg berlebihanbiasa unilateral (2/3 anterior plika
vokalis)terapi, ekstirpasiSuara serak + gejala lain3. Nodul
laringsering bilateral (1/3 anterior & 1/3 tengah plika
vokalis)disebut juga singernode, screamer.terapi, ektirpasi dan
istirahat bicara4. Lainnya, Polip laring, kista laring, laringokel,
hemangioma laring.Tumor GanasPenyebab :endogen, herediter (adanya
AHH = Aril Hidrocarbon Hidroxilase -> dpt merubah suatu zat
-> karsinogen), >> karsinomaeksogen, lingkungan, kebiasaan
& infeksi laring kronikKeadaan yg dpt diduga suatu keganasan
:Laringitis kronik yang lamaLeukoplakiaPakidermiPolip laring pada
dewasaPerlu dicurigai suatu keganasan bila :SUARA SERAK LEBIH DARI
3 - 4 MINGGU TANPA GEJALA BATUK, HARUS DICURIGAI KARSINOMA,
terutama bila pada usia tua.
Macam-macam keganasan laring.1. Karsinoma ( 98 % )Karsinoma
supragltis, glotis & subglotis2. Sarkoma ( 1 - 2 % )PARALISE
LARINGNon Neuglotik (miopatik)1. Distrifi miotonik - herediter2.
Poliomielitis, dermatomiositisNeurologik,1. Sentral, sifat spastik,
daerah yang terkena >>, disertai gejala lain2. Perifer, sifat
flasid, kelainan > terfokus.Kausa paralise neurologi :Tumor : di
SSP, nasofaring, trakhea, tiroid, esofagus, paru,
limfomaKardiovaskuler ; sentral (stroke), kardiomegali, aneurisma
aorta.Trauma : kepala, leher (bisa trauma tumpul/tajam, paska
intubasi lama, paska bedah (tiroid, leher, jantung,
dada).Idiopatik
TRAUMA LARING1. Trauma dari luar2. Trauma langsung mengenai
laringTrauma dari luar : Trauma tumpul, sering post KLL &
strangulasi.Terjadi fraktur kart. Tiroid & perdarahan yg hebat
-> sesak hebat (perlu trakheotomi) & fiksasi leher Trauma
karena benda tajam, luka irisan & tusukan, terdapat luka
terbuka bagian atas laring atau pertengahan bagian bawah kartilago
tiroid. Perawatan lamaTrauma langsung : Benda asing Trauma
intubasi, pada intubasi lama, timbul jaringan granulasi. Taruma
kimia, karena salah minum / usaha bunuh diriBENDA ASING DI LARING
Jarang karena ada mekanisme batuk. Benda asing yg sering,
biji-bijian, serpihan/potongan tulang, jarum pd valekula, sinus
piriformis atau glotis Gejala batuk sampai sesak, nyeri bila sudah
melewati glotis -> batuk poroksismal Penanganan dengan
laringoskopi direk (ekstraksi) dan kalau perlu trakheotomiKELAINAN
PSIKIS Banyak pada wanita, dewasa. Reaksi neurologi -> udem
laring, suara serak. Bila trauma psikis berat -> spasme laring.
Penanganan, cari kausanya dan obat penenang
(sementara)TRAKEOTOMIAdalah salah satu tindakan life saving, yaitu
membebaskan jalan nafas (jalan pintas), tindakan lain ; intubasi,
laringotomi.Regulasi pernafasan :Sistem respirasi mempunyai 2
reseptor, shg terjadi proses bernafas (inspirasi & ekspirasi)1.
Reseptor Kimia, peka thd perubahan O2, CO2 & HCO3, reseptor ada
di perifer (CO2) & carotid body (O2 & HCO2).Pusat reseptor
di SSP (peka thd O2 & HCO2) dan Medulla Oblongata (peka thd
CO2).Bila terjadi CO2 dlm darah dpt diadaptasi oleh reseptor
perifer -> tapi bila terus -> respirasi arrest.2. Reseptor
mekanik, ada pada plera & carotid body. Adanya rangsangan ->
pleura -> paru kembang-kempis (elastis).Bila carotid body
ditekan berlebihan dapat menyebabkan respirasi arrest.Sumbatan
jalan nafas dinilai dg Perasat Jackson, penilaian :I. : Sesak nafas
& stridor ringanII. : Sesak napas & stridor >>,
retraksi suprasternum, supraklavikula & infraklavikula.
Retraksi epigastrium ringan. Sianosis +III : sesak napas &
stidor berat, retraksi suprasternum, supraklavikula &
infraklavikula>>, retraksi interkosta terlihat &
epigastrium dalam. Sianosis ++IV : perasat III >>>
retraksi interkosta >>>, wajah penderita abu-abu (sainosis
hebat).Indikasi trakheotomi :1. Sumbatan jalan napas atas2.
Terkumpulnya sekret/cairan dijalan napas atas3. Gangguan ventilasi
pernapasan4. Gangguan napas sentral5. Kelainan bulber, koma/koma
jantung6. Trauma dasar tengkorak7. Proses kardiopulmoner8. Operasi
besar daerah kepala leherTeknik trakeotomi :Setelah irisan kulit,
dilakukan pemisahan jaringan dibawahnya secara tumppul s/d terlihat
trakhea.Irisan dilakungan pada cincin trakhea 2-3 (tinggi) atau
cincin 4-5 (rendah)Kemudian dipasang canule (logam atau plastik
sintetik)Pemberian O2 tidak boleh langsung dan tinggi karena CO2
yang tidak boleh mendadak turun -> respiratori arrest.
Klasifikasi penyakit laring3 hari batuk pilek kok
serak(laryngitis)?Patfis laryngitis dikaitkan dengan anat dan
fisiologiHistologiNasofaringSuperior kolumner pseudokompleks
bersiliaInferior : transisional (collumner kompleks
Oro,laringofaring squamos kompleksAnak : serak aja laryngitis
akutBapak : serak + sesak ca larynx9. PenatalaksanaanPenyebab :
spesifik(laryngitis tuberculosis, lues/luetika) dan non
spesifikLaryngitis akut : istirahat bicara dan bersuara 2-3 hari
(vocal rest), menghindari paparan yang dapat memperberat (rokok,
etc), lbh sering menghirup udara lembab, curiga bakteri (ab)
Penatalaksanaan akut dan kronik