TUGAS MATA KULIAH TEORI KEPERAWATAN APLIKASI TEORI KEPERAWATAN “PHILOSOPHY AND SCIENCE OF CARING” DARI JEAN WATSON DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH : AGUSTA DIAN E ATIEK MURHAYATI SITI APRILIANI TRI SUMARNI KUNTARYADI PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TUGAS MATA KULIAH
TEORI KEPERAWATAN
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
“PHILOSOPHY AND SCIENCE OF CARING” DARI JEAN WATSON
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT
DISUSUN OLEH :
AGUSTA DIAN E
ATIEK MURHAYATI
SITI APRILIANI
TRI SUMARNI
KUNTARYADI
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu dan praktik keperawatan adalah dua hal yang sangat perlu dikembangkan
oleh perawat untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang professional. Perawat
yang berada pada tingkat praktisi, peneliti atau pendidik atau pada posisi lain
diharapkan untuk dapat mengembangkan usaha penerapan teori keperawatan yang
sudah ada dalam ke dalam praktik keperawatan yang baik dan benar.
Teori keperawatan yang telah ada sebenarnya dapat membantu mengarahkan
praktik keperawatan menuju asuhan keperawatan yang lebih baik. Namun saat ini
masih kurang usaha penerapan teori keperawatan tersebut. Akibatnya praktik
keperawatan saat ini hanya lebih mengarah pada praktik yang berdasarkan order dari
medis atau praktik yang berdasarkan rutinitas semata.
Berbagai teori telah banyak dihasilkan oleh pakar keperawatan dan telah
banyak dipublikasikan dalam bentuk buku-buku. Usaha yang perlu dilakukan perawat
dalam berbagai posisi saat ini adalah mempelajari lebih mendalam dan memahami
teori yang menurut mereka lebih mudah atau dapat diterapkan dalam praktik
keperawatan. untuk membantu memberikan gamabaran dalam usaha pengembangan
teori ke dalam praktik keperawatan, pada makalah ini penulis akan berusaha
memaparkan salah satu teori keperawatan, yaitu teori dari Jean Watson tentang
“Philosophy and Science of Caring” dan penerapan teori tersebut dalam kasus di
rumah sakit.
B. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memberikan gambaran tentang teori Philosophy and Science of Caring dari Jean
Watson.
2. Memberikan contoh penerapan teori Philosophy and Science of Caring dari Jean
Watson dalam praktik keperawatan di rumah sakit.
3. Mendorong perawat untuk mengembangkan penerapan teori keperawatan dalam
praktik keperawatan.
BAB II
ISI
A. TEORI JEAN WATSON
Margaret Jean Harman Watson dilahirkan di Southern West Virginia. Setelah
menamatkan pendidikan menengah atas di West Virginia, Watson melanjutkan
pendidikan ke Lewiss – Galle School of Nursing di Roanoke, Virginia. Selanjutnya
Watson melanjutkan pendidikan B.S. di Universitas Colorado dan mengambil S2 di
bidang keperawatan psikiatrik mental di tempat yang sama. Selanjutnya Watson
menamatkan pendidikan S3 di bidang Psikologi pendidikan di universitas yang sama.
Watson telah melakukan praktik keperawatan pribadi, konsultan klinik, peneliti, anggota
fakultas dan administrator pendidikan. Watson juga sebagai penulis berbagai artikel dan
buku. Riset yang dilakukannya berada dalam area Human caring and loss. Publikasi-
publikasi yang telah dihasilkan oleh Watson merefleksikan evolusi dari teorinya tentang
caring. Tulisan-tulisannya diarahkan menuju mendidik siswa keperawatan dan memberi
mereka dasar ontologi dan epistomologi untuk praksis mereka dan petunjuk penelitian.
Dasar teori Watson dipublikasikan awalnya pada tahun 1979 dengan judul
Nursing : The Philosophy and Science of Caring. Pada publikasinya yang kedua, tahun
1985 yang dirilis ulang tahun 1988, Watson menerangkan tentang Nursing: Human
Science and Human Care. Pertentangan dalam keperawatan antara teori dan praktik sudah
lama dikenal. Untuk mengurangi dikotomi ini. Watson mengusulkan Philosophy and
Science of Caring. Watson mengarahkan caring sebagai inti dalam praktik keperawatan.
Menurut Watson, caring adalah moral ideal yang lebih dari perilaku yang berorientasi
tugas dan meliputi aspek – aspek diluar tindakan caring yang aktual sebagai hubungan
transpersonal antara perawat dan klien. Tujuannya adalah untuk melestarikan kemuliaan
manusia dan kemanusiaan dalam sistem pelayanan kesehatan. Watson percaya
keperawatan professional dikembangkan melalui kombinasi kajian ilmu dan kemanusiaan
yang dan memuncak pada proses human care antara perawat dan klien yang yang
mengutamakan waktu dan ruang serta memiliki dimensi spiritual.
Berdasarkan pandangan Watson, tujuan keperawatan adalah untuk memfasilitasi
tujuan individu yaitu derajat yang lebih tinggi dari harmoni dalam pikiran, tubuh dan jiwa
yang menciptakan pengetahuan pribadi, arahan sendiri, penyembuhan sendiri dan proses
perawatan diri ketika keragaman meningkat. Watson menjembatani perbedaan antara
teori dan praktik melalui pengembangan Center for Human Caring dan program ND di
Universitas Colorado. Kedua hal ini memberi kesempatan untuk mengintegrasikan seni,
kemanusiaan, dan sosial serta ilmu perilaku ke dalam human care dan proses
penyembuhan. Watson mengakui hasil kerja Leininger dan Gadow sebagai latar belakang
dalam bekerja. Dalam kerja selanjutnya, Watson menggunakan hasil kerja Maslow,
Heidegger, Erickson, Seyle dan Lazarus. Dalam mengembangkan kerangka kerjanya,
Watson menggambarkan dengan tajam ilmu pengerahuan dan kemanusiaan, menyediakan
orientasi fenomenologi, eksistensial dan spiritual (Tomey & Alligood, 1998).
Watson menambahkan penekanannya pada kualitas interpersonal dan
transpersonal yang kongruen, empati dan kehangatan pada pandangan Carl Rogers dan
penulis psikologi transpersonal lain. Rogers percaya bahwa dengan memahami klien akan
dapat menerima dirinya dan menuju hasil yang positif. Therapist dapat membantu melalui
mengklarifikasi dan menyatakan perasaan tentang apa yang menurut klien kurang jelas.
Untuk mencapai tujuan ini, therapist harus dapat memahami maksud, perasaan dan sikap
klien. Perhatian yang hangat dapat memfasilitasi pemahaman. Konsep lain dari teori
Rogers adalah bahwa hubungan terapeutik antara klien dan perawat lebih penting dalam
mencapai tujuan daripada menyatukan metode tradisional.
Watson percaya latar belakang seni liberal yang kuat juga penting untuk proses
asuhan yang holistik bagi klien. Watson percaya kajian tentang kemanusiaan dapat
mengembangkan pikiran dan meningkatkan kemampuan berpikir dan pertumbuhan
personal (Tomey & Alligood, 1998). Watson membandingkan status keperawatan saat itu
dengan mitos Danaides, yang mengisi panci yang rusak dengan air hanya untuk melihat
aliran air di tempat yang rusak. Sampai keperawatan menghubungkan teori dan praktik
melalui kombinasi kajian ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, dia percaya kerusakan
yang sama dapat diterangkan dalam dasar ilmiah dari ilmu keperawatan. Sebelas faktor
kuratif dari Yalom menstimulasi Watson untuk berpikir tentang psikodinamik dan
komponen manusia yang dapat diterapkan dalam keperawatan dan caring, dan hasilnya
sepuluh karatif faktor. Hasil kerja Watson dinamakan uraian, model konseptual, kerangka
kerja dan teori.
Pada bab ini penggunaan istilah teori dan kerangka kerja dapat saling
menggantikan. Watson mendasarkan teorinya untuk praktik keperawatan dalam sepuluh
faktor karatif. Masing – masing memilki komponen dinamika fenomena dinamik yang
relatif terhadap individu dalam hubungan yang didorong oleh keperawatan. Tiga faktor
interdependen pertama menyediakan dasar filosofi untuk ilmu caring.
Sepuluh faktor karatif itu adalah :
1. Pembentukan nilai – nilai sistem humanistik – altruistik. Nilai – nilai humanistik –
altruistik dipelajari sejak awal dalam hidup tapi dapat dipengaruhi oleh perawat
pendidik. Faktor ini dapat dijelaskan sebagai kepuasan melalui pemberian dan
perluasan rasa diri. Sistem nilai ini dimediasi oleh pengalaman hidup, belajar, dan
terpapar dengan kemanusiaan. Watson menduga bahwa caring didasarkan pada nilai
humanistik dan perilaku altruistik yang dapat dikembangkan melalui latihan melihat
pandangan diri seseorang, keyakinan, interaksi dengan berbagai budaya, dan
pengalaman tumbuh seseorang. Semuanya penting untuk kedewasaan perawat
sendiri, yang akan meningkatkan perilaku altruistik kepada yang lain.
2. Pemantapan harapan kepercayaan. Faktor ini bersama nilai humanistik – altruistik
memfasilitasi peningkatan asuhan keperawatan yang holistik dan kesehatan positif
dalam populasi klien. Ini juga menjelaskan tentang peran perawat dalam
pengembangan hubungan perawat – klien yang efektif dan dalam peningkatan
kesejahteraan dengan membantu klien mengadopsi perilaku mencari kesehatan.
3. Penanaman sensitifitas terhadap diri sesorang dan terhadap orang lain. Pengakuan
terhadap perasaan mengarahkan ke aktualisasi diri melalui penerimaan diri untuk
klien dan perawat. Jika perawat mengakui sensitifitas dan perasaannya, mereka
menjadi lebih sejati, autentik dan sensitif terhadap orang lain.
4. Pengembangan hubungan percaya-membantu. Perkembangan hubungan percaya -
membantu antara perawat dan klien penting untuk caring transpersonal. Hubungan
saling percaya dapat meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan
negatif. Ini melibatkan kongruen, empati, kehangatan yang tidak posesif, dan
komunikasi efektif. Kongruen melibatkan kenyataan, jujur, sejati dan autentik.
Empati adalah kemampuan menunjukkan dan sehingga memahami persepsi dan
perasaan orang lain dan mengkomunikasikan semua pemahamannya. Kehangatan
yang tidak posesif ditunjukkan dengan volume bicara yang sedang, rileks, mimik
terbuka, ekspresi wajah yang kongruen dengan komunikasi. Komunikasi efektif
adalah komponen kognitif, afektif, dan respon perilaku.
5. Peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif dan negatif. Berbagi perasaan
adalah pengalaman mengambil risiko untuk klien dan perawat. Perawat harus
mempersiapkan diri untuk perasaan positif dan negatif. Perawat harus mengakui
bahwa pemahaman intelektual dan emosional terhadap situasi berbeda – beda.
6. Penggunaan secara sistematik metode penyelesaian masalah ilmiah dalam
pengambilan keputusan. Penggunaan proses keperawatan membawa penyelesaian
masalah secara ilmiah ke dalam asuhan keperawatan, menghapus kesan tradisional
bahwa perawat sebagai pembantu dokter. Proses keperawatan sama untuk proses riset
yang sistematik dan terorganisir. Tanpa menggunakan metode penyelesaian masalah
secara sistematik, praktik yang efektif adalah kecelakaan jika baik dan bahaya jika
buruk. Metode penyelesaian masalah yang ilmiah hanya satu-satunya cara yang
mengijinkan untuk mengontrol dan memprediksi serta melakukan koreksi diri
sendiri.
7. Peningkatan belajar – mengajar interpersonal. Faktor ini adalah konsep penting untuk
keperawatan yang memisahkan caring dan curing. Hal ini mengijinkan klien
diinformasikan dan memindahkan tanggung jawab untuk kesejahteraan seseorang
dan kesehatan klien. Perawat memfasilitasi proses ini dengan teknik belajar –
mengajar yang didesain untuk membantu klien memberi perawatan diri sendiri,
menentukan kebutuhan personal, dan memberi kesempatan untuk pertumbuhan
personal mereka.
8. Menyediakan dukungan, perlindungan, dan atau korektif mental, fisik, sosiokultural,
dan lingkungan spiritual. Perawat harus mengakui pengaruh lingkungan internal dan
eksternal pada kesehatan penyakit individual. Konsep relevan dengan lingkungan
internal meliputi kesehatan mental dan spiritual, dan keyakinan sosiokultural
individu. Tambahan individual variabel epidemiologi meliputi kenyamanan, privasi,
keamanan, dan kebersihan serta lingkungan yang estetik.
9. Membantu dengan pemuasan kebutuhan manusia. Perawat mengakui kebutuhan
biofisik, psikofisik, psikososial, dan intrapersonal dirinya dan klien. Klien harus
memuaskan kebutuhan yang lebih rendah sebelum berusaha memenuhi kebutuhan
yang lebih tinggi.
Adapun urutan derajat kebutuhan menurut Watson yaitu:
a. Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan biofisik) →kebutuhan bertahan
hidup
kebutuhan makan dan minum, kebutuhan eliminasi, kebutuhan ventilasi
b. Kebutuhan derajat lebih rendah (kebutuhan psikofisik)→kebutuhan fungsional
dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 10 gr/dl,
Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan albumin diperiksa dengan hasil
3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB paru.
Proses keperawatan menurut teori Watson untuk kasus Ny. S adalah :
Proses Keperawatan Aplikasi Teori
Pengkajian
Kebutuhan derajat lebih rendah
(Biofisik) Bagaimana Ny. S melihat dirinya?Apakah tinggi badan, berat badan, hasil
pemeriksaan fisik Ny. S normal?Apakah Ny. S cukup makan dan minum untuk
mempertahankan kondisi tubuh yang normal?Apakah pola eliminasi dan pernafasan Ny. S
normal?
Kebutuhan derajat lebih rendah
(Psikofisik) Apakah citra tubuh Ny. S positif?Apakah dia berpartisipasi dalam aktifitas
yang biasa pada seusianya?apakah evaluasi hasil nilai lab dalam batas normal?Bagaimana
kehidupan seksualitasnya?
Kebutuhan derajat lebih tinggi
(Psikososial) Apakah hubungan Ny. S dengan sesama memuaskan?Apakah kondisi
kurang mampu membuatnya terhambat?Apakah lingkungannya memfasilitasi
pertumbuhan dirinya?Apakah dia merasa dicintai dan mencintai?
Kebutuhan derajat lebih tinggi
(Intrapersonal) Bagaimana perasaan Ny. S tentang dirinya?Apakah Ny. S menyukai
dunianya? Apakah Ny. S merasa mencapai tujuannya?
Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret
yang tebal dan kental, usaha batuk efektif lemah.
Perencanaan dan Implementasi
Penggunaaan faktor karatif Membangun lingkungan caring melalui Pemahaman empatik.
Membangun hubungan saling melalui mendorong ekspresi perasaan tentang kondisi
tubuhnya. Gunakan kehangatan, empati, keserasian dalam membangun komunikasi
terbuka. Tingkatkan pengajaran interpersonal dengan melibatkan klien dalam
perencanaan tindakan. Ajarkan klien bagaimana menghadapi konflik atau masalah.
Fasilitasi hubungan dengan masyarakat dengan meningkatkan otonomi. Bantu
mengekspesikan pandangan. kehidupan seksualitasnya. Dorong klien mengkaji interaksi
sosialnya dan mengembangkan kepuasan diri. Penekanan pada kepuasan diri lebih dari
sekedar kesempurnaan diri. Kaji fungsi respirasi, seperti suara nafas, rate, irama,
kedalaman dan penggunaan otot pernafasan. Catat kemampuan batuk efektif, karakter,
jumlah sputum, adanya hemoptisis. Tempatkan klien pada posisi semi fowler. Kaji klien
dengan latihan batuk dan nafas dalam. Keluarkan sekret dari mulut dan trakea. Suction
jika perlu. Pertahankan intake cairan 2500 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi.
Kolaborasi: beri udara/oksigen yang dilembabkan. Beri obat-obatan sesuai indikasi.
seperti mukolitik, bronkodilator. Siapkan atau Bantu dengan intubasi darurat.
Evaluasi Apakah hubungan saling percaya telah tercapai? Apakah Ny. S telah
menunjukkan tanda-tanda normal dalam area yang dikaji, biofisik, psikofisik, psikososial,
intrapersonal?
Apakah Ny. S telah belajar usaha untuk dapat menjalani hidup dengan sukses? Kriteria
evaluasi, jalan nafas paten, sekret dikeluarkan tanpa bantuan, menunjukkan perilaku
mempertahankan jalan nafas yang bersih, berpartisipasi dalam perawatan sesuai
kemampuan, mengidentifikasi komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu kelemahan teori Watson menurut
George (1995) adalah lebih menekankan pada kebutuhan psiksosial. Sebenarnya perawat
juga perlu memahami kebutuhan psiksosial klien, karena selama ini lebih perawat lebih
banyak berfokus hanya kepada kebutuhan biofisik klien. Meskipun demikian dalam teori
Watson juga terdapat pengkajian kebutuhan biofisik dan penyelesaian masalah dalam hal
pemuasan kebutuhan semua aspek termasuk biofisik. Namun untuk lebih saling
menguatkan, salah satu cara untuk menutupi kelemahan teori Watson ini dalam penerapan
teori ini di dalam praktik adalah dengan mengkombinasikan atau memodifikasi teori ini
dengan konsep atau teori lain yang lebih menekankan pada kebutuhan biofisik dan
kebutuhan lain sehingga dapat saling mengisi dan melengkapi. Setiap ahli teori memiliki
penekanan tersendiri dalam teori yang disampaikannya sesuai dengan latar belakang
kelimuan dan pengalamannya.. Penjelasan lebih rinci dalam penerapan teori Watson
untuk kasus diatas akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISIS PENERAPAN TEORI
Teori Watson lebih menekankan caring dalam praktik keperawatan. Watson
percaya caring adalah inti dari praktik keperawatan. Selain itu Watson juga menekankan
bahwa praktik perawat yang professional adalah praktik yang menggabungkan ilmu, seni,
nilai kemanusiaan dan human care. Pada penerapan teori Watson pada kasus diatas semua
faktor ini berusaha untuk digabungkan dan diselaraskan dalam bentuk proses keperawatan
yang holistik.
Pada pengkajian terdapat empat derajat kebutuhan yang digunakan dalam teori
Watson. Pada kasus diatas, untuk kebutuhan derajat lebih rendah berupa kebutuhan
biofisik yang perlu dikaji dari klien adalah yang berhubungan dengan kebutuhan untuk
mempertahankan kehidupan yang berkaitan dengan makan, minum, eliminasi dan
ventilasi. Untuk itu perlu dikaji bagaimana klien memandang kondisi badannya, berapa
berat badan, tinggi badan, apakah seimbang keduanya. Perawat perlu melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh pada tubuh klien ,meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi pada berbagai sistem tubuh. Pemeriksaan fisik head to toe perlu dituntaskan.
Selain itu perawat perlu mengkaji pola makan dan minum klien, apakah asupan makan
klien cukup gizi, apakah asupan cairan klien cukup dan sesuai untuk berat badan dan
usianya. Perlu juga diketahui pola eliminasi dan respirasi klien, keluhan-keluhan terhadap
sistem-sistem tubuh klien perlu diketahui perawat. Perawat juga perlu mendapat informasi
yang cukup tentang kondisi di rumah dan lingkungan yang terkait dan mempengaruhi
fungsi fisiologis atau biofisik dari semua unsur tubuh klien.
Perawat memerlukan ilmu yang memadai untuk menilai apakah hasil pemeriksaan
yang telah dilakukannya terhadap klien menunjukkan hasil normal atau tidak. Disinilah
pentingnya perawat memiliki ilmu keperawatan yang tinggi dan analisis yang tajam.
Perawat harus memahami bahwa hubungan perawat-klien yang saling percaya dan
membantu perlu dikembangkan sejak kontak awal dengan klien. Perawat harus
menujukkan sikap caring sedini mungkin kepada klien. pada kasus diatas klien adalah
lansia, sehingga perawat perlu memahami konsep dasar tentang lansia dan kondisinya
supaya dapat melakukan pengkajan dengan lancar dan tepat.
Pengkajian selanjutnya berupa pengkajian kebutuhan derajat lebih rendah berupa
kebutuhan psikofisik. Kebutuhan ini menggambarkan kebutuhan fungsional dari diri klien
meliputi kebutuhan aktifitas-inaktifitas dan kebutuhan seksualitas. Pengkajian yang perlu
dilakukan pada bagian ini meliputi pandangan klien terhadap citra dirinya, apakah klien
berpartisipasi dalam aktifitas sesuai dengan usianya dan apakah hasil laboratorium
menunjukkan hasil yang normal atau tidak. Bagaimana pandangan dan kondisi kehidupan
seksualitas klien. Juga perlu dikaji keterbatasan klien dalam melakukan aktifitas sesuai
usianya, apa yang telah dan dapat dilakukannya dan apa yang belum atau tidak dapat
dilakukannya.
Pada pengkajian kebutuhan derajat lebih tinggi yaitu kebutuhan psikososial, yang
perlu dikaji perawat berdasarkan teori Watson adalah yang terkait dengan kebutuhan
fungsional. Perawat yang bertugas merawat klien diatas perlu mengkaji apakah hubungan
klien dengan rekan seusianya memuaskan, apakah sesak nafas yang dialami menghambat
hidupnya. Selain itu apakah lingkungan sekitarnya memfasilitasi dirinya untuk menjalani
hidup dan mencapai tujuan serta dapat bergabung dengan lingkungan itu. Perlu juga dikaji
apakah klien merasa dapat mencintai dan dicintai.
Pada pengkajian kebutuhan derajat yang tertinggi menurut Watson yaitu
kebutuhan aktualisasi diri perawat perlu mengkaji bagaimana perasaan klien terhadap
dirinya, apakah klien menyukai dunia yang dijalaninya, dan apakah klien telah merasa
mencapai tujuan dirinya. Pada intinya pengkajian bagian ini ingin melihat sejauh mana
klien memandang dirinya telah atau belum mencapai aktualisasi diri dalam hidupnya.
Pada kasus diatas klien termasuk usia lansia yang mungkin memiliki pandangan
aktualisasi diri yang berbeda dengan klien yang lebih muda. Sekali lagi, diperlukan
pengetahuan perawat yang memadai dalam memandang dan menghadapi berbagai
keragaman klien sebagai makhluk yang unik.
Menurut Watson, setelah dilakukan pengkajian kemudian dibuat perencanaan dan
dilakukan implementasi dari rencana yang telah dibuat. Hasil pengkajian dianalisa untuk
kemudian dibuat perencanaan yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Dari hasil pengkajian menyeluruh terhadap klien pada kasus diatas yaitu Ny.
S dapat dirumuskan salah satu diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan sekret yang tebal dan kental, usaha, batuk efektif lemah.
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, kemudian disusun rencana asuhan
keperawatan. Pada kasus ini, rencana asuhan keperawatan dikombinasikan antara rencana
tindakan berdasarkan teori Watson yang lebih menekankan pada aspek psikologis dan
rencana tindakan yang lebih menekankan pada biofisik yang diambil dari buku rencana
asuhan keperawatan Doenges dkk (1993). Untuk dapat menerapkan teori Watson dengan
efektif dan tepat, sepuluh faktor karatif dan asumsi Watson terhadap caring perlu menjadi
landasan yang kuat dalam impelementasi rencana asuhan keperawatan tersebut. Rincian
rencana keperawatan seperti yang telah dijabarkan pada proses keperawatan pada kasus
tersebut.
Setelah rencana tindakan diimplementasikan kemudian dilakukan evaluasi
terhadap hasil implementasi yang dilakukan perawat tersebut. Untuk mengevaluasi
ditetapkan kriteria evalusi dan hal-hal apa saja yang akan dievalusi. Hasil evalusi
selanjutnya akan dijadikan masukan untuk membuat perencanaan berikutnya. Dari hasil
evaluasi ini bisa saja timbul rencana baru atau melanjutkan rencana sebelumnya. Ini
tergantung hasil evaluasi yang dilakukan perawat.
Hal penting yang perlu dipahamai dalam menerapkan teori Watson dalam praktik
keperawatan di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lain adalah perlunya
kerjasama dari berbagai unsur dalam insitusi tersebut. Misalnya dalam membuat formulir
pengkajian, perencanaan dan implementasi dan evaluasi harus disesuaikan dengan yang
dipaparkan dalam teori Watson. Untuk itu perlu diskusi dan persamaan persepsi tentang
cara mengaplikasikan teori ini. Selain itu, seperti yang telah disampaikan sebelumnya,
sebaiknya penerapan teori ini juga dikombinasikan atau dimodifikasi dengan teori lain
sehingga akan menghasilkan bentuk aplikasi teori dalam praktik keperawatan yang lebih
komprehensif dan saling mengisi dan melengkapi kekurangan dari teori yang digunakan.
Perlu diketahui bahwa setiap ahli keperawatan yang menghasilkan teori keperawatan,
memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman serta kecenderungan yang berbeda-
beda sehingga teori yang dihasilkan juga akan cenderung pada latar belakang para ahli itu
masing-masing. Seperti teori Watson ini lebih menekankan pada aspek psikologis karena
Watson memiliki latar belakang pendidikan yang lebih kuat pada bidang keperawatan
psikologis-mental sehingga jika teorinya lebih menekankan pada aspek psikologis
keperawatan. Oleh karena itu perawat harus membiasakan diri untuk berdiskusi bersama
rekan sejawat dan bila perlu melibatkan para pakar untuk menentukan teori apa yang baik
dan sesuai untuk diterapkan, sesuai dengan kondisi dan situasi institusi pelayanan tempat
perawat tersebut bekerja.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya semua teori keperawatan yang telah diciptakan oleh para pakar
keperawatan adalah hasil yang baik karena telah melalui tahap-tahap metode ilmiah yang
sistematis. Teori yang mereka hasilkan juga telah melaui suatu proses panjang untuk
dapat diakui oleh komunitas keperawatan di seluruh dunia sebagai bagian dari teori
keperawatan. Hal yang perlu dilakukan oleh komunitas perawat terutama perawat di
Indonesia adalah terus berusaha menerapkan teori yang telah ada dalam praktik
keperawatan. Praktik keperawatan yang baik dan professional hanya praktik yang
didasarkan pada nilai-nilai perawat professional yang salah satunya tercermin dalam teori
keperawatan. Untuk itu salah satu cara meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan
keperawatan adalah dengan menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori
keperawatan, bukan praktik yang berdasarkan perintah atau order dokter, atau praktik
keperawatan yang hanya berdasarkan rutinitas semata. Inilah yang dinamakan Evidence
based practice, yang menjadi salah satu kunci berhasilnya perkembangan keperawatan di
luar negeri.
Jean Watson telah memberikan salah satu pilihan bagi perawat di Indonesia untuk
mulai menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori dengan menciptkan teori
yang telah diakui komunitas perawat di dunia, yaitu “Philosophy and Science of Caring”.
Sekarang semua kembali kepada diri perawat sendiri, apakah sudah siap dan mulai
berpikir untuk menerapkan teori yang telah ada di instistusinya. Kerjasama dan dukungan
dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menjadikan praktik keperawatan yang
professional dan berkualitas dapat diwujudkan.
B. SARAN
1. Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk
meningkatkan pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat.
2. Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi, institusi
pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik keperawatan yang
berdasarkan teori dapat diwujudkan.
3. Perlu adanya wadah atau forum diskusi bagi perawat di masing-masing institusi
pelayanan atau komunitas perawat terdekat untuk bertukar pikiran tentang cara dan
bagaimana praktik keperawatan yang berdasarkan teori atau evidence based practice
dapat diwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E., Marilynn. et al. (1993). Nursing Care Plans. Guidelines for Planning and Documenting Patient Care. (3th ed). Philadelphia : F.A. Davis Company.
Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge : Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories. (2nd ed). Philadelphia : F.A Davis Company.
George, Julia B. (1995). Nursing Theories. The Base for Professional Nursing Practice. (4th ed). Connecticut : Appleton & Lange.
Kozier.B, Erb.G, Blais.K. (1997). Professional Nursing Practice Concepts and Perspective. (3th ed). California : Addison Wesley Longman,Inc.
Leddy Susan.K.L. (1998). Conceptual Bases of Professional Nursing. ( 4th ed). Philadelphia : Lippincot – Raven Publisher.
Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha R. (1998). Nursing Theorists and TheirWork. (4th ed). St Louis : Mosby-Year book Inc.