1 APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) DENGAN MENGGUNAKAN STIMULASI KECERDASAN KINESTETIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) ANAK TUNADAKSA DI SDLB D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Disusun oleh: Marlina K 5105017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
80
Embed
APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING …/Aplikasi... · Activity Daily Living ... Rencana Program Pengajaran (RPP) ... Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING (BERMAIN
PERAN) DENGAN MENGGUNAKAN STIMULASI KECERDASAN
KINESTETIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ACTIVITY
DAILY LIVING (ADL) ANAK TUNADAKSA DI SDLB D YPAC
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi
Disusun oleh:
Marlina
K 5105017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING (BERMAIN
PERAN) DENGAN MENGGUNAKAN STIMULASI KECERDASAN
KINESTETIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ACTIVITY
DAILY LIVING (ADL) ANAK TUNADAKSA DI SDLB D YPAC
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Disusun oleh:
Marlina
K 5105017
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
3
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Abdul Salim Choiri, M.Kes. NIP. 19570901 198203 1 002
Pembimbing II
Drs.Hermawan, Msi. NIP. 19590818 198603 1 002
4
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. R.Indianto, M.Pd ...................... Sekretaris : Drs. Maryadi, M.Ag ........................ Anggota I : Drs. Abdul Salim Chori, M.Kes ....................... Anggota II : Drs. Hermawan, M.Si ........................ Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. H. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727198702 1 001
5
ABSTRAK
Marlina.K 5105017. APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) DENGAN MENGGUNAKAN STIMULASI KECERDASAN KINESTETIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) ANAK TUNADAKSA SDLB D YPAC, SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2010.
Keterampilan ADL (Activity Daily Living) bukan merupakan materi pelajaran akan tetapi merupakan materi keterampilan yang mempunyai tujuan untuk membiasakan kemampuan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga dalam proses pembelajarannya pun tidak didominasi dengan ceramah seperti mata pelajaran semestinya akan tetapi diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat bagi anak tunadaksa agar materi tersebut dapat diajarkan dan dapat memotivasi siswa dalam belajar keterampilan ADL (Activity Daily Living) sehingga kemampuan ADL-nya pun meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan Activity Daily Living (ADL) Anak Tunadaksa di SDLB D YPAC Surakarta setelah mengaplikasikan model pembelajaran role playing (bermain peran) dengan menggunakan stimulasi kecerdasan kinestetik.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain one group pretest-posttest. Populasi adalah seluruh siswa kelas III SDLB D YPAC Surakarta yang berjumlah 5 orang anak. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan sampel karena jumlah populasi kecil sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis statistik non parametrik yaitu Wilcoxon Signed Rank Tes, dengan bantuan program SPSS 13.
Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat diperoleh nilai Z hitung = -2, 032 dengan probabilitas 0,042 yang berarti Ho ditolak dan Ha yang berbunyi “Aplikasi Model Pembelajaran Role Playing (bermain peran) dengan menggunakan stimulasi kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan kemampuan Activity Daily Living (ADL) Anak Tunadaksa di SDLB D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 dapat diterima kebenarannya pada taraf signifikan 5 % ( = 0,05). Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Aplikasi Model Pembelajaran Role Playing (bermain peran) dengan Menggunakan Stimulasi Kecerdasan Kinestetik untuk Meningkatkan Kemampuan ADL (Activity Daily Living) Anak Tunadaksa SDLB D YPAC, Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 “adalah signifikan.
6
MOTTO
Rasululloh saw,bersabda,
” Barangsiapa diantara kamu yang mampu memberikan manfaat kepada
saudaranya, maka hendaklah ia bersegera memberikan manfaat kepadanya.”
(Terjemahan Hadist yang diriwayatkan Muslim dari Jabir ra.)
7
PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan
Kepada:
1. Bapak dan Alm. Ibu tercinta, atas curahan kasih
sayang dan doa tulus dari kalian.
2. Keluarga Besarku Mbak Eni, Mas Agus, Mas Edi,
Mbak Srinur dan dik Ami yang selalu memberi
dukungan dan selalu menemaniku setiap saat.
3. ”Guru spiritualku” dan teman-teman pengajianku
yang selalu mewarnai hari-hariku dan menemani
proses pembelajaran dalam hidupku.
4. Sahabatku tersayang Uni dan mbak Tari yang selalu
membersamaiku dan membantuku.
5. Saudara-saudaraku seperjuangan di kampus
6. Saudara-saudaraku di KAMMI Daerah Solo
7. Almamaterku
8
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ’alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat
terselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
dalam melakukan penelitian;
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Prof.Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan
izin dalam melakukan penelitian;
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin
dalam melakukan penelitian;
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;
5. Ketua Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.
Abdul Salim Choiri, M.Kes dan sekaligus Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dalam proses bimbingan dalam penyusunan skripsi penulis;
6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs..
Maryadi, M.Ag
7. Drs. Hermawan, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan skripsi;
9
8. Endang S.Pd, Kepala Sekolah SLB D YPAC Surakarta yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian di sekolah ini
9. Seluruh bapak dan ibu guru SLB D YPAC Ibu Anik Wienarsih SPd yang telah
ikut bekerjasama dengan peneliti selama pelaksanaan penelitian;
10. Siswa kelas III SDLB D YPAC Surakarta yang telah membantu pelasanaan
penelitian;
11. Keluarga besarku (mbak Eni, mas Joko, mas Agus, mbak Alfi, mas Edi, mbak
Lina) dan keponakan-keponakanku (Abil, Sandhi, Hany, Fara) yang selalu
2009) Tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu disebabkan
gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi karena tidak
berfungsi dengan normal.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tunadaksa
merupakan cacat fisik yang disebabkan karena gangguan bentuk atau hambatan
pada tulang, sendi, otot yang dapat mempengaruhi organ motorik sehingga anak
tersebut sulit melakukan sosialisasi dengan lingkungan.
b. Klasifikasi dan jenis Anak Tunadaksa
Menurut Musjafak Assjari (1995: 61) penggolongan anak tunadaksa dapat
dilihat dari segi: 1) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan 2) sistem
kelainan yang terdapat pada anak tunadaksa.
Menurut Salim Choiri (1995: 33) klasifikasi anak tunadaksa dilihat dari
faktor-faktor penyebab kelainan, dibedakan atas :
a) Cacat bawaan (congenital abnormalities) Cacat bawaan ini terjadi pada saat anak dalam kandungan (pra-natal)
atau kecacatan terjadi pada saat anak dilahirkan. b) Infeksi Infeksi ini dapat disebabkan karena kelainan pada anggota gerak atau
bagian tubuh lainnya. Kelainan ini bersifat sekunder karena merupakan akibat dari adanya infeksi. Misalnya : poliomyelitis.
c) Gangguan metabolisme Gangguan metabolisme dapat terjadi pada bayi dan anak-anak
disebabkan faktor gizi (nutrisi), sehingga mempengaruhi perkembangan tubuh dan mengakibatkan kelaianan pada sisitem ortopedis dan fungsi intelektual.
d) Kecelakaan Kecelakaan atau istilah lain disebutnya dengan trauma dapat
mengakibatkan kelainan ortopedi berupa kelainan koordinasi, mobilisasi atau kelainan yang lain tergantung akibat dari kecelakaan tersebut.
e) Penyakit yang progresif Anak tunadaksa dapat terjadi karena penyakit yang progresi yang
diperoleh melalui genetik (keturunan) atau karena penyakit. Misalnya DMP (dystrophia musculus progressiva).
23
f) Tuna daksa yang tidak diketahui penyebabnya. Kelainan tunadaksa jenis terakhir ini sulit untuk dideteksi faktor-faktor apa yang menyebabkan mereka menjadi tuna daksa, karena sangat sulitnya mendeteksi faktor penyebab kelainannya maka mereka dikelompokkan ke dalam jenis yang tidak diketahui sebab-sebabnya.
Menurut Salim Choiri (1995: 35) Klasifikasi anak tunadaksa dilihat dari
sistem kelainannya, yaitu :
a. Kelainan pada sistem serebral (serebral system disorder) b. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system) c. Kelainan karena bawaan (congenital deformities)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak
tunadaksa mempunyai kelainan yang beraneka ragam sesuai dengan faktor
penyebabnya dan sistem kelainan yang terdapat pada anak tunadaksa tersebut.
c. Faktor Penyebab Anak Tunadaksa
Menurut Ahmad Toha Muslim & Sigiarmin (2007: 6) Kelainan kelainan
pada anak tunadaksa disebabkan karena sebab-sebab yang terjadi pada saat
sebelum kelahiran (dalam kandungan), saat kelahiran dan setelah kelahiran.
Menurut Ari dalam (Ari.LiteraturTunadaksa.2005.http
//www.epsikologi.com/januari.26april2009) dilihat dari saat terjadinya kerusakan
otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir, seperti
sebagai berikut:
1) Sebab-sebab sebelum Lahir (Fase Prenatal)
Pada fase ini, kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan,
kerusakan disebabkan oleh:
a) Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga
menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, sypilis,
rubela, dan typhus abdominolis.
b) Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat
tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c) Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi
sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
24
d) Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat
mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya
ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan
mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.
2) Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan
antara lain:
a) Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil
sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen
menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi,
akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan
b) Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami
kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
c) Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena
operasi dan menggunakan anestesim yang melebihi dosis dapat
mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami
kelainan struktur ataupun fungsinya.
3) Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal)
Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa
perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang
dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah
a) Kecelakaan/trauma
b) kepala, amputasi.
c) Infeksi penyakit yang menyerang otak
d) Anoxia/hipoxia.
Kirk, 1962 dalam Muljono Abdurracman dan.Sudjadi S (1995: 95) sebab-
sebab cerebral palsy sama dengan sebab-sebab dari beberapa bentuk retardasi
mental, yaitu sebabgai berikut:
1) Kondisi sebelum lahir Dalam kategori ini dijumpai (a) kondisi-kondisi genetic atau
warisan/keturunan, (b) kondisi selama dalam kandungan yang menimbulkan suatu kerusakan pada sistem susunan saraf pusat anak.
25
Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan selama periode sebelum lahir tercakup (a) anoxia sebelum lahir, misalnya pemisahan plasenta (ari-ari) yang terlalu prematur, ibu kekurangan darah, kondisi jantung yang lemah, ada usaha untuk menggugurkan: b) gangguan metabolik pada ibu dan (c) faktor Rh.
2) Kondisi perinatal Salah satu sebab adalah luka pada saat lahir. Ada kesukaran dengan
tali plasenta yang dapat mengurangi suplai oksigen pada bayi sehingga dapat menyababkan anoxia. Faktor mekanis lainnya seperti kelahiran sungsang, cara memegang belakang kepala yang salah dan pendarahan di optak pada saat lahir.
3) Kondisi setelah lahir Penyakit yang di derita pada masa kenak-kanak seperti meningitis,
encephalitis (radang otak), influenza, demam yang tinggi karena tipus, kepala yang luka karena kecelakaan, keracunan atau tercekik.
Dari Beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyebab
tunadaksa ada beberapa macam yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak
hingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut disebabkan pada waktu sebelum
kelahiran, saat kelahiran dan setelah kelahiran. Kerusakan tersebut ada yang
terletak dijaringan otak, dan jaringan sumsum tulang belakang.
d. Karakteristik dan Masalah Anak Tunadaksa
Menurut Ari dalam (Ari. Literatur Tunadaksa. http ://www.epsikologi
.com/januari.26april2009) karakteristik anak Tunadaksa derajat keturunan akan
mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan
untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak
tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan
itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan
kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa
cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari
lingkungan.
Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi
anak tunadaksa antara lain:
a) Kelainan perkembangan/intelektual
26
b) Gangguan pendengaran
c) Gangguan penglihatan.
d) Gangguan taktik dan kinestetik
e) Gangguan persepsi
f) Gangguan emosi
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pada anak tunadaksa beraneka ragam sesuai dengan tingkat kecacatannya. Dengan
karakteristik yang ada pada anak Tunadaksa tersebut akan menimbulkan beberapa
masalah dan gangguan fisik maupun gangguan fungsi.
d. Dampak Anak Tunadaksa
Menurut Ahmad Toha Muslim & Sigiarmin (2007: 7-9) seorang anak
tunadaksa akan mengalami masalah-masalah yang dihadapi karena dampak dari
kecacatannya, yaitu sebagai berikut:
a) Masalah fisik Masalah fisik dapat berupa kelumpuhan anggota gerak atas, anggota gerak bawah atau pada otot-otot penegak tulang punggung. Kelumpuhan ini dapat sebagian atau dapat keseluruhan. Kaku sendi (kontraktur) yaitu sendi tidak dapat digerakkan, ditekuk atau diluruskan sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini disebabkan jaringan ikat sekitar sendi menjadi padat atau hilang sifat kerenggangannya dan disertai otot memendek. Perubahan bentuk, juga merupakan masalah fisik yang dihadapi anak tunadaksa, seperti pada panggul dapat menunjukkan keadaan yang tidak serasi letak salah satu sisi dengan sisi yang lainnya tidak seimbang. Selain itu, perubahan bentuk juga terjadi juga pada tulang punggung, seperti perubahan bentuk ke samping (skoliosis), ke belakang (kifosis) dan ke depan (lordosis).
b) Masalah gangguan fungsi dapat berupa: 1) Gangguan fungsi mobilisasi, mulai dari gangguan berguling,
merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan. Ini merupakan gangguan fungsi utama kaki.
2) Gangguan mobilisasi meraih, memegang atau menggenggam fungsi
tangan. 3) Gangguan fungsi mental yaitu menghadapi masalah penyesuaian
pendidikan, maupun penyesuaian sosial. Untuk itu perlu ada upaya
27
khusus dalam kegiatan-kegiatan yang memerlukan kemampuan mental agar tercapai pengembangan potensi yang sesuai.
4) Gangguan kemampuan kegiatran fisik sehari-hari, dapat berupa
gangguan komunikasi, menolong diri sendiri, maupun mengikuti kegiatan hidupnya sehari-hari.
Dari uraian pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyebab tuna
daksa dapat menimbulkan kerusakan sistem gerak pada anak hingga menjadi tuna
daksa. Sehingga, menimbulkan beberapa masalah dan gangguan fisik maupun
gangguam fungsi.
e. Kebutuhan kehidupan anak tunadaksa
Kebutuhan-kebutuhan anak tunadaksa menurut Ahmad Toha Muslim &
Sigiarmin (2007: 7-9) adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan komunikasi Kebutuhan komunikasi secara lisan, tulisan maupun menggunakan isyarat merupakan prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan anak tuna dkasa. Untuk hal ini perlu pelatiahan dari ahli terapi wicara (speech terapi), supaya anak tunadaksa yang mengalai gangguan ini dapat berkomunikasi selama mengikuti kegiatan sehari-hari, mengikuti pendidikan dan pekerjaan.
2) Kebutuhan mobilisasi Kebutuhan mobilisasi meliputi serangkaian gerakan dari berguling, telungkap, merangkak, duduk, berdiri dan jalan menempuh jarak tertentu(ambulasi), juga memiliki kemampuan pindah dari tempat satu ke tempat yang lainnya, seperti dari tempat tidur ke kursi (transfer).
3) Kebutuhan memelihara diri sendiri (activity daily living/ADL)
Kebutuhan memelihara diri sendiri erat hubungannya dengan kemampuan fungsi tangan. Hilangnya salah satu atau lebih kemampuan fungsi gerak tubuh bagian atas yang diakibatkan kelemahan otot atau kaki sendi, menyebabkan terganggunya kemampauan memelihara diri sendiri, seperti makan, minum, mandi, berpakaian.
4) Kebutuhan sosial Secara garis besar kebutuhan sosial ini bukan hanya menyangkut kebutuhan materi, tetapi yang terutama adalah sikap dan perhatian keluarga dan lingkunan terhadap anak tunadaksa yang dapat mendorong yang bersangkutan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya. Tidak
28
adanya perhatian baik moril maupun materi akan mengahambat tercapainya hasil usaha rehabilitasi yang dilaksanakan.
5) Kebutuhan psikologis Setiap kecacatan menyebabkan satu trauma psikis baik yang mengalaminya maupun bagi keluarganya. Reaksi yang timbul dapat berupa tidak mau menerima kenyataan atau menghindari kenyataan seolah-olah tidah ada masalah. Akibat sikap tersebut maka hilanglah dorongan berusaha untuk mengatasi masalahnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis melalui konsultasi dengan psikolog merupakan usha untuk mengubah sikap di atas dan diharapkan anak tunadaksa menerima kenyataan dan mau berusaha sabagaiman mestinya.
6) Kebutuhan Pendidikan Bagi anak tunadaksa yang memiliki kemapuan mengikuti pendidikan, penyaluran ke pendidikan umum atau khusus merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan. Sasaran yang dituju dari pendidikan ini adalah secara maksimal mencapai tingkat perguruan tinggi dan yang terendah mencapai tingkat kemampuan keterampilan atau minimal mampu memelihara diri sendiri.
7) Kebutuhan kekaryaan Kebutuhan kekearyaan meliputi baiak yang belum maupaun yang sudah pernah bekerja. Bagi yang sudah bekerja mengembalikan secara maksimal kepada funsi tugas semula atau mengadakan modifikasi kekaryaan yang ada. Sebaliknya bagi yang belum memiliki kekaryaan diberikan untuk berwiraswasta atau bekerja di innstansi pemerintahan atau swasta.
Menurut Salim Choiri (1995: 136) kebutuhan perlakuan anak tunadaksa
(CP) secara umum dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1) Kebutuhan untuk memperoleh pelayanan medik, guna mengurangi
permasalahan yang dialami anak di bidang medis.
2) Kebutuhan untuk memperoleh pelayanan rehabilitasi dan habilitasi guma
mengurangi gangguan fungsi sebagai dampak dari adanya kelainan.
3) Kebutuhan untuk memperoleh pendidikan khusus.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa
mempunyai beberapa kebutuhan untuk kelangsungan kehidupannya. Kebutuhan
29
anak tunadaksa tersebut mengacu kepada masalah yang dialami anak karena
gangguan fungsi geraknya maupun kecacatan fisik yang dideritanya.
2. Tinjauan Pustaka Tentang Activity Daily Living (ADL)
Anak Tunadaksa
a. Pengertian Activity Daily Living (ADL)
Menurut Alexeia Zachary dalam (AlexeiaZachary.2008.ourservicesh
.http://www.globatalikum.com/support.php/april.5 mei 2009) ADL (Activity of
Daily Living) yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri dimulai
dari bangun tidur, mandi, berpakaian dan seterusnya sampai pergi tidur kembali,
atau segala kegiatan orang untuk mengurus kebutuhannya sendiri.
Menurut Ahmad Toha Muslim & Sigiarmin (2007: 7-9) ADL (Activity
Daily Living) adalah kebutuhan memelihara diri sendiri yang erat hubungannya
dengan kemampuan fungsi tangan. Hilangnya salah satu atau lebih kemampuan
fungsi gerak tubuh bagian atas yang diakibatkan kelemahan otot atau kaki sendi,
menyebabkan terganggunya kemampuan memelihara diri sendiri, seperti makan,
minum, mandi, berpakaian.
Menurut Tamsik Udin dan Tejaningsih ( 1988:143) ADL (Activity Daily
Living) adalah singkatan dari The Activity Of Daily Living yang artinya aktivitas
atau kegiatan atau keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. ADL merupakan
suatau upaya sadar melalui tahap-tahap persiapan, pembinaan, penyempurnaan,
penyaluran kepada suatu yang bermamfaat kelak dalam kehidupan yang praktis.
Menurut Salim Choiri (1995: 167) latihan aktivitas hidup sehari-hari atau
ADL (Activity Daily Living) sebenarnya bukan hanya kesibukan tangan/kaki
melainkan juga upaya kemampuan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, ADL (Activity Daily Living) adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam kegiatan sehari-hari
dalam rangka memenuhi kebutuhannya.Dalam penelitian ini ADL (Activity Daily
Living) yang difokuskan, meliputi: a) tata cara makan dan minum, b) tata cara
30
persiapan menggosok gigi, c) tata cara pergaulan dalam menerima barang dan
mengucapakan salam dari orang lain.
b. Tujuan ADL (Activity Daily Living)
Menurut Alexeia Zachary dalam (AlexeiaZachary.2008.ourservicesh
.http://www.globatalikum.com/support.php/ april.5 mei 2009) tujuan dalam
mempelajari ADL (Activity Daily Living) adalah mengenalkan, melatih dan
mengembangkan keterampilan bermain dan kreatifitas anak untuk meningkatkan
komunikasi, sosialisasi dan perilaku positif.
Menurut Salim Choiri (1995: 168) tujuan diadakan pembelajaran ADL
(Activity Daily Living) adalah untuk membiasakan kemampuan kemandirian
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwasannya tujuan ADL
(Activity Daily Living) adalah upaya untuk meningkatkan kemandirian anak
tunadaksa dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
c. Ruang Lingkup Kemampuan ADL (Activity Daily Living) Anak Tunadaksa
Menurut Bandhi Delphie (2007: 226-228) ADL (Activity Daily Living)
terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Gerak Pindah
a) Mandi
b) Ke kamar kecil (wc)
c) Duduk di kursi
d) Dari tempat tidur ke tempat duduk (kursi)
e) Bergerak menuju objek
f) Mengatur letak kursi
g) Naik/turun kendaraan
2) Fungsi keseimbangan
a) Duduk
b) Berdiri
c) Jalan
31
3) Penilaian terhadap
a) Reaksi sentuhan
b) Perasaan sakit
c) Suasana hati
d) Penyesuaian suhu udara
e) Daya penciuman
f) Daya pendengaran
g) Daya penglihatan
h) Daya tangkap terhadap perintah/suruhan
i) Pemahaman terhadap ruang
j) Merubah bentuk bangun (segi:tiga/emapt/lingkran)
k) Fungsi gerak persendian
l) Menyisir rambut
m) Makan tanpa dibantu orang lain
n) Mengencangakan kerah baju
o) Menarik resleting pada bagian belakang celana/rok
p) Mengancingkan celana/rok
q) Mengancingkan lengan baju
r) Menalikan sepatu
s) Membungkukkan badan
t) Penyesuaian diri terhadap lingkungan
4) Kemampuan Makan
a) Menyendok nasi
b) Memotong/mengerat daging
c) Makan memakai sendok
d) Minum melalui pipa sedotan
e) Minum melslui sedotan
f) Minum dengan gelas
g) Minum denagn cangkir
h) Menuangkan air ke gelas/cangkir dari tempatnya
32
5) Berpakaian
a) Menanggalkan celana panjan/ pendek
b) Memakai ikat pinggang
c) Memamaki kutan/bh (bagi wanita)
d) Memakai celanan dalam
e) Menegenakan rok bawah (bagi wanita)
f) Memakai jas/kemeja
g) Memakai bando (wanita) dan dasi (laki-laki)
h) Mengenakan stocking(wanita), kaps kai kaki (laki-laki)
i) Mengenakan pakaian malam
j) Mengenakan konde atau harnet (bagi wanita)
k) Mengenakan kimono atau mantel tidur
l) Memakai jaket
m) Mengenakan mantel atau jas hujan
6) Kesehatan diri
a) Menbuang ingus
b) Mencuci muka/tangan
c) Membersihkan diri setelah buang air besar
d) Menggosok gigi
e) Membersihkan rambut
f) Berpatut diri atau make up
g) Menggunting kuku
h) Membersihkan kuku jari
i) Memakai deodorant atau wewangian tubuh
j) Menggunkan pembalut wanita (bagi wanita)
7) Komunikasi
a) Berbahasa lain
b) Membaca suimbol khusus nya untuk WC:L/W
c) Cara memegang buku bacaan
d) Cara memebuka halaman buku
e) Menulis surat atau lamaran kerja
33
f) Menggunakan telepon
g) Mengetik
8) Pekerjaan yang berkaitan dengan tangan
a) Cara memegang uang
b) Cara memegang surat
c) Cara menggunakan gunting
d) Membuka botol/stoples/atau benda lain jenis
e) Membungkus kado/bingkisan hadiah
f) Menjahit kancing/lubang kancing
g) Menyemir sepatu
h) Meruncingkan pensil
i) Menutup dan membuka surat
9) Kegiatan kerja Secara Ganda
a) Membuka /menutup lemari es
b) Membuka /menutup pintu
c) Memindahkan/menyimpan barang
d) Menjinjing barang
e) Mengambil barang dari lantai
f) Melepaskan/memasang bola lampu (bohlam)
g) Membuat pasak/ikatan dari tali
Menurut buku Panduan program khusus Bina diri (2007:2) ruang lingkup
Bina Diri mencakup komponen kemampuan sebagai berikut:
a) Merawat diri : makan dan minum
b) Mengurus diri : berpakainan dan berhias
c) Menolong diri : menjaga keselamatan dan mengatasi bahaya
d) Berkomunikasi : berkomunikasi lisan, tulisan, isyarat dan gambar.
e) Adapatasi seperti : adaptasi dengan lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan bermain/ bekerjasama
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunadaksa
sangat perlu memperoleh latihan ADL(Activity Daily Living) dengan macam-
macam kemampuan diatas, tetapi sudah tentu dalam latihan disesuaikan dengan
34
kebutuhan yang ada pada masing-masing anak. Dalam penelitian ini, penulis
hanya mengukur ADL (Activity Daily Living) anak tunadaksa dalam hal merawat
diri (makan dan minum, menggosok gigi) dan tata pergaulan (mengucapakan
terima kasih, salam dan menerima barang dari orang lain.
d. Contoh Pelaksanaan Pembelajaran ADL (Activity Daily Living) Anak Tuna
Daksa
Menurut Alexeia Zachary dalam (Alexeia Zachary.2008.ourservicesh.
http://www.globatalikum.com/support.php/april.5 mei 2009) contoh pelaksanakan
ADL (Activity Daily Living) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Dilaksanakan secara berkelompok 2-5 anak dengan 1 terapis inti dan 2-3
terapis pembantu (co terapis).
2) Aktifitas tersusun dimulai dari aktifitas pembuka (greeting), pemanasan
ADL (Activity Daily Living), aktifitas inti, aktifitas bebas dan penutup
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran role playing atau bermain peran adalah suatu usaha memperjelas
suatu masalah atau memecahkannya dengan meragakan yang tak dipersiapkan
terlebih dahulu karena siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan dan
pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi.
b. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Role Playing (bermain
peran) adalah sebagai berikut :
Menurut Kauka Biduriah dalam (Kauka Biduriah.2009. Model
PembelajaranEfektifhttp://id.wordpress.com/tag/pemblajrn_efektif/april. 5 Mei
2009) langkah-langkah penerapan Model Role Playing (bermain peran) dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum KBM
c) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya kurang lebih 5 orang
d) Menberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
e) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario
yang sudah dipersiapkan
f) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario
yang sedang diperagakan
38
g) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja
untuk membahas penampilan masing-masing kelompok. Masing-masing
kelompok menyampaikan kesimpulannya
h) Guru memberikan kesimpulan secara umum
i) Evaluasi
j) Penutup
Menurut Oemar Hamalik (2003: 215) dalam rangka menyiapkan suatu
situasi role playing (bermain peran) di dalam kelas, guru mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Persiapan dan Instruksi a) Guru memiliki situasi/dilema bermian peran b) Sebelum pelaksanaan bermian peran, siswa harus mengikuti
latihan pemanasan. c) Guru memberikan instruksi khusu kepada peserta bermain peran
stelah memberuikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas.
d) Guru memberitahukan peran-peran yang akan diamaini serta memberikan instruksi-instruksi yang bertalian dengan masing-masing peran kepada para audience.
2) Tindaklan Dramatik dan Diskusi
a) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran
b) Bermain peran harus berhentipada titik-titik penting atau apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut diberhentikannya permainan tersebut.
c) Keseeluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran.
3) Evaluasi Bermain Peran
a) Siswa memberikan keterangan baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dlam bermain peran.
b) Guru menilai efektifitas an keberhasilan bermain peran. c) Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah
dinilai
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwasannya langkah-
langkah dalam proses belajar mengajar menggunakan metode role playing
39
diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan
hubungan antarmanusia , terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
c. Nilai-nilai pada Model Pembelajaran Role Playing (bermain peran)
Menurut Ratri dalam (Ratri.2008.MengajarDgnBermain Peran.http://www
wordpress.com.5Mei 2009) disebutkan bahwasannya model role play (bermain
peran) digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1) Agar menghayati suatu kejadian atau hal yang sebenarnya terdapat
dalam realita kehidupan.
2) Agar memahami sebab akibat suatu kejadian.
3) Sebagai penyaluran atau pelepasan ketegangan dan perasaan tertentu.
4) Sebagai alat mendiagnosa keadaan kemampuan dan kebutuhan siswa.
5) Pembentukan konsep diri (self consept)
42
6) Menggali peran-peran seseorang dalam suatu kehidupan kejadian atau
keadaan.
7) Menggali dan meneliti nilai-nilai atau norma-norma dan peranan
budaya dalam kehidupan.
8) Membantu siswa dalam mengaklasifikasikan atau memperinci,
memperjelas pola pikir, berbuat dan memiliki keterampilan dalam
membuat serta mengambil keputusan caranya sendiri.
9) Alat penghubung untuk membina srtuktur sosial dan sistem nilai
lingkungannya.
10) Membina kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir
kritis analitis, berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain.
11) Melatih siswa dalam mengendalikan dan memperbaharui perasaan, cara
berpikirnya dan perbuatannya.
Sedangkan manfaat penggunaan model bermain peran menurut Nani
dalam (Nani.2007.Kelebihan dan Kelemahan Model Role Play (bermain peran).
learningwithme.blogspot.com.www.Siaksoft.netgurupkn. wordpress.com. 5 Mei
2009) antara lain:
1) Membantu siswa menemukan makna dirinya dalam kelompok.
2) Membantu siswa memecahkan persoalan pribadi dengan bantuan
kelompok.
3) Memberi siswa pengalaman bekerjasama dalam memecahkan masalah.
4) Memberi siswa pengalaman mengembangkan sikap dan keterampilan
memecahkan masalah.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dan tujuan dari
penggunaan model pemebelajaran role playing (bermain peran) adalah siswa
dapat belajar dari pengalaman yang diperankannya.
f. Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Model Pembelajaran Role Play
(bermain peran)
Menurut Nani dalam (Nani. 2007.Kelebihan dan Kelemahan Model Role
Play (bermain peran).learning-withme.blogspot.com.www.Siaksoft.netgurupkn.
43
wordpress.com.5Mei 2009) model pemebelajaran role play (bermain peran)
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya adalah sebagai
berikut:
1) Segera mendapat perhatian
2) Dapat dipakai pada kelompok besar dan kecil.
3) Membantu anggota untuk menganalisa situasi.
4) Menambah rasa percaya diri pada peserta.
5) Membantu anggota menyelami masalah.
6) Membantu peserta mendapat pengalaman yang ada pada pikiran orang lain.
7) Membangkitkan semangat untuk memecahkan masalah.
Sedangkan kekurangan dalam menggunakan model pembelajaran role play
(bermain peran) antar lain:
1) Mungkin masalahnya disatukan dengan pemerannya.
2) Banyak yang tidak senang memerankan sesuatu.
3) Membutuhkan pemimpin yang terlatih.
4) Terbtas pada beberapa situasinya.
5) Ada kesulitan dalam memerankannya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap model pembelajaran
mempunyai kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaannya.
4. Tinjauan Pustaka tentang Kecerdasan Majemuk,khususnya
( Kecerdasan Kinestetik)
a. Pengertian Kecerdasan (kecerdasan kinestetik)
Menurut Adi W Gunawan (2006: 216) kecerdasan atau intelligence adalah
sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman, kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan, kemampuan mental
2) Kemampuan untuk memberikan respon secara cepat dan berhasil pada
suatu situasi yang baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam memecahkan masalah
44
3) Kemampuan untuk belajar, mengerti dan bernalar, kemampuan mental 4) Kemampuan untuk mempelajari fakta-fakta dan keahlian-keahlian serta
mampu menerapkan apa yang telah dipelajari, khususnya bila kemampuan ini telah berhasil dikembangkan.
Menurut Gardner dalam Adi W Gunawan (2006: 218) kecerdasan adalah
potensi (bisa dapat dianggap potensi pada level sel) yang dapat atau tidak dapat
diaktifkan, tergantung pada nilai dari suatu kebudayaan tertentu, kesempatan yang
tersedia dalam kebudayaan itu dan keputusan yang dibuat oleh pribadi dan atau
keluarganya, guru sekolah dan yang lain.
Menurut Tony Attwood (2002: 152) bahwasannya anak yang
berkebutuhan (asperger) tetap memiliki kecerdasan di bidang sosial namun tidak
mampu menyelesaikan masalah. Sehingga seiring dengan meningkatnya usia, tes-
tes kecerdasan dan pekerjaan sekolah akan semakin mengandalkan kemampuan
pemecahan masalah.
Menurut Gardner dalam buku Adi W Gunawan (2006: 229) kecerdasan
akan lebih tepat apabila digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau
keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan bersifat
laten, ada pada setiap manusia tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda.
Menurut Gardner dalam buku Thomas Armsrtong (2002: 4) konsep
kecerdasan merupakan konsep fungsional yang dapat ditemui dalam kehidupan
sehari-hari dengan beragam cara.
Menurut Gardner dalam buku Thomas Armsrtong (2002: 4) Gardner
memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi delapan kategori
yang komprehensif atau delapan “kecerdasan dasar”, yaitu :
1. Kecerdasan Linguistik Yaitu kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya: pendongeng, orator atau politis) maupun tertulis (misalnya: sastrawan, penulis drama, editor, wartawan). Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa , bunyi bahasa, makna bahasa, penggunaan praktis bahasa. Penggunaan bahasa antara lain mencakup retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain melakukan tindakan tertentu), hafalan (penggunaan bahsa untuk mengingat informasi), eksplanasi (penggunaan bahasa untuk
45
memberikan informasi) dan metabahasa (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri)
2. Kecerdasan Matematis-logis Yaitu kemampuan menggunakan angka dengan baik misalnya: ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar (misalnya: ilmuwan, pemrograman komputer, ahli logika).Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka,sebab-akibat), fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis-logis ini antara lain: kategori, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, perhitungan, dan pengujian hipotesis.
3. Kecerdasan Spasial Yaitu kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat (misalnya: sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut (misalnya : dekorator interior, arsitek, seniman atau penemu). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada warna, garis, bentuk, ruang dan hubungan anta unsure tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam matriks spasial.
4. Kecerdasan Musikal Yaitu kemampuan menggunakan bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi (misalnya : penikmat musik), membedakan (misalnya : kritikus musik), mengubah (misalnya : composer dan mengekpresikan (misalnya: penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titik nada atau melodi dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Orang dapat memiliki pemahaman musik figural atau “atas bawah“ (global, intuitif), pemahaman formal atau “bawah atas” (analitis, teknis) atau keduanya.
5. Kecerdasan Interpersonal Yaitu kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, garak-isyarat, kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal dan kemampuan menaggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya : mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu).
6. Kecerdasan Intrapersonal Yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat (kekuatan dan keterbatan diri ), kesadaran akan
46
suasana hati, maksud, motivasi, temperamen dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan mengahargai diri.
7. Keceerdasan Naturalis Yaitu keahlian mengenali dan mengategorikan spesies-flora dan fauna- di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya: formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di linkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup, seperti mobil, sepatu karet dan sampul kaset CD.
8. Kecerdasan Kinestetik
Yaitu keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekpresikan ide dan perasaan (misalnya: aktor, pemain pantomim, atlet, penari) dan ketrampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu misalnya : perajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, ketrampilan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan.
Menurut Thomas Armstrong (2003: 24) kecerdasan kinestetik adalah
kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode menggunakan seluruh
badan seseorang, atau sebagian badan.
Menurut Muh.Muhyi Faruq (2007:3) kecerdasan kinestetik adalah
kemampuan menyelaraskan pikiran dengan badan sehingga apa yang dikatakan
oleh pikiran akan tertuang dalam bentuk gerakan-gerkan yang indah, kreatif dan
mempunyai makna. Definisi ini merujuk pada tulisan Linda, & Dee D, 2002
dalam Muh.Muhyi Faruq (2007: 3) yang mengatakan bahwa “ … Sebuah
keselarasan anatara pikiran dan tubuh, dimana pikiran dilatih untuk memanfaatkan
tubuh sebagaimana mestinya dan tubuh dilatih untuk dapat merespon ekspresi
kekuatan dari pikiran”
Menurut Gardner dalam buku Adi W Gunawan (2006: 240) kecerdasan
kinestetik merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam
menggunakan tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide atau pemikiran
dan perasaan, mampu bekerja dengan baik dalam menangani dan memanipulasi
obyek. Kecerdasan ini juga meliputi keterampiulan fisik dalam bidang koordinasi,
keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.
47
Dalam mempelajari kecerdasan majemuk, khususnya kecerdasan
kinestetik,menurut Muh. Muhyi Faruq (2007: 4) prosesnya diawali dengan
mengenal proses kerja kecerdasan ini dalam diri seorang anak.
Bagan menurut Mohammad Muhyi Faruq (2007: 4)
Penjelasan menurut Muh. Muhyi Faruq (2007: 4) adalah sebagai berikut:
Diawali dengan anak menangkap informasi yang masuk, misalnya berupa balok
yang berserakan dengan ukuran sebesar dadu, lalu informasi itu disampaikan ke
otak kemudian ke tangan. Tangan akan mencoba menyusun balok kecil tersebut,
bisa menyusun ke atas atau kesamping dengan warna yang berbeda-beda,
sehingga terjadi penyatuan gerak dari pikiran ke anggota badan.
Menurut Muh. Muhyi Faruq (2007: 4) mengatakan bahwa semakin sulit
gerakan yang dilakukan atau dipelajari, semakin kompleks proses analisisnya.
Proses latihan atau belajar yang akan menentukan cepat atau tidaknya pengolahan
informasi yang terjadi. Tidak sesmua performa gerkan yang ditunjukkan
seseorang sesuai dengan harapannya, tetapi dengan terus mencoba serta belajar,
performa gerakan akan menjadi semakin baik dan dalam belajar gerakan ,
kecepatannya tidak akan sama bagi setiap orang.
Menurut Muh. Muhyi Faruq (2007:5) terdapat tiga tahap cara belajar
dalam mengoptimalkan kemampuan gerak, yaitu:
1) Tahap kognisi Yakni tahap anak bertanya, contohnya: ”Apa itu menyusun balok?”, ” Apa itu bongkar pasang mainan?”
2) Tahap Fiksasi Yakni anak-anak mencoba melakukan apa yang telah mereka pertanyakan, misalnya: ”Bagaimana cara berjalan di atas balok
Informasi datang
Di olah di dalam otak
Informasi keluar
Gerakan badan
48
keseimbangan?”anak akan latihan berkjalan di atas balok keseimbangan mulai dari tingkat yang sederhana sampai kompleks.
3) Tahap otomatisasi Yakni anak-anak belajar dari tingkat sederhana sampai kompleks, yang dilakukan berulang-ulang sampai pada tahap ketangkasan yang tinggi sehingga akhirnya anak dapat melakukannya secar otomatis.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwasannya pengertian kecerdasan sangat luas, kecerdasan dapat dikatakan
sebuah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat di tumbuh
kembangkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang yang
berkaitan erat dengan gerak tubuhnya untuk mengungkapakan ide, pemikiran dan
perasaannya.
b. Landasan Teoritis Kecerdasan Majemuk
Menurut Gardner dalam buku Thomas Armstrong (2002: 5) susunan
syarat pokok tertentu yang harus dipenuhi oleh setiap kategori kecerdasan itu
dapat disebut kecerdasan yang berkembang sepenuhnya, bukan sekedar bawaan,
kemampuan atau bakat.
Menurut Gardner dalam John. W.Santrock (2007: 322) menyatakan
bahwasannya orang memiliki kecerdasan ganda dan tes-tes IQ mengukur sebagian
kecil saja. Kecerdasan-kecerdasan ini bersifat mandiri satu dengan yang lain.
Sebagai bukti adanya kecerdasan ganda, Gardner menunjukkan kejadian-kejadian
dimana kemampuan kognitif tertentu tetap bertahan meskipun ada kerusakan otak.
Gardner menyebutkan bahwa anak-anak jenius dan individu-individu yang
mengalami keterbelakangan (seperti autis) tetapi memiliki keahlian luar biasa
dalam bidang tertentu.
Menurut Gardner dalam buku Thomas Armstrong (2002: 5-7) kriteria
yang digunakan meliputi tiga faktor adalah sebagai berikut :
1) Potensi yang terisolasi akibat kerusakan otak
Bahwasannya cedera otak ini mengganggu kecerdasan tertentu tetapi sama
sekali tidak mempengaruhi kecerdasan yang lain. Misalnya orang yang
49
mengalami cedera pada wilayah Broca (lobus kiri depan) mungkin akan cukup
mengalami gangguan pada kecerdasan linguistiknya dan karenanya
mengalami kesulitan untuk berbicara, menulis dan membaca. Meskipun
demikian, ia masih tetap dapat menyanyi, mengerjakan soal matematika,
menari, mengekpresikan perasaan dan menjalin hubungan dengan orang
lain.Orang yang mengalami cedera pada lobus temporal belahan otak kanan
akan mengalami gangguan khusus pada kemampuan musiknya, sementara
cedera pada lobus depan akan berpengaruh terutama pada kecerdasan
personalnya. Oleh karena itu, Gardner mengemukakan eksisitensi delapan
sistem otak yang relatif otonom-versi yang lebih mutakhir dan canggih dari
model belajar otak kanan-kiri yang popular pada tahun 1970 an.
2) Dukungan dari penelitian Psikologis Eksperimental
Menurut Gardner dengan mengamati studi-studi psikologi spesifik dapat
melihat kecerdasan bekerja secara terpisah satu sama lain. Gardner
mencotohkan dalam sebuah penelitian terhadap seseorang yang menguasai
kemampuan khusus, seperti membaca tetapi gagal menggunakan kemampuan
tersebut di wilayah lain, misalnya matematika. Kegagalan tersebut merupakan
gagalnya kemampuan linguistik diubah ke kecerdasan matematis-logis. Jadi,
setiap kemampuan kognitif ini berlaku khusus untuk satu kecerdasan
(intelligence-specific) yakni orang dapat menunjukkan tingkat kemahiran yang
berbeda-beda dalam kedelapan kecerdasan untuk tiap-tiap wilayah kognitif.
3) Riwayat Perkembangan Khusus dan Kinerja “ kondisi Akhir” Bertaraf ahli
yang khas
Gardner berpendapat bahwa kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan dalam
kegiatan-kegiatan yang bernilai budaya dan bahwa perkembangan seseorang
dalam kegiatan tersebut mengikuti pola perkembangan tertentu.
Dari beberapa pendapat yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa
landasan teoritis kecerdasan majemuk adalah setipa orang mempunyai kecerdasan,
meskipun dia mempunyai kecacatan dalam halk fisiknya dan fungsinya.
c. Poin poin dalam Teori Kecerdasan Majemuk,
Poin poin dalam Teori Kecerdasan Majemuk, antara lain:
50
1) Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan
Menurut Gardner dalam buku Thomas Armstrong (2002: 16) teori
kecerdasan majemuk bukanlah “ teori jenis “ untuk menentukan satu
kecerdasan yang sesuai. Teori ini adalah teori fungsi kognitif yang
menyatakan bahwa setiap orang memilki kapasitas dalam kedelapan
kecerdasan tersebut. Kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi bersama-
sama dengan cara yang berbeda-beda pada diri sendiri setiap orang.
2) Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai
pada tingkat penguasaan yang memadai.
Menurut Gardner (2002: 17) setiap orang sebenarnya memiliki kemampuan
mengembangkan kedelapan kecerdasan sampai pada kinerja tingkat tinggi
yang memadai apabila ia memperoleh cukup dukungan, pengayaan dan
pengajaran. Gardner mengambil contoh Program pendidikan Bakat Suzuki
yang menujukkan seseorang yang memiliki talenta musik-biologis yang
relatif pas pasan dapat mencapai tingkat kemahiran yang mengagumkan
dalam memainkan biola atau piano melalui kombinasi pengaruh lingkungan
yang tepat (misalnya : keterlibatan orang tua, pengenalan pada musik klasik
sejak masa pertumbuhan dan pengajaran musik sejak dini).
3) Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Menurut Gardner ( 2002: 18 ) tidak ada rangkaian atribut standar yang
harus dimiliki seseorang untuk dapat disebut cerdas dalam wilayah tertentu.
Oleh karena itu, orang mungkin tidak dapat membaca, tetapi memiliki
kecerdasan linguistik yang tinggi karena ia dapat menyampaikan cerita yang
memukau atau memilki kosa kata lisan yang luas. Teori kecerdasan
majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat,
baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwasannya teori
kecerdasan majemuk menawarkan model perkembangan kepribadian yang dapat
membantu pendidik memahami profil kecerdasan mereka sendiri dapat
mempengaruhi pendekatan-pendekatan pengajaran di ruang kelas. Di samping itu,
teori ini membuka kemungkinan bagi kegiatan-kegiatan yang dapat membantu
51
mengembangkan kecerdasan yang selama ini terabaikan, mengaktifkan
kecerdasan yang tidak berkembang atau lumpuh, serta membawa kecerdasan yang
telah berkembang baik menuju tingkat kecakapan yang semakin tinggi.
d. Faktor-faktor Yang menpengaruhi Perkembangan Kecerdasan
Menurut Adi W Gunawan (2006: 222) ada lima faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan, yaitu :
1) Lingkungan Lingkungan yang kaya akan stimulus dan tantangan, dengan kadar yang seimbang dan ditunjang dengan faktor dukungan dan pemberdayaan, akan menguatkan otot mental dan kecerdasan. Riset yang dilakukan oleh Dr. Marian Diamond, pada tikus, membuktikan bahwa lingkungan yang kaya stimulasi (enriched environment) sangat membantu pertumbuhan koneksi sel otak. Hal yang sama juga dapat terjadi pada otak manusia.
2) Kemauan dan keputusan Faktor kedua ini sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan, dalam menentukan perkembangan kecerdasan adalah faktor kemauan dan keputusan. Kedua faktor ini adalah faktor motivasi. Motivasi yang positif akan muncul sejalan dengan lingkungan yang kondusif. Sebaliknya bila lingkungannya sama sekali tidak kondusif atau menantang, otak yang paling cerdas sekalipun tidak akan dapat mengembangkan potensi intelektualnya.
3) Pengalaman Hidup Dalam bukunya disebutkan bahwasannya hasil riset terkini menunjukkan bahwa potensi otak berkembang sejalan dengan pengalaman hidup, khususnya pada masa bayi dan kanak-kanak. Bayi yang lapar, lalu menangis, kemudian mendapatkan perhatian dan diberi susu akan merasakan suatu perasaan sukses. Sebaliknya bayi yang dibiarkan menangis dalam waktu lama tanpa mendapatkan perhatian akan kegagalan. Hal-hal kecil yang menunjukkan sukses maupun kegagalan yang dialami anak, bila terjadi berulang-ulang akan menjadi suatu program yang menentukan seberapa besar potensi kecerdasan yang digunakan.
4) Genetika 5) Gaya hidup
Menurut Tony Attwood (2002: 152) bahwasannya anak yang
berkebutuhan (asperger) tetap memiliki kecerdasan di bidang sosial namun tidak
mampu menyelesaikan masalah.
Dari beberapa pendapat yang disebutkan di atas, kecerdasan seseorang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: dari dalam maupun dari luar.
52
e. Berbagai Aktifitas untuk Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik
Menurut Muh. Muhyi Faruq (2007:5) kecerdasan kinestetik identik dengan
kemampuan seseorang dalam mengembangkan gerak sehingga mempunyai nilai
performa yang indah daan berbeda dari lainnya.
Untuk mengenal gerak secara lebih mendalam dan dapat
mengembangkannya menurut Muh. Muhyi Faruq (2007:5) ada 5 macam gerakan
dasar, yaitu sebagai berikut:
1) Gerakan koordinasi tubuh
Mengembangkan gerakan koordinasi tubuh dapat dilakukan dengan cara:
a) Memainkan pita secara bebas
b) Bertepuk tangan dengan mengkombinasikan jumlah tepukan
c) Bertepuk tangan sambil memutarkan badan dengan didikuti kombinasi
melompat kecil
d) Berjalan kemudian memutarkan badan
e) Duduk di bangku sambil menepuk bangku dengan dua telapak tangan.
2) Gerakan kelincahan
a) Melakuakan gerakan merangkak
b) Merayap
c) Berlari bolak-balik
d) Membongkar puzzle lalu mengembalikannya dengan cepat
e) Menirukan gerak hewan yang diceritakan guru
f) Mendekati teman yang disebut namanya oleh guru
g) Kecepatan menyususn angka yang disebutkan oleh guru
3) Gerakan Kekuatan
a) Mendorong bola besar
b) Meremas clay dengan ukuran paling tipis
c) Mengangakt balok berwarna yang terbuat drai gabus
4) Gerakan Keseimbangan
a) Meletakkan buku di atas kepala dan berjalan ke depan beberapa
langkah mengikuti pola tertentu yang diletakkan di lantai.
b) Berjalan mundur ke belakang mengikuti pola tertentu atau isyarat
53
c) Berdiri dengan satu kaki
d) Membentuk sikap pesawat terbang
e) Meletakkan tongkat kecil di telapak tangan
f) Melangkah dengan satu kaki ke dalam kotak berwarna
5) Gerakan koordinasi mata dengan tangan dan kaki
a) Menggelindingkan bola kecil
b) Menendang dan memberhentikan suatu benda
c) Menangkap dan memantulkan suatu benda
d) Meremas-remas clay anggota badan yang disebut oeh teman.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwasannya dalam
mengembangkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan beberapa stimulasi yang
berupa gerakan-gerakan ringan yang berkaitan dengan sisitem gerak pada
seseorang.
f. Menilai Kecerdasan Majemuk Siswa
Menurut Gardner dalam buku Thomas Armstrong (2002 :44) adalah yang
sudah selalu tersedia selama ini yaitu observasi sederhana. Untuk membantu
mengorganisasi hasil pengamatan kecerdasan majemuk dapat menggunakan check
list seperti di bawah ini
Contoh Check List Penilaian Kecerdasan Majemuk Siswa
(kecerdasan Kinestetik)
(…).menonjol di salah satu atau cabang olahraga (jika usia pra sekolah,
menunjukkan keunggulan kemampuan fisik untuk angka seusianya).
(…) selalu bergerak, tidak bisa diam, mengetuk-mengetuk, atau gelisah ketika
duduk lama di suatu tempat.
(…) pandai meniru gerak isyarat atau tingkah laku orang lain
(…) suka membongkar pasang barang
(…) menyentuh (dengan tangan) barang-barang yang baru ditemuinya
54
(…) suka berlari, melompat, gulat atau kegiatan semacam (jika sudah lebih besar,
akan menujukkan minat pada kegiatan semacam yang lebih terkendali
misalnya: berlari ke sekolah, melompati kursi)
(…) menunjukkan kemahiran dalam bdang keterampilan (misalnya, pertukangan,
menjahit, bengkel) atau memiliki koordinasi motorik halus yang baik dalm
hal-hal lain
(…) mampu mengekspresikan diri secara dramatis
(…) menampakkan berbagai macam sensasi fisik ketika berpikir atau bekerja
(…) suka bekerja dengan tanah liat atau pengalaman yang melibatkan sentuhan
tangan lain (misalnya : melukis dengan menggunakan jari).
Dari sisni dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu pun “ tes canggih “ di
masyarakat yang dapat menghasilkan survey yang komprehensif mengenai
kecerdasan majemuk siswa.
B. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan uraian kajian teori di atas, maka penulis menyusun suatu
kerangka pemikiran untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul.
Dalam proses pembelajaran diharapkan dapat mengahasilkan output yang optimal
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam proses pembentukan output tersebut
akan terjadi interaksi antara keadaan awal input dengan keadaan selama proses
belajar mengajar berlangsung. Proses pembelajaran yang optimal tentu akan
menghasilkan output yang maksimal. Belajar pada hakekatnya adalah suatu
aktivitas yang berlangsung dalam interaksi dalam lingkungan yang dapat
menghasilkan kemampuan-kemampuan baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-unsu
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan belajar.
Kemampuan ADL (Activity Daily Living) merupakan salah satu
keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap manusia dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran keterampilan ADL (Activity Daily
55
Living) ini lebih menekankan pada keterampilan seorang anak dalam hal makan,
minum, berpakaian, memakai sepatu, menggosok gigi, mencuci tangan sehingga
diperlukan sebuah stimulasi secara langsung kepada anak agar dapat menguasai
keterampilan tersebut.
Pada kenyataannya dalam belajar ketrampilan tersebut anak susah dalam
menguasai materi pengajarannya karena dianggap sulit yang disebabkan oleh
paradigma anak sendiri terkait kekurangsempurnaan fisiknya akan menghambat
dalam proses belajar. Namun demikian, siswa tetap berharap agar pembelajaran
keterampilan ADL (Activity Daily Living) di sekolah dapat disajikan secara
menarik, efisien dan efektif.
Model role playing merupakan salah satu model pembelajaran yang akhir-
akhir ini mulai digunakan kembali, karena (a) dapat menerangkan suatu peristiwa
yang didalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan
didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas
dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu
menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar
mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang
lain beserta masalah.
Model pembelajaran role playing akan mengasah kecerdasan seorang
anak, khususnya kecerdasan kinestetik. Untuk itu, dibutuhkan stimulasi
kecerdasan kinestetik dalam proses belajar mengajarnya. Karena setiap orang
pada hakekatnya memiliki kecerdasan majemuk, terutama pada hal ini adalah
kecerdasan kinestetik. Meskipun, siswa tersebut adalah siswa yang berkebutuhan
khusus atau cacat fisik.
Sehingga untuk meningkatkan keterampilan ADL ( Activity Daily Living )
pada anak tuna daksa, model pembelajaran role playing dengan stimulasi
kecerdasan kinestetik, dalam hal ini diajukan sebagai salah satu alternatif
pembelajaran untuk menarik minat siswa agar mapu mandiri sehingga dapat
berguna bagi lingkungan sekitar.
56
Alur pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
input Proses output
Proses belajar mengajar
keterampilan ADL kurang
Siswa kurang memiliki minat dalam belajar, partisipasi, konsentrasi serta keuletan siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam keterampilan
ADL masih kurang
ROLE PLAYING (a) dapat menerangkan suatu
peristiwa yang didalamnya
menyangkut orang banyak, dan
berdasarkan pertimbangan
didaktik lebih baik
didramatisasikan daripada
diceritakan, karena akan lebih
jelas dan dapat dihayati oleh
anak;
(b) melatih anak-anak agar
mereka mampu menyelesaikan
masalah-masalah sosial-
psikologis; dan (c) melatih anak-
anak agar mereka dapat bergaul
dan memberi kemungkinan bagi
pemahaman terhadap orang lain
beserta masalah.
STIMULASI KECERDASAN KINESTETK
Ø kecerdasan ini meliputi
kemampuan-kemampuan fisik spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, ketrampilan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsanan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan. Ø keahlian menggunakan
seluruh tubuh untuk mengekpresikan ide dan perasaan ketrampilan menggunakaan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu
meningkatnya keterampilan ADL siswa
57
C. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut dapat disusun
hipotesis sebagai berikut:
Ada peningkatan kemampuan Activity Daily Living (ADL) Anak Tunadaksa
sekolah dasar setelah mengaplikasikan model pembelajaran role playing (bermain
peran) dengan menggunakan stimulasi kecerdasan kinestetik.
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti di SLB-D/D1/SMP/SMPLB
YPAC Surakarta yang beralamatkan di Jalan Slamet Riyadi 364, Laweyan,
Surakarta. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitan dapat dilihat dalam
Utama. Ahmad Toha Muslim, M.Sugiarmin, 2007. Orthopedhi dalam pembelajaran Anak
Tunadaksa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Alexander, Sindoro. 2003. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) Teori
dalam Praktek Howard Gardner. Batam : Interaksa. Alexeia, Zachary.”Activity Daily Living”(online).ourservicesh .http:// www.
Global talikum.com/support.php2008/ Diakses Tanggal 5 mei 2009 Andang Ismail, 2006. Education Games (Menjadi cerdas dan ceria dengan
permainan edukatif). Yogyakarta: Pilar Media Arends.I Richard. 2008. Lerning To Tech (Belajar untuk Mengajar). Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Ari.” LiteraturTunadaksa” (online)..http://www.e-psikologi.com/januari2005
Diakses tanggal .26 april 2009 Bandhi Delphie. 2007. Pembelajaran untuk anak dengan kebutuhan khusus
Departemen Pend. Nasional.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
2007. Program Khsusus Bina Diri Anak Tunadaksa. Surakarta.: SLB D YPAC
Gita Nurul Puspita, M.Pd. ” Role Playing Untuk Kecerdasan Majemuk Siswa”.
(online) http://www.tribunjabar.co.id2009/ Diakses tanggal 22 Juli 2009 John.W.Santrok.2007. Perkembangan Anak . Jakarta: PT.Erlangga
79
Kauka Biduriah. ”Model Pembelajaran Efektif”. (online) http://id.wordpress.com/tag/pembelajaran_efektif. 2009 april) Diakses tanggal 5 mei 2009
Mahardhika Zifana. ” Model Role playing dalam model pembelajaran”. (online) http://pembelajaran.org/2008/12/bermain-peran-role-playig.html/desember. Diakses tanggal 26april 09
Muh..Muhyi Faruq. 2007. 60 Permainan Kecerdasan Kinestetik .Jakarta:
PT.Grasindo Muljono Abdurrachman, Sudjadi S. 1995. Pendidikan Luar Biasa Umum.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.Jakarta: Jalan Pintu Satu Senayan.
Musjafak Assjari. 1995. Ortopedagogik Anak Tuna Daksa. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Nani. 2007. ”Kelebihan dan Kelemahan Model RolePlay (bermain peran)”
(online)learningwithme.blogspot.com.www.Siaksoft.netgurupkn.wordpress.com. Diakses tanggal 5Mei 2009
Nazir.Moh.2005. Metode Penelitian. Bandung : Ikada Ghalia Nurul Zuriah.2006. Metode Penelitian .Jakarta: Bumi Aksara
Oemar Hamalik.2003. Proses Belajar Mengajar . Jakarta : Bumi Aksara Ratri. ”Mengajar Dengan Bermain Peran” (online)
http://www.org/forum/kategori_bahan_pepak/metode_dan_cara_mengajarFebruari. Diakses tanggal 26 April 2009
Thomas, Armstrong,.2002. Sekolah Para Juara Menerapkan Multiple
Intelligences di Dunia Pendidikan .Bandung : Kaifa. Tony Attwood,. 2002. Sindrtom Asperger. Jakarta : Serambi Siti, Mahmudah ”Pembelajaran Melalui Role Playing” (online)
http://klubguru.com/okt/.22Juli09) Diakses tanggal 5 mei 2009 Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta. ______________.2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
80
Tamsik Udin, Tejaningsih.1988. Dasar-dasar Pendidikan Luar Biasa. Bandung: Epsilon Group.