ISSN 2355-7966 Warta MATOA Vol. III No. 3, Desember 2016 1 Salam ……. !!! Warta Matoa volume ke-3 edisi paripurna di tahun 2016 ini kami menyuguhkan beberapa arkel menarik dan ulasan mengenai kegiatan rakornis BLI tahun 2016 di Serpong. Arkel yang disuguhkan seper Surga Kecil di Manokwari yang tak lain adalah TWA Gunung Meja, Karakterisk DAS REMU Papua Barat secara umum serta upaya Kalimantan Tengah dalam menata kembali hutannya pasca kebakaran hutan tahun 2015. Semoga arkel maupun ulasan dari redaksi Warta Matoa di penghujung tahun 2015 memberi informasi yang bermanfaat bagi kita semua - - - Redaksi - - - Pengantar Redaksi Warta MATOA Balai Penelian Kehutanan Manokwari merupakan media komunikasi dan informasi ilmiah populer di bidang penelian dan pengembangan hutan, konservasi alam, sosial dan ekonomi kehutanan serta yang berkaitan dengan hal -hal tersebut di Indonesia. REDAKSI Penanggung Jawab: Kepala Balai Penelian Kehutanan Manokwari Dewan Redaksi Dr. Ir. Pudja Mardi Utomo, MP. (Ketua) Sarah Yuliana, S.Hut., M.App.Sc. (Sekretaris) Redaksi Pelaksana Kepala Seksi Data, Informasi, Sarana dan Prasarana Penelian Yobo Endra Prananta, S.Si, M.Eng. Muthmainnah Syarifuddin, S.Hut Abdullah Tuharea, S.Hut., M.Si. (Anggota) Melky B Panie, S.Hut Dwi Korani Taman Wisata Alam Gunung Meja di Manokwari, Papua Barat adalah salah satu dari be- berapa lokasi TWA dataran yang ada Indonesia yang hingga saat ini belum mendapat perhatian yang khusus dalam menangani dan menyikapi kawasan pe- lestarian tersebut. Bila dilihat, potensi dan manfaa- tan kawasan ini sangat menjanjikan yang dapat di- “Taman Wisata Alam Gunung Meja” Surga Kecil Manokwari Daftar Isi Alamat Redaksi Balai Penelian Kehutanan Manokwari Jl. Inamberi Susweni PO Box 159 Manokwari 98313 Telp. 0986 213437, 213440 Fax 0986 213441 “TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA” SURGA KECIL MANOKWARI 1 KARAKTERISTIK UMUM DAS REMU DI PAPUA BARAT 4 RAKORNIS BLI 2016 “RE-ORIENTASI BLI MENUJU KEMANDIRIAN LITBANG DAN INOVASI UNTUK MENDUKUNG PRINAS” 7 KEMBALI MENGINGAT ORIENTASI BADAN LITBANG DAN INOVASI 9 UPAYA KALIMANTAN TENGAH PASCA KEBAKARAN TAHUN 2015 10 Vol. III. No. 3, Desember 2016
12
Embed
“Taman Wisata Alam Gunung Meja” Surga Kecil Manokwari · Formasi geologis di daerah ini mediteran dengan batuan sedimen neogen. Lapisan tanah dangkal dan berbatu di antara batuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ISSN 2355-7966
Warta MATOA Vol. III No. 3, Desember 2016 1
Salam ……. !!!
Warta Matoa volume ke-3 edisi paripurna di tahun 2016 ini kami
menyuguhkan beberapa artikel menarik dan ulasan mengenai
kegiatan rakornis BLI tahun 2016 di Serpong. Artikel yang disuguhkan
seperti Surga Kecil di Manokwari yang tak lain adalah TWA Gunung
Meja, Karakteristik DAS REMU Papua Barat secara umum serta upaya
Kalimantan Tengah dalam menata kembali hutannya pasca kebakaran
hutan tahun 2015.
Semoga artikel maupun ulasan dari redaksi Warta Matoa di
penghujung tahun 2015 memberi informasi yang bermanfaat bagi kita
semua
- - - Redaksi - - -
Pengantar Redaksi
Warta MATOA
Balai Penelitian Kehutanan Manokwari
merupakan media komunikasi dan informasi ilmiah populer di bidang
penelitian dan pengembangan hutan, konservasi alam, sosial dan ekonomi
kehutanan serta yang berkaitan dengan hal-hal tersebut di Indonesia.
REDAKSI Penanggung Jawab:
Kepala Balai Penelitian Kehutanan Manokwari
Dewan Redaksi Dr. Ir. Pudja Mardi Utomo, MP. (Ketua)
Sarah Yuliana, S.Hut., M.App.Sc. (Sekretaris)
Redaksi Pelaksana
Kepala Seksi Data, Informasi, Sarana dan Prasarana Penelitian
RAKORNIS BLI 2016 “RE-ORIENTASI BLI MENUJU KEMANDIRIAN LITBANG DAN INOVASI UNTUK MENDUKUNG PRINAS”
7
KEMBALI MENGINGAT ORIENTASI
BADAN LITBANG DAN INOVASI
9
UPAYA KALIMANTAN TENGAH
PASCA KEBAKARAN TAHUN 2015
10
Vol. III. No. 3, Desember 2016
ISSN 2355-7966
Warta MATOA Vol. III No. 3, Desember 2016 2
dan Penataan Hutan Manokwari, di-
peroleh luasan definitif yaitu 460,25 ha.
Sebagai kawasan pelestarian TWA
Gunung Meja merupakan salah satu hu-
tan dataran rendah di Manokwari yang
mempunyai potensi flora dan fauna yang
beragam dengan bentuk wilayah yang
unik. Karena bentuk wilayah yang unik
tersebut terutama struktur geologi dan
dengan kepadatan vegetasi hutannya
serta letaknya yang dekat dengan kota
maka hutan ini disebut juga sebagai hu-
jadikan aset pemerintah dalam mening-
katkan PAD dan sebagai penyimpan
maupun pengawetan keanekaragaman
jenis baik flora, fauna dan ekosisemnya.
Hutan Taman Wisata Alam Gunung
Meja (TWA Gunung Meja) ditetapkan
melalui Surat Keputusan Menteri Per-
tanian Nomor: 19/Kpts/UM/I/1980, tang-
gal 12 Januari dengan luas areal 500 ha.
Namun setelah dilakukan rekontruksi pe-
nataan batas kawasan pada tahun 1990
oleh Sub Balai Inventarisasi
ISSN 2355-7966
Warta MATOA Vol. III No. 3, Desember 2016 3
Selain kurangnya kesadaran
masyarakat yang tidak bertanggungja-
wab akan kebersihan, demikian juga ter-
lihat pada pengambilan kayu maupun
keragaman jenis lainnya yang ada di ka-
wasan tersebut. Hadi Warsito peneliti
BP2LHK Manokwari menuturkan
“Pengambilan kayu bakar maupun kayu
yang diperuntukan sebagai pagar kebun
dan pembuatan pondok sering terjadi”.
Kegiatan pengambilan kayu bakar
umumnya pada pohon (diameter lebih
45 cm) dilakukan dengan mematikan
(mengupas kulitnya), sehingga pohon
tersebut mati dan akan roboh. Hal ini dil-
akukan selain mengambil ranting-ranting
yang telah jatuh ke tanah. Sementara
untuk pengambilan kayu lainnya
(diameter dibawah 20 cm), banyak ter-
jadi pada saat kegiatan pesta keaga-
maan maupun hari besar lainnya untuk
pembuatan pondok. Selain perambahan
pohon maupun tiang, terjadi juga dalam
pengambilan beberapa jenis tanaman
lainnya. Anggrek, Palem, dan beberapa
tanaman hias lainnya dari jenis Cyrthos
sperma sp., Alaoecacia sp., Tiponium
dan lain-lain. Pada jenis-jenis tersebut
banyak terdapat di kawasan ini, sehing-
ga menjadi incaran bagi para pemburu
tanaman hias karena harganya yang
cukup menjanjikan di pasaran. Sungguh
ironis dan penuh dilema kondisi TWA
Gunung Meja saat ini, disatu sisi ingin di-
jadikan objek pendapatan asli daerah
disisi lain kerusakan yang ditimbulkan aki-
bat ulah “nakal” para pengunjung dan
pengoleksi tanaman hias dan langka
yang membahayakan kelestarian kon-
servasi.. (red)
tan. Lindung Hidro-orologis (pengatur ta-
ta air). Secara geografis hutan TWA
gunung Meja terletak antara koordinat
1340 04’ 30” -1340 05’ 32” Bujur Timur dan 00
50’25” – 00 51’ 55” Lintang Selatan. Formasi
geologis di daerah ini mediteran dengan
batuan sedimen neogen. Lapisan tanah
dangkal dan berbatu di antara batuan
kapur keras. Dengan ketinggian tempat
mencapai 175 m dpl, kawasan ini mem-
iliki topografi yang bervariasi. Mulai dari
datar hingga bergelombang ringan sam-
pai berat, pada beberapa daerah ter-
tentu dijumpai jurang yang terjal dan ler-
eng yang tajam. Klasifikasi Schmidt and
Furguson, kawasan ini termasuk da-
lam tipe iklim A dengan curah hujan ta-
hunan sebesar 2.684,5 mm per tahun
atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-
rata suhu maksimum berkisar pada 30,3
0C dan suhu minimum berisar pada 23,5
0C, dengan kelembaban maksimum
88,6% dan minimum sekitar 84%.
Kawasan pelestarian yang saat ini
menjadi tumpuan masyarakat di kota
Manokwari sebagai penyimpan/
penyedia air, meski lambat namun pasti
akan menjadi daerah yang terabaikan.
Hal ini dapat dilihat bila memasuki kawa-
san melewati jalan sebelah Barat
(melintasi jalan Sarinah sebelum menuju
Desa Ayambori), dimana tumpukan sam-
pah yang telah membusuk dan bebera-
pa tumpukan lainnya yang masih baru
banyak berserakan, begitu pula
tumpukan sampah yang terlihat disepan-
jang jalan pada bagian Utara yang
melintasi UNIPA. Demikian juga nampak
pada bangunan Tugu Jepang yang te-
lah rusak (hancur) akibat ulah orang
yang tidak bertangung jawab.
ISSN 2355-7966
Warta MATOA Vol. III No. 3, Desember 2016 4
KARAKTERISTIK UMUM DAS REMU DI PAPUA BARAT
Oleh:
Danang J. W. Wijaya1 & Freddy Jontara Hutapea2
Daerah aliran sungai (DAS) merupa-
kan tempat berlangsungnya proses bio-
fisik hidrologis maupun kegiatan sosial-
ekonomi dan budaya masyarakat
(BPDAS Remu Ransiki, 2010; Paimin,
Pramono, Purwanto, & Indrawati, 2012;
Tanika, Rahayu, Khasanah, & Dewi, 2016).
Pada umumnya, kegiatan sosial-ekonomi
dan budaya masyarakat ini merupakan
hal yang paling disorot karena berkaitan
dengan intervensi masyarakat terhadap
sistem alami DAS. Studi sebelumnya
menunjukkan bahwa intervensi ini dapat
membawa dampak negatif terhadap
terhadap tanah, vegetasi, dan kualitas
air (Harjadi, 2010; Simanjuntak, 20 05;
Walukow, 2012). Untuk menjaga
keberadaan DAS ini diperlukan berbagai
upaya seperti pemantauan dan evaluasi
kondisi DAS secara teratur (Tanika et al.,
2016).
DAS Remu merupakan salah satu
DAS yang dikelola oleh BPDASHL Remu
Ransiki. Berdasarkan SK Menhut No. 511
(2011), DAS ini dikategorikan sebagai DAS
prioritas I atau DAS yang dipulihkan.
Dengan demikian, DAS ini merupakan pri-
oritas utama untuk domonitor (BPDASHL
Remu Ransiki, 2014).
Secara geografis, DAS Remu terletak
pada 131⁰15’ LS - 131⁰23’ LS dan 0⁰48’ BT -
ISSN 2355-7966
Warta MATOA Vol. III No. 3, Desember 2016 5
0⁰57’ BT. Secara administratif, DAS Remu
terletak di Kota Sorong (Papua Barat).
Wilayah DAS ini dibatasi oleh DAS
Klafama (selatan), DAS Warsamson
(timur), serta DAS Rufei (barat). Berdasar-
kan klasifikasi iklim Schmidt & Fergusson,
tipe iklim di DAS Remu termasuk tipe A
(sangat basah). Suhu udara minimum di
wilayah DAS ini adalah 26,30C, se-
dangkan suhu udara maksimum adalah
33,20C (BPS, 2017a). Curah hujan teren-
dah terdapat pada bulan Januari (± 181
mm), sedangkan curah hujan tertinggi
terdapat pada bulan Juli (± 418 mm)
(BPS, 2017b). Kelembaban udara rata-
rata di sekitar DAS ini adalah sekitar 85%
(BPS, 2017c).
Luas wilayah DAS Remu diperkirakan
mencapai 14.799,69 ha, dengan panjang
sungai utama sekitar 1,65 km. Lebar DAS
Remu 12,48 km dan panjang DAS Remu
14,12 km. Kondisi topografi DAS Remu
terdiri dari dataran (kelerengan 0-8%)
dengan luas 5.275,83 ha, landai
(kelerengan 8-15%) dengan luas 6.806,31
ISSN 2355-7966
Warta MATOA Vol. III No. 3, Desember 2016 6
ha, dan agak curam (kelerengan 15-25%)
dengan luas 2.629,42 ha (Gambar 1).
Jenis tanah di DAS Remu adalah alluvial
(401,64 ha), gray brown podsolik
(14.279,29 ha), dan red yellow podsolik
(118,75 ha). Vegetasi di DAS Remu
didominasi oleh semak belukar rawa dan
hutan mangrove primer (bagian hilir),
pertanian lahan kering dan semak be-
lukar (bagian tengah), serta hutan lahan
kering sekunder (bagian hulu). Kawasan
hutan di DAS Remu di bagi menjadi be-
berapa kawasan (Tabel 1), dimana fungsi
kawasan hutan yang mendominasi ada-
lah hutan produksi konversi.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Remu Ransiki. (2014). Laporan moni-
toring dan evaluasi penggunaan la-
han DAS Remu. Manokwari: BPDAS
Remu Ransiki.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2017a). Rata-
rata suhu udara di Kota Sorong ta-
hun 2000-2015. Diakses dari https://
s o r o n g k o t a . b p s . g o . i d /
linkTableDinamis/view/id/21.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2017b). Ban-
yaknya curah hujan di Kota Sorong
tahun 1996-2015. Diakses dari https://
s o r o n g k o t a . b p s . g o . i d /
linkTableDinamis/view/id/19.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2017c). Rata-
rata kelembaban udara di Kota So-
rong 2000-2015. Diakses dari https://
s o r o n g k o t a . b p s . g o . i d /
linkTableDinamis/view/id/22.
Harjadi, B. (2010). Monitoring penutupan
lahan di DAS Grindulu dengan
metode penginderaan jauh dan sis-
tem informasi geografis. Forum Geo-
grafi, 24(1), 85-91.
Paimin, Pramono, I. B., Purwanto, & In-
drawati, D. R. (2012). Sistem
perencanaan pengelolaan daerah
aliran sungai. Bogor: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Konservasi dan
Rehabilitasi.
Simanjuntak, B. H. (2005). Studi alih fungsi
lahan hutan menjadi lahan per-
tanian terhadap karakteristik tanah
(Studi kasus DAS Kali Tundo, Malang).
Agric, 18(1), 85-101.
Surat Keputusan Menteri Kehutanan
(2011). Penetapan peta daerah ali-
ran sungai (SK Menhut No. SK.511/
Menhut-V/2011).
Walukow, A. F. (2012). Analisis kebijakan
penurunan luas hutan di daerah ali-
ran sungai Sentani berwawasan ling-
kungan. Jurnal Manusia dan Ling-
kungan, 19(1), 74-84.
Petunjuk Bagi Penulis
Redaksi mengundang para peneliti, teknisi, praktisi dan pemerhati kehutanan untuk menulis artikel dan tulisan ilmiah populer secara bebas, kreatif dan bertanggung jawab menyangkut bidang kehutanan di seluruh Indonesia.
Naskah tulisan berisi maksimal 5 halaman dengan font Calibri 12 spasi 1,5 dan ditulis dalam bahasa Indonesia. Naskah dikumpulkan ke Dewan Redaksi dalam bentuk print out dan file elektronik, dapat disertai gambar dan foto yang
beresolusi baik dan berhubungan dengan isi tulisan. Naskah akan disunting terlebih dahulu oleh Dewan Redaksi tanpa mengubah maksud dan isi tulisan.