“REPRESENTASI NILAI KESETIAAN ANAK KEPADA ORANG TUA DALAM FILM ANIMASI SPIRITED AWAY” (Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Spirited Away Karya Miyazaki Hayao) Disusun Oleh : RATU ANNISA D1211063 Jurnal Guna untuk Memenuhi Syarat Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014
21
Embed
“REPRESENTASI NILAI KESETIAAN ANAK KEPADA ORANG …jurnalkommas.com/docs/RATU ANNISA- D1211063- JURNAL.pdfbahasa di seluruh dunia, Korea, Prancis, Spanyol, Portugal, Jerman dan banyak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
“REPRESENTASI NILAI KESETIAAN ANAK KEPADA ORANG TUA
DALAM FILM ANIMASI SPIRITED AWAY”
(Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Spirited Away
Karya Miyazaki Hayao)
Disusun Oleh :
RATU ANNISA
D1211063
Jurnal
Guna untuk Memenuhi Syarat Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
1
“REPRESENTASI NILAI KESETIAAN ANAK KEPADA ORANG TUA
DALAM FILM ANIMASI SPIRITED AWAY”
(Analisis Semiotika terhadap Film Animasi Spirited Away
Karya Miyazaki Hayao)
Ratu Annisa
Sri Hastjarjo
Mahfud Anshori
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Film is one of media which can convey messages and information to the public,
which is the audience. Yet, we must take a look at the role of film as
communication tools to deliver the messages to the audience. As a mass media,
Film is used to reflect the reality, or even to shape the reality. In this case, it is by
the movie entitled Spirited Away. This film is about a child who can save her
parents when they are in trouble. The main character is namely Chihiro. This
study aims to describe the representation of children’s loyalty to parents in an
animation film entitled Spirited Away seen from Japanese culture point of view.
The methodology used in this study was Roland Barthes’s semiotics in which we
analyzed symbols and myths of Japanese culture. From the symbols, we could
represent the meaning of the film. The result of the study showed that the
Children’s loyalty to parents could be seen by 3 categories. First, willing to
sacrifice was showed by verbal and non-verbal symbols. It was when Chihiro
sacrificed herself to work for a witch and was willing to change her name; even
she was willing to be cursed as a pig when she could not do her job well. The
second category was dedication showed by verbal and non-verbal symbols. It was
when Chihiro declared her promise to save her parents while crying in front of
them who had been cursed as pigs. And the third category was affection which
was showed by verbal and non-verbal symbols. It was when Chihiro could not
stand but helping her parents as soon as possible. She cried when she was scared
that her parents would be eaten by The Gods.
Keyword: Film , Spirited Away , Roland Barthes’s Semiotics
2
Pendahuluan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan komunikasi untuk saling
berinteraksi antar individu. Salah satu media yang membantu untuk saling
bertukar informasi adalah film. Film merupakan salah satu media massa yang
dapat menyampaikan pesan maupun informasi kepada khalayak yaitu penonton.
Sebagai media massa, film digunakan untuk media yang merefleksikan realitas,
atau bahkan membentuk realitas. Media ini banyak digemari banyak orang karena
dapat dijadikan sebagai hiburan dan penyalur hobi.
Jepang adalah salah satu negara yang banyak memberikan pengaruh
terhadap negara-negara lainnya, baik dalam bidang teknologi, budaya, maupun
hiburan. Salah satu pengaruh Jepang dalam bidang hiburan yang dapat kita
rasakan, selain musik dan komik adalah tayangan anime atau film animasi Jepang
yang banyak diputar di televisi. Animasi Jepang atau anime pertama kali muncul
di Amerika Serikat pada tahun 1960 dengan serial TV yang berjudul Astro Boy
dan Speed Racer. Semakin meledaknya manga dan komik Jepang, membuat
anime semakin dikenal di Amerika melalui saluran TV kabel dan sampai saat ini
memiliki penggemar dan menarik banyak audiens.1 Salah satu anime yang
menarik dan berhasil mendapatkan pengakuan serta berbagai penghargaan dari
dunia internasional adalah anime produksi studio Ghibli yang berjudul Sen To
Chihiro No Kamikakushi.
Sen To Chihiro No Kamikakushi atau yang lebih dikenal dengan judul
Spirited Away merupakan salah satu karya terbaik Miyazaki Hayao, seorang
sutradara ternama di Jepang. Anime yang dirilis di Jepang pada bulan Juli 2001
ini berhasil meraup keuntungan sebesar 30 miliar yen dan disaksikan oleh sekitar
23 juta penduduk Jepang. Hal ini menjadikannya sebagai film dengan pendapatan
tertinggi mengalahkan film Titanic pada tahun 1997. Kemudian, anime ini
dialihsuara ke dalam bahasa Inggris dan dirilis di Amerika oleh Walt Disney
Picture dengan judul Spirited Away.
1 Robin Brenner. 2007. Anime’s Brave New World. Reed Elsevier Brookline. Vol 12. Hal 132
3
Kepopuleran Spirited Away membuat anime ini berhasil memenangkan
berbagai penghargaan. Pada tahun 2003, Spirited Away menjadi film animasi
pertama yang berhasil memenangkan piala Oscar dalam kategori film animasi
terbaik. Selain piala Oscar, anime ini juga berhasil meraih penghargaan lainnya,
seperti penghargaan Golden Bear dalam Berlin Internasional Film Festival (2002),
film terbaik dalam Japanese Academy Awards (2001), film Asia terbaik dalam
Hong Kong Film Awards, dan sebagainya. Film ini meraih kurang lebih 30
penghargaan tidak hanya di dalam negeri tapi juga datang dari luar negeri. Tidak
hanya itu saja Film Spirited Away ini telah disunting dan dialihsuara ke dalam 14
bahasa di seluruh dunia, Korea, Prancis, Spanyol, Portugal, Jerman dan banyak
negara eropa lainnya termasuk Inggris. Selain itu puluhan review dari surat kabar
luar negeri seperti New York Times, Wall Street Journal, dan Holywood Reporter
dan puluhan majalah dan surat kabar lainnya membahas tentang film animasi
garapan sutradara Miyazaki Hayao ini.2 Tema yang sederhana, jalan cerita yang
menarik, dan penciptaan karakter yang kuat menambah daya tarik anime ini.
Selain itu, pesan yang disampaikan dalam film ini pun sangat kuat tentang
bagaimana nilai kesetiaan seorang anak untuk menyelamatkan kedua orang
tuanya.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimanakah
representasi nilai kesetiaan anak kepada orang tua dalam film animasi Spirited
Away karya Miyazaki Hayao?”
Tinjauan Pustaka
a. Teori Konstruksi Sosial atas Realitas
Teori Konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality)
diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam buku The
Social Construction of Reality: A Treatise in the sociological of Knowledge.
Berger dan Lackman mengatakan bahwa realitas sosial terdiri dari tiga macam,
yaitu realitas subjektif, realitas objektif, dan realitas simbolik. Realitas obektif
2 Team Ghiblink Production. Diposting 2001 http://www.nausicaa.net/miyazaki/ diunduh pada Rabu, 13
Februari 2013, 11.45 WIB
4
adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di
luar dari individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas
simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif dalam berbagai
bentuk. Sementara itu, realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai
proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolik ke dalam individu
melalui internalisasi3.
Pada kenyataannya, realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran
individu baik di dalam maupun diluar realitas tersebut. Realitas sosial tersebut
memiliki makna ketika realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara
subjektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara objektif.
Jadi individu mengkonstruksi realitas sosial dan merekonstruksi kenyataan
dalam dunia realitas, serta memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas
individu lain dalam institusi sosialnya4.
b. Film sebagai Media Komunikasi Massa
Kehadiran film sebagai media komunikasi saat ini mulai berupaya
untuk mencari perspektif yang lebih mampu menangkap substansi film. Film
tidak lagi dimaknai sekedar sebagai karya seni (film as art) tetapi lebih sebagai
“komunikasi massa” (Jowett dan Linton, 1981) dan “praktik sosial” (Turner,
1991)5. Perspektif ini telah mengurangi bias normatif yang hanya mencari
teoritis film yang cenderung membuat idealisasi namun lebih meletakkan film
secara obyektif.
Sebagai perspektif komunikasi massa, kajian film memandang bahwa
komunikasi merupakan transmission of message serta productions and
exchange of meanings. Pertama melihat komunikasi sebagai proses
penyampaian pesan-pesan (transmission of message). Seperti yang
disefinisikan oleh Carl I. Hoveland6 bahwa komunikasi merupakan proses yang
dilakukan oleh individu (communicator) yang mengirimkan rangsangan
(bisanya simbol-simbol verbal) untuk mengubah tingkah laku individu lain
3Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif.(Jakarta: Rajawali, 2001). hlm 5 4Ibid. 5Budi Irwanto. Film Ideologi dan Militer Hagemoni Militer dalam Sinema Indonesia. (Yogyakarta: Media
Prsindo, 1999). hlm 11 6Onong Effendy U. Televisi Siaran Teori dan Praktek. (Bandung: PT. Mandar Maju, 1993).
5
(communicate). Kemudian yang kedua melihat komunikasi sebagai suatu
aktivitas produksi serta pertukaran makna-makna (production of exchange
meaning). Hal ini berkaitan dengan bagaimana pesan-pesan atau teks
berinteraksi dalam pembuatan makna. Sebagai media komunikasi massa, film
dilihat sebagai proses komunikasi massa, film dimaknai sebagai sebuah pesan
yang disampaikan dalam cara penyampaian komunikasi film, yang memahami
hakikat, fungsi, dan efeknya . Dalam film digunakan tanda-tanda ikonis, yaitu
tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Film umumnya dibangun dengan
banyak tanda. Tanda-tanda tersebut termasuk sistem tanda yang bekerjasama
dengan baik untuk mencapai efeknya.
c. Film sebagai Representasi Sebuah Realitas Masyarakat
Komunikasi memerlukan representasi dari pengalaman, pengetahuan
dan pemahaman yang sudah dimediasi dalam pikiran komunikator. Melalui
persepsi, sebuah representasi realitas dapat ditangkap dan ditafsirkan menjadi
sebuah makna dari segi internal maupun eksternal, sedangkan komunikasi
mewakili ide dan informasi untuk dibagi antara individu satu dengan individu
lainnya7. Film merupakan produk komunikasi yang dapat mewakili gambaran
dari sebuah masyarakat dimana film tersebut dibuat. Film merekam berbagai
macam aktivitas dari kehidupan masyarakat dan kemudian diproyeksikan ke
atas layar. Film dapat mengangkat berbagai macam gejala-gejala serta
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kemudian disajikan
kembali kepada masyarakat.
Film merupakan salah satu media massa yang mampu
merepresentasikan suatu realitas. Menurut Graeme Turner, makna film
merupakan representasi dari realitas masyarakat. Sebagai representasi dari
realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan
kode-kode, konvensi-konvensi dan ideologi dari kebudayaan. Film dalam
merepresentasikan realitas akan selalu terpengaruh oleh lingkup sosial dan
ideologi dimana film tersebut dibuat dan akan berpengaruh terhadap kondisi
7 Elliot Gaines. 2006. Communication and The Semiotic of Space. Sage Publication New Delhi, Thousand
Oaks, London. Journal of Creative Communication. Vol 1. Hal 2
6
masyarakatnya.8 Hubungan antara film dan ideologi kebudayaan bersifat
problematis. Karena film adalah produk dari struktur sosial, politik, budaya,
tetapi sekaligus membentuk dan mempengaruhi struktur tersebut. Menurut
Turner bahwa selain film bekerja pada sistem-sistem makna kebudayaan, film
pun bekerja dalam sistem-sistem makna untuk memperbarui, memproduksi,
atau me-reviewnya9.
Konsep awal dalam representasi dari sebuah film adalah ingin
menggambarkan kembali sesuatu hal yang ada pada cerita di sebuah film.
Representasi menunjuk baik pada proses maupun dari produk pemaknaan suatu
tanda. Representasi sendiri adalah suatu proses perubahan konsep-konsep
ideologi yang abstrak dalam bentuk yang konkrit. Representasi juga
mempunyai beberapa pengertian diantaranya adalah konsep yang digunakan
dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia:
dialog, tulisan, video, fotografi, film, dan sebagainya10
.
d. Film Animasi
Film animasi merupakan salah satu jenis kategori film baru. Dimana
film animasi lebih banyak dikenal sebagai film kartun yang memanfaatkan
gambar-gambar atau lukisan maupun benda-benda mati yang lain, seperti
boneka, meja, dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi. Animasi
sendiri diambil dari bahasa latin „anima‟ yang artinya jiwa, hidup, nyawa,
semangat. Animasi memiliki arti yaitu gambar dua dimensi yang seolah-olah
bergerak karena kelemahan mata yang selalu menyimpan/ mengingat di otak
imaji yang terlihat sebelumnya11
.Sebenarnya animasi mempunyai prinsip
teknik yang sama dengan pembuatan film dengan subyek yang hidup. Sama
juga dalam hal memerlukan 24 gambar (atau bisa juga kurang) perdetik untuk
menciptakan ilusi gerak. Sedikit banyaknya gambar itu menentukan kasar dan
halus pada ilusi yang tercipta12
.
e. Kesetiaan Anak Kepada Orang Tua
8Budi Irwanto. Film Ideologi dan Militer Hagemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Op. Cit, hlm 14-16 9Ibid. hlm 16 10 K Zaman Budi. Bahasa Film: Teks dan Ideologi. Op. Cit, hlm 83 11 Anggara Yuda Ramadianto. Membuat Gambar Vektor dan Animasi Atraktif dengan Flash Proffesional 8.