Top Banner
Media Sosial Dan Partisipasi Politik Mahasiswa Selama Masa Pemilihan Presiden 2014 Anwar Kholid Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Email: [email protected] Achmad Nurmandi Dosen Magister Ilmu Pemerintahan Uni- versitas Muhammadiyah Yogyakarta Email: [email protected] http://dx.doi.org/10.18196/ jgpp.2015.0025 ABSTRACT This research attempts to examine the political participation of social media users par ticularly in Facebook and Twitter during the 2014 Indonesian presidential election. The data collection was performed through survey with accidental sampling methods. Samples were taken from population of undergraduate students of political and social sciences faculty at five universities in Yogyakarta namely UGM, UIN Sunan Kalijaga, UMY, UNY dan UPN “Veteran” Yogyakarta. Using statistic descriptive, this research conceptualizes the political participation of social media users while the relations of social media and political participation is analyzed through OLS Regression. The findings indicated that the level of political participation of the social media users during the election was categorised as good. However, the facilities offered by the two social media applications were not maximally used to supporting political participation activities. On the other hand, the result OLS regeression shows that there were positive and significant correlations and influences of social media towards the political participation of its users during the election even though the percentage was small. Keywords: Social Media, Political Participation, Presidential Election 2014 ABSTRAK Penelitian ini mempelajari par tisipasi politik pengguna media sosial terutama facebook dan twitter selama masa pemilihan presiden 2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel dilakukan secara insidental. Sampel diambil dari populasi mahasiswa program sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik atau yang serumpun dari lima universitas besar di Yogyakarta yaitu UGM, UIN Sunan Kalijaga, UMY, UNY dan UPN “Veteran” Yogyakarta. Menggunakan teknik statistik deskriptif, penelitian ini berusaha melihat bagaimana partisipasi politik pengguna media sosial. Selanjutnya dengan model OLS regression, pengaruh media sosial terhadap tingkat par tisipasi politik tersebut dianalisis.Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat par tisipasi politik para pengguna media sosial tersebut masuk kategori baik. Meskipun begitu, fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh media sosial tidak dimanfaatkan dengan maksimal oleh para responden untuk mendukung partisipasi politiknya. Sementara itu, OLS regression secara umum juga menunjukkan bahwa ada keterkaitan dan pengaruh yang positif dan signifikan antara media sosial terhadap partisipasi politik penggunanya meskipun dengan persentase yang kecil. Kata kunci: Media Sosial, Partisipasi Politik, Pemilihan Presiden 2014 PENDAHULUAN Media sosial merupakan produk teknologi informasi dan komunikasi modern yang saat ini berkembang dengan pesat.
34

Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Aug 03, 2019

Download

Documents

buitruc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Media Sosial DanPartisipasi PolitikMahasiswa Selama MasaPemilihan Presiden 2014

Anwar KholidDosen Ilmu Pemerintahan UniversitasMuhammadiyah YogyakartaEmail: [email protected]

Achmad NurmandiDosen Magister Ilmu Pemerintahan Uni-versitas Muhammadiyah YogyakartaEmail: [email protected]

http://dx.doi.org/10.18196/jgpp.2015.0025

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

ABSTRACTThis research attempts to examine the political participation of social media users par ticularly in Facebook and Twitterduring the 2014 Indonesian presidential election. The data collection was performed through survey with accidentalsampling methods. Samples were taken from population of undergraduate students of political and social sciencesfaculty at five universities in Yogyakarta namely UGM, UIN Sunan Kalijaga, UMY, UNY dan UPN “Veteran” Yogyakarta.Using statistic descriptive, this research conceptualizes the political participation of social media users while therelations of social media and political participation is analyzed through OLS Regression. The findings indicated that thelevel of political participation of the social media users during the election was categorised as good. However, thefacilities offered by the two social media applications were not maximally used to supporting political participationactivities. On the other hand, the result OLS regeression shows that there were positive and significant correlationsand influences of social media towards the political participation of its users during the election even though thepercentage was small.Keywords: Social Media, Political Participation, Presidential Election 2014

ABSTRAKPenelitian ini mempelajari partisipasi politik pengguna media sosial terutama facebook dan twitter selama masa pemilihanpresiden 2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampeldilakukan secara insidental. Sampel diambil dari populasi mahasiswa program sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial danPolitik atau yang serumpun dari lima universitas besar di Yogyakarta yaitu UGM, UIN Sunan Kalijaga, UMY, UNY danUPN “Veteran” Yogyakarta. Menggunakan teknik statistik deskriptif, penelitian ini berusaha melihat bagaimana partisipasipolitik pengguna media sosial. Selanjutnya dengan model OLS regression, pengaruh media sosial terhadap tingkatpartisipasi politik tersebut dianalisis.Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat partisipasi politik para penggunamedia sosial tersebut masuk kategori baik. Meskipun begitu, fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh media sosial tidakdimanfaatkan dengan maksimal oleh para responden untuk mendukung partisipasi politiknya. Sementara itu, OLSregression secara umum juga menunjukkan bahwa ada keterkaitan dan pengaruh yang positif dan signifikan antaramedia sosial terhadap partisipasi politik penggunanya meskipun dengan persentase yang kecil.Kata kunci: Media Sosial, Partisipasi Politik, Pemilihan Presiden 2014

PENDAHULUANMedia sosial merupakan produk teknologi informasi dan

komunikasi modern yang saat ini berkembang dengan pesat.

Page 2: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

27Berbagai macam aplikasimedia sosial populer seperti Facebook,Twitter, Instagram dan Google+ telah diakses dengan rutin olehjutaan penduduk dunia. Berbagai data yang ada menunjukkan angkapengguna media sosial secara global terus meningkat. MenurutKemp (Januari 2014) dalam laporannya untuk We Are Social yangberjudul Social, Digital and Mobile Worldwide in 2014 menyebutkanbahwa dari total populasi penduduk dunia yang berjumlah sekitar7,09 miliar jiwa, 35% diantaranya telah memiliki akses internet.Selanjutnya, dari jumlah total populasi penduduk dunia tersebutsekitar 1,85 miliar jiwa (26%)merupakan pengguna aktif mediasosial.

Sementara itu, masih menurut sumber yang sama,jumlahpengguna media sosial di Indonesia juga menunjukkan angka yangcukup signifikan. Dari populasi penduduk Indonesia yang berjumlahsekitar 251 juta jiwa, 29% diantaranya (73 juta jiwa) sudahtersambung secara online.Pengguna aktif media sosialmencapai 98%dari total pengguna internet. Aplikasi media sosial dengan penggunapaling banyak di Indonesia adalah Facebook dan Twitter yangmasing-masing memiliki pengguna sebesar 93% dan 80%.Dalamlaporannyauntuk We Are Social, Kemp (Januari 2014) menunjukkanbahwa Facebook merupakan aplikasi media sosial paling populerdan mampu menarik sekitar 62 juta pengguna dari Indonesia perJanuari 2014.Angka ini sebanding dengan 25% dari total populasiIndonesia.

Apakah yang menarik dibalik angka-angka tersebut?Keberadaanmedia sosial mampu menciptakan komunitas digital yang hidupdan berdampingan dengan komunitas fisik organik.Interaksikomunikatif antar anggota komunitas digital ini berlangsungselayaknyainteraksididunia nyata sehingga memungkinkan terjadinyadiseminasi informasi, penciptaan ide-ide, maupun pembentukanopini-opini publik yang banyak diantaranya terkait langsung denganisu-isu politik. Media sosial juga menawarkan keunggulan berupa

Page 3: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

28

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

efisiensi transmisi informasi yang dapat berlangsung dengan cepatdengan jangkauan yang luas.

Salah satu tantangan besar yang dimiliki Indonesia adalah jumlahpenduduk yang besar dengan wilayah kepulauan yang luas sehinggaproses komunikasi yang mampu menjembatani antara masyarakatdengan pemerintah menjadikompleksitas yang harus dihadapi.Namun demikian, media sosial menawarkan potensi sebagaijembatan komunikasi yang efisien untuk menjaring opini-opinimasyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilankebijakan oleh pemerintah.

Saat ini, media sosial dianggap menjadi wadah pro-publik karenaterbebas dari kepentingan-kepentingan korporasi besar maupun elitpolitik yang seringkali berada di belakang media massa konvensional.Hal ini mendorong masyarakat Indonesia berpindah dari mediakonvensional ke media sosial untuk mencari informasi sehinggamembuat media sosial mulai menggantikan peranan media konven-sional dalam menyebarkan informasi secara signifikan(Rahmawati,2013). Fenomena ini akhirnya juga mendorong mediamassakonvensional untuk membuat akun di media sosial sebagai wadahpenyampaian informasi yang tersambung dengan laman mereka.Sebagai contohnya surat kabar Kompas dan stasiun televisi MetroTVmerupakan dua media massa konvensional yang memiliki akunpopuler di Twitter dengan nama @kompascom dan @Metro_TV.

Media sosial juga mulai dimanfaatkan oleh para elit politik sebagaialat dalam strategi komunikasi politik.Sebagai contoh, menjelangpemilihan presiden tahun 2014, kedua pasang calon presiden danmasing-masing partai politik pendukungnya memanfaatkan mediasosial sebagai alat untuk mendapatkan dukungan publik.Selainpasangan calon presiden dan partai politik pendukung, ada jugaakun-akun relawan yang dibuat atas inisiatif masyarakat untukmendukung calon presiden dan wakilnya. Sebagai contohnya akunbernama @Bara_Jokowi dan @JKW4P adalah akun relawan

Page 4: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

29

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

pendukung Joko Widodo, dan akun bernama @SelamatkanRI dan@prabowo yang merupakan akun relawan pendukung PrabowoSubianto. Akun-akun tersebut merupakan sebuah bukti bahwamedia sosial telah menjadi sebuah tempat pertemuan antaramasyarakat biasa dengan elit politik yang kemudian memunculkaninteraksi komunikatif antar kedua belah pihak.

Namun, kemudahan dalam berkomunikasi melalui media sosialjuga membawa resiko. Salah satu dampak negatif yang terlihat selamamasa pemilihan presiden 2014 adalah aktifitas-aktifitaskampanyehitam.Namun istilah kampanye hitam hanyalah merupakan salahsatu bentuk smear campaign yang meliputi berbagai bentuk mulaidari yang paling ekstrim dengan menggunakan rumor-rumor sentitifseperti isu agama dan etnisitas sampai dengan isu-isu kecil yang tidakkentara seperti cara berpakaian dan kemampuan berbahasa asing.Tujuan smear campaignadalah untuk mendiskreditkan seseorangataupun kelompok tertentu yang dalam kasus pemilihan presiden2014 lebih banyak ditujukan kepada kedua calon presiden yangbersaing. Smear campaign semacam ini sangat mudah terjadi melaluimedia sosial karena penyebaran informasi yang sulit dikontrol.

Pemilihan presiden 2014 merupakan era baru demokrasi di In-donesia yang ditandai dengan berkembangnya partisipasi politikmasyarakat melalui jaringan internet. Meskipun penggunaan jari-ngan internet ini didominasi oleh kalangan muda namun geliatpartisipasi politik sangat terasa. BBG and Gallup Org. yang dikutipoleh The Global Social Network Landscape (2013) mengatakan bahwapengguna muda usia di bawah 35 tahun mendominasi denganjumlah sebesar 81% dari jumlah total pengguna. Sedangkan jumlahpemilih muda usia antara 17-30 tahun pada pemilihan umum 2014mencapai angka sekitar 59,6 juta jiwa (pemilu.com, 2014) atau 30%dari jumlah total pemilih yang mencapai sekitar 187 juta jiwa(kpu.go.id, 2014). Angka ini merupakan angka yang cukup signifikansehingga dapat diasumsikan bahwa diskusi-diskusi politik yang terjadi

Page 5: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

30

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

di media sosial juga didominasi oleh kalangan muda.Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

meneliti partisipasi politik pengguna media sosial di kalanganmahasiswa aktif program sarjana (S1) di lima universitas diYogyakarta selama masa pemilihan presiden tahun 2014. Mahasiswaaktif yang dimaksud terdiri dari mahasiswa semester awal sampaidengan mahasiswa semester akhir baik yang sudah pernah mengikutipemilihan presiden pada tahun 2009 atau yang baru pertama kalimengikuti pemilihan presiden di tahun 2014. Berdasarkan latarbelakang diatas penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:1. Bagaimana partisipasi politik pengguna media sosial di kalangan

mahasiswa program Sarjana (S1) Fisipol di Yogyakarta selamamasa pemilihan presiden 2014?

2. Bagaimana media sosial mempengaruhi partisipasi politik parapenggunanya dalam pemilihan presiden tahun 2014?

KERANGKA TEORIDEMOKRASI DAN PARTISIPASI POLITIK

Demokrasi dan partisipasi politik masyarakat merupakan duahal yang tidak bisa dipisahkan. Partisipasi politik merupakan intidari sebuah masyarakat demokratis dan merupakan unsur pentingdalam pengembangan individu di dalam masyarakat tersebut(Habermas, 1989;Moyser dalam Axtmann, 2003:174). Partisipasiaktif masyarakat memperkaya proses politik karena dapat mendorongproses pengambilankebijakan yang lebih baik oleh Pemerintah.Keterlibatan masyarakat memberikan kontribusi berupa pertim-bangan-pertimbangan dalamproses pengambilankebijakan denganmemastikan akuntabilitas para politisi (Froomkin dalam Shane,2004:3-4). Dengan kata lain, tanpa adanya partisipasi politik masya-rakat maka sistem demokrasi tidak akan berjalan sebagaimanamestinya.

Page 6: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

31

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Meskipun inti dari partisipasi politik merupakan sesuatu yangsederhana seperti yang dikatakan oleh Parry et al. (1992) yang dikutipoleh Moyser dalam Axtmann (2003: 175) bahwa partisipasi politikadalah tentang “taking part in the processes of formulation, passage andimplementaton of public policies’. Namun, dalam pelaksanaanyapartisipasipolitik menjadi sesuatu yang kompleks. Komplesitas initerkait dengan mekanisme dan struktur bagaimana Pemerintahdapat menyaring partisipasi masyarakat sehingga mampu membe-rikan pengaruh dalam proses pengambilan kebijakan olehPemerintah. Kompleksitas partisipasi politik ini juga terletak padaproses yang terjadi di masyarakat itu sendiri.

Agar dapat mencapai tujuannya, partisipasi politik haruslahditujukan untuk membentuk suatu opini publik yang harus melaluiproses komunikasi secara terbuka dan bersama-sama dalammasyarakat(Habermas, 1989). Hal ini menjadikan komunikasi antarmasyarakat merupakan dasar –dan sebuah bentuk ekspresi – daripartisipasi politik dan merupakan konstitusi publik yang sangat vi-tal secara moral maupun fungsional bagi keberlangsungan demokrasi(Dahlgren, 2002:6).

Habermas (1989) menegaskan perlu adanya penciptaanpublicsphere (ruang publik) agar proses komunikasi dapat berjalan denganbaik. Public sphere adalah sebuah ruang yang menghubungkan antararanah pribadi masyarakat dengan ranah yang menjadi kewenangannegara dan berfungsi sebagai ruang penyangga yang memberikankesempatan bagi tiap-tiap individu untuk mengkomunikasikan isu-isu publik tanpa dipengaruhi oleh Negara maupun korporasi. Lebihlanjut Habermas (1989:227) menjelaskan beberapa prekondisi agarpublic sphere bisa berjalan dengan baik. Pertama adanya jaminankebebasan berbicara dan berpendapat.Kedua adanya kebebasanberserikat dan berkumpul, dan ketiga adanya kebebasan pers untukmepublikasikan opini-opini masyarakat yang terbentuk dalam pub-lic sphere tersebut dengan bebas dan terbuka.

Page 7: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

32

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Ide Habermas mengenai public sphere merupakan sebuahgambaran ideal yang sulit untuk diterapkan.Akan tetapi kemunculanmedia sosial memberikan titik terang karena memungkinkan sebuahtransformasi public sphere ke dalam bentuk baru.Meskipun tidaksecara spesifik membatasi pada media sosial, Castells (2009)mengenalkan sebuah konsep network society yaitu sebuah masyarakatyang struktur sosialnya terbentuk didalam jaringan yang diaktifkanmelalui teknologi-teknologi berbasis perangkat elektronikmikrosehingga komunikasi dan informasi yang berputar diprosessecara digital.Menurut Castells (2013:2), jaringan sosial onlinemerupakan ruang publik yang bersifat otonom karena pemerintahhampir tidak memiliki kontrol dan korporasi tidak bisa memonopolikanal komunikasi yang ada didalamnya.

Aplikasi-aplikasi media sosialyang menjadi tempat hidup networksoscietymemiliki karakter serupa dengan konseppublic sphere.Kemiripan ini dapat dilihat dari kebebasan dan kesetaraan untukberbicara dan berpendapat yang dimiliki oleh para penggunanyaserta kemudahan membentuk kelompok-kelompok sesuai dengankepentingan masing-masing.Selanjutnya, media sosial juga berperansebagai media publisitas yang bebas dan terbuka. Kebebasan yangditawarkan oleh media sosialmemberikan kesempatan bagiterciptanya mass self-communication yang mampu memproses pesanmany-to-manysehingga jumlah penerima pesan berlipat ganda.Selainitu, pesan-pesan yang diunggah melalui media sosial akan terusberputar mengikuti jaringan digital yang tidak berujung dan tidakterbatasi oleh batas teritori fisik.Berdasarkan hal-hal tersebut, me-dia sosial dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk tranformasi publicsphere kedalam dunia online.

Media sosial dalam konteks partisipasi politik dimengerti sebagaisebuah alat.Setiap individu yang tergabung di dalamnya dapat terlibatdan menyuarakan pendapat masing-masing tanpa terbatas oleh ruangdan waktu. Hal ini memberikan kemungkinan bagi berjalannnya

Page 8: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

33

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

proses komunikasi publik dengan kuantitas dan intensitas yangbesar. Pendapat masing-masing individu yang tersalurkan melaluimedia sosial dapat diteruskan, direproduksi dan dimodifikasi olehindividu-individu lainnya sehingga dapat terus berputar di dalamjaringan.Tidak bisa dipungkiri keberadaan media sosial memberikankemudahan bagi berjalannya proses komunikasi di dalammasyarakat. Media sosial merupakan one stop communication platformyaitu selain menjadi wadah komunikasi interpersonal juga berfungsisebagai komunikasi massa yang mampu menyebarkan informasidengan luas.

Perkembangan internet, terutama aplikasi media sosial, membuatproses komunikasi tidak lagi berjalan linear secara bottom-up atautop-downsaja tetapi berjalan mengikuti pola jaringan. Media sosialmenghilangkan kontrol dan monopoli transmisi informasi olehsekelompok elit, seperti pemerintah dan korporasi.Hilangnya kontroldan monopoli oleh sekelompok elit tersebut membuat transmisiinformasi lebih transparan sehingga para pengguna media sosialmemiliki kebebasan sepenuhnya unruk mendapatkan informasi,memberikan umpan balik, dan meneruskannya kepada penggunalainnya.Transparansi infromasi dan kebebasan berkomunikasiseperti ini memberikan kemungkinan kepada para pengguna me-dia sosial untuk berpartisipasi politik secara maksimal. Namun disisi lain, kebebasan ini juga berdampak pada sulitnya mengklarifikasikebenaran informasi-informasi yang beredar melalui media sosial.

Salah satu perkembangan luar biasa selama masa pemilihanpresiden 2014 adalah pemanfaatan media sosial oleh masyarakatuntuk mengartikulasikan partisipasi politiknya. Selain masyarakatbiasa, kalangan elit politik termasuk calon presiden yang bersaingdalam pemilihan presiden kali ini juga memanfaatkan media sosialuntuk berkampanye.

Page 9: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

34

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

MEDIA SOSIAL DAN PARTISIPASI POLITIKBanyak penelitian maupun publikasi yang menunjukkan adanya

hubungan antara penggunaan internet dengan aktivisme politik.Beberapa peneliti tersebut antara lainCarlisle dan Patton (2013),Luengo (2006), dan Vaccari et al. (2013) sepakat bahwa keberadaaninternet telah memberikan pengaruh terhadap aktivisme politikseseorang. Carlisle dan Patton (2013) menyatakan bahwa pemilihanpresiden Amerika Serikat 2008 merupakan faktor pendorong bagimasyarakat Amerika Serikat untuk berpatisipasi melalui Facebook.Sementara Luengo (2006) menyatakan bahwa bahwa ada hubunganpositif dan signifikan antara penggunaan internet dengan tingkataktivisme politik di 20 negara Eropa untuk mengambil bagian dalamproses politik melalui jalur selain pemilihan umum.

Vaccari et al. (2013) menyatakan bahwa keterkaitan antara duniaonline dan off line tersebut terjadi karena masyarakat tidakmemisahkan dengan jelas keterlibatan politis mereka dalam duaranah ini sehingga peredaran informasi antara kedua wilayahdapatterhubung dengan baik. Peredaran informasi dan diskusi yang terjadijuga mengikuti mekanisme jaringan interpersonal yang memilikiefek bola salju. Oleh sebab itu diskusi dan tuntutan politis yangterjadi secara online di twitter menjadi sangat sulit diabaikan yangpada akhirnya mempengaruhi diskusiofflinedi masyarakat. Namundemikian, Carlisle dan Patton (2013) menyatakan bahwa pengaruhyang diberikan oleh media sosialdalam mendorong partisipasi politikpenggunanya masih terbatas. Media sosial hanyalah sebagai alatsedangkan partisipasi politik muncul karena adanya kemauan dankepentingan dari masing-masing individu.

Pengaruh media sosial juga terlihat di ranah politik Indonesia.Rahmawati (2013)mengatakabahwa pola perilaku konsumsi beritapara pengguna media sosial di Indonesia yang secara signifikan mulaiberpindah dari media konvensioanal ke media social di mana isu-isu politik merupakan salah satu isu utama yang dikonsumsi

Page 10: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

35

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

masyarakat Indonesia melalui media sosial. Sedangkan Puspitasari(2012) menganalisis strategi komunikasi politik melalui media sosialdalam pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun 2012 denganmenggambarkan unsur-unsur penting dalam membangun citraindependen dan bersih yang dilakukan oleh salah satu pasangancalon gubernur. Kesimpulan dari studi ini menyatakan bahwa meskimasih tergolong komunikasi statis, namun pasangan Faisal-Biemtelah mencoba membangun hubungan interpersonal dengan parapengguna media sosial lainnya.

Maliki dan Satria (2013) juga mengangkat pengaruh mediasosialterhadap kampanye politik selama masa pilkada DKI Jakartatahun 2012.Studi ini menganalisis maraknya penggunaan mediasosial sebagai sarana kampanye politik pada Pilkada DKI Jakartatahun 2012. Teridentifikasi ada beberapa jenis kampanye yangdilakukan tim sukses maupun pendukung para calon gubernur yangbersaing. Jenis-jenis kampanye tersebut termasuk kampanye hitam,kampanye bersih dan kampanye negatif. Kesimpulan yang ditarikMaliki dan Satria(2013)adalah pasangan calon gubernur danwakilnya memiliki asumsi bahwa kampanye di media sosial mampumempengaruhi pilihanpublik. Namun, hal ini bertentangan denganhasil observasi yang menggambarkan bahwa kepopuleran pasangancalon gubernur dan wakilnya di media sosial tidak selalu berbandinglurus dengan hasil perolehan suara.

METODE PENELITIANData penelitian ini diperoleh melalui survey aksidental yang

dilaksanakan pada bulan September-Agustus 2014. Populasi dalampenelitian ini adalah Mahasiswa Program Sarjana (S1) Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik atau yang serumpun dari lima universitasbesar di Yogyakarta yaitu UGM, UIN Sunan Kalijaga, UMY, UNYdan UPN “Veteran”.Jumlah responden yang direncanakan denganmargin of error 5% dan confidence level 95% dari jumlah populasi

Page 11: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

36

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

sebesar 13286 (PDPT Dikti, 2013) orangadalah 374 responden.Namun dalam realisasinya jumlah sampel yang berpartisipasi dalamsurvey ini melebihi jumlah yang direncanakan yaitu sebanyak 379orang.Jumlah responden dari masing-masing universitas dihitungsecara proporsional sesuai dengan jumlah keseluruhan mahasiswapada fakultas yang telah ditentukan di masing-masing universitas.Sementara itu, aplikasi media sosial yang menjadi fokus penelitianadalah Facebook dan Twitter.

Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat dan satu variabelbebas yang masing-masing memiliki beberapa sub variabel ataudimensi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah partisipasipolitik pengguna media sosial, terdiri dari empat dimensi yaituintensitas partisipasi politik, alasan partisipasi politik, tipe partisipasipolitik dan keberhasilan partisipasi politik dengan jumlah pertanyaansebanyak 24 item. Sementara itu variabel bebas merupakan variabelyang mewakili keberadaan media sosialterdiri dari tiga dimensi yaituketerbukaan dan transparansi informasi, komunikasi tanpa batasdan resiko smear campaign dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10item. Untuk menganalisa data yang didapatkan penelitimenggunakan teknik statistik deskriptif dan analisis OLS Regressiondengan mengikuti alur sebagai berikut:

GAMBAR 1. ALUR ANALISIS OLS REGRESSION

Partisipasi Politik Pengguna Media Sosial

(Y)

Transparansi dan keterbukaan informasi

(X1)

Komunikasi tanpa batas (X2)

Resiko smear campaign(X3)

Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likertsehingga perlu dilakukan uji reliabilitas cronbach’s alpha. Nilai alpha

Page 12: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

37

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

untuk variabel terikat partisipasi politik pengguna media sosialsebesar .860 sehingga variabel ini dianggap reliabel. Meskipun begitujika dilihat pada masing-masing item ada lima item yang seandainyadihilangkan tidak akan banyak mempengaruhi nilai alpha. Namunitem-item tersebut tetap dipertahankan regresi karena mewakilidimensi yang penting dalam analisis ini.

Nilai alpha untuk variabel bebas sebesar .792 sehingga variabelini masih dapat diterima dan dianggap reliabel. Meskipun begitujika dilihat pada masing-masing item ada tiga item yang memilikikonsistensi internal tidak terlalu kuat dan seandainya dihilangkanakan menambah nilai alpha variabel bebas dengan cukup signifikan.Salah satu item yang jika dihilangkan akan menaikkan nilai alphaadalah item “Saya merasa mudah mendapatkan informasi yang sayainginkan melalui media sosial”. Item ini jika dihilangkan akanmenaikkan nilai alpha menjadi .808 dan akan membuat variabelbebas masuk dalam kategori baik. Keputusan untuk memperta-hankan item-item tersebut karena ketiganya mewakili dimensi yangpenting. Ketiga item tersebut merupakan adaptasi prinsip utamadalam sebuah tatanan public sphere seperti yang diutarakanHabermas.

KELEBIHAN DAN KETERBATASAN

Meskipun penelitian tentang partisipasi politik masyarakat sudahbanyak dilakukan tetapi penelitian dengan fokus pemanfaatan sosialmedia sebagai alat pendukung dalam partisipasi politik masih relatifbaru di Indonesia. Penelitian mengenai pemanfaatan media sosialdalam ranah politik di Indonesia saat ini masih lebih banyak bersifattop down dengan pemanfaatan media sosial oleh elit politik sebagaistrategi dalam kampanye. Sementara penelitian tentang pemanfaatanmedia sosial oleh masyarakat biasa untuk terlibat dalam proses politikmasih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapatmemberikan kontribusi sebagai salah satu pembuka untuk

Page 13: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

38

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

penelitian-penelitian selanjutnya.Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai

contoh alasan partisipasi, tipe partisipasi dan nilai partisipasi,merupakan variabel yang sudah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Namun penggunaan variabel bebas tentangpemanfaatan media sosial sebagai alat dalam berpartisipasi politikoleh masyarakat merupakan tambahan yang relatif baru di Indone-sia. Variabel bebas tentang pemanfaatan media sosial ini kemudiandijabarkan ke dalam tiga dimensi yaitu keterbukaan dan transparansiinformasi, kemampuan komunikasi tanpa batas dan resiko smearcampaign yang sangat mudah dilakukan melalui media sosial.Dimensi resiko smear campaign melalui media sosial juga merupakanhal yang masih sedikit dianalisis dalam penelitian.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampelsecara insidental pada populasi yang hanya terbatas pada mahasiswaS1 Fisipol atau yang serumpun di lima universitas besar diYogyakarta. Keterbatasan ini berakibat pada ketidakpastian mengenaiketerwakilan keragaman latar belakang responden semisal daerahasal dan etnisitas. Meskipun pembatasan populasi dan sampelmerupakan hal yang umum dilakukan dalam sebuah penelitiannamun keterbatasan ini juga berakibat pada keterbatasan generalisasiyang bisa dilakukan terhadap hasil penelitian. Keterbatasanselanjutnya adalah tentang data jumlah populasi baik secaramenyeluruh maupun populasi per-fakultas di masing-masing uni-versitas yang belum terbarui. Data jumlah populasi di ambil darilaman PDPT Dirjen DIKTI. Namun data tersebut masih data padasemester pertama tahun 2013.

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Secara umum jumlah responden laki-laki dan perempuanmemiliki persentase yang seimbang. Jumlah responden berjeniskelamin laki-laki sebanyak 183 orang atau 48.3% sedangkan jumlah

Page 14: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

39

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 196 orang atau51.7%. Jumlah yang seimbang antara responden laki-laki danperempuan ini dimaksudkan agar jawaban yang didapat melaluikuesioner tidak mengalami bias gender.

Karakteristik responden selanjutnya dideskripsikan berdasarkanaplikasi media sosial yang digunakan. Dilihat dari karakteristik inimayoritas responden sebanyak 73% menggunakan kedua aplikasiyang ditawarkan melalui kuesioner yaitu Facebook dan Twitter.Sementara jika dilihat dari salah satu aplikasi saja maka respondenyang hanya menggunakan Facebook sebesar 16% atau lebih besar5% daripada jumlah responden yang hanya menggunakanTwitter.Dengan mayoritas responden menggunakan kedua aplikasimedia sosial yang ditawarkan maka dapat dikatakan bahwaresponden telah tersambung ke dalam network sosiety melalui jejaringonline dengan baik. Penggunaan dua aplikasi sekaligus akanmemberikan kesempatan yang lebih besar bagi responden untukmengakses informasi dan berkomunikasi dengan lebih luas daripadahanya menggunakan satu aplikasi saja.

Seberapa lama responden mengakses aplikasi media sosial jugamenjadi hal yang perlu diketahui. Frekuensi responden dalammengakses aplikasi media sosial dibagi ke dalam tiga ketegori yaituheavy users, medium users dan light users. Berdasarkan data yang berhasildidapatkan, lebih dari 50% responden mengakses aplikasi mediasosial kurang dari tiga jam per hari. Dengan kata lain mayoritasresponden masuk dalam kategori light users. Sedangkan respondenyang mengakses media sosial lebih dari enam jam per hari atau masukkategoriheavy usears hanya sebesar 12%. Sedangkan sisanya sebanyak32% masuk kategorimedium usersdengan mengakses media sosial rata-rata tiga sampai dengan lima jam per hari. Meskipun mayoritasresponden adalah light users tetapi tidak dapat dipungkiri bahwamedia sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagaialat untuk berkomunikasi dan mengakses informasi.

Page 15: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

40

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

PEMBAHASANNilai indeks partisipasi politik pengguna media sosial selama masa

pemilihan presiden 2014 merupakan nilai rerata indeks dari masing-masing dimensi yang membangun variabel ini. Ada empat dimensidengan jumlah keseluruhan pertanyaan sebanyak 24 item. Tabel 16menunjukkan bahwa secara keseluruhan indeks partisipasi politikpengguna media sosial selama masa pemilihan presiden 2014 sebesar3,37 atau masuk dalam kategori cukup baik. Berikut ini adalah hasilperhitungan nilai indeks dari variabel terikat partisipasi politikpengguna media sosial:

TABEL 1. PARTISIPASI POLITIK PENGGUNA MEDIA SOSIAL

VARIABEL TERIKAT: PARTISIPASI POLITIK INDEKS RERATA INDEKS Intensitas

- Menandai - Berbagi - Berkomentar - Mengunggah status

3.01

Alasan - Rasional instrumental - Rasional Nilai - Emosional Afektif - Tradisional

3.74

Tipe - Penonton - Transisional - Gladiator

2.94

Keberhasilan - Inisiatif - Toleransi terhadap perbedaan - Keberhasilan

3.78

N=379 Rerata Indeks Min=1 Max=5

3.37

Sumber: Olahan Data Primer(2014)

Dimensi intensitas partisipasi politik merupakan pendapat pararesponden tentangpemanfaatan pilihan fasilitas yang ditawarkanoleh Facebook dan Twitter. Kedua aplikasi media sosial tersebut

Page 16: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

41

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

menawarkan empat pilihan yang mirip satu sama. Meskipun memi-liki tujuan yang sama, namun keempat fasilitas tersebut memilikibobot yang berbeda. Keempat fasilitas tersebut, diurutkan dari bobotterendah, adalah menandai berita dan status, berbagi berita danstatus, memberikan komentar terhadap berita maupun status, danmengunggah berita maupun status pribadi. Pada dimensi intensitaspartisipasi ini kecenderungan terbesar yang diperlihatkan respondenadalah aktifitas menandai berita yang merupakan aktifitas denganbobot terendah. Hal ini menunjukkan responden memiliki kecen-derungan untuk berpartisipasi secara minimal dan aman denganmenghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat menciptakankontroversi. Aktifitas-aktifitas yang bersifat membuka diri untuksebuah perdebatan, misalnya memberikan komentar pada beritamaupun mengunggah status yang bersifat politis, masih cenderungdihindari.

Terbatasnya partisipasi politik responden di atas sejalan denganhasil penelitian Vaccari et al. (2013:21) yang mengungkapkan bahwapaparan informasi politik yang sangat intensif melalui media sosialtidak harus selalu mengarah pada penciptaan diskusi secara langsung.Hal senada juga disampaikan oleh Carlisle dan Patton (2013:891)yang mengatakan bahwa “...despite the enthusiasm surrounding Facebook,individuals in general engaged in limited political activity viaFacebook”.Maka menjadi hal yang wajar pula jika secara umum dalampenelitian ini responden menunjukkan partisipasi politik yangterbatas. Meskipun antusiasme dalam penggunaan media sosialsebagai alat penyalur aspirasi politik selama masa pemilihan presiden2014 nampak besar tapi antusiasme tersebut masih terbatas padaaktifitas-aktifitas yang minimal.

Dimensi selanjutnya adalah dimensi alasan partisipasi yangdimaksudkan untuk mengetahui alasan berpartisipasi politikmelalui media sosial. Dimensi ini dibangun dengan empat indikatortipe alasan yairualasan rasional nilai, alasan emosional afektif, alasan

Page 17: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

42

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

tradisional, dan alasan rasional instrumental. Mayoritas respondenmemiliki alasan yang kuat untuk berpartisipasi politik dengan rerataindeks mencapai 3,74 dengan tipe alasan paling besar yangditunjukkan oleh responden mengarah pada pemikiran rasionalinstrumental. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan respondenmenggunakan pertimbangan-pertimbangan rasional yang ditujukanuntuk mendapatkan pemerintahan yang lebih baik bagipembangunan Indonesia ketika memutuskan untuk berpartisipasipolitik selama masa pemilihan Presiden 2014.

Kemudian, dimensi tipe partisipasi dibangun dengan tigaindikator tipe partisipasi yaitu tipe penonton, tipe transisional, dantipe gladiator. Tipe-tipe partisipasi tersebut merupakan sebuahtingkatan. Meskipun semua tipe adalah sah namun tipe ideal yangdiharapkan adalah tipe gladiator yaitu ketika sesorang secara khususmenyediakan waktu dan tenaga untuk aktif terlibat dalam aktifitas-aktifitas politik semisal kampanye dan pembentukan opini publik.Sesuai dengan tabel 15 secara umum rerata indeks untuk tipe partisi-pasi yang didapatkan adalah 2,94 dan masuk kategori cukup dengankecenderungan terbesar tipe partisipasi yang dimiliki respondenadalah tipe penonton. Tipe ini memiliki aktifitas sebatas pada pen-carian informasi dan berusaha meneruskannya kepada para peng-guna lain yang ada di dalam daftar pertemanan mereka. Kecen-derungan responden untuk masuk tipe penonton sesuai dengankecenderungan intensitas partisipasi yang juga masih minimal.

Dimensi terakhir untuk variabel terikat adalah dimensi nilaipartisipasi yang dibangun dengan tiga indikator yaitu tingkat inisiatif,toleransi terhadap perbedaan dan besarnya keberhasilan. Secaraumum nilai partisipasi politik yang ditunjukkan oleh respondenmasuk kategori baik dengan rerata indeks sebesar 3,78. Mayoritasresponden berpartisipasi atas keinginan dan kesadaran yang datangdari diri sendiri. Sementara itu indikator toleransi terhadapperbedaan mengindikasikan bahwa para responden mampu

Page 18: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

43

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

menerima dan menyikapi perbedaan pendapat yang ada di mediasosial dengan cukup baik. Misalnya, para responden relatif mampumengendalikan diri untuk tidak memberi tanggapan dengan kata-kata kasar pada hal-hal yang berbeda dengan pendapat mereka.Selanjutnya, untuk tingkat keberhasilan secara umum juga memilikinilai rata-rata yang baik dan mengindikasikankemampuan mentrans-fer partisipasi online ke dalam tindakan nyata dengan memberikansuara pada pemilihan Presiden sekaligus berusaha mempengaruhiorang lain untuk melakukan hal yang sama.

Keberhasilan responden untuk mentransfer partisipasi online kedalam kehidupan nyata merupakan sebuah konfirmasi terhadaptingkatan partisipasi yang dijelaskan oleh Pateman (1970:42); Mill(1972:217); dan Moyser dalam Axtmann (2003:175) yangmenyatakan bahwa tingkat pertama partisipasi adalah adanyaperubahan yang terjadi pada diri partisipan itu sendiri dan selan-jutnya adalah ketika partisipan tersebut kemudian mendorongindividu lainnya untuk terlibat karena percaya bahwa partsisipasipolitik menghasilkan masyarakat yang berpengetahuan, bertanggungjawab dan memiliki empati terhadap pandangan serta kepentingananggota masyarakat lainnya. Keberhasilan responden untuk men-transfer partisipasi online ke dalam kehidupan nyata juga meng-konfirmasi hasil penelitian Vaccari et al. (2013) yang menyatakanbahwa pada dasarnya partisipasi politik melalui diskusi secara online(melalui Twitter) juga berdampak pada partisipasi secara offline.

MEDIA SOSIAL SEBAGAI SEBUAH ONLINE PUBLIC SPHEREVariabel bebas keberadaan sosial media merupakan bagian yang

ditujukan untuk menganalisis persepsi responden terhadapkeberadaan media sosial dalam kaitannya dengan penerapan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi yang dimaksud adalahkebebasan dalam mendapatkan informasi, kebebasan berpendapatdan kebebasan untuk berkumpul. Namun demikian harus diakui

Page 19: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

44

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

bahwa keberadaan media sosial juga membawa resiko karenakemudahan untuk menyebarkan informasi secara cepat dan luastanpa ada mekanisme kontrol yang kuat. Resiko yang cukup jelasterlihat selama masa kampanye pemilihan presiden tahun 2014adalah smear campaign. Dalam kasus pemilihan presiden tahun 2014,kedua pasang calon presiden sama-sama menjadi sasaran smear cam-paign. Meskipun semua isu negatif dapat dijadikan bahan smear cam-paign namun isu-isu sensitif seperti agama, etnisitas, ideologi, sertahubungan mayoritas dan minoritas paling mudah untuk digunakandi Indonesia.

TABEL 2. KEBERADAAN MEDIA SOSIAL

VARIABEL BEBAS: KEBERADAAN SOSIAL MEDIA RERATA INDEKS

Keterbukaan dan transparansi informasi 3.64 Komunikasi tanpa batas 3.63 Resiko Smear Campaign 2.41 N=379 Min=1 Max=5

Sumber: Olahan Data Primer (2014)

Secara umum persepsi responden terhadap keberadaan mediasosial sebagai wadah untuk berpartisipasi politik selama masapemilihan presiden 2014 masuk kategori baik. Hal ini ditunjukkandengan tingginya rerata indeks untuk indikator keterbukaan dantransparansi informasi pada tabel 2 sebesar 3,64. Namun ada indikasiyang menunujukkan bahwa kebanyakan responden beranggapanmeskipun media sosial memberikan kemudahan untuk mengaksesinformasi dengan seluas-luasnya namun kemudahan ini tidak diim-bangi dengan kepastian atas transparansi informasi yang beredar.Selanjutnya, indikator komunikasi tanpa batas mewakili kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh media sosial untuk berkomunikasibaik komunikasi antar individu maupun antar individu dengankelompok. Selain memudahkan komunikasi individual, media sosialjuga memungkinkan para penggunanya membuat kelompok-

Page 20: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

45

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

kelompok virtual. Berdasarkan dari tanggapan responden, nilai rerataindeks yang didapat untuk dimensi komunikasi tanpa batas adalah3,63 dan masuk kategori baik (tabel 2).

Rerata indeks yang tinggi untuk dimensiketerbukaan dan trans-paransi informasi dan dimensi komunikasi tanpa batas mengin-dikasikan bahwa responden menyadari potensi yang disediakan olehmedia sosial dalam kaitannya dengan penerapan prinsip-prinsipdemokrasi. Kecenderungan yang diperlihatkan mayoritas respondenmenunjukkan bahwa ada pemahaman mengenai media sosialsebagai sebuah wadah publik seperti halnya public sphere yang diutarakan oleh Habermas. Mayoritas responden mengakui bahwamedia sosial mampu memberikan tempat yang dapat mengakomodirkebebasan berbicara dan berpendapat serta kebebasan berserikatdan berkumpul dengan baik. Selain itu media sosial juga dapatberfungsi sebagai tempat untuk mempublikasikan berbagai macamopini secara mandiri oleh penggunanya.

Selanjutnya indikator resiko smear campaign merupakan indikatoryang menunjukkan adanya konsekuensi yang datang bersamaandengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial.Indikator ini dibangun dengan lima parameter yang erat hubungan-nya dengan persepsi responden terhadap berita maupun statusnegatif yang ditujukan pada calon Presiden. Semakin tinggi nilaiyang didapat dari responden maka semakin tinggi resiko smear cam-paign yang mungkin terjadi. Tabel 2 menunjukkan bahwa indeksrerata dimensi resiko smear campaign sebesar 2,41 dan masuk kategorikurang. Hal ini menandakan bahwa meskipun tidak masuk kategorimengkhawatirkan namun masih ada kemungkinan responden untukterjebak maupun terdampak oleh aktifitas-aktifitas smear campaign.Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena responden merupakankelompok masyarakat yang sudah memiliki dasar pemahaman yanglebih baik dalam hal politik sehingga bisa berpikir secara lebihrasional dan kritis.

Page 21: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

46

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kecilnya resiko smear campaign terhadap partisipasi politik selamamasa pemilihan presiden 2014 dapat dikonfirmasi dari data dimensialasan partisipasi dan keberhasilan partisipasi. Data dimensi alasanpartisipasi politik menunjukkan kecenderungan bahwa partisipasipolitik responden didasari alasan-alasan rasional. Tabel 1 menunjuk-kan bahwa kecenderungan terbesar terlihat dari parameter yangmewakili alasan partisipasi rasional instrumental dengan nilai rata-rata sebesar 4,35. Selanjutnya, alasan rasional nilai dengan rata-ratasebesar 4,13 menjadi alasan terbesar kedua. Hal ini mengindikasikanbahwa responden mampu mengidentifikasikan hal-hal yang pentingsecara logis dalam berpartisipasi selama masa pemilihan presiden2014. Selain itu, kedua alasan ini juga menjadi indikasi bahwaresponden memiliki kemauan dan kemampuan untuk menganalisisinformasi yang beredar di media sosial secara rasional untukmenentukan pilihan. Alasan-alasan rasional instrumental yangdimaksud sebagai contohnya adalah track record calon presiden, visidan misi, serta program-program pembangunan yang ditawarkanoleh para calon yang bersaing.

Kecilnya resiko smear campaign terhadap partisipasi politik jugasesuai dengan data dimensi toleransi terhadap perbedaan yangmendapatkan tanggapan positif yang tinggi dari responden dengannilai rata-rata sebesar 3,83 (Tabel 1). Smear campaign yang terjadiselama pemilihan presiden 2014 di dominasi oleh isu-isu agama danetnisitas sehingga ketika toleransi dan kemampuan untuk berpikirsecara rasional terhadap perbedaan sudah terbangun dengan baikmaka isu-isu tersebut tidak akan berpengaruh secara signifikan.Mayoritas responden menyadari bahwa perbedaan merupakan halyang wajar dan mereka berusaha untuk menyeimbangkan antarainformasi positif maupun negatif untuk melihat kedua calonpresiden yang bersaing. Selain itu mayoritas responden jugamenyatakan mampu menerima dan mendukung siapa saja presidenyang terpilih dalam pemilihan 2014.

Page 22: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

47

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fakta bahwa smear campaign menjadi topik berita hangat selamamasa pemilihan presiden 2014 juga tidak terlalu mempengaruhi ting-kat keberhasilan partisipasi politik. Data menunjukkan bahwa mayo-ritas responden menggunakan hak pilih merekadan memiliki inisiatifuntuk mengajak orang lain untuk menggunakan hak pilihnyadengan nilai rerata indeks... atau masuk kategori baik (Tabel 1).

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PARTISIPASIPOLITIK PENGGUNANYA

Aanalisis OLS regression dilakukan untuk mengetahui seberapabesar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengandemikian uji regresi menghasilkan besaran pengaruh variabel bebasterhadap variabel terikat dalam persentase. Variabel bebas dalamanalisis regresi ini terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi keterbukaandan transparansi informasi (X1), dimensi komunikasi tanpa batas(X2), dan dimensi resiko smear campaign (X3). Sedangkan sebagaivariabel terikat adalah partisipasi politik pengguna media sosial (Y).Berikut ini adalah hasil uji regresi terhadap variabel partisipasi politikpengguna media sosial:

TABEL 3. MATRIKS REGRESI TERHADAP VARIABEL TERIKAT PARTISIPASI POLITIKPENGGUNA MEDIA SOSIAL

Variabel bebas Unstandardized Coefficients

t Sig. B S. Error

Constant 51.940 3.541 14.666 .000 Keterbukaan dan Transparansi informasi

2.212 .403 5.267 .000

Komunikasi tanpa batas .539 .264 2.045 .042 Resiko smearcampaign .626 .130 4.811 .000 R Square=.173 Standard Error=10.143 F=26.09 Sig.=.000

Sumber: Olahan Data Primer (2014)

Nilai F sebesar 26.09 dengan besaran signifikansinya adalah .000sehingga F dikatakan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa

Page 23: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

48

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

setidaknya variasi nilai variabel bebas dapat menjelaskan variasi nilaivariabel terikat atau dengan kata lain setidaknya salah satu variabelbebas dalam model ini memiliki nilai regresi signifikan terhadapvariabel terikat. Signifikansi nilai F akan semakin nampak jelas ketikamelihat nilai signifikansi dari masing-masing variabel pengontrol.Secara umum seluruh variabel pengontrol dalam model regresi inimenunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatyang ditunjukkan dengan nilai Sig. < .050.

Statistik R-square menunjukkan “the proportion of explained vari-ance in the dependent variable that is accounted for by the independentvariable” (Lewis-Beck dalam Bush, 2009:91). Statistik R-square dalamperhitungan ini adalah .173 yang berarti bahwa variabel cyberdemo-cracy yang terdiri dari tiga dimensi yaitu keterbukaan dan transparansiinformasi, komunikasi tanpa batas dan resiko smear campaign membe-rikan kontribusi sebesar 17,3% terhadap partisipasi politik penggunamedia sosial. Sementara itu sisanya yaitu 82,7% merupakan kontri-busi pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalammodel ini.

Nilai unstandardized coefficients mengindikasikan perubahan rata-rata variabel terikat jika ada penambahan satu poin pada variabelbebas. Pada tabel 26 nilai koefisien variabel keterbukan dan trans-paransi informasi sebesar 2,212 terhadap variabel partisipasi politikpengguna media sosial. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap kaliterjadi penambahan satu poin pada variabel bebas keterbukaan dantransparansi informasi akan terjadi penambahan sebesar 2,212 padanilai rata-rata variabel terikat partisipasi politik pengguna mediasosial. Hal ini sesuai dengan persamaan regresi Y=a+bX dimana Yadalah variabel terikat, a adalah nilai constant, b adalah koefisienarah regresi, dan X adalah variabel bebas. Persamaan ini berartibahwa ketika keterbukaan dan transparansi informasi semakin baikmaka partisipasi politik pengguna media sosial juga akan meningkat.

Nilai koefisien variabel komunikasi tanpa batas sebesar .539

Page 24: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

49

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

sehingga setiap kali terjadi penambahan satu poin pada variabelkomunikasi tanpa batas akan memberikan penambahan sebesar .539pada nilai rata-rata variabel partisipasi politik pengguna media sosial.Namun nilai signifikansi yang didapat dari analisis regresi menun-jukkan nilai Sig.=.042 hampir tidak signifikan. Hal ini menunjukkanbahwa pengaruh komunikasi tanpa batas kecil terhadap partisipasipolitik pengguna media sosial.

Sementara itu, nilai koefisien variabel resiko smear campaignsebesar .626 sehingga setiap kali terjadi penambahan satu poin padavariabel ini akan memberikan penambahan rata-rata sebesar .626pada variabel terikat. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun smearcampaign merupakan hal negatif tetapi merupakan salah satu bagianyang membangun partisipasi politik pengguna media sosial sehinggaada indikasi ketika resiko ini bertambah maka akan berdampak padameningkatnya partisipasi politik.

Berdasarkan hasil uji korelasi dan regresi di atas dapat diambilkesimpulan bahwa media sosial memiliki keterkaitan dan pegaruhyang positif dan signifikan terhadap partisipasi politik penggunamedia sosial selama masa pemilihan presiden 2014. Secara lebihterperinci, keterbukaan dan transparansi informasi yang ditawarkanoleh Facebook dan Twitter memberikan pengaruh positif palingbesar terhadap tingkat partisipasi politik penggunanya diikutidimensi resiko smear campaign dan dimensi komunikasi tanpa batas.

Hasil uji OLS regression dalam penelitian ini mengindikasikanadanya hubungan positif dan signifikan antara media sosial denganpartisipasi politik penggunanya. Hubungan positif dan signifikanini diindikasikan melalui hasil uji regresi yang menunjukkan bahwavariabel bebas yang mewakili dimensi keterbukaan dan transparansiinformasi, dimensi komunikasi tanpa batas dan dimensi resiko smearcampaign memiliki pengaruh sebesar 17,3% terhadap partisipasipolitik pengguna media sosial selama masa pemilihan presiden 2014(Tabel ....). Hasil ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh

Page 25: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

50

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Luengo (2006) yang menyatakan bahwa hasil penelitian di 20 negaraEropa menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antarapenggunaan internet dengan tingkat aktivisme politik.

Dilihat secara parsial, hasil temuan mengindikasikan ada korelasipositif antara keberadaan media sosial sebagai alat pendukungterhadap tingkat partisipasi politik penggunanya. Hasil uji OLS Re-gression menunjukkan bahwa keterbukaan dan transparansi informasimemiliki porsi terbesar dalam mempengaruhi partisipasi politikpengguna media sosial. Nilai koefisien dimensi keterbukaan dantransparansi informasi terhadap partisipasi politik pengguna mediasosial sebesar 2,212 dengan nilai Sig. <.000.

Namun, pengaruh kemudahan komunikasi yang diwakili olehdimensi komunikasi tanpa batas terhadap partisipasi politikpengguna media sosial hampir tidak signifikan. Nilai koefisiendimensi ini hanya .539 dengan nilai Sig.=.042. Hal ini nampakdengan jelas ketika data-data parsial dilihat dengan mendalam.Sebagai contoh ketika responden ditanyakan mengenai usahaberkomunikasi secara langsung dengan elit politik untukmenyampaikan pendapatnya, mayoritas responden mengindikasikanbahwa kesempatan ini tidak pernah dimanfaatkan. Padahal melaluimedia sosial prosedur komunikasi dengan elit politik bisa dilakukansemudah berkomunikasi dengan teman atau keluarga sendiri tanpaharus melewati proses birokrasi seperti ketika komunikasi dilakukandengan tatap muka.

Meskipun smear campaign merupakan hal negatif tetapi dalampenelitian ini smear campaign menjadi salah satu faktor yang secarapositif mempengaruhi partisipasi politik pengguna media sosial. UjiOLS regression menunjukkan nilai koefisien dimensi smear campaignterhadap partisipasi politik pengguna media sosial sebesar .626dengan nilai Sig.<.000. Nilai koefisien ini lebih besar daripada nilaikoefisien dimensi komunikasi tanpa batas. Dengan demikian dapatdiartikan bahwa smear campaign merupakan bagian dalam partisipasi

Page 26: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

51

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

politik pengguna media sosial itu sendiri. Meskipun aktifitas inibernilai negatif tetapi merupakan aktifitas yang dapat mendorongseseorang untuk aktif terlibat dalam suatu proses politik.

Temuan yang menyatakan bahwa smear campaign merupakanpendorong maupun bagian dari partisipasi politik itu sendiri sesuaidengan pendapat yang diutarakan oleh Key seperti dikutip olehKahn dan Kenney (1999:877) mengatakan bahwa:

“A campaign ... that presents the electorate with dramatic issues, thatcommands the attention of the media of communication will stir farmore interest than a campaign whose outcome seems to the voter to be ofslight immediate importance. The clashes of candidates whose person-alities engage the emotions of masses of people will pull more voters tothe polls than will a contest between nonentities.”Selama masa pemilihan presiden 2014, isu-isu smear campaign

yang sensitif seperti isu agama, etnisitas, maupun isu-isu yeng lebihbersifat politis seperti pelanggaran HAM dan skandal korupsi telahberhasil membuat kontroversi yang mendorong terbentuknyapolarisasi di dalam masyarakat. Isu-isu yang kontroversial tersebutberhasil menarik banyak komentar yang kemudian menimbulkanperdebatan dari kedua belah pihak di media soial. Sebagai contohada sebagian anggota masyarakat yang terlibat dalam perdebatankarena terbawa emosi dan rasa takut jika keyakinan atas agamatertentu mendapat efek negatif jika salah satu calon berhasilmemenangkan pemilihan. Ada pula yang terlibat karena merasabahwa isu agama sudah tidak lagi relevan dalam kaitannya denganpemilihan presiden. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan olehFinkel dan Geer dalam Kahn dan Kenney (1999:877-888) yangmengatakan bahwa smear campaign mendorong partisipasi pemilihdengan memberikan infomasi-informasi politik yang berdampakpada munculnya rasa kekhawatiran tentang hasil pemilu. Meskipunpada akhirnya dampak smear campaign tidak selalu sama karenamemiliki konten dan nada yang bervariasi, dan pemilih merespon

Page 27: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

52

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

pada variasi tersebut. Ada beberapa smear campaign yang dianggappantas dan berguna, sementara ada juga yang dianggap tidak tepatdan tidak pantas (Kahn dan Kenney, 1999:887).

Meskipun antusiasme publik untuk berpartisipasi selama masapemilihan presiden 2014 melalui diskusi-diskusi online nampak besar,tetapi temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa media sosialhanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap partisipasi politikpenggunanya. Jika dilihat secara statistik pengaruh media sosialterhadap partisipasi politik para penggunanya memang bersifatpositif dan signifikan, namun apabila dilihat secara ilmu sosialpengaruh tersebut cukup kecil hanya 17,3%.

Selain itu, perlu untuk diketahui bahwa setelah dilakukan ujicronbach’s alpha kedua item pertanyaan yang mewakili keterbukaandan transparansi informasi dan satu item yang mewakili kemudahanuntuk berserikat dan berkumpul secara online di media sosial tidakmemiliki konsistensi internal yang cukup kuat dalam penelitian ini.Secara statistik, penggunaan ketiga item tersebut berdampak padapengurangan nilai reliabilitas variabel bebas walaupun pengurangannilai tersebut tidak sampai membuat variabel bebas tidak dapatditerima.

Kemudahan akses informasi dan komunikasi yang ternyata hanyamemberikan pengaruh kecil terhadap tingkat partisipasi politikpengguna media sosial agak berseberangan dengan konsep yangdicetuskan oleh Castells (2012) yang berpendapat bahwa aksesterhadap informasi yang transparan dan kebebasan untukberkomunikasi merupakan salah satu unsur penting agar masyarakatbisa berpartisipasi politik dengan maksimal. Temuan dalampenelitian ini mengindikasikan kemudahan dan keterbukaan aksesinformasi, kebebasan berkomunikasi serta kemudahan untukberserikat dan berkumpul secara online tidak secara otomatismemaksimalkan partisipasi politik penggunanya.

Kemudahan akses informasi dan komunikasi memang

Page 28: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

53

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

merupakan faktor yang penting untuk mengakomodasi partisipasipolitik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Habermas (1989:227)bahwa jaminan kebebasan berbicara dan berpendapat, kebebasanberserikat dan berkumpul, dan adanya kebebasan pers merupakansyarat utama bagi terakomodasinya partisipasi politik. Namun dalampenelitian ini kemudahan informasi dan kebebasan komunikasihanya berperan sebagai kerangka kondisi yang dapat digunakanataupun diabaikan. Hal ini terbukti ketika mayoritas repondenmengakui dan menyadari bahwa media sosial memberikankemudahan dalam mengakses informasi dan berkomunikasi tetapipada kenyataanya hal terrsebut tidak serta merta mendorong merekaterlibat dalam proses pemilihan presiden 2014 dengan maksimal.Berdasarkan temuan ini asumsi yang dapat ditarik adalah bahwakemudahan akses informasi dan keterbukaan komunikasi selamamasa pemilihan presiden 2014 menjadi faktor yang sedikit diabaikanoleh responden.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas maka merupakan suatuhal yang dapat dimaklumi jika pengaruh media sosial terhadappartisipasi politik penggunanya masuk kategori kecil. Kecilnyapengaruh media sosial terhadap partisipasi politik penggunanya jugamenunjukkan bahwa selain kemudahan akses dan keterbukaankomunikasi ada faktor lain yang memiliki pengaruh lebih besarterhadap partisipasi politik pengguna media sosial. Berdasarkanobservasi yang ada, salah satu faktor dominan yang mempengaruhipengguna media sosial berpartisipasi politik selama masa pemilihanpresiden 2014 adalah faktor kemauan dan ketertarikan yang datangdari masing-masing individu. Observasi ini sesuai dengan penelitianCarlisle dan Patton (2013:861) terhadap partisipasi politik penggunaFacebook selama masa pemilihan presiden Amerika Serikat 2008:

“Finally, we find that one’s political interests play a significant role indetermining whether an individual is more or less engaged in Facebookduring both the primary and general elections. The significance and

Page 29: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

54

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

strength of the effect of political interest is in line with previous researchboth in the area of traditional offline political activity and online be-havior, in general. While many have considered whether the Internetcan equalize access to information and politics, we find, as have others,that interest propels action. Those who are more interested are thosewho are more likely to be engaged and politically active.”Selain faktor yang datang dari masing-masing individu, pengguna

media sosial juga bersosialisasi secara offline sehingga media-mediakonvensional seperti TV, Radio dan Surat kabar juga masih memilikipengaruh. Interaksi-interaksi interpersonal baik yang terjadi secaraonline maupun offline semisal di rumah bersama keluarga ataupundi dalam ruang kelas bersama teman sebaya juga memberikanpengaruh terhadap partisipasi politik seseorang. Hal ini juga sesuaidengan penelitian Vaccari et al. (2013:23) yang menyimpulkanbahwa:

“In the age of ubiquitous communication, voters are constantly targetedby avalanches of political messages, especially during campaigns, butresearch has shown that interpersonal communication among citizensstill plays an important role in filtering mass media content and influ-encing vote choices.”Kecilnya pengaruh media sosial terhadap partisipasi politik

penggunanya kemungkinan juga karena pemanfaatan media sosialsebagai instrumen dalam partisipasi politik masih tergolong baru diIndonesia sehingga masih memerlukan waktu untuk berkembang.Secara khusus, pemilihan presiden 2014 merupakan pemilihanpresiden pertama di Indonesia yang mendapatkan sorotan secarabesar-besaran melalui media sosial. Hal ini tidak terlepas darifenomena meledaknya jumlah pengguna media sosial di Indonesiaterutama Facebook dan Twitter beberapa tahun terakhir ini.

Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruhmedia sosial terhadap partisipasi politik penggunanya relatif kecil

Page 30: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

55

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

tetapi peneliti percaya bahwa penelitian lebih lanjut dan mendalammengenai pemanfaatan media sosial dalam partisipasi politik publikpenting untuk diteruskan. Jumlah pengguna internet di Indonesiayang mencapai lebih dari 72 juta orang dengan 62 juta orangdiantaranya pengguna aktif Facebook dan 58 juta orang penggunaaktif Twitter (we are social per Januari 2014) merupakan angka yangperlu diperhatikan dalam landskap politik di Indonesia. Denganjumlah pengguna media sosial yang cukup besar di Indonesia makatuntutan-tuntutan politik yang diartikulasikan secara online akansangat sulit untuk diabaikan karena seperti yang dinyatakan olehVaccari et al. (2013:24) bahwa “what happens online does not stay online,but rather moves offline and affects citizens’ face-to-face conversations.”

KESIMPULANJika dilihat dari penggunaan hak suara, partisipasi politik pada

pemilihan presiden 2014 secara kuantitas mengalami penurunandibandingkan dengan pemilihan-pemilihan sebelumnya. Namun jikadilihat dari antusiasme dan keterlibatan publik selama masa pemi-lihan presiden maka secara kualitas partisipasi politik masyarakatmengalami peningkatan. Meningkatnya kualitas ini terutama terlihatdari keramaian yang terjadi di media sosial. Banyak pengguna me-dia sosial yang terlibat aktif dalam proses pemilihan presiden 2014baik melalui percakapan-percakapan secara individual maupunsecara kolektif dengan membentuk kelompok-kelompok relawan.Kelompok-kelompok ini ada yang dibentuk dan bergerak untukmendukung kampanye calon presiden tertentu dan ada pula yangdibentuk dan bergerak untuk mengawasi berjalannya proses pemili-han presiden 2014.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat partisipasipolitik pengguna media sosial selama masa pemilihan presiden 2014masuk pada kategori baik. Hasil ini tidaklah mengejutkan mengingatbahwa responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah

Page 31: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

56

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

mahasiswa Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau yang serumpunsehingga berpartisipasi dalam politik seharusnya bukanlah hal yangasing lagi. Namun fasilitas yang diberikan oleh media sosial berupakemudahan dalam mengakses informasi dan berkomunikasi tidakdimanfaatkan dengan maksimal. Dilihat dari tipe partisipasi,kebanyakan responden cenderung masuk pada tipe penonton yangdidefiniskan sebagai tipe paling rendah. Selanjutnya, ada indikasiyang menunjukkan bahwa responden masih cukup rentan terjebakdan terdampak oleh smear campaign. Namun demikian keberhasilanpartisipasi politik yang ditunjukkan responden cukup baik.Keberhasilan partisipasi ini dilihat dari penggunaan hak pilih padahari pemungutan suara dan inisiatif untuk mengajak orang lainuntuk melakukan hal yang sama.

Hasil analisis regresi pada bab pembahasan juga menunjukkanbahwa media sosial memberikan pengaruh yang positif dansignifikan terhadap partisipasi politik penggunanya selama masapemilihan presiden 2014 meskipun dengan persentase yang kecilsebesar 17,3%. Kecilnya pengaruh media sosial terhadap partisipasipolitik para penggunanya mengindikasikan dua hal yaitu: 1) bahwakemudahan informasi dan komunikasi hanyalah suatu kerangkakondisi yang dapat dimanfaatkan ataupun diabaikan oleh seorangindividu ketika memutuskan untuk berpartisipasi politik; 2) bahwamedia sosial tidak bisa menjadi satu-satunya instrumen yangdiandalkan untuk mendorong aktivisme politikpublik maupununtuk mempengaruhi persepsi publik. Namun demikian, tetap harusdiakui bahwa media sosial telah menjadi salah satu faktor yang perludipertimbangkan sebagai instrumen untuk mendorong partisipasidan mendapatkan dukungan politik publik.

Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa smear campaignmemberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadappartisipasi politik pengguna media sosial. Hal ini dapat diartikanmeskipun aktifitas smear campaign bersifat negatif tetapi pada

Page 32: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

57

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

dasarnya dapat berperan sebagai salah satu faktor pendorong danbagian dari partisipasi politik pengguna media sosial selama masamasa pemilihan presiden 2014. Namun yang perlu diperhatikanbahwa smear campaign juga bersifat multidimensi yang setidaknyaterdiri dari dua kategori yaitu 1) kategori yang masih dianggap pantasdan berguna oleh publik sehingga dapat mendorong publik untukaktif berpartisipasi; dan 2) kategori yang dianggap tidak pantasdantidak tepat yang dapat membuat publik apatis terhadap proses politikyang sedang berlangsung.

DAFTAR PUSTAKABUKUBecker, T. 1998. ‘Governance and electronic innovation: A clash of paradigms’, Infor-

mation, Communication and Society 1(3), pp. 339–343.Bollier, Sam. 2 Juli 2014. Voting in the ‘world’s social media capital’. Al-Jazeera. [Online]

Availabel at:http://www.aljazeera.com/indepth/features/2014/07/voting-worlds-so-cial-media-capital-2014725397392826.html[Accessed: 27 Desember 2014].

Carlisle, Julier E., dan Robert C. Patton. 2013. Is Social Media Changing How WeUnder-stand Political Engagement?An Analysis of Facebook and the 2008Presidential Elec-tion. Political Research Quarterly,(7 May 2013) pp. 883-895.

Castells, Manuel. 2012. Networks of Outrage and Hope: Social Movements in the InternetAge. Cambridge: Polity Press

Castells, Manuel. 2013. Communication Power. 2nded. New York, NY: Oxford UniversityPress

Cochrane, Joe. 5 Juli 2014. After Barrage of Personal Attacks, Indonesian PresidentialElection Tightens. The New York Times. [Online] Available at:http://www.nyti-mes.com/2014/07/06/world/asia/after-barrage-of-personal-attacks-indonesian-presi-dential-election-tightens.html?_r=3[Accessed: 27 Desember 2014].

Cook, T. D. and C. S. Reichardt. 1979. Qualitative and Quantitative Methods in Evalua-tion Research. Baverly Hills, CA: Sage.

Efriza. 2012. Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: AlfabetaFerdinand, Peter. 2003. Cyber-democracy. In: Axtmann, Roland. ed. Understanding Demo-

cratic Politics: an Introduction. London: Sage, pp 207-216.Froomkin, A. Michael. 2004. Technologies for Democracy. In: Shane, Peter M. ed. De-

mocracy Online: The Prospects for Political Renewal Through the Internet. New York,NY: Routledge, pp. 3-20.

Gliem, Joseph A., dan Rosemary R. Gliem. 2003. Calculating, Interpreting, and Report-ing Cronbach’s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scales. Midwest Research-to-Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education. The Ohio

Page 33: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

58

JURNALILMU PEMERINTAHAN &

KEBIJAKAN PUBLIK

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

State University (October 8-10, 2003), pp. 82-88.Habermas, Jurgen. 1989. The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry

into a Category of Bourgeois Society [Tran. Thomas Burger and Frederick Lawrence].MA: MIT Press

Habermas, Jürgen. 1992. Further Reflections on the Public Sphere [Trans. Thomas Burger].In: Craig Calhoun. ed. Habermas and the Public Sphere. Cambridge, MA: MIT Press.

Hague, Barry N. and Brian D. Loader.ed. 1999.Digital Democracy: Discourse and Deci-sion Making in the Information Age. London: Routledge

Kahn, Kim Fridkin dan Patrick J. Kenney. 1999. Do Negative Campaigns Mobilize orSuppress Turnout? Clarifying the Relationship between Negativity and Participation.American Political Science Review, Vol. 93 No.4 (Dec. 1999), pp 877-889.

Kaplan, Andreas M and Michael Haenlein. 2010. Users of the world, unite! The chal-lenges and opportunities of Social Media.Business Horizons 53 (2010), pp. 59—68

Kapoor, Kanupriya dan Jonathan Thatcher. 25 Mei 2014. Pilpres: Antara Generasi Lamadan Baru. Deutche Welle. [Online] Availabel at:http://www.dw.de/pilpres-antara-generasi-lama-dan-baru/a-17661743[Accessed: 27 Desember 2014].

Kemp, Simon. 2014. Social, Digital & Mobile in 2014 [online] Singapore: We Are Social.Available at: http://wearesocial.sg/blog/2014/01/social-digital-mobile-2014/ [Ac-cessed: 16 February 2014]

Lamb, Kate. 6 juli 2014. Indonesian voters waver between new hope and return to oldorder. The Guardian. [Online] Available at:http://www.theguardian.com/world/2014/jul/06/indonesian-presidential-elections-voters-new-hope-old-order[Accessed: 27Desember 2014].

Lazarsfeld, Paul, Bernard Berelson and Hazel Gaudet. 1944. The People’s Choice: Howthe Voter Makes Up His Mind in a Presidential Campaign. New York: Columbia Uni-versity Press.

Luengo, Óscar García. 2006. E-Activism: New Media and Political Participation in Eu-rope. (Journal) CONfines 2/4 (agosto-diciembre 2006), pp. 59-71.

Maliki, Imam dan Riri Satria. 2013. Pengaruh Kampanye Politik Di Media Sosial TerhadapOpini Yang Terbentuk: Studi Kasus Pilkada Dki Jakarta 2012 [Online]. Available at:http://jurnal.stmik-indonesia.ac.id/jurnal/index.php/jik41/article/view/54 [Accessed:10 April 2014].

McCracken, G. 1990. The Long Interview. Baverly Hills, CA:Sage.Michaelian, Britt. 2012. New and Social Media, Is There a Difference and Does It

Matter?[Online]. Available at: http://www.worksmartmompreneurs.com/blog/socialmedia/new-and-social-media-is-there-a-difference-and-does-it-matter/ [Ac-cessed: 10 Februry 2013].

Michels, R. 1962. Political Parties: A Sociological Study of the Oligarchical Tendencies ofModern Democracy. New York: Collier.

Miles, M. B and A. M. Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook ofNew Methods. Baverly Hills, CA: Sage

Mill, John Stuart. 1972. Representative Government (Everyman edition). London: Dent.

Page 34: Anwar Kholid Media Sosial Dan Partisipasi Politik Achmad ...mip.umy.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/2-ANWAR.pdfMedia Sosial Dan Partisipasi Politik ... regression secara umum juga

Vol. 2 No. 1Februari 2015

59

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Minichiello, V., R. Aroni, E. Timwell and L. Alexander. 1995. In-Depth Interviewing: Re-searching People. 2nd ed. Melbourne: Longman Cheshire.

More, Richard K. 1999.Democracy and Cyberspace. In:Hague, Barry N. and Brian D.Loader. eds. Digital Democracy: Discourse and Decision Making in the InformationAge. London: Routledge, pp 37-59.

Moyser, George. 2003. Political Participation. In: Axtmann, Roland. ed. UnderstandingDemocratic Politics: an Introduction. London: Sage, pp 174-186

Norris, Pippa. 2004. Political Communication [Online] Available at: http://www.hks.h-arvard.edu/fs/pnorris/Acrobat/Political%20Communications%20encyclopedia2.pdf[Accessed: 10 April 2014].

Pangkalan Data Perguruan Tinggi. 2014. Data Perguruan Tinggi dan Mahasiswa. [Online]Available at: http://forlap.dikti.go.id/perguruantinggi/homegraphpt[Accessed: 27Desember 2014].

Parry, Geraint, George Moyser and Neil Day. 1992. Political Participation and Democracyin Britain. Cambridge: Cambridge University Press.

Pateman, Carole. 1970. Participation and Democratic Theory. London: Cambridge Uni-versity Press.

Perez, Oren. 2004. Global Governance and Electronic Democracy: E-Politics as a Multidi-mensional Experience. In: Shane, Peter M. ed. Democracy Online: The Prospects forPolitical Renewal Through the Internet. New York, NY: Routledge, pp. 83-94.

Puspitasari, Maya Elektrika. 2012. Analisis Strategi Komunikasi Politik Melalui MediaBaru (Studi Kualitatif Komunikasi Politik Faisal Basri dan Biem Benjamin, CalonIndependen Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta melalui Media Sosial) [Tesis].Jakarta: FISIPOL Universitas Indonesia

Rahmawati, Listiya Eka. 2013. News Consumption of Indonesia’s Social Media Users[Thesis]. Taipe: Chinese Culture University.

Wilkinson, H. and Mulgan, G. 1995. Freedom’s Children: Work Relationships and Poli-tics for 18–34 Year Olds in Britain Today. London: DEMOS.

JURNALArslan, Mona, Passant Tantawi, dan Farid El Sahn. 2012. Investigating The Effect of

Young Adult’s Reliance onSocial Networking Sites on Political Participation inEgypt.American Academic & Scholarly Research Journal Spesial Issue Vol. 4, No. 5,(Sep-tember 2012).

Castells, Manuel. 2007. Communication Power and Counter-power in the Network So-ciety. International Journal of Communication 1 (2007), pp. 238-266.

Dahlgren, Peter. 2002. In Search of the Talkative Public: Media, Deliberative Democracyand Civic Culture. Journal The Public Vol. 9 (2002), 3 Page 5-26

Vaccari, Cristian et.al. 2013. Social Media and Political Communication: A survey ofTwitter users during the 2013 Italian general election. RIVISTA ITALIANA DI SCIENZAPOLITICA - Anno XLIII, n. 3, (dicembre 2013) pp. 1-29.