-
POLA REGIMENTASI OBAT PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN
KEMIH DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMKITAL DR.
RAMELAN SURABAYA PERIODE JULI-DESEMBER 2012
Antonius Setiadi
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya
[email protected]
ABSTRACT: This study aims to determine the prevalence data of
urinary tract
infection (based on the fulfillment of the diagnostic criteria,
gender, age, and
comorbidities) and determine the pattern of regimentation of
antibiotics in patients
with UTI in poly internal medicine dr. Ramelan Surabaya period
july-december 2012.
Research methods using case report limited time sampling of
medical records. The
number of patients who fullfill the criteria for a sample of 68
people. Based on the
fulfillment of the diagnostic criteria, obtained 31 patients
suspected UTI and 38
patients diagnosis UTI. By sex obtained male patients is 43% and
female patients is
57%. Based on the age distribution of male patients can be
inferred age of peak
incidence in the age interval 60 years. Based on the age
distribution of female
patiens can be inferred age of the peak incidence int the age
interval 31-40 years.
Based on the patients comorbidities obtained with as many as 14
patients with
comorbidity, and distribution of comorbidities was most
hyperuricemia and gout,
neprholithiasis, impaired tolerance glucose and diabetic
mellitus, peptic ulcer. By
treatment with antibiotics regimentation as many as 87%
patients. Based on the
number of classes of antibiotics are given, patiens given single
antibiotic management
as many as 93% and as many as 7% patients who were given
combination antibiotics.
Management of the patiens who were given an antibiotic obtained
the highest single
antibiotic is a quinolone class 63%. While the management
patiens who were given
combination antibiotics which most is th use of quinolone and
TMP-SMX 75%. After
being given the antibiotic treatment, the number, of patiens who
come back to the
poly internal medicine as many as 25 patiens. By the monitoring
results of therapy
can be done with improved patients outcome (72%), still (8%),
deteriorated (3%), and
relapse (8%).
Key words: pattern of the regimentation, antibiotics, urinary
tract
infection,dr.Ramelan navy hospital
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data
prevalensi infeksi saluran
kemih (berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa, jenis kelamin,
usia, dan penyakit
penyerta) dan mengetahui pola regimentasi obat antibiotik pada
pasien ISK di poli
penyakit dalam RUMKITAL dr.Ramelan Surabaya peiode juli-desember
2012.
Metode penelitian menggunakan metode case report time limitied
sampling dari
rekam medis. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria sampel
sebanyak 68 orang.
Berdasarkan pemenuhan kriteria diagnostik, didapatkan yang
suspect ISK 31 pasien
dan diagnosa ISK 38 pasien. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan
pasien laki-laki
43% dan perempuan 57%. Berdasarkan distribusi usia pada pasien
laki-laki dapat
disimpulkan usia puncak kejadian pada interval usia 61-70 tahun.
Berdasarkan
distribusi usia pada pasien perempuan dapat disimpulkan usia
puncak kejadian pada
interval usia 31-40 tahun. Berdasarkan penyakit penyerta
didapatkan pasien yang
-
dengan penyakit penyerta sebanyak 14 pasien, dan distribusi
penyakit penyerta
terbanyak adalah hiperurisemia dan gout, nefrolitiasis, GTG dan
DM, dan peptic
ulcer. Berdasarkan penanganan dengan regimentasi obat antibiotik
sebanyak 87%.
Berdasarkan jumlah golongan antibiotik yang diberikan, pasien
yang diberi
manajemen antibiotik tunggal sebanyak 93% dan yang diberi
antibiotik kombinasi
sebanyak 7%. Dari pasien yang diberi manajemen antibiotik
tunggal didapat
antibiotik terbanyak adalah golongan kuinolon 63%. Sedangkan
dari pasien yang
diberi manajemen antibiotik kombinasi yang terbanyak adalah
penggunaan golongan
antibiotik kuinolon dan TMP-SMX 75%. Setelah diberi penanganan
antibiotik,
jumlah pasien yang datang kembali ke poli penyakit dalam untuk
kontrol sebanyak 25
pasien. Dari tersebut dapat dilakukan monitoring hasil terapi
dengan hasil pasien
membaik (72%), tetap (8%), memburuk (3%), dan kambuh (8%).
Kata-kata kunci : pola regimentasi obat, antibiotik, infeksi
saluran kemih,
RUMKITAL dr.Ramelan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keradangan bakterial saluran
kemih mulai
dari korteks renalis sampai meatus uretra eksternal disertai
adanya kolonisasi mikroba
di urine. (Pranawa et all, 2007)
Sebagian besar organisme penyebab ISK berasal dari flora vagina
dan fecal:
E.coli adalah patogen tersering infeksi saluran kemih tanpa
komplikasi pada pasien
rawat jalan. (Frederick, 2003)
Pada pasien simptomatik, bakteri biasanya tampak pada urine
dalam jumlah
yang banyak (> 105/mL). Pada pasien asimptomatik, dua
spesimen urine harus
dilakukan pemeriksaan bakteriologi sebelum terapi dilakukan, dan
jumlah bakteri >
105/mL pada setiap sediaan mengindikasikan adanya infeksi.
Jumlah bakteri > 10
2/mL
dalam urine dari sediaan yang diambil pada daerah suprapubik
dengan menggunakan
kateter mengindikasikan adanya infeksi. (Stamm,2008)
Penggunaan antiobiotik tertentu secara terus menerus
menyebabkan
peningkatan dari resistensi patogen terhadap antibiotik
tersebut. Bentuk resistensi ini
memiliki efek yang berarti pada pemilihan terapi obat
antimikroba secara empiris
untuk ISK. (Gupta, 2002)
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui data prevalensi infeksi saluran kemih berdasarkan
pemenuhan kriteria diagnosa ISK, jenis kelamin, usia, dan penyakit
penyerta.
2. Mengetahui Pola regimentasi obat antibiotik pada pasien
infeksi saluran kemih di poli penyakit dalam RUMKITAL dr.Ramelan
Surabaya periode Juli
Desember 2012.
-
METODE PENELITIAN
Disain Penelitian
Disain penelitian yang dilakukan adalah observasional. Metode
observasi yang
digunakan adalah metode observasi deskriptif. Metode ini
bertujuan untuk melihat
gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu,
kemudian
dilakukan penilaian dan hasilnya dapat digunakan untuk
merencanakan perbaikan dari
suatu program. (Notoatmodjo, 2010)
Metode Penelitian
Penelitian dekriptif yang menggunakan metode case report time
limited sampling.
Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah data rekam medik pasien poli penyakit
dalam Rumkital Dr
Ramelan Surabaya dengan suspect dan diagnosa ISK periode Juli-
Desember 2012.
Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi sampel: pasien dengan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih,
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut (urinalisis dan kultur
urine), manajemen pasien
dengan menggunakan regimentasi obat,data rekam medis
lengkap.
Kriteria eksklusi sampel: Data Rekam Medik kurang lengkap atau
tidak ada.
Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam
medis yang memenuhi
kriteria inklusi sampel.
Alat dan Bahan Penelitian
Pengumpulan data dengan menggunakan penelusuran dokumen rekam
medis.
Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data
Data dari Rekam Medik Kesehatan dikelompokkan secara selektif
sesuai dengan kriteria inklusi.
Data yang diperlukan dipindahkan ke lembar pengumpulan data.
Rekapitulasi data.
Pengolahan data dalam bentuk tabel, grafik dan diagram, data
yang meliputi: 1. Prevalensi infeksi saluran kemih berdasarkan:
Suspect dan diagnosa ISK Jenis kelamin Usia Penyakit
penyerta
2. Profil regimentasi obat, yang meliputi : Pemberian obat
antibiotik atau tidak Jumlah pemberian obat antibiotik Golongan
antibiotik yang sering digunakan Monitoring hasil terapi
-
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara retrospektif
dengan menggunakan
penelusuran data rekam medis pasien poli penyakit dalam
didapatkan jumlah pasien
yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 68 orang.
Jumlah Pasien ISK di Poli Penyakit Dalam RUMKITAL dr.Ramelan
Surabaya
Periode Juli-Desember 2012
Berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa ISK dapat dibagi menjadi
suspect
ISK dan yang memenuhi kriteria diagnosa ISK. Dari hasil
penelitian didapatkan 31
pasien suspect ISK (46%) dan 37 pasien (54%) memenuhi kriteria
diagnosa ISK.
Diagram pembagian pasien berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa
dapat dilihat
pada gambar 5.1.
Gambar 5.1. Diagram pembagian pasien berdasarkan pemenuhan
kriteria diagnosa.
Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin dapat dibagi menjadi pasien perempuan
sejumlah
39 pasien (57%) dan pasien laki-laki sejumlah 29 pasien (43%).
Persentase
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2. Diagram persentase berdasarkan jenis kelamin
pasien
Persentase Berdasarkan Usia Pada Pasien Dengan Jenis Kelamin
Laki-laki
Persentase berdasarkan usia dengan interval 10 tahun pasien
laki-laki adalah
sebagai berikut:
46% 54%
SUSPECT ISK
DIAGNOSA ISK
57%
43%
Jenis Kelamin Pasien
Perempuan
Laki-laki
-
Tabel 5.1. Persentase pasien laki-laki berdasarkan rentang usia
10 tahun
No. Rentang Usia Jumlah Pasien Persentase
1 0-10 tahun 0 0 %
2 11-20 tahun 1 4 %
3 21-30 tahun 1 4 %
4 31-40 tahun 7 24 %
5 41-50 tahun 7 24 %
6 51-60 tahun 3 10 %
7 > 60 tahun 10 34 %
Total 29 100%
Gambar diagram persentase jumlah pasien laki-laki berdasarkan
rentang usia
dengan interval 10 tahun dapat dilihat pada gambar 5.3.
Gambar 5.3. Diagram persentase pasien laki-laki berdasarkan
usia.
Persentase Berdasarkan Usia Pada Pasien Dengan Jenis Kelamin
Perempuan
Persentase berdasarkan usia dengan interval 10 tahun pada pasien
perempuan
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2. Persentase pasien perempuan berdasarkan rentang usia
10 tahun.
No. Rentang Usia Jumlah Pasien Persentase
1 0-10 tahun 0 0 %
2 11-20 tahun 0 0 %
3 21-30 tahun 1 2 %
4 31-40 tahun 11 29 %
5 41-50 tahun 9 23 %
6 51-60 tahun 8 20 %
7 > 60 tahun 10 26 %
Total 39 100 %
0% 4% 4%
24%
24% 10%
34%
Persentase Pasien Laki-laki Berdasarkan Usia
0 - 10 tahun
11 - 20 tahun
21 - 30 tahun
31 - 40 tahun
41- 50 tahun
51- 60 tahun
> 60 tahun
-
Gambar diagram persentase jumlah pasien perempuan berdasarkan
rentang
usia dengan interval 10 tahun dapat dilihat pada gambar 5.4.
Gambar 5.4. Diagram persentase pasien perempuan berdasarkan
usia.
Persentase Berdasarkan Disertai atau Tanpa Penyakit Penyerta
Infeksi saluran kemih dapat disertai atau tanpa penyakit
penyerta. Adapun hasil
penelitian berdasarkan pembagian tersebut adalah pasien dengan
penyakit penyerta
sebanyak 14 pasien (21%) dan pasien tanpa penyakit penyerta
sebanyak 54 pasien
(79%).
Persentase Jenis Penyakit Penyerta Pada Pasien
Penyakit penyerta pada pasien ISK ada bermacam-macam dengan
persentasenya sebagai berikut: Hiperurisemia dan Gout 2 pasien
(14,5%),
Nefrolitiasis 2 pasien (14,5%), gangguan toleransi glukosa dan
DM 2 pasien (14,5%),
peptic ulcer 2 pasien (14,5%), Thypoid 1 pasien (7%),
Albuminuria 1 pasien (7%),
Konstipasi 1 pasien (7%), ISPA 1 pasien (7%), febris 1 pasien
(7%), klasifikasi ekstra
vessica 1 pasien (7%). Gambar diagram persentase penyakit
penyerta berdasarkan
jenis dapat dilihat pada gambar 5.6.
Gambar 5.6. Diagram persentase penyakit penyerta berdasarkan
jenis
0% 0% 2 %
29%
23% 20%
26%
Persentase Pasien Perempuan Berdasarkan Usia
0 - 10 tahun
11 - 20 tahun
21 - 30 tahun
31 - 40 tahun
41- 50 tahun
51- 60 tahun
> 60 tahun
14,5%
14,5%
14,5%
14,5% 7%
7%
7%
7%
7% 7%
Persentase Penyakit Penyerta Berdasarkan Jenis
Hiperurisemia dan Gout
Nefrolitiasis
GTG dan DM
Peptic ulcer
Thypoid
Albuminuria
Konstipasi
ISPA
Kalsifikasi ekstravessica
febris
-
Persentase Manajemen Regimentasi Obat Berdasarkan Dengan atau
tanpa
Antibiotik
Manajemen ISK dengan menggunakan regimentasi obat. Hasil
penelitian
berdasarkan manajemen dengan atau tanpa antibiotik pada infeksi
saluran kemih
dapat dibagi sebagai berikut pasien yang manajemennya dengan
menggunakan
antibiotik sebanyak 59 pasien (87%), dan pasien yang
manajemennya tanpa
menggunakan antibiotik sebanyak 9 pasien (13%). Gambar diagram
persentase
manajemen regimentasi obat berdasarkan dengan atau tanpa
antibiotik dapat dilihat
pada gambar 5.7.
Gambar 5.7. Diagram persentase manajemen regimentasi obat
Persentase Berdasarkan Jumlah Antibiotik yang Digunakan Pada
Manajemen
ISK Dengan Regimentasi Obat
Dari data penelitian didapatkan jumlah pasien yang diberikan
regimentasi
antibiotik tunggal adalah sebanyak 55 pasien (93%), sedangkan
yang diberikan
regimentasi antibiotik kombinasi sebanyak 4 pasien (7%). Gambar
diagram persentase
berdasarkan jumlah antibiotik yang digunakan pada manajemen
pasien dapat dilihat
pada gambar 5.8.
Gambar 5.8. Diagram persentase antibiotik berdasarkan jumlah
yang diberikan.
Persentase Penggunaan Antibiotik Tunggal Berdasarkan
Golongan
Antibiotiknya
Hasil penelitian terhadap penggunaan antibotik tunggal yang
digunakan untuk
manajemen pasien ISK berdasarkan golongan antibiotik didapatkan
hasilnya sebagai
berikut penggunaan golongan Kuinolon sebanyak 35 pasien (63%),
golongan TMP-
SMX sebanyak 12 pasien (22%), golongan kloramfenikol sebanyak 6
pasien (11%),
dan golongan sefalosporin sebanyak 2 pasien (4%). Gambar diagram
persentase
87%
13% Regimentasi Obat
Dengan Antibiotik
Tanpa Antibiotik
93%
7%
Persentase Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Jumlah
Antibiotik Tunggal
Antibiotik Kombinasi
-
penggunaan antibiotik tunggal berdasarkan golongan antibiotiknya
dapat dilihat pada
gambar 5.9.
Gambar 5.9. Diagram persentase antibiotik tunggal berdasarkan
golongan antibiotik.
Persentase Penggunaan Antibiotik Kombinasi Berdasarkan Golongan
Antibiotik
Manajemen pasien ISK ada juga yang menggunakan lebih dari 1
golongan
antibiotik. Dari hasil penelitian didapatkan penggunaan
kombinasi golongan Kuinolon
& TMP-SMX digunakan pada 3 pasien (75%), golongan Kuinolon
& vancomicin
digunakan pada 1 pasien (25%). Gambar diagram persentase
penggunaan antibiotik
kombinasi berdasarkan golongan antibiotik dapat dilihat pada
gambar 5.10.
Gambar 5.10. Diagram persentase antibiotik kombinasi berdasarkan
golongan.
Monitoring Pasien
Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang datang kembali
untuk kontrol
sebanyak 25 pasien (42%), dan pasien yang tidak kontrol sebanyak
34 pasien (58%).
Monitoring Hasil Terapi
Dari hasil penelitian didapatkan hasil monitoring terapi sebagai
berikut:
membaik sebanyak 18 pasien (72%), tetap sebanyak 2 pasien (8%),
memburuk
sebanyak 3 pasien (12%), dan kambuh kembali sebanyak 2 pasien
(8%). Gambar
diagram monitoring hasil terapi dari pasien yang melakukan
kontrol kembali setelah
diberikan manajemen regimentasi obat dapat dilihat pada gambar
5.12.
63% 22%
11% 4%
Persentase Penggunaan Antibiotik Tunggal Berdasarkan Golongan
Antibiotik
Kuinolon
TMP-SMX
Kloramfenikol
Sefalosporin
75%
25%
Persentase Penggunaan Antibiotik Kombinasi Berdasarkan Golongan
Antibiotik
Kuinolon & TMP-SMX
Kuinolon & Vancomicin
-
Gambar 5.12. Diagram monitoring hasil terapi setelah manajemen
regimentasi obat.
PEMBAHASAN
Jumlah Pasien ISK di Poli Penyakit RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya
Dalam
Periode Juli-Desember 2012
Berdasarkan kriteria diagnosa ISK dapat dibagi menjadi pasien
yang
memenuhi kriteria diagnosa ISK dan pasien yang tidak memenuhi
kriteria diagnosa
ISK. Adapun kriteria diagnosa ISK yaitu:
Didapatkan tanda dan gejala ISK seperti disuria, urgency, nyeri
suprapubik, nyeri pada area flank, demam dan menggigil.
Pemeriksaan laboratorium lebih lanjut dari urinalisis dengan
hasil leukosit urine >10/mm
3 dan hasil kultur >10
5 CFU/ml.
Dari hasil penelitian didapatkan jumlah pasien pasien yang
memenuhi kriteria
diagnosa sebanyak 37 pasien, dan yang suspect ISK sebanyak 31
pasien.
Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari jumlah pasien 68 orang, berdasarkan jenis kelaminnya dapat
dibagi
menjadi jumlah pasien laki-laki sebanyak 29 pasien (57%) dan
jumlah pasien
perempuan sebanyak 39 pasien (43%). Dari hasil ini dapat dilihat
berdasarkan jenis
lebih sering terjadi pada pasien dengan jenis kelamin perempuan
dibandingkan pada
pasien dengan jenis kelamin laki-laki.
Sesuai dengan yang tercantum di Diagnostic Microbiology, bahwa
infeksi
saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan daripada pada
laki-laki.
Berdasarkan Medical Microbiology and Infection pada pasien
dengan jenis kelamin
perempuan memiliki uretra yang lebih pendek sehingga
mempermudah
mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih.
Persentase Berdasarkan Usia Pada Jenis Kelamin Laki-laki
Usia puncak terjadinya ISK pada pasien jenis kelamin laki-laki
adalah pada
usia 60-70 tahun (30%).
Berdasarkan epidemiologi ISK dari referensi Diagnostic
Microbiology:
72% 8%
12% 8%
Monitoring Hasil Terapi ISK
Membaik
Tetap
Memburuk
Kambuh
-
Pada usia pertama dari kehidupan angka kejadian ISK pada
laki-laki 60 tahun.
Persentase Berdasarkan Usia Pada Pasien Perempuan
Untuk usia puncak kejadian ISK pada pasien perempuan adalah pada
rentang
usia 31-40 tahun (26% kasus)
Berdasarkan epidemiologi ISK dari referensi Diagnostic
Microbiology:
Prevalensi angka kejadian ISK terus meningkat seiring
pertambahan usia hingga 10-20% pada perempuan dengan usia yang lebh
tua.
Berdasarkan hasil penelitian di poli penyakit dalam RUMKITAL
dr.Ramelan Surabaya periode juli-desember 2012 mulai usia 21
tahun
hingga usia 40 tahun terjadi peningkatan angka kejadian ISK dari
3%
hingga 26%, hal ini sesuai dengan referensi bahwa terjadi
peningkatan
kejadian ISK seiring pertambahan usia dan peningkatan
aktivitas
seksual. Sedangkan untuk usia mulai 40 tahun angka kejadian
menurun
hingga usia 60 tahun,hal ini karena aktivitas seksual sudah
mulai
menurun.
Persentase Berdasarkan Disertai atau Tanpa Penyakit Penyerta
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien yang tanpa
penyakit penyerta
sebanyak 14 pasien (21%), dan yang tidak dengan penyakit
penyerta sebanyak 54
pasien (79%). Penyakit penyerta tersebut dapat mempengaruhi
kecepatan
perkembangan dari infeksi dan mempengaruhi proses pengobatan
juga karena
penggunaan obat-obat selain obat untuk infeksi saluran
kemih.
Persentase Penyakit Penyerta Pada Pasien
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penyakit penyerta
terbanyak adalah
Hiperurisemia dan Gout (14,5%), nefrolitiasis (14,5%), DM dan
GTG (14.5%), peptic
ulcer (14,5%). Untuk penyakit penyerta lain yang didapat dari
hasil penelitian yaitu
Demam thypoid, Albuminuria, Konstipasi, ISPA, Kalsifikasi ekstra
vessica, dan febris
Gout adalah penyakit heterogen yang disebabkan oleh
penumpukan
monosodium urat atau kristal urat akibat adanya supersaturasi
asam urat. Ditandai
dengan hiperurisemia, gout artritis, batu asam urat, nefropati
asam urat, dan tofus.
Penatalaksanaannya dengan diet rendah purin, obat colchicin,
OAINS, steroid, atau
allopurinol untuk menghambat xanthin oksidase. (Soeroso Juwono
& Yuliasih, 2007)
-
Dari hasil penelitian data rekam medis pasien yang disertai
penyakit penyerta
hiperurisemia dan gout didapatkan untuk penatalaksanaannya
diberikan allopurinol
dan OAINS.
Peptic ulcer adalah kerusakan jaringan mulai dari mukosa,
submukosa sampai
dengan muscularis mukosa dari saluran makanan bagian atas,,
akibat pengaruh dari
asam lambung dan pepsin. Penatalaksanaan mengatur jenis, jumlah,
dan keteraturan
makan, stop merokok, hindari alkohol, hindari obat yang
menekan
prostaglandin/OAINS/Steroid, istirahat, hindari stress dan obat
anti tukak untuk
menghambat sekresi asam lambung, sitoprotektif, prokinetik.
(Hernomo et all, 2007)
Dari hasil penelitian data rekam medis pasien yang disertai
penyakit penyerta
peptic ulcer didapatkan penyakit penyerta ini merupakan riwayat
dari penyakit
sebelumnya dan hingga saat terkena ISK, untuk penatalaksanaannya
diberikan
antasida untuk menurunkan jumlah asam lambung dan
antispasmodik.
Nefrolitiasis merupakan batu pada saluran kemih yang biasanya
timbul akibat
gangguan keseimbangan pengolahan air dan ekskresi material di
ginjal.
Penatalaksanaan dengan diuretika, dan sesuai dengan jenis batu,
bila sudah terjadi
obstruksi persistent, nyeri persistent, infeksi ginjal berat,
perdarahan terus menerus,
dan batu besar bisa dilakukan pembedahan. (pranawa et all,
2007)
Dari hasil penelitian pada data rekam medis pasien yang disertai
dengan
penyakit penyerta nefrolitiasis didapatkan bahwa untuk jenis
batu yang lebih sering
adalah kalsium oksalat dan untuk manajemennya dilakukan untuk
infeksinya terlebih
dahulu dengan antibiotik golongan kuinolon.
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik sebagai akibat
kurangnya
insulin efektif baik karena adanya disfungsi sel beta pankreas
atau penurunan ambilan
glukosa di jaringan perifer, atau keduanya (DM tipe 2), atau
kurangnya insulin
absolute (DM tipe 1), dengan tanda hiperglikemia dan glukosuria,
disertai dengan
gejala klinis akut (poliuria, polidipsi, penurunan berat
badan).Kadar glukosa plasma
200 mg/dl pada 2 jam sesudah makan atau beban glukosa 75 gram
pada TTGO.
(apabila hasil 2 jam setelah TTGO kadar glukosa darah 140-199
mg/dl disebut GTG)
Gangguan Toleransi Glukosa manajemennya dengan evaluasi status
gizi,
evaluasi penyulit DM, evaluasi dan perencanaan makanan sesuai
kebutuhan, dan
olahraga yang teratur, belum perlu obat hipoglikemik. Untuk
penatalaksanaan DM
selain penatalaksanaan sesuai dengan GTG, disertai penggunaan
OHO yang memicu
sekresi insulin, atau memperbaiki sensitifitas insulin, atau
menghambat enzim di usus,
atau kombinasi. (Tjokroprawiro et all, 2007)
Dari hasil penelitian pada data rekam medis pasien dengan
gangguan toleransi
glukosa dilakukan penatalaksanaan dengan pengaturan makanan
sesuai kebutuhan dan
olahraga, tidak diberikan OHO. Sedangan dari hasil penelitian
pada data rekam medis
pasien dengan DM diberikan penatalaksanaan dengan pengaturan
diet dan olahraga,
penggunaan OHO yaitu Glipizide untuk memicu sekresi insulin
(pasien DM tipe 2).
Persentase Penanganan Regimentasi Obat Berdasarkan Dengan atau
Tanpa
Antibiotik
Dari hasil penelitian didapatkan penanganan infeksi saluran
kemih dengan
menggunakan regimentasi obat antibiotik lebih banyak digunakan
yaitu pada 59
-
pasien (87%), dibandingkan penanganan infeksi saluran kemih yang
tidak
menggunakan obat antibiotik yaitu sebanyak 9 pasien (9%).
Persentase Berdasarkan Jumlah Antibiotik yang Digunakan Pada
Manajemen ISK Dengan Regimentasi Obat.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunakan antibiotik
tunggal dalam
penanganan pasien ISK lebih banyak yaitu sebanyak 55 pasien
(93%), dibandingkan
pasien yang diberikan antibiotik kombinasi yaitu sebanyak 4
pasien (7%).
Persentase Penggunaan Antibiotik Tunggal Berdasarkan Golongan
Antibiotik
Berdasarkan referensi Harrisons Internal Medicine bahwa golongan
antibiotik
yang digunakan untuk terapi adalah golongan TMP, nitrofurantoin,
amoksisilin,
sephalosporin, monobaktam, asam klavulanatsulbaktam, karbapenem,
dan kuinolon.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa golongan antibiotik
terbanyak yang
digunakan pada penangan ISK dengan antibiotik tunggal adalah
golongan kuinolon
yaitu sebanyak 35 pasien (63%). Terbanyak kedua adalah TMP-SMX
yaitu sebanyak
12 pasien (22%). Sisanya adalah antibiotik kloramfenikol,
sefalosporin.
Persentase Penggunaan Antibiotik Kombinasi Berdasarkan
Golongan.
Dari hasil penelitian didapatkan pasien 4 pasien diberikan
penanganan dengan
antibiotik kombinasi, adapun kombinasi golongan antibiotik
terbanyak yang diberikan
adalah golongan TMP-SMX dan kuinolon sebanyak 3 orang (75%).
Sisanya dengan
menggunakan kombinasi golongan kuinolon & vankomisin
sebanyak 1 pasien (25%).
Monitoring Pasien
Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang tidak datang
kembali untuk
kontrol lebih banyak yaitu sebanyak 34 pasien (58%) dibandingkan
pasien yang
datang kembali untuk kontrol yaitu sebanyak 25 pasien (42%).
Monitoring Hasil Terapi
Berdasarkan prinsip-prinsip untuk manajemen pasien infeksi
saluran kemih
dengan obat antimikroba dinyatakan bahwa setiap pengobatan harus
diklasifikasikan
setelah selesai sebagai kegagalan (gejala dan/ atau bakteriuria
tidak tereradikasi
selama terapi atau pada kultur segera setelah pengobatan) atau
membaik (terjadi
penurunan bakteriuria dan tanda gejala yang mulai ringan), atau
infeksi berulang.
Dari hasil penelitian data rekam medis didapatkan yang membaik
setelah
dilakukan penangan dengan regimentasi obat sebanyak 18 orang
(72%), yang tetap 2
orang (8%), yang memburuk 3 orang (12%), dan yang kambuh 2 orang
(8%).
-
Dari penelusuran data rekam medis didapatkan penanganan pada
pasien yang
memiliki hasil terapi membaik adalah dengan menggunakan
antibiotik golongan
kuinolon sebanyak 10 orang, sisanya dengan antibiotik golongan
TMP-SMX,
kloramfenikol, sefalosporin, kombinasi kuinolon &
vankomisin.
Dari penelusuran data rekam medis didapatkan untuk penanganan
pasien
dengan regimentasi obat yang memiliki hasil terapi tetap adalah
sebagai berikut:
1 pasien awalnya diberikan terapi dengan antibiotik kuinolon
tetapi setelah hasil terapi tidak menunjukkan adanya perubahan yang
signifikan dilakukan
penggantian dengan antibiotik golongan kloramfenicol dan
amokisillin serta
karena disertai febris maka diberikan antipiretik.
1 pasien yang lainnya diberikan penganan dengan antibiotik
golongan kuinolon kemudian dilakukan pemeriksaan urinalisis dan
hasilnya tetap,
langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pemeriksaan ulang
urinalisis
karena tanda dan gejala pasien sudah mulai membaik.
Dari penelusuran data rekam medis didapatkan untuk penanganan
pasien
dengan regimentasi obat yang memiliki hasil terapi memburuk
adalah sebagai berikut:
1 pasien diberikan terapi dengan menggunakan golongan kuinolon
dan obat penunjangnya adalah vitamin dan mineral, kemudian
dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut setelah terapi dan hasilnya keadaan pasien makin
memburuk
setelah dilakukan terapi, oleh karena itu dilakukan penggantian
terapi dengan
menggunakan obat antibiotik golongan kuinolon, amoksillin.
1 pasien diberikan terapi dengan menggunakan obat antibiotik
golongan TMP-SMX dan antispasmodik, kemudian dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut
setelah terapi dan hasilnya keadaan pasien makin memburuk
setelah terapi,
oleh karena itu dilakukan penambahan antibiotik kuinolon.
1 pasien dilakukan terapi dengan regimentasi obat antibiotik
golongan TMP-SMX, anti spasmodik dan vitamin mineral, kemudian
dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut setelah diberikan regimentasi obat dan hasilnya
keadaan pasien
semakin memburuk, oleh karena itu dilakukan penggantian
regimentasi obat
menjadi penggunaan obat golongan kuinolon
Dari hasil penelusuran data rekam medis untuk penangan pada
pasien yang
kambuh lagi adalah sebagai berikut:
1 pasien diberikan terapi dengan antibiotik golongan kuinolon,
vankomisin dan kuinolon serta vitamin dan mineral, kemudian
dilakukan monitoring
hasil terapi dan pasien sembuh, setelah sembuh diberikan terapi
antibiotik
TMP-SMX, OAINS, Antasida, dan vitamin, 3,5 bulan kemudian
pasien
tersebut datang kembali dengan hasil pemeriksaan terkena infeksi
saluran
kemih dan diberikan antibiotik golongan TMP-SMX.
1 pasien diberikan terapi dengan antibiotik golongan
sefalosporin, antipiretik , analgesik, dan anti gout, kemudian
dilakukan monitoring hasil terapi dan
pasien sembuh, setelah pasien sembuh diberikan terapi dengan
antibiotik
golongan sefalosporin, antispasmodik, OAINS, dan anti gout, 2
minggu
kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan terkena infeksi
saluran
kemih dan diberikan antibiotik golongan kuinolon.
-
KESIMPULAN
1. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 68 orang
diantaranya suspect ISK sebanyak 31 pasien (46%) dan yang
memenuhi kriteria diagnosa ISK sebanyak 37 pasien (54%).
2. Berdasarkan jenis kelaminnya didapatkan jumlah pasien dengan
jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pasien dengan
jenis kelamin laki-laki, yaitu 39 pasien perempuan (57%)
sedangkan pasien laki-laki sebanyak 29 pasien (43%).
3. Berdasarkan usia pada pasien laki-laki didapatkan usia puncak
kejadian pada rentang usia >60 tahun (30%).
4. Berdasarkan usia pada pasien perempuan didapatkan usia puncak
kejadian pada rentang usia 31-40 tahun (26%).
5. Berdasarkan penyakit penyerta, jumlah pasien yang disertai
dengan penyakit penyerta sebanyak 14 pasien (21%). Berdasarkan
jenis
penyakit penyerta terbanyak adalah peptic ulcer, nefrolitiasis,
GTG
dan DM, serta hiperurinemia dan Gout (masing-masing 14,5%).
6. Manajemen pada pasien dengan antibiotik sebanyak 59 pasien
(87%). Yang menggunakan antibiotik tunggal sebanyak 55 pasien
(93%) sedangkan antibiotik kombinasi sebanyak 4 pasien (7%).
7. Berdasarkan golongan antibiotik pada pasien yang diberikan
regimentasi obat antibiotik tunggal, yang terbanyak adalah
golongan kuinolon 35 pasien (63%).
8. Berdasarkan golongan antibiotik pada pasien yang diberikan
regimentasi antibiotik kombinasi yang terbanyak adalah
kombinasi
golongan TMP-SMX & kuinolon sebanyak 3 pasien (75%).
9. Dari hasil penelitian monitoring pasien didapatkan pasien
yang melakukan kontrol kembali setelah terapi 25 pasien (42%),
lebih
sedikit daripada pasien yang tidak kontrol yaitu 34 pasien
(58%).
10. Dari data pasien yang melakukan kontrol kembali dapat
dilakukan monitoring hasil terapi dengan hasil yang terbanyak
adalah
membaik pada 18 pasien (72% dari pasien yang kontrol
kembali).
11. Pasien yang kondisinya membaik sebagian besar menggunakan
antibiotik golongan kuinolon sebanyak 10 orang (55.5% dari
pasien yang dapat dimonitoring dengan kondisi membaik).
DAFTAR PUSTAKA
Alatas Husein, Karyomanggolo WT, Musa Dahlan Ali, Boediarso
Aswitha, Oesman
Ismet N, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi
Keempat,
Sagung Seto, Jakarta.
Bailey & Scotts, 2007, Diagnostic Microbiology, Edisi 12,
Elsevier.
Barza Michael, 1998, Microbial Disease, Edisi Ketiga, William
& Wilkins, USA.
Elliott Tom, Wrthington Tony, Osman Husam, Gill Martin, 2007,
Medical
Microbiology and Infection, edisi keempat, Blackwell Publishing,
USA.
Herawati Lina, 2009, Studi Penggunaan Obat Antibiotik Pada
Pasien Infeksi Saluran
Kemih, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, 18 Juli
2013,
-
nt&view=article&id=517:studi-penggunaan-obat-antibiotik-pada-pasien-
infeksi-saluran-kemih-&catid=57:abstrak-penelitian&Itemid=76>
Hernomo, Kusumobroto, Oesman Nizam, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam, Cetakan Pertama, Airlangga University Press,
Surabaya.
Kasim Fauzi, Trisna Yulia, Kosasih, 2008, ISO Indonesia, Volume
43, Penerbit PT.
ISFI, Jakarta.
Katzung Bertram G, 2007, Farmakologi Dasar dan Klinik, Penerbit
Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Macejko Amanda M & Schaeffer Anthony J, 2008, Female
Urology, Edisi Ketiga,
Elsevier Inc., China.
Maharani Arizzha, Marfianti Erlina, 2011, Pola Pengobatan
Penyakit Infeksi Saluran
Kemih di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Islam Klaten Tahun
2010,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.
Mc Phee Stephen J, Papadakis Maxine A, Rabow Michael W, Cucina
Russ, 2011,
Current Medical Diagnosis & Treatment, McGraw-Hill, USA.
Moore Keith L, Agur Anner MR, Dalley Arthur F, 2010, Clinically
Oriented
Anatomy, Edisi Keenam, Lippincitt Wiliams & Wilkins,
USA.
Notoatmodjo Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan,
Edisi revisi cetakan
pertama, Rineka Cipta, Jakarta.
Pagan Kathleen Deska, Pagana Timothy J., 2006, Mosbys Manual of
Diagnostic and
Laboratory Test, edisi ke 3, Elsevier, United State of
America.
Pardede Sudung O, Tambunan Taralan, Alatas Husein, Trihono
Partini Pudjiastuti,
Hidayati Eka Laksmi, 2011, Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada
Anak,
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Pramudianto Arlina, Evaria, 2010, MIMS Indonesia Petunjuk
Konsultasi, Edisi 10,
PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Pranawa, Yogiantoro M, Irwanadi Chandra, Santoso Djoko, Mardiana
Nunuk, Thaha
M, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Cetakan
Pertama,
Airlangga University Press, Surabaya.
Pranawa, Moli, Yogiantoro, Irwandi Chandra, dkk, 2007, Buku Ajar
Ilmu Penyakit
Dalam, Cetakan Pertama, Airlangga University Press,
Surabaya.
Purnomo Basuki B, 2011, Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga,
Sagung Seto, Jakarta.
Samirah, Darwati, Windarwati, Hardjoeno, 2006, Pola dan
Sensitivitas Kuman di
Penderita Infeksi Saluran Kemih, Indonesian Journal of Clinical
Pathology
and Medical Laboratory, Volume 12, No. 3; Hal 110-113.
Soeroso Juwono & Yuliasih, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Cetakan
Pertama, Airlanngga University Press, Surabaya.
Soewandojo Eddy, Suharto, Hadi Usman, Nasronudin, 2007, Buku
Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Cetakan Pertama, Airlangga University Press,
Surabaya.
Southwick Frederick S, 2003, Infectious Disease In 30 Days,
McGraw-Hill, USA.
Stamm Walter E, 2008, Harrisons Internal Medicine, Edisi 17, The
McGraw-Hill
Companies, United States of America.
Tjokroprawiro Askandar, Hendromartono, Stjahjo Ari, dkk, 2007,
Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Cetakan Pertama, Airlangga University Press,
Surabaya.
Widjaja I. Harjadi, 2011, Anatomi Pelvis, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.