PERCOBAAN V PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE I. TUJUAN Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan dan metode transit intestinal. II. PRINSIP Obat yang berkhasiat anti diare dapat melindungi hewan percobaan mencit terhadap diare yang diinduksi dengan oleum ricini. III. TEORI Diare adalah peristiwa buang-buang air seringkali sehari dengan banyak cairan dan merupakan gejala-gejala tertentu dari penyakit atau gangguan-gangguan lainnya. Penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit disamping sebab lain seperti racun, alergi,dan dispepsi (Djamhuri, 1992).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERCOBAAN V
PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mengetahui sejauh mana
aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare yang disebabkan oleh oleum ricini
pada hewan percobaan dan metode transit intestinal.
II. PRINSIP
Obat yang berkhasiat anti diare dapat melindungi hewan percobaan mencit
terhadap diare yang diinduksi dengan oleum ricini.
III. TEORI
Diare adalah peristiwa buang-buang air seringkali sehari dengan banyak cairan
dan merupakan gejala-gejala tertentu dari penyakit atau gangguan-gangguan lainnya.
Penyebab diare sebagian besar adalah bakteri dan parasit disamping sebab lain seperti
racun, alergi,dan dispepsi (Djamhuri, 1992).
Didalam lambung makanan dicerna menjadi bubur kemudian diteruskan ke dalam
usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi sisa
bubur tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan sukar dicernakan,
dilanjutkan ke usus besar. Bakteri-bakteri yang biasanya selalu ada disini
mencernakan lagi sisa-sisa tersebut. Sehingga besar daripada sisa-sisa tersebut dapat
diserap lagi selama perjalanan melalui usus besar. (Tan & Rahardja, 1991).
Dalam keadaan normal defekasi ditimbulkan oleh pergerakan feses ke dalam
rektum ke medula spinalis dan kemudian kembali ke kolom desenden, signoid,
rektum, dan anus untuk menguatkan refleks defekasi intrinsik pleksus mienterikus.
Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair,
terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses
melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi,
hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Gejala diare
biasanya disertai dengan gejala tambahan seperti mual, muntah, rasa tidak enak di
perut, mules, haus, demam dan lemas karena dehidrasi (Adnyana, 2008).
Diare ditandai dengan seringnya pengeluaran tinja cair dan tak terbentuk sering
disertai kejang atau nyeri perut. Diare akut biasanya dapat berhenti dengan sendirinya
dan berlangsung tidak lebih dari 1 sampai 3 hari. Diare ini dapat disebabkan infeksi
virus atau bakteri atau makanan rusak yang mengandung Salmonella atau bakteri lain.
Sering kali diare terjadi ketika pasien sedang diobati dengan antibiotika, yang juga
akan membunuh bakteri usus normal yang bermanfaat disamping membunuh infeksi
itu sendiri. Pada diare yang dialami orang yang sedang dalam perjalanan,
kesetimbangan bakteri usus normal akan diubah oleh makanan dan minuman yang
mengandung mikroorganisme asing (Harkness, 1984).
Diare osmotik terjadi bila cairan usus tertahan karena zat-zat dalam usus tersebut
kurang terabsorpsi. Hal ini disebabkan oleh malabsorpsi, intoleransi laktosa, ion-ion
divalent, misalnya antasida atau karbohidrat yang sukar diabsorpsi. Diare osmotik
terjadi karena adanya kumulasi bahan yang sukar dan yang tidak dapat diserap usus
yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus sehingga
absorpsi air menjadi berkurang bahkan cenderung menarik air dari plasma ke usus
yang diikuti pula oleh natrium dan klorida. Diare ini biasanya akan sembuh apabila
pasien tersebut berpuasa (Koiman, 1989).
Diare sekretori disebabkan oleh pembentukan sekresi gastrointestinal bertambah
yang dipengaruhi oleh peningkan sekresi air dan elektrolit dari mukosa usus yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik dan tekanan jaringan atau akibat
rangsangan tertentu, misalnya kolera toksin dari E.coli yang dapat menyebabkan
sekresi sekret gastrointestinal berlebih tersebut adalah lemak makanan yang tidak
terabsorpsi, toksin bakteri, dan garam empedu berlebih. Puasa tidak dapat
menghentikan diare ini (Koiman, 1989).
Diare akut umunya berkaitan dengan bakteri, virus atau infeksi oleh parasit. Diare
kronis umumnya berkaitan gangguan fungsi misalnya terjadi iritasi atau
pembengkakan di usus besar. Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara
lain:
• infeksi bakteri
Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau
minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, and
Escherichia coli (E. coli).
• infeksi virus
Beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,
cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.
• intoleransi makanan
Beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan seperti
pemanis buatan dan laktosa.
• parasit
Parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan
menetap di dalam sistem pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare
misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, dan Cryptosporidium.
• reaksi atau efek samping pengobatan
Antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung
magnesium yang mampu memicu diare.
• gangguan intestinal
• kelainan fungsi usus besar
(National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007).
Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila
penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat
fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya asidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang
berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi
bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang
lebih sedikit sedangkan cairan ekstraselnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa
(Adnyana, 2008).
Pengobatan Diare
1. Rehidrasi Oral
Rehidrasi oral penting sekali pada tindakan awal guna mencegah atau mengatasi
keadaan dehidrasi dan kekurangan garam, terutama pada anak-anak kecil. Untuk
tujuan ini, WHO telah menganjurkan Oralit, yaitu suatu larutan dari NaCl 3,5 g; KCl
1,5 g; Na-bikarbonat 2,5 g dan glukosa 20 g dalam 1 liter air masak. Dalam keadaan
darurat ternyata juga efektif larutan garam dapur (NaCl) 2 g, dengan gula putih 20 g
dalam 1 liter air masak, atau campuran air teh dengan susu sapi (1:1). Pada anak-
anak, larutan-larutan tersebut sebaiknya diberikan sesendok demi sesendok teh, guna
mencegah mual dan muntah-muntah dengan jumlah lebih kurang 20 mL/kg bobot
badan sejamnya selama 3 jam pertama, kemudian separuhnya sejam hingga total 200
mL/kg sehari. Air susu ibu biasanya tidak memperburuk diare dan dapat diberikan
bersama larutan Oralit. Rehidrasi sempurna baru dicapai bila pasien mulai berkemih
normal lagi.
Jika pasien sudah terlalu banyak kehilangan air dan elektrolit yang terlihat dari
penurunan bobot lebih dari 8-10%, maka Oralit harus diberikan secara parenteral
(infus) (Tan & Rahardja, 1991).
2. Tindakan-tindakan Umum
Guna menghindari terbukanya luka-luka usus dan perdarahan, maka sebaiknya
pasien diare harus beristirahat lengkap (bedrest). Perlu juga dilakukan diet berupa
bahan makanan yang tidak merangsang dan mudah dicernakan. Suatu diet baik adalah
sebagai berikut: pada hari pertama bubur encer dengan 3 tetes kecap dengan minuman
air teh agak pekat, pada hari ke-2 sampai hari ke-5 nasi tim dengan kaldu ayam, sayur
yang dihaluskan, garam dan 3 tetes kecap. Menurut laporan, diet ini dapat