ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN CURANG MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah hukum bisnis Dosen Pengajar : Dr. Nina Nurani, SH., Msi. Disusun oleh : Astia Priantini Debri Putri Saragih Fajar Frizkianto Rizki Muhamad Ghani JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN UNIVERSITAS WIDYATAMA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN CURANG
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliahhukum bisnis
Dosen Pengajar :
Dr. Nina Nurani, SH., Msi.
Disusun oleh :
Astia Priantini
Debri
Putri Saragih
Fajar Frizkianto
Rizki Muhamad Ghani
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1................................................................Latar Belakang
Aktivitas usaha yang kini marak dilakukan oleh pelaku usaha
tidak luput dari adanya persaingan. Persaingan itu terkadang
mengarah pada pelanggaran hukum demi tercapainya keuntungan
yang maksimum. Bahkan mereka melakukan persaingan curang/
persaingan tidak sehat. Persaingan usaha yang tidak sehat ini
akan merugikan kepentingan umum. Persaingan itupun kini marak
dalam kegiatan bisnis di Indonesia dan Negara lain pada
umumnya. Meskipun sebelum dikeluarkan UU no. 5 tahun 1999,
sebenarnya pengaturan mengenai persaingan usaha tidak sehat
didasarkan pada pasal 1365 KUH Perdata mengenai perbuatan
melawan hukum dan pasal 382 bis KUH Pidana.
Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas
hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang
lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak
umum atau seseorang tertentu, diancam karena persaingan curang
dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau
pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus ribu
rupiah, bila perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi
konkuren- konkuren orang lain itu.
Dunia usaha merupakan suatu dunia yang boleh dikatakan tidak
dapat berdiri sendiri. Banyak aspek dari berbagai macam dunia
lainnya turut terlibat langsung maupun tidak langsung dengan
dunia usaha ini. Keterkaitan tersebut kadangkala tidak
memberikan prioritas atas dunia usaha, yang pada akhirnya
membuat dunia usaha harus tunduk dan mengikuti rambu-rambu
yang ada dan seringkali bahkan mengutamakan dunia usaha
sehingga mengabaikan aturan-aturan yang telah ada. Pesatnya
perkembangan dunia usaha adakalanya tidak diimbangi dengan
“penciptaan” rambu-rambu pengawas. Dunia usaha yang berkembang
terlalu pesat sehingga meninggalkan rambu-rambu yang ada jelas
tidak akan menguntungkan pada akhirnya. Apabila hukum tidak
ingin dikatakan tertinggal dari perkembangan bisnis dan dunia
usaha, maka hukum dituntut untuk merespon segala seluk beluk
kehidupan dunia usaha yang melingkupinya sebagai suatu
fenomena atau kenyataan sosial. Itu berarti, peran hukum
menjadi semakin penting dalam menghadapi problema-problema
dunia usaha yang timbul seperti Monopoli dan Persaiangan Usaha
Tidak Sehat.
Monopoli menggambarkan suatu keadaan dimana terdapat seseorang
atau sekelompok orang yang menguasai suatu bidang tertentu
secara mutlak, tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk ikut ambil bagian. Monopoli diartikan sebagai suatu hak
istimewa (previlege), yang menghapuskan persaingan bebas, yang
tentu pada akhirnya juga akan menciptakan penguasaan pasar.
Pengertian monopoli dalam Black’s Law Dictionary: “Monopoly is a
previlege or peculiar advantage vested in one or more persons or companies,
consisting in the exclusive right (or power) to carry on a particular business or trade,
manufacture a particular article, or control the sale of the wholesupply of a
particular commodity.
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu bentuk yang dapat
diartikan secara umum terhadap segala tindakan ketidakjujuran
atau menghilangkan persaingan dalam setiap bentuk transaksi
atau bentuk perdagangan dan komersial. Adanya persaingan
tersebut mengakibatkan lahirnya perusahaan-perusahaan yang
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengalahkan pesaing-
pesaingnya agar menjadi perusahaan yang besar dan paling kaya.
1.2................................................................Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka
dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
Pengertian Monopoli?
Pengertian persaingan Curang?
Ruang lingkup aturan monopoli?
Perjanjian yang dilarang?
Kegiatan yang dilarang?
Posisi Dominan yang dilaranng?
Kasus Monopoli dan Persaingan curang ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis.
Untuk mengetahui masalah antimonopoli dan persaingan
curang.
Untuk mengetahui dan lebih memahami mengenai ruang
lingkup tentang monopoli dan persaingan curang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Monopoli
Monopoli murni adalah bentuk organisasi pasar dimana
terdapat perusahaan tunggal yang menjual komoditi yang tidak
mempunyai subtitusi sempurna. Perusahaan itu sekaligus
merupakan industri dan menghadapi kurva permintaan industri
yang memiliki kemiringan negatif untuk komoditi itu
“Antitrust” untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti
monopoli” atau istilah “dominasi” yang dipakai masyarakat
Eropa yang artinya juga sepadan dengan arti istlah “monopoli”
Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir sama yaitu
“kekuatan pasar”.
Menurut UU no.5 Tahun 1999 tentang Praktek monopoli
adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau
pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum. Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999
memberi arti kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan
jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha (pasal 1 ayat (1) Undang-undang Anti Monopoli )
2.2 Pengertian Persaingan Curang
Persaingan usaha tidak sehat adalah suatu persaingan
antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan
atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan dengan cara
melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
2.3 Anti Monopoli dan Persaingan Curang.
Secara etimologi, kata “monopoli” berasal dari kata
Yunani ‘Monos’ yang berarti sendiri dan ‘Polein’ yang berarti
penjual. Dari akar kata tersebut secara sederhana orang lantas
memberi pengertian monoopli sebagai suatu kondisi dimana hanya
ada satu penjual yang menawarkan (supply) suatu barang atau jasa
tertentu. (Arie Siswanto:2002)
Disamping istilah monopoli di USA sering digunakan kata
“antitrust” untuk pengertian yang sepadan dengan istilah “anti
monopoli” atau istilah “dominasi” yang dipakai masyarakat
Eropa yang artinya juga sepadan dengan arti istlah “monopoli”
Disamping itu terdapat istilah yang artinya hampir sama yaitu
“kekuatan pasar”. Dalam praktek keempat kata tersebut, yaitu
istilah “monopoli”, “antitrust”, “kekuatan pasar” dan istilah
“dominasi” saling dipertukarkan pemakaiannya. Keempat istilah
tersebut dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana
seseorang menguasai pasar ,dimana dipasar tersebut tidak
tersedia lagi produk subtitusi yang potensial, dan terdapatnya
kemampuan pelaku pasar tersebut untuk menerapkan harga produk
tersebut yang lebih tinggi, tanpa mengikuti hukum persaingan
pasar atau hukum tentang permintaan dan penawaran pasar.
Undang-Undang Anti Monopoli No 5 Tahun 1999 memberi arti
kepada monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu
oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha (pasal 1
ayat (1) Undang-undagn Anti Monopoli ). Sementara yang
dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu pemusatan
kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan suatu
persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat merugikan
kepentingan umum. Sesuai dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang
Anti Monopoli .
Selain itu, Undang-Undang Anti monopoli juga memberikan
arti kepada “persaingan usaha tidak sehat” sebagai suatu
persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha.
Dengan demikian Undang-undang Anti Monopoli No 5 tahun
1999 dalam memberikan arti kepada posisi dominan atau
perbuatan anti persaingan lainnya mencakup baik kompetisi
yang interbrand, maupun kompetisi yang intraband. Yang dimaksud
dengan kompetisi yang interbrand adalah kompetisi diantara
produsen produk yang generiknya sama. Dilarang misalnya jika
satu perusahaan menguasai 100 persen pasar televisi, atau yang
disebut dengan istilah “monopoli”. Sedangkan yang dimaksud
dengan kompetisi yangintraband adalah kompetisi diantar
distributor atas produk dari produsen tertentu. (Munir Fuady
2003: 6)
Disamping itu, ada juga yang mengartikan kepada tindakan
monopoli sebagai suatu keistimewaan atau keuntungan khusus
yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang atau
perusahaan, yang merupakan hak atau kekuasaan yang eksklusif
untuk menjalankan bisnis atau mengontrol penjualan terhadap
seluruh suplai barang tertentu . Dalam hukum Inggris kuno,
monopoli diartikan sebagai suatu izin atau keistimewaan yang
dibenarkan oleh raja untuk membeli, menjual, membuat.
Mengerjakan atau menggunakan apapun secara keseluruhan, dimana
tindakan monopoli tersebut secara umum dapat mengekang
kebebasan berproduksi atau trading. Atau monopoli dirumuskan juga
sebagai suatu tindakan yang memiliki atau mengontrol bagian
besar dari suplai di pasar atau output dari komoditi tertentu
yang dapat mengekang kompetisi, membatasi kebebasan
perdagangan, yang memberikan kepada pemonopoli kekuasaan
pengontrolan terhadap harga.
Ada lagi yang mengartikan kepada tindakan monopoli (yang
umum )sebagai suatu hak atau kekuasaan hanya untuk melakukan
suatu kegiatan atau aktivitas yang khusus, seperti membuat
suatu produk tertentu, memberikan suatu jasa, dan sebagainya.
Atau, suatu monopoli (dalam dunia usaha) diartikan sebagi
pemilikan atau pengendalian persediaan atau pasaran untuk
suatu produk atau jasa yang cukup banyak untuk mematahkan atau
memusnahkan persaingan, untuk mengendalikan harga, atau dengan
cara lain untuk membatasi perdagangan Struktur monopoli sering
pula dibedakan atas monopoli alamiah dan non alamiah. Monopoli
alamiah antara lain dalam memproduksi air minum, gas, listrik
dan lainnya sedangkan monopoli non alamiah yang merupakan
monopoli berasal dari struktur oligopoli yang kolusif sehingga
mendapatkan tempat yang kurang baik , akan tetapi bukan
berarti yang alamih juga dapat melepaskan diri dari citra yang
kurang baik di pihak lain. (Nurimansyah Hasibuan .1993)
Praktek-praktek monopoli di Indonesia sering tidak
mendapatkan tempat perhatian dalam dunia penelitian. Namun
demikian, oleh karena fasilitas-fasilitas tertentu dari
pemerintah, maka kehadiran monopolis dapat memperkuat transfer
pendapatan dari yang relatif lemah ke kelompok yang relatif
lebih kuat, maka kehadiran monopolis dapat memperkuat transfer
pendapatan akan tetapi walaupun monopolis mendapatkan
keuntungan yang super normal namun kurang diimbangi dengan
pembayaran pajak yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
(Nurimansyah Hasibuan .1993)
Tujuan pemerintah membuka kompetisi telekomunikasi
sebenarnya adalah untuk mengikuti kecenderungan pasar bebas
(globalisasi) yang diusung oleh negara maju melalui WTO.
Namun, tidak boleh terlupakan bahwa kepentingan pengguna
telepon, yaitu para konsumen, harus tetap menjaga prioritas
karena sektor telekomunikasi masih merupakan tanggung jawab
sepenuhnya sesuai dengan UUD 1945 dan UU Telekomunikasi
1999 .Diperlukan kedewasaan dari regulator dan setiap operator
untuk mengubah cara pandang yang masih bernuansa monopolistik
dan protektif ke arah kompetisi yang sehat dan berorientasi
komsumen.
2.4 Ruang Lingkup Aturan Antimonopoli
Dalam Undang-undang Fair Trading di Inggris tahun 1973, istilah
Monopoli diartikan sebagai keadaan di mana sebuah perusahaan
atau sekelompok perusahaan menguasai sekurang- kurangnya 25 %
penjualan atau pembelian dari produk-produk yang ditentukan .
Sementara dalam Undang-Undang Anti Monopoli Indonesia , suatu
monopoli dan monopsoni terjadi jika terdapatnya penguasaan
pangsa pasar lebih dari 50 % (lima puluh persen ) (pasal 17
ayat (2) juncto pasal 18 ayat (2) ) Undang-undang no 5 Tahun
1999.
Dalam pasal 17 ayat (1) Undang- undang Anti Monopoli dikatakan
bahwa “pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan pasar atas produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan tidak sehat”, sedangkan dalam pasal
17 ayat (2) dikatakan bahwa “pelaku usaha patut diduga atau dianggap
melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
A. Barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subtitusinya;atau
B. Mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam persaingan
usaha barang dan atau jasa yang sama;atau
C. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha mengusasai lebih dari
50 % (lima puluh persen ) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
Sementara itu, pengertian posisi dominan dipasar digambarkan
dalam sidang-sidang Masyarakat Eropa sebagai :
Kemampuan untuk bertindak secara merdeka dan bebas dari
pengendalian harga, dan
Kebergunaan pelanggan, pemasok atau perusahaan lain dalam
pasar, yang bagi mereka perusahaan yang dominant tersebut
merupakan rekan bisnis yang harus ada
Dalam ilmu hukum monopoli beberapa sikap monopolistik
yang mesti sangat dicermati dalam rangka memutuskan
apakah suatu tindakan dapat dianggap sebagai tindakan
monopoli.
Sikap monopolistik tersebut adalah sebagai berikut :
Mempersulit masuknya para pesaing ke dalam bisnis yang
bersangkutan
Melakukan pemasungan sumber suplai yang penting atau
suatu outlet distribusi yang penting.
Mendapatkan hak paten yang dapat mengakibatkan pihak
pesaingnya sulit untuk menandingi produk atau jasa
tersebut.
Integrasi ke atas atau ke bawah yang dapat menaikkan
persediaan modal bagi pesaingnya atau membatasi akses
pesaingnya kepada konsumen atau supplier.
Mempromosikan produk secara besar-besaran
Menyewa tenaga-tenaga ahli yang berlebihan.
Perbedaan harga yang dapat mengakibatkan sulitnya
bersaing dari pelaku pasar yang lain
Kepada pihak pesaing disembunyikan informasi tentang
pengembangan produk , tentang waktu atau skala produksi.
Memotong harga secara drastis.
Membeli atau mengakuisisi pesaing- pesaing yang tergolong
kuat atau tergolong prospektif.
Jika kita telusuri ketentuan dalam Undang-Undang Anti
Monopoli Nomor 5 Tahun 1999, maka tindakan–tindakan yang
berhubungan dengan pasar yang perlu diatur oleh hukum anti
monopoli yang sekaligus merupakan ruang lingkup dari hukum
anti monopoli tersebut adalah sebagai berikut:
2.5 Perjanjian yang dilarang :
a) Oligopoli
Oligopoli adalah keadaan pasar dengan produsen dan
pembeli barang hanya berjumlah sedikit, sehingga mereka
atau seseorang dari mereka dapat mempengaruhi harga
pasar
b) Penetapan harga
Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian antara lain :
Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas barang dan atau
jasa yang harus dibayar oleh konsumen pada pasar
bersangkutan yang sama.
Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus
membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang
harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan
jasa yang sama.
Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga dibawah harga pasar.
Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa
tidak menjual atau memasok kembali barang dan atau
jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah
daripada harga yang ttelah dijanjikan.
c) Pembagian wilayah
Mengenai pembagian wilayah, pelaku usaha dilarang
membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi
pasar terhadap barang dan atau jasa.
d) Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya yang dapat menghalangi pelaku
usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk
tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
e) Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha pesaingnya yang bermaksud untuk mempengaruhi
harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu
barang dan atau jasa.
f) Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan membentuk
gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar,
dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan
hidup masing – masing perusahaan yang bertujuan untuk
mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan
atau jasa.\
g) Oligopsoni
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara
bersama- sama menguasai pembelian atau penerimaan
pasokan agar dapat mengendalikan harga atas barang
dan atau jasa dalam pasar bersangkutan
Pelaku usaha patut diduga secara bersama- sama
menguasai pembelian atau penerimaan pasokan, apabila
dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 75 % pangsa pasar satu
jenis barang/ jasa tertentu.
h) Integrasi vertical
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usah lain yang bertujuan untuk menguasai produksi
sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi
barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian
produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan
baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung.
i) Perjanjian tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang
menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau
tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut
kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu.
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak
lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima
barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli
barang dan atau jasa lain dari pelaku. Pelaku usaha
dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau
potongan harga tertentu atas barang dan atau jasa.
j) Perjanjian dengan pihak luar negeri
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak
luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
2.6 Kegiatan yang dilarang :
yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau pemasaran melalui
pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat menyebabkan
praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
2.7 Penyalahgunaan posisi dominan:
Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku usaha tidak
mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam
kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha
mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar
bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan
akses pada pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk
menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa
tertentu.
Menurut pasal 33 ayat 2 “ Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara.”
Jadi, sektor-sektor ekonomi seperti air, listrik,
telekomunikasi, kekayaan alam dikuasai oleh negara tidak boleh
dikuasai swasta sepenuhnya.
2.8 Komisi Pengawas Persaingan Usaha :
Untuk mengawasi pelaksanaan undang – undang tentang anti
monopoli dan persaingan curang maka dibentuk Komisi Pengawas
Persaingan Usaha yang memiliki tugas antara lain :
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha atau tindakan
pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan persaingan tidak sehat
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidaknya
penyalahgunaan posisi dominan yang kegiatan usahanya
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan