Bab I Pendahuluan
BAB I
ANJAK PIUTANG1.1. Pengertian Anjak PiutangFactoring dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang. Menurut keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988,
perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Definisi diatas
menjelaskan bahwa jasa yang diberikan dalam suatu kegiatan anjak
piutang meliputi jasa pembiayaan atas piutang dan jasa non
pembiayaan atas piutang. Pada kenyataannya kedua jenis jasa
tersebut tidak harus selalu ada dalam suatu perjanjian anjak
piutang, perjanjian anjak piutang ada yang meliputi kedua jenis
jasa tersebut dan ada juga yang hanya meliputi salah satu jenis
jasa diatas. Pada dasarnya, pilihan atas jenis jasa yang akan
diberikan tergantung pada kesepakatan antara pihak factor dan pihak
klien.
Keputusan Menteri Keuangan tersebut diperbaharui dengan SK
Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 yang menyatakan bahwa
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Pernyataan ini ditegaskan dengan SK Menteri Keuangan Nomor
172/KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa kegiatan anjak piutang
dilakukan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri. Pihak yang terkait dalam
kegiatan anjak piutang meliputi:A. Perusahaan jasa anjak piutang
(factor). Factor adalah pihak yang memberikan jasa anjak piutang.B.
Klien (client). Klien adalah pihak yang menerima jasa anjak piutang
dan menjual barang dan jasa secara kredit kepada nasabah. C.
Nasabah (customer). Nasabah adalah pihak yang membeli barang dan
atau jasa dari klien dan mempunyai kewajiban berupa utang jangka
pendek kepada klien. Anjak piutang merupakan perjanjian antara
factor dengan klien yang mewajibkan: 1. Pihak factor untuk
memberikan jasa berupa: Pembiayaan atas piutang usaha yang dimiliki
oleh klien. Non pembiayaan berupa antara lain penagihan piutang,
dan administrasi penjualan. 2. Pihak Klien untuk: Menjualkan atau
menjaminkan piutangnya kepada pihak factor. Memberikan balas jasa
financial kepada factor.
1.2. Sejarah Anjak PiutangKegiatan anjak piutang mulai dikenal
ketika perusahaan-perusahaan manufaktur di Inggris berusaha menjual
produknya ke Amerika. Amerika pada waktu itu, sekitar tahun
1880-an, merupakan benua baru yang banyak didatangi oleh
orang-orang Eropa terutama dari Inggris. Kedatangan bangsa Eropa di
Amerika mau tidak mau membawa konsekuensi bahwa mereka harus
melakukan kegiatan produksi dan konsumsi didaerah barunya, namun
pada awalnya mereka tidak banyak bisa melakukan kegiatan produksi
karena terbatasnya sumber daya manusia, peralatan dan capital.
Keadaan ini memaksa mereka untuk mendatangkan sebagian besar
kebutuhan mereka dari daerah asal, yaitu Inggris. Ketika
perusahaan-perusahaan di Inggris akan memasarkan atau menjual
produknya ke orang-orang di Amerika, timbul masalah karena mereka
tidak saling mengenal. Resiko tidak terbayarnya penjualan secara
kredit semakin besar bukan hanya karena mereka tidak saling
mengenal tetapi karena jarak yang sangat jauh. Kondisi ini
mendorong perusahaan-perusahaan di Inggris untuk menemukan suatu
solusi mengenai sistem penjualan yang sesuai. Perusahaan-perusahaan
tertentu mulai tertarik untuk menjembatani atau sebagai perantara
antara pihak penjual di Inggris dengan pihak pembeli di Amerika,
perusahaan-perusahaan ini selanjutnya dikenal sebagai factor atau
agen. Jasa yang ditawarkan oleh factor pada waktu itu masih
berkisar terutama pada pengurusan dan penagihan piutang jasa. Usaha
factor ini menjadi semakin berkembang ketika perusahaan-perusahaan
tekstil Inggris memerlukan jasa penilaian kelayakan atas kredit
dagang kepada pembeli di Amerika. Mengingat factor ini dianggap
sebagai perusahaan yang cukup berpengalaman dalam berurusan dengan
pembeli-pembeli di Amerika dan juga berpengalaman dalam hal
penyelesaian tagihan atau piutang, maka perusahaan tekstil di
Inggris cenderung menggunakan jasa mereka untuk melakukan
investigasi kredit kepada pembeli di Amerika.Tugas factor dalam hal
ini adalah menentukan kelayakan suatu pembeli untuk memperoleh
fasilitas pembelian dengan cara kredit (credit worthiness) dan juga
menentukan tingkat atau kemungkinan terbayarnya suatu piutang dari
penjualan tekstil secara kredit. Lama-kelamaan, factor tidak hanya
memberikan jasa investigasi kredit saja tetapi sekaligus membeli
fakturfaktur penjualan tekstil dari perusahaan tekstil. Factor
kemudian menguangkan atau menagih faktur tersebut pada pembeli saat
jatuh tempo. Dalam perkembangannya, kegiatan pemberian jasa anjak
piutang ini tidak hanya diberikan oleh suatu perusahaan sebagai
salah satu dari kegiatan usahanya, tetapi juga oleh suatu
perusahaan yang secara khusus bergerak dalam bidang anjak piutang.
Usaha berkembang mulai dari Amerika Utara, kemudian berkembang
dibagian Amerika yang lain, lalu berkembang di Eropa, dan akhirnya
keseluruh dunia. Bidang usaha yang dilayani jasa anjak piutang
berkembang dari semula tekstil kebidang bidang usaha yang lain
termasuk jasa. Kegiatan anjak piutang di Indonesia mulai berkembang
baik sejak adanya keputusan Presiden No. 61 dan Keputusan Menteri
Keuangan No. 1251/KMK.13/1998 tanggal 20 Desember 1988. Peraturan
ini terutama diterapkan untuk memberikan alternatif pembiayaan
uasaha dari berbagai macam jenis lembaga keuangan, termasuk
perusahaan anjak piutang.1.3. Jenis dan Mekanisme Anjak PiutangAtas
dasar jasa-jasa yang diberikan oleh factor, anjak piutang dapat
dibedakan menjadi: 1. Full-services factoring. Anjak piutang jenis
ini meberikan jasa secara menyeluruh, baik jasa pembiayaan maupun
non-pembiayaan. 2. Bulk factoring. Anjak piutang jenis ini
memberikan jasa pembiayaan dan permberitahuan saat jatuh tempo pada
nasabah, tanpa memberikan jasa lain seperti proteksi risiko
piutang, administrasi penjualan, dan penagihan. 3. Maturity
factoring. Anjak piutang jenis ini memberikan jasa proteksi risiko
piutang, administrasi penjualan secara menyeluruh, dan penagihan.
Proteksi risiko atas piutang diberikan oleh factor tanpa melakukan
pembiayaan atau pemberian uang muka atas pelunasan piutang.
Pembelian oleh factor dilakukan pada tanggal tertentu yang biasanya
ditentukan atas dasar rata-rata jangka waktu jatuh tempo dari
piutang yang diberikan kepada klien.1.4. Distribusi Risiko Pada
mekanisme penjualan tanpa adanya perusahaan anjak piutang, risiko
tidak terbayarnya piutang milik klien sepenuhnya ditanggung oleh
klien sendiri. Dengan adanya perusahaan anjak piutang, risiko
tersebut tidak harus selalu secara penuh ditanggung oleh klien.
Atas dasar distribusi risiko tidak terbayarnya piutang oleh
nasabah, anjak piutang dapat dibedakan menjadi: A. With recourse
factoring Pada tahap awal factor meberikan uang muka proporsi
tertentu kepada klien atas piutang atau faktur yang diserahkan.
Pada saat piutang jatuh tempo apabila nasabah sama sekali tidak
melunasi utangnya, maka klien berkewajiban untuk mengembalikan
sejumlah uang muka yang telah diterimanya dari factor. Dengan
demikian, risiko tidak terbayarnya piutang seluruhnya ditanggung
oleh klien, dan factor sama sekali tidak menanggung risiko tidak
terbayarnya piutang tersebut.
B. Without Recourse factoring Pada tahap awal fator memberikan
uang muka sejumlah proporsi tertentu kepada klien atas piutang atau
factur yang diserahkan. Pada saat piutang jatuh tempo, apabila
nasabah sama sekali tidak melunasi utangnya, maka klien tidak
berkewajiban untuk mengembailkan sejumlah uang muka yang telah
diterimanya dari factor. Dengan demikian, risiko tidak terbayarnya
piutang tidak ditanggung seluruhnya oleh klien. Klien hanya
menanggung risiko sebesar piutang yang tidak dibiayai atau tidak
diber uang muka oleh factor, sedangkan factor sendiri menanggung
risiko sebesar uang muka atau pembiayaan yang telah diberikan
kepada kliennya.
1.5. Keterlibatan Nasabah dalam Perjanjian
Perjanjian utama yang di buat untuk pelaksanaan kegiatan anjak
piutang adalah antara pihak klien dengan pihak factor. Perjanjian
tersebut dapat dibuat dengan atau tanpa persetujuan pihak nasabah.
Atas dasar ada atau tidaknya persetujuan pihak nasabah dalam
perjanjian, anjak piutang dapat dibedakan menjadi :
2.1. Disclosed Factoring Penyerahan atau penjualan piutang klien
kepada factor dalam disclosed factoring adalah dengan sepengetahuan
(notifikasi atau pemberitahuan) pihak nasabah. mengingat pihak
nasabah telah mengetahui adanya pengalihan piutang kepada factor,
maka hak penagihan piutang dapat dialihkan kepada factor, sehingga
pada saat jatuh tempo nasabah dapat melunasi utangnya melalui
factor. Secara praktis, tipe disclosed factoring memungkinkan
pemberian jasa penagihan piutang kepada klien oleh factor. 2.2.
Underclosed factoring Penyerahan atau penjualan piutang oleh klien
kepada factor dalam underclosed factoring adalah tanpa
sepengetahuan (notifikasi atau pemberitahuan) pihak nasabah.
Mengingat pihak nasabah tidak mengetahui adanya pengalihan piutang
kepada factor, maka hak penagihan piutang tidak dapat dialihkan
kepada factor, sehingga pada saat jatuh tempo nasabah tetap harus
melunasi hutangnya langsung kepada kliaen. Secara praktis, tipe
underclosed factoring ini tidak memungkinkan pemberian jasa
penagihan piutang kepada klien oleh factor, kecuali terjadi
pelanggaran atau cidera janji yang dilakukan oleh nasabah
1.6. Lingkup Pelayanan
Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses anjak piutang dapat
berlokasi dalan suatu wilayah negara yang sama dan juga dapat
berloksi dalam wilayah yang berbeda. Apabila ditinjau atas dasar
kedudukan geografis dari pihak-pihak yang terlibat dalan proses
anjak piutang tersebut, maka anjak piutang dapat dibedakan menjadi
: A. Domestic factoring
Pihak-pihak yang terlibat dalam domestic factoring berkedudukan
dalam suatu wilayah negara. Apabila dilakukan dalam lingkup
domestik, prosesnya adalah sebagai berikut : klien melakukan
transaksi jual beli dengan pihak konsumen. Penyerahan jasa/barang
diikuti dengan penagihan yang diwujudkan dalam dokumen berupa faktu
(invoice). Dokumen tersebut selanjutnya akan diserahkan kepada
perusahaan ajak piutang dan klien akan mendapat pembayaran setelah
dikurangi dengan diskonto. Bila telah jatuh tempo, konsumen akan
langsung melakukan pembarayan kepada pihak perusahaan anjak piutang
secara penuh. Kemudian perusahaan anjak piutang akan menyerahkan
kembali dokumen yang telah dilunasi tersebut beserta dengan tagihan
yang tidak ikut dibiayai. B. International factoring Pihak-pihak
yang terlibat dalam international factoring berkedudukan dalam
wilayah Negara yang berbeda, terutama perbedaan kedudukan antara
klien atau pemasok dengan kedudukan nasabah. Dalam kegiatan anjak
piutang dengan lingkup international, ada empat pihak yang terkait
dalam kegiatan tesebut : eksportir, imporir, export factor dan
import factor. Prosesnya adalah sebagai berikut: eksportir membuat
perjanjian dengan pihak perusahaan anjak piutang dan mengajukan
limit kredit sehubungan dengan rencana ekspor. Dalam proses
tersebut, perusahaan anjak piutang melakukan kerja sama dengan
(import factor) di luar negeri, tempat Negara tujuan ekspor. Pihak
perusahaan anjak piutang di luar negeri melakukan serangkaian
verifikasi erhadapa calon importir. Apabila tidak ada permasalahan,
ekspostir mengirimkan barang dan menyerahkan faktur dengan perintah
bahwa importir melakukan pembayaran kepada perusahaan anjak piutang
yang telah ditunjuk (import factor). Eksportir menyerahkan salinan
faktur kepada perusahaan anjak piutang dalam negeri (export factor)
dan akan melakukan pembayaran kepada eksportir. Export factor
kemudian memberikan perintah kepada import factor untuk melakukan
penagihan kepada importir dan menerima pembayaran pada saat jatuh
tempo.
1.7. Tipe tagihan atau piutang
Transaksi jual beli secara kredit antara penjual dengan pmbieli
menimbulkan piutang atau tagihan bagi penjual dan menimbulkan
kewajiban atau utang bagi pihak pembeli. Hak dan kewajiban dari
penjual-pembeli tersebut dapat diformalkan dalam bentuk piutang
dagang biasa dan juga dalam betuk promes. A. Anjak piutang untuk
tagihan biasa Anjak piutang untuk tagihan biasa pada dasarnya hanya
melibat kan pihak klien, nasabah, dan factor. Pihak lain, biasanya
bank, tidak ikut serta secara langsung dalam proses anjak piutang
ini. Pengalihan tagihan hanya sebatas dari pihak klien kepada pihak
factor, dan pada saat tempo factor dapat melakukan penagihan kepada
nasabah atau debitur. B. Anjak piutang untuk promes
Anjak putang untuk promes melibatkan pihak lain, biasanya bank,
dalam proses penagihan piutang. Mekanismenya menjadi sedikit lebih
panjang karena bukti piutang dikonversikan menjadi promes untuk
kemudian didiskontokan ke pihak lain (bank).
1.8. Struktur Organisasi
Atas dasar struktur organisasinya, perusahaan anjak piutang
dapat dibedakan menjadi struktur organisasi perusahaan anjak
piutang berskala kecil dengan struktur organisasi perusahaan anjak
piutang berskala besar. Perusahaan jasa anjak piutang berskala
kecil biasanya hanya memberikan jasa-jasa pembiayaan dan jarang
sekali yang juga memberikan jasa-jasa nonpembiayaan seperti
administrasi penjualan dan lain-lain. Perusahaan jasa anjak piutang
berskala besar biasanya mampu memberikan kedua jenis jasa tersebut.
Perusahaan Anjak Piutang Kecil Struktur organisasinya disesuaikan
dengan jenis jasa yang ditawarkan, yaitu terutama hanya jasa
pembiayaan. Mengingat proses dasar dari kegiatan pembiayaan adalah:
Analisis terhadap bonafiditas calon klien. Analisis terhadap
koletibilitas piutang. Pembayaran pembiayaan kepada klien.
Administrasi faktur dan bukti piutang. Administrasi hak dan
kewajiban pihak-pihak terkait. Penagihan piutang. Pembayaran kepada
klien
Contoh struktur organisasi perusahaan anjak piutang berskala
kecil Departemen Kredit adalah bagian dari perusahaan yang bertugas
melakukan analisis terhadap bonifiditas calon klien dan
kolektibilitas atau kualitas piutang yang akan dibiayai. Mengingat
bidang usaha calon klien sangat beragam, maka analisis pada bagian
ini biasanya sudah merujuk pada spesialisasi pada bidang tertentu.
Atas dasar pertimbangan di atas serta untuk meningkatkan
efisiensinya, masing-masing perusahaan jasa anjak piutang kecil
biasanya mengacu pada bidang tertentu saja.Departemen Faktur adalah
bagian perusahaan yang bertugas melakukan administrasi dokumen
piutang agar dapat secara tepat dan cepat digunakan untuk
perhitungan biaya, diskonto atau bunga dan jatuh tempo. Departemen
Penyesuaian (adjustment Departement) adalah bagian perusahaan yang
bertugas melakukan adminsitrasi dan pengelolaan perubahan-perubahan
terhadap persyaratan perjanjian, jumlah piutang, dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban pihak-pihak terkait dalam
anjak piutang. Departemen Penagihan adalah bagian perusahaan yang
bertugas melakukan penagihan terhadap piutang jatuh tempo.
Departemen Rekening Klien adalah bagian perusahaan yang bertugas
melakukan seluruh pencatatan terhadap semua transaksi atau kegiatan
yang mempengaruhi kewajiban dan hak klien. Departemen Legal adalah
bagian perusahaan yang bertugas memberikan pertimbangan dan saran
yuridis mengenai kegiatan-kegiatan perusahaan. Perusahaan Anjak
Piutang BesarDi samping memberikan jasa pembiayaan, perusahaan
anjak piutang berskala besar juga menawarkan jasa pembiayaan,
sehingga selain bagian-bagian di atas, perusahaan anjak piutang
beskala besar juga memiliki bagian-bagian lain seperti bagian umum,
bagian computer, bagian treasury, bagian relasi, bagian pengelolaan
kredit, dan lain-lain. Tanggung jawab yang dimiliki oleh
masing-masing bagian cenderung lebih spesifik, sehingga secara umum
jumlah bagian-bangiannya menjadi lebih banyak. Bagian atau
departemen yang menjadi sangant banyak biasanya dikelompokan
menjadi hanya 3 sampai 5 divisi saja. Sebagai contoh, perusahaan
anjak piutang besar ada yang mempunyai divisi administrasi, divisi
keuangan, divisi operasi, dan divisi pemasaran. Masing-masing
divisi terdiri dari beberapa bagian yang saling terkait.
1.9. Manfaat Anjak Piutang
Dengan adanya perusahaan anjak piutang, klien mendapat manfaat
dari transaksi yang telah dilakukan. Klien mendapatkan kas langsung
dari penjualannya dalam bulan berjalan dan tidak perlu menunggu
waktu sampai pembayaran dari konsumen. Dengan demikian, Likuiditas
perusahaan akan terjamin dan modal kerja dapat terus bergulir.Bagi
Klien Manfaat yang akan diterima klien terdiri dari: A. Jasa
Pembiayaan Peningkatan penjualan. Adanya jasa pembiayaan
memungkinkan klien melakukan penjualan dengan cara kredit.
Penjualan dengan cara kredit ini sebenarnya sulit untuk dilakukan
apabila klien mengalami kesulitan modal. Namun dengan adanya jasa
anjak piutang, klien mampu secara kredit. Penjualan secara kredit
meningkatkan kemampuan dan daya tarik bagi pembeli dengan dana
terbatas untuk melakukan pembelian pada klien.
Kelancaran modal kerja. Jasa anjak piutang memungkinkan klien
untuk mengonversikan piutangnya yang belum jatuh tempo menjadi dana
tunai denga prosedur yang relatif mudah dan cepat. Tersedianya dana
tunai yang lebih besar ini dapat dimanfaatkan oleh klien untuk
mendanai kegiatan operasional klien seperti pembelian bahan baku,
pembayaran gaji pegawai, pembayaran tagihan listrik dan lain-lain.
Pengurangan risiko tidak tertagihnya piutang. Pembiayaan dengan
skema without recourse memungkinkan adanya pengalihan sebagian
risiko tidak tertagihnya piutang kepada factor, pengalihan risiko
ini sangat menguntungkan bagi kelancaran dan kepastian bagi pihak
klien.B. Jasa Non-PembiayaanMemudahkan penagihan piutang. jasa
penagihan piutang yang diberikan oleh factor menyebabkan klien
tidak perlu secara langsung melakukan penagihan piutang kepada
nasabah, sehingga waktu dan tenaga karyawan dapat dimanfaatkan
untuk melakukan kegiatan lain yang lebih produktif. Efisiensi
usaha. Jasa administrasi penjualan memungkinkan klien untuk
mengelola kegiatan penjualannya secara lebih rapid an efisien
karena administrasinya dikelola oleh pihak (factor) yang sudah
lebih berpengalaman.
Peningkatan kualitas piutang. Jasa administrasi penjualan
memungkinkan pemberian fasilitas kredit kepada pembeli secara lebih
selektif sehingga kemungkinan tertagihnya piutang menjadi lebih
tinggi. Memudahkan perencanaan arus kas (cash-flow). Jasa
investigasi kredit/piutang memungkinkan klien untuk melakukan
perkiraan waktu dan jumlah piutang yang dapat ditagih, sehingga
memudahkan proyeksi arus kas secara keseluruhan. Bagi Factor
Manfaat utama yang diterima factor adalah penerimaan dalam bentuk
fee dari pihak klien. Fee tersebut terdiri dari: Discount
fee/charge. Fee ini dibayarkan oleh klien karena factor memberikan
jasa pembiayaan uang muka atas piutang yang diberikan oleh factor.
Discount fee diperhitungkan sebesar persentanse tertentu terhadap
besarnya pembiayaan yang diberikan atas dasar Risiko tertagihnya,
jangka waktu, rata-rata tingkat bunga perbankan. Service/charge.
Fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor memberikan jasa
pembiayaan yang nilainya ditentukan sebesar persentase tertentu
dari piutang atas dasar beban kerja yang akan dilakukan oleh
factor. Semakin besar volume penjualan, maka fee ini juga semakin
besar. Semakin sulit penagihan piutang, maka fee ini juga semakin
besar. Bagi NasabahNasabah yang memperoleh manfaat berupa:
Kesempatan untuk melakukan pembelian secara kredit. Kehadiran jasa
pembiayaan memungkinkan klien untuk melakukan penjualan secara
kredit. Layanan penjualan yang baik. Jasa administrasi penjualan
memungkinkan klien melakukan penjualan dengan lebih cepat dan
tepatBAB II
MODAL VENTURA2.1. Pengertian Modal VenturaModal Ventura dapat
didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya berbagai
macam definisi tersebut mengacu pada suatu pengertian mengenai
modal ventura, yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan kepada
suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip pembiayaannya
adalah penyertaan modal. Bentuk pembiayaan dari modal ventura dapat
berupa obligasi ataupun pinjaman, namun obligasi atau pinjaman itu
tidak sama dengan obligasi atau pinjaman biasa karena mempunyai
sifat khusus yang pada intinya mempunyai syarat pengembalian dan
balas jasa yang lebih lunak. Syarat yang lebih lunak itu dapat
bermacam-macam, antara lain :
Bagi hasil
Pembayaran pinjaman hanya jika Perusahaan Pasangan Usaha mampu
(mengalami tingkat keuntungan tertentu)
Pinjaman dapat dikonversikan menjadi saham/penyertaan2.2.
Sejarah Modal VenturaMunculnya konsep pembiayaan dengan modal
ventura diawali antara tahun 1920-1930 pada saat keluarga keluarga
kaya di Amerika Serikat seperti Ford, Rockefeller, Payson dan lain
lain membentuk suatu pendanaan. Pendanaan ini diarahkan untuk
menolong usaha-usaha individu yang sedang mengalami kesulitan modal
dalam suatu kegiatan investasi, yang potensial, dan kegiatan ini
terus menerus berkembang ke seluruh dunia termasuk di Indonesia
yang dikenal sebagai usaha modal ventura.Awal pengakuan secara
formal adanya usaha modal ventura di Indonesia adalah saat
berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.13/1988 dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.17/1995 tanggal 3 Oktober
1995 tentang Pendirian dan Pemberian Modal Ventura, yang
menempatkan usaha modal ventura sebagai salah satu kegiatan
pembiayaan disamping bentuk-bentuk kegiatan pembiayaan yang lain.
Pada kenyataannya usaha modal ventura relative kurang berkembang di
Indonesia dibandingkan lembaga pembiayaan yang lain.2.3. Manfaat
Modal VenturaBagi Perusahaan Pasangan Usaha
Manfaat utama yang diterima oleh perusahaan pasangan usaha
adalah dapat dijalankannya kegiatan usaha karena kebutuhan dana
untuk modal usaha telah dapat dipenuhi oleh perusahaan modal
ventura.
Bagi Perusahaan Modal Ventura
Mengingat usaha modal ventura mempinyai dua dimensi yaitu bisnis
dan sosial, maka manfaat utama yang dapat diperoleh Perusahaan
Modal Ventura juga meliputi dua hal. Pertama, Perusahaan Modal
Ventura memperoleh balas jasa atas pembiayaan yang telah dilakukan
kepada Perusahaan Pasangan Usaha. Kedua, Perusahaan Modal Ventura
membantu peningkatan kesejahteraan rakyat banyak melalui
pengembangan usaha yang sedang mengalami kesulitan pembiayaan.2.4.
Jenis Modal Ventura
Berdasarkan Cara Pemberian Bantuan Mekanisme modal ventura dapat
dibedakan menjadi :
Single tier approachPendekatan ini menempatkan sebuah Perusahaan
Modal Ventura dalam dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai pemberi
bantuan pembiayaan (fund company) dan juga sebagai pemberi bantuan
manajemen atau pengelolaan dana (management company). Two tier
approachPendekatan ini memungkinkan sebuah Perusahaan Pasangan
Usaha untuk menerima bantuan pembiayaan dan bantuan manajeman dari
Perusahaan Modal Ventura yang berbeda.Sedangkan Jika ditinjau dari
cara penghimpunan dananya modal ventura dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
Leverage Venture CapitalModal ventura yang bersumber dari suatu
Perusahaan Modal Ventura dengan sebagian besar penghimpunan dananya
dalam bentuk pinjaman dari berbagai macam pihak disebut leverage
venture capital. Equity Venture CapitalModal Ventura yang bersumber
dari suatu Perusahaan Modal Ventura dengan sebagian besar
penghimpunan dananya dalam bentuk modal sendiri dalam berbagai
bentuk disebut equity venture capital.Atas dasar kepemilikannya,
Perusahaan modal ventura dapat dibedakan dalam beberapa jenis
sebagai berikut : Private Venture-Capital CompanyPerusahaan modal
ventura yang belum go pubic atau belum menjual sahamnya melalui
bursa efek disebut Private Venture-Capital Company Public
Venture-Capital CompanyPerusahaan Modal Ventura yang telah go
public atau menjual sahamnya melalui bursa efek disebut Public
Venture-Capital Company Bank Affiliate Venture-Capital
CompanyPerusahaan Modal Ventura yang didirikan oleh bank-bank yang
mengalami surplus dana atau memang mempunyai misi khusus dalam hal
modal ventura disebut Bank Affiliate Venture-Capital Company.
Perusahaan modal ventura ini biasanya adalah suatu anak perusahaan
dari bank yang mendirikannya dan memiliki manajemen yang terpisah
dari perusahaan induknya. Conglomerate Venture-Capital
Company.Perusahaan modal ventura jenis ini adalah perusahaan yang
didirikan atau dimiliki oleh sejumlah perusahaan besar. Perusahaan
Modal Ventura jenis ini banyak terdapat di negara industri dan
kepemilikannya bisa saja terdiri dari dua atau lebih perusahaan
besar.2.5. Karakteristik Pembiayaan Modal Ventura
Beberapa karakteristik dari pembiayaan yang dilakukan oleh
perusahaan modal ventura antara lain:
Penyertaan modal berjangka waktu tertentu (10tahun) dan bersifat
sementara. Setelah Perusahaan Pasangan Usaha mampu mandiri, modal
ventura harus menarik kembali modal yang telah ditanamkan tersebut.
Selain menyertakan modal, modal ventura juga terlibat dalam proses
pengelolaan atau memberikan dampingan menajemen maupun bantuan
teknis apabila diperlukan. Pembiayaan dilakukan berdasarkan
pertimbangan kuat atau lemahnya kondisi pengelola perusahaan atau
lebih mengutamakan kelayakan usaha dari perusahaan pasangan
usahanya (PPU). Motif dari moda ventura adalah motif bisnis yaitu
mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya, walaupun dengan resiko
yang relative tinggi pula.
BAB IIIKESIMPULAN3.1. Anjak PiutangPerusahaan anjak piutang
adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam
atau luar negeri.
Dalam transaksi anjak piutang, tagihan penjual kepada pembeli
dialihkan pada perusahaan anjak piutang sehingga penjual tidak
perlu menagihnya. Dengan cara ini, kas yang diterima penjual dapat
digunakan untuk membiayai modal kerja demi kesinambungan usaha
walaupun penjual harus membayar biaya tertentu.
Dengan adanya perusahaan anjak piutang, klien mendapat manfaat
dari transaksi yang telah dilakukan. Klien mendapatkan kas langsung
dari penjualannya dalam bulan berjalan dan tidak perlu menunggu
waktu sampai pembayaran dari konsumen. Dengan demikian, Likuiditas
perusahaan akan terjamin dan modal kerja dapat terus bergulir.
3.2. Modal Ventura
modal ventura, yaitu suatu pembiayaan oleh suatu perusahaan
kepada suatu perusahaan pasangan usahanya yang prinsip
pembiayaannya adalah penyertaan modal. Pihak yang terlibat dalam
Modal Ventura adalah perusahaan pasangan usaha dan perusahaan modal
ventura. Manfaat utama yang diterima oleh perusahaan pasangan usaha
adalah dapat dijalankannya kegiatan usaha karena kebutuhan dana
untuk modal usaha telah dapat dipenuhi oleh perusahaan modal
ventura.
Sedangkan manfaat utama yang dapat diperoleh Perusahaan Modal
Ventura meliputi balas jasa atas pembiayaan yang telah dilakukan
kepada Perusahaan Pasangan Usaha dan membantu peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak melalui pengembangan usaha yang sedang
mengalami kesulitan pembiayaan.STUDI KASUSKasus Perusahaan Modal
Ventura:
Dalam kasus ini, telah terjadi wanprestasi serta perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh PPU, yaitu CV. Surya Kencana
terhadap PMV, yaitu PT. Sarana Sulteng Ventura. Hal ini diawali
dengan adanya perjanjian pembiayaan dengan pola pembagian atas
hasil usaha No. 06/PBH/SSTV/1998, tertanggal 28 Agustus 1998,
antara PT. Sarana Sulteng Ventura, sebagai suatu Perseroan Terbatas
yang bergerak dalam bidang usaha Modal Ventura, dengan tujuan dan
misi untuk menyertakan modalnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung pada perusahaan/pengusaha menengah dan kecil, dengan CV.
Surya Kencana, sebagai Perusahaan Pasangan Usaha di bidang
perdagangan sapi. Perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil
tersebut dibuat secara sah maka olehnya mengikat sebagai hukum bagi
para pihak.
Berdasarkan kesepakatan para pihak dalam perjanjian, bahwa
pembiayaan yang diberikan oleh PMV kepada PPU ialah sebesar
Rp.21.000.000,- (dua puluh satu juta rupiah) yang harus digunakan
oleh PPU sebagai modal kerja dalam perjanjian pembiayaan dengan
jangka waktu pembiayaan selama 24 (dua puluh empat) bulan,
terhitung dari tanggal pertama kali pencairan jumlah pembiayaan.
Kemudian pembiayaan tersebut telah disetorkan oleh PMV kepada PPU
pada tanggal 31 Agustus 1998 melalui rekening bersama (joint
account) atas nama Erni Yunus sebagai Direksi CV. Surya Kencana
setelah dipotong provisi sebesar 1 % dan biaya administrasi fee
sebesar 1 % dari pembiayaan atau sebesar Rp.21.000.000,- dikurangi
Rp.420.000,- = Rp.20.580.000,- (dua puluh juta lima ratus delapan
puluh ribu rupiah).
Bahwa atas pembiayaan tersebut antara PMV dengan PPU telah
sepakat, imbalan bagi hasil sebesar 30 % dari keuntungan/laba
operasional usaha sebelum pajak yang akan dibayarkan oleh PPU
kepada PMV dan pengembalian jumlah pembiayaan dilakukan setiap
bulan berdasarkan proyeksi yang disepakati dengan grace periode 5
(lima) bulan, sehingga dimulai pada bulan ke 6 (enam) sebesar
Rp.1.105.265,- sampai dengan bulan ke-24 kepada PMV, setiap bulan
paling lambat tanggal 10 dan apabila PPU lalai melaksanakan
pembayaran bagi hasil dan pengembalian fasilitas pembiayaan, maka
akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 3 % per bulan.
Bahwa untuk meyakinkan PMV agar PPU dapat menerima pembiayaan
dari PMV, PPU memberikan jaminan pengembalian pembiayaan pada
tanggal 28 Agustus 1998 berupa tanah dan 2 (dua) buah mobil.
Namun dalam praktik, setelah pembiayaan diberikan, PPU tidak
melaksanakan kewajibannya sebagaimana tercantum dalam perjanjian
terhadap PMV terkait bagi hasil dari laba yang diperoleh PPU.
Begitu pula jaminan yang diberikan PPU kepada PMV yang ditujukan
agar PPU dapat diberi pembiayaan, merupakan jaminan yang tidak
benar keberadaan dan kepemilikannya, serta PPU melakukan pemalsuan
laporan/kwitansi fiktif terkait usahanya. Sehingga dalam kasus ini,
PPU telah melakukan wanprestasi serta perbuatan melawan hukum
terhadap PMV.
Pembahasan Kasus Modal Ventura
Dalam kasus ini yang merupakan Perusahaan Modal Ventura ialah
PT. Sarana Sulteng Ventura Perusahaan Modal Ventura (PMV), yaitu
badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan/penyertaan modal ke
dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee
Company), yang mana dalam hal ini adalah CV. Surya Kencana, untuk
jangka waktu tertentu, yaitu 24 bulan dalam bentuk pembiayaan
berdasarkan pembagian atas hasil usaha. Setelah jangka waktu
berakhir, PMV wajib melakukan Divestasi.
Kegiatan usaha PT. Sarana Sulteng Ventura sebagai PMV kepada CV.
Surya Kencana sebagai PPU ialah dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
atas hasil usaha yang dilakukan dengan pola Pembagian atas hasil
usaha berdasarkan laba (profit sharing) yang dihasilkan dari
selisih lebih total pendapatan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.
Pembagian atas hasil usaha ini dilakukan berdasarkan persentase
tertentu yang telah disepakati di awal dan dituangkan dalam
perjanjian tertulis antara PMV dan PPU. Dalam kasus ini antara PMV
dengan PPU telah sepakat, imbalan bagi hasil sebesar 30 % dari
keuntungan/laba operasional usaha sebelum pajak yang akan
dibayarkan oleh PPU kepada PMV dan pengembalian jumlah pembiayaan
dilakukan setiap bulan berdasarkan proyeksi yang disepakati dengan
grace periode 5 (lima) bulan, sehingga dimulai pada bulan ke 6
(enam) sebesar Rp.1.105.265,- sampai dengan bulan ke-24 kepada PMV,
setiap bulan paling lambat tanggal 10 dan apabila PPU lalai
melaksanakan pembayaran bagi hasil dan pengembalian fasilitas
pembiayaan, maka akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 3 % per
bulan.
Berdasarkan perjanjian modal ventura yang dibuat dan disepakati
oleh kedua pihak tersebut, disimpulkan bahwa perjanjian modal
ventura tersebut tidak sesuai dengan hakikat atau prinsip dari
modal ventura itu sendiri, yang mana bertujuan membantu perusahaan
atau UMKM melalui penyertaan modal yang juga dapat disertai dengan
pemberian bimbingan dari pihak PMV terhadap PPU terkait usahanya.
Namun dalam kasus ini, dijelaskan dalam salah satu pasal dalam
perjanjian terkait pengembalian seluruh pembiayaan yang diberikan
PMV kepada PPU secara berangsur hingga akhir jangka waktu
penyertaan modal PMV pada PPU serta adanya jaminan yang diberikan
PPU kepada PMV, yang mana menunjukkan bahwa dalam perjanjian ini
tercermin adanya unsur pinjam meminjam. Hal ini bertentangan dengan
hakikat modal ventura itu sendiri yang mana pada dasarnya PMV akan
mendapatkan pengembalian modal yang telah diberikan pada PPU
melalui bagi hasil yang telah disepakati yang berasal dari laba
(profit sharing) hasil usaha PPU. Perusahaan Anjak Piutang di
IndonesiaANJAK PIUTANG (FACTORING) PT. IFS CAPITAL INDONESIA
(IFSI)
PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) mulai berdiri di Jakarta pada
tahun 1990 dengan nama PT. Niaga Factoring Corporation, yang
merupakan perusahaan joint venture antara PT. Bank Niaga Tbk, PT.
Usaha Sarana Sejati dan IFS Capital limited. Sejak November 2005
IFS Capital Limited menjadi pemegang saham mayoritas dengan porsi
kepemilikan sebesar 85%.
IFSI adalah perusahaan pembiayaan yang mempunyai spesialisasi
dalam pembiayaan Anjak Piutang (Factoring) dan Sewa Guna Usaha
(Leasing) untuk perusahaan kecil dan menengah di Indonesia.
Pembiayaan Anjak Piutang yang diberikan meliputi : anjak piutang
domestik dan anjak piutang ekspor. IFSI melayani transaksi anjak
piutang with recoursedan juga transaksi anjak piutang without
recourse.
IFSI anggota dari IF Group yang berpusat di Brussel, yang
merupakan asosiasi dari 75 perusahaan anjak piutang dari seluruh
dunia. Sebagai anggota dari International FactorsGroup transaksi
ekspor dan impor yang dilakukan oleh klien IFSI dari Indonesia
menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu IFSI juga menjadi
anggota dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) dan
juga anggota dari Asian Leasing and Finance Association (ALFA).
IFSI saat ini siap mendukung perusahaan di Indonesia untuk
meningkatkan investasi-nya di berbagi sector industri seperti :
manufacture, electronic, tekstil, telekomunikasi, printing dsb. Dan
juga siap untuk membiayai pengadaan peralatan berat untuk sector
industri: perkebunan, pertambangan, transportasi dan sumber daya
energi.
Pada tanggal 14 Juni 2007 nama perusahaan di ganti dari PT.
International Factors Indonesia menjadi PT. IFS Capital Indonesia.
Dengan struktur organisasi dan kebijakan perusahaan yang baru, PT.
IFS Capital Indonesia siap melayani kebutuhan pembiayaan perusahaan
Indonesia baik untuk jasa Anjak Piutang dan Sewa Guna Usaha.
PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) merupakan perusahaan anjak
piutang yang merupakan berbentuk multi financial company berfokus
pada usaha kecil dan menengah di Indonesia. Persyaratan yang harus
dipenuhi UKM untuk menjadi client dari alternative pembiayaan pada
fasilitas anjak piutang di PT. IFSI ialah telah memiliki usaha yang
baik dan menguntungkan.Jenis-jenis transaksi Anjak Piutang yang
dapat dilakukan oleh IFSI :
1. Anjak Piutang Domestik / Lokal: Transaksi Anjak Piutang
terhadap tagihan antar perusahaandomestik.2. Anjak Piutang Ekspor :
Transaksi anjak piutang terhadap tagihan antar negara.3. Anjak
Piutang NonRecourse:Transaksi anjak piutang yang dilindungi dengan
asuransi kredit.4. Anjak Piutang WithRecourse:Transaksi anjak
piutang yang dilakukan tanpa menggunakanasuransi kredit.
PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) berfokus pada UKM di Indonesia,
karena keinginannya untuk turut serta mengembangkan pertumbuhan
ekonomi karena usaha yang paling banyak terdapat di Indonesia
dengan latar belakang unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sulit
mendapatkan permodalan yang berasal dari bank karena pencairan
modal dari bank melalui berbagai persyaratan berbelit-belit dan
jaminan agunan serta bunga yang tinggi pula, membuat pengusaha
tidak dapat berkonsentrasi terhadap kemajuan dan perkembangan
usahanya. Sehingga sering terjadi kebangkrutan/pailit yang
menyebabkan pengusaha tidak dapat mengembalikan pinjaman terhadap
bank. Pemberian modal terhadap UKM kini tidak hanya monopoli dunia
perbankan saja, tetapi dapat juga melalui lembaga pembiayaan.
Banyak hal yang membuat salah satu perusahaan pembiayaan yang dapat
menjadi alternatif sumber permodalan jangka pendek UKM yaitu anjak
piutang. Sekarang yang dibutuhkan UKM bukan hanya pengucuran dana
tetapi yang lebih penting lagi membimbingan secara intensif
bagaimana memanajemen usahanya. Disinilah peran perusahaan anjak
piutang yang menjadikan UKM sebagai rekanan/partner, terutama dalam
memelihara pembukuan penjualan.
Kekurangan PT IFSI :
Perusahaan ini kurang berkembang di Indonesia karena Bad Debt,
sehingga benar-benar perusahaan financial yang besar dan berkuasa
yang dapat melakukannya. Biaya yang ditanggung cukup tinggi yaitu;
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. 2006. Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. Jakarta : Salemba EmpatHendro Tri, Tjandra Conny.
2014. Bank dan Institusi Keuangan Non Bank Di Indonesia,
Yogyakarta: UPP STIM
YKPNhttp://id.wikipedia.org/wiki/Modal_venturaPAGE 22