Page 1
MAKALAH
ANEMIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Dewasa II
Dosen Pembimbing : Ns. Susana Widyaningsih, S.Kep, MNS
Oleh
Kelompok 3
A. 14.2:
Citra Hayuning Kinasih 220201141200
Galuh Ianninda Pramono 220201141
Kartika Arin Andini 22020114120053
Nurul Hidayati 22020114140095
Ratih Nur Ainin 22020114120061
Siti Aisyah 22020114120049
Zulfa Nur Aini 22020114130125
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
1
Page 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... ..1
DAFTAR ISI ................................................................................ Error: Reference source not found
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................. ....3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. ....4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... ....4
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................................. ....4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 5
A. Definisi Anemia ................................................................................................................ ....5
B. Etiologi Anemia ................................................................................................................ ....5
C. Patofisiologi Anemia ......................................................................................................... ....8
D. Manifestasi Klinis Anemia .............................................................................................. ....10
E. Klasifikasi Anemia .......................................................................................................... ....11
F. Penatalaksanaan Anemia ................................................................................................. ....13
G. Pencegahan Anemia ........................................................................................................ ....14
H. Asuhan Keperawatan Anemia ......................................................................................... ....15
BAB 3. PENUTUP .......................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ...........................................................................................................................20
B. Saran.................................. ... ........................................................................................... ....20
2
Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang secara global banyak
ditemukan di berbagai negara maju maupun di negara yang sedang berkembang.
Penderita anemia diperkirakan hampir dua milyar atau 30% dari populasi dunia
(WHO, 2011 dalam Indahswari dkk, 2013). Prevalensi anemia di Indonesia masih
cukup tinggi, pada remaja wanita sebesar 26,50%, wanita usia subur (WUS)
26,9%, ibu hamil 40,1% dan anak balita 47,0% (Depkes, 2008 dalam Indahswari
dkk, 2013).
Anemia adalah rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit di bawah normal. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Brunner &
Suddarth, 2001 dalam Putrihantini dan Erawati, 2011). Anemia memiliki beberapa
jenis yang berbeda-beda. Salah satu kejadian Anemia yang sering terjadi di
masyarakat yaitu Anemia Defisiensi besi. Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah
anemia akibat kekurangan zat besi untuk sintesis hemoglobin dan merupakan
defisiensi nutrisi yang paling banyak pada anak dan menyebabkan masalah
kesehatan yang paling besar di seluruh dunia terutama di Negara berkembangan
termasuk Indonesia (Pediatrica Gajah Mada, 2010 dalam Putrihantini dan Erawati,
2011). Prevalensi anemia di negara-negara berkembangan sekitar empat kali lebih
besar dibandingkan dengan negara-negara maju. Diperkirakan prevalensi anemia di
negara berkembang dan di negara maju adalah 53% dan 9% (Allen & Stuart, 2001
dalam Putrihantini dan Erawati, 2011). Prevalensi anemia usia 5-14 tahun 428 per
1.000 anak lelaki dan 492 per 1.000 anak perempuan. Keadaan ini menggambarkan
bahwa anemia lebih banyak ditemukan pada anak perempuan (Anonim, 2010 dalam
Putrihantini dan Erawati, 2011).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan individu sering mengalami kejadian
penyakit anemia. Berdasarkan data di atas, kami ingin mengetahui lebih mendalam
mengenai penyakit anemia. Oleh karena itu kami membuat makalah ini sebagai
3
Page 4
bahan materi yang dapat meningkatkan wawasan/pengetahuan kesehatan tentang
anemia sehingga kami dapat mengetahui pencegahan dan penanganannya teruatama
asuhan keperawatan kepada klien.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep penyakit anemia terkait definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik dan klasifikasinya?
2. Bagaimana pencegahan dan penanganan klien dengan penyakit anemia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien dengan penyakit anemia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep penyakit anemia secara rinci dan tepat terkait
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik dan klasifikasinya.
2. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanganan klien dengan anemia.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan penyakit
anemia.
D. MANFAAT PENULISAN
Penulis mengaharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat menambah
wawasan dan menjadikan bahan rujukan terkait penyakit anemia. Selain itu, bagi
penulis sendiri dapat mengambil manfaat untuk menambah dan meningkatkan
pengetahuan baik dari sisi konsep patologisnya dan asuhan keperawatannya.
4
Page 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel
darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Hemoglobin yang terkandung di dalam Sel darah merah berperan dalam
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (Hb) pada laki-
laki kurang dari 13,5 G/DL dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada perempuan
konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5 G/DL atau Hematocrit kurang dari 36%
(Iqfadhilah, 2014).
Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) (Bakta, 2009).
B. ETIOLOGI
Menurut Iqfadhilah (2014) dan Bakta (2009) , Penyebab anemia yang paling
sering adalah:
1. Perdarahan yang berlebihan
2. Rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang sering disebut dengan
hemolisis atau pembentukan sel darah merah / hematopoiesis yang tidak efektif,
3. Gangguan fungsi sumsum tulang
4. Kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat
5. Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS.
Menurut Nurhidayati (2013), ada 5 faktor penyebab yang bisa menimbulkan
anemia pada ibu hamil, diantaranya:
1. Ketidakcukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi
yang diberikan kepada ibu hamil.
5
Page 6
2. Jarak kehamilan yang dekat
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
3. Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan apakah
bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah melahirkan
anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi.
4. Status Gizi yang buruk
Maulana (2010) kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang
buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah
yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga
janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena
itu pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan.
5. Penyakit Infeksi
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu umumnya
adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan terjadinya peningkatan
penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit. Cacingan jarang
sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun
sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing akan
menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia defisiensi besi.
Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia
Menurut Yulianasari (2007) Secara umum, terdapat dua faktor yang
menyebabkan anemia gizi yaitu faktor gizi dan non-gizi. Adapun faktor non gizi
adalah sebagai berikut :
1. Banyak kehilangan darah.
Pendarahan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak sel darah merah.
Pendarahan ada 2 jenis, yakni pendarahan eksternal (pendarahan yang terjadi
secara mendadak dan dalam jumlah banyak) dan pendarahan kronis (pendarahan
yang terjadi sedikit demi sedikit, tetapi berlangsung secara terus-menerus).
Contoh pendarahan adalah investasi cacing tambang, kecelakaan, atau
menstruasi. Wanita mengalami kehilangan darah sebanyak 40-50 ml setiap
bulannya akibat menstruasi (UNICEF 1998 dalam Yulianasari, 2007).
6
Page 7
2. Rusaknya sel darah merah dalam pembuluh darah akibat penyakit malaria atau
thalasemia
3. Kurangnya produksi sel darah merah.
Hal ini dapat disebabkan karena makanan yang dikonsumsi kurang
mengandung zat gizi, terutama besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan zat
gizi lainnya (Wirakusumah 1998 dalam Yulianasari, 2007).
Selanjutnya faktor gizi yang menjadi penyebab anemia antara lain :
1. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan karena kekurangan
zat besi.
Zat besi dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dalam pembentukan sel
darah merah (Allen & Sabel 2001 dalam Yulianasari, 2007). Anemia defisiensi
besi ditandai dengan pengecilan ukuran sel darah merah (microcytic) dan
penurunan kadar Hb (hypochromic). Faktor risiko utama anemia gizi besi yaitu
rendahnya intik besi, penyerapan besi yang rendah karena tingginya konsumsi
komponen fitat atau fenol, dan periode kehidupan ketika kebutuhan besi tinggi
(misalnya pertumbuhan dan kehamilan) (WHO 2008 dalam Yulianasari, 2007).
2. Anemia akibat defisiensi asam folat.
Folat atau vitamin B9 merupakan zat gizi yang ditemukan terutama pada
buah-buahan citrus dan sayuran berdaun hijau. Bila secara lama kurang
mengkosumsi pangan jenis tersebut maka dapat mengalami defisiensi asam
folat. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan terjadinya anemia
megaloblastic, yaitu sel darah merah lebih besar dari normal dan memiliki
nukleus yang belum terdiferensiasi secara sempurna (megaloblasts) (Allen &
Sabel 2001 dalam Yulianasari, 2007).
3. Anemia akibat defisiensi vitamin B12.
Penyebab anemia karena kekurangan konsumsi pangan sumber vitamin B12
(daging, telur, dan susu) jarang terjadi, namun sering terjadi karena usus halus
tidak dapat menyerap vitamin ini. Hal ini dikarenakan adanya pembedahan perut
atau usus halus. Kekurangan karena vitamin ini juga dapat menyebabkan
terjadinya anemia megaloblastic, yakni sel darah merah lebih besar dari normal
dan memiliki nukleus yang belum terdiferensiasi secara sempurna
(megaloblasts) (Wirakusumah 1998 dalam Yulianasari, 2007).
7
Page 8
4. Anemia akibat defisiensi vitamin C.
Kekurangan konsumsi vitamin C juga dapat menyebabkan anemia. Tubuh
memerlukan vitamin C untuk menghasilkan sel darah merah. Vitamin ini juga
membantu tubuh menyerap zat besi yang penting sebagai pembangun blokade
sel-sel darah merah (Almatsier 2000). Selain itu, vitamin ini berperan dalam
penyerapan besi sebagai reducing agent yang mengubah bentuk feri menjadi fero
dan chelating agent yang mengikat besi sehingga daya larut besi meningkat
(Allen & Sabel 2001 dalam Yulianasari, 2007).
Selain dari faktor penyebab anemia, penyakit kurang darah juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor resiko lain seperti (Iqfadhilah, 2014):
1. Faktor dari keturunan
2. Kurangnya asupan zat gizi
3. Penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus kecil.
4. Pendarahan Menstruasi yang berlebihan.
5. Kehamilan.
6. Penyakit kronis seperti penyakit kanker, dan gagal ginjal.
C. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikulo endotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari
proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka
hemoglobin akan muneul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan ke dalam urine.
8
Page 9
9
DEFISIT PERAWATAN DIRI
Page 10
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum anemia ( kurang darah ) yang paling sering di tunjukkan antara
lain sebagai berikut (Iqfadhilah, 2014):
1. Kulit Wajah terlihat Pucat
2. Kelopak Mata Pucat
Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat
pucat. ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan biasanya
dilakukan dengan cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna kelopak
mata bagian bawah.
3. Ujung Jari Pucat
Pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya
setelah di tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang
yang mengalami anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat.
4. Terlalu Sering dan mudah lelah
Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika
anda merasa mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan
anda mengalami penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh
yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi
sebagai alat transportasi alami didalam tubuh.
5. Denyut Jantung menjadi tidak teratur
Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama
denyut jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh
kekurangan oksigen. sehingga jantung berdebar secara tidak teratur.
pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.
6. Sering merasa Mual
Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir
sama seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan
Morning sickness.
Menurut Proverawati (2009,p.78) bahwa tanda dan gejala ibu hamil dengan
anemia adalah keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih
dalam batas normal (perlu dicurigai anemia defisiensi), mengalami malnutrisi,
10
Page 11
cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu
makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah)
dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda
7. Sakit kepala
Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi
kekurangan Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah
penderita Anemia sering mengeluh sakit kepala.
8. Kekebalan tubuh menurun
Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan
biasanya penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat
melemahnya imun tubuh.
9. Sesak napas
Penderita anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah
ketika melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam
dalam tubuh, akibat kurangnya sel darah merah.
Gejala khas yang timbul untuk masing-masing jenis anemia juga berbeda,
sebagai contoh:
1. Anemia defisiensi besi memiliki gejala khas diantaranya : disfagia, atrofi papil
lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok (koilonychias)
2. Anemia megaloblastik memiliki gejala khas diantaranya : glositis, gangguan
neurologik pada defisiensi vitamin B12
3. Anemia hemolitik memiliki gejala khas diantaranya : ikterus, splenomegali dan
hepatomegali
4. Anemia aplastik memiliki gejala khas diantaranya : perdarahan dan tanda-tanda
infeksi
E. KLASIFIKASI
WHO telah memiliki kriteria kadar hemoglobin pada pasien anemia, yaitu:
1. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dL
2. Wanita dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dL
3. Wanita hamil Hb < 11 gr/dL
11
Page 12
4. Anak 1-4 tahun Hb < 11 gr/dL, anak 5-11 tahun Hb < 11,5 gr/dL, dan anak
diatas 12 tahun Hb < 12 gr/dL.
Berdasarkan etiopatogenesis atau penyebab anemia diklasifikasikan menjadi 4
jenis, yaitu (Bakta.2009) :
1. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
a. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
1) Anemia defisiensi besi
2) Anemia defisiensi asam folat
3) Anemia defisiensi vitamin B12
b. Gangguan penggunaan besi
1) Anemia akibat penyakit kronik
2) Anemia sideroblastik
c. Kerusakan sumsum tulang
1) Anemia aplastik
2) Anemia mieloptisik
3) Anemia pada keganasan hematologi
4) Anemia diseritropoietik
5) Anemia pada sindrom mielodisplastik
2. Anemia akibat perdarahan
a. Anemia pasca perdarahan akut
b. Anemia akibat perdarahan kronik
3. Anemia hemolitik
a. Anemia hemolitik intrakorpuskular
1) Gangguan membran eritrosit (membranopati)
2) Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): anemia akibat defisiensi G6PD
3) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
Thalasemia
Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll
b. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler
1) Anemia hemolitik autoimun
2) Anemia hemolitik mikroangiopatik
12
Page 13
4. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang
kompleks
Berdasarkan morfologi dan etiologinya, anemia diklasifikasikan menjadi 3 jenis,
yaitu (Bakta, 2009):
1. Anemia hipokromik mikrositer
a. Anemia defisiensi besi
b. Thalasemia major
c. Anemia akibat penyakit kronik
d. Anemia sideroblastik
2. Anemia normokromik normositer
a. Anemia pasca perdarahan akut
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemiapada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindrom mielodisplastik
g. Anemia pada keganasan hematologik
3. Anemia makrositer
a. Bentuk megaloblastik
Contohnya : Anemia defisiensi asam folat, Anemia defisiensi B12,
termasuk anemia pernisiosa
b. Bentuk non-megaloblastik
Contohnya : Anemia pada penyakit hati kronik, Anemia pada
hipotiroidisme dan Anemia pada sindrom mielodisplastik
F. PENATALAKSANAAN
Terapi dan cara pengobatan penyakit kurang darah yang sering diberikan
dirumah sakit untuk mengobati penyakit anemia antara lain sebagai berikut
(Iqfadhilah, 2014):
13
Page 14
1. Pemberian suplemen yang mengandung Zat besi, vitamin B12, dan vitamin-
vitamin lain yang dibutuhkan tubuh.
Vitamin yang dapat berperan dalam pembentukan sel darah merah yaitu vitamin
A dan vitamin C. Vitamin A memiliki peran untuk membantu atau
mempermudah mobilisasi besi dari hati atau penggabungan dengan eritrosit
sehingga pembentuka hemoglobin lebih banyak (Asterina, 2009). Sedangkan
vitamin C berperan dalam membantu mempercepat penyerapan besi di dalam
tubuh serta berperan dalam memindahkan besi ke dalam darah, mobilisasi
simpanan besi terutama hemosiderin dalam limpa (Soemardjo, 2009 dalam
Suwarni, 2013).
2. Pada penderita anemia berat bisa dilakukan Transfusi darah
3. Pemberian obat-obatan kortikosteroid yang mempengaruhi sistem imun tubuh
4. Pemberian Eritropoietin, yaitu jenis hormon yang membantu proses
hematopoiesis pada sumsum tulang.
G. PENCEGAHAN
Untuk pencegahan penyakit anemia sebenarnya sangat mudah. seperti dengan
mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat,
vitamin b12, vitamin c. berikut ini penjelasan singkat tentang cara pencegahan
anemia serta jenis-jenis makanan yang bisa membantu mencegah anemia
diantaranya (Iqfadhilah, 2014) :
1. Konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi
Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayur-
sayuran yang berwarna hijau dan lain-lain. zat besi juga sangat penting untuk
wanita yang sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak.
2. Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat
Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang,
sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain
3. Konsumsi makanan yang mengandung Vitamin B 12 dari daging dan susu
4. Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C
14
Page 15
Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya yaitu bisa
membantu penyerapan zat besi. jenis-jenis Makanan yang banyak mengandung
vitamin C seperti buah melon, buah jeruk, dan buah beri.
Selain mengkonsumsi makanan yang mengandung material pembentuk sel
darah merah, untuk pencegahan diperlukan juga sebuah edukasi dimana dalam
masyarakat selama ini tidak memperhatikan kondisi kesehatannya karena kurang
informasi terutama pada ibu hamil yang sangat beresiko anemia. Pemerintah telah
melaksanakan program pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil, sayangnya
mereka tidak patuh untuk mengkonsumsinya secara teratur karena kurangnya
informasi atau pengetahuan terkait anemia. Mengenai informasi obat, pasien 72 %
lupa dengan penjelasan oral oleh tenaga kesehatan. Sehingga hal lain yang tepat
yaitu pemberian informasi secara tertulis dengan bahasa yang mudah dipahami dan
terdapat gambar yang mempermudah pemahaman, media itu sering disebut booklet
anemia (Adawiyani, 2013)
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Gejala Umum
1) Keletihan, fatigue, kelemahan umum
2) Kulit dan membran mukosa (sklera, mukosa oral) pucat
3) Joundice pada megaloblastik dan hemolitik
4) Lidah merah dan ada lesi pada defisiensi besi
5) Ulserasi mulut (angular cheilosis) pada megaloblastik dan defisiensi besi
6) Kuku cekung, bergerigi dan memutih pada defisiensi besi
b. Riwayat penggunaan obat yang mempengaruhi sumsum tulang dan
metabolisme asam folat
c. Riwayat penggunaan alkohol (jumlah dan lamanya)
d. Riwayat keluarga
e. Aktifitas atletik
f. Nutrisi: Defisiensi esensial: Zat besi, asam folat, Vit B 12, Sosial ekonomi
rendah dan Vegetarian ketat tanpa suplemen Vit B 12
g. Status kardiologi
15
Page 16
Kadar Hb yang rendah memacu jantung untuk memompa lebih cepat dan
kuat
Gejala: Takikardi, palpitasi, dispnea, pusing, orthopnea
Tanda: kardiomegali, hepatomegali, Edema perifer
h. Sistem pencernaan
1) Keluhan: Mual/muntah, melena, diare, anoreksia, glossitis
2) Pemeriksaan Feses: ditemukan darah
3) Kaji periode dan jumlah menstruasi pada wanita
4) Kaji penggunaan suplemen zat besi pada kehamilan
i. Sistem neurologi
Parestesia, ataksia, koordinasi buruk, bingung
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan komponen seluler
pengangkut O2, gangguan pengikatan oksigen oleh hemoglobin
b. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2
c. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan pencernaan
atau ketidakmampuan mencerna/menyerap nutrisi yang penting dalam
pembentukan SDM normal
d. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan
neurologi, gangguan mobilisasi, defisiensi nutrisi
e. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan berkurangnya
pengangkutan sel darah merah ke seluruh tubuh
f. Kurang pengetahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang informasi
g. Konstipasi / diare b.d penurunan masukan, perubahan proses pencernaan,
efek samping obat
h. Resiko tinggi infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan seluler dan
ketidakadekuatan pertahanan primer
16
Page 17
3. Intervensi Keperawatan
NO. Diagnosa
Keperawatan Prioritas
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi
jaringan perifer b.d
penurunan komponen
seluler pengangkut
O2, gangguan
pengikatan oksigen
oleh hemoglobin
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam perfusi jaringan klien
adekuat dengan kriteria :
- Membran mukosa
merah muda
- Conjunctiva tidak
anemis
- Akral hangat
- TTV dalam batas
normal
Perawatan sirkulasi : arterial insuficiency
a. Kaji Tanda-tanda vital
b. Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi
periper. (cek nadi periper, oedema, kapiler refil, temperatur
ekstremitas, dan mukosa).
c. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
d. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk
memperbaiki sirkulasi.
e. Monitor status cairan intake dan output
f. Berikan makanan yang adekuat untuk menjaga viskositas darah
g. Kolaborasi pemberian transfusi atau therapi antikoagulan
2. Intoleransi aktivitas
b.d
ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2 x 24
jam Klien dapat
menunjukkan toleransi
Terapi aktivitas :
a. Kaji kemampuan pasien melakukan aktivitas
b. Jelaskan pada pasien manfaat aktivitas bertahap
c. Evaluasi dan motivasi keinginan pasien untuk meningktkan
17
Page 18
O2 terhadap
aktivitas dgn Kriteria:
- Klien mampu aktivitas
minimal
- Kemampuan aktivitas
meningkat secara
bertahap
- Tidak ada keluhan
sesak nafas dan lelah
selama dan setelah
aktivits minimal
- TTV normal selama
dan setelah aktivitas
aktivitas
d. Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
Monitoring TTV
e. Pantau TTV pasien sebelum, selama, dan setelah aktivitas
selama 3-5 menit.
Energi manajemen
f. Rencanakan aktivitas saat pasien mempunyai energi cukup
untuk melakukannya.
g. Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.
Manajemen nutrisi
h. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber-
sumber energi
Emosional support
i. Berikan reinfortcemen positip bila pasien mengalami kemajuan
3. Gangguan nutrisi:
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d gangguan
pencernaan atau
ketidakmampuan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan 2 x 24 jam
klien menunjukan status
nutrisi adekuat dengan
Kriteria:
Manajemen Nutrisi
a. Kaji adanya alergi makanan.
b. Kaji makanan yang disukai oleh klien.
c. Kolaborasi team gizi untuk penyediaan nutrisi TKTP
d. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisi TKTP dan
18
Page 19
mencerna/menyerap
nutrisi yang penting
dalam pembentukan
SDM normal
- BB stabil,
- Tingkat energi
adekuat
- masukan nutrisi
adekuat
banyak mengandung vitamin C
e. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
f. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
Monitor Nutrisi
g. Monitor BB jika memungkinkan
h. Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien
makan.
i. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan
waktu klien makan.
j. Monitor adanya mual muntah.
k. Kolaborasi untuk pemberian terapi sesuai order
l. Monitor adanya gangguan dalam input makanan misalnya
perdarahan, bengkak dsb.
m. Monitor intake nutrisi dan kalori.
n. Monitor kadar energi, kelemahan dan kelelahan.
19
Page 20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia adalah penyakit darah dengan jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah atau eritrosit kurang dari batas normal. Hal ini dapat disebabkan karena
perdarahan, hemolisis atau gangguan pada pusat produksi sel darah merah yaitu
fungsi sumsum tulang. Anemia biasanya ditandai dengan kulit, mukosa pucat,
mudah lelah, sakit kepala dan irama jantung tidak teratur. Anemia dapat
diklasifikasikan berdasarkan penyebab anemia atau morfologi sel darah merah.
penanganan anemia dapat diperbaiki dengan perbaikan asupan makanan, obat-
obatan atau transfusi darah. Diagnosa keperawatan yang sering muncul dan menjadi
prioritas anemia yaitu gangguan perfusi jaringan, intoleransi aktivitas, dan
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
B. SARAN
Makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu diharapkan
pembaca dan penulis dapat mencari dan melengkapi materi anemia dalam makalah
ini lebih lengkap, sistematis dan mendalam.
20
Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyani, R. 2013. Pengaruh Pemberian Booklet Anemia terhadap Pengetahuan,
Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol. 2 No. 2 (2013).
Bakta, I. M., 2009. Pendekatan terhadap Pasien Anemia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing, pp.1109-1115.
Indahswari, dkk. 2013. Hubungan Pola Konsumsi Dengan Kejadian Anemia Pada
Wanita Prakonsepsi Di Kecamatan Ujung Tanah Dan Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar. Universitas Hasanuddin.
IqFadhilah. 2014. Penyakit Anemia, Gejala, Penyebab dan Cara Pencegahan. Diakses
pada 26 maret http://www.idmedis.com/2014/03/Penyakit-Anemia-Gejala-
penyebab-dan-cara-pencegahan.html
Kaushansky, K. et al., 2010. Clinical Manifestations and Classification of Erythrocyte
Disorders. In: Williams Hematology. 8th ed.McGraw-Hill.
Putrihantini & Erawati. 2011. Hubungan Antara Kejadian Anemia Dengan Kemampuan
Kognitif Anak Usia Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri (Sdn) Susukan 04
Ungaran Timur. Jurnal Keperawatan Anak . Volume 1, No. 2, November 2013;
99-103
Anonim. 2011. Diakses pada 26 Maret 2016, dari:http://dokumen.tips/documents
/patofisiologi-anemia-55b07c105ed29.html
Suwarni, S. 2013. Pengaruh Pemberian Suplemen Besi dan Vitamin C Terhadap Daya
Tahan Aerob dan Kadar Hemoglobin. Diakses pada 29 Maret 2016,
dari:jurnal.pasca.uns.ac.id/index.php/pdpk/article/download/441/284
Asterina, dkk. 2009. Pengaruh Pemberian Fe + Vitamin A Terhadap Peningkatan
Hemoglobin Pada Anak Usia Sekolah Yang Mengalami Anemia Di Sd 42
Beringin Kelurahan Air Dingin Padang Tahun 2009. Diakses pada 29 Maret
2016, dari: http://repository.unand.ac.id/162/1/Asterina_Ms,_Artikel.pdf
21
Page 22
Nurhidayati, R.D. 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil
Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Naskah
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yulianasari, A.I. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada
Remaja Dan Dewasa Di Dki Jakarta Tahun 2007. Institut Pertanian Bogor.
22