BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba eustacius dan prosesus mastoideus (Moore, 1989; Dhingra, 2004). 2.1.1 Membran timpani Membran timpani di bentuk dari dinding lateral kavum timpani yang memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran timpani mempunyai ukuran panjang vertikal rata-rata 9 -10 mm, diameter 8 - 9 mm dan tebalnya kira-kira 0,1 mm. Membran timpani miring ke medial dari posterior superior ke anterior inferior, membentuk sudut kira-kira 140º antara kavum timpani dan liang telinga luar (Moore, 1989). Membran timpani terdiri dari tiga lapisan. Lapisan skuamosa membatasi telinga luar sebelah medial, lapisan mukosa membatasi telinga tengah sebelah lateral dan jaringan fibrosa terletak diantara kedua lapisan tersebut. Lapisan fibrosa terdiri dari serat melingkar dan serat radial yang menjadikan bentuk dan konsistensi membran timpani. Serat-serat radial masuk kedalam perikondrium lengan maleus dan kedalam annulus fibrosa, membentuk gambaran kerucut yang penting secara fungsional. Serat melingkar memberikan kekuatan bagi membran timpani telinga tanpa mempengaruhi vibrasi, dibantu oleh beberapa serat tegak lurus yang memperkuat bentuknya. Sifat arsitektur membran timpani membuatnya dapat menyebarkan energi vibrasi secara ideal (Austin,1997). Membran timpani dibagi dalam dua bagian: a. Pars tensa, merupakan bagian terbesar dari membran timpani. Bagian pinggirnya menebal membentuk jaringan cincin fibrokartilaginous yang disebut dengan annulus timpanikus yang terdapat didalam sulkus timpanikus. Bagian sentral dari pars tensa Universitas Sumatera Utara
Timpani membran anatomi and fisiologi anatomi telinga tengah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi telinga tengah Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba
eustacius dan prosesus mastoideus (Moore, 1989; Dhingra, 2004).
2.1.1 Membran timpani Membran timpani di bentuk dari dinding lateral kavum timpani yang
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran timpani
mempunyai ukuran panjang vertikal rata-rata 9 -10 mm, diameter 8 - 9 mm
dan tebalnya kira-kira 0,1 mm. Membran timpani miring ke medial dari
posterior superior ke anterior inferior, membentuk sudut kira-kira 140º
antara kavum timpani dan liang telinga luar (Moore, 1989). Membran timpani terdiri dari tiga lapisan. Lapisan skuamosa
membatasi telinga luar sebelah medial, lapisan mukosa membatasi telinga
tengah sebelah lateral dan jaringan fibrosa terletak diantara kedua lapisan
tersebut. Lapisan fibrosa terdiri dari serat melingkar dan serat radial yang
menjadikan bentuk dan konsistensi membran timpani. Serat-serat radial
masuk kedalam perikondrium lengan maleus dan kedalam annulus
fibrosa, membentuk gambaran kerucut yang penting secara fungsional.
Serat melingkar memberikan kekuatan bagi membran timpani telinga
tanpa mempengaruhi vibrasi, dibantu oleh beberapa serat tegak lurus
yang memperkuat bentuknya. Sifat arsitektur membran timpani
membuatnya dapat menyebarkan energi vibrasi secara ideal
(Austin,1997). Membran timpani dibagi dalam dua bagian:
a. Pars tensa, merupakan bagian terbesar dari membran timpani.
Bagian pinggirnya menebal membentuk jaringan cincin
fibrokartilaginous yang disebut dengan annulus timpanikus yang
terdapat didalam sulkus timpanikus. Bagian sentral dari pars tensa
Universitas Sumatera Utara
melekuk kedalam ke ujung maleus disebut umbo. Refleks cahaya
dapat terlihat memancar dari ujung maleus ke pinggir membran
timpani di kuadran anteroinferior.
b. Pars flaksida (Shrapnel’s membrane), terletak diatas prosesus
lateral maleus antara notch of Rivinus dan plika maleolaris anterior
dan plika maleolaris posterior (Dhingra, 2004).
2.1.2 Kavum timpani (Telinga Tengah) Telinga tengah (kavum timpani) terdiri dari suatu ruang yang terletak di
antara membran timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot
yang terdapat di dalamnya beserta penunjangnya, tuba Eustachius dan
sistem sel-sel udara mastoid. Batas-batas superior dan inferior membran
timpani membagi kavum timpani menjadi epitimpanum atau atik,
mesotimpanum dan hipotimpanum (Austin, 1997). Hipotimpanum adalah suatu ruang dangkal yang terletak lebih rendah
dari membran timpani. Permukaan tulang pada bagian ini tampak seperti
gambaran kerang karena adanya sel-sel udara berbentuk cangkir. Dinding
ini menutupi bulbus yugularis. Kadang-kadang suatu celah pada dinding
ini menyebabkan sebagian bulbus yugularis dapat masuk kedalam
hipotimpanum (Austin, 1997).
Mesotimpanum, di sebelah medial dibatasi oleh kapsul otik, yang
letaknya lebih rendah daripada nervus fasial pars timpani. Suatu
penonjolan yang melengkung pada bagian basal kohlea terletak tepat
disebelah medial membran timpani dan disebut promontorium. Didalam
promontorium terdapat beberapa saluran-saluran berisi saraf-saraf yang
membentuk pleksus timpanikus. Disebelah posterior promontorium pada
bagian superior terdapat foramen ovale (vestibuler) dan pada bagian
inferior terdapat foramen rotundum (kohlear), yang keduanya terletak
pada dasar suatu lekukan. Kedua lekukan tersebut berhubungan pada
batas posterior mesotimpanum melalui suatu fosa yang dalam, yaitu sinus
timpanikus. Pada foramen ovale terdapat lempeng kaki stapes yang
Universitas Sumatera Utara
terletak pada bidang sagital. Foramen rotundum terlindung dari
penglihatan karena bagian ini terletak pada bidang melintang sebelah
anterior suatu tepi penonjolan dari promontorium. Foramen rotundum
ditutupi oleh suatu membran yang tipis yaitu membran timpani sekunder.
Dinding posterior mesotimpanum dibentuk oleh tulang yang menutupi
saraf fasial pars desendens. Tulang ini biasanya mempunyai sel-sel
pneumatisasi dan sering mempunyai hubungan dengan sistem sel udara
mastoid. Sebelah superior dinding ini terdapat suatu penonjolan berbentuk
kerucut yang disebut eminensia piramid, melindungi muskulus stapedius
dan tendonnya. Suatu cabang saraf ke-7 menginervasi otot tersebut.
Disebelah lateral eminensia piramid terdapat foramen untuk nervus korda
timpani yang berjalan dibagian inferior melalui suatu saluran untuk
bergabung dikanalis fasial atau pada foramen stilomastoid (Austin, 1997).
Suatu ruang yang secara klinis sangat penting ialah sinus posterior
atau resesus fasial yang terdapat disebelah lateral kanalis fasial dan
prosesus piramidal. Dibatasi sebelah lateral oleh anulus timpanikus
posterosuperior, sebelah superior oleh prosesus brevis inkus yang
melekat ke fosa inkudis. Ruang ini memanjang dari ruang telinga tengah
posterosuperior ke aditus ad antrum dan penyakit sering tersembunyi
disini. Pendekatan terhadap ruang ini dari antrum mastoid akan membuka
struktur tympanum posterior dan nervus fasial (Austin, 1997).
Bagian anterior saluran fasial pars timpani ditandai oleh penonjolan
berbentuk pengait di ujung oleh posterior saluran otot tensor timpani, yaitu
prosesus kokleariform yang membuat tendon muskulus tensor tersebut
membelok kelateral kedalam telinga tengah. Saluran muskulus tensor
timpani berjalan kedepan ke dalam permukaan superior tuba Eustachius
dan merupakan tanda batas anterosuperior mesotimpanum (Austin,
1997).
Pada dinding anterior mesotimpanum terdapat orificium timpani tuba
Eustacius pada bagian superior dan membentuk bagian tulang dinding
saluran karotis asenden pada bagian inferior. Dinding ini biasanya
Universitas Sumatera Utara
mengalami pneumatisasi yang baik dan dapat dijumpai bagian-bagian
tulang yang lemah (Austin, 1997).
Dalam epitimpanum terdapat inkus dan maleus. Di bagian superior
epitimpanum dibatasi oleh suatu penonjolan tipis os petrosus, yaitu
tegmen timpani yang merupakan kelanjutan tegmen mastoid posterior.
Dinding medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang ditandai oleh tonjolan
kanalis semisirkuler lateral. Pada bagian anterior terdapat bagian ampula
kanalis superior, dan lebih anterior ada gangglion genikulatum yang
merupakan tanda ujung anterior ruang atik. Dinding anterior terpisah dari
maleus oleh suatu ruang yang sempit, dan disini dapat dijumpai muara se-
sel udara yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma).
Dinding lateral atik dibentuk oleh os skuama yang berlanjut ke arah lateral
sebagai dinding liang telinga luar bagian tulang sebelah atas. Di posterior,
atik menyempit menjadi jalan masuk ke antrum mastoid, yaitu aditus ad
antrum (Austin, 1997).
2.1.3 Tuba Eustachius Tuba Eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Bagian lateral tuba Eustachius adalah yang bertulang,
sementara dua pertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot
tensor timpani terletak disebelah atas bagian bertulang sementara kanalis
karotikus terletak dibagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan
melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring diatas otot konstriktor
superior. Bagian ini biasanya tertutup tetapi dapat dibuka melalui kontraksi
otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi
pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba Eustachius berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani
(Liston, 1997). Pada orang dewasa perbedaan tinggi muara tuba Eustachius di kavum
timpani dan nasofaring sekitar 25 mm. Tuba Eustachius panjangnya 30
sampai 40 mm, pada anak ukurannya lebih pendek dan lebih datar.
Universitas Sumatera Utara
Dinding tuba Eustachius mempunyai bagian tulang rawan yang
merupakan 2/3 seluruh panjangnya mulai dari muaranya di kavum
timpani, sedangkan 1/3 bagian yang lain berdinding tulang rawan, turun ke
arah nasofaring. Dinding tulang rawan ini tidak lengkap, dinding bawah
dan lateral bawah merupakan jaringan ikat yang bergabung dengan m.
tensor dan levator veli palatini. Pada keadaan istirahat, lumen tuba
Eustachius tertutup. Terdapat mekanisme pentil pada tuba ini, udara lebih
sukar masuk ke kavum timpani dari pada keluar (Helmi,2005). Fungsi tuba Eustachius :
Secara fisiologi tuba Eustachius melakukan tiga peranan penting yaitu:
Ventilasi dan mengatur tekanan telinga tengah.
Pada pendengaran yang normal, perlu sekali bahwa tekanan
pada dua sisi membran timpani harus sama. Tekanan positif atau
negatif mempengaruhi pendengaran. Dengan begitu tuba Eustachius
harus terbuka secara periodik untuk menyeimbangkan tekanan udara
pada telinga tengah. Normalnya tuba Eustachius tetap tertutup dan
terbuka secara intermitten selama menelan, mengunyah dan bersin.
Sikap badan juga mempengaruhi fungsi, pembukaan tuba kurang
berguna pada posisi berbaring dan selama tidur dikarenakan
pembendungan vena. Fungsi tuba yang buruk pada bayi dan anak-
anak bertanggung jawab pada masalah telinga pada kelompok usia
tersebut. Itu biasanya normal kembali pada usia 7-10 tahun.
Perlindungan terhadap tekanan bunyi nasofaring dan reflux sekresi
dari nasofaring.
Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat
dialirkan ke telinga tengah jika tuba terbuka, dengan demikian
mengganggu pendengaran yang normal. Biasanya tuba Eustachius
tetap tetutup dan melindungi telinga tengah melawan suara tersebut.
Tuba Eustachius yang normal juga melindungi telinga tengah dari
reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi dengan mudah jika diameter
tuba lebar (patulous tube), pendek (seperti pada bayi), atau membran
Universitas Sumatera Utara
timpani yang perforasi (menyebabkan infeksi telinga tengah yang
persisten pada kasus perforasi membran timpani)
Tekanan tinggi di dalam nasofaring juga dapat memaksa
sekresi nasofaring ke dalam telinga tengah , misalnya meniup hidung
dengan kuat.
Pembersihan sekresi telinga tengah
Membran mukosa tuba Eustachius dan bagian anterior telinga
tengah dilapisi oleh sel ciliated columnar. Silia bergerak kearah
nasofaring. Ini membantu untuk membersihkan sekresi dan debris
dalam telinga tengah ke arah nasofaring. Fungsi pembersihan
dipengaruhi oleh pembukaan dan penutupan yang aktif dari tuba
(Dhingra PL 2007; Kumar 1996)
Tuba biasanya tertutup dan akan terbuka melalui kontraksi aktif otot
tensor veli palatini pada saat menelan, atau saat menguap atau membuka
rahang. Ventilasi memungkinkan keseimbangan tekanan atmosfer pada
kedua sisi membran timpani. Tuba akan membuka melalui kerja otot
bilamana terdapat perbedaan tekanan sebesar 20 hingga 40 mmHg.
Untuk melakukan fungsi ini, diperlukan otot tensor veli palatine yang utuh
(Paparella,1997).
Terdapat beberapa etiologi yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
tuba Eustachius. Salah satunya adalah obstruksi mekanik dapat terjadi
secara intraluminer maupun estraluminer. Obstruksi secara intraluminer
seperti keadaan alergi atau infeksi dapat menyebabkan edema sepanjang
mukosa tuba Eustachius. Sedang obstruksi secara ekstraluminer seperti
tumor terutama tumor nasofaring, polip nasal yang ekstensif dan hipertropi
adenoid yang menekan ostium tuba Eustachius. Penyebab lain dari
gangguan fungsi tuba Eustachius adalah deviasi septum dan sinusitis
(Kuppersmith 1996; Restuti 2006).
Gejala hidung yang berhubungan erat dengan adanya fungsi tuba
Eustachius adalah sumbatan hidung (Krouse dkk, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Prosesus mastoid Pneumatisasi Sistem sel udara pneumatik tumbuh sehubungan dengan pembesaran
tulang temporal sebagai suatu penumbuhan ke luar dari telinga tengah
dan antrum. Kelompok-kelompok sel udara dapat diklasifikasikan
berdasarkan asal perkembangannya. Sel-sel yang berkembang dari
antrum merupakan kelompok terbesar, terbentuk di dalam prosesus
mastoid yang membesar. Sel-sel mastoid terletak di sebelah luar suatu
lempeng tulang yang biasanya dijumpai pada pertemuan prosesus antrum
os petrosa dan prosesus timpani os skuama (sutura petroskuamosa) yang
dikenal dengan nama septum korner. Sebelah dalam septum ini dijumpai
sel-sel antrum yang merupakan perluasan antrum asli ke arah medial ke
dalam os petrosa. Perluasan tersebut dapat terjadi jauh ke dalam petrosa
sampai ke pinggir kanalis semisirkuler dan kanal auditori interna. Sinus
sigmoid mungkin dikelilingi oleh suatu kelompok sinus yang dapat meluas
ke skuama. Perluasan sel-sel tersebut ke arah anterior dan lateral dapat
mencapai zigoma (sel-sel zigoma) dan berhubungan dengan atik. Sel-sel
ujung mastoid kadang-kadang membentuk suatu daerah koalesens yang
besar di ujung prosesus mastoid (Austin, 1997).
Mastoid terdiri dari sebuah tulang korteks dengan sebuah “sarang
lebah (honeycomb)” dari sel udara dibawahnya. Tergantung dari
pertumbuhan sel udara, mastoid dibagi tiga tipe:
1. Well-pneumatised atau cellular, sel-sel mastoid pertumbuhannya baik
dan septa tipis.
2. Diploetic, mastoid terdiri dari marrow spaces dan sedikit sel-sel udara.
3. Sclerotic atau acellular, tidak dijumpai sel-sel atau marrow spaces
(Dhingra,2004).
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Vaskularisasi kavum timpani Vaskularisasi kavum timpani berasal dari cabang-cabang kecil arteri
karotis eksterna. Cabang-cabang pembuluh darah kecil tersebut adalah:
a.timpani anterior yang merupakan cabang dari a. maksilaris yang masuk
ke telinga tengah melalui fisura petrotimpani. Arteri ini mendarahi bagian
anterior kavum timpani termasuk mukosa membran timpani. a. Arteri timpani posterior yang merupakan cabang stilomastoid yang
dapat berasal dari a. aurikularis posterior atau a. oksipital. A.timpani
posterior masuk ke kavum timpani bersama korda timpani lalu
mendarahi bagian posterior kavum timpani.
b. Arteri timpani inferior yang berasal dari cabang asendens a. karotis
eksterna yang masuk ke kavum timpani melalui kanalikulus timpani
bersama dengan cabang timpani n. IX lalu mendarahi terutama bagian
inferior kavum timpani.
c. Arteri petrosus superfisialis dan a. timpani superior yang merupakan
cabang-cabang a. meningea media yang masuk ke kavum timpani
masing-masing melalui lubang kecil di tegmen timpani dan melalui
fisura petroskuamosa, lalu mendarahi bagian superior kavum timpani.
d. Arteri karotikotimpani yang merupakan satu-satunya cabang berasal
dari a. karotis interna, masuk ke kavum timpani dengan menembus
lamina tulang tipis yang membatasi kanalis karotikus dengan telinga
tengah (Helmi, 2005). Aliran vena jalan seiring dengan arterinya untuk
bermuara pada sinus petrosus superior dan pleksus pterigoideus
(Helmi, 2005).
2.2 Anatomi Hidung
Rongga hidung atau kavum nasal berbentuk terowongan dari depan ke
belakang dipisahkan oleh septum nasal dibagian tengahnya sehingga
menjadi kavum nasal kanan dan kiri. Tiap kavum nasal mempunyai 4
buah dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior
(Corbrigde,1998).
Universitas Sumatera Utara
Bagian dari kavum nasal yang letaknya sesuai ala nasal, tepat
dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum ini
dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-
rambut yang disebut dengan vibrise. (Ballenger, 1997; Hilger, 1989).
Septum Nasal
Dinding medial rongga hidung adalah septum nasal. Septum dibentuk
oleh tulang rawan, dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan
dan periostium pada bagian tulang sedangkan diluarnya dilapisi juga oleh