ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten) ANNISSA MERRYNA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
116
Embed
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP
PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB
(Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
ANNISSA MERRYNA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
i
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP
PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Studi Kasus : Desa Curug Goong,
Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” BELUM PERNAH
DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN
MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, 27 Agustus 2009
Annissa Merryna H44053639
ii
ABSTRACT
Annissa Merryna (H44053639). Analysis of Willingness to Pay Community for Payment Environmental Services (Case Study : Curug Goong Village, Padarincang District, Serang Regency, Banten). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc and Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Water is one of important elements in human life. Water is also used for a variety of interest such as drinking, cooking, washing, and all other activities that directly relate to human walfare. The purpose of research is to determine the value of willingness to pay (WTP) for community economic instruments, namely payment environmental services, the factors that affect respondents’s willingness to do a payment environmental services and the factors that affect the value of preparedness. Willingness of respondents to pay for environmental services is influenced by several factors, such as the assessment of water quality, the amount of water needs, and the distance to the water source. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable amount of water needs is significant at 95 percent, while variable distance to the water source is significant at 99 percent.
WTP value in this research is the value that will be given by the respondents to environmental services generated by Cirahab spring per liter per household. Average WTP is Rp. 101/liter/household, while total WTP is Rp. 83.835/liter. The factors affecting the value of respondents’s WTP are influenced by the assessment of water quality, the amount of water need, the distance to the water source, and the average household income. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable anount of water needs is significant at 95 percent, variable distance to water source is significant at 99 percent, and variable average household income is significant at 90 percent.
Once established average WTP value per liter per household has been determined the potential value of water Cirahab spring is calculated by multiplying the average WTP value with the number of respondents environmental services utilization. The value of environmental services by community is around 51.887.305/liter/year that can be generated by 4,94 Ha of land through transfer benefit method. Land should be planted to absorp tree so that the quality water and quantity water of Cirahab spring be sustainable.
The potential valus of Cirahab spring was obtained from the multiplication number of environmental services by community with average WTP value, so the potential value of Cirahab spring is Rp. 5.240.617.805/year which is more greater than the cost restoration of forest ecology is Rp. 544.758.500/Ha/year.
Key words : water, payment environmental services, willingness to pay, transfer benefit, the cost restoration of forest ecology
iii
RINGKASAN
Annissa Merryna (H44053639). Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Air juga dipergunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala aktifitas lainnya yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan tersebut. Kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, sedangkan variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf 99 persen.
Nilai WTP dalam penelitian ini adalah nilai yang akan diberikan oleh responden terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab per liter per KK. Nilai rataan WTP responden adalah Rp. 101/liter/KK sedangkan nilai total WTP adalah Rp. 83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen.
Setelah didapatkan nilai rataan WTP per liter per KK maka akan dicari nilai potensial pemanfaatan dari mata air Cirahab dengan cara mengalikan nilai rataan responden dengan jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab oleh masyarakat sebanyak 51.887.305/liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 Ha lahan melalui metode transfer benefit. Lahan tersebut dapat ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari.
Sedangkan nilai potensial pemanfaatan mata air Cirahab didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat dengan nilai rataan WTP sehingga nilai potensial pemanfaatan adalah sebesar Rp. 5.240.617.805/tahun yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp. 544.758.500/Ha/tahun.
Kata kunci : air, pembayaran jasa lingkungan, willingness to pay, transfer benefit,biaya pemulihan ekologi hutan
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP
PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB
(Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
ANNISSA MERRYNAH44053639
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Studi Kasus : Desa Curug Goong Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)
Nama : Annissa Merryna
NRP : H44053639
Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP. 196.204.211.986.031.003
Diketahui,
Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya danLingkungan
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196.204.211.986.031.003
Tanggal Lulus :
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa
Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang,
Kabupaten Serang, Banten)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai
bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang
sejenis.
Skripsi ini bertujuan untuk menghitung besarnya willingness to pay
masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan dan
faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesediaan dan nilai dari willingness to pay
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah
dan masyarakat setempat dalam mengambil langkah untuk menyusun kebijakan
pengelolaan sebagai upaya konservasi di mata air Cirahab serta dapat bermanfaat
bagi pihak lain yang berkepentingan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama dan
Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukannya selama penyusunan skripsi ini.
Serta pihak-pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa
kepada penulis.
Seperti pepatah, “tiada gading yang tak retak”. Penulis meyakini bahwa
manusia bukanlah makhluk yang benar-benar sempurna. Penulis mengharapkan
saran dan kritik terhadap skripsi ini. Hal ini agar budaya berpikir kritis bisa lebih
berkembang di masyarakat dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1987.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan Ir. Mawardi Muchtar dan Elfiani Mawardi.
Penulis mengawali pendidikan di TK Nurul Hidayah
Pejaten Pasar Minggu pada tahun 1991, kemudian penulis
melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anyelir 1
Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 2 Depok dan melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Depok dan masuk dalam
program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2005, penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan
kemahasiswaan sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi Badan Ekskutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2006/2007, kepala
divisi Enterpreneurship Resources Environmental and Economic Student
Association (REESA) Periode 2007/2008, anggota Forum Mahasiswa Cinta
Lingkungan (Formalin), dan aktif dalam kepanitiaan beberapa event kampus.
Selain itu, penulis juga tercatat sebagai salah satu finalis Abang Mpok Depok
2009 dan aktif dalam kegiatan sebagai duta pariwisata Kota Depok
Tahun 2009-2011.
ix
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, pada kesempatan oini penulis ingin menyampaikan ucapan teri
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluargaku tersayang : Papa (Ir. Mawardi Muchtar), Mama (Elfiani
Mawardi), Adik-adikku (Niko Avila dan Nesya Yolanda) atas do’a, perhatian,
dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si
sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan,
kesabaran, semangat, pengertian, perhatian yang telah diberikan kepada
penulis.
3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama.
4. Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Bapak N. P. Rahadian selaku Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi atas
informasi yang telah diberikan kepada penulis.
6. Bapak Mamat dan keluarga atas tumpangan kamar di rumah Beliau selama
penulis melakukan penelitian.
7. Masyarakat Desa Curug Goong yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
8. Sahabatku tersayang Aufa Hilliyun Aidha Syafril atas semangat, doa, bantuan
yang diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman penulis antara lain, Cici, Midun, Gareth, Mia, Bude Mila,
IV. METODE PENELITIAN ............................................................................... 35
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 35
4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 35
4.3 Penentuan Jumlah Responden ..................................................................... 36
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 36
4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan......................................................................................... 36
4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan......................................................................................... 38
4.4.3 Analisis Fungsi WTP.......................................................................... 42
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 60
6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................... 60
6.2 Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................... 66
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay ...... 70
6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi Hutan............................................................................................................ 73
6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa Lingkungan.................................................................................................. 75
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap Kebijaksanaan Lingkungan .................................................................................................... 12
2. Metode Prosedur Penelitian ........................................................................... 35
3. Peubah Dummy Variabel Penilaian Terhadap Kualitas Air ........................... 37
4. Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008......................................... 52
5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................................................... 62
7. Perbandingan Nilai Odds Ratio pada Variabel dummy Penilaian Kualitas Air .................................................................................................................. 64
8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ........................ 67
9. Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab ........................................................................................... 69
10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ........ 71
11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong............................................ 74
12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun....................... 75
13. Langkah-Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di Mata Air Cirahab........................................................................................................... 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan .................................................... 19
4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009............................................................................. 54
5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009............................................................................... 55
7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009........................................................................... 57
8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 ................................................................... 58
9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009................................................................... 59
10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi Mata Air Cirahab 61
11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan ............... 68
12. Usulan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab........... 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter..................................................... 85
2. Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter .............................................. 89
KepraktisanThe Dose Response (DRM) Sedang Sangat Rendah Tinggi SedangHedonic Price Method (HPM) Sedang Sedang Rendah SedangTravel Cost Method (TCM) Sedang Sedang Rendah SedangAverting Behaviour Method (ABM) Sedang Sedang Rendah SedangContingent Valuation Method (CVM) Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
Sumber : Hoevanagel dalam Yakin (1997)
Dilihat dari ruang lingkup penerapannya, CVM memiliki kemampuan
yang besar untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai segi. CVM
pernah diterapkan pada berbagai kasus lingkungan seperti polusi udara, polusi air,
kecelakaan reaktor nuklir, pemburuan binatang, kepadatan konservasi dan
preservasi lahan, rekreasi, limbah beracun, populasi ikan, hujan asam, hutan,
lahan basah, spesies langka dan sebagainya. DRM baru diterapkan pada kasus
yang berkaitan dengan polusi. HPM telah diterapkan pada kasus-kasus seperti
kualitas air, kualitas udara, ketenangan, dan perburuan hewan liar. TCM
diterapkan khususnya pada kasus-kasus rekreasi dan kegiatan yang terkait. Akan
tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu tiap metode
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
2.3 Instrumen Ekonomi
2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan
lingkungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan
melalui mekanisme pasar. James (1997) diacu dalam Fauzi (2007) mendefinisikan
13
instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sebagai
mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi
perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya,
atau menyebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan
aktivitas mereka. Sedangkan Robinson and Ryan (2002) diacu dalam Fauzi
(2007) mengembangkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang
berorientasi kearah peningkatkan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari
sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara
memberikan insentif kepada mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas
yang mungkin timbul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain
untuk mempengaruhi keputusan produksi baik melalui mekanisme harga atau
dengan merubah atraksi dari aktivitas tertentu.
2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi
Panayotou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada
empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan
lingkungan, yaitu :
1) Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar
melalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan
dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
2) Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika
dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai
wahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya.
3) Instrumen ekonomi berfungsi untuk menganjurkan efisiensi dalam
penggunaan barang dan jasa dari sumber daya alam sehingga tidak
14
menimbulkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui isntrumen ekonomi
akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien.
4) Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue
generating).
2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi
Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga
kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu :
1) Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat
meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen
ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan
efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah,
serta memberikan penerimaan bagi pemerintah.
2) Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau
teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan
bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based,
yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi
membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk
memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat
dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau
emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja
(misalnya domestic emission trading program).
3) Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan
biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan
atau intensitas energi, membuatnya semakin kompetitif dengan teknologi yang
15
ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui
akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang
melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi
teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus
meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.
Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh
membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan:
1) Hak kepemilikan (property right)
2) Penciptaan pasar (market creation)
3) Instrumen fiskal
4) Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi
5) Instrumen finansial
6) Instrumen pertanggung jawaban (liability)
7) Performance dan bond system
Perspektif lainnya dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan
pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya
memberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri
responsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang
spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum
yang diaplikasikan dalam desain modelnya, yaitu :
1) Biaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didisain secara benar
ekspektasinya, dan terus menerus.
16
2) Instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena
biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk
hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama.
3) Instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk
berinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan
dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan
peralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang
mengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan kapital.
4) Instrumen diharapkan tidak membuat terjadinya transfer kesejahteraan
diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang
mudah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue,
atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari
wilayah pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak
memanfaatkan sumber daya hidroelektrik.
Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi,
bervariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu,
berbagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan
efektivitas detail disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model
instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat
dengan tujuan lainnya seperti minimisasi distribusi dampak.
Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan
interaksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan
keluaran yang diharapkan. Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket
kebijakan adalah staging (tahapan), baik untuk menurunkan biaya dengan adaptasi
17
mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat
instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi.
2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan
2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang
meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi,
kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan,
keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006).
Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat nanti akan mengalami
penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi
penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa
lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang
menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara
memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa
lingkungan (Wunder, 2005).
2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan
Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasa
lingkungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu :
1) Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini
adalah penyediaan sumber daya alam berupa sumber bahan makanan, obat-
obatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan lain-
lain.
18
2) Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini
adalah jasa lingkungan memiliki fungsi menjaga kualitas udara, pengeturan
iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air,
pengaturan pengelolaan sampah, pengaturan untuk mengontrol penyakit,
pengaturan untuk mengurangi resiko yang menghambat perbaikan kualitas
lingkungan dan lain-lain.
3) Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini adalah jasa
lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan
spiritual, pengetahuan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rekreasi, dan
lain-lain.
4) Jasa pendukung (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini
adalah jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen.
Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi
dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) :
1) Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage)
Sumber penghasilan masyarakat Desa Curug Goong adalah di sektor
pertanian karena 70 persen dari total penduduk Desa menjadi petani buruh. Luas
lahan pertanian rata – rata dibawah 1 Ha dan luas lahan sebagian penduduk rata –
rata antara 0,20 – 0,50 Ha. Selain itu masyarakat Desa Curug Goong juga banyak
yang menjadi buruh pabrik karena di lokasi penelitian terdapat dua perusahaan
AMDK yaitu PT. Tirta Jaya Anugrah Mandiri dan PT. Lima Heksa Perkasa yang
sebagian besar karyawannya merupakan masyarakat Desa Curug Goong (Hasil
wawancara dengan Kepala Desa Curug Goong, 2009).
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Curug Goong sangat berhubungan
dengan angkatan kerja, dalam hal ini tingkat keahliannya akan berpengaruh
terhadap produktifitas mereka. Berdasarkan tamatan pendidikan jumlah penduduk
yang berusia diatas usia produktif yang telah menyelesaikan pendidikannya yaitu
sebesar 72 persen dengan tingkat pendidikan sebesar 71 persen menyelesaikan
53
sekolah dan 1 persen tidak tamat tingkat sekolah dasar, adapun jumlah penduduk
yang tidak sekolah sebesar 12,91 persen (Hasil wawancara dengan pihak
Kecamatan Padarincang, 2009).
Fasilitas sosial dan umum yang terdapat di wilayah tersebut adalah masjid
sebanyak 7 buah, mushola sebanyak 4 buah, sarana pendidikan taman kanak-
kanak 1 buah, sarana pendidikan sekolah dasar sebanyak 2 buah, sarana
pendidikan madrasah sebanyak 3 buah, sarana pendidikan pesanteren 5 buah,
sarana kelembagaan desa, sarana kesehatan, dan MCK umum.
5.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di Desa Curug Goong cukup memprihatinkan karena
sebagian besar masyarakat Desa Curug Goong memanfaatkan air dari mata
Cirahab untuk kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Hal ini sangat kontras,
bagaimana suatu wilayah dimana terdapat sumber air tetapi masyarakat di sekitar
mata air tersebut masih saja mengalami masalah kesulitan air. Kondisi mata air
Cirahab di lokasi penelitian ini juga dijadikan tempat pemandian umum setiap hari
sabtu dan minggu. Oleh karena itu, mata air Cirahab perlu dikembangkan karena
berpotensi sebagai daerah wisata dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
Tipe jalan menuju mata air Cirahab ini berupa gang-gang sempit yang
hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan motor. Selain itu kondisi jalan sangat
buruk karena masih berupa batu-batuan kerikil yang jika datang hujan, jalanan
menjadi sangat licin dan penuh lumpur.
54
5.3 Karakteristik Responden
Karakteristik umum responden di Desa Curug Goong diperoleh
berdasarkan survei terhadap 83 reponden. Karakteristik umum responden ini
dijelaskan dari beberapa kriteria seperti yang dijelaskan di bawah ini.
5.3.1 Jenis Kelamin Responden
Sebagian responden yang masuk dalam survei adalah laki-laki yaitu
berjumlah 55 orang (66 persen), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah 28 orang (34 persen). Dominasi responden laki-laki dikarenakan pada
umumnya kepala keluarga (pengambil keputusan) dalam suatu rumah tangga
adalah laki-laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei,
laki-laki lebih berperan. Perbandingan responden laki-laki dan perempuan dapat
dilihat pada Gambar-4.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009
5.3.2 Tingkat Usia Responden
Tingkat usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia
21 tahun sampai 67 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia
55
42-48 tahun, yaitu berjumlah 20 orang (24 persen) dan pada sebaran usia
49-55 tahun, yaitu berjumlah 20 orang (24 persen). Responden yang berusia
antara selang 21-27 tahun, yaitu berjumlah 14 orang (17 persen), responden yang
berusia 28-34 tahun, yaitu berjumlah 14 orang (17 persen), responden yang
berusia 35-41 tahun, yaitu berjumlah 13 orang (16 persen), dan responden yang
berusia 56-62 tahun, yaitu berjumlah 3 orang (4 persen), serta responden yang
berusia 63-69 tahun, yaitu berjumlah 7 orang (8 persen). Tingkat usia seseorang
mencerminkan tingkat kedewasaan orang tersebut dalam mengambil
keputusan/tindakan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dirinya.
Perbandingan distribusi usia responden di Desa Curug Goong tahun 2009 dapat
dilihat pada Gambar-5.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009
56
5.3.3 Tingkat Pendidikan Formal Terakhir
Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi mulai dari tidak sekolah
sampai ke jenjang perguruan tinggi. Sebanyak 1 orang (1 persen) responden tidak
sekolah, sebanyak 33 orang responden (40 persen) menamatkan pendidikannya
sampai sekolah dasar, sejumlah 21 orang responden (25 persen) tamatan Sekolah
Menengah Pertama (SMP), sejumlah 23 orang respon (28 persen) tamatan sekolah
Menengah Atas (SMA), dan sejumlah 6 orang responden (7 persen) menamatkan
pendidikannya sampai perguruan tinggi. Perbandingan persentase tingkat
pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada Gambar-6.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 6. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong BerdasarkanDistribusi Tingkat Pendidikan Tahun 2009
5.3.4 Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan responden di Desa Curug Goong bervariasi mulai dari
buruh pabrik, pedagang, ibu rumah tangga, petani, kuli bangunan, wiraswasta,
satpam, kontraktor, tukang ojek, dan supir. Mayoritas pekerjaan responden adalah
57
ibu rumah tangga. Hal tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini lebih
diutamakan ibu rumah tangga untuk memberikan data mengenai jumlah
kebutuhan air yang digunakan oleh rumah tangga. Perbandingan persentase
jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar-7.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009
5.3.5 Rata-rata Pendapatan
Tingkat rata-rata pendapatan rumah tangga di Desa Curug Goong
tergolong rendah karena mayoritas rata-rata pendapatan responden adalah sebesar
Rp.750.000,00/bulan. Hal ini juga terkait dengan jenis pekerjaan responden yang
mayoritas ibu rumah tangga, petani dan buruh dimana pendapatan yang
diterimanya sangat rendah. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang berada pada
level (< Rp.750.001,00) sebanyak 17 responden (20 persen), pada level
(Rp.750.001,00 – Rp.2.450.000,00) sebanyak 53 responden (64 persen), pada
58
level (Rp.2.450.001,00 - Rp.4.150.000,00) sebanyak 10 responden (12 persen),
pada level (Rp.4.150.001,00 – Rp.5858.000,00) sebanyak 2 responden (2 persen),
sedangkan pada level (> Rp.9.250.000,00) sebanyak 1 responden (1 persen).
Berikut persentase rata-rata pendapatan rumah tangga responden di Desa Curug
Goong Tahun 2009 pada dilihat pada Gambar-8.
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009
5.3.6 Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan responden mayoritas berada pada selang 4-6 orang
berjumlah 83 responden. Jumlah tanggungan yang dimaksudkan adalah mencakup
keluarga inti (anak dan istri/suami) serta tambahan tanggungan bukan keluarga
inti yang tinggal dirumah responden maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai
responden. Perbandingan persentase jumlah responden sesuai dengan jumlah
tanggungan masing-masing dapat dilihat pada Gambar-9.
59
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab
Variabel respon yang digunakan dalam analisis ini adalah peluang
responden memilih bersedia atau tidak bersedia membayar pembayaran jasa
lingkungan sebagai upaya konservasi oleh masyarakat sebagai pemanfaat jasa
lingkungan yang disediakan oleh mata air Cirahab. Jika responden bersedia
melakukan pembayaran jasa lingkungan, maka diberi nilai satu, sedangkan jika
responden tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan sebagi upaya
konservasi, maka diberi nilai dua.
Variabel yang akan menjelaskan variabel respon terdiri dari enam variabel
penjelas. Variabel-variabel penjelas tersebut terdiri atas penilaian terhadap
kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber
air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan rumah tangga.
Dengan menggunakan analisis regresi logit akan diperoleh model yang
tepat untuk peluang responden bersedia atau tidak bersedia membayar
pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan
variabel-variabel yang secara nyata dapat mempengaruhi peluang responden.
Berikut pada Gambar-10, ditampilkan distibusi pilihan bersedia dan tidak bersedia
responden dalam membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya
konservasi terhadap mata air Cirahab.
61
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Gambar 10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi
Mata Air Cirahab
Pada penelitian ini responden yang diwawancara sebanyak 83 responden
dimana mereka diminta pendapatnya mengenai kesediaan untuk melakukan
pembayaran jasa lingkungan, selain tentang persepsi terhadap adanya penetapan
kebijaksanaan pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air
Cirahab. Hal tersebut disebabkan karena terdapat beberapa responden yang setuju
dilakukan upaya konservasi namun tidak bersedia membayar pembayaran jasa
lingkungan. Alasan responden yang menjawab bahwa mereka setuju dengan
upaya konservasi yang akan dilakukan namun tidak bersedia untuk membayar
adalah responden merasa bahwa mereka tidak mempunyai uang lebih untuk jasa
lingkungan yang mereka terima, mereka menganggap air yang digunakan
merupakan anugerah dari Tuhan yang dapat dinikmati tanpa harus mengeluarkan
uang, dan mereka beranggapan bahwa hal ini merupakan tanggung jawab
62
pemerintah untuk memberikan sedikit anggaran pemerintah untuk melestarikan
kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.
Berdasarkan pendapat responden mengenai kesediaannya untuk membayar
pembayaran jasa lingkungan terdapat 52 responden (63 persen) yang bersedia
membayar pembayaran jasa lingkungan. Sedangkan 31 responden (37 persen)
tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan. Alasan responden yang
bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan adalah bahwa dengan adanya
upaya konservasi di mata air Cirahab maka mereka dapat memanfaatkan jasa
lingkungan yang disediakan oleh mata air tersebut sampai generasi mendatang,
selain itu ternyata di lokasi penelitian pernah diadakan sebuah diskusi mengenai
kebutuhan air bersih dan sanitasi lingkungan yang diadakan oleh LSM
Rekhonvasi Bhumi sehingga kesadaran responden untuk menjaga kelestarian
sumber daya yang ada sudah cukup baik. Berikut ini akan ditampilkan hasil logit
untuk peluang responden yang bersedia atau tidak bersedia membayar
pembayaran jasa lingkungan dapat dilihat pada Tabel-5.
Tabel 5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab
Variabel Koefisien Sig Exp (β) KeteranganConstant -0,29 0,991 0,971 (-)KA0 (-) 0,066 (-) Berpengaruh Nyata ***KA1 2,272 0,201 9,698 Tidak BerpengaruhKA2 -0,656 0,707 0,519 Tidak BerpengaruhKA3 1,142 0,531 3,133 Tidak BerpengaruhJPA 0,249 0,540 1,282 Tidak BerpengaruhJKA 0,029 0,020 1,030 Berpengaruh Nyata **JRSA -0,021 0,000 0,980 Berpengaruh Nyata *TP -0,124 0,346 0,883 Tidak BerpengaruhRPDT 0,000 0,512 1,000 Tidak Berpengaruh
Keterangan = * pada tingkat kepercayaan 99 persen
** pada tingkat kepercayaan 95 persen
*** pada tingkat kepercayaan 90 persen
63
KA0 = penilaian terhadap kualitas air adalah sangat jernih
KA1 = penilaian terhadap kualitas air adalah jernih
KA2 = penilaian terhadap kualitas air adalah biasa
KA3 = penilaian terhadap kualitas air adalah kotor
JPA = Jumlah pengguna air
JKA = Jumlah kebutuhan air
JRSA = Jarak rumah ke sumber air
TP = Tingkat pendidikan
RPDT = Rata-rata pendapatan rumah tangga
Tabel 6. Classification Table
ObservedPredicted Percentage
CorrectY
Tidak Bersedia Bersedia
YTidak Bersedia 25 6 80,6
Bersedia 4 48 92,3
Overall Percentage 88,0Sumber : Output Olahan Data Primer (2009)
Berdasarkan analisi regresi logit, pengujian dilakukan melalui metode
enter yang menghasilkan Overall Percentage sebesar 88,0 persen maka model
regresi yang dihasilkan cukup layak.
Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah :
Li = -0,29 + KA0 + 0,029 JKA – 0,021 JRSA
Pada model tersebut variabel yang memiliki pengaruh nyata berada pada
taraf kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel
jumlah kebutuhan air memiliki pengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen
dan variabel penilaian terhadap kualitas air memiliki pengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 90 persen. Variabel penilaian kualitas air yang sangat jernih memiliki
nilai Sig sebesar 0,066 yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata
terhadap peluang responden membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α
(10 persen), hal ini dikarenakan jika responden menilai air sangat jernih maka
mereka menggunakan air tersebut untuk kebutuhan rumah tangga sehingga akan
64
memperbesar peluang responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan.
Besarnya peluang responden terhadap penilaian kualitas air dapat dilihat pada
Tabel-7.
Tabel 7. Perbandingan Nilai Odds Ratio pada Variabel dummy Penilaian Kualitas Air
Penilaian Kualitas Air Bersedia Tidak Bersedia Total Exp(β)Sangat Jernih 26 13 39 (-)Jernih (dummy) 17 11 28 9,698Biasa (dummy) 8 5 13 0,519Kotor (dummy) 1 2 3 3,133
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Nilai Exp (β) sebesar 9,698 yang artinya responden yang memberikan
penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memiliki peluang lebih besar
9,698 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan penilaian terhadap
kualitas air adalah jernih. Nilai Exp (β) sebesar 0,519 yang artinya responden
yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memberikan
peluang lebih besar 0,519 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan
penilaian terhadap kualitas air adalah biasa. Nilai Exp (β) sebesar 3,133 yang
artinya responden yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih
akan memiliki peluang lebih besar 3,133 kali dibandingkan dengan responden
yang memberikan penilaian terhadap kualitas air adalah kotor.
Variabel jumlah kebutuhan air memiliki Sig sebesar 0,002 yang artinya
bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia
membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien
bertanda positif (+) berarti responden yang jumlah kebutuhan airnya lebih banyak
maka peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan lebih
tinggi, hal ini disebabkan oleh kesadaran yang cukup tinggi dari responden atas
65
ancaman akan ketersediaan air di masa mendatang. Nilai Exp (β) pada variabel ini
bernilai 1,030 yang artinya responden yang jumlah kebutuhan airnya besar akan
memiliki peluang untuk membayar pembayaran jasa lingkungan 1,030 kali lebih
besar dibandingkan dengan peluang responden yang jumlah kebutuhan airnya
lebih sedikit.
Variabel jarak rumah ke sumber air memiliki nilai Sig sebesar 0,000 yang
artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden
membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (1 persen). Nilai koefisien
bertanda negatif (-) berarti semakin jauh jarak rumah ke sumber air maka akan
semakin besar peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa
lingkungan, hal ini dikarenakan bahwa responden yang jarak rumahnya semakin
jauh dari mata air akan mengeluarkan biaya yang lebih besar jika mengambil air
di tempat lain. Nilai Exp (β) pada variabel ini sebesar 0,980 yang artinya
responden yang jarak rumahnya lebih jauh dengan mata air memiliki peluang
untuk membayar pembayaran jasa lingkungan 0,980 kali lebih besar dibandingkan
peluang responden yang jarak rumahnya lebih dekat dengan mata air.
Variabel tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan, dan jumlah pengguna
air yang diduga memiliki pengaruh nyata terhadap peluang responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan, namun pada perhitungan statistik
ternyata variabel tersebut tidak berpengaruh nyata karena nilai Sig dari masing-
masing variabel lebih besar dari α (10 persen) yaitu sebesar 0,346, 0,517, dan
0,540, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dalam satu rumah tangga
bervariasi dan pengambil keputusan untuk melakukan pembayaran jasa
lingkungan tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan responden. Sedangkan untuk
66
variabel rata-rata pendapatan responden dalam rumah tangga ternyata pada taraf
kepercayaan α (10 persen) dikarenakan data yang diperoleh tidak beragam jika
dibandingkan dengan tingkat kesediaan responden sehingga berapapun
pendapatan responden mereka telah memiliki kesadaran yang baik untuk
melakukan upaya konservasi mata air Cirahab. Variabel jumlah pengguna air yang
tidak berpengaruh pada taraf kepercayaan α (10 persen) dikarenakan berapapun
pengguna air dalam rumah tersebut tidak mempengaruhi terhadap keputusan
untuk melakukan PJL sehingga, berapapun penggunanya pengambil keputusan
berada di Kepala Keluarga.
6.2 Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab
Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis
WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan di
mata air Cirahab. Hasil pelaksanaan CVM adalah sebagai berikut :
1) Membangun Pasar Hipotesis (Setting-up the Hypothetical Market)
Berdasarkan pasar hipotesis yang telah dibangun pada saat penelitian yaitu
situasi hipotetik yang menggambarkan keadaan lingkungan mata air Cirahab pada
masa mendatang akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sehingga akan
dilakukan suatu instrumen ekonomi berupa pembayaran jasa lingkungan untuk
menanggulangi penurunan tersebut, maka responden memperoleh gambaran
tentang situasi hipotetik yang dibangun mengenai upaya perbaikan kualitas dan
kuantitas mata air Cirahab.
67
2) Memperoleh Nilai WTP (Obtaining Bids)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dichotomous choice
yaitu menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu untuk mendapatkan
nilai air per liter dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak
sejumlah uang tersebut untuk ikut andil dalam pembayaran jasa lingkungan mata
air Cirahab.
3) Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP)
Dugaan nilai WTP (EWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi
WTP responden dan dengan menggunakan rumus (7). Data distribusi WTP
responden dapat dilihat pada Tabel-8.
Tabel 8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong
Pada model tersebut variabel yang berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel
jumlah kebutuhan air dan penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada
taraf 95 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh
72
nyata pada taraf 90 persen. Variabel penilaian terhadap kualitas air memiliki nilai
Sig sebesar 0,043 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap
nilai WTP responden pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-)
berarti bahwa semakin kotor penilaian responden terhadap kualitas air maka akan
semakin besar nilai WTP yang akan diberikan oleh responden. Hal ini disebabkan
karena pengetahuan masyarakat mengenai penilaian kualitas air sudah cukup baik,
mereka mengetahui bahwa jika suatu saat nanti kualitas air buruk maka perlu
dilakukan suatu upaya konservasi untuk mencegah penurunan kualitas air di masa
mendatang.
Variabel jumlah kebutuhan air memiliki Sig sebesar 0,006 yang artinya
variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien yang
bertanda positif (+) berarti bahwa semakin besar jumlah kebutuhan air yang
responden peroleh dari mata air Cirahab maka responden akan memberikan nilai
WTP yang semakin tinggi, hal ini disebabkan bahwa semakin besar jumlah air
yang dimanfaatkan responden dari mata air Cirahab maka responden semakin
menyadari bahwa di masa yang akan datang akan terjadi penurunan kuantitas dari
mata air Cirahab sehingga diperlukan suatu upaya konservasi untuk mencegah
penurunan tersebut.
Variabel jarak rumah ke sumber air memiliki Sig sebesar 0,000 yang
artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden yang
pada taraf α (1 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-) berarti bahwa semakin
jauh rumah responden dengan mata air Cirahab maka akan semakin besar nilai
WTP yang akan diberikan oleh responden, hal ini disebabkan karena responden
73
lebih memilih menjaga mata air Cirahab dibandingkan memperoleh jasa
lingkungan di alternatif pengganti mata air Cirahab.
Variabel rata-rata pendapatan rumah tangga memiliki pengaruh nyata pada
taraf kepercayaan 90 persen. Variabel rata-rata pendapatan rumah tangga
memiliki nilai Sig sebesar 0,071 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh
nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α (10 persen). Nilai
koefisien bertanda positif (+) berarti bahwa semakin tinggi nilai rata-rata
pendapatan responden maka responden akan memberikan nilai WTP yang
semakin tinggi, hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi nilai rata-rata
pendapatan responden maka responden dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari
terlebih dahulu sehinggaa responden mau memberikan sisa uangnya untuk ikut
dalam upaya konservasi mata air Cirahab dalam bentuk pembayaran jasa
lingkungan.
6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi Hutan
Nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan dari mata air Cirahab
didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan dengan nilai rata-
rata WTP dari masyarakat Desa Curug Goong. Jumlah pemanfaatan jasa
lingkungan mata air Cirahab dapat dilihat pada Tabel-11.
74
Tabel 11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong
No
Banyaknya Pemanfaatan Frekuensi
(Responden)Frekuensi Relatif Total (liter/hari)
(liter/hari)
1 19 0 0 0
2 38 0 0 0
3 57 0 0 0
4 76 0 0 0
5 95 33 329,20 31.274
6 114 4 39,90 4.549
7 133 6 59,86 7.961
8 152 5 49,88 7.582
9 171 0 0,00 0
10 190 15 149,64 28.431
11 209 0 0,00 0
12 228 3 29,93 6.824
13 247 1 9,98 2.464
14 266 1 9,98 2.654
15 285 8 79,81 22.745
16 304 0 0,00 0
17 323 1 9,98 3.222
18 342 0 0,00 0
19 361 0 0,00 0
20 380 2 19,95 7.582
21 399 1 9,98 3.980
22 418 1 9,98 4.170
23 437 2 19,95 8.719
Total 83 828 142.157Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Maka nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah
sebesar Rp. 14.357.857/hari atau Rp. 5.240.617.805/tahun dari total pemanfaatan
jasa lingkungan mata air Cirahab sebesar 142.157 liter/hari atau 51.887.305
liter/tahun. Total pemanfaatan jasa lingkungan tersebut dapat dihasilkan oleh
lahan seluas 4,94 Ha melalui metode transfer benefit dari data penelitian Otto
Sumarwoto diacu dalam laporan USAID (2006).
75
Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Sumber Daya Alam (2009)
biaya pemulihan ekologi hutan per hektar per tahun adalah sebesar
Rp. 110.275.000 sehingga untuk melakukan pemulihan ekologi hutan seluas
4,94 Ha adalah sebesar Rp. 544.758.000. Rincian biaya total pemulihan ekologi
hutan per hektar per tahun dapat dilihat pada Tabel-12.
Tabel 12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun
No Rincian Biaya Jumlah (Rp) Penelitian
1 Biaya pembuatan reservoir 40.500.000 (-)
2 Pengaturan tata air 22.810.000 Manan (1999)
3 Pengendalian erosi dan limpasan 6.000.000 Manan et al (1998)
4 Pembentukan tanah 500.000 Pangestu dan Ahmad (1998)
5 Pendaur ulang unsur hara 4.610.000 Pangestu dan Ahmad (1998)
6 Pengurai limbah 435.000 Pangestu dan Ahmad (1998)
7 Keanekaragaman hayati 2.700.000 Pangestu dan Ahmad (1998)
8 Sumberdaya genetic 410.000 Pangestu dan Ahmad (1998)
9 Pelepasan karbon 32.310.000 Wasis (2003)
Total 110.275.000Sumber : Lembaga Sumberdaya Alam (2009)
Hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai potensial pemanfaatan lebih
besar dari biaya pemulihan ekologi hutan yang artinya hal ini dapat mengurangi
tingkat degradasi lingkungan.
6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa Lingkungan
Sampai saat ini pengelolaan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air
Cirahab belum pernah ada. Padahal pengelolaan tersebut sangat diperlukan,
mengingat mata air Cirahab tidak saja menjadi pemasok kebutuhan rumah tangga
tetapi juga pemasok kebutuhan produksi dua perusahaan AMDK. Selain itu
pemanfaatan mata air Cirahab juga sebagai tempat pemandian umum yang
dilakukan setiap hari sabtu dan minggu yang akan memberikan dampak positif
dan dampak negatif terhadap kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.
76
Berdasarkan keterangan responden dampak negatif yang ditimbulkan dari
kegiatan pemandian umum adalah menumpuknya timbunan sampah yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas air di mata air Cirahab. Sehingga diperlukan
suatu pengelolaan lingkungan oleh berbagai pihak terkait. Dengan adanya
pengelolaan yang terpadu maka dampak yang dapat diharapkan adalah
meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pelaksanaan PJL.
Dengan adanya peningkatan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan
sumber daya air secara terpadu maka diharapkan PJL yang sebelumnya baru
diterapkan pada taraf perusahaan maka akan dapat diterapkan pula pada taraf
masyarakat pedesaan. Sebelum adanya realisasi dari pelaksanaan PJL pada taraf
masyarakat sebaiknya terlebih dahulu dilakukan penetapan pihak penyedia jasa
lingkungan beserta lokasi penyedia jasa lingkungan kemudian pembentukan
kelembagaan serta aturan-aturan yang mengatur mekanisme PJL. Lokasi penyedia
jasa lingkungan bisa saja ditetapkan dimana saja tetapi lebih baik di Desa Curug
Goong karena kondisi lahan Desa Curug Goong terbilang baik untuk menanam
pohon penyerap air. Selain itu, masyarakat sekitar dan pemerintah dapat
mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki di lokasi penelitian. Pada
Tabel-13 berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menetapkan PJL
sebagai instrumen ekonomi sebagai upaya konservasi mata air Cirahab.
77
Tabel 13. Langkah-Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di Mata Air Cirahab
No Uraian
1 Menentukan pelaku utama yaitu pihak pemanfaat dan penyedia jasa lingkungan
2 Menentukan batasan wilayah ekosistem mata air Cirahab
3 Membangun keterkaitan antara ekosistem dengan pelaku utama
4 Menentukan karakter dari struktur dan fungsi ekosistem
5 Menetapkan mekanisme pengelolaan dan pemantauan
6 Menetapkan masalah ekonomi yang akan mempengaruhi ekosistem dan para pelaku
7 Menetapkan kebijakan yang mengatur PJL
8 Memberikan pendampingan pada masyarakat Desa Curug Goong mengenai PJL
Sumber : Pengamatan Pada Waktu Penelitian oleh Penulis (2009)
Setelah langkah-langkah penetapan PJL ditentukan kemudian dibuat
usulan mekanisme PJL mata air Cirahab sebagai upaya konservasi mata air
Cirahab. Skema tersebut akan dijelaskan pada Gambar-12.
Gambar 12. Usulan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab
Pembayaran jasa lingkungan (PJL) mata air Cirahab di Desa Curug Goong
dilakukan oleh masyarakat pemanfaat jasa lingkungan yang berupa sumber daya
78
air. Pengelolaan pendanaan dilakukan oleh foum pengelola mata air Cirahab yang
dibentuk oleh pemerintah daerah dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM). Forum pengelola mata air Cirahab tersebut terdiri dari beberapa unsur
stakeholder yaitu pemerintah, masyarakat, dan LSM. Forum tersebut berfungsi
untuk mengelola dana imbal dari PJL yang nantinya akan diperuntukan pendanaan
konservasi hutan yang dilakukan oleh masyarakat penyedia jasa lingkungan.
Pendanaan PJL yang dipungut dari masyarakat pemanfaat besarnya disesuaikan
dengan rataan WTP yang didapat melalui metode CVM. Kegiatan konservasi
hutan terdiri dari reforestation, forest management, forest protection, namun
demikian pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan harus ditunjang dengan aturan
hukum yang kuat.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) Persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa
lingkungan sebesar 52 responden (63 persen). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan responden terhadap PJL sebagai upaya konservasi
mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air,
dan jarak rumah ke sumber air. Interpretasi variabel-variabel tersebut adalah :
a) Interpretasi variabel penilaian terhadap kualitas air adalah penilaian kualitas
air sangat jernih maka akan memperbesar peluang responden melakukan PJL,
b) Interpretasi variabel jumlah kebutuhan air adalah semakin banyak jumlah
kebutuhan air responden maka akan memperbesar peluang responden
melakukan PJL, dan c) Interpretasi variabel jarak rumah ke sumber air adalah
semakin jauh jarak rumah ke sumber air maka akan memperbesar peluang
responden melakukan PJL.
2) Nilai rataan WTP responden adalah Rp.101/KK/liter, untuk setiap kepala
keluarga (KK) yang membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya
konservasi mata air Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp. 83.835/liter. Nilai
potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah
Rp. 5.240.617.805/tahun. Biaya pemulihan ekologi hutan sebesar
Rp. 544.758.500/tahun.
80
3) Nilai WTP tersebut dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan
air, jarak rumah ke sumber air, dan rata-rata pendapatan rumah tangga.
Interpretasi variabel-variabel tersebut adalah : a) Interpretasi variabel
penilaian terhadap kualitas air adalah semakin kotor penilaian terhadap
kualitas air maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi,
b) Interpretasi variabel jumlah kebutuhan air adalah semakin besar jumlah
kebutuhan air maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin
tinggi, c) Interpretasi variabel jarak rumah ke sumber air adalah semakin jauh
jarak rumah responden maka responden akan memberikan nilai WTP yang
semakin tinggi, dan d) Interpretasi variabel rata-rata pendapatan rumah tangga
adalah semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga maka responden
akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian maka dapat
disarankan :
1) Pembayaran jasa lingkungan saat ini masih diterapkan oleh perusahaan yang
memiliki keuntungan namun seharusnya pembayaran jasa lingkungan
diterapkan oleh seluruh elemen pihak penerima manfaat jasa lingkungan agar
pemanfaatan jasa lingkungan dapat berkelanjutan. Hal ini terlihat dari nilai
potensial pemanfaatan sangat besar oleh masyarakat Desa Curug Goong
sehingga instrumen ekonomi dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan
sangat diperlukan untuk keberlanjutan pemanfaatan jasa lingkungan.
2) Diperlukan suatu pendekatan terhadap masyarakat mengenai mekanisme PJL
yang akan dilakukan dan penyebaran informasi mengenai dampak positif dan
negatif dari diberlakukannya kebijakan PJL.
81
3) Diperlukan penelitian lanjutan mengenai pembayaran jasa lingkungan di mata
air Cirahab dari persepsi penerima manfaat yaitu industri air minum dalam
kemasan yang menerima manfaat jasa lingkungan untuk kebutuhan
produksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Dinas Kehutanan dam Perkebunan. 2006. Kajian Pembayaran Jasa Lingkungan di Provinsi Banten. Pemerintah Provinsi Banten : Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
_____________. 2007. Istrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan.Laporan disampaikan kepada DANIDA Denmark dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) RI.
Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta : Bumi Aksara
Hanley, N dan C. L. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. Edward Elgar Publishing England.
Herlianto. 2005. Nilai Ekonomi Fungsi Hidrologis Hutan Taman Nasional Gunung Halimun : Studi kasus Desa Cisarua Kecamatan Sukamajaya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hosmer, D. W and S.Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley & Sons Inc. New York.
Irianto, Gatot. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air. Jakarta : Papas Sinar Sinanti
Kosoy, Nicholas, Martinez-Tuna, Miguel, dkk. 2005. Payment for Enviromental Services in Watershed : Insigths From a Comparative Study of two Cases in Central America.
Landell-Mills, Natasha dan Porras, Ina. 2009. Peluru Perak atau Emas Loyang?.Srikandi Kathryn, penerjemah. Terjemahan dari : Silver Bullet or Fool Gold?. The International Institute for Environment and Development : London
Lembaga Sumberdaya Alam. 2009. Kerugian Negara Berdasarkan Kerusakan Lingkungan. Dalam Laporan Lembaga Sumberdaya Alam. www.elsdainstitute.or.id/modul/auditkehutanan/kerusakanlingkungan.pdf. Diakses : 23 Juni 2009
Letson, David (ed). 2002. Florida Coastal Enviromental Resources : a Guide to Economic Valuation and Impact Analysis. Florida Sea Grant College Program : Florida
83
Mackinnon, Kathy dkk. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta : Prehanllindo
Yavanica, Emilea. 2009. Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Mitchell, Bruce dkk. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Munawir. 2007. Transaksi yang Adil untuk Jasa Aliran Sungai di Indonesia. United Kingdom : International for Environment and Development
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Pagiola, Stafano. 2004. Selling Forest Environmental Services. London : Earthscan
Ramathan, R. 1997. Introductory Economics with Applications. Philadelpia : The Dryden Press.
Rekonvasi Bhumi. 2007. Forum Komunikasi DAS Cidanau Menuju Pengelolaan Terpadu DAS Cidanau. Serang : Rekonvasi Bhumi
Riduwan, dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta
Sumarwoto, Oto. 2006. Kemitraan Pengguna untuk Konservasi TNGP. Dalam laporan USAID. United State : Development Alternative.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta. Penerbit: Andi
Wunder, Sven. 2005. Payment for Enviromental Services : Some Nuts and Bolts. Research. Center for International Forestry Research
Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta : CV. Akademika Presindo
LAMPIRAN
85
Lampiran 1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter
a Method: Enterb Constant is included in the model.c Initial -2 Log Likelihood: 109.691d Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.Step 1 Step 61.457 8 .000
Block 61.457 8 .000Model 61.457 8 .000
86
Model Summary
Step-2 Log
likelihoodCox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 48.234(a) .523 .713
a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
A. Karakteristik Responden1. Jenis Kelamin : L / P 2. Umur : _____________ tahun3. Status : Belum Menikah / Sudah Menikah4. Jika sudah menikah, berapa jumlah (orang) anggota keluarga yang
ditanggung?________orang5. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh Saudara ?
a. SD Kelas : 1 2 3 4 5 6 b. SMP / Tsanawiyah Kelas : 1 2 3 c. SMA / STM / Aliyah Kelas : 1 2 3 d. Perguruan Tinggi D3 S1 S2e. Tidak Sekolah
6. Apakah jenis pekerjaan utama Saudara sehari-hari ?a. Petani (pemilik / penggarap) d. PRTb. Pegawai Negeri Sipil e. Ibu RTc. Pedagang f. Lainnya, ______d. Buruh Pabrik
8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Saudara sebutkan di atas?a. Ya, bekerja sebagai ___________________________b. Tidak
9. Berapakah pendapatan per bulan yang Saudara dapatkan dari pekerjaan sambilan tersebut? Rp. ______________________________________
10. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerja?a. Ya b. Tidak
Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Willingness To Pay Rumah Tangga Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Fungsi Hidrologis Mata Air Cirahab”. Kami mohon partisipasi Saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk digunakan untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasinya Kami ucapkan terima kasih.
95
11. Kalau ada, berapa total pendapatan mereka perbulannya?Rp. _______________________________________________________
12. Total Pendapatan per bulan 1 rumah tangga : Rp. ________________13. Total pengeluaran Saudara per hari ? Rp. ________________________
a. Konsumsi keluarga Rp.b. Biaya anak sekolah Rp. c. Uang jajan anak Rp. d. Listrik Rp. e. Tabungan Rp. f. Biaya pengobatan Rp. g. Lainnya Rp.
B. Jumlah Kebutuhan Air Dari Pemanfaatan Sumber Air1. Apakah Saudara menerima manfaat dari jasa lingkungan yang dihasilkan
oleh sumber air yang Saudara manfaatkan?a. Ya b. Tidak
1. Manfaat apa saja yang Saudara terima dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan ?
a. Air bersih untuk minumb. Mencuci Pakaian c. Mencuci Piringd. Mandie. Air untuk produksi sebuah output f. Lainnya,____________________________________________
2. Dalam 1 rumah, ada berapa orang yang menggunakan air tersebut? ________ orang
3. Menurut Saudara, Bagaimanakah penilaian terhadap kualitas air dari mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan?
a. Sangat Jernihb. Jernihc. Biasad. Kotore. Sangat Kotor
4. Kira-kira berapakah jumlah galon (19 lt) yang yang Saudara manfaatkan per hari untuk keperluan rumah tangga? __________ buah
C. Domisili / Jarak Rumah dari Sumber Air1. Kira-kira, berapa jarak (dalam meter) antara rumah dengan sumber
2. Apakah Saudara membutuhkan biaya transportasi / upah pikul untuk mendapatkan air dari mata air tersebut?
a. Ya b. Tidak
96
3. Kira-kira seberapa besar biaya transportasi / upah pikul (dalam rupiah)per hari yang Saudara keluarkan untuk mendapatkan air dari mata air tersebut?
4. Apakah Saudara mengetahui tentang jasa lingkungan?a. Ya b. Tidak
5. Jika Ya, jasa lingkungan apa saja yang Anda ketahui?___________________________________________________________
6. Apakah Saudara mengetahui, mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau?
a. Ya b. Tidak7. Apakah Saudara mengetahui fungsi atau manfaat dari mata air Cirahab
yang Saudara manfaatkan?a. Ya b. Tidak
8. Apa saja manfaat jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahabyang Saudara ketahui?a. Mengatur aliran secara alamib. Pemasok kebutuhan air bagi rumah tanggac. Sebagai daerah potensi wisatad. Lainnya, sebutkan ___________________________________
9. Apakah Saudara mengetahui bentuk penurunan kualitas mata air yang Saudara manfaatkan?
a.Ya b. Tidak10. Penyebab utama penurunan kualitas mata air cirahab yang Saudara
rasakan?a. Pencemaran air oleh sampahb. Pencemaran air oleh limbah rumah tangga (detergen)c. Pencemaran air oleh limbah pertanian (pupuk dan pestisida)d. Pendangkalane. Penebangan liarf. Musim Kemarau yang berkepanjangang. Musim Hujan yang menyebabkan air menjadi keruhh. Penyebab lainnya, ______________________________
11. Menurut Saudara perlukah upaya konservasi perlu dilakukan?a. Ya b. Tidak
12. Apakah bentuk upaya konservasi yang sebaiknya dilakukan?a. Melakukan penyuluhan mengenai pengehematan airb. Melakukan upaya reboisasi hutan (penghijauan hutan)c. Melakukan penanaman di hutan rakyat
Masyarakat Desa Curug Goong disini dapat berfungsi sebagai penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan. Dalam penelitian ini, masyarakat diasumsikan sebagai pemanfaat jasa lingkungan DAS Cidanau karena masyarakat memanfaatkan mata air Cirahab yang merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300/liter/detik. Mata air tersebut sejak dahulu merupakan pemasok kebutuhan air bagi kehidupan rumah tangga masyarakat Desa Curug Goong.
97
d. Melakukan upaya gerakan menanam 1000 pohon e. Lainnya, ___________________________________________
13. Apakah menurut Saudara, kondisi lahan di Desa Curug Goong cukup baik untuk ditanami pohon sebagai penyerapan air?
a. Ya b. Tidak14. Bagaimanakah menurut Saudara kondisi lahan di Desa Curug Goong?
a. Sangat Baik b. Cukup Baikc. Baikd. Buruke. Sangat Buruk
D. Kesediaan Masyarakat untuk Melakukan Pembayaran Jasa Lingkungan dari Sumber Air
1. Apakah Saudara setuju jika dilakukan suatu upaya perbaikan kualitas dan kuantitas air di mata air Cirahab?
a. Setuju b. Tidak 2. Berapa besar uang (dalam rupiah / galon) yang ingin dan bisa Saudara
berikan kepada lembaga yang Saudara percayai sebesar air yang Saudara gunakan?
Sumber air yang saudara manfaatkan saat ini adalah air dari mata air Cirahab yang merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300 lt/detik. Sumber air yang Saudara manfaatkan saat ini masih mampu memberikan pasokan air yang memadai kepada para penggunanya. Namun demikian, ada banyak faktor yang mengancam ketersediaan pasokan air di masa mendatang. Pertama, adalah pertumbuhan penduduk di Desa Curug Goong yang semakin meningkat sehingga kebutuhan pasokan airpun akan semakin meningkat pula.
Jumlah dan kualitas air ditentukan oleh kondisi yang terjadi pada sumber airnya. Misalnya, tinggi-rendahnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah ketersediaan air, seperti halnya juga lama atau pendeknya musim kemarau. Kedua hal tersebut bisa mengalami perubahan di masa mendatang. Jumlah hujan, misalnya akan terjadi penurunan di masa mendatang. Selain itu, ada juga kegiatan manusia yang turut mengganggu jumlah dan kualitas air. Beberapa kegiatan pertanian misalnya banyak menggunakan jenis pupuk dan pestisida juga mempengaruhi kualitas dan jumlah persediaan air.
Saat ini kondisi sumber air semakin buruk dan jika tidak segera ditanggulangi untuk melindungi sumber air, nampaknya akan terjadi kekurangan persediaan air dimasa mendatang. Hal ini bisa berarti bahwa Saudara terpaksa harus mengatur pembagian air kepada pengguna lainnya sehingga Saudara pun pada gilirannya akan mengalami kekurangan pasokan air. Selain itu, jika pasokan air menurun, Saudara akan mengeluarkan biaya yang lebih besar seperti biaya transportasi yang lebih besar untuk mendapatkan air yang berkualitas baik. Salah satu yang mungkin dapat dicoba untuk mencegah hal ini terjadi adalah dengan melindungi sumber air agar kualitas tidak memburuk dan jumlah air tidak berkurang dengan cara menanam pohon di daerah hulu. Tentu saja semua itu tidak akan bisa dilakukan tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli bibit.
Anggaplah bahwa Saudara sebagai pemanfaat sumber air setempat harus ikut membayar untuk upaya pelestarian sumber air tersebut.
98
a) 1500 d) 3000b) 2000 e) 3500c) 2500 f) lainnya, _______________________
3. Berikan alasan mengapa Saudara memberikan imbalan sebesar tersebut?__________________________________________________________
4. Ada beberapa alasan mengapa beberapa orang tidak berkenaan untuk membayar sedikitpun dalam upaya perlindungan sumber air untuk mencegah terjadinya kekurangan dan penurunan mutu air di masa mendatang. Dapatkah Saudara menjelaskan mengapa Saudara tidak berkenaan untuk memberikan imbalan?
a. Saya tidak punya uang lebih / saya tidak mampu membayar
b. Perubahan kualitas / kuantitas terlalu kecil untuk dianggap penting
c. Saya pikir masalah tersebut bukan prioritasd. Saya tidak terlalu tertarik dengan masalah inie. Saya perlu lebih banyak informasi / waktu untuk
menjawab pertanyaan inif. Saya puas dengan keadaan sekarang / nantig. Saya pikir itu adalah tanggung jawab pemerintah untuk
membayar biaya perlindungan terhadap sumber airh. Saya tidak mau membayar air lebih mahali. Saya tidak peduli dengan kondisi sekarang / nantij. Saya tidak percaya bahwa lembaga-lembaga pelaksanaan
program akan mampu mengimplementasikan program tersebut
Tanggal Pengisian Kuisioner :Waktu Pengisian Kuisioner :Tanda Tangan :
99
Lampiran 5. Kondisi Lokasi Penelitian
Sumber mata air Cirahab Aktivitas masyarakat (mencuci)
Aktivitas masyarakat (membawa air) Wawancara responden oleh penulis
Aktivitas masyarakat (mandi) Pendopo di sekitar mata air Cirahab