Top Banner
1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M. Ali Akbar 1 ., Merti Triyanti, M. Pd 2 ., Sepriyaningsih, M. Pd, Si 3 1 Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau?, 2) Bagaimanakah Indeks Diversitas (Keanekaragaman) jenis strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau?, 3) Bagaimanakah pengaruh lingkungan abiotik pada vegetasi strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau?. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau, 2) mengetahui Indeks Diversitas (Keanekaragaman) jenis strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau, 3) untuk mengetahui pengaruh lingkungan abiotik pada vegetasi strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Luas wilayah penelitian 49,6 ha yang terbagi menjadi area kajian A (Stand 1- 10), area kajian B (Stand 1-10), dan area kajian C (Stand 1-10). Metode penelitian yang digunakan adalah metode PCQ (Point Center Quarter). Berdasarkan hasil penelitian di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau rerata INP tertinggi di area kajian A pohon Embacang (Mangifera altissima) yaitu 70%, area kajian B pohon durian (Durio zibethinus) 77%, area kajian C pohon belimbing (Averrhoa carambola) yaitu 77%. Rerata Indeks Diversitas (Keanekarganman) area kajian A yaitu 1,45 kategori sedang, area kajian B yaitu 1,5 kategori sedang, dan area kajian C yaitu 1,64 kategori sedang. Faktor abiotik yang berada di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau mempenggaruhi jenis pohon yang hidup di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Kata Kunci : Analisis, Vegetasi, Strata Pohon, Bukit Sulap. A. PENDAHULUAN Sumatera merupakan pulau yang kaya dengan sumberdaya alam. Sumberdaya alam di Sumatera khususnya hutan merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan manusia sehingga perlu dijaga keberadaannya. Salah satu cara perlindungan dan pelestarian hutan di Indonesia khususnya Sumatera dilaksanakan dengan cara membuat Taman Nasional. Salah satu Taman Nasional yang berada di Sumatera yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Kausar (2010:133) mengemukakan bahwa Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) mencakup beberapa provinsi di Sumatera yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan
15

ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

Jul 31, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

1

ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP

KOTA LUBUKLINGGAU

M. Ali Akbar1 ., Merti Triyanti, M. Pd2., Sepriyaningsih, M. Pd, Si3 1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah Indeks Nilai Penting (INP)

vegetasi strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau?, 2) Bagaimanakah Indeks

Diversitas (Keanekaragaman) jenis strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau?, 3)

Bagaimanakah pengaruh lingkungan abiotik pada vegetasi strata Pohon di Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau?. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP)

vegetasi strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau, 2) mengetahui Indeks Diversitas

(Keanekaragaman) jenis strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau, 3) untuk

mengetahui pengaruh lingkungan abiotik pada vegetasi strata Pohon di Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau. Luas wilayah penelitian 49,6 ha yang terbagi menjadi area kajian A (Stand 1-

10), area kajian B (Stand 1-10), dan area kajian C (Stand 1-10). Metode penelitian yang

digunakan adalah metode PCQ (Point Center Quarter). Berdasarkan hasil penelitian di Bukit

Sulap Kota Lubuklinggau rerata INP tertinggi di area kajian A pohon Embacang (Mangifera

altissima) yaitu 70%, area kajian B pohon durian (Durio zibethinus) 77%, area kajian C

pohon belimbing (Averrhoa carambola) yaitu 77%. Rerata Indeks Diversitas

(Keanekarganman) area kajian A yaitu 1,45 kategori sedang, area kajian B yaitu 1,5 kategori

sedang, dan area kajian C yaitu 1,64 kategori sedang. Faktor abiotik yang berada di Bukit

Sulap Kota Lubuklinggau mempenggaruhi jenis pohon yang hidup di Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau.

Kata Kunci : Analisis, Vegetasi, Strata Pohon, Bukit Sulap.

A. PENDAHULUAN

Sumatera merupakan pulau yang kaya dengan sumberdaya alam. Sumberdaya

alam di Sumatera khususnya hutan merupakan salah satu sumberdaya yang sangat

penting bagi kehidupan manusia sehingga perlu dijaga keberadaannya. Salah satu cara

perlindungan dan pelestarian hutan di Indonesia khususnya Sumatera dilaksanakan

dengan cara membuat Taman Nasional. Salah satu Taman Nasional yang berada di

Sumatera yaitu Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Kausar (2010:133)

mengemukakan bahwa Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) mencakup beberapa

provinsi di Sumatera yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan

Page 2: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

2

Bengkulu. Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) merupakan Taman Nasional

terbesar di Sumatera dan Nomor dua terbesar di Indonesia, yang memiliki kekhasan

dalam kekayaan keanekaragaman flora dan fauna.

Kausar (2010:134) mengemukakan bahwa Taman Nasional Kerinci Seblat

(TNKS) dinyatakan secara resmi taman nasional dengan SK Menteri Kehutanan

No.1094/Kpts-II/1996 menetapkan luas Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) lebih

kurang 1.368.000 ha. Setelah diadakan penataan batas, Taman Nasional Kerinci Sebelat

(TNKS) secara resmi ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan dengan SK

No.901/Kpts-II/1999 pada bulan oktober 1999 dengan luas 1.375.349 ha. Karena itu,

Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) merupakan taman nasional pertama di

Indonesia yang telah menyelesaikan semua prosedur hukum sehingga mendapat

penetapan secara resmi.

Bentuk Bukit Sulap ini sangat unik, yaitu memiliki bentuk pandang sama ketika

ditinjau dari arah manapun. Disamping itu juga menurut para sesepuh adat juga akan

kelihatan dekat ketika memandang Bukit Sulap dan akan kelihatan jauh ketika

mendatangi Bukit Sulap. Konon hal itulah menjadikan penamaan Bukit Sulap. Bukit

Sulap memiliki keanekaragaman flora maupun fauna. Fauna yang banyak terdapat di sini

adalah simpai, monyet ekor panjang, tupai, burung kutilang, burung prenjak, dan tikus.

Sedangkan flora khas Bukit Sulap yaitu Amorphopallus sp (Sunarya, 2016:1).

Pada observasi yang telah dilakukan di Bukit Sulap, terlihat para pelaku

penambang batu giling ilegal di kawasan Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Kegiatan

penambangan batu giling ilegal ini sudah lama dilakukan di Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau. Jika hal ini terus menerus dilakukan, maka ekosistem pada Bukit Sulap

Kota Lubuklinggau akan rusak, salah satunya adalah pohon. Hidayati (2010:465)

menjelaskan bahwa pohon adalah kelompok tumbuhan yang berbatang tinggi dan besar.

Pohon memiliki peranan yang sangat penting dalam komunitas hutan dan berfungsi

sebagai penyangga kehidupan, baik dalam mencegah erosi, maupun menjaga stabilitas

Page 3: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

3

iklim global. Hingga saat ini masyarakat Kota Lubuklinggau belum mengetahui jenis-

jenis pohon apa saja yang berada di Bukit Sulap berserta nama latin dari pohon tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Vegetasi Strata Pohon di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau”.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui struktur dan

komposisi hutan. Arrijani dkk (2006:147) mengatakan bahwa kehadiran vegetasi akan

memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas.

Analisis vegetasi adalah cara untuk mempelajari susunan atau komposisi jenis dan

bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, suatu vegetasi yang dipelajari atau

diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi kongkret dari semua

spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin

dicapai dalam analisis vegetasi adalah untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur

komunitas pada suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2006:138).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis

vegetasi adalah suatu cara untuk mempelajari komposisi spesies dan struktur vegetasi

pada suatu wilyah yang sedang diamati.

2. Pengertian Vegetasi

Palar (2009:325) menjelaskan bahwa vegetasi adalah kumpulan tumbuh-tumbuhan

yang mendiami suatu areal atau jenis habitat tertentu, biasanya mencirikan kondisi atau

karakter habitat yang ditempatinya. Vegetasi sangat berperan dalam kehidupan karena

menjaga iklim global.

Cahyanto (2014:146) menjelaskan bahwa vegetasi merupakan kumpulan dari

beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-sama pada suatu tempat dimana antara

Page 4: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

4

individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik antara tumbuh-

tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan

tersebut. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen

utama yaitu komponen biotik dan abiotik.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa

vegetasi merupakan kumpulan dari tumbuhan, terdiri dari beberapa jenis tumbuhan yang

berada pada suatu tempat. Vegetasi memiliki interaksi yang terjadi antar tumbuh-

tumbuhan maupun tumbuhan dengan hewan disekitar dan faktor-faktor lingkungan.

3. Strata Pohon

Tjitrosoepomo (2007:78) menjelaskan pengertian pohon adalah tumbuhan yang

tinggi besar, batang berkayu dan becabang jauh dari permukaan tanah. Pohon merupakan

kelompok tumbuhan yang berbatang tinggi dan besar (Hidayati, 2010:465).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa strata pohon

merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki diameter batang besar dan tinggi yang

mempunyai fungsi sebagai stabilitas iklim global. Pohon merupakan sumber energi yang

di butuhkan semua makhluk hidup oleh karena itu pohon memiliki peranan paling besar

dalam kehidupan sehari-hari.

4. Bukit Sulap

Bukit Sulap merupakan objek wisata alam yang berada di kota Lubuklinggau,

sumatera selatan. Bukit berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat pada

Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah V Provinsi Sumatera Selatan. Bukit

Sulap berada di jantung kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan. Ketinggian pada

Bukit Sulap yaitu 471 m dpl dengan luas 290 Ha. Perjalanan dari kaki Bukit Sulap

menuju puncak Bukit Sulap adalah melalui jalur pendakian dengan waktu tempuh ± 1

jam (Sunarya, 2016:1).

Page 5: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

5

Bukit Sulap selalu ramai dikunjungi terutama pada hari libur, pengunjung yang

sering datang adalah pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum untuk menikmati

keindahan Bukit Sulap. Banyak situs peninggalan sejarah yang ada dibukit sulap yaitu

Situs Bujang Kurap, Makam Macam Ulung, makam depati Karang Widaro, dan media

batu judi yang menjadikan daya tarik untuk mengunjungi Bukit Sulap (Sunarya, 2016:2).

Gambar 2.1 Bukit Sulap Kota Lubuklinggau (Sumber: Dokumentasi: pribadi)

C. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Point Centered Quarted.

Irawati (2014:11) mengemukakan bahwa metode Point Centered Quarted yaitu salah

satu metode pengukuran yang tidak menggunakan plot atau metode plot less. Metode ini

menggunakan jarak terdekat suatu pohon terhadap titik sampling.

D. PROSEDUR PENELITIAN

Adapun langkah-langkah kerja dalam penelitian ini, yaitu:

1. Observasi pendahuluan untuk menentukan batas-batas area kajian yang akan

digunakan untuk penelitian di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau.

2. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan, selanjutnya menghitung luas

wilayah yang akan di teliti, yaitu luas keseluruhan bukit sulap 290 ha dikurang 42

ha untuk parawisata sehingga luas Bukit Sulap 248 ha. Jumlah dari 248 ha di

ambil 20% sehingga luas area kajian adalah 49,6 ha (Irawati, 2016).

Page 6: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

6

Area Objek Telkom wisata pintu masuk

Salter 1 salter 2

3. Menentukan luas 3 area kajian, Masing-masing luas dari 3 area kajian A, B, dan C

yang akan di amati seluas 16,5 ha = 165.000 m2, penentuan luas area kajian dapat

dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:

Gambar 3.1 Skema penentuan Area Kajian di Bukit Sulap Kota Lubuklinggau

(Sumber: Desain Peneliti, 2016)

4. Menentukan setiap area kajian dibuat 10 stand, yaitu area kajian A stand 1-10,

area kajian B 1-10, area kajian C 1-10 yang menjadi objek untuk dianalisis

masing-masing stand memiliki 16.500 m2.

5. Dengan menggunakan metode Point Center Quater (PCQ), setiap stand dibuat

garis transek utama sepanjang 165 m, kemudian dibuat garis sub transek yang

memotong garis transek utama yang berjarak masing-masing 16,5 m. Skema

peletakkan titik sampling disajikan pada gambar 3.3 (Irawati, 2016)

Keterangan:

Area

Kajian A

Area

Kajian B Area

Kajian C

16,5 M 16,5 M 16,5 M

165.000 M

: Garis transek utama : Kuadran I

Page 7: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

7

6. Mencatat nama tumbuhan yang ditemukan berdasarkan buku Flora (Stennis, 1992)

(Irawati, 2016).

7. Untuk ditemukan strata Pohon diukur keliling diameter batang dari jenis strata

Pohon dan jumlahnya dengan cara menghitung tepat diatas permukaan tanah

(Irawati, 2016).

8. Mengisi tabel pengamatan yang telah dibuat (Irawati, 2016)

9. Mengukur faktor lingkungan pada masing-masing stand yang meliputi suhu tanah,

suhu udara, kelembaban udara, pH tanah. Untuk mengetahui kandungan unsur

tersebut, diambil sampel tanah pada masing–masing area kajian penelitian.

Berikut ini cara pengukuran faktor abiotik (Irawati, 2016):

a. pH Tanah

Cara menghitung pH tanah pertama gali lubang tanah sedalam 2-5 cm dari

permukaan tanah. Selanjutnya isi lubang dengan air dan masukkan alat

pengukur kedalam lumpur, biarkan selama 60 detik dan baca hasilnya.

b. Suhu

Cara menggunakan alat Thermometer yaitu: menancapkan alat Termometer

kedalam tanah dengan kedalaman kurang lebih 2-5 cm dari permukaan tanah.

Tunggu sampai 15 menit, Kemudian mencatat suhu maksimum dan minimum

pada tabel.

: Titik sampling

: Garis sub transek

: Pohon

: Kuadran II

: Kuadran III

: Kuadran IV

Gambar 3.3. Skema Peletakan Titik Sampling dengan Metode Point

Center Quarter dalam Setiap Stand (Sumber: Desain

Peneliti, 2016)

10X165 m2

Page 8: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

8

E. TEKNIK ANALISIS

Data keanekaragaman jenis vegetasi strata pohon di Bukit Sulap dianalisis dengan

cara mengukur atribut komunitasnya. Untuk kepentingan deskripsi suatu komunitas

tumbuhan diperlukan minimal tiga macam parameter kuantitatif antara lain: densitas,

frekuensi, dan dominansi. Parameter vegetasi yang diukur yaitu Densitas, Frekuensi,

Densitas relatif, Dominansi Relatif, Frekuensi relatif, dan Indeks Nilai Penting (INP)

(Indriyanto, 2006:141).

F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Deskripsi Wilayah

Area kajian pada penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu A, B, dan C. Luas

seluruh area kajian yaitu 49,6 Ha. Masing-masing area kajian memiliki luas 16,5 ha

yang terdiri dari (stand 1-10) area kajian A, (stand 1-10) area kajian B, dan (stand 1-

10) area kajian C. Area kajian A merupakan wilayah pertama memasuki kawasan

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang berada pada pintu masuk kawasan.

Pintu masuk yang berada di area kajian A merupakan pemisah antara pariwisata

Bukit Sulap Kota Lubuklinggau dengan wilayah TNKS. Area kajian A ditemukan

aliran air yang mengalir dari atas Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Aliran air ini

dimanfaatkan warga sekitar sebagai tempat mencuci kendaraan. Aliran air berada

pada jurang pemisah antara stand 4 dan stand 5.

Area kajian B merupakan wilayah kedua dalam penelitian strata pohon, pada

area kajian B semak lebih menguasai wilayah ini. Area kajian B memiliki perbedaan

dengan area kajian A, ketika memasuki kawasan area kajian B memerlukan waktu

yang banyak untuk membuat jalan di area kajian B karena pada area kajian ini

banyak semak. Pada area kajian B stand 9 berdekatan dengan selter 1 Bukit Sulap

Kota Lubuklinggau wilayah TNKS.

Page 9: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

9

Area kajian C merupakan wilayah terakhir didalam penelitian ini, area kajian

C memiliki tangga seribu yang merupakan jalur menuju puncak Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau. Tangga seribu yang merupakan jalur menuju puncak Bukit Sulap

sudah tidak digunakan lagi oleh pengunjung dikarenakan jalan sudah tertutup oleh

semak. Jalan menuju puncak Bukit Sulap sudah menggunakan Inclinator dan jalan

tangga di wilayah zona Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau. Inclinator merupakan kereta gantung untuk mempermudah

pengunjung menuju Puncak Bukit Sulap yang berada pada kawasan Wisata Bukit

Sulap Kota Lubuklinggau. Area kajian C memiliki lingkungan abiotik yang baik

untuk jenis pohon dapat hidup karena pada area kajian ini kesuburan flora terlihat

ketika peneliti mulai memasuki wilayah penelitian dengan semak yang banyak dan

tinggi.

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada area kajian A memiliki sedikit jenis pohon dengan rerata Indeks Nilai

Penting (INP) yaitu sebesar 236%. Pohon embacang (Mangifera altissima) merupakan

pohon yang memiliki INP tertinggi pada area kajian A, Indeks Nilai Penting (INP) pada

pohon embacang (Mangifera altissima) yaitu sebesar 70%, dengan diameter yang besar

pohon embacang menduduki Indeks Nilai Penting (INP) peringkat pertama pada area

kajian A, sedangkan Indeks Nilai Penting (INP) terendah pada area kajian A yaitu pohon

dadap (Erythrina crista-galli) sebesar 19%.

Pohon embacang (Mangifera altissima) ditemukan pada stand 9 dan 10, pohon ini

memiliki diameter batang paling besar diantara pohon yang lain oleh karena itu pohon

embacang menduduki peringkat pertama sebagai pohon yang memiliki INP tertinggi.

Pohon embacang memiliki ciri-ciri: daun bertangkai, bentuk lanset memanjang, dengan

Page 10: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

10

ujung runcing. Daun kelopak bulat telur memanjang, tinggi pohon embacang mencapai

8-30 m. Pohon embacang mampu hidup dimusin kemarau yang kuat (Steenis, 2008:252).

Jenis pohon yang mempunyai Indeks Nilai Penting (INP) terendah pada area

kajian A adalah pohon dadap (Erythrina crista-galli) yaitu dengan rerata INP sebesar

19%. Pohon dadap (Erythrina crista-galli) ini hanya dijumpai pada stand 1, pohon dadap

(Erythrina crista-galli) memiliki ciri-ciri: menggugurkan daun, tinggi pohon dadap

mencapai 1–25 m. Dadap merupakan pohon yang dipelihara dan sering ditemukan di

pantai (Steenis, 2008:252).

Pohon dadap (Erythrina crista-galli) dapat hidup di Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau karena pohon dadap (Erythrina crista-galli) mampu beradaptasi pada

lingkungan yang mendukung pertumbuhan pohon dadap (Erythrina crista-galli) itu

sendiri.

Indeks Diversitas (Keanekaragaman) yang dimiliki area kajian A yaitu 1,45.

Pohon belimbing (Averrhoa carambola) dan pohon flamboyan (Delonix regia) memiliki

H' paling tinggi yaitu 0,36, sedangkan yang memiliki H' paling rendah yaitu pohon

dadap (Erythrina crista-galli) dengan H' sebesar 0,17. Area kajian A memiliki

keanekaragam yang sedang, karena H' yang dimiliki 1,45.

Faktor abiotik pada area kajian A mempengaruhi keberadaan jenis pohon yang

terdapat pada area kajian A karena faktor abiotik yang terdapat pada area kajian A

dipengaruhi wilayah yang berdampingan dengan zona pariwisata Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau. Jika faktor abiotik menentukan kebedradaan atau ketiadaan suatu

organisme di suatu habitat maka faktor tersebut dikenal sebagai faktor pembatas yang

menentukan distribusi dan sebaran suatu organisme (Leksono, 2010:95).

Page 11: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

11

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan pohon yang ada pada

area kajian A dipengaruhi oleh faktor abiotik didalamnya oleh karena itu pada area

kajian A memiliki sedikit jenis pohon yang hidup pada wilayah tersebut.

Area kajian B merupakan wilayah kedua dalam penelitian strata pohon di Bukit

Sulap Kota Lubuklinggau zona Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Area kajian B

memiliki pohon terbesar yaitu pohon ara (Ficus variegata). Pohon ara (Ficus variegata)

merupakan pohon yang sering dijumpai pada pinggiran aliran sungai. Pohon ara (Ficus

variegata) memiliki keunikan sendiri yaitu buahnya berada pada batang pohon, buah dari

pohon ara (Ficus variegata) bisa dikonsumsi karena buahnya tidak mengadung racun

didalamnya.

Pada area kajian B pohon durian (Durio zibethinus) menduduki peringkat

pertama dengan memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu sebesar 77%. Pohon

durian memiliki ciri-ciri: tinggi pohon durian 10-30 m, ujung ranting bersisik, daun

bertangkai, memanjang, dengan pangkal membulat dan ujung meruncing, berbau tajam

dan memiliki biji 2-6 ruang (Steenis, 2008:275).

Jenis pohon yang mempunyai Indeks Nilai Penting (INP) terendah pada area

kajian B adalah pohon matoa yaitu dengan rerata INP sebesar 9%. Pohon matoa

(Pometia pinnata) hanya dijumpai pada stand 4. Lumintang dkk (2015:635) menjelaskan

bahwa pohon matoa (Pometia pinnata) merupakan tanaman khas papua dan menjadi

flora identitas Papua Barat, di Papua New Gunie kulit batang dari pohon matoa (Pometia

pinnata) dapat dijadikan obat luka bakar. Pohon matoa (Pometia pinnata) merupakan

pohon yang memiliki banyak manfaat yaitu sebagai obat. Pada kulit batang dan ekstrak

daun matoa dapat digunakan sebagai obat luka bakar, gangguan perut, disentri, diare,

penghilang rasa nyeri (tulang, otot, sendi, dada, sakit kepala demam, flu, dan diabetes).

Page 12: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

12

Indeks Diversitas (Keanekaragaman) pada area kajian B sebesar 1,5. Pada area

kajian B pohon belimbing (Averrhoa carambola) memiliki H' paling besar yaitu 0,34.

Sedangkan pohon ara (Ficus variegata), pohon kemiri (Aleurites moluccana), pohon

flamboyan (Delonix regia), pohon pala (Myristica fragrans), dan pohon matoa (Pometia

pinnata) memiliki H' sama yaitu 0,17, karena kelima pohon ini memiliki jumlah yang

sama yaitu 1 jenis pohon. Keanekaragaman pada area kajian B tergolong sedang karena

H' yang terdapat pada area kajian B 1,5.

Faktor abiotik yang ada pada area kajian B mendukung kehidupan pohon yang

tumbuh pada area kajian ini. Salah satu faktor abiotik yang mendukung kehidupan pohon

di area kajian B ini adalah tanah, tekstur tanah yang berada pada area kajian ini lembut

dan warna dari tanahnya coklat kehitaman, sehingga pada area kajian ini memiliki

sebanyak 7 jenis pohon yang terdapat pada area kajain B.

Area kajian C merupakan area yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) terbesar

yaitu 239%, dengan 7 jenis pohon yang hidup pada area kajian C. Pohon belimbing

(Averrhoa carambola) merupakan pohon yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP)

tertinggi pada area kajian C, Indeks Nilai Penting (INP) yang dimiliki pohon belimbing

(Averrhoa carambola) yaitu sebesar 77%. Pohon belimbing dapat dijumpai pada stand 1,

2, 3, 5, 6, 8, 9, dan stand 10.

Area kajian ini didominasi oleh pohon belimbing (Averrhoa carambola), dan

pohon embacang (Mangifera altissima) masing-masing jenis pohon tersebut memiliki

rerata Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 77% dan 53%. Pohon belimbing memiliki ciri-

ciri tinggi pohon 5–12 m, tanda bekas daun berbentuk tonjolan, daun mahkota di tengah

bergandengan. Pohon belimbing hidup sebagai pohon buah (Steenis, 2008:229).

Sedangkan yang memilki Indeks Nilai Penting (INP) terendah pada area kajian C

adalah pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan rerata INP sebesar 7%. Pohon

Page 13: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

13

nangka merupakan pohon berumah satu, dengan getah yang rekat, tinggi pohon 10–25 m,

daun biasanya tidak berlekuk, buah semu menggantung pada ranting yang pendek dari

batang atau cabang, bentuk telur, memanjang, atau seperti bentuk ginjal, berbau manis

yang keras, dan daging ketat disekeliling biji (Steenis, 2008:166).

Pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) hanya ditemukan pada stand 1 area

kajian C, karena pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) lebih cocok tumbuh pada

stand 1 yang memiliki faktor abiotik mendukung pertumbuhan pohon nangka (Artocarpus

heterophyllus), salah satu faktor abiotik yang mendukung pohon nangka dapat hidup pada

stand 1 yaitu tekstur tanah yang halus dan berwarna coklat.

Area kajian C memiliki Indeks Diversitas (Keanekaragaman) lebih tinggi yaitu

sebesar 1,64. Pohon belimbing (Averrhoa carambola) merupakan pohon yang memiliki

H' terbesar di area kajian C yaitu 0,36, sedangkan H' paling rendah di area kajian C yaitu

pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) 0,13 dan pohon durian (Durio zibethinus) 0,13.

H' pada area kajian C keanekaragamannya tergolong sedang karena H' sebesar 1,64

Area kajian C merupakan wilayah tengah Bukit Sulap Kota Lubuklinggau, pada

area kajian C faktor abiotik mempengaruhi kehidupan jenis-jenis yang ada, terdapat 7

jenis pohon yang berada pada area kajian C. pH pada area kajian C yaitu 6,4 dengan suhu

udara 28˚C-31˚C dan suhu tanah yang dimiliki area kajian C yaitu 27˚C- 29˚C.

G. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pohon embacang (Mangifera altissima) adalah jenis vegetasi strata pohon yang

memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada area kajian A yaitu 70%, pada area

kajian B pohon durian (Durio zibethinus) memiliki Indeks Nilai Penting (INP)

tertinggi yaitu sebesar 77%, dan pada area kajian C pohon belimbing (Averrhoa

Page 14: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

14

carambola) merupakan jenis vegetasi strata pohon yang memiliki peranan paling

besar berdasarkan Indeks Nilai Pentingnya yaitu sebesar 77%.

2. Rerata Indeks Diversitas (Keanekaragaman) jenis vegetasi strata pohon pada ketiga

area kajian yaitu pada area kajian A mempunyai rerata H' sebesar 1,45 memiliki

katagori sedang dan pada area kajian B memiliki rerata H' sebesar 1,5 katagori

sedang, sedangkan pada area kajian C memiliki rerata H' sebesar 1,64 memiliki

katagori sedang. Keanekaragaman pada area kajian A, B dan C tergolong sedang

karena memiliki H' 1-2,47.

3. Faktor lingkungan abiotik seperti pH tanah, suhu udara, dan suhu tanah sangat

mempengaruhi jenis yang hidup di kawasan Bukit Sulap, sebanyak 19 jenis strata

pohon yang ditemukan.

H. DAFTAR PUSTAKA

Arrijani., dkk. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung

Gede-Pangrango. Jurnal Biodiversitas Vol.7 No.2. Hlm 147.

Arifin, Z. 2011. Analisis Nilai Indeks Kualitas Tanah Entisol Pada Penggunaan Lahan

Yang Berbeda. Agroteksos. Vol.21. No.1. Hlm 51.

Cahyanto, T., dkk. 2014. Analisis Vegetasi Pohon Hutan Alam Gunung Manglayang

Kabupaten Bandung. Edisi Agustus 2014 Vol.VIII No.1. Hlm 146.

Handayani, T. 2007. Petunjuk Praktikum Ekologi I. Yogyakarta: Laboratorium Biologi

UAD

Heddy, S. 1987. Ekofisologi Pertanaman. Bandung: C.V. Sinar Baru Bandung.

Hidayati, N. & Retnowati, D. 2010. Kamus Lengkap Biologi. Dwimedia Comp.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Irawati, H. 2014. Analisis Vegetasi Strata Pohon di Sepanjang Sempadan Sungai Code

Yogyakarta. Jurnal Bioedukatika Vol.2 No.1. Hlm 11-15.

Kausar. 2010. Konflik Kepentingan Dibalik Konservasi Studi di Taman Nasional Kerinci

Sebelat (TNKS) Provinsi Jambi. Indonesia Journal of Agricultural Economics

(IJAE). Vol.2 No.1. Hlm 133-134.

Page 15: ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel AKBAR.pdf1 ANALISIS VEGETASI STRATA POHON DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU M.Ali Akbar1.,

15

Leksono, S. A. 2010. Ekologi. Bandung: Bayu Media.

Lumintang, R. F., dkk.. 2015. Uji Efek Analgesik Ekstrak Kulit Batang Pohon Matoa

(Pometia pinnata) Pada Mencit (Mus musculus). Jurnal-e Biomedik (eBm) Vol.3

No.2. Hlm 635.

Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.

(Koetoer, Yanti R, Terjemahan). Jakarta: UI-PRESS

Onrizal., dkk. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah Sekunder

di Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Jurnal ISSN Vol.4 No.6.

Hlm 369.

Palar, H. & Rialdi, A. 2009. Kamus Biologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunarya, A. 2016. Bukit Sulap. Bahan Publikasi Balai Besar TNKS.

Steenis, V., dkk. 2008. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Tanjung, R. H. R., dkk. 2010. Analisis Vegetasi Jenis Pohon pada Kawasan Hutan di

Kampung Tablanusu Distrik Depapre Kabupaten Jayapura. Jurnal Biologi Papua

Vol.2 No.1. Hlm 25.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press

Wardono, S. 2001. Lingkungan Hidup. Jakarta: Pilar Bambu Kuning.