ANALISIS TREND ESTIMASI HARGA MINYAK GORENG DI SULAWESI SELATAN ASNIDAR 105961110517 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
i
ANALISIS TREND ESTIMASI HARGA MINYAK GORENG
DI SULAWESI SELATAN
ASNIDAR
105961110517
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
ANALISIS TREND ESTIMASI HARGA MINYAK GORENG
DI SULAWESI SELATAN
ASNIDAR
105961110517
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
v
PENYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Trend
Estimasi Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan” adalah benar merupakan
hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar,
Asnidar
105961110517
vi
ABSTRAK
ASNIDAR. 105961110517. Analisis Trend Estimasi Harga Minyak Goreng di
Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Mohammad Natsir dan Nadir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend linear dan trend non linear
minyak goreng di Sulawesi Selatan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik), dalam bentuk time series selama
kurun waktu 20 tahun, yaitu tahun 2000-2019. Metode analisis data yang
digunakan untuk mengetahui trend estimasi harga komoditas minyak goreng di
Sulawesi Selatan adalah analisis trend linear dan analisis trend non linear dengan
data yang sudah diolah.
Hasil analisis trend linear harga minyak goreng di Sulawesi Selatan selama
20 tahun dari 2000-2019 menunjukkan trend mengalami yang relatif menurun
(negatif). Demikian tinggi rendahnya harga minyak goreng tidak dipengaruhi oleh
tingkat harga minyak goreng karena harga minyak goreng dikandalikan oleh pihak
pemerintah. Berdasarkan hasil analisis trend non linear harga minyak goreng di
Sulawesi Selatan persamaan model kuadrat polynomial orde 4 atau 2 siklus
menunjukkan bahwa harga minyak goreng di Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh
kronologis waktu pada tahun 2000-2019. variasi perkembangan harga minyak
goreng di Sulawesi Selatan dengan kronologis waktu dari tahun 2000 sampai
tahun 2019 hanya dapat dijelaskan sebanyak 64,35% sedangkan sebanyak 35,65%
dipengaruhi oleh faktor lain yang merupakan variabel yang tidak diteliti.
Kata kunci : Trend, Estimasi, Minyak Goreng
vii
ABSTRACT
ASNIDAR. 105961110517. Trend Analysis of Cooking Oil Price
Estimation in South Sulawesi. Supervised by Mohammad Natsir and Nadir.
This study aims to determine the linear trend and non-linear trend of
cooking oil commodities in South Sulawesi. The data source used in this study is
secondary data obtained from BPS (Central Statistics Agency), in the form of a
time series for a period of 20 years, namely 2000- 2019. The data analysis method
used to determine the trend of estimated cooking oil prices in South Sulawesi is
linear trend analysis and non-linear trend analysis with processed data.
The results of the linear trend analysis of cooking oil prices in South
Sulawesi for 20 years from 2000-2019 show a relatively declining (negative)
trend. Thus, the high and low prices of cooking oil are not affected by the level of
cooking oil prices because the price of cooking oil is controlled by the
government. Based on the results of the non-linear trend analysis of cooking oil
prices in South Sulawesi, the quadratic equation model of a polynomial of order 4
or 2 cycles shows that the price of cooking oil in South Sulawesi is influenced by
chronological time in 2000-2019. Variations in the development of cooking oil
prices in South Sulawesi with a chronological time from 2000 to 2019 can only be
explained as much as 64.35% while as much as 35.65% is influenced by other
factors which are variables not studied.
Keywords: Trend, Estimation, Cooking Oil
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis dengan
penuh ketenangan hati dan keteguhan pikiran untuk dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik dan lancar.Tak lupa pula penulis ucapkan salam dan shalawat kepada
Nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita ke
zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah.
Adapun judul skripsi yang saya akan bahas adalah “Analisis Trend Estimasi
Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan”. Penyusunan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi syarat untuk bisa mencapai gelar Sarjana Pertanian di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Mohammad Natsir, S.P., M.P. Selaku pembimbing utama
dan Nadir, S. P., M.Si. selaku pembimbing pendamping yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulis, sehingga proposal ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Hj. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
4. Kedua orang tua Ayahanda Abd. Halim, dan Ibunda Sukma serta doa
yang dipanjatkan kepada ALLAH SWT untuk penulis.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudan
ilmu kepada penulis.
6. Kepada seluruh keluargaku yang senantiasa memberikan semangat
untuk penulis
7. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan “angkatan 017” jurusan
Agribisnis Universitas Muhamadiyah Makassar.
Akhir kata, penulis memiliki harapan besar skripsi ini memberikan
manfaat kepada semua pembacanya.
Makassar, 24 juni 2021
Asnidar
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ..................................................................iv
ABSTRAK ..........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................................6
1.4. Kegunaan Penelitian.....................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Trend ..............................................................................................7
2.2. Estimasi ........................................................................................................7
2.3. Komoditas Minyak Goreng ..........................................................................8
2.4. Teori Harga ..................................................................................................12
2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan .............................................................15
xi
2.6. Karangka Pemikiran .....................................................................................24
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................26
3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................................26
3.3. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................26
3.4. Teknik Analisis Data ....................................................................................27
3.5. Defenisi Operasional ....................................................................................29
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1.1 Kondisi Topografi dan Geografis ................................................................30
1.2 Keadaan Demografis ....................................................................................31
1.3 Kondisi Pertanian .........................................................................................33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Trend Linear Komoditas Minyak Goreng di Sulawesi Selatan ......36
5.2 Analisis Trend Non Linear Komoditas Minyak Goreng di Sulawesi
Selatan ..........................................................................................................41
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................................................45
6.2 Saran ..............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................47
LAMPIRAN .......................................................................................................49
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................61
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
teks
Tabel.1 Tingkat Penjualan Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan. ............5
Tabel. 2 Kajian Penelitian Terdahulu..................................................................15
Tabel 3. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk .....................................................32
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ......................................33
Tabel 5. Hasil Estimasi Multiple Regression Harga Minyak Goreng
di Sulawesi Selatan Tahun 2000-2019 ..................................................44
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
teks
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Analisis Trend Estimasi Harga Minyak Goreng
di Sulawesi Selatan.........................................................................25
Gambar 5.1 Grafik Trend Linear Harga Minyak Goreng ..................................37
Gambar 5.2 Grafik Trend Non Linear Harga Minyak Goreng ..........................41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
teks
Lampiran 1. Peta Sulawesi Selatan .....................................................................50
Lampiran 2. Data Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan ...........................51
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Trend Linear dan Trend Non Linear ..........52
Lampiran 4. Badan Pusat Statistik (BPS) ..........................................................54
Lmpiran 5. Pengambilan Data di Badan Pusat Statistik ..................................55
Lampiran 6. Pencarian Data di Badan Pusat Statistik .........................................55
Lampiran 7. Sumber Pencarian Data-Data..........................................................56
Lampiran 8. Surat Balasan dari Badan Pusat Statistik (BPS) .............................56
Lampiran 9. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi ..................................................58
Lampiran 10. Hasil turniting ...............................................................................60
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak goreng bagi masyarakat Indonesia adalah salah satu kebutuhan pokok
atau merupakan salah satu dari Sembako (sembilan bahan pokok) menurut
keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari
minyak goreng dikonsumsi oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia baik yang
berada di perkotaan maupun perdesaan Amang (1996). Minyak goreng digunakan
untuk memasak seperti: penumisan, penggorengan dalam jumlah yang sedikit
maupun banyak. Sebab minyak goreng dapat memberikan aroma yang sedap, cita
rasa yang lebih lezat, gurih, membuat makanan menjadi renyah atau crispy, serta
penampilan yang lebih menarik memberikan warna keemasan dan kecoklatan
daripada makanan yang dikukus, direbus atau dipanggang.
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan
untuk menggoreng makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas,
penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan.
R.Fuandi, S. F Ririn, Angga, dan Hariska (2012), Minyak goreng setelah
dipakai menggoreng beberapa kali telah menjadi dekomposisi senyawa sehingga
kualitasnya menurun tajam. Minyak goreng bekas (jelantah) disebabkan karena
minyak mengalami kerusakan selama proses penggorengan dan pemanasan secara
berulang-ulang, yang akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan pangan
yang digoreng Pada umumnya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa
2
antara lain, polimer, aldehida, asam lemak, senyawa aromatik, dan lakton. Di
samping itu, minyak jelantah juga tidak baik untuk kesehatan apabila senyawa
polar mencapai 25−27%. Sebagai tanda awal dari kerusakan minyak goreng
adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa
gatal pada tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng
menggunakan minyak goreng berulang kali.
Menurut Ketaren (2008), Penggunaan minyak goreng sawit sebagai medium
penghantar panas, menambah rasa gurih, menambah nilai gizi dan kalori dalam
makanan. Minyak goreng tersusun dari beberapa senyawa seperti asam lemak dan
trigliserida. Minyak atau lemak tidak mungkin tersusun atas satu jenis asam
lemak, selalu dalam bentuk campuran dari banyak asam lemak, proporsi
campuran asam-asam lemak tersebut menyebabkan lemak dapat berbentuk cair
atau padat, bersifat sehat atau membahayakan kesehatan, tahan simpan, atau
mudah tengik.
Dampak dan bahaya yang dapat ditimbulkan dalam penggunaan minyak
goreng bekas memang seharusnya dihindari meskipun beberapa orang atau
pedagang makanan tetap berkeras untuk menggunakannya. Penggunaan minyak
yang sudah berulang-ulang kali dipakai juga dapat meningkatkan kandungan asam
lemak trans sehingga kandungan kolestrol jahat didalam tubuh juga meningkat,
sementara kadar kolestrol baik akan menurun. Ketika lemak trans tersebut
kemudian menumpuk dan membentuk plak pada dinding bagian dalam arteri dan
dapat memicu terjadinya stroke, serangan jantung, diabetes, dan infeksi bakteri.
Penyakit tidak menular yang banyak disebabkan karena pemakaian minyak yang
3
digunakan berulang kali, masyarakat dari kalangan ekonomi lemah. Kelebihan
lemak akan menyebabkan obesitas. Untuk melakukan tindakan pencegahan lebih
selektif lagi dalam memilih minyak goreng, ciri-ciri yang paling mudah dilihat
adalah minyak yang berwarna bening serta berbentuk lebih encer, sehingga
membuat minyak yang menempel pada makanan lebih sedikit.
Stabilisasi harga kebutuhan pokok termasuk minyak goreng merupakan
salah satu program kebijakan pemerintah, yang dilakukan untuk menjaga
standar kelayakan hidup masyarakat. Produk minyak goreng menjadi salah
satu barang yang penting untuk dikendalikan karena menyangkut kepentingan
masyarakat banyak. Rata-rata konsumsi minyak goreng per kapita di Indonesia
mencapai 10,4 kg per tahun (BPS, 2007).
Namun, ketika terjadi penurunan harga di pasar input (CPO), harga minyak
goreng di pasar domestik tidak berespon secara proporsional. Hal ini dapat
memicu terjadinya perilaku ataupun praktek persaingan usaha tidak sehat yang
dilakukan oleh para pelaku usaha minyak goreng di Indonesia (sehingga
mengkondisikan harga minyak goreng relatif tetap tinggi meskipun variabel
input (CPO) telah mengalami penurunan harga yang signifikan).
Buana (2001) dalam Utama (2013), Minyak goreng atau disebut RBD
(Refined, Bleached, Deodorized) Olein merupakan salah satu hasil olahan kelapa
sawit yang menjadi bahan makanan pokok yang mendapat perhatian khusus dari
pemerintah. Minyak goreng dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa
memandang status sosial, ekonomi dan politik. Menurut surat Keputusan
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor:
4
02240/B/SK/VII/1991 tentang pedoman persyaratan mutu serta label dan
periklanan makanan yang dimaksud minyak goreng (cooking oil) adalah minyak
yang diperoleh dari atau dengan cara memurnikan minyak goreng, dengan tujuan
untuk menghilangkan bahan-bahan logam, bau, asam lemak bebas dan zat-zat
warna.
Winarno (2004), Minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan
energi 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan energi 4
kkal/gram. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu
pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.
Maryati (2010), menyatakan trend adalah suatu gerakan (kecenderungan) naik
atau turun dalam jangka panjang, yang diperoleh dari rata–rata perubahan dari
waktu ke waktu. Rata-rata perubahan tersebut bisa bertambah bisa berkurang. Jika
rata-rata perubahan bertambah disebut trend positif atau trend mempunyai
kecenderungan naik. Sebaliknya, jika rata–rata perubahan berkurang disebut trend
negatif atau trend yang mempunyai kecenderungan menurun.
Harinaldi (2005), estimasi adalah keseluruhan proses yang memerlukan serta
menggunakan estimator untuk menghasilkan sebuah estimate dari suatu
parameter. Arti estimasi adalah suatu pengukuran yang didasarkan pada hasil
kuantitatif atau dengan kata lain, tingkat akurasinya bisa diukur dengan angka
Tockey (2004). Dalam meningkatkan harga minyak goreng memiliki tingkat
penjualan yang lumayan tinggi mulai pada tahun 2011-2016, namun ada beberapa
5
tahun penjualan minyak goreng mengalami penurunan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel.1 Tingkat Penjualan Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan.
No. Tahun Harga Penjualan Eceran (Rp)
1. 2011 12. 908,92
2. 2012 13.119,50
3. 2013 12.610,33
4. 2014 13.722,08
5. 2015 13.692,33
6. 2016 13.858,92
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa harga minyak goreng di
Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi harga. Produsen minyak goreng di
Sulawesi Selatan diwakili oleh Kabupaten Gowa dan Kota Makassar, sedangkan
di wilayah Kabupaten Maros tidak ada produsen minyak goreng. Berdasarkan
wilayah pemasok, untuk wilayah Kabupaten Gowa pemasok bahan baku seratus
persen berasal dari Kabupaten Gowa, kemudian hasil produksi minyak goreng
dari Kabupaten Gowa dipasarkan ke Kota Makassar, dan Kabupaten Gowa.
Sementara itu untuk wilayah Kota Makassar bahan baku untuk produsen minyak
goreng dipasok dari Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamuju, Kabupaten
Selayar dan Bulukumba. Produksi minyak goreng di Kota Makassar,
pemasarannya seratus persen untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng di Kota
Makassar. Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan diatas maka penulis tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Trend Estimasi Harga Minyak
Goreng di Sulawesi Selatan.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana trend linear harga minyak goreng di Sulawesi Selatan?
2. Bagaimana siklus harga dengan trend non linear minyak goreng di
Sulawesi Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis trend linear harga minyak goreng di Sulawesi Selatan.
2. Untuk menganalisis Siklus harga dengan trend non linear minyak goreng
di Sulawesi Selatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan masyarakat terhadap harga minyak goreng di
Sulawesi Selatan.
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak yang membutuhkan
3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas
Muhammadiyah Makassar
4. Manfaat penelitian ini bagi peneliti yang akan datang adalah sebagai acuan
dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelaku konsumen
terhadap minyak goreng.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Trend
Natsir (2015), Analisis trend merupakan metode analisis yang ditujukan
untuk melakukan suatu estimasi maupun peramalan pada masa mendatang.
Analisis jangka pendek dan jangka panjang jika analisis yang dipakai jangka
pendek, maka ada trend yang model analisisnya dianggap berbentuk linear,
sedangkan dalam jangka panjang banyak faktor yang ikut mempengruhi fluktuasi
data time series Sehingga bentuk analisisnya cenderung bersifat non-linear.
Maryati (2010), menyatakan trend adalah suatu gerakan (kecenderungan) naik
atau turun dalam jangka panjang, yang diperoleh dari rata–rata perubahan dari
waktu ke waktu. Rata-rata perubahan tersebut bisa bertambah bisa berkurang. Jika
rata-rata perubahan bertambah disebut trend positif atau trend mempunyai
kecenderungan naik. Sebaliknya, jika rata–rata perubahan berkurang disebut trend
negatif atau trend yang mempunyai kecenderungan menurun.
Trend menunujukkan perubahan nilai suatu variabel yang relatif stabil
perubahan populasi, perubahan harga, perubahan teknologi, dan peningkatan
produktivitas. M. Narafin (2013), mengatakan ramalan pendapatan (penjualan)
merupakan proses aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual atau
disewakan di masa yang akan datang dalam keadaan tertentu dan dibuat
berdasarkan data historis yang pernah terjadi atau mungkin terjadi.
8
2.2 Estimasi Harga
Harinaldi (2005), estimasi adalah keseluruhan proses yang memerlukan serta
menggunakan estimator untuk menghasilkan sebuah estimate dari suatu
parameter. Arti estimasi adalah suatu pengukuran yang didasarkan pada hasil
kuantitatif atau dengan kata lain, tingkat akurasinya bisa diukur dengan angka
Tockey (2004). Atau estimasi adalah perkiraan, penilaian, atau pendapatan. Ini
menunjukkan bahwa istilah estimasi dapat kita gunakan secara umum untuk
menyatakan perkiraan, penilaian, atau pendapatan mengenai sesuatu.
2.3 Komoditas Minyak Goreng
Ketaren (2005), Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak
tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan
biasanya digunakan untuk menggoreng bahan makanan. Minyak dan lemak
merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dengan gliserol yang akan
membentuk gliserida, ester-ester tersebut biasa disebut dengan trigliserida.
Winarno (2004), minyak goreng berfungsi sebagai medium pengantar panas,
penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak
goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai
terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada
tenggorokan.
Bahan baku minyak goreng yang saya teliti adalah Minyak Kelapa Sawit,
Minyak kelapa sawit merupakan bahan dasar pembuatan berbagai produk
toiletries, makanan, kosmetik, farmasi, dan bahan bakar nabati. Industri hilir
memberikan keuntungan lebih besar bagi suatu negara karena memberikan nilai
9
tambah produk dan membuka lapangan pekerjaan. Seperti pengolahan CPO
menjadi minyak goreng memberikan nilai tambah 50%, fatty acid 100, ester 150-
200, biodiesel 66%, surfaktan 300-400% dan kosmetik 600-1000%.
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit.
Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas
dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama
kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan
perkebunan rakyat dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar
swasta.
Minyak yang diproduksi dari buah kelapa sawit telah terbukti mempunyai
karakteristik unik dan unggul dibandingkan dengan minyak dari tanaman lainnya,
untuk memperoleh manfaat optimal dari minyak sawit sebagai komoditas unggul
yaitu :
1. Tanaman kelapa sawit mempunyai produktivitas tinggi dalam menghasilkan
minyak. Tanaman kelapa sawit sangat efesinsi sekali memanen energi sinar
matahari dan mengkoversikannya menjadi minyak serta biomasa hasil tanaman
lain yang semua bagiannya biasa dimanfaatkan.
10
2. Minyak kelapa sawit mempunyai sejarah lama sebagai minyak yang aman.
Tanaman ini telah dikenal sebagai penghasil minyak sawit, minyak alami yang
telah dikonsumsi manusia sejak lama.
3. Minyak kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak utama, buah kelapa sawit
merupakan buah yang kaya dengan minyak. Dalam tandan buah sawit yang
dipanen, terdiri dari kulit dan tandan (29%), biji atau inti sawit (11%), dan
daging buah (60%). Hal ini merupakan karakteristik unit dan unggul dari buah
kelapa sawit jika dibandingkan dengan jenis tanaman penghasil minyak
lainnya, karena kelapa sawit biasa menghasilkan dua jenis minyak dari buah
yang sama.
4. Minyak kelapa sawit mempunyai potensi yang sangat luas. Dengan rekam jejak
keamanan penggunaan yang sudah teruji lama, minyak kelapa sawit banyak
digunakan dalam berbagai aplikasi, pada berbagai produk yang sangat luas dan
beragam; baik produk pangan, maupun produk non-pangan. Dalam bidang
pangan, minyak kelapa sawit banyak digunakan sebagai minyak goreng,
shortening, margarin, vanaspati, cocoa butter, substitules, dan sebagai
ingriend pangan lainnya. Aplikasi dalam bidang non-pangan juga terus
berkembang, terutama sebagai oleokimia, biodiesel, dan berbagai ingridien
untuk berbagai industri non-pangan, misalnya untuk industri farmasi.
5. Minyak kelapa sawit mempunyai potensi unggul untuk diaplikasikan pada
produk pangan. Karena sifat fisik, kimia dan gizi yang cocok, maka minyak
kelapa sawit dan produk turunannya mempunyai potensi unggul untuk
diaplikasikan pada produk pangan.
11
6. Minyak kelapa sawit mempunyai komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh
dengan proporsi yang seimbang
7. Minyak kelapa sawit yang mudah difraksinasi menjadi fraksi cair (olen) dan
fraksi padat (stearin). Proses fraksinasi adalah proses pemisahan minyak
berdasarkan pada perbedaaan sifat lelehnya. Olein sawit (Palm olein) bersifat
cair pada suhu ruang.
8. Minyak kelapa sawit berpotensi untuk dijadikan bahan mentah untuk produksi
lemak special (specially fats) yang bernilai ekonomi tinggi.
9. Minyak kelapa sawit tidak mengandung asal lemak trans.
10. Minyak kelapa sawit merupakan sumber alami vitamin E yang berpotensial,
terutama dalam bentuk tokoferol dan tokotrieno.
11. Minyak kelapa sawit kasar merupakan minyak dengan mempunyai
kandungan karotenoid (pro-vitamin A) yang sangat tinggi. Dibandingkan
dengan berbagai bahan lain yang dikenal sebagai sumber-sumber karotenoid
(pro-vitamin A), minyak sawit sebetulnya merupakan sumber karotenoid
yang lebih potensial. Karotenoid bisa berfungsi ganda; yaitu sebagai
antioksida dan sumber vitamin A bagi tubuh.
Minyak goreng merupakan industri hilir kelapa sawit Indonesia yang paling
menonjol. Dari 17 industri pengolahan perkebunan, minyak goreng memiliki nilai
tambah bruto tertinggi yaitu Rp 374,6 miliar. Industri sawit Indonesia terbuai pada
tingginya poduksi CPO, padahal disisi lain terdapat potensi besar diversifikasi
produk sawit. Indonesia selaku produsen kelapa sawit tertinggi didunia hanya
memiliki 3 buah inovasi paten. Malaysia memiliki 79 inovasi paten, diikuti oleh
12
Singapura dengan 34 inovasi paten dan Thailand memiliki 4 paten. Sehingga
Malaysia mampu menjadi hub industry downstream kelapa sawit. Rendahnya
aplikasi paten produk sawit Indonesia perlu menyadarkan pentingnya penelitian
dan pengembangan.Salah satu aktor potensial yang dapat membantu yaitu Badan
Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). Tantangan diversifikasi selain modal, juga
teknologi. BPDP juga dapat mendukung pengembangan teknologi untuk
diversifikasi sawit.
2.4 Teori Harga
Harga
Menurut Philip Kotler dan A.B Susanto (2001), harga merupakan satu-
satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur lainnya
menimbulkan biaya. Harga juga merupakan salah satu bauran pemasaran yang
paling fleksibel, harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti tampilan produk
dan perjanjian distribusi. Harga dapat berubah-ubah dengan cepat pada saat yang
sama penetapan harga dan persaingan harga adalah masalah utama yang dihadapi
banyak eksekutif pemasaran. Harga menjadi faktor utama yang dapat
mempengaruhi pilihan seorang pembeli, harga cukup berperan dalam menentukan
pembelian konsumen, untuk itu sebelum menetapkan suatu harga, sebaiknya
perusahaan melihat beberapa refrensi harga suatu produk yang dinilai cukup
tinggi dalam penjualan.
Menurut Rahman (2010), Strategi Penetapan Harga pemasaran melalui harga
terbagi menjadi 6 strategi yaitu sebagai berikut:
13
1. Penetration Price
Penetration price adalah strategi pendekatan pemasaran yang menetapkan
harga jual lebih rendah daripada harga normalnya dengan tujuan untuk
mempercepat penetrasi atau penerimaan pasar pada produk yang ditawarkan.
Artinya sebuah perusahaan atau unit bisnis memfokuskan pada peningkatan
pangsa pasar dengan menetapkan harga barang lebih rendah dari pada harga
normal. Strategi jangka panjangnya adalah untuk mempercepat penerimaan pasar
atau meningkatkan pangsa pasar yang sudah ada.
2. Skimming Price
Berbanding terbalik dengan penetration price, skimming price justru
menetapkan harga pada tingkat yang tinggi dalam waktu tertentu. Strategi ini
mengasumsikan konsumen tertentu akan membayar pada harga, produk, baik
barang maupun jasa dengan tingkat yang tinggi tersebut dengan menggangap
produk tersebut bernilai prestisius. Strategi pemasaran dengan menetapkan harga
tinggi dalam waktu terbatas ini, perlahan kemudian akan diturunkan sampai
dengan level yang kompetitif atau sesuai dengan harga pasar.
3. Follow the Leader Price
Follow the Leader Price merupakan strategi penetapan harga menurut
pemimpin pasar, dengan menjadikan pesaing sebagai model dalam menetapkan
harga barang atau jasa.
4. Variabel Price
Sebuah unit bisnis menetapkan strategi harga variabel untuk menawarkan
kelonggaran harga pada konsumen tertentu. Dalam beberapa unit bisnis, banyak
14
perusahaan yang menetapkan daftar harga dalam dua bagian, yakni harga standar
dan harga dengan kelonggaran bagi pembeli tertentu. Pengertian mudahnya,
variabel price adalah pendekatan pemasaran dengan menetapkan lebih dari satu
harga produk atau jasa dengan tujuan menawarkan harga pada konsumen.
5. Flexible Price
Pendekatan ini dapat digunakan jika jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan sangat terbatas, sedangkan permintaan pembeli
cenderung berubah di kemudian hari sehingga strategi ini menawarkan
pendekatan pemasaran dengan penetapan harga yang berbeda untuk
mencerminkan perbedaan dalam permintaan konsumen.
6. Price Linning
Price linning adalah pendekatan pemasaran dengan menetapkan beberapa
tingkat harga barang dagangan yang berbeda. Strategi ini menentukan beberapa
harga yang berbeda yang memiliki item serupa dari barang dagangan eceran yang
untuk dijual. Strategi penetapan ini memiliki keuntungan untuk menyederhanakan
pilihan bagi konsumen dan mengurangi persediaan minimum yang diperlukan.
Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006), bahwa istilah harga
dalam bisnis jasa bisa ditemui dengan berbagai sebutan. Universitas atau
perguruan tinggi menggunakan SPP (tuition), konsultan profesional menggunakan
istilah fee, bank menggunakan istilah service charge, jasa jalan tol atau jasa
angkutan menggunakan istilah tarif, pialang menggunakan istilah komisi,
apartemen menggunakan istilah sewa, asuransi menggunakan istilah premi, dan
15
sebagainya. Harga berpengaruh langsung terhadap laba usaha. Laba usaha
diperoleh dari pendapatan total dikurangi biaya total.
Menurut Alma Buchari (2011), harga adalah satuan moneter atau ukuran
lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa sehingga menimbulkan
kepuasan konsumen.
Menurut Sofjan Assauri (2013), harga merupakan beban atau nilai bagi
termasuk biaya keuangan dari konsumsi, disamping biaya sosial yang bukan
keuangan, seperti dalam bentuk waktu, upaya, psikis, risiko, dan prestise atau
gengsi sosial.
Harga mempengaruhi trend estimasi harga komoditas minyak goreng adalah
untuk mengetahui penjualan minyak goreng setiap tahunnya, dimana jika grafik
harga minyak goreng meningkat maka mengalami trend positif dan jika grafik
harga minyak goreng menurun maka mengalami trend negatif.
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu merupakan hal yang diperlukan dalam mendukung hasil
penelitian. Penelitian yang dapat digunakan untuk mendukung penelitian ini yaitu
yang berhubungan dengan judul terkait tentang analisis trend estimasi harga.
Maka dari itu perlu dilakukan pengkajian jurnal, skripsi ataupun thesis terkait
judul yang sesuai. Berikut penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam
penelitian ini :
Tabel 2. Kajian Penelitian Terdahulu
16
No Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis trend
dan estimasi
harga bawang
merah di
Kabupaten
Bayumas.
(Periode Januari
2008- Desember
2017). Rahmi
Hayati Putri,
Watemina (2014)
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis ekonometrik yaitu
metode Least Square
(Kuadrat Terkecil) dengan
mengestimasi harga
bawang merah melalui
persamaan
trend/persamaan regresi
yang menggunakan data
time series. Persamaannya
dapat dituliskan sebagai
berikut:
𝑌ᵼ = 𝑎 + 𝑏𝑥
Keterang an:
Y = Harga bawang merah
a = Bilangan konstanta
b= Koefisien
kecenderungan garis
trend
x = waktu (bulan)
Berdasarkan hasil
penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perkembangan harga
bawang merah di
Kabupaten Banyumas
pada bulan Januari 2008
± September 2013
adalah cenderung
meningkat. Hal ini
ditandai oleh koefisien
regresi yang positif yaitu
207,50.
2. Estimasi kenaikan
harga bawang merah di
Kabupaten Banyumas
pada bulan Oktober
2013 ± Desember 2017
tidak begitu signifikan.
Kenaikan harga tiap
bulannya diperkirakan
sebesar Rp 207,50,-/kg.
Namun harus tetap
diwaspadai ketika terjadi
kekurangan pasokan
akibat menurunnya
produksi bawang merah
dan pada saat hari-hari
besar keagamaan karena
harga bawang merah
berkemungkinan
meningkat tajam.
2. Trend Dan
Estimasi
Produksi Padi
Dan Konsumsi
Beras Di Provinsi
Kalimantan
Tengah. Indah
Pratiwi Gurning,
Yuprin A. D.,
Eka Nor Taufik
(2019)
Analisis data untuk
mencapai tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
menganalisis produksi padi
di Provinsi Kalimantan
Tengah dari tahun 2001 –
2015 menggunakan
Metode Least Square
dengan persamaan garis
trend yang
linier/persamaan regresi.
Analisis trend merupakan
Hasil analisis
menyimpulkan bahwa
Trend produksi padi di
Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2001 –
2015 adalah meningkat
dengan rata-rata
pertumbuhan 5,51
persen per tahun. Garis
trend menunjukkan
pergerakan arah garis
dari kiri bawah ke kanan
17
suatu metode analisis yang
ditujukan untuk melakukan
suatu estimasi atau
peramalan pada masa yang
akan datang. Metode ini
dipilih dikarenakan bahwa
dalam melakukan
peramalan yang baik tentu
adalah sebuah angka yang
mampu untuk
memperkirakan data
setepat mungkin, atau
perkiraan yang mempunyai
kesalahan sekecil
mungkin. Kesalahan
minimal tersebut dapat
diantisipasi dengan
menggunakan cara Least
Square (kuadrat terkecil),
yakni upaya untuk
meminimumkan hasil
kuadrat antara data asli
dengan data prediksi agar
diperoleh ramalan yang
lebih akurat
atas yang menjelaskan
bahwa rata-rata nilai
produksi padi di
Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2001 –
2015 cenderung
meningkat. Dan
Estimasi produksi padi
di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2016 –
2020 diketahui bahwa
dalam lima tahun
kedepan dari tahun ke
tahun produksi padi
akan terus mengalami
peningkatan,
3. Analisis Trend
Pada Harga
Garam Yang
Dipengaruhi Oleh
Curah Hujan Di
Kabupaten
Jeneponto. Dewi
Murti (2019)
Analisis data untuk
mencapai tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
metode least square,
langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Menyiapkan tabel data
harga garam dan curah
hujan apakah termasuk
data ganjil atau data
genap dengan melihat
jumlah tahun yang
digunakan. Data pada
tahun 2013-2017 sebagai
data in sample dan tahun
2018-2020 sebagai data
out sample.
2. Menetukan nilai X.
Untuk perhitungan
diperlukan nilai variabel
waktu (x), jumlah nilai
Berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan,
maka diperoleh hasil
ramalan harga garam
yang dipengaruhi oleh
curah hujan pada tahun
2018 dengan
menggunakan trend
sebesar Rp. 2.627/kg.
Semakin tinggi
intensitas curah hujan
yang terjadi maka harga
garam pun akan semakin
tinggi atau mahal.
Begitupun sebaliknya
semakin rendah
intensitas cutah hujan
maka harga garam pun
akan menjadi murah.
18
variabel waktu adalah
nol.
a. Untuk periode waktu
ganjil
1. Jarak antara 2
waktu diberi nilai satu
satuan.
2. Diatas 0 diberi
tanda negatif (-)
3. Dibawahnya diberi
tanda positif (+)
3. Untuk periode waktu
genap
1. Jarak antara 2 waktu
diberi nilai dua
satuan
2. Diatas 0 diberi tanda
negatif (-)
3. Dibawahnya diberi
tanda positif (+) 3.
Menentukan nilai
XY. Dengan cara
mengalikan jumlah
harga garam dengan
nilai variabel setiap
tahun yang
bersangkutan (Y)
dengan parameter
(X).
4. Menentukan nilai .
Dengan cara
mengkuaadratkan
parameter (X).
5. Menentukan nilai .
Dengan cara
mengkuaadratkan
parameter (Y).
6. Menentukan model
7. Melakukan
peramalan harga
garam yang
dipengatuhi oleh
curah hujan dengan
persamaan garis
trend
19
4. Sistem Prediksi
Harga Pangan Di
Pasar Kota
Baubau
Menggunakan
Metode Least
Square. La
Raufun, Rasyid
Liwang, Ratu
Siska Dewi
(2020).
data harga komoditas
pangan selanjutnya dapat
melakukan proses
perhitungan prediksi harga
pangan Menggunakan
metode Least Square serta
dapat mencetak laporan
prediksi harga pangan.
Sedangkan user dapat
melihat informasi data
komoditas pangan,
informasi data harga
komoditas pangan, laporan
dan statistik prediksi harga
komoditas pangan.
Data yang di olah terdiri
dari 11 komoditas
pangan yaitu beras,
kedelai, cabai merah
keriting, daging ayam
ras, daging sapi murni,
minyak goreng, tepung
terigu, bawang putih,
telur ayam ras, bawang
merah, jagung, gula
pasir di pasar kota
Baubau dimulai dari
bulan maret 2017
sampai dengan bulan
desember 2018.
Berdasarkan data
komoditas beras harga
eceran dan harga grosir
tahun 2017-2018 di
prediksi harga
komoditas beras ditahun
2019-2020 mengalami
lonjakan harga, dimana
harga naik karena terjadi
permintaan terhadap
beras terus meningkat
pada bulan tertentu.
5. Analisis Trend
Penawaran Dan
Permintaan
Komoditi Kedelai
Indonesia. Rizky
Junianto, Markus
Patiung,
Koesriwulandari
(2019).
Sebelum dilakukan analisa
maka terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi klasik
yaitu:
1. Uji normalitas, (Kriteria
pengujian normalitas
menurut Gujarati (2011)
adalah sebagai berikut:
- Jika nilai Sig. (2-tailed) <
α = 0,05, berarti data
berdistribusi tidak normal.
- Jika nilai Sig. (2-tailed) ≥
α = 0,05, berarti data
berdistribusi normal.
2. Uji multikolinearitas,
(Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji
apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi
Faktor – faktor yang
berpengaruh significant
secara simultan terhadap
permintaan kedelai di
Indonesia adalah harga
kedelai domestik, harga
kedelai impor, harga
jagung, tingkat
pendapatan penduduk,
dan jumlah penduduk,
sedangkan secara parsial
faktor yang berpengaruh
significant terhadap
permintaan kedelai
adalah tingkat
pendapatan dan jumlah
penduduk.
Prediksi permintaan dan
penawaran kedelai di
20
antar variabel bebas
(independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara
variabel independen
(Ghozali,2011).
Multikolinieritas berarti
bahwa antar variabel bebas
atau variabel terikat yang
terdapat dalam model
memiliki hubungan yang
sempurna atau mendekati
sempurna. Untuk
mendeteksi adanya
multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai VIF
(variance inflation factor)
dan nilai tolerance melalui
program SPSS, dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Nilai VIF > 10, maka
terjadi multikolinearitas
b. Nilai VIF ≤ 10, maka
bebas multikolinearitas)
3. Uji heteroskedastisitas,
(adapun cara digunakan
untuk mendeteksinya adalah
dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada
grafik Scatter plot antara
SRESID dan ZPRED,
dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (
Y prediksi-Y
sesungguhnya) yang telah
di-studentized. Dasar
analisisnya adalah (Ghozali,
2006))
4. Uji autokorelasi (Uji
autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam
model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t
dengan kesalahan
Indonesia selama 12
tahun kedepan
mengalami penurunan
tiap tahunnya hingga
tahun 2031. Pada tahun
2031 angka penawaran
dan permintaan
memiliki kesamaan data.
21
penggangu pada periode t-1
atau periode sebelumnya
(Ghozali, 2011). Jika terjadi
korelasi maka ada problem
autokorelasi. Model regresi
yang baik adalah regresi
yang bebas dari
autokorelasi).
6. Analisis trend
harga beras di
kota Makassar.
SIRMAN (2019)
Metode analisis data yang
digunakan dalam
penelitian ini meliputi :
Data time series adalah
nilai-nilai suatu variabel
yang berurutan waktu.
Dalam data ekonomi
biasanya kita mendapatkan
adanya fluktuasi/ variasi
dari waktu ke waktu atau
disebut time series. Variasi
ini biasanya disebabkan
oleh faktor trend. Trend
adalah keadaan data yang
menaik atau menurun dari
waktu ke waktu.
Rumus:
Y = a + Bx
X = Periode Waktu
Y = Variabel yang
digunakan (harga beras di
Kota Makassar)
a = Intersep konstanta
(nilai Y apabila X =0)
b = Besarnya perubahan
variabel Y yang
terjadi pada setiap
perubahan unit
variabel.
Trend harga beras
(kualitas, kualitas
medium, dan kualitas
premium) dikota
Makassar.
a. Perkembangan harga
beras kualitas
biasanya untuk setiap
bulannya
menunjukkan ke arah
peningkatan selama 4
tahun terkhir (2016-
2019) sebesar Rp
23,03/bulan.
b. Perkembangan harga
beras kualitas medium
untuk setiap bulannya
menunjukkan ke arah
peningkatan selama 4
tahun terkhir (2016-
2019) sebesar Rp
39,6/ bulan
c. Perkembangan
harga beras
kualitas premium
untuk setiap
bulannya
menunjukkan ke
arah peningkatan
selama 4 tahun
terkhir (2016-
2019) sebesar Rp
22,33/ bulan.
22
7. Analisis Trend
Ekspor Teh
Indonesia.
Yusrizal Ariandi,
Istis Baroh, Jabal
Tarik Ibrahim
(2019)
Metode analisis data yang
akan digunakan adalah
analisis trend untuk
mengetahui trend ekspor
teh Indonesia, Model ini
digunakan untuk
mengetahui trend ekspor
teh Indonesia dan fungsi
dari analisis trend ekspor
teh Indonesia adalah:
𝑌 = 𝑎0 + 𝑎ᵢ 𝑋ᵢ + 𝑒ᵢ Keterangan:
Y = Variabel ekspor teh
(ton)
𝑎0 = Intercept
𝑎ᵢ = Parameter variabel
𝑋ᵢ = Variabel waktu
𝑒ᵢ = Pengaruh sisa
Berdasarkan hasil
analisis penelitian
mengenai trend ekspor
teh Indonesia, maka
dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Hasil analisis trend
volume ekspor teh
Indonesia menunjukan
slope atau grafik yang
menurun. sementara
model trend volume
ekspor teh Indonesia
yang diperoleh yaitu
yaitu y = -3798.5x +
100823, yang berarti
setiap satu tahun volume
ekspor teh Indonesia
mengalami penurunan
sebesar 3.798,5 ton.
Hasil analisis trend nilai
ekspor teh Indonesia
menunjukan slope atau
grafik yang fluktuatif
namun tidak banyak
mengalami perubahan.
8. Fluktuasi Harga
Komoditas
Pangan Dan
Dampaknya
Terhadap Inflasi
Di Provinsi
Banten. Astari
Febriani
Setiawan, dan
Adi Hadianto
(2014)
Data yang diperoleh dalam
penelitian ini dianalisis
menggunakan analisis
deskriptif untuk
menjelaskan
perkembangan harga
komoditas pangan di
Provinsi Banten yang
disajikan dalam bentuk
grafik. Data selanjutnya
diolah dan dianalisis
menggunakan metode
VAR (Vector
Autoregression)
menggunakan software
Eviews 8 untuk
menganalisis dampak
fluktuasi harga komoditas
pangan terhadap inflasi di
Provinsi Banten.
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh
beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. Perkembangan
harga komoditas
pangan di Provinsi
Banten pada tahun
2011-2014 pada
umumnya memiliki
kecenderungan yang
meningkat.
2. Analisis IRF
menunjukkan bahwa
guncangan harga
komoditas jagung,
beras, daging ayam
ras, telur ayam ras
dan cabai merah
23
Selanjutnya, dilakukan uji
kausalitas Granger
menggunakan software
Eviews 8 untuk
menganalisis keterkaitan
inflasi antar wilayah
sekitar Provinsi Banten.
keriting sebesar satu
standar deviasi akan
berdampak pada
peningkatan inflasi
Provinsi Banten.
9. Analisis Trend
Dan Kewilayahan
Komoditas Kopi
Serta Peranannya
Terhadap
Perkebunan
Indonesia. Reni
Widianti (2010)
Data yang digunakan
adalah data sekunder.
Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis
trend dengan metode Least
Square Method, analisis
(LQ), analisis lokalisasi
dan spesialisasi, analisis
Basic Service Ratio (BSR)
dan Regional Multiplier
(RM).
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
trend produksi, luas
lahan dan harga
komoditas kopidi
Indonesia menunjukkan
nilai trend yang
cenderung meningkat.
Peramalan produksi,
luas lahan dan harga
komoditas kopi ke
depan yaitu tahun 2009-
2018 cenderung
mengalami peningkatan;
10. Peramalan
produksi, luas
panen dan harga
serta analisis
integrasi pasar
spasial kacang
tanah di Provinsi
Bengkulu. Fitri
Sakinah (2016)
Apabila data yang
didapatkan memiliki pola
trend, maka metode yang
dilakukan untuk peramalan
adalah metode trend.
Metode Trend yang akan
digunakan adalah teknik
linear, quadratic dan
eksponential. Persamaan
dalam teknik ini adalah :
a. Trend Linear : Ŷt = a
+ b1.t
b. Trend Quadratic : Ŷt
= a + b1.t + b2.t2
c. Trend Exponential :
Ln Ŷt = a + bt
Dimana :
Ŷt = ramalan untuk
periode kedepan setelah
periode t
a = intersep
Perkembangan produksi
dan luas panen kacang
tanah di Provinsi
Bengkulu cenderung
menurun dari tahun
1994-2014 dan
Perkembangan harga
kacang tanah pada
masing–masing
Kabupaten cenderung
meningkat dari tahun
2004-2013.
24
b = slope kenaikan atau
penurunan
2.6 Kerangka Pemikiran
Winarno (2004), Minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dapat menghasilkan
energi 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan energi 4
kkal/gram. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu
pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang tidak diinginkan dan dapat
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.
Produsen minyak goreng di Sulawesi Selatan diwakili oleh Kabupaten Gowa
dan Kota Makassar, sedangkan di wilayah Kabupaten Maros tidak ada produsen
minyak goreng. Berdasarkan wilayah pemasok, untuk wilayah Kabupaten Gowa
pemasok bahan baku seratus persen berasal dari Kabupaten Gowa, kemudian hasil
produksi minyak goreng dari Kabupaten Gowa dipasarkan ke Kota Makassar, dan
Kabupaten Gowa. Sementara itu untuk wilayah Kota Makassar bahan baku untuk
produsen minyak goreng dipasok dari Kabupaten Poliwali Mandar, Kabupaten
Mamuju, Kabupaten Selayar dan Bulukumba. Produksi minyak goreng di Kota
Makassar, pemasarannya seratus persen untuk memenuhi kebutuhan minyak
goreng di Kota Makassar. Minyak goreng merupakan komoditas strategis yang
stabilitas harganya perlu dijaga. Stabilitas harga beras dari trend harganya.
25
Gambar 2. 1 Kerangka Pikir Analisis Trend Estimasi Harga Minyak Goreng
di Sul Sel.
Minyak Kelapa Sawit
Minyak Goreng
Trend Harga Minyak
Goreng
Estimasi
Harga
26
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian ini dilaksanakan secara sengaja (purposive) yaitu
di wilayah Kota Makassar sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan yang
merupakan kota terbesar di kawasan Timur Indonesia, sehingga kebutuhan
konsumsi minyak goreng relatif tinggi Penelitian ini akan dilaksanakan dalam
jangka waktu kurang lebih 2 bulan yakni bulan Juni sampai Juli 2021.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
dan sumber data yaitu dari data sekunder (time series bulanan). Data sekunder
adalah data deret waktu (time series), yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke
waktu (hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun). Data
deret waktu biasa digunakan untuk melihat perkembangan kegiatan tertentu dan
sebagian besar untuk menarik suatu trend, sehingga bisa digunakan untuk
membuat perkiraan yang sangat berguna bagi dasar perencanaan. Adapun instansi
yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Makassar Sulawesi-Selatan, serta literatur-literatur yang
berkaitan dengan penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data sekunder yang diperoleh dari data tahunan harga minyak goreng yang
27
diambil dari BPS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode dokumentasi, yaitu melakukan atau mengumpulkan catatan
catatan dan mengkaji data sekunder.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kuantitatif. Kasiram (2008), Data kuantitatif adalah data yang
berupa angka atau bilangan untuk menganalisis keterangan mengenai apa yang
ingin diketahui. Adapun tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama
trend harga minyak goreng di Sulawesi Selatan yaitu dengan
menggunakan analisis trend (regresi linear sederhana dan regresi non
linear).
• Analisis Trend
Analisis Trend adalah metode analisis data yang bertujuan melakukan
estimasi pada masa mendatang untuk melihat kecenderungan meningkat atau
menurun pada suatu variabel, pada kurun waktu tertentu. Trend adalah keadaan
data yang menaik atau menurun dari waktu ke waktu.
• Regresi Linear Sederhana
Regresi Linear Sederhana adalah Metode Statistik yang berfungsi untuk
menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara Variabel Faktor Penyebab
(X) terhadap Variabel Akibatnya.
Y = a + bx
28
• Regresi Non Linear (Polynomial)
Regresi non linear adalah suatu metode untuk mendapatkan model non liner
yang menyatakan hubungan variabel dependen dan variabel non independen.
Regresi non linear dapat mengestimasi model hubungan variabel dependen dan
independen dalam bentuk non linier dengan keakuratan yang lebih baik dari pada
regresi linier, karena dalam mengestimasi model dipakai hubungan dengan fungsi
polynomial.
𝑌 = 𝑎0 + 𝑎1𝑡1 + 𝑎2𝑡2 + 𝑎3𝑡3 + 𝑎⁴𝑡⁴
Y : Nilai trend yang ditaksir
t : trend (Waktu)
a : Nilai konstanta
2. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua pada penelitian
ini adalah menggunakan metode last squer dengan mengistemasi harga
trend estimasi komoditas minyak goreng di Suawesi Selatan.
Y : Nilai Trend Estimasi Harga Minyak Goreng
X : Waktu (Tahun)
a : Konstan
b : Koefisien regresi
Nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah
ini :
a : (Σy) (Σx²) – (Σx) (Σxy)
n(Σx²) – (Σx)²
b : n(Σxy) – (Σx) (Σy)
n(Σx²) – (Σx)²
29
3.5 Definisi Operasional
1. Minyak goreng merupakan suatu bahan makanan pokok yang tidak lepas
dari kehidupan sosial masyarakat dan minyak goreng sangat penting bagi
penduduk indonesia karena memiliki peran strategis dalam bidan
perekonomian, sosial.
2. Analisis Trend adalah metode analisis data yang bertujuan melakukan
estimasi pada masa mendatang untuk melihat kecenderungan meningkat
atau menurun pada suatu variabel
3. Trend harga adalah suatu perubahan suatu variabel yang relatif stabil
perubahan populasi perubahan harga, perubahan teknologi, dan
peningkatan produktifitas
4. Perkembangan harga komoditas minyak goreng adalah suatu hal yang
tidak lepas dari kehidupan masyarakat sosial karena merupakan suatu
kebutuhanpokok yang selalu mengalami pergerakan harga setiap tahunnya.
5. Harga riil adalah disesuaikan dengan indeks harga konsumen (IHK pada
tahun dasar awal tahun sampai akhir tahun).
6. Periode analisis adalah periode tahunan mulai tahun dasar awal sampai
akhir periode analisis.
30
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Topografi dan Geografis
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi yang ada di
Indonesia, yang terletak disebelah selatan pulau Sulawesi, dengan ibu kota
Makassar yang dahulu disebut Ujung Pandang. Luas wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan tercatat (46.717,48 km²).
Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 24 kabupaten/kota yang terdiri dari
Kepulauan Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai,
Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu,
Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu Timur, Toraja Utara, Makassar, Pare-Pare, dan
Palopo.
Secara Geografis, jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan
tercatat sekitar 65 aliran sungai dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu,
yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai yakni sungai
saddang yang mengalir meliputi kabupaten Tator, Enrekang, Pinrang dan Polmas.
Panjang sungai tersebut masing-masing 150 km. Di Sulawesi Selatan terdapat
empat danau Tempe dan Sidenreng yang berada di Kabupaten Wajo, serta danau
Matana dan Towuti yang berlokasi di Kabupaten Luwu. Adapun jumlah gunung
tercatat sebanyak 7 gunung, dengan gunung tertinggi adalah gunung Rantemario
dengan ketinggian 3.470 m diatas permukaan air laut. Gunung ini berdiri tegak di
perbatasan Kabupaten Enrekang dan Luwu.
31
Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan letak geografis yaitu terletak antara
0°12-8° Lintang Selatan dan 116°48-122°36 Bujur Timur. Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki letak yang sangat strategis dan merupakan pintu gerbang
kawasan Timur Indonesia. Berdasarkan letak administratif, Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Barat,
2. Wilayah sebelah Timur berbatasan dengan teluk Bone dan Sulawesi
Tenggara,
3. Wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores,
4. Wilayah sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
4.2 Keadaan Demografis
Penduduk Sulawesi terdiri atas empat suku utama yaitu Toraja, Bugis,
Makassar, dan Mandar. Suku Toraja terkenal memiliki keunikan tradisi yang
tampak pada upacara kematian, rumah tradisional yang beratap melengkung dan
ukiran cantik dengan warna natural. Sedangkan suku Bugis, Makassar dan
Mandar terkenal sebagai pelaut yang patriotik. Dengan perahu layer
Tradisionalnya pinis, mereka menjelajah sampai ke utara Australia, Beberapa
pulau di Samudra Pasifik, Bahkan sampai ke pantai Afrika.
4.2.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di suatu daerah sangat penting
untuk diketahui, karena aspek ini berkaitan dengan penyediaan sarana dan
32
prasarana sosial ekonomi, dan dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan
saat ini dan saat mendatang. Perkembangan penduduk di Sulawesi Selatan selama
5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Sulawesi Selatan
Tahun Luas (km²) Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa/km²)
2016 46.083,94 8.606,375 192
2017 46.083,94 8.690,294 190
2018 45.764,53 8.771,970 192
2019 46.717,48 8.851,240 193
2020 46.717,48 9.037,509 194
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2021
Seiring dengan bertumbuhnya penduduk, kepadatan penduduk pada tahun
2016- 2020 menunjukkan bahwa penduduk cenderung mengalami peningkatan
dari 192 jiwa/km2 pada tahun 2016 hingga pada tahun 2020 mencapai 194
jiwa/km2.
4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Sulawesi selatan jumlah
penduduk di provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2016-2020 mengalami
fluktuasi yang cenderung meningkat dari tahun ketahuan dimana pada tahun 2020
jumlah penduduk mencapai 9.037,509 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta rasio jenis
kelamin, dimana rasio jenis kelamin yaitu angka yang menunjukkan perbandingan
33
antara laki-laki dan perempuan. Jumlah dan rasio jenis kelamin penduduk
Sulawesi Selatan pada tahun 2016-2020 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Sulawesi Selatan
Tahun Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis Kelamin
(%) Laki-Laki Perempuan
2016
4.204,110 4.402,265 8.606,375 95
2017 4.246,110 4.444,193 8.690,294 95
2018 4.286,893 4.485,077 8.771,970 95
2019 4.326,409 4.524,831 8.851,240 95
2020 4.504,641 4.568,868 9.073,509 95
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 2021
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk dengan jenis
kelamin terkecil terjadi pada tahun 2016 yaitu sebanyak 8.606,375 jiwa dimana
jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak 4.204, 110 jiwa dan jumlah jenis kelamin
perempuan sebanyak 4.402,265 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk dengan jumlah
jenis kelamin terbanyak terjadi pada tahun 2020 dengan jumlah sebanyak
9.073,509 jiwa dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.504,641 jiwa dan
jumlah perempuan sebanyak 4.568,868 jiwa. Rasio jenis kelamin selama lima
tahun yaitu 95%.
4.3 Kondisi Pertanian
Bardasarkan luas wilayah daratan Sulawesi Selatan yang digunakan untuk
pemgembangan sektor pertanian yaitu Luas panen tanaman padi di Sulawesi
Selatan pada tahun 2020 seluas. 0,98 juta ha dengan produksi padi 4,68 juta ton.
34
Kabupaten Bone merupakan kabupaten dengan produksi tanaman pangan padi,
kedelai dan kacang tanah tertinggi. Produksi padi tertinggi berada di Kabupaten
Bone 1.020.365 ton yang sejalan dengan luas panen yang paling luas
dibandingkan dengan kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yaitu 211.851 ha.
Sementara untuk produksi jagung tertinggi berasal dari Kabupaten Jeneponto
yaitu 490.000 ton dan produksi kedelai paling inggi yaitu Kabupaten Bone yaitu
11.845 ton. Kabupaten Wajo merupakan daerah penghasil kacang hijau tertinggi
yaitu 5.344,3 ton. Dan untuk kacang tanah Kabupaten Bone merupakan daerah
penghasil kacang tanah tertinggi yaitu 5.043,3 ton.
Selain tanaman pangan, Sulawesi Selatan juga penghasil produksi tanaman
hortikultura. Adapun rincian data produksi tanaman hortikultura di Sulawesi
Selatan pada tahun 2020 yaitu 124.381,00 ton bawang merah, 24.052,00 ton
cabai, 56.954,00 ton kentang, 56.136,00 ton kubis, 1.699.00 ton petai, 60.435,00
ton tomat dan 35.982,00 ton wortel. Daerah dengan luas panen biofarmaka
didominasi oleh Kabupaten Bone dengan rincian 1.775.196 ton jahe, 286.298 ton
laos, 7.849 ton kencur, 2.109.890 ton kunyit. Sementara untuk daerah penghasil
tanaman hias terbanyak adalah Kabupaten Gowa dengan jenis tanaman hias krisan
17.170.896 tangkai. Untuk produksi buah-buahan tahun 2020, Sulawesi Selatan
memiliki rincian 115.418,00 ton mangga, 37.910,00 ton durian, 10.021,00 ton
jeruk, 146.539,00 ton pisang, 25.033,00 ton pepaya dan 12.039,00 ton salak.
Terdapat 36 perusahaan perkebunan besar swasta di Sulawesi Selatan pada tahun
2020 dengan luas lahan 212.499,21 hektar dan luas tanaman perkebunan yang
dikuasai 19.815,21 hektar. Jumlah luas hutan dan perairan di Sulawesi Selatan
35
pada tahun 2020 yaitu 2.636,297,00 hektar. Dimana penyumbang luas hutan dan
perairan tertinggi yaitu Kabupaten Luwu Timur 533.942,62 hektar dan Luwu
Utara 530.001,46 hektar.
Tiga populasi ternak paling banyak di Sulawesi Selatan yaitu sapi potong
1.431,533 ekor, 800.924 ekor kambing dan 877.700 ekor babi. Produksi daging
unggas didominasi oleh ayam pedaging yaitu 63.916.176 ton. Kabupaten Maros
merupakan penghasil produksi ayam pedaging tertinggi yaitu hampir separuh
produksi ayam pedaging di Sulawesi Selatan di produksi oleh Kabupaten Maros
yaitu 30.066.950 ton. Sementara produksi telur ayam kampung tertinggi yaitu
Kabupaten Bone 3.447.679 ton dan telur ayam petelur didominasi oleh Sidrap
42.596.480 ton. Produksi perikanan di Sulawesi Selatan pada tahun 2020
mencapai 925,729.3 ton yang terdiri dari 67,890.9 ton perikanan tangkap di laut
dan 5,874.3 ton perikanan tangkap di perairan umum daratan. Rumah tangga yang
mengusahakan perikanan mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun
2019.
36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Trend Linear Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan
Minyak goreng merupakan salah satu yang cukup penting bagi masyarakat
Indonesia. Hampir semua masakan dan jenis makanan di Indonesia membutuhkan
minyak goreng sebagai salah satu bahan mediasi pengolahannya. Di Indonesia,
minyak kelapa sawit masih menjadi salah satu jenis minyak yang paling digemari
masyarakat. Memiliki harga yang lebih murah dibandingkan jenis minyak goreng
lainnya, produk yang terbuat dari ekstrak biji kelapa sawit ini tak pernah surut
peminat.
Produsen minyak goreng di Provinsi Sulawesi Selatan memperoleh 70.00
persen bahan baku dari dalam Provinsi Sulawesi Selatan itu sendiri. Di samping
itu, Sulawesi Barat juga turut menjadi Provinsi pemasok terebesar kedua sebesar
30.00 persen. Hasil produksi dari Provinsi Sulawesi Selatan yang berupa minyak
goreng kemudian dijual langsung ke pedagamg eceran. (BPS, 2014)
Trend linear merupakan model trend yang dapat diestimasi dan dilakukan
uji t untuk mengetahui signifikan dari variabel Y terhadap variabel X, dalam
persamaan linear ini variabel Y (dependen) adalah harga minyak goreng dan
variabel X (independen) adalah variabel t (waktu).
Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang mengalami fluktuasi
harga minyak goreng dari tahun 2000-2019, harga minyak goreng di Sulawesi
Selatan terjadi pada tahun 2005 dengan total harga mencapai 48,333 Rp/Kg,
namun pada tahun-tahun berikutnya perkembangan harga minyak goreng
37
mengalami naik turun hingga sampai pada titik terendah pada tahun 2006 harga
minyak goreng hanya mencapai 6,857 Rp/Kg. Berikut gambar grafik analisis
trend linear sederhana harga komoditas minyak goreng di Sulawesi Selatan :
Gambar 5.1 Grafik Trend Linear Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan
Gambar grafik harga komoditas minyak goreng di Sulawesi Selatan dari tahun
2000 sampai 2019 di atas, terlihat bahwa harga komoditas minyak goreng di
Sulawesi Selatan mengalami trend yang relatif menurun (negatif) pada beberapa
tahun selama 20 tahun terakhir. Harga komoditas minyak goreng tertinggi terjadi
pada tahun 2005 dengan nilai harga 48.333 Rp/Kg dan kembali menurun pada
tahun 2019 menjadi 13.154 Rp/Kg.
Berdasarkan gambar grafik 5.1 hasil analisis trend harga minyak goreng di
Sulawesi Selatan dengan metode Regresi Linear Sederhana, dapat diliat dari
persamaan yang terbentuk adalah Y= 36,976-1,4264t. Diperoleh nilai intersep
sebesar 36,976 yang artinya nilai rata-rata harga minyak goreng selama kurun
waktu 20 tahun sebesar 36,976 kg dan untuk nilai koefisien diperoleh sebesar
y = 36,976-1,4264t
R² = 0,2898
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0
HARGA RIIL MINYAK GORENG
(RIBU RP/K G) TAHUN 2000 -2019
38
1,4264t yang berarti bahwa harga minyak goreng di Sulawesi Selatan dalam kurun
waktu tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 1,4264t kg.
Berdasarkan hasil analisis trend metode kuadrat terkecil (ordinary least
square method) persamaan garis harga minyak goreng di Sulawesi Selatan
diperoleh Y= 36,976-1,4264t. nilai intersep yang diperoleh dari hasil analisis
adalah sebesar 36,976 yang berarti bahwa rata-rata produksi minyak goreng di
Indonesia selama kurun waktu 20 tahun adalah sebesar 36,976 kg. sedangkan nilai
koefisien trend sebesar 1,4264t berarti bahwa harga minyak goreng di Sulawesi
Selatan setiap tahunnya hanya mengalami penurunan sebesar 1,4264t kg.
Peningkatan harga minyak goreng di Sulawesi Selatan secara tajam yang terjadi
pada tahun 2005 merupakan hasil dari program yang dilakukan oleh Kementerian
Pertanian.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rahardja dan Manurung (2006)
bahwa apabila harga barang substitusi naik maka penawaran terhadap suatu
barang akan tambahan, dan sebaliknya. Nilai koefisien trend pada persamaan
trend tersebut merupakan model deterministik. Menurut Diana (2018),
deterministik merupakan model matematika yang dapat diukur gejalanya dengan
derajat kepastian yang cukup tinggi sehingga diasumsikan bahwa kejadian yang
ada memiliki peluang yang tetap. Deterministik juga dapat diasumsikan pasti
terjadi maupun tidak mungkin terjadi. Derajat kepastian yang ada mengikuti
urutan waktu.
Harga komoditas minyak goreng di Sulawesi selatan pada tahun 2000 sampai
2005 terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2000 sebesar 18.896 Rp/kg
39
tahun 2001 sebesar 24.842 Rp/kg, tahun 2002 sebesar 38.114 Rp/kg, tahun 2003
sebesar 39.100 Rp/kg, tahun 2004 sebesar 44.666 Rp/kg, dan pada tahun 2005
sebesar 48.333 Rp/kg. pada tahun 2006 sampai 2007 harga minyak goreng
kembali menurun, yaitu pada tahun 2006 sebesar 6.857 Rp/kg, dan pada tahun
2007 sebesar 9.249 Rp/kg. namun pada tahun tahun 2008 sampai 2009 kembali
meningkat, yaitu tahun 2008 sebesar 11.687 Rp/kg, dan tahun 2009 sebesar
10.648 Rp/kg.
Pada tahun 2010 harga komoditas minyak goreng kembali meningkat sampai
2012 yaitu 2010 sebesar 12.510 Rp/kg, tahun 2011 sebesar 12.843 Rp/kg, tahun
2012 sebesar 12.972 Rp/kg, dan pada tahun 2013 harga minyak goreng kembali
sedikit penurunan yaitu sebesar 12.938 Rp/kg. namun pada tahun 2014 sampai
2018 kembali meningkat yaitu, tahun 2014 sebesar 13.783 Rp/kg, tahun 2015
sebesar 13.692 Rp/kg, tahun 2016 sebesar 13.858 Rp/kg,tahun 2017 sebesar
15.250 Rp/kg, dan pada tahun 2018 sebesar 15.554 Rp/kg. pada tahun 2019 harga
komoditas minyak goreng kembali menurun sebesar 13.154 Rp/kg.
Lutfi (2021) kenaikan harga minyak goreng ini disebabkan adanya kenaikan
harga bahan bakunya, yakni minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil
(CPO), tingginya harga CPO ini harus diantisipasi dengan digenjotnya pasokan
yang lebih banyak dari biasanya. Adapun beberapa komoditas dasar yang
harganya naik dalam periode superyle tersebut disebutkannya adalah minyak
bumi ataupun minyak kelapa sawit, gas alam cair atau liquefied natural gas
(LNG), bijih besi, dan tembaga.
40
Berdasarkan hasil analisis regresi didapatkan nilai koefisien determinasi
sebesar 0,2898 atau 29% angka tersebut menunjukkan bahwa variabel X (t/waktu)
secara simultan berpengaruh terhadap variabel Y sebesar 29% sedangkan sisanya
sebesar 71% harga minyak goreng di Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh variabel
lain di luar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.
Uji t merupakan pengujian yang dilakukan terhadap masing-masing variabel
independen untuk mengetahui apakah variabel berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Berdasarkan hasil uji t, didapatkan bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan. Hal terebut
mengindikasikan bahwa harga minyak goreng di Sulawesi Selatan tahun 2000
sampai tahun 2019 berpengaruh nyata terhadap harga minyak goreng karena pada
penelitian dilaksanakan tingkat harga yang diperoleh untuk membeli satu
kilogram minyak goreng menunjukkan fluktuasi yang tidak terlalu tinggi.
Demikian tinggi rendahnya harga minyak goreng tidak dipengaruhi oleh tingkat
harga minyak goreng karena harga minyak goreng dikandalikan oleh pihak
pemerintah.
Hasil analisis yang diperoleh harga minyak goreng berpengaruh signifikan
terhadap waktu. Hal ini, didukung oleh penelitian sebelumnya Dona (2013), yang
mempengaruhi meningkatnya produksi padi adalah jumlah luas lahan, jumlah
tenaga kerja dan harga beras. Jumlah luas lahan berpengeruh signifikan terhadap
produksi padi, demikian juga dengan jumlah tenaga kerja. Harga beras juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara jumlah harga beras dengan
41
y = -10,603+33,812t-6,5644t²+0,4382t³-0,0096t⁴
R² = 0,6435
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
HARGA RIIL MINYAK GORENG
(RIBU RP/KG) TAHUN 2000-2019
produksi padi. Sehingga setiap peningkatan harga beras di Indonesia akan
menyebabkan semakin tingginya produksi padi.
5.2 Trend Non Linear Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan
Regresi non linear adalah suatu metode untuk mendapatkan model non liner
yang menyatakan hubungan variabel dependen dan variabel non independen.
Regresi non linear dapat mengestimasi model hubungan variabel dependen dan
independen dalam bentuk non linier dengan keakuratan yang lebih baik dari pada
regresi linier, karena dalam mengestimasi model dipakai hubungan dengan fungsi
polynomial.
Berdasarkan hasil analisis trend non linear minyak goreng di Sulawesi
Selatan persamaan model kuadrat polynomial orde 4 atau 2 siklus menunjukkan
bahwa minyak goreng di Sulawesi Selatan dipengaruhi oleh kronologis waktu
pada tahun 2000-2019. Berikut gambar grafik analisis trend non linear harga
komoditas minyak goreng di Sulawesi Selatan :
Gambar.5.2 Grafik Trend Non Linear Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan
42
Hasil analisis tren non linear tersebut menyatakan bahwa perkembangan
harga minyak goreng diSulawesi Selatan dipengaruhi oleh kronologis waktu
tahunan mulai dari tahun 2000 sampai tahun 2019. Dari analisis tersebut diperoleh
persamaan y = -10,603+33,812t-6,5644t²+0,4382t³-0,0096t⁴. Nilai intersep
sebesar 0,6435 menunjukkan bahwa rata-rata harga minyak goreng diSulawesi
Selatan selama kurun waktu 20 tahun terakhir adalah sebesar 0,6435 Rp/kg.
Berdasarkan nilai koefisien trend 33,812t-6,5644t²+0,4382t³-0,0096t⁴. terlihat
bahwa siklus perkembangan harga minyak goreng di Sulawesi Selatan mengalami
dua siklus turun dan dua siklus naik.
Koefisien determinan (R²) dari analisis trend perkembangan harga minyak
goreng di Sulawesi Selatan selama 20 tahun didapatkan dengan nilai sebesar
0,6435 atau setara dengan 64,35%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variasi
perkembangan harga minyak goreng di Sulawesi Selatan dengan kronologis
waktu dari tahun 2000 sampai tahun 2019 hanya dapat dijelaskan sebanyak
64,35% sedangkan sebanyak 35,65% dipengaruhi oleh faktor lain yang
merupakan variabel yang tidak diteliti.
Nilai R² yang ada dipengaruhi oleh besarnya siklus, semakin besar suatu
siklus makin besar pada grafik non linear maka nilai R² semakin besar karena
garis trend non linear lebih rapat dengan garis grafik, artinya hubungan garis trend
non linear dengan garis grafik semakin kuat. Bentukan dari trend non linear yang
ada mengikuti bentukan grafiknya.
43
Harga
Harga merupakan tingkat kemampuan suatu barang yang dapat dipertukarkan
dengan barang lain yang nilainya ditentukan dengan satuan uang. Suatu barang
dibutuhkan oleh seseorang karena barang tersebut memiliki nilai guna.
Minyak adalah salah satu komoditas dari Sembilan bahan pokok yang bersifat
strategis dan multiguna. Kedua sifat tersebut membuat minyak goreng menjadi
salah satu komoditas yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia. Harga minyak goreng beberapa tahun ini mengalami
peningkatan yang cukup tinggi, hal ini disebabkan meningkatnya harga CPO
dunia yang ikut memicu peningkatan harga CPO domestik dan jumlah persediaan
CPO untuk pasar domestik. Kenaikan harga akan berdampak langsung kepada
konsumen pengguna minyak goreng baik konsumen rumah tangga maupun
konsumen industri terutama untuk industri pengolahan rumah tangga maupun
konsumen industri terutama untuk industry pengolahan makanan skala kecil
maupun menengah. Salah satu jenis usaha dalam dalam industri pengolahan
makanan yang menggunakan minyak goreng sebagai salah satu bahan baku utama
dan vital dalam proses produksinya adalah usaha penggorengan kerupuk.
Permintaan konsumen terhadap minyak goreng, dimana minyak goreng
memiliki nilai guna untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Minyak
goreng juga mempermudah kita untuk mengolah makanan mentah menjadi
makanan jadi, serta memiliki kandungan minyak dan gizi yang dibutuhkan.
Perkembangan harga minyak goreng di Sulawesi Selatan tergantung pada
ketersediaan minyak goreng di pasar, dengan kata lain, ketersediaan minyak
44
goreng ini akan ditentukan oleh besarnya suplai dan konsumsi oleh masyarakat,
dan harga pasar internasional selain itu juga harga minyak goreng kelapa sawit ini
akan ditentukan oleh harga-harga input yang digunakan dalam proses produksi
minyak goreng, dan kebijakan pemerintah.
Hasil analisis estimasi dapat dilihat dalam table berikut:
Tabel 5. Hasil Estimasi Multiple Regression Harga Minyak Goreng di Sulawesi
Selatan Tahun 2000-2019 Variabel Koefisien
Estimasi
Standar
Error
Uji t Probabilitas
Simbol Nama
Y Harga Minyak
Goreng
-10,60302 16,41040 -0,64612 0,52796
T Trend Pangkat 1
(Orde 1)
33,81227 10,25725 3,29642 0,00489
T² Trend Pangkat 2
(Orde 2)
-6,564424 1,919965 -3,41903 0,00380
T³ Trend Pangkat 3
(Orde 3)
0,438158 0,135813 3,22617 0,00565
T⁴ Trend Pangkat 4
(Orde 4)
-0,009591 0,003211 -2,98657 0,00922
R² = 0,643494 ***) : Signifikan (a = 1%)
Uji F = 6,768782 **) : Signifikan (a = 5%)
Probabilitas (Uji F) = 0,002546 *) : Signifikan (a = 10%)
Ns : Non Signifikan
Model Regresi Hasil Estimasi Harga Minyak Goreng di Sulawesi Selatan
Y : -10,603+33,812t-6,5644t²+0,4382t³+0,0096t⁴
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2021
45
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil analisis trend linear harga minyak goreng di Sulawesi Selatan selama
20 tahun dari 2000-2019 menunjukkan trend mengalami yang relatif
menurun (negatif). Demikian tinggi rendahnya harga minyak goreng tidak
dipengaruhi oleh tingkat harga minyak goreng karena harga minyak
goreng dikandalikan oleh pihak pemerintah.
2. Berdasarkan hasil analisis trend non linear harga minyak goreng di
Sulawesi Selatan persamaan model kuadrat polynomial orde 4 atau 2
siklus menunjukkan bahwa harga minyak goreng di Sulawesi Selatan
dipengaruhi oleh kronologis waktu pada tahun 2000-2019. variasi
perkembangan harga minyak goreng di Sulawesi Selatan dengan
kronologis waktu dari tahun 2000 sampai tahun 2019 hanya dapat
dijelaskan sebanyak 64,35% sedangkan sebanyak 35,65% dipengaruhi
oleh faktor lain yang merupakan variabel yang tidak diteliti.
6.2 Saran
1. Bagi pemerintah di harapkan tetap menjaga stabilisasi harga minyak
goreng di tingkat produsen maupun konsumen serta membenarkan tatanan
pasar dan distributor dalam penyaluran stok bahan pokok dan mulai
membenahi sektor pertanian yang masih kurang baik.
46
2. Bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian pada
permasalahan yang sama, yaitu analisis harga komoditas minyak goreng di
Sulawesi Selatan dapat melakukan penelitian dengan metode yang berbeda
agar penelitian ini lebih luas.
47
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Rahman. 2010. Panduan Pelaksanaan Adminitrasi Pajak:Untuk Karyawan,
Pelaku Bisnis Dan Perussahaan. Bandung: Nuansa.Diana, Sari. (2013).
Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: Refika Aditama
A.B Susanto, Philip, Kotler, Manajemen Pemasaran di Indonesia, Jakarta:
Salemba Empat, 2001
Buchari Alma, (2011), Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan
Kesembelian, Alfabeth, Bandung.
Amang, 1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. IPB Press. Bandung. 499
hal.
Assauri, Sofjan. 2013. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Diana, 2018. Metode dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta:
Deepublish.
Dwi Kurniasih, Indah. 2012. “Pengaruh Harga dan Kualitas Pelayanan Terhadap
Loyalitas Pelanggan Melalui Variabel Kepuasan (Studi Pada Bengkel
AHASS 0002-ASTRA MOTOR Siliwangi Semarang)”. Jurnal
Administrasi Bisnis Vol I No 1 September 2012.
Engel, J. F. 2001. Perilaku Konsumen. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Edisi
Ke 4). Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harinaldi. 2005. Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains, Erlangga,
Jakarta
Hariska, Angga, Ririn F.S., Fuadi R. 2012. Pengaruh Metanol dan Katalis pada
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah secara Esterifikasi dengan
Menggunakan Katalis K2CO3. Jurnal Teknik Kimia No. 1 Vol. 18:
Universitas Sriwijaya.
48
Kasiram, Mohammad. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang:
UIN Malang Press.
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Edisi pertama Jakarta: Universitas
Indonesia.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Lutfi (2021) Kenaikan Harga Minyak Goreng
Maryati, 2010. Statistika Ekonomi dan Bisnis, Edisi Revisi Cetakan Kedua
Yogyakarta (UPP) AMPYKPN.
Natsir, M. (2015). Analisis Suplay Response Jagung di Daerah Sentra Produksi
Utama Indonesia. Yogyakarta
Rahardja dan Mandala. 2006. Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Stanton, William J. 1984. Fundamentals of Marketing. 8th Edition. Mc Graw Hill
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
49
L
A
M
P
I
R
A
N
50
Lampiran 1. Peta Sulawesi Selatan
51
Lampiran 2. Data Harga Komoditas Minyak Goreng di Sulawesi Selatan
Tahun
Harga Riil
Minyak Goreng
(Ribu Rp/kg)
T T² T³ T⁴
2000 18,9 1 1 1 1
2001 26,56 2 4 8 16
2002 42,95 3 9 27 81
2003 46,32 4 16 64 256
2004 54,19 5 25 125 625
2005 60,91 6 36 216 1296
2006 7,68 7 49 343 2401
2007 10,91 8 64 512 4096
2008 14,79 9 81 729 6561
2009 12,2 10 100 1000 10000
2010 14,75 11 121 1331 14641
2011 14,07 12 144 1728 20736
2012 13,99 13 169 2197 28561
2013 14,82 14 196 2744 38416
2014 12,77 15 225 3375 50625
2015 13,25 16 256 4096 65536
2016 13,8 17 289 4913 83521
2017 15,87 18 324 5832 104976
2018 16,75 19 361 6859 130321
2019 14,5 20 400 8000 160000
Jumlah 439,97 210 2870 44100 722666
Rata-Rata 22 10,5 143,5 2205 36133,3
52
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Trend Linear dan Trend Non Linear
Analisis Trend Linear
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,538339798
R Square 0,289809738 29%
Adjusted R Square 0,250354723
Standard Error 13,57253782
Observations 20
ANOVA
df SS MS F
Significance
F
Regression 1 1353,10933 1353,109 7,345321 0,0143
Residual 18 3315,84809 184,2138
Total 19 4668,95742
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value
Intercept 36,97635398 6,30487076 5,864728 0,0000
T -1,426446938 0,52632044 -2,71023 0,0143
53
Analisis Trend Non Linear
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0,802181307 R Square 0,643494849 64% Adjusted R Square 0,548426809 Standard Error 10,53409502 Observations 20
ANOVA
df SS MS F
Significance
F
Regression 4 3004,450052 751,1125 6,768782 0,002546
Residual 15 1664,507368 110,9672 Total 19 4668,95742
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value Intercept -10,60302011 16,41040794 -0,64612 0,527967
T 33,81227034 10,25725292 3,296426 0,0049
t^2 -6,564424412 1,919965048 -3,41903 0,0038
t^3 0,438158841 0,135813679 3,226176 0,0057
t^4 -0,009591499 0,003211541 -2,98657 0,0092
54
Lampiran 4. Badan Pusat Statistik (BPS)
55
Lmpiran 5. Pengambilan Data di Badan Pusat Statistik
Lampiran 6. Pencarian Data di Badan Pusat Statistik
56
Lampiran 7. Sumber Pencarian Data-Data
Lampiran 8. Surat Balasan dari Badan Pusat Statistik (BPS)
57
Lampiran 9. Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi
58
59
Lampiran 10. Hasil turniting
60
61
RIWAYAT HIDUP
Asnidar, dilahirkan di Bulukumba tanggal 03 Maret 1998.
Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan ayah Abd. Halim
dan ibu Sukma.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah pada
jenjang sekolah dasar di SD 316 Lassanru’ lulus pada tahun
2011 melanjutkan pendidikan di SMPN Satap 1 Bulukumba lulus tahun 2014
kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 8 Bulukumba lulus pada tahun 2017.
Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di Astra PT.
Letawa Tbk Unit mamuju Utara dan pernah kuliah kerja profesi (KKP) di Gunturu
Kec. Herlang Kab. Bulukumba. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan
dengan menulis skripsi yang berjudul “Analisis Trend Estimasi Harga Minyak
Goreng di Sulawesi Selatan”.