Top Banner
ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh: LILIS PUSPITASARI E 100 160 217 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
32

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

Mar 07, 2019

Download

Documents

trinhkien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

i

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN

LAHAN PERTANIAN MENGGUNAKAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI KABUPATEN BANTUL TAHUN

2016

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh:

LILIS PUSPITASARI

E 100 160 217

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

i

Page 3: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

ii

Page 4: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

iii

Page 5: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

1

ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN

MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI KABUPATEN

BANTUL TAHUN 2016

Abstrak

Kekeringan lahan pertanian merupakan fenomena alam dimana

kurangnya kebutuhan air pada lahan pertanian. Pemetaan tingkat rawan

kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul bertujuan untuk

mengetahui agihan daerah yang berpotensi terhadap kekeringan yang

mengancam lahan pertanian dan berpengaruh terhadap produksi hasil

lahan pertanian. Metode penelitian yang digunakan berupa metode

survei dengan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) berupa metode

kuantitatif berjenjang. Masing-masing parameter kekeringan lahan

pertanian diberikan nilai harkat. Parameter yang digunakan dalam

penelitian ini berupa penggunaan lahan, kemiringan lereng, curah hujan,

tekstur tanah, solum tanah dan jenis irigasi. Hasil dari penelitian ini

berupa peta tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di Kabupaten

Bantul tahun 2016 yang terbagi menjadi 2 kelas berupa tingkat rawan

kekeringan kelas tinggi (kelas kering) dengan luas 3777.86 Ha (14,4 %)

dan kelas sedang 22493.1 Ha (85,6 %) luas lahan pertanian daerah

penelitian. Setiap kelas tingkat rawan kekeringan lahan pertanian

tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Bantul. Faktor dominan

yang mempengaruhi tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di

kabupaten Bantul tahun 2016 berupa curah hujan, penggunaan lahan dan

jenis irigasi.

Kata Kunci: Analisis SIG, Kekeringan Lahan Pertanian

Abstracts

Drought of agricultural land is a natural phenomenon where the lack of

water demand on agricultural land. Drought-level mapping of

agricultural land in Bantul Regency is aims to identifying potential areas

of drought that threaten agricultural land and affect agricultural

production. The research method used is survey method with the

analysis of Geographic Information System (GIS) is tiered quantitative

methods. Each parameter of dryness of agricultural land is given the

value of the dignity. The parameters are used in this research are land

use, slope, rainfall, soil texture, soil solum and irrigation type. The result

of this research is a map of the level of drought-prone agricultural land

in Bantul Regency in 2016 which is divided into two classes of high

grade drought-prone class (dry class) with 3777.86 Ha (14,4 %) and

medium class 22493.1 Ha (85,6 %) of agricultural area of research area.

Each grade level of drought-prone agricultural land spread in various

districts in Bantul Regency. The dominant factor affecting the level of

Page 6: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

2

drought-prone agricultural land in Bantul Regency in 2016 in the form

of rainfall, land use and type of irrigation.

Keywords: GIS Analysis, Agricultural Land Drought

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena El-Nino yang terjadi di Indonesia menyebabkan meningkatnya

bencana kekeringan. Kekeringan merupakan ketersediaan air yang jauh dibawah

kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Iklim di Indonesia dipengaruhi oleh angin Muson. El-Nino merupakan pengganggu

sirkulasi angin Muson yang berlangsung di Indonesia, sehingga menyebabkan

perubahan durasi musim penghujan dan musim kemarau. Fenomena El-Nino yang

terjadi di Indonesia dapat memicu kemarau panjang akibat pergeseran awal musim

penghujan. El-Nino. Pengalaman beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa

penyimpangan iklim El Nino telah menyebabkan kekeringan berkepanjangan di

beberapa wilayah di Indonesia. Fenomena tersebut telah menyebabkan kegagalan

panen, penurunan produksi pertanian secara nasional, kebakaran hutan, krisis air,

dan penurunan pendapatan petani di beberapa wilayah serta timbulnya masalah-

masalah sosial dan ekonomi di masyarakat. Kejadian kekeringan akibat pengaruh El

Nino pada tahun 1994 telah mengakibatkan penurunan produksi beras nasional

sebesar 3,2% (Imron, 1999), sedangkan kejadian El Nino pada tahun 1997 telah

menyebabkan produksi beras pada tahun 1997 dan 1998 merosot, sehingga

pemerintah mengimpor beras sebanyak 5,8 juta ton pada tahun 1998 untuk

memenuhi kebutuhan pangan (Saragih, 2001).

Kondisi El Nino yang berat jika musim kering datang lebih awal sedang musim

hujan berikutnya terlambat. Tingkat keparahan juga dipengaruhi keadaan wilayah

dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Musim kering yang datang lebih awal,

seperti pada tahun 1997, menyebabkan sebagian pertanaman gagal. Apabila hujan

datang terlambat, maka petani akan mengalami kerugian ganda, yaitu gagal panen

Page 7: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

3

pada musim kering dan tertunda tanam pada musim hujan. Kondisi demikian

berpotensi memicu kerawanan sosial (Purba, 2001).

Bencana kekeringan merupakan fenomena yang mempunyai dampak cukup

besar dalam kehidupan sehari-hari. Dampak kerugian kekeringan berlangsung

pelan namun kerusakan yang ditimbulkan bukanlah kerusakan fisik. Bencana

kekeringan yang terjadi akibat kondisi curah hujan yang menyimpang dari kondisi

normal di suatu wilayah. Pencirian iklim pada suatu daerah adalah air yang

merupakan sumber daya alam berupa hujan. Air berguna untuk kepentingan rumah

tangga, pertanian, industri juga diperlukan untuk kehidupan hewan maupun

tumbuhan. Kekeringan yang terjadi tersebut menyebabkan kerugian hasil panen,

penurunan hasil panen, terhambatnya pertumbuhan tanaman, ancaman hidup

tanaman pertanian serta terhambatnya kegiatan sosial ekonomi penduduk dan

lingkungan.

Menurut data penggunaan lahan, di Kabupaten Bantul mempunyai luas wilayah

sebesar 50.685 Ha. Penggunaan lahan di Kabupaten Bantul didominasi dengan

penggunaan lahan kebun campuran dan sawah dengan luas masing-masing sebesar

16.597 Ha dan 16.033,6 Ha. Berikutnya ialah tegalan dan perkampungan dengan

luas masing-masing 6.633,8 Ha dan 3.828 Ha (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Tabel Penggunaan Lahan Kabupaten Bantul Tahun 2015

No Penggunaan

Lahan Luas (Ha)

Presentase

(%)

1 Perkampungan 3.828,07 7,56

2 Sawah 16.033,63 31,633

3 Tegalan 6.633,84 13,09

4 Kebun Campur 16.597,04 32,75

5 Hutan 1.385 2,73

6 Tanah Tandus 543 1,07

7 Tambak 30 0,06

8 Lain-lain 5.634,07 11,11

Jumlah 50.685 100,0

Sumber : BPN Bantul, 2015

Penggunaan lahan pertanian yang cukup luas membuat sektor pertanian

pada Kabupaten Bantul cukup berkembang dan beragam, sektor tersebut

Page 8: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

4

mendukung kelangsungan perekonomian didaerah Kabupaten Bantul untuk

kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya. Kabupaten Bantul merupakan salah

satu lumbung padi bagi D.I Yogyakarta, sehingga kekeringan berdampak negatif

bagi ketahanan pangan khususnya D.I Yogyakarta. Selain itu Kabupaten Bantul

yang memiliki kemiringan lereng datar hingga berbukit. Terdapat beberapa

kecamatan dengan kemiringan lereng berbukit seperti Pajangan, Dlingo, Imogiri,

Sedayu, Pundong dan Piyungan. Daerah tersebut terkena dampak kekeringan dari

tahun 2014 hingga tahun 2015 akibat fenomena El-Nino yang terjadi karena

termasuk daerah dengan kemiringan lereng berbukit atau tinggi dengan daya

simpan air yang rendah.

Kekeringan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi menurunnya

produksi lahan pertanian (Sudibyakto, 1993). Menurut data produksi pertanian di

Kabupaten Bantul dari tahun 2012 hingga 2016, produksi pertanian terendah

terdapat pada tahun 2016 sebesar 897.046 ton dari tanaman padi sawah, padi gogo,

jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dna kedelai. Hasil produksi pertanian

tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2012 hingga 2014 produksi pertanian

terus meningkat namun pada tahun 2015 dan tahun 2016 produksi pertanian

menurun. Hal tersebut dikarenakan adanya kasus kekeringan di Kabupaten Bantul

pada tahun 2015 dan 2016. Berikut produksi pertanian di Kabupaten Bantul dari

tahun 2012 hingga tahun 2016 (lihat Tabel 2)

Tabel 2 Produksi Pertanian Kabupaten Bantul

Jenis

Tanaman

Produksi per tahun (Ton)

2012 2013 2014 2015 2016

Padi Sawah 204.959 209.149 192.711 198.457 182.980

Padi Gogo 396 215 136 685 231

Jagung 23.304 19.077 22.671 28.933 25.394

Ubi Kayu 35.236 34.865 29.326 28.903 27.962

Ubi Jalar 248 649 940 2.756 425

Kacang

Tanah 4.082 3.335 4.192 6.015 3.448

Kedelai 3.987 2.203 2.501 2.785 1.262

Total 915.568 1132.629 1327.401 952.849 897.046

Sumber : BPS Bantul, 2017

Page 9: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

5

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul

terdapat beberapa kasus kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul, pada

tahun 2014 terdapat kasus kekeringan lahan di bulan Agustus. Ribuan orang di

beberapa wilayah Kabupaten Bantul merasakan dampak kekeringan yang dialami

warga Kecamatan Piyungan. Sedangkan pada bulan Agustus tahun 2015 juga

terjadi kekeringan di enam kecamatan di Kabupaten Bantul berupa Kecamatan

Dlingo, Piyungan, Imogiri, Kasihan, Pandak dan Pundong, kekeringan tahun 2015

merupakan kekeringan yang lebih parah dari kekeringan tahun 2014 karena dampak

kemarau panjang serta pengaruh El-Nino. Namun pada tahun 2016, kasus

kekeringan di Kabupaten Bantul merupakan kasus kekeringan basah dimana

kekeringan wilayah tersebut tidak kekurangan air separah kasus kekeringan yang

terjadi pada tahun 2014 dan 2015. Kekeringan basah tersebut berdampak pada

Kecamatan Imogiri, Dlingo, Piyungan dan sebagian Kecamatan Kasihan yang

merupakan wilayah perbukitan (Antaranews, 2016).

Pemetan kekeringan lahan pertanian penting dilakukan untuk mengetahui

penyebab kekeringan hingga untuk mitigasi bencana kekeringan. Salah satu

hambatan besar dari proses tersebut adalah pada tahap pemetaan sebaran

kekeringan atau penyediaan informasi kekeringan secara spasial yang up-to-date

atau real time. Keterbatasan tersebut kini dapat diatasi dengan menggunakan

aplikasi Sistem Informasi Geografi. Kemajuan ilmu teknologi saat ini telah

memunculkan ilmu yang mampu membantu menganalisis atau estimasi bencana

kekeringan menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografi. Sistem Informasi

Geografis sebagai salah satu teknologi yang berkembang saat ini dapat digunakan

sebagai alat untuk membantu menghasilkan data dan informasi seperti yang

dimaksud, dengan menggunakan parameter-parameter tumpang susun (overlay)

dengan metode intersect yaitu untuk mengetahui seberapa besar potensi bencana

kekeringan lahan pertanian tanaman pangan yang berkaitan dengan tema penelitian

(Purnamasari, 2011).

Penelitian ini di titik beratkan untuk mengetahui daerah rawan kekeringan

menggunakan parameter Sistem Informasi Geografi berupa penggunaan lahan,

Page 10: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

6

curah hujan, jenis irigasi, tekstur tanah dan solum tanah. Serta memetakan tingkat

rawan kekeringan di suatu wilayah-wilayah yang diteliti, daerah yang diteliti

merupakan daerah yang termasuk daftar daerah yang menunjukan daerah yang

terdapak kekeringan dan berpotensi kekurangan air.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian tentang analisis

sebaran tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul pada tahun

2016, dalam hal ini disusun dalam sebuah tugas akhir dengan judul “Analisis

Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Menggunakan Sistem Informasi

Geografi di Kabupaten Bantul Tahun 2016”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana sebaran tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di

Kabupaten Bantul tahun 2016?

2. Parameter apakah yang dominan terhadap tingkat kerawanan

kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memetakan sebaran tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di

Kabupaten Bantul tahun 2016.

2. Menganalisis parameter yang dominan terhadap tingkat rawan

kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul.

1.4 Telaah Pustaka

1.4.1 Lahan Pertanian

Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya yang memiliki banyak

manfaat bagi manusia berupa tempat hidup ataupun tempat mencari nafkah. Lahan

Page 11: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

7

merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir semua sektor

pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, sektor kehutanan,

sektor perumahan, sektor industri, sektor pertambangan dan sektor transportasi

(Puspasari, 2012)

Lahan pertanian merupakan lahan yang diperuntukan untuk kegiatan

pertanian. Lahan pertanian merupakan faktor penunjang kebutuhan masyarakat

terutama masyarakat perdesaan serta pinggiran kota. Sebagian besar masyarakat

terutama yang berada di daerah perdesaan dan pinggiran kota memperoleh

penghasilan atau mengandalkan usaha yang bergerak di bidang pertanian. Namun

lahan pertanian telah banyak dialihfungsikan menjadi lahan industri, perumahan,

permukiman yang menyebabkan produksi pertanian akan terus menurun.

Sumberdaya lahan memiliki banyak manfaat bagi manusia. Menurut Sumaryanto

dan Tahlim (2005) menyebutkan bahwa manfaat lahan petanian dibagi dalam dua

kategori berupa use values dan non-use values. Use values atau nilai penggunaan

dapat pula disebut sebagai personal use values. Manfaat ini dihasilkan dari hasil

eksploitasi atau kegiatan usaha tani yang dilakukan pada sumberdaya lahan

pertanian. Non-use values atau disebut instrinsic values atau manfaat bawaan.

Manfaat yang tercipta dengan sendiri walaupun bukan tujuan dari kegiatan

eksploitasi dari pemilik lahan pertanian.

1.4.2 Kekeringan

Berdasarakan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan bencana mendefinisikan kekeringan sebagai ketersediaan air yang

jauh dibawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi

dan lingkungan. Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah

kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai,

dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan (Adiningsih, 2014).

Kekeringan sebenarnya adalah berkurangnya air untuk tujuan tertentu.

Kekeringan didefinisikan sebagai sebagai suatu periode tertentu yang curah

hujannya kurang dari jumlah tertentu, definisi kekeringan juga tiga faktor yang

Page 12: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

8

mempengaruhi kekeringan yaitu hujan, jenis tanaman yang diusahakan dan faktor

tanah (Wisnubroto dan Soekandarmodjo, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kekeringan antara lain:

a. Hujan

Tipe hujan di suatu daerah menentukan kemungkinan ada tidaknya

kekeringan di daerah itu, hujan dengan curah hujan yang cukup dan terbagi

merata tidak akan dirasakan sebagai penyebab kekeringan. Kekeringan

dapat terjadi kalau hujan banyak terjadi tidak merata atau menyimpang dari

normal.

b. Jenis tanaman

Jenis tanaman khususnya tanaman pangan mempunyai jumlah

kebutuhan air yang diperlukan sendiri-sendiri, baik jumlah keseluruhan

maupun jumlah kebutuhan air dalam setiap tingkat pertumbuhannya.

Tanaman akan mengalami kekeringan jika jenis tanaman yang ditanam

mempunyai jumlah kebutuhan air setiap tingkat pertumbuhan tidak sesuai

dengan pola agihan hujan yang ada.

c. Tanah

Tanah adalah material gembur yang menyelimuti permukaan bumi

yang mampu menjadi media tumbuh tanaman berakar pada kondisi

lingkungan alami. Tanah sangat menentukan kemungkinan terjadinya

kekurangan air yang mengakibatkan besar kecilnya kekeringan. Perbedaan

fisik tanah akan menentukan cepat lambatnya atau besar kecilnya

kemungkinan terjadinya kekeringan. Parameter yang mendominasi pada

tanah yaitu jenis tanah serta solum tanah. Usaha 12 untuk memperbesar

kemampuan tanah dalam menyimpan air yaitu dengan memperbaiki sifat

fisik tanah (Widiyartanto, 2004 ).

1.4.3 Dampak Kekeringan Lahan Pertanian

Terdapat beberapa tipe kekeringan yang penyebabnya sesuai dengan tipe

bencana tersebut, kekeringan meteorologis merupakan kekeringan yang

berhubungan dengan kurangnya curah hujan yang terjadi berada di bawah kondisi

Page 13: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

9

normal dalam suatu musim. Kekeringan hidrologis merupakan kekeringan akibat

kurangnya pasokan air permukaan dan air tanah, sedangkan kekeringan pertanian

berhubungan dengan kekurangan kandungan air didalam tanah sehingga tidak

mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu

sehingga dapat mengurangi biomassa dan jumlah tanaman. Kekeringan akan

berdampak pada kesehatan manusia, tanaman serta hewan. Kekeringan

menyebabkan pepohonan akan mati dan tanah menjadi gundul yang pada musim

hujan menjadi mudah tererosi dan banjir. Dampak dari bahaya kekeringan

mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan pangan akibat tanaman pangan

dan ternak mati, petani kehilangan mata pencaharian, banyak orang kelaparan dan

mati, sehingga berdampak terjadinya urbanisasi (Widiyartanto, 2004).

1.4.4 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan hasil olah campur tanagan manusia baik

secara permanen maupun secara periodik terhadap suatu lahan dengan tujuan

memenuhi kebutuhan manusia. Penggunaan lahan adalah aktivitas manusia pada

lahan dan kaitannya dengan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra

(Widayani, 2014). Kecenderungan manusia untuk menyesuaikan diri untuk

bertahan hidup mengharuskan manusia untuk beradaptasi salah satunya dengan

melakukan pengolahan lahan.

Penggunaan lahan merujuk pada bagaimana luasan potongan lahan yang

digunakan oleh manusia (Sabins 1987) yang ditekankan pada fungsi ekonomisnya.

Contoh penggunaan lahan antara lain permukiman, sawah, tegalan, hutan dan lain-

lain.

Penggunaan lahan dapat dibagi berdasar fungsinya agar lebih mudah dalam

peruntukannya untu pemetaan dengan cara klasifikasi penggunaan lahan.

Klasifikasi penggunaan lahan adalah pedoman dalam proses interpretasi apabila

data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Klasifikasi

adalah penetapan obyek-obyek kenampakan menjadi kumpulan didalam satu

Page 14: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

10

system pengelompokan yang dibedakan berdasarkan sifat khusus berdasar

kandungan isinya (Malingreu dalam Indrawati, 2011).

1.4.5 Curah Hujan

Curah hujan merupakan faktor alam yang tidak terkendalikan. Parameter

curah hujan mempengaruhi kekeringan suatu daerah. Klasifikasi harkat curah

hujan yang mendasari berupa semakin kecil hujan maka semakin besar potensi

terjadi kekeringan. Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah

datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di

atas permukaan horizontal. Dalam penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan

sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak

menguap, tidak meresap dan tidak mengalir.

1.4.6 Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng adalah perbandingan antara jarak vertikal dengan jarak

mendatar pada suatu bidang. Satuan untuk mengukur besaran kemiringan lahan

antara lain adalah % (persen) dan ° (derajat). Kemiringan lereng digunakan

sebagai asumsi untuk melihat kecepatan limpasan permukaan permukaan yang

terjadi. Kemiringan lereng menentukan besar kecilnya air yang terkandung

didalam tanah. Kemiringan lereng landai menyebabkan aliran limpasan

permukaan semakin lambat sehingga air yang jatuh akan diserap oleh tanah lebih

banyak, sehingga risiko kekeringan lebih kecil. Sedangkan kemiringan lereng

curam menyebabkan aliran limpasan permukaan semakin cepat sehingga air hujan

yang diserap sedikit maka risiko kekeringan lebih besar (M.Tegar, 2014).

1.4.7 Tekstur Tanah

Tekstur tanah didapatkan dari penurunan jenis tanah. Tekstur tanah

merupakan perbandingan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah

(Susanto, 2014). Tekstur tanah menentukan dalam cepat atau lambatnya air yang

masuk ke dalam tanah.Tekstur tanah berperan dalam menentukan tata air tanah

Page 15: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

11

berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah.

Tekstur tanah ditentukan dari perbandingan kandungan pasir, lanau dan lempung

(Todd, 1980 dalam Purnama, 2010).

Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir

tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil,

koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut

bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:

1. Pasir (sand), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai

dengan 2 mm.

2. Debu (silt), yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai

dengan 0,050 mm.

3. Liat (clay), yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm

Berikut gambar segitiga dalam penentuan tekstur tanah :

Gambar 1.Segitiga Tekstur Tanah

Sumber : USDA,2017

1.4.8 Solum Tanah

Kedalaman tanah adalah kedalaman lapisan tanah dari permukaan hingga

bahan induk tanah. Solum tanah merupakan faktor penentu tingkat kekeringan

lahan pertanian yang berhubungan dengan daya tampung air tanah (Susanto, 2014).

Klasifikasi harkat solum tanah mendasar pada semakin dangkal kedalaman tanah

Page 16: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

12

maka semakin potensi kekeringan yang tinggi, begitupun sebaliknya jika

kedalaman tanah semakin tebal maka potensi kekeringan rendah.

1.4.9 Citra Landsat 8

Citra Landsat 8 LDCM (Landsat Data Continuity Mission) diluncurkan

pada tanggal 13 Februari 2013 oleh NASA dan diserahkan kepada USGS sebagai

pengguna pada tanggal 30 Mei 2013 (USGS, 2015). Landsat 8 memiliki

kemampuan untuk merekam citra dengan resolusi spasial yang bervariasi. Variasi

resolusi spasial mulai dari 15 meter sampai 100 meter, serta dilengkapi oleh 11

saluran (band) dengan resolusi spektral yang bervariasi. Landsat 8 dilengkapi dua

instrumen sensor yaitu OLI dan TIRS. Landsat 8 mampu mengumpulkan 400

scenes citra.

Sensor utama dari Landsat 8 adalah Operational Land Imager (OLI) yang

memiliki fungsi untuk mengumpulkan data di permukaan bumi dengan

spesifikasi resolusi spasial dan spektral yang berkesinambungan dengan data

Landsat sebelumnya. OLI didesain dalam sistem perekaman sensor push-broom

dengan empat teleskop cermin, performa signal-to-noise yang lebih baik, dan

penyimpanan dalam format kuantifikasi 12-bit. OLI merekam citra pada

spektrum panjang gelombang tampak, inframerah dekat, dan inframerah tengah

yang memiliki resolusi spasial 30 meter, serta saluran pankromatik yang memiliki

resolusi spasial 15 meter. Dua saluran spektral baru ditambahkan dalam sensor

OLI ini, yaitu saluran deep-blue untuk kajian perairan laut dan aeorosol serta

sebuah saluran untuk mendeteksi awan cirrus. Saluran quality assurance juga

ditambahkan untuk mengindikasi keberadaan bayangan medan, awan, dan lain-

lain.

Thermal Infrared Sensor (TIRS) merupakan sensor kedua yang terdapat

dalam Landsat 8. TIRS berfungsi untuk mengindera suhu dan aplikasi lainnya,

seperti pemodelan evapotranspirasi untuk memantau penggunaan air pada lahan

teririgasi. TIRS merekam citra pada dua saluran inframerah termal dan didesain

untuk beroperasi selama 3 tahun. Menurut lama resmi USGS

http://landsat.usgs.gov/landsat8.php Resolusi spasial yang dimiliki TIRS adalah

Page 17: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

13

100 meter dan teregistrasi dengan sensor OLI saluran multispektral (1 – 7) dan

OLI saluran pankromatik (8) dengan resolusi spasial 30 meter dan 15 meter

sehingga menghasilkan citra yang terkalibrasi secara radiometrik dan geometrik

serta terkoreksi medan dengan Level koreksi 1T dan disimpan dalam sistem 16-

bit.

2. METODE

Penelitian pemetaan tingkat rawan kekeringan lahan pertanian Kabupaten Bantul

tahun 2016 menggunakan metode penelitian berupa analisis data sekunder yang

dilengkapi dengan survey lapangan. Metode pengumpulan berupa pengumpulan

data primer maupun sekunder berupa data penggunaan lahan, curah hujan,

kemiringan lereng, tekstur tanah, solum tanah, dan jenis irigasi. Survei lapangan

yang dilakukan di lapangan untuk menghasilkan tingkat rawan kekeringan lahan

pertanian. Metode analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif spasial

serta analisis Sistem Informasi Geografi berupa kuantitatif berjenjang.

2.1 Obyek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah lahan pertanian pada tingkat

rawan kekeringan lahan pertanian Kabupaten Bantul tahun 2016.

2.2 Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive random sampling. Metode purposive random sampling adalah adalah

metode pengambilan sampel berdasarkan tujuan atau masalah penelitian sehingga

penetuan sampel tersebut berdasarkan pertimbangan tertentu secara acak berdasaran

keterjangkauan aksesbilitas agar dapat mewakili populasi tiap penelitian. Hasil

pengolahan data berupa pemetaan sebaran tingkat rawan kekeringan lahan pertanian.

Pengambilan sampel tersebut digunakan untuk untuk uji data dilapangan

berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan sehingga mendukung

akurasi dari analisis penelitian yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah

penelitian ini serta mengetahui karakteristik lahan rawan kekeringan.

Page 18: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

14

2.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data terdiri dari tiga tahap berupa tahap persiapan data,

tahap pengumpulan data primer dan tahap pengumpulan data sekunder.

2.3.1 Tahap Persiapan Data

Tahap persiapan yang dilakukan dalam analisis pemetaan sebaran tingkat

rawan kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul berupa studi pustaka

terhadap literatur dan sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Tahap

persiapan meliputi tahap pengumpulan data primer dan tahap pengumpulan data

sekunder. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data hasil

survey lapangan. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dan

diolah oleh instansi terkait serta sumber referensi terpercaya.

2.3.2 Tahap Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dengan

melakukan interpretasi dan survey lapangan. Data primer dalam penelitian ini

didapatkan dari interpretasi dan digitasi penggunaan lahan dari citra Landsat 8 tahun

2016 secara on-screen.

2.3.3 Tahap Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data citra Landsat

8, curah hujan, kemiringan lereng, tekstur tanah, dan solum tanah. Berikut data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini:

1) Data digital Landsat 8 path 120 row 65 terkoreksi geometric level

IT, bersumber dari website resmi USGS Amerika Serikat

(www.usgs.gov), liputan sebagian Provinsi Jawa Tengah dan

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

2) Peta curah hujan, bersumber dari Dinas Sumber Daya Air

Kabupaten Bantul.

3) Peta kemiringan lereng, bersumber dari Bappeda Kabupaten Bantul.

4) Peta tekstur tanah, bersumber dari Bappeda Kabupaten Bantul.

Page 19: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

15

5) Solum tanah merupakan turunan dari peta jenis tanah Kabupaten

Bantul, bersumber dari Bappeda Kabupaten Bantul.

2.4 Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini berupa analisis deskriptif spasial

dan menggunakan analisis Sistem Informasi Geografi berupa kuantitatif berjenjang.

Analisis Sistem Informasi Geografi menjawab tujuan pertama untuk mengetahui

sebaran tingkat rawan kekeringan lahan pertanian Kabupaten Bantul. Sedangkan

analisis deskriptif spasial merupakan analisis yang memaparkan tentang deskripsi

sebaran spaial pemetaan tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di Kabupaten

Bantul tahun 2016 berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan. Analisis

deskriptif digunakan untuk menjabarkan parameter yang digunakan dalam

pembuatan peta tingkat rawan kekeringan lahan pertanian serta menjawab tujuan

kedua untuk mengetahui faktor yang dominan terhadap tingkat rawan kekeringan

Kabupaten Bantul.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Agihan Kekeringan Lahan Pertanian di Kabupaten Bantul Tahun 2016

Kekeringan terjadi akibat dampak dari perubahan iklim yang mengakibatkan

kerusakan pada lahan petanian. Kerusakan lahan pertanian mempengaruhi produksi

hasil lahan pertanian maupun masa generative tanaman yang sedang tumbuh.

Penelitian mengenai analisis tingkat rawan kekeringan lahan pertanian ini dilakukan

di Kabupaten Bantul untuk mengetahui daerah yang rawan mengalami kekeringan

serta menganalisis parameter yang dominan terhadap kekeringan lahan pertanian di

Kabupaten Bantul pada tahun 2016.

Pengolahan hasil parameter kekeringan lahan pertanian menghasilkan peta

sebaran tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul tahun 2016.

Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah lahan pertanian seluas 26.212,653 Ha

atau 52% wilayah di Kabupaten Bantul merupakan lahan pertanian. Berdasarkan

kenampakan tesebut lahan pertanian sangat dimanfaatkan oleh para petani sebagai

Page 20: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

16

mata pencaharian serta kelangsungan hidup masyarakat di Kabupaten Bantul.

Kabupaten Bantul juga merupakan salah satu lumbung padi di D.I Yogyakarta.

Tingkat potensi kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul diperoleh dari

analisis terhadap 6 parameter, dimana setip parameter tersebut dilakukan skoring

atau pengharkatan yang berfungsi untuk memberikan harkat pada setiap parameter,

harkat yags emakin tinggi adalah harkat yang paling berpotensi terhadapa tingkat

rawan kekeringan lahan pertanian. Batas nilai harkat tertinggi pada tingkat rawan

kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul adalah 29 yang merupakan hasil

penjumlahan harkat setiap parameter, sedangkan nilai harkat terrendah dalam

tingkat rawan kekeringan lahan pertanian ini adalah 7, diamna nilai tersebut juga

merupakan hasil penjumlahan harkat setiap parameter.

Berdasarkan Peta Agihan Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Pertanian di

Kabupaten Bantul tahun 2016 wilayah di Kabupaten Bantul terbagi dalam tingkat

rawan kekeringan lahan pertanian kelas sedang dan tinggi (kelas kering) dengan

luas sebesar 22493.1 Ha dan 3777.86 Ha.. Kekeringan kelas tinggi (kelas kering)

tersebar di tujuh kecamatan berupa Kecamatan Banguntapan, Dlingo, Imogiri,

Kretek, Piyungan, Pleret dan Pundong. Wilayah tersebut merupakan wilayah

daerah perbukitan di Kabupaten Bantul yang didominasi oleh penggunaan lahan

pertanian sawah tadah hujan, tegalan dan kebun campuran. Kekeringan kelas tinggi

terluas berada pada Kecamatan Piyungan, Imogiri dan Dlingo dengan luas area

masing-masing 1155.6 Ha, 1091.25 Ha dan 927.05 Ha (lihat Tabel 3).

Tabel 3 Luasan Agihan Tingkat Rawan Kekeringan Kabupaten Bantul th. 2016

Kecamatan Kelas Kekeringan (Ha)

Rendah Sedang Tinggi

Bambanglipuro - 1264.83 -

Banguntapan - 1598.74 0.13

Bantul - 1218.65 -

Dlingo - 1932.39 927.05

Imogiri - 2100.57 1091.25

Jetis - 1492.32 -

Kasihan - 1089.65 -

Kretek - 1321.72 116.54

Pajangan - 943.77 -

Page 21: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

17

Pandak - 1133.63 -

Piyungan - 1194.91 1155.6

Pleret - 1306 235.3

Pundong - 1180.54 251.99

Sanden - 1166.67 -

Sedayu - 1235.55 -

Sewon - 1519.35 -

Srandakan - 793.84 -

Jumlah (Ha) - 22493.1 3777.86

Sumber : Pengolahan Data, 2017

Daerah dengan tingkat rawan kekeringan kelas tinggi (kelas kering) dalam

pemetaan tingkat rawan kekeringan lahan pertanian mempunyai rentang harkat

sebesar 22 sampai 29 dari jumlah harkat setiap parameter tingkat rawan kekeringan

lahan pertanian. Berdasarkan analisis penggolahan overlay tiap parameter dan

survei lapangan, tingkat rawan kekeringan kelas tinggi mempunyai penggunaan

lahan tegalan, kebun campuran dan sawah tadah hujan. Pemanfaatkan irigasi yang

digunakan berupa tadah hujan dan sederhana. Kemiringan lereng pada tingkat

rawan kekeringan lahan pertanian kelas tinggi berupa agak curam hingga sangat

curam sehingga solum tanah dominan dangkal dan sangat dangkal. Selain itu

tekstur tanah halus hingga kasar. Hasil analisis kenampakan Wilayah dengan kelas

tingkat rawan kekeringan kelas tinggi terletak di topografi perbukitan di Kabupaten

Bantul, hal tersebut menyebabkan daerah tersebut termasuk dalam tingkat rawan

kekeringan kelas tinggi (kelas kering) dikarenakan pemanfaatan irigasi yang hanya

memanfaatkan air hujan serta topografi yang berbukit dengan solum tanah dangkal

tidak mampu menyimpan air yang banyak menyebabkan kekeringan. Gambar 2

menunjukkan kondisi lapangan Kecamatan Piyungan yang termasuk dalam sampel

tingkat rawan kekeringan kelas tinggi, pemanfaatan penggunaan lahan berupa

sawah tadah hujan dan topografi daerah tersebut termasuk dalam topografi

perbukitan dengan lereng agak curam. Berdasarkan peta curah hujan Kabupaten

Bantul, Kecamatan Piyungan termasuk dalam kelas curah hujan yang sangat kering

sehingga menyebabkan daerah tersebut termasuk dalam tingkat rawan kekeringan

kelas kering karena hanya mengandalkan irigasi dari tadah hujan, sedangkan daerah

Page 22: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

18

tersebut termasuk dalam curah hujan sangat kering sehingga sedikitnya adangan air

menyebabkan kekeringan.

Gambar 2. Kondisi Lapangan Kecamatan Piyungan (436435.085mT, 9131109.573mU)

Sumber : Survei Lapangan, 2017

Gambar 3 menunjukkan kondisi lapangan Kecamatan Imogiri yang

merupakan sampel tingkat rawan kekeringan lahan pertanian kelas tinggi.

Berdasarkan kondisi lapangan, penggunaan lahan pertanian berupa tegalan yang

ditanami tanaman palawija. Kemiringan lereng daerah tersebut berupa kemiringan

lereng curam. Berdasaran peta curah hujan Kabupaten Bantul, Kecamatan Imogiri

termasuk dalam curah hujan sangat kering dimana pada daerah sampel tingkat

rawan kekeringan lahan pertanian kelas tinggi hanya memanfaatkan irigasi

sederhana menyebabkan daerah tersebut rawan kekeringan dan termasuk dalam

tingkat rawan kekeringan kelas tinggi.

Gambar 3 Kondisi Lapangan Kecamatan Imogiri (437880.413mT, 9126980.063mU)

Sumber : Survei Lapangan, 2017

Page 23: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

19

Kecamatan Dlingo juga termasuk dalam tingkat rawan kekeringan lahan

pertanian kelas tinggi dengan luas 927.05 Ha. Gambar 4 merupakan sampel kondisi

lapangan Kecamatan Dlingo yang termasuk dalam tingkat rawan kekeringan kelas

tinggi. Berdasarkan kondisi lapangan Kecamatan Dlingo, penggunaan lahan sampel

tersebut berupa sawah tadah hujan. Kemiringan lereng agak curam dan irigasi yang

digunakan berupa tadah hujan, simpanan air yang tidak banyak karena hanya

mengandalkan irigasi dari tadah hujan menyebabkan daerah tersebut rawan

kekeringan.

Gambar 4. Kondisi Lapangan Kecamatan Dlingo (440977.545mT, 9123882.931mU)

Sumber : Survei Lapangan, 2017

Tingkat rawan kekeringan kelas tinggi tersempit berada pada Kecamatan

Banguntapan dengan luas 0,13 Ha. Kecamatan Banguntapan merupakan daerah

yang didominasi oleh penggunaan lahan permukiman atau non-pertanian karena

letak daerahnya yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten

Sleman sehingga tidak banyak lahan pertanian yang sesuai dengan kajian

penelitian. Kecamatan yang tidak termasuk dalam tingkat rawan kekeringan lahan

pertanian kelas tinggi (kelas kering) berupa Kecamatan Bambanglipuro, Bantul,

Jetis, Kasihan, Pajangan, Pandak, Sanden, Sedayu, Sewon dan Srandakan.

Tingkat rawan kekeringan kelas sedang menyebar di 17 kecamatan di

Kabupaten Bantul. Kekeringan kelas sedang terluas berada pada Kecamatan

Imogiri dan Dlingo dengan luas kekeringan 2100.57 Ha 1932.39 Ha (lihat Tabel

4) Sedangkan tingkat rawan kekeringan kelas sedang tersempit berada pada

Kecamatan Pajangan dan Srandakan dengan luas area masing-masing 943.77 Ha

Page 24: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

20

dan 793,84 Ha. Total harkat pada tingkat rawan kekeringan kelas sedang sebesar

15 hingga 21 dari jumlah setiap harkat parameter tibgkat rawan kekeirngan lahan

pertanian. Berdasarkan analisis pengolahan overlay tingkat rawan kekeringan lahan

pertanian dan survei lapangan, karakteristik tingkat kekeringan lahan pertanian

kelas sedang mempunyai penggunaan lahan tegalan dan sawah irigasi serta

sebagian kecil sawah tadah hujan dengan kemiringan lereng dominan datar dan

landai serta tekstur tanah dominan halus. Jenis irigasi yang digunakan berupa semi

teknis dan sederhana, sedangkan solum tanah dominan dalam dan sangat dalam.

Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa simpanan air pada tingkat rawan

kekeringan kelas sedang masih cukup ada karena adanya irigasi semi teknis dan

sederhana, selain itu solum tanah yang dominan dalam dan sangat dalam mampu

menyimpan cadangan air yang sedikit cukup, namun berdasarkan peta curah hujan

daerah ini merupakan daerah dengan kelas curah hujan yang kering sehingga daerah

ini termasuk dalam tingkat rawan kekeringan kelas sedang.

Gambar 5 menunjukkan sampel tingkat rawan kekeringan kelas sedang di

Kecamatan Pajangan dan Srandakan. Penggunaan lahan pada sampel tingkat rawan

kekeringan lahan pertanian di Kecamatan Pajangan berupa sawah irigasi sedangkan

sampel di Kecamatan Srandakan berupa penggunaan lahan tegalan, topografi

sampel tersebut berupa topografi berombak atau kemiringan lereng landai pada

Kecamatan Pajangan dan topografi datar di Kecamatan Srandakan. Berdasarkan

peta curah hujan Kecamatan Pajangan dan Kecamatan Srandakan termasuk dalam

kelas curah hujan kering, mengandalkan irigasi sederhana dan semi teknis untuk

pengairan sehingga daerah tersebut termasuk dalam tingkat rawan kekeringan kelas

sedang karena masih dapat menyimpan cadangan air dikarenakan solum tanah yang

dominan dalam dan sangat dalam serta irigasi tidak hanya memanfaatkan tadah

hujan saja.

Page 25: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

21

Gambar 5. Kondisi Lapangan Kecamatan Pajangan dan Srandakan

(422188.276mT, 9129388.944mU) dan (415485.086mT, 9118927.519mU)

Sumber : Survei Lapangan, 2017

Page 26: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

22

Gambar 6. Peta Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Kabupaten Bantul Tahun 2016

Page 27: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

23

3.2 Faktor Yang Dominan Terhadap Agihan Tingkat Rawan Kekeringan

Kabupaten Bantul Tahun 2016

Terdapat enam parameter dalam penentuan tingkat rawan kekeringan lahan

pertanian di Kabupaten Bantul berupa parameter penggunaan lahan, kemiringan lereng,

curah hujan, jenis irigasi, solum tanah dan tekstur tanah. Faktor dominan tingkat rawan

kekeringan lahan pertania yang terjadi di Kabupaten Bantul dilihat dari tabel intersect

maupan tabel hasil overlay tingkat rawan kekeringan dengan tiap parameter berupa

penggunaan lahan, kemiringan lereng, curah hujan, jenis irigasi, solum tanah dan tekstur

tanah. Berikut jumlah kejadian kelas tinggi pada tiap parameter tingkat rawan

kekeringan lahan pertanian (lihat Tabel 4). Faktor dominan berikutnya berupa jenis

irigasi dan penggunaan lahan dengan skor 361 dan 350. Penggunaan lahan sawah tadah

hujan yang mempunyai jenis irigasi berupa tadah hujan hanya mengandalkan curah

hujan turun sebagai sumber air untuk pengairan sawah, pada saat musim kemarau

daerah tersebut akan mengalami kekurangan air yang berdampak pada kesehatan

tanaman serta hasil pertanian. Skor solum tanah sebesar 281, faktor solum tanah yang

dangkal juga mempengaruhi kandungan air yang tersimpan di dalam tanah semakin

sedikit. Hal tersebut menyebabkan cadangan air terganggu sehingga pada saat musim

kemarau akan kekurangan air. Berbeda dengan penggunaan lahan pertanian berupa

sawah rigasi atau tegalan dengan jenis irigasi sederhana dan semi teknis mempunyai

tingkat rawan kekeringan rendah hingga sedang karna kebutuhan air tanaman terpenuhi

dengan jenis irigasi atau pengairan yang cukup baik.

Tabel 4. Jumlah Kejadian Kelas Tinggi pada tiap Parameter

Parameter Jumlah Total Skor Tingkat Rawan

Kekeringan Lahan Pertanian

Curah Hujan 394

Jenis Irigasi 361

Penggunaan Lahan 250

Solum Tanah 281

Kemiringan Lereng 244

Tekstur Tanah 137

Page 28: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

24

Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat diartikan bahwa lokasi yang memiliki tingkat

rawan kekeringan lahan pertanian didominasi oleh curah hujan, jenis irigasi dan

penggunaan lahan. Curah hujan merupakan faktor yang dominan terhadap tingkat

rawan kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul, karena Kabupaten Bantul

didominasi oleh klasifikasi curah hujan kering dan sangat kering, curah hujan yang

kecil mempengaruhi ketersediaan air sehingga terjadi kekeringan lahan pertanian. Skor

curah hujan sebesar 394. Selain itu parameter curah hujan berhubungan dengan jenis

irigasi dan penggunaan lahan yang merupakan parameter yag dominan terhadap

tingginya tingkat rawan kekeringan. Daerah dengan tingkat rawan kekeringan tinggi

mayoritas memiliki klas curah hujan sangat kering dengan penggunaan lahan sawah

tadah hujan, tegalan dan kebun campuran dengan jenis irigasi tadah hujan dan irigasi

sederhana. Parameter-parameter tersebut berkaitan erat dengan kekeringan lahan

pertanian di Kabupaten Bantul. Sebagai contoh, daerah berdasarkan peta curah hujan

yang termasuk daerah dengan klasifikasi curah hujan sangat kering berupa daerah timur

di Kabupaten Bantul. Daerah tersebut merupakan daerah perbukitan di Kabupaten

Bantul dengan curah hujan sangat kering dan penggunaan lahan berupa sawah tadah

hujan, tegalan dan kebun campuran dengan irigasi tadah hujan dan irigasi sederhana.

Daerah tersebut mayoritas memiliki tingkat rawan kekeringan dalam kelas tinggi (kelas

kering). Skor jenis irigasi dan penggunaan lahan sebesar 361 dan 350. Penggunaan

lahan sawah tadah hujan yang mempunyai jenis irigasi berupa tadah hujan hanya

mengandalkan curah hujan turun sebagai sumber air untuk pengairan sawah, pada saat

musim kemarau daerah tersebut akan mengalami kekurangan air yang berdampak pada

kesehatan tanaman serta hasil pertanian sehingga menyebabkan kekeringan lahan

pertanian. Berbeda dengan penggunaan lahan pertanian berupa sawah rigasi atau

tegalan dengan jenis irigasi sederhana dan semi teknis mempunyai tingkat rawan

kekeringan sedang, karena kebutuhan air pada tanaman terpenuhi dengan jenis irigasi

atau pengairan yang cukup baik.

Page 29: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

25

Gambar 7. Grafik Faktor Dominan Tingkat Rawan Kekeringan Lahan Pertanian.

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa parameter solum tanah

merupakan parameter yang kurang mempengaruhi tingkat rawan kekeringan lahan

pertanian di Kabupaten Bantul. Sedikitnya skor tingkat rawan kekeringan lahan

pertanian tinggi yang dipengaruhi oleh parameter solum tanah menunjukkan bahwa

tingginya tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul tidak

berdasarkan parameter solum tanah. Skor solum tanah sebesar 281. Solum tanah di

daerah kajian berupa solum tanah sangat dangkal, dangkal, sedang, dalam dan sangat

dalam. Tingat rawan kekeringan kelas tinggi terdapat pada solum tanah yang sangat

dangal dan dangkal. Solum tanah dangkal dan sangat dangkal menyebabkan cadangan

air terganggu sehingga pada saat musim kemarau akan kekurangan air sehingga terjadi

kekeringan lahan pertanian.

.

350

244

394

137

281

361

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

Penggunaan

Lahan

Kemiringan

Lereng

Curah Hujan Tekstur Tanah Solum tanah Jenis Irigasi

Sko

r F

akto

r

Penggunaan Lahan

Grafik Faktor Dominan Tingkat Rawan Kekeringan

Lahan Pertanian Kab. Bantul th. 2016

Page 30: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

26

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Tingkat rawan kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bantul terbagi

menjadi dua kelas berupa kelas sedang, kelas tinggi (kelas kering). Tingkat

rawan kekeringan kelas tinggi (kelas kering) meliputi kecamatan Kecamatan

Banguntapan, Dlingo, Imogiri, Kretek, Piyungan, Pleret dan Pundong dengan

luas area 3777.86 Ha. Tingkat rawan kekeringan kelas sedang menyebar di 17

kecamatan di Kabupaten Bantul dengan luas area 22493.1 Ha.

2. Parameter yang dominan terhadap tingkat rawan kekeringan lahan pertanian

di Kabupaten Bantul berupa curah hujan, jenis irigasi dan penggunaan lahan.

4.2 Saran

1. Untuk mendapatkan hasil ketelitian yang lebih tinggi sebaiknya

memperhatikan analisis yang berkaitan seperti penggunaan pola tanaman pada

daerah kajian.

2. Penambahan parameter yang berpengaruh terhadap kekeringan lahan

pertanian disertai uji lapangan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. Erna. (2014). Tinjauan Metode Deteksi Parameter Kekeringan Berbasis

Data Penginderaan Jauh. Seminar Nasional Penginderaan Jauh dari:

www.sinasinderaja.lapan.go.id, [20 Maret 2017]

Imron, M., (1999). Kebijaksanaan Nasional Dalam Pengelolaan Sumberdaya Air dan

Lingkungan, Makalah Utama dalam Seminar Sehari Kebutuhan Air Bersih

dan Hak Azasi Manusia, Masyarakat Hidrologi Indonesia – Panitia Nasional

Program Hidrologi – HATHI, Jakarta

Indrawati, Like. 2013. Sistem Informasi Geografi Dasar. Fakultas Geografi Universitas

Gadjah Mada. Yogyakarta

Page 31: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

27

Lillesand et al. (2007). Remote Sensing and Image Interpretation. Sixth Edition, John

Wiley & Sons, NewYork.

M. Tegar. 2014. Pemanfaat Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Daerah

Rawan Kekeringan Kabupaten Karanganyar. Tugas Akhir D3. Fakultas

Geografi. Universitas Gadjah Mada.

Purba, S., (2001). "El Nino” Dan Kerawanan Sosial. Harian Umum Pagi Kompas, 4

Maret.

Purnama, Setyawan. 2010. Hidrologi Air Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Purnamawati, Ike. (2013). Analisis Rawan Kekeringan Lahan Pertanian Tanaman

Pangan dengan Memanfaatkan Citra Quicbird dan Sistem Informasi

Geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012. Skripsi. Surakarta. Fakultas

Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Puspasari, A. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan

Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani. Skripsi. Bogor.

Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sabins, Jr., Floyd F. (1987). Remote Sensing-Principle and Interpretation, Second

Edition. New York: W.H. Freeman and Company.

Sidik, H. (2016). Wilayah Rawan Kekeringan di Kabupaten Bantul. Antaranews, 1

September.

Sudibyakto. (1993). Pemanfaatan Data Iklim Untuk Evaluasi Kekeringan dengan

Menggunakan Indeks Palmer. Forum Geografi Jurnal Fakultas Geografi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. no. 12 Th.VII/Juli 1993, pp 11-18,

dari: www.journals.ums.ac.id , [ 9 Oktober 2017]

Sumaryanto dan Tahlim. (2005). Analisis Kebijaksanaan Konversi Lahan Sawah ke

Penggunaan Non-Pertanian, Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian

Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Petanian. Bogor.

Saragih, B., (2001). Mengantisipasi Penyimpangan Iklim El-Nino Serta Implementasi

Kebijakan Sektor Pertanian. Makalah Seminar Antisipasi El-Nino Tanggal 21

Februari 2001. PERAGI. Bogor.

Page 32: ANALISIS TINGKAT RAWAN KEKERINGAN LAHAN PERTANIAN ...eprints.ums.ac.id/57212/15/NASKAH PUBLIKASI.pdf · kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan

28

USGS. (2015). Landsat 8 (L8) Data Users handbook,[online], dari :

https://landsat.usgs.gov/documents/Landsat8DataUsersHandbook.pdf. [3

Februari 2017.].

USGS. (2015) Landsat 8.[online], dari : http://landsat.usgs.gov/landsat8.php. [3

Februari 2017]

Widayani, Prima. 2004. Interpretasi Citra Untuk Survei Geomorfologi. Fakultas

Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Wisnubroto dan Soekandarmodjo. (1999). Meteorologi Pertanian Indonesia.

Mitragana Widya, Yogyakarta.