Top Banner
ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi Sebagian Pernyataan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah ALFIAN KRIDA DANUARTA A 310 080 109 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
16

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

Mar 06, 2019

Download

Documents

nguyenkhuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI

DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi Sebagian Pernyataan

Guna Mencapai Derajat

Sarjana S-1

Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

ALFIAN KRIDA DANUARTA

A 310 080 109

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

Page 2: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan
Page 3: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrahmanirrohim

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : ALFIAN KRIDA DANUARTA

NIM : A 310 080 109

Fak/ Prodi : FKIP / Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Jenis : SKRIPSI

Judul : ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN

PEMBELI DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN

PRAGMATIK

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya

ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta menampilkannya

dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS,

tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/ pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak

Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran

hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Surakarta, 29 Januari 2014

Yang Menyatakan

Alfian Krida Danuarta

A 310 080 109

Page 4: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

1

ABSTRAK

ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI

DI PASAR CEPOGO BOYOLALI: KAJIAN PRAGMATIK

Alfian Krida Danuarta, A 310 080 109, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013, 69 halaman

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: (1) memahami dan menjelaskan

bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli dengan

penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali dan (2) memahami dan menjelaskan maksud

yang terkandung dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal antara penjual dan

pembeli sayur di Pasar Cepogo, Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

yang bersifat deskriptif, dengan objek penelitian penjual dan pembeli sayur di Pasar

Cepogo, Boyolali. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik rekaman, simak, dan

catat. Analisis data menggunakan metode padan. Hasil peneltian dapat disimpulkan

sebagai berikut: (1) bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal di pasar Cepogo,

Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Bentuk tindak tutur tidak langsung tidak

literaldiantaranya meliputi: (a) bentuk tuturan yang berupa sindiran terdapat satu

tuturan, (b) bentuk tuturan yang berupa rayuan terdapat tiga tuturan, dan (c) bentuk

tuturan yang berupa penawaran terdapat empat tuturan, (2) maksud yang terkandung di

dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang di pasar

Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Maksud tindak tutur tidak langsung

tidak literal diantaranya meliputi: (a) tuturan yang bermaksud menolak lawan tutur

terdapat tiga tuturan, (b)tuturan yang bermaksud mengungkapkan kebohongan

terdapatsatu tuturan, dan (c) tuturan yang bermaksud merayu terdapat dua tuturan.

Kata kunci: tindak tutur, tidak langsung tidak literal

Page 5: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

2

A. PENDAHULUAN

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai alat vital dalam kehidupan. Bahasa

adalah alat vital komunikasi yang juga dapat dipergunakan untuk bertukar pendapat,

berdiskusi, atau membahas persoalan yang dihadapi. Menurut Keraf (1994: 1)

bahasa ialah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Tarigan (1991: 13) mengemukakan bahwa komunikasi adalah pertukaran ide-

ide, gagasan-gagasan, informasi, dan sebagainya antara dua orang atau lebih.

Komunikasi secara lisan sebagai pertukaran informasi melalui penggunaan

lambang-lambang verbal dan non verbal, mode-mode, serta proses-proses produksi

dalam berbahasa. Penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal yang

ditemui dalam bahasa lisan yang digunakan oleh seseorang saat berbicara sering

ditanggapi secara berbeda oleh partisipan atau lawan bicara.Untuk mudah dipahami

oleh partisipan, pembicara memerlukan tidak tutur atau pertuturan secara teratur.

Yule (2006: 82-83) tindak tutur adalah suatu tindakan-tindakan yang

ditampilkan lewat tuturan dan dalam bahasa Inggris secara umum diberi label yang

lebih khusus, misalnya permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau

permohonan. Jenis-jenis tindak tutur itu sendiri menurut Wijana (1996: 36) dibagi

menjadi 8: Tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal,

tindak tutur tidak literal, tindak tutur angsung literal, tindak tutur langsung tidak

literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal

Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan

gejala individual, dan berlangsungnya ditentukan oleh kemampuan berbahasa

penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Peristiwa tutur banyak dilihat pada

makna/arti tindakan dalam tuturanya. Tindak tutur dan peristiwa tutur adalah dua

gejala yang terjadi pada suatu proses yaitu proses komunikasi (Chaer dan Agustina,

1995: 61).

Page 6: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

3

Peneliti tertarik mengkaji tindak tutur tidak langsung tidak literal, yaitu tindak

tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna yang tidak sesuai dengan

maksud yang hendak diutarakan, karena dalam tindak tutur ini penutur menyimpan

maksud lain, dari sini lah ketertarikan peneliti untuk mengkaji maksud-maksud yang

sebenarnya ada dalam tuturan tidak langsung tidak literal antara pembeli dengan

penjual buah.

Berikut contoh dialog penjual dan pembeli mengungkapkan tuturan yang

modus kalimat dan maknanya tidak sesuai dengan yang hendak diutarakan.

(1a)

Pembeli : Mbah lombok e sekilone pinten?

(Mbah lomboknya sekilo berapa?)

Pedagang : kuwi sekilone 20 ewu mbak.

(itu sekilonya 20 ribu mbak.)

Pembeli : kok murah, napa mboten angsal kirang mbah?

(Murah sekali, apa tidak bisa kurang mbah?)(SD1)

Tuturan (1a) “kok murah, napa mboten angsal kirang mbah? merupakan

bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal karena dalam tuturan tersebut

penutur mengungkapkan secara langsung maksud dan tujuan yang diharapkan.

Penutur menyindir secara halus kepada pedagang cabai dengan tujuan agar

pedagang cabai mau manurunkan harga cabainya tersebut.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti melakukan penelitian yang

berjudul Analisis Tindak Tutur antara Pembeli dengan Penjual sayur di Pasar

Cepogo, Boyolali: Kajian Pragmatik.

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal antara pembeli

dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali?

2. Bagaimana maksud yang terkandung dalam tindak tutur tidak langsung tidak

literal antara pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali?

Ada dua tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini.

Page 7: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

4

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal

antara penjual dan pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali.

2. Mendeskripsikan dan menjelaskan maksud yang terkandung dalam tindak tutur

tidak langsung tidak literal antara penjual dan pembeli sayur di Pasar Cepogo,

Boyolali.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi:

1. Manfaat Teoretis

Dapat memberikan pengetahuan bahasa tentang tindak tutur tidak langsung

tidak literal antara pembeli dengan penjual sayur di Pasar Cepogo, Boyolali serta

dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap kajian ilmu bahasa

tindak tutur di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap penelitian

berikutnya dan dapat dijadikan pemicu bagi peneliti lainnya untuk bersikap kritis

dan kreatif dalam menyikapi perkembangan tindak bahasa.

B. METODE PENELITIAN

Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai tindak tutur tidak langsung

tidak literal antara penjual dan pembeli yaitu di Pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo,

Kabupaen Boyolali. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September

2012 sampai bulan Maret 2012. Rincian kegiatan seperti pengajuan judul, proposal

penelitian, proses penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan

laporan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Djajasudarma (1993: 3)

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara

fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasannya seperti peristilahan.

Teknik pengumpulan data berupa teknik rekaman, teknik simak, dan teknik catat.

Teknik simak adalah suatu metode pemerolehan data yang dilakukan dengan cara

menyimak suatu penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 90). Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan metode padan. Metode padan adalah metode yang alat

Page 8: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

5

penentunya diluar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian bahasa yang

bersangkutan (Sudaryanto, 1993:3).

Dalam penelitian ini yang harus diperhatikan untuk menhgiji keabsahan

penelitian adalah triangulasi data/sumber, triangulasi metode, triangulasi peneliti,

triangulasi teori. Pada tahap analisis data dilakukan dengan metode padan. Metode

padan a dalah metode yang alat penentunya diluar bahasa, terlepas dan tidak

menjadi bagian bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:3).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lahan yang sekarang menjadi sebuah pasar sayur ini dulunya merupakan

sebuah lapangan. Pasar sayur ini karang sering disebut pasar cepogo, karena pasar

ini pertempat di Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Pasar ini bediri

pada saat penjajahan kolonial Belanda, dapat dikatakan lebih tepatnya pada tahun

1917. Pertama kali pasar ini berdiri di Desa Jonggol, Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali. Pasar sayur ini didirikan sebagai pusat penjualan sayur bagi

para petani sayur yang berada di Kabupaten Boyolali.

1. Bentuk-bentuk Tindak tutur tidak langsung tidak literal

a. Bentuk tuturan yang berupa sindiran

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada penggalan tuturan berikut.

(1a) Pembeli : Teronge miro?

(Teorongnya berapa?)

(1b) Penjual : Teronge rongewu seprapat.

(Terongnya Rp 2.250)

(1c) Pembeli : lha saiki terong regane murah ki! Sewu

seprapat yo?

(Sekarang terong harganya murah itu! Rp

1.250 ya)

(1d) Penjual : Raetuk

(Tidak boleh)

Page 9: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

6

Pada tuturan (1c) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang

berupa sindiran terdapat pada kalimat “lha saiki terong regane murah ki!

(sekarang terong harganya murah itu!). Jadi, pembeli sebagai (penutur)

mengatakan kepada pedagang (mitra tutur) bahwa harga terong yang

sekarang murah dari pada harga yang dipatok oleh penjual. Pada hal dalam

hatinya, pembeli tersebut berkata bahwa harga terongny sangat mahal.

(b1) suara radionya keras sekali,

(b2) matikan!

Pada tuturan (b1) suara radionya keras sekali, merupakan tindak tutur

langsung tidak literal. Tuturan tersebut berupa perintah yang bermaksud

agar suara radionya bisa dikecilkan.

b. Bentuk tuturan yang berupa rayuan

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut.

(1a) Pembeli : Mbok ora larang-larang to mbak?

(Jangan mahal-mahal to mbak?)

(1b) Penjual : Ora larang

(Tidak mahal)

(1c) Pembeli : Wis 18 entuk opo ora mbak?

(yasudah 18 dapat apa tidak mbak?)

(1d) Penjual : Ora entuk, rongewu tenan kae entuk potongan

e mbak.

(Tidak boleh, Rp 2.000 itu juga dapat

potongan mbak)

Pada tuturan (1a) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang

berupa rayuan terdapat pada kalimat Mbok ora larang-larang to mbak

(Mbok jangan mahal-mahal to mbak). Jadi, pembeli sebagai (penutur)

mengatakan kepada penjual (mitra tutur) bahwa pembeli menginginkan

harganya boleh berkurang lagi.

(2a) Pembeli : Pinten niki sawine buk?

Page 10: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

7

(berapa ini buk sawinya?)

(2b) Pedagang : Sewu gangsalatusan.

(seribu limaratusan)

(2c) Pembeli : mboten saget kirang niki?

(ini tidak boleh kurang)

(2d) Pedagang : mpun pas niku, sawine niku sae mbak.(SD2)

(sudah harga pas itu, sawinya itu bagus mbak.)

(2e) Pembeli : sing niki?

(yang ini?)

(2f) Pedagang : nggih mbak.

(iya mbak.)

Pada tuturan(2d) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang

berupa rayuan terdapat pada kalimat”sawine niku sae mbak”. Jadi, di sini

pedagang sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur)

bahwa sayur sawi yang akan dibeli kualitasnya bagus.

(1b) berasmu bagus kok pak.

(2b) jelas bagus bu, harganya juga mahal.

Pada tuturan (b1) berasmu bagus kok pak, diatas termasuk di dalam

tindak tutur langsung tidak literal. Jadi, disini pembeli (penutur) mengatakan

kepada penjual (mitra tutur) bahwa beras yang dia jual bagus.

c. Bentuk tuturan yang berupa penawaran

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut.

(1a) Pembeli : Kobise piro?

(Kobisnya berapa?)

(1b) Pedagang : Loro seprapat, Sarbi mau nganyang rongewu

lho mbak, tenan!

(Rp 2.250, Sarbi tadi menawar Rp 2.000 lho

mbak, tenan!)

Page 11: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

8

(2c) Pembeli : Kurang seprapat entuk opo ora?

(Rp 1.750 dapat apa tidak?)

Pada tuturan (2c) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal yang

berupa penewaran terdapat pada kalimat ”Kurang seprapat entuk opo ora?”

(Rp 1.750 dapat apa tidak?). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan

kepada penjual (mitra tutur) bahwa harga kobis tersebut mahal. Di sini

pembeli menawar harga kobis tersebut agar harganya bisa kurang.

2. Maksud yang terkandung di dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal

a. Mengungkapkan modus pertanyaan yang bermaksud menolak lawan tutur

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut.

(1a) Pembeli : Kobise piro?

(Kobisnya berapa?)

(1b) Pedagang : Loro seprapat, Sarbi mau nganyang rongewu

lho mbak, tenan!

(Rp 2.250, Sarbi tadi menawar Rp 2.000 lho

mbak, tenan!)

(1c) Pembeli : Kurang seprapat entuk opo ora?

(Rp 1.750 dapat apa tidak?)

(1d) Penjual : Ora entuk, pancen sarbi nganyang

rongewu, aku ngepas ngakon yu sarbi yo

rongewu seprapat.

(Tidak boleh, memang sarbi menawar

Rp 2.000, saya tetap menyuruh yu sarbi

Rp 2.250).

Pada tuturan (1d) di atas maksud tindak tutur tidak langsung tidak

literal yang mengungkapkan modus pertanyaan yang bermaksud menolak

lawan tutur terdapat pada kalimat “Ora entuk, pancen sarbi nganyang

rongewu, aku ngepas ngakon yu sarbi yo rongewu seprapat” (tidak boleh,

Page 12: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

9

memang sarbi menawar Rp 2.000, saya tetap menyuruh yu sarbi Rp 2.250).

Jadi, penjual sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur)

bahwa penjual tidak memperbolehkan harga kobisnya turun, agar tetap

dengan harga Rp 2.250.

(2a) dimakan dulu saja mas mienya, dari pada keburu dingin.

Pada tuturan (2a) dimakan dulu saja mas mienya, dari pada keburu

dingin. Diatas termasuk dalam tindak tutur langsung tidak literal berupa

pengungkap perintah. Penjual (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra

tutur) agar segera memakan mienya sebelum mienya dingin.

b. Pengungkap kebohongan

Tuturan yang dimaksuddapat dijelaskan pada tuturan berikut.

(1a) Pembeli : Lha sing ndisik piro?

(Yang dulu berapa?)

(1b) Pedaagang :Sing ndisik loro setengah, yo tak etung

nemlikur wae dari pada rame, aku

bakul raseneng angel-angel.

(Yang dulu dua setengah, saya hitung

dua puluh enam saja dari pada

bertengkar, saya penjual tidak suka

susah-susah.)

(1c) Pembeli : Wong mas anto we sing ndisik jarene

dietunge patlikur kok saiki dadi

pitulikur.(SD1)

(Kata Mas Anto dulu dihitung dua

puluh empat kenapa skarang jadi dua

puluh tujuh.)

Pada tuturan (1c) di atas maksud tindak tutur tidak langsung tidak

literal yang mengungkapkan kebohongan terdapat pada kalimat ” wong mas

Page 13: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

10

Anto we sing ndisik jarene dietunge patlikur kok saiki dadi pitulikur“ (Kata

Mas Anto dulu dihitung dua puluh empat kenapa skarang jadi dua puluh

tujuh). Jadi, pembeli sebagai (penutur) mengatakan kepada pedagang

(mitra tutur) bahwa penjual tersebut berbohong bahwa harga yang diberikan

kemarin dengan yang sekarang berbeda dan lebih mahal.

(2a) semangkanya beli yang warna kuning apa yang warna

merah mbak?

Pada tutran (2a) semangkanya beli yang warna kuning apa yang

warna merah mbak? diatas termasuk dalam tindak tutur langsung tidak

literal yang berupa penegasan. Penjual (penutur) mengatakan kepada

pembeli (mitra tutur) bahwa penjual menegaskan kepada pembeli mau

membeli semangka yang warna kuning apayang warna merah.

c. Pengungkap modus berita dengan maksud merayu

Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan pada tuturan berikut.

(1a) Pembeli : Mas kentange sing koyo biasane endi?

(Mas kentang yang biasanya mana?)

(1b) Pedagang : piro?

(Berapa?)

(1c) Pembeli : Sing limangewu.

(yang Rp 5.000)

(1d) Penjual : O iyo, pirang kilo?

(O iya, berapa kilo?)

(1f) Pembeli : Sepuluh

(10 kg)

(1g) Penjual : Yo

(Ya)

(1h) Pembeli : Sing endi? Sing rodo gedhe.

(Yang mana? Yang agak besar)

(1i) Penjual : Raeneng, ki bayaren limangewu tak longke

iki, iki wis payu.

Page 14: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

11

(Tidak ada, yang ini bayar Rp 5.000 saja saya

kurangkan yang ini, yang ini sudah laku)

Pada tuturan (1i) di atas tindak tutur tidak langsung tidak literal

yang berupa penawaran terdapat pada kalimat “Raeneng, ki bayaren

limangewu tak lungke iki, iki wis payu”(Tidak ada, yang ini bayar Rp

5.000 saja saya kurangkan yang ini, yang ini sudah laku). Jadi, penjual

sebagai (penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa

harga Rp 5.000,00 untuk membeli kentang yang besar tidak boleh dan

panjual bermaksud merayu pembeli agar pembeli mau membeli kentang

yang agak kecil walaupun kentang yang dijual tersebut sudah dibeli

oleh orang lain.

(a1) jeruknya satu kilo pak.

(a2) tidak sekalian klengkengnya bu? Klengkengnya manis

manis bu.

Pada tuturan (a2) tidak sekalian klengkengnya bu?diatas

termasuk dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penjual

(penutur) mengatakan kepada pembeli (mitra tutur) bahwa

klengkengnya manis-manis, agar pembeli mau membeli buah

klengkengnya.

D. SIMPULAN

Sejalan dengan perumusan dan pembahasan masalah yang telah disajikanpada

bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan. Terdapat dua hal pokok yang

perlu disampaikan dalam simpulan ini. duasimpulan yang dimaksud dapat dilihat

pada uraian berikut.

1. Bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal yang digunakan oleh pedagang

di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

a. Tuturan yang berupa sindiran terdapat satu tuturan.

b. Tuturan yang berupa rayuan terdapat tiga tuturan.

Page 15: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

12

c. Tuturan yang berupa penawaran terdapat empat tuturan.

2. Maksud yang terkandung pada tindak tutur tidak langsung tidak literal yang

digunakan oleh pedagang sayur di di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo,

Kabupaten Boyolali.

a. Maksud mengungkapkan modus pertanyaan yang bermaksud menolak

lawan tutur terdapat tiga tuturan.

b. Maksud yang mengungkap kebohongan terdapat satu tuturan.

c. Maksud yang mengungkap modus berita dengan maksud merayu terdapat

dua tuturan.

Implikasi

Dari hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa tindak tutur tidak langsung

tidak literal dapat memberikan manfaat bagi pedagang dalam proses jual beli. Hal ini

menunjukkan bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal dapat meningkatkan

pendapatan pedagang dan menarik pembeli untuk membeli dagangannya

Bagi pembaca, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu wawasan dalam

memahami bentuk-bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal dan maksud yang

terkandung di dalam tindak tutur tidak langsung tidak literal khususnya dikalangan

pedagang sayur.

Saran

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu,

serta dana. Untuk itu, penelitimenyarankan kepada peneliti lain agar mengkaji lebih

dalam hal yang berkaitan dengan tindak tutur tidak langsung tidak literal yang

digunakan oleh pedagang sayur di pasar Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten

Boyolali.

DAFTAR PUSTAKA

Djajasudarma, Fatimah.1993. Metode Linguistik Ancaman Metode Penelitian dan

Kajian. Bandung: PT GRESCO.

Page 16: ANALISIS TINDAK TUTUR ANTARA PENJUAL DAN PEMBELI …eprints.ums.ac.id/27585/18/10.NASKAH_PUBLIKASI.pdf · berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan

13

Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kamus Linguistik.edisi Ke-3. Gramedia PustakaUtama.

Jakarta.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Rahardi, Kujana. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik: Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar

Media

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: DuaWacana

University Press.

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar, Teori, dan Penerapan dalam

Penelitian. Surakarta: UNS Press.