ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADITIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih) SKRIPSI Oleh: Putri Trisyana Septiningtyas NIM: 106082002547 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADITIONAL COSTING CONCEPT DENGAN
ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)
SKRIPSI
Oleh: Putri Trisyana Septiningtyas
NIM: 106082002547
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN
TRADITIONAL COSTING CONCEPT DENGAN
ACTIVITY BASED COSTING
(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Hari ini Selasa Tanggal Dua Puluh Lima bulan Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh
telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Putri Trisyana Septiningtyas NIM
106082002547 dengan judul skripsi “Analisis Studi Komparatif Tentang
Penerapan Traditional Costing Concept dengan Activity Based Costing (Studi
Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)”. Dengan memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rini,SE.,Ak.,M.si Zuwesty Eka Putri
Penguji I Penguji III
Prof.Dr.Azam Yassin.,MBA
Penguji I
Hari ini, Senin Tanggal 6 September Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi
atas nama Putri Trisyana Septiningtyas, NIM: 106082002547 dengan judul skripsi
“Analisis Studi Komparatif Tentang Penerapan Traditional Costing Concept
dengan Activity Based Costing (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih)”.
Dengan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untu
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Yessi Fitri. SE., Ak., M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Azam Jassin, MBA Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si
Penguji Ahli Penguji Ahli II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : Putri Trisyana Septiningtyas
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 September 1988
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Jati Raya Utara No. 52 B RT.
05/06 Komplek TNI-AL Pondok
Labu Jakarta Selatan 12450
Telepon : 021-7548859 / 08567215561
II. Pendidikan
1. 1994-2000 : SDN 07 Pagi Pondok Labu
2. 2000-2003 : SMPN 85 Jakarta
3. 2003-2006 : SMAN 66 Jakarta
4. 2006-2010 : Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
II. Latar Belakang Keluarga
Ayah : Sutrisno
Ibu : Puji Yuliati
Adik : M. Riskian Pradityo
Alamat : Jl. Jati Raya Utara No. 52 B RT.
05/06 Komplek TNI-AL Pondok
Labu Jakarta Selatan 12450
Anak ke dari : Pertama dari dua bersaudara
COMPARATIVE STUDY ANALYSIS IN DETERMINING THE HOSPITAL ROOM RATES BY TRADITIONAL COSTING METHOD AND
ACTIVITY BASED COSTING (Case Study In Prikasih Hospital Jakarta)
By: Putri Trisyana Septiningtyas
Abstract
This research compared the traditional method of cost calculation with
activity based costing (ABC) in determining the inpatient room rate at Prikasih Hospital. This research uses descriptive analytical method. Data obtained by analyzing documents, participant observation, interviews with chief accounting company then compared with the existing literature.
Implementation of activity based costing (ABC) provides an excellent effect in improving efficiency and resource activities. Calculation of costs with ABC is able to produce cheaper and more accurate when compared with traditional approaches. In the end Prikasih Hospital is able to provide affordable rates for patients. Keywords: Accounting cost, traditional costing methods, activity based costing.
ANALISIS STUDI KOMPARATIF DALAM MENENTUKAN TARIF KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT MELALUI TRADITIONAL
COSTING METHOD DAN ACTIVITY BASED COSTING (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih Jakarta)
Oleh: Putri Trisyana Septiningtyas
Abstrak
Penelitian ini membandingkan perhitungan biaya metode tradisional
dengan perhitungan biaya berdasar aktivitas (ABC) dalam menentukan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Prikasih. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data diperoleh dengan menganalisa dokumen, observasi partisipan, serta wawancara dengan kepala akuntansi perusahaan kemudian dibandingkan dengan literature yang ada.
Penerapan metode biaya berdasar aktivitas (ABC) memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efisiensi dan aktivitas sumber daya. Perhitungan biaya dengan ABC mampu menghasilkan biaya yang lebih murah dan lebih akurat bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pada akhirnya Rumah Sakit Prikasih mampu menyediakan tarif yang terjangkau bagi pasien. Kata Kunci: Akuntansi biaya, perhitungan biaya metode tradisional, perhitungan
biaya berdasar aktivitas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dengan judul
“Analisis Studi Komparatif Dalam Menentukan Tarif Kamar rawat Inap Rumah
Sakit Melalui Metode Traditional Costing dan Activity Based Costing (Studi
Kasus Pada Rumah Sakit Prikasih Jakarta ) ini ditulis sebagai salah satu syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini mulai dari pengajuan proposal, pengumpulan data,
perhitungan data, hingga persetujuan akhir, penulis tidak dapat berbuat banyak
tanpa adanya bantuan, dorongan serta dukungan yang baik berupa materiil dan
spiritual dari orang-orang yang berada di sekeliling penulis. Dalam kesempatan
ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, tiada kata yang pantas dan sepadan untuk mengucapkan
terima kasih atas kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran, perhatian, serta
dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis sangat ingin
membahagiakan kalian dan membuat kalian selalu tersenyum. Terima kasih
Dewi dan Novitasari yang tergabung dalam Belle Community. Terima kasih
atas doa dan semangat teman-teman. Sukses terus untuk Kita.
12. Seluruh teman-teman Akuntansi A Angkatan 2006 dan teman-teman
Akuntansi Manajemen E Angkatan 2006 terima kasih atas kerjasamanya.
13. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima
ksaih atas segala bantuan dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Di penghujung kata pengantar ini, penulis meminta kontribusi posistif atas
masukan konstruktif dari berbagai kekurangan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi semua yang terkait.
Penulis
Putri Trisyana Septiningtyas
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………… i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF …………………. ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI …………………………….. iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………... iv ABSTRACT ………………………………………………………………….. v ABSTRAK ……………………………………………………………………vi KATA PENGANTAR ……………………………………………………….vii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ix DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..xiii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian …………………..……………...1 B. Perumusan Masalah ……………………………..………....9 C. Tujuan Penelitian ………………………….….……………10 D. Manfaat Penelitian ………………………….………..…...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi Biaya ……………………………..12
1. Klasifikasi Umum Biaya ………………………….…14 2. Jenis-Jenis Metode Dalam Akuntansi Biaya ………...20
B. Pengertian Traditional Costing Method …………………23 C. Kelebihan dan Kelemahan Traditional Costing Method …29 D. Pengertian Activity Based Costing ………………………32 E. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing ……...43 F. Perbedaan Traditional Costing Method dengan
Activity Based Costing …………………………………..49 G. Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap ..........................51 H. Kerangka Pemikiran ………………………………...…..53 I. Penelitian Terdahulu …………………………………….55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………...58 B. Metode Pengumpulan Data …………………………...…..58 C. Metode Analisis Data ……………………………………..59 D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya60
1. Activity Based costing ……………………………...…60 2. Traditional Costing Method …………………………...61
BAB IV PEMBAHASAN A. Company Profile Rumah Sakit Prikasih …………………62 B. Perhitungan Konsep Biaya Tradisional Menurut Rumah
Sakit…………………………………………………………69 1. Ruang Rawat Inap Flamboyan …………….…………75 2. Ruang Rawat Inap Mawar ……………………………79 3. Ruang Rawat Inap Teratai ……………………………82 4. Ruang Rawat Inap Melati ……………………………86
C. Penerapan Activity Based Costing …………………….…91 1. Mengidentifikasi, Mendefinisikan Aktivitas
dan Pul Aktivitas ……………………………............. 91 2. Menelusuri Biaya Overhead Secara Langsung
Ke Aktivitas dan Objek Biaya ……………………..92 3. Membebankan Biaya Ke Pul Biaya Aktivitas ………93 4. Menghitung Tarif Aktivitas ……………………….101 5. Membebankan biaya Ke Objek Biaya dengan
Menggunakan Tarif Aktivitas …………………….105 6. Menyiapkan Laporan Manajemen …………………108
D. Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini (Traditional Costing Method), dan Activity Based Costing ………………………………….………110
E. Pembahasan …………………………………………….111 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………….…………………113 B. Implikasi ………………………………….……………114 C. Saran ……………………………………..………………114
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..…….116 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Fenomena yang Menggambarkan Tentang
Beberapa Perusahaan yang Menerapkan Sistem
Activity Based Costing ……………………………... 4
2.1 Perbedaan antara Perhitungan Biaya Berdasarkan
Pesanan dan Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses ... 26
2.2 Penelitian Terdahulu ………………………………… 55
4.1 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat
Kamar Flamboyan Per Jam Kerja …………………… 76
4.2 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Flamboyan ……….. 76
4.3 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat
Kamar Mawar Per Jam Kerja ………………………… 79
4.4 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Mawar …………… 80
4.5 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat
Kamar Teratai Per Jam Kerja ……………………….. 83
4.6 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Teratai ………….... 83
4.7 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat
Kamar Melati Per Jam Kerja ……………………… 86
4.8 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Melati …………. 87
4.9 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan …………… 89
4.10 Keputusan tariff Kamar Rawat Inap untuk Tahun 2010 90
4.11 Pul Biaya Aktivitas Kamar Rawat Inap …………….. 92
4.12 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan ……………… 93
4.13 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber
Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Flamboyan ………… 94
4.14 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul
Biaya Aktivitas-Flamboyan …………………………. 95
4.15 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber
Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Mawar …………….. 96
4.16 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul
Biaya Aktivitas-Mawar …………………………….. 97
4.17 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber
Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Teratai …………... 98
4.18 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul
Biaya Aktivitas-Teratai …………………………….. 99
4.19 Hasil Wawancara Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber
Daya Lintas Pul Biaya Aktivitas-Melati ……………. 100
4.20 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul
Biaya Aktivitas-Melati ……………………………… 101
4.21 Data yang Berkaitan dengan Kamar Flamboyan ……. 102
4.22 Data yang Berkaitan dengan Kamar Mawar ………… 102
4.23 Data yang Berkaitan dengan Kamar Teratai ………… 102
4.24 Data yang Berkaitan dengan Kamar Melati ………… 103
Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free
Trade Area (AFTA) sejak tahun 1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan
fundamental di dunia, antara lain:
1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya
perubahan cepat menuju ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa
eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi
ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi.
2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan
secara luar biasa transaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar
negara di dunia.
3. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan
perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan
dunia.
Berbagai kecenderungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin
negara Asia, khususnya negara-negara anggota ASEAN, untuk mendirikan
suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui
serangkaian negosiasi dan perdebatan yang panjang, pada Millenium Summit
ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih
beranggotakan 6 negara (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand) sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN
(AFTA) dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993 dan
dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara
anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi
antar mereka secara bertahap hingga tahun 2008 yang diletakkan dalam skema
Common Effective Preferential Tariff (CEPT). Inti dari CEPT dalam
persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan
hambatan non-tarif atas perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini
membawa implikasi bagi Indonesia berupa perubahan harga relatif produk-
produk Indonesia yang diekspor ke negara-negara ASEAN di samping akan
menjadi insentif bagi masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah
satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam
hal ini profil perdagangan dan investasi Indonesia, dengan perbandingan profil
negara-negara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh
mana AFTA akan membawa dampak positif bagi Indonesia. Pertama dan yang
paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan (Dodik
Ariyanto, 2010:3).
Sebagai konsekuensi logis sistem perdagangan bebas, Indonesia sudah
barang tentu akan dihadapkan pada negara-negara partner ekonomi di dalam
organisasi AFTA yang menjanjikan berbagai peluang keuntungan. Namun
pada saat yang sama, Indonesia juga akan mempunyai pesaing-pesaing baru
karena prinsip perdagangan bebas (yang menjadi landasan AFTA) akan
mendorong tiap-tiap anggota untuk memperbesar keunggulan komparatif
masing-masing, di mana pada akhirnya hanya negara yang punya
keunggulan komparatif terbesarlah yang cenderung meraih keuntungan
optimal.
Keadaan persaingan global dewasa ini pada akhirnya menuntut para
pengusaha agar lebih efisien dan efektif dalam kegiatan operasionalnya sehari-
hari, di mana pasar menginginkan produk (barang atau jasa) dengan harga
yang murah dan berkualitas baik. Tinggi atau rendahnya harga suatu produk
tentu akan berpengaruh terhadap posisi produk di pasar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan untuk menentukan harga suatu produk dapat
diperoleh dari informasi keuangan atau produksi yang baik (tidak terdistorsi).
Dalam menentukan biaya ada beberapa metode yang digunakan antara lain
sistem tradisional dan sistem Activity Based Costing (ABC). Sistem tradisional
memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya dengan cara menghubungkan
biaya dengan manajer yang mempunyai wewenang atas terjadinya biaya. Pada
kenyataanya sekarang ini banyak biaya overhead pabrik yang tidak
berhubungan dengan volume produk yang diproduksi akibatnya sistem
akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan biaya yang
terdistorsi. Memakai cara pendekatan sistem biaya tradisional, harga pokok
produksi suatu produk dapat menjadi lebih tinggi atau terlalu rendah karena
semua biaya yang terjadi dialokasikan berdasarkan volume. Informasi harga
pokok tersebut dapat menyesatkan manajemen dalam menentukan harga jual
yang dapat diterima pasar dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka terdapat suatu pendekatan yang mengatasi kekurangan-
kekurangan dari sistem biaya tradisional yaitu sistem biaya berdasarkan
aktivitas. Activity Based Costing (ABC) mengalokasikan seluruh biaya yang
terjadi dalam proses produksi berdasarkan aktivitas sehingga informasi
tersebut dapat lebih tepat dalam penentuan harga jualnya. Sistem ABC dapat
menyediakan informasi perhitungan biaya yang lebih baik dan dapat
membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh
pemahaman yang lebih baik atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan
kelemahan perusahaan (Blocher, 2006:225-226). Dalam lingkungan yang
memiliki keanekaragaman produk, sistem ABC menjanjikan keakuratan yang
lebih baik, dan keputusan dibuat berdasarkan fakta yang benar (Hansen
Mowen, 2006:153).
Tabel 1.1 di bawah ini adalah fenomena yang menggambarkan tentang
beberapa perusahaan yang menerapkan sistem activity based costing.
Tabel 1.1 Fenomena yang Menggambarkan Tentang Beberapa Perusahaan
yang Menerapkan Sistem Activity Based Costing
Nama Perusahaan
Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sumber
Euclid Engineering
• Sebagai hasil dari penelitian ABC, manajer Euclid menemukan bahwa perusahaan membelanjakan lebih banyak uang untuk memperkenalkan produk baru dibanding untuk beban tenaga kerja langsung dalam memproduksi barang
Robert.S Kaplan dan Robin Cooper,Cost and Effect:Using Integrated Cost Systems to Drive Profitability and Performance (Boston:Harvard Business School Press,1998),hal.219-222.
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 1.1 (Lanjutan)
Nama Perusahaan
Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sumber
• Penelitian ABC juga membantu Euclid dalam hubungannya dengan pelanggan. Perincian biaya dari biaya untuk merancang dan merekayasa aktivitas membantu pelanggan dalam menentukan pilihan.
Diamond TransportationGroup,Inc. Lokasi: Philadelphia
• Analisis ABC tentang overhead perusahaan mengindikasikan bahwa terjadi distorsi biaya. Biaya rata-rata dari pengiriman sepeda lebih kecil 4.64% dari yang seharusnya.
• Setelah menggunakan ABC dalam analisis biaya, kini perusahaan mampu menciptakan solusi-solusi inovatif sesuai dengan tujuan pelanggan da lebih menghasilkan laba, dengan praktik bisnis yang lebih baik di tiap harinya.
Susan Greco,”Are We Making Money Yet?” INC.Juli 1996,hal.52-61, dan Cheryl A.Hodolitz,Diamond Transportastion Group,private communication.
Hospice Of Central Kentucky (HCK)
• Manajemen melakukan negosiasi untuk rencana kenaikan pembayaran dan menggunakan sistem ABC untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang biayanya.
• Sistem ABC kemudian digunakan untuk memperkirakan biaya rata -rata per hari rawat inap pasien dalam tingkatan penyakit yang berbeda.
Sidney J.Baxendale dan Victoria Dornbusch,”Activity Based Costing For A Hospice,”Strategic Finance,Maret 2000,hal 65-70.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Activity Based Costing (ABC) digunakan baik itu untuk industri jasa
maupun industri manufaktur. Industri yang akan diteliti pada penelitian ini
adalah rumah sakit. Perlu kita ketahui bahwa rumah sakit sebagai organisasi
yang berhubungan langsung dengan masyarakat memerlukan sebuah sistem
yang tepat dan akurat dalam menetapkan biaya pengobatan bagi masyarakat
yang sedang terganggu kesehatannya.
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh manusia,
karena kesehatan inti dalam kehidupan. Kesehatan harus mendapatkan
perhatian yang serius karena kesehatan itu mahal harganya. Jika kesehatan
menjadi masalah bagi masyarakat itu akan menurun dan akan berdampak pada
produktivitasnya. Oleh karena itu, kesehatan harus dijaga agar segala aktivitas
dalam kehidupan dapat diselesaikan sebaik-baiknya. Dalam pertumbuhan
kehidupan masyarakat yang terus berkembang telah meningkatkan kesadaran
terhadap pentingnya kesehatan. Hal ini ditambah dengan makin beragamnya
jenis penyakit yang muncul di masyarakat.
Penelitian mengenai peranan dan kendala penerapan activity based
costing (ABC) dalam industri jasa pernah dilakukan oleh Aristanti
Widyaningsih (2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ABC mampu
menciptakan keanekaragaman dari konsumsi sumber daya dan menunjukkan
bahwa sistem ABC sangat berguna untuk diterapkan pada perusahaan jasa.
Penelitian mengenai penerapan ABC dilakukan oleh Charoline Cheisviyanny
(2007). Hasil penelitian menunjukkan ABC juga dapat digunakan untuk
menganalisa profitabilitas pelanggan. Berikutnya penelitian yang dilakukan
oleh Nunik L (2007), meneliti ABC sebagai metode untuk mengatasi
kekurangan sistem biaya tradisional. Hasilnya menunjukkan bahwa ABC
membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar
lebih tepat dan akurat. Analisis penerapan ABC dalam produksi program acara
televisi pernah dilakukan oleh Silky Ionian (2008) dan hasilnya menunjukan
bahwa metode biaya berdasarkan aktivitas memberikan dampak yang sangat
baik dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya
internal dalam kaitannya dengan proses produksi.
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
terletak pada:
1. Penambahan variabel
Pada penelitian ini peneliti menambahkan traditional costing method
dalam perhitungan biaya.
2. Perbedaan industri yang diteliti
Jenis industri yang dipilih dalam penelitian ini adalah industri jasa,
yaitu Rumah Sakit Prikasih yang berada di Jalan Fatmawati No.74 Jakarta
Selatan, dikarenakan tempatnya yang strategis dekat dengan pusat aktivitas
di antaranya yaitu Pasar Pondok Labu, Sekolah SMPN 85 dan SMAN 34
Jakarta serta dekat dengan Perumahan Komplek Angkatan Laut. Pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit Prikasih di antaranya seperti kegiatan
pelanggan, ini merupakan aktivitas tingkat batch. Biaya tingkat batch
lebih tergantung pada jumlah batch yang dihasilkan, bukan jumlah unit
yang diproduksi, jumlah unit yang dijual atau ukuran lainnya.
c. Aktivitas tingkat produk.
Aktivitas ini berkaitan dengan produk yang spesifik dan umumnya
dikerjakan tanpa memperhatikan berapapun unit yang diproduksi atau
berapapun batch yang dihasilkan atau dijual. Contoh: biaya
perancangan produk, biaya untuk mengiklan produk, biaya gaji staf
dan manajer produksi.
d. Aktivitas tingkat pelanggan.
Aktivitas ini berkaitan dengan pelanggan yang spesifik meliputi
aktivitas menelepon pelanggan dalam rangka penjualan, pengiriman
katalog, dukungan teknis purna jual yang untuk semua produk
e. Aktivitas pemeliharaan organisasi.
Aktivitas ini dilakukan tanpa memperhatikan produk apa yang
diproduksi, berapa unit yang dibuat, berapa batch yang dihasilkan dan
pelanggan mana yang dilayani. Contoh: aktivitas kebersihan kantor,
pengadaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman dan penyusunan
laporan keuangan untuk internal maupun eksternal.
Penggabungan aktivitas dalam sistem ABC, setiap aktivitas harus
dikelompokkan dalam tingkatan yang sesuai, dengan memperhatikan
aktivitas-aktivitas yang mempunyai korelasi yang tinggi dalam satu
tingkat. Contoh: jumlah pesanan pelanggan yang diterima akan memiliki
korelasi yang tinggi dengan jumlah pengiriman berdasarkan pesanan
pelanggan, sehingga kedua aktivitas tingkat batch ini dapat digabung,
tanpa mengurangi keakuratannya. Gabungan dari biaya overhead yang
berhubungan dengan aktivitas yang sama dikenal dengan cost pool, yang
akan digunakan untuk menghitung tarif pembebanan ke setiap aktivitas.
2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.
Tahap kedua dalam menerapkan sistem ABC adalah sejauh mungkin
menelusuri biaya overhead secara langsung ke objek biaya, yang
menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan pemicu biayanya,
seperti produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan.
3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
Pada umumnya biaya overhead diklasifikasikan dalam sistem akuntansi
perusahaan berdasarkan departemen atau divisi, di mana biaya tersebut
terjadi. Tetapi pada beberapa kasus ada beberapa atau semua biaya bisa
ditelusuri langsung ke pool biaya aktivitas, seperti: pemrosesan pesanan,
di mana semua departemen pembelian dapat ditelusuri ke aktivitas ini.
Dalam sistem ABC sangat umum overhead terkait dengan beberapa
aktivitas. Untuk kondisi seperti tersebut, biaya departemen dapat dibagi ke
beberapa kelompok atau pool aktivitas dengan menggunakan proses
alokasi tahap pertama, yaitu membebankan overhead ke pool biaya
aktivitas.
4. Menghitung tarif aktivitas.
Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke
produk dihitung, dengan menentukan total aktivitas sesungguhnya yang
diperlukan untuk mmeproduksi bauran produk dan untuk melayani
pelanggan yang saat ini. Kemudian menentukan tarif aktivitas dengan
membagi total biaya pool aktivitas masing-masing aktivitas dengan total
pemicu aktivitas.
5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas
dan ukuran aktivitas.
Langkah berikut dalam penerapan sistem ABC disebut alokasi tahap
kedua, di mana tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke
produk atau pelanggan dengan cara mengalikan tarif pool aktivitas dengan
ukuran aktivitas yang dikonsumsi masing-masing produk atau jasa
layanan.
6. Menyiapkan laporan untuk manajemen.
Tahap ini adalah tahap laporan yang disusun, dengan menggabungkan
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead yang ke produk
atau jasa layanan berdasarkan aktivitas.
Activity based costing merupakan suatu sistem perhitungan biaya dengan
penjumlahan seluruh biaya akuntansi yang memproduksi barang dan jasa yang
Pembebanan = pool rate x jumlah aktivitas yang dikonsumsi
Tarif pembebanan / pool rate = total biaya pool aktivitas
Total pemicu aktivitas
jumlahnya lebih dari satu biaya overhead untuk menyediakan informasi biaya
bagi manajer dalam pengambilam keputusan. ABC dapat dijadikan salah satu
alternatif referensi oleh pengelola perusahaan untuk dapat mengidentifikasi
berbagai biaya yang terserap pada produk. Sistem ABC berusaha menelusuri
seluruh biaya yang terserap dalam pelaksanaan produksi sampai produk dapat
dipasarkan. Pada intinya sistem ABC menguraikan berbagai biaya yang belum
jelas pengalokasiannya yang dalam hal ini penekanannya pada biaya overhead
yang biasanya sangat sulit mengidentifikasikannya dan dengan
teridentifikasinya seluruh biaya maka diharapkan biaya per produk telah dapat
mencerminkan seluruh biaya yang terserap pada produk tersebut.
E. Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing
Walaupun activity based costing (ABC) terlihat lebih unggul dari sistem
biaya tradisional, ABC tetap memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan ABC menurut Bastian dan Nurlela (2009:29), yaitu para manajemen
puncak akan setuju menerapkan suatu sistem yang baru di lingkungan
organisasi mereka, jika mereka percaya bahwa mereka akan memproleh
manfaat yang lebih, jika dibandingkan dengan sistem yang lama. Manfaat
yang diperoleh dalam penerapan activity based costing menurut Bastian dan
Nurlela (2009:29) adalah ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat,
dapat memperbaiki pengambilan keputusan, dan memungkinkan manajemen
melakukan perbaikan secara terus menerus. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1. Activity based costing (ABC) menyajikan pengukuran yang lebih akurat
tentang biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas, membantu
manajemen untuk menigkatkan nilai produk dan nilai proses dengan
membuat keputusan yang lebi baik tentang desain produk, mengendalikan
biaya secara lebih akurat dan membantu perkembangan proyek-proyek
yang meningkatkan nilai.
2. Memperbaiki kualitas pengambilan keputusan.
Para manajemen puncak yang telah menerapkan activity based costing,
percaya bahwa semakin akurat perhitungan biaya atau jasa layanan yang
digunakan activity based costing, akan mengurangi kemungkinan
kesalahan dalam pengambilan keputusan.
3. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan secara terus menerus.
Banyak perushaan berusaha untuk mengurangi biaya, guna menawarkan
produk atau jasa layanan beraneka akan meningkatkan biaya. Dengan
menggunakan activity based costing, biaya yang dikeluarkan akan terlihat
dengan jelas pada setiap aktivitas di mana biaya yang tidak mempunyai
nilai tambah bagi pelanggan dapat dieliminasi lebih cepat.
Kelebihan activity based costing menurut William dan Carter (2009:545)
adalah sebagai berikut:
1. Activity based costing (ABC) mengharuskan manajer melakukan
perubahan radikal dalam cara berfikir mereka mengenai biaya
2. ABC mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara
berfikir mereka mengenai biaya. Misal, pada awalnya sulit bagi manajer
untuk memahami bagaimana ABC dapat menunjukan bahwa produk
bervolume tinggi ternyata merugi padahal analisis margin kontribusi
menunjukkan bahwa harga jual melebihi biaya produksi variabel.
3. ABC berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya jangka panjang
dari setiap produk, namun tidak memprediksikan berapa banyak
pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tertentu.
4. ABC menunjukkan seberapa banyak aktivitas tingkat batch dan tingkat
produk yang didedikasikan untuk setiap produk dan bukan seberapa
banyak penghematan yang akan terjadi jika lebih sedikit produk atau batch
diproduksi.
Kelebihan sistem ABC menurut Blocher (2006:232) adalah sebagai
berikut:
1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.
Activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan
informatif, mengarahkan pada pengukuran profitabilitas produk yang lebih
akurat dan keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik
tentang penetapan harga jual, lini produk, dan segmen pasar.
2. Keputusan dan kendali yang lebih baik.
Activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang
biaya yang timbul karena dipicu oleh aktivitas.
3. Informasi yang lebih baik untuk mengendalikan biaya kapasitas.
Activity based costing membantu manajer mengidentifikasi dan
mengendalikan biaya kapasitas yang tidak terpakai.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai kelebihan activity based
costing (ABC), maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menerapkan
ABC akan mampu memperbaiki mutu pengambilan keputusan,
memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap
aktivitas untuk mengurangi biaya overhead, serta memberikan kemudahan
dalam penentuan biaya relevan. Pada akhirnya ABC mampu menyediakan
informasi biaya berdasarkan aktivitas untuk memungkinkan manajemen dan
karyawan melakukan manajemen berbasis aktivitas (activity based
management-ABM).
Kelemahan activity based costing (ABC) menurut Bastian dan Nurlela
(2009:30), adalah penerapan ABC yang lebih mahal; sulitnya merubah pola
kebiasaan manajer; mudahnya data ABC disalah artikan; dan bentuk laporan
yang kurang sesuai.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Dibandingkan sistem biaya tradisional yang hanya membebankan biaya
cukup satu pemicu biaya seperti jam kerja langsung, ABC membutuhkan
berbagai ukuran aktivitas yang harus dikumpulkan, diperiksa, dan
dimasukkan dalam sistem, mungkin kurang sebanding dengan tingkat
keakuratan yang didapat yang pada akhirnya mengakibatkan biaya yang
tinggi.
2. Sulitnya merubah pola kebiasaan manajer.
Merubah pola kebiasaan manajer membutuhkan waktu penyesuaian,
karena para manajer sudah terbiasa menggunakan sistem biaya tradisional
dalam operasinya dan juga digunakan sebagai evaluasi kinerja, maka
dengan perubahan pola ini kadangkala mendapat perlawanan dari para
karyawan. Jika hal ini terjadi maka penerapan sistem ABC akan
mengalami kegagalan.
3. Mudahnya data activity based costing disalah artikan.
Dalam praktek, data ABC dengan mudah disalah artikan dan harus
digunakan secara hati-hati, ketika pengambilan keputusan. Biaya yang
dibebankan ke produk, pelanggan dan objek biaya lainnya hanya
dilakukan bilamana secara potensial relevan. Sebelum mengambil
keputusan yang signifikan dengan menggunakan data ABC, para
pengambil keputusan harus dapat mengidentifikasi biaya mana yang betul-
betul relevan dengan keputusan saat itu.
4. Bentuk laporan kurang sesuai.
Umumnya laporan yang disusun dengan menggunakan ABC tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Konsekuensi
perusahaan yang menerapkan ABC harus menyusun laporan biaya yang
berlainan satu untuk internal dan satu lagi untuk pelaporan eksternal, hal
ini membutuhkan waktu biaya tambahan.
Kelemahan activity based costing menurut Blocher (2006:233), adalah
alokasi; mengabaikan biaya; mahal dan menghabiskan waktu.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua biaya memiliki penggerak biaya konsumsi sumber daya atu
aktivitas yang tepat atau tidak ganda. Beberapa biaya mungkin
membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran
volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas
yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contohnya adalah biaya
pendukung fasilitas seperti biaya sistem informasi, gaji manajer pabrik,
asuransi pabrik, dan pajak bumi dan bangunan untuk pabrik.
2. Mengabaikan biaya.
Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi sistem ABC cenderung tidak
mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan produk atau jasa
tersebut. Biaya produk atau jasa biasanya tidak termasuk biaya untuk
aktivitas seperti pemasaran, pengiklanan, penelitian, dan pengembangan,
dan rekayasa produk, meski sebagian dari biaya-biaya ini dapat ditelusuri
ke suatu produk atau jasa. Biaya produk tidak termasuk biaya-biaya ini
karena prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk pelaporan keuangan
mengharuskan biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik.
3. Mahal dan menghabiskan waktu.
Perhitungan biaya berdasar aktivitas tidak murah dan membutuhkan waktu
yang banyak untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Untuk perusahaan
dan organisasi yang telah menggunakan system perhitungan biaya
tradisional berdasarkan volume, pelaksanaan suatu sistem baru cenderung
sangat mahal. Lagipula, seperti sebagian besar sistem akuntansi dan
manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu setahun atau lebih
untuk mengembangkan dan melaksanakan activity based costing dengan
sukses.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam menerapkan sistem ABC memerlukan biaya yang mahal, oleh
karena itu perusahaan yang akan menerapkan sistem ini perlu
mempertimbangkan biaya dan manfaatnya (cost and benefit). Di samping itu
seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ABC diperlukan oleh perusahaan
yang memiliki diversifikasi produk yang tinggi. Jadi jika menghasilkan
produk tunggal penggunaan ABC ini tidak efisien, karena semua biaya dalam
hubungannya dengan produk merupakan biaya langsung.
F. Perbedaan Traditional Costing Method dengan Activity Based Costing
Terdapat perbedaan mendasar antara traditional costing method dengan
activity based costing menurut Carter & Usry (2006:499) antara lain:
1. Activity based costing (ABC) menggunakan cost driver lebih banyak
dibandingkan traditional costing method yang hanya menggunakan satu
atau dua cost driver berdasarkan unit, sehingga ABC mempunyai tingkat
ketelitian lebih tinggi dalam penentuan harga pokok produk bila
dibandingkan dengan sistem tradisional.
2. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukan
berapa besar overhead pabrik yang akan dialokasikan pada suatu produk
tertentu. Traditional costing method mengalokasikan biaya overhead
berdasarkan satu atau dua basis alokasi saja.
3. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan
traditional costing concept lebih mengutamakan pada kinerja keuangan
jangka pendek, seperti laba. Sistem tradisional dapat mengukurnya dengan
cukup akurat. Tetapi apabila traditional costing method digunakan untuk
penetapan harga pokok dan untuk mengidentifikasikan produk yang
menguntungkan, angka-angkanya tidak dapat dipercaya dan diandalkan.
4. ABC membagi konsumsi overhead dalam 4 (empat) kategori yaitu: unit,
batch, produk, dan fasilitas. Traditional costing method membagi biaya
overhead dalam unit yang lain.
Perbedaan antara perhitungan traditional costing method dengan activity
based costing menurut Amin Widjaja (2009:100) antara lain:
1. Activity based costing mengunakan penggerak biaya berdasarkan aktivitas
(termasuk yang berdasarkan volume maupun yang tidak berdasarkan
volume), sedangkan traditional costing method menggunakan penggerak
biaya berdasarkan volume.
2. ABC membebankan biaya overhead pertama ke pusat biaya aktivitas dan
kedua ke sebelum produk atau jasa, sedangkan traditional costing method
membebankan biaya overhead pertama ke departemen dan kedua ke
produk atau jasa.
3. ABC fokus pada pengelolaan proses dan aktivitas serta pemecahan
masalah lintas fungsional, sedangkan traditional costing method fokus
pada pengelolaan biaya departemen fungsional atau pusat
pertanggungjawaban.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai perbedaan sistem activity
based costing dengan traditional costing method maka dapat disimpulkan
bahwa ABC memiliki beberapa keunggulan yaitu ABC membagi konsumsi
overhead ke dalam empat kategori yaitu unit, batch, produk, dan fasilitas.
Fokus ABC adalah pada biaya, mutu, dan faktor waktu, sedangkan traditional
costing method lebih mengutamakan pada kinerja keuangan jangka pendek,
seperti laba.
G. Prosedur Pembebanan Biaya Dua Tahap
Pembebanan biaya dua tahap (two stage cost assigment) membebankan
biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau
tempat penampungan biaya dan kemudian ke objek biaya untuk menentukan
jumlah biaya sumber daya bagi setiap objek biaya. Sistem perhitungan biaya
berdasarkan tradisional membebankan biaya overhead pabrik pertama, ke
tempat penampungan biaya departemen atau pabrik, dan kedua ke produk atau
jasa. Meskipun demikian, prosedur pembebanan biaya tradisional
kemungkinan mendistorsi biaya produk atau jasa. Distorsi akan semakin serius
khususnya ketika bagian yang penting dari biaya overhead pabrik tidak terkait
dengan volume output dan perusahaan memproduksi produk dengan
kombinasi yang beragam dengan perbedaan pada volume, ukuran, atau
kompleksitas. Prosedur dua tahap traditional costing method dapat di lihat
dalam gambar 2.2 berikut ini:
Sumber: Blocher (2008:123)
Gambar 2.2 The Volume-Based Two-Stage Procedure
Sistem activity based costing (ABC) berbeda dari sistem perhitungan
biaya tradisional dalam hal menelusuri penggunaan sumber daya pada
aktivitas dan mengaitkan biaya aktivitas pada produk, jasa, atau pelanggan
(Blocher, 2006:224). Tahap pertama membebankan biaya overhead pabrik ke
aktivitas atau pusat biaya aktivitas. Tahap kedua membebankan biaya dari
aktivitas atau tempat penampungan biaya aktivitas ke objek biaya dengan
menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur
permintaan objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atau tempat
penampungan aktivitas. Prosedur alokasi dua tahap dalam ABC
mengidentifikasi dengan jelas biaya-biaya dari aktivitas suatu perusahaan.
Indirect Cost (Overhead)
Cost Object Second Stage: Plant level or department costs assigned to costs objects using volume-based costs drivers.
Costs Pools: The plant or the deparment in the plant
Fisrt Stage: Direct materials and labor assigned to cost object; overhead costs assigned to department directly or aggregated to plant
Resources
Direct Materials and Direct Labor
Pembebanan biaya aktivitas ke objek biaya menggunakan suatu ukuran atau
ukuran-ukran yang mencerminkan permintaan objek biaya atas aktivitas
perusahaan. Dengan demikian, ABC melaporkan biaya produk atau jasa
dengan lebih akurat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Prosedur
dua tahap ABC dapat di lihat dalam gambar 2.3 di bawah ini:
Sumber: Blocher, 2008:123
Gambar 2.3 The Activity-Based Two-Stage Procedure
H. Kerangka Pemikiran
Industri yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industri jasa.
Industri jasa adalah suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan
kepada pelanggan. Objek yang akan diteliti untuk industri jasa adalah tarif
Indirect Cost (Overhead)
Costs Object
Second Stage:Activity cost pools assigned to cost objects using activity consumption cost drivers
Costs Pools: The activities in the plant
Fisrt Stage: Direct materials and labor assigned to cost objects; overhead costs assigned to activities using resources consumption cost drivers
Resources
Direct Materials and Direct Labor
kamar rawat inap pada sebuah rumah sakit. Oleh karena itu peneliti
bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang penerapan activity based
costing apakah dapat lebih akurat dalam menghitung biaya produksi dibanding
dengan tradisional costing concept. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dapat ditarik kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.4 Model Kerangka Pemikiran
Metode Perhitungan Biaya
Activity Based Costing Traditional costing concept
Perbandingan
Kelemahan Keunggulan
Keputusan Manajemen
I. Penelitian Terdahulu
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1 Mehmet C. Kocakulah, Ph.D. (2007)
Using Activity-Based Costing (ABC) to Measure Profibility on a Commercial Loan Portofolio
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan activity based costing dalam sistem perhitungan biaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dilakukan pada industri perbankan sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada industri jasa.
ABC mampu memberikan informasi yang akurat mengenai biaya dan profitabilitas, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungannya.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
2 Nunik L. D (2007)
ABC Sistem: Sistem Biaya dalam Mengatasi Kelemahan/Kekurangan Sistem Biaya Tradisional.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nunik L. D dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan variabel activity based costing dan traditional costing concept.
Penelitian Nunik adalah penelitian kepustakaan sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian lapangan pada dua jenis industri yang berbeda.
ABC sistem membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar lebih tepat dan akurat yaitu dengan cara penentuan biaya atas dasar aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa.
3 Charoline Cheisviyany (2007)
Penerapan Activity Based Costing untuk Analisis Profitabilitas Pelanggan.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Charoline dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan activity based costing untuk membebankan biaya aktivitas
Penelitian Charoline membahas tentang penerapan ABC pengaplikasian konsep customer relationship management (CRM) dalam menganalisa
Secara jangka panjang analisis ini dapat memberikan future growth bagi perusahaan dengan pencapaian visi dan misi.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
pada produk. Persamaan lainnya dengan penelitian sekarang adalah sama-sama menggunakan metode field research.
profitabilitas.
4 Aristanti Widyaningsih (2009)
Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing (ABC) dalam industri jasa
Persamaan penelitian Aristanti dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti peranan ABC pada industri jasa.
Penelitian Aristanti menggunakan activity based management, total quality of management, serta strategi kualitas untuk mendukung penelitian ABC nya.
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa ABC tidak hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat diterapkan pada industri jasa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi komparatif tentang
penerapan traditional costing concept dengan activity based costing (ABC)
pada jenis industri jasa. Industri jasa yang akan diteliti adalah RS. Prikasih
yang beralamat di Jl. Fatmawati No. 74 Jakarta Selatan dengan objek
penelitian penentuan tarif kamar rawat inap. Data yang dibutuhkan untuk
penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2009, direct cost, direct labor, dan biaya overhead yang terkait
dengan kamar rawat.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research)
adalah metode pengumpulan data utama untuk penelitian kualitatif yang
terdiri dari interview, observasi, dan analisis dokumen (Sujoko Efferin,
2004:137).
1. Interview/wawancara
Interview dapat diartikan sebagai percakapan dengan tujuan tertentu
(Burgess, 1984 dikutip oleh Mason, 1996 dalam Sujoko Efferin,
2004:138). Interview dapat pula dilakukan untuk mendapatkan data
tentang suatu aktivitas yang telah usai.
2. Observasi
Obervasi adalah kegiatan, di mana peneliti melibatkan dirinya secara
langsung pada situasi yang diteliti secara sistematis mengamati berbagai
dimensi yang ada termasuk interaksi, hubungan, tindakan, kejadian, dsb
(Mason, 1996:60 dalam Sujoko Efferin, 2004:144). Dalam penelitian kali
ini peneliti adalah pelaku sekaligus pengamat pada keterlibatan aktif.
3. Analisis Dokumen
Analisis dokumen merupakan salah satu metode terpenting pada penelitian
kualitatif untuk mendapatkan data yang berasal dari catatan-catatan
tertulis. Dokumen juga dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan
verifikasi maupun pembanding untuk data-data lainnya yang telah
diperoleh melalui interview dan observasi.
C. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan
objek penelitian, baik itu berupa catatan hasil interview, dokumen, serta
laporan-laporan yang diberikan oleh perusahaan. Saat melakukan interview,
observasi, dan analisis dokumen, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarahkannya untuk mengambil data yang dibutuhkan. Setelah data
didapat kemudian dibandingkan dengan teori (theoritical comparison) yang
digunakan dan ditariklah suatu kesimpulan sebagai hasil dari penelitian.
Data dianalisis dengan menggunakan teori perhitungan activity based
costing menurut Garrison dan Noreen (2006:438-487), meliputi:
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas.
2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.
3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
4. Menghitung tarif aktivitas.
5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas
dan ukuran aktivitas.
6. Hubungan manfaat penerapan activity based costing dengan pengambilan
keputusan manajemen yaitu keputusan operasional mengenai perbaikan
biaya produksi.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah activity based
costing dan traditional costing concept untuk menentukan harga pokok
produk. Dalam bagian ini, peneliti menguraikan definisi operasional variabel
dan pengukuran masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Activity Based Costing
Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa activity based costing adalah adalah suatu sistem
perhitungan biaya dengan penjumlahan seluruh biaya yang dari hasil
memproduksi barang dan jasa yang jumlahnya lebih dari satu biaya
overhead untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer dalam
pengambilan keputusan. Dalam perhitungan sistem activity based costing
biaya hanya dibebankan kepada produk apabila ada alasan yang mendasar
bahwa biaya tersebut mempengaruhi produk yang dibuat. Pengukuran
dilakukan dengan menghitung ulang harga pokok produk berdasarkan teori
activity based costing dalam buku Garrison dan Noreen (2006).
2. Traditional Costing Concept
Berdasarkan tinjauan literatur pada pembahasan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa akuntansi biaya tradisional adalah pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan
produk atau jasa denagn cara-cara tertentu serta penafsiran-penafsiran
terhadapnya atas nilai persediaan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.
Dalam perhitungan sistem tradisional memfokuskan pengendaliannya
terhadap biaya dengan manajer yang mempunyai wewenang atas
terjadinya biaya yang menyebabkan banyak biaya overhead pabrik yang
tidak berhubungan denagn volume produk yang diproduksi. Akibatnya
sistem akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan yang
terdistorsi. Pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel ini
adalah sistem perhitungan biaya yang digunakan oleh perusahaan selama
ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Company Profile Rumah Sakit Prikasih
1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Prikasih
Yayasan Putra Prikasih bertujuan membantu program pemerintah
dibidang pelayanan kesehatan melalui usaha mengelola rumah sakit umum
dan rumah sakit bersalin, mengelola apotek, poliklinik umum dan
poliklinik spesialis serta usaha-usaha lain yang sah. Usaha tersebut dimulai
dengan membuka Kelompok Praktek Bersama yang dibina mulai tahun
1984 dengan gedung dua tingkat di atas tanah seluas 3000 m yang
beralamat di Jalan RS. Fatmawati No.74 Pondok Labu Cilandak Jakarta
Selatan 12450. Izin prinsip diperoleh dari Kanwil Depkes DKI Jakarta
dengan SK Nomor: 536/Kanwil/YKR-2.1/1984 tanggal 30 Januari 1985.
Gedung tersebut diberi nama “Prikasih” untuk mengenang almarhumah
Ibu Aminah Prikasih yaitu ibu dari keluarga para pendiri dengan harapan
dapat mengembangkan usaha tersebut sehingga nama “Prikasih” tetap
melekat abadi.
Pada awal tahun 1987 diputuskan untuk meningkatkan Kelompok
Praktek Bersama menjadi Rumah Sakit Umum Swasta dengan Izin prinsip
dari Kakanwil Depkes DKI Jakarta dengan SK Nomor:
6.660/Kanwil/YKM-2/VII/87, dan pada pertengahan tahun 1996 dilakukan
suatu “feasibility study” yang antara lain menunjukan bahwa RS. Prikasih
memiliki fasilitas dan pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan golongan menengah ke bawah yang saat itu masih
terbuka luas. Untuk lebih menyikapi kebutuhan tersebut, sebagai tahap
awal Rumah Sakit Prikasih melalakukan beberapa peningkatan fasilitas
unit pelayanan seperti instalasi farmasi, ruang kantor, kamar jenazah,
ruang laboratorium dan sebagainya dengan menyediakan 68 kamar tidur
yang terus meningkat hingga saat ini telah mencapai 124 tempat tidur.
Dalam hal ini rumah sakit telah pula menjadi anggota Persatuan
Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dan Ikatan Rumah Sakit Jakarta
Metropolitan (IRSJAM). Bersamaan dengan itu diproses izin
penyelenggaraan perpanjangan I (pertama) rumah sakit dengan terbitnya
Surat Keputusan Menkes & KesSos RI Nomor: YM.02.04.2.2.268 tentang
pemberian izin tetap kepada PT. Putra Aminah Prikasih untuk
menyelenggarakan rumah sakit umum dangan nama “Rumah Sakit
Prikasih”.
Selain pembenahan kesiapan fisik rumah sakit yang berkelas C+ ini,
manajemen juga mempersiapkan sumber daya manusia dan melakukan
perubahan kinerja ke arah yang lebih baik, antara lain dengan membuat
prosedur yang lebih jelas, struktur organisasi yang lebih professional yang
mengacu pada persyaratan akreditasi rumah sakit guna menunjukan
eksistensi dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien.
2. Alamat Rumah Sakit Prikasih
Jalan Rs. Fatmawati No. 74 Pondok Labu Jakarta Selatan
Alamat: Jl. RS Fatmawati, Cilandak Jakarta Selatan. Lokasi,
Jakarta Selatan. Telpon, 021-7501524.
- Rs. Marinir Cilandak
Alamat: Jl. Raya Cilandak KKO, Pasar Minggu Jakarta Selatan.
- Rs. Setia Mitra
Alamat: Jl. RS Fatmawati No. 80-82, Jakarta Selatan. Lokasi,
Jakarta Selatan. Telpon, 021-7656000, 021-7510567.
d. Biaya per unit
Biaya per unit menunjukan perincian biaya yang telah dikeluarkan
perusahaan untuk setiap unitnya. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa perusahaan menggunakan cost unit dan profit unit
dalam mengakui biaya. Cost unit didasarkan pada unit penunjang
umum yang terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
baik itu untuk biaya medis ataupun non medis dan profit unit
didasarkan pada unit kamar rawat inap yang menghasilkan pendapatan
bagi perusahaan.
Sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela (2009:23) adalah
di mana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya
produk. Sistem biaya tradisional mengasumsikan produk-produk dan volume
produksi yang terkait merupakan penyebab timbulnya biaya, dengan kata lain
sistem biaya tradisional membuat produk individual menjadi fokus dari sistem
biaya. Berikut ini adalah perhitungan tarif kamar dengan menggunakan
traditional costing method pada 4 jenis ruang rawat inap, yaitu ruang rawat
inap Flamboyan, Mawar, Teratai, dan Melati.
1. Ruang Rawat Inap Flamboyan
a. Biaya bahan medis
Biaya bahan medis yang dibebankan ke pasien adalah Rp 1.828,57.
Contoh biaya bahan medis yang dibebankan kepada pasien adalah
penggunaan kapas antiseptik, perban pada area infuse, serta jarum
suntik.
b. Biaya makan dan minum pasien
- Makan pagi Rp 10.531,7 - Makan siang Rp 10.531,7 - Makan malam Rp 10.531,7 Rp 31.593,1
c. Gaji perawat
Ada 16 orang perawat yang dipekerjakan dalam kamar utama
Flamboyan. gaji perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah
Rp 1.571.083,547. Jamsostek perbulan yang diterima tiap orang
perawat adalah Rp 67.629,364. THR dan bonus yang diterima tiap
orang perawat tiap tahunnya adalah Rp 2.202.352,063. Apabila THR
dan bonus dialokasikan perbulan, maka THR dan bonus yang
diterima oleh tiap orang perawat tiap bulan adalah Rp 183.529,338.
Tabel 4.1 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat
Kamar Flamboyan Per Jam Kerja Gaji pokok Rp 1.571.083,547 / 720 Jam Rp 2.182,06 /Jam Jamsostek Rp 67.629,364 / 720 Jam Rp 93,93 /Jam THR dan bonus Rp 183.529,338 / 720 Jam Rp 254,9 /Jam Total gaji dan tunjangan Rp 2.530,89 /Jam
Sumber: Data di olah
Tabel 4.1 di atas adalah perhitungan gaji dan tunjangan yang diterima tiap
orang perawat kamar Flamboyan per jam kerja. Gaji pokok sebesar
Rp 2.182,06/jam; jamsostek sebesar Rp 93,93/jam; serta THR dan bonus
sebesar Rp 254,9/jam. Jadi total gaji dan tunjangan yang dikeluarkan
untuk perawat Flamboyan per jam nya adalah Rp 2.530,89.
Tabel 4.2 Jam kerja (Shift) Perawat Kamar Flamboyan
Shift Jam masuk
Jam pulang
Total jam kerja
Jumlah perawat
Gaji dan tunjangan Total
1 07.00 WIB
14.00 WIB 7 Jam 3 orang Rp 2.530,89 / Jam Rp 53.148,69
2 14.00 WIB
21.00 WIB 7 Jam 3 orang Rp 2.530,89 / Jam Rp 53.148,69
3 21.00 WIB
07.00 WIB
10 Jam 3 orang Rp 2.530,89 / Jam Rp 75.926,7
9 orang Rp 182.224,08 Sumber: Data di olah
Tabel 4.2 di atas mengambarkan biaya gaji perawat yang dikeluarkan
oleh perusahaan per hari untuk kamar Flamboyan, yaitu sebesar
Rp 182.224,08. Dalam 1 hari ada 9 orang perawat yang bertugas.
Catatan:
- Gaji pokok perawat dibayarkan setiap bulan.
- Jamsosotek perawat dibayarkan setiap bulan.
- THR dan bonus dibayarkan 1 x dalam setahun menjelang hari raya.
d. Beban penyusutan peralatan
Beban penyusutan peralatan pertahun adalah Rp 17.142.000,00, maka
penyusutan perhari adalah sebagai berikut:
Rp 17.142.000,00 = Rp 46.964,38
365 hari Beban penyusutan peralatan sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam
perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan
ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 1, hal. 122).
e. Biaya linen
Biaya linen yang dibebankan kepada pasien per harinya adalah
Rp 1.988,77. Contoh linen dalam kamar rawat inap adalah sprei, gordeyn,
dan selimut.
f. Biaya pemakaian perlengkapan
Biaya pemakaian perlengkapan yang dibebankan ke pasien adalah
Rp 7.702,38.
g. Biaya kebersihan
Biaya kebersihan terbagi menjadi dua. Kebersihan untuk gas laundry dan
bahan serta kebersihan untuk mencuci linen dan kebersihan ruangan,
sedangkan biaya kebersihan untuk pemusnahan sampah medis adalah
biaya yang dikeluarkan rumah sakit untuk memusnahkan sampah medis.
Dalam hal ini pihak rumah sakit bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu
PT. Medifest. Biaya kebersihan untuk gas laundry dan bahan yang
dibebankan ke pasien tiap harinya adalah Rp 4.778,91. Biaya kebersihan
untuk pemusnahan sampah medis yang dibebankan ke pasien tiap harinya
adalah Rp 4.268,97.
h. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan kamar utama Flamboyan selama tahun 2009 adalah
Rp 5.760.000,00. Apabila dibebankan ke pasien rawat inap, maka setiap
hari pasien dikenakan biaya pemeliharaan sebesar Rp 1.142,85.
i. Biaya material unit
Pada tahun 2009, ruang rawat inap Flamboyan mengalami perbaikan dan
menghabiskan biaya Rp 228.380,00. Oleh karena itu untuk pembebanan
tarif ke pasien, dikenakan biaya Rp 45,31 per pasien per harinya.
j. Biaya listrik
Biaya listrik kamar utama Flamboyan secara keseluruhan selama tahun
2009 adalah Rp 9.461.281,00. Sehingga biaya listrik untuk tiap kamar
Flamboyan selama tahun 2009 adalah Rp 688.662,93. Apabila dibebankan
ke pasien, maka biaya listrik yang ditanggung selama 1 hari adalah
Rp 1.886,74. Beban listrik sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam
perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan
ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 1, hal. 122).
2. Ruang Rawat Inap Mawar
a. Biaya bahan medis
Biaya bahan medis yang dibebankan ke pasien adalah Rp 1.799,43.
b. Biaya makan dan minum pasien
- Makan pagi Rp 10.531,7 - Makan siang Rp 10.531,7 - Makan malam Rp 10.531,7 Rp 31.593,1
c. Gaji perawat
Ada 19 orang perawat yang dipekerjakan dalam kamar Mawar.
Gaji perbulan yang diterima tiap orang perawat Kamar Mawar
adalah Rp 1.221.561,991. Jamsostek perbulan yang diterima tiap
orang perawat adalah Rp 49.044,798. THR dan bonus yang diterima
tiap orang perawat tiap tahunnya adalah Rp 1.290.852,895. Apabila
THR dan bonus dialokasikan perbulan, maka THR dan bonus yang
diterima oleh tiap orang perawat tiap bulan adalah Rp 107.571,00.
Tabel 4.3 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat
Kamar Mawar Per Jam Kerja Gaji pokok Rp 1.221.561,991 / 720 Jam Rp 1.696,613 /JamJamsostek Rp 49.044,798 / 720 Jam Rp 68,118 /Jam THR dan bonus Rp 107.571 / 720 Jam Rp 149,404 / Jam Total gaji dan tunjangan Rp 1.914,135 /Jam
Sumber: Data di olah Tabel 4.3 di atas adalah perhitungan gaji dan tunjangan yang diterima
tiap orang perawat kamar Mawar per jam kerja. Gaji pokok sebesar
Rp 1.696,613/jam; jamsostek sebesar Rp 68,118/jam; serta THR dan
bonus sebesar Rp 149,404/jam. Jadi total gaji dan tunjangan yang
dikeluarkan untuk perawat Flamboyan per jam nya adalah Rp
1.914,135.
Tabel 4.4 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Mawar
Shift Jam masuk
Jam pulang
Total jam kerja
Jumlah perawat
Gaji dan tunjangan Total
1 07.00 WIB
14.00 WIB 7 Jam 3 orang
Rp 1.914,135 / Jam Rp 40.196,835
2 14.00 WIB
21.00 WIB 7 Jam 3 orang
Rp 1.914,135 / Jam Rp 40.196,835
3 21.00 WIB
07.00 WIB 10 Jam 3 orang
Rp 1.914,135 / Jam Rp 57.424,05
9 orang Rp 137.817,72 Sumber: Data di olah
Tabel 4.4 di atas mengambarkan biaya gaji perawat yang dikeluarkan oleh
perusahaan per hari untuk kamar Mawar, yaitu sebesar Rp 137.817,72.
Dalam 1 hari ada 9 orang perawat yang bertugas dengan pembagian waktu
kerja yang terbagi menjadi 3 shift.
Catatan:
- Gaji pokok perawat dibayarkan setiap bulan.
- Jamsosotek perawat dibayarkan setiap bulan.
- THR dan bonus dibayarkan 1 x dalam setahun menjelang hari raya.
d. Beban penyusutan peralatan
Beban penyusutan peralatan pertahun adalah Rp 16.167.000,00 maka
penyusutan perhari adalah
Rp 16.167.000,00 = Rp 44.293,15 365 hari
Beban penyusutan peralatan sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam
perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan
ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 2, hal. 123).
e. Biaya linen
Biaya linen yang dibebankan kepada pasien untuk kamar Mawar per
harinya adalah Rp 1.088,54.
f. Biaya pemakaian perlengkapan
Biaya pemakaian perlengkapan yang dibebankan ke pasien kamar Mawar
adalah Rp 7.599,43.
g. Biaya kebersihan
Biaya kebersihan untuk gas laundry dan bahan yang dibebankan ke pasien
rawat inap kamar Mawar tiap harinya adalah Rp 549,55. Biaya kebersihan
untuk pemusnahan sampah medis yang dibebankan ke pasien tiap harinya
adalah Rp 6.990,44.
h. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan kamar Mawar selama tahun 2009 adalah
Rp 9.750.000,00. Apabila dibebankan ke pasien rawat inap, maka setiap
hari pasien dikenakan biaya pemeliharaan sebesar Rp 1.934,52.
i. Biaya material unit
Pada tahun 2009, ruang rawat inap Mawar mengalami perbaikan dan
menghabiskan biaya Rp 3.800.000,00. Oleh karena itu untuk pembebanan
tarif ke pasien, dikenakan biaya Rp 753,96 per pasien per harinya.
j. Biaya listrik
Biaya listrik kamar Mawar secara keseluruhan selama tahun 2009 adalah
Rp 7.425.978. Sehingga biaya listrik untuk tiap kamar Mawar selama
tahun 2009 adalah Rp 530.427. Apabila dibebankan ke pasien, maka biaya
listrik yang ditanggung selama 1 hari adalah Rp 1.453,22. Beban listrik
sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam perhitungan laba rugi kamar.
Padahal seharusnya diakui dan dibebankan ke pasien rawat inap (bisa
dilihat pada lampiran 2, hal. 123)
3. Ruang Rawat Inap Teratai
a. Biaya bahan medis
Biaya bahan medis yang dibebankan ke pasien dalam kamar rawat
inap Teratai adalah Rp 1.463,21.
b. Biaya makan dan minum pasien
- Makan pagi Rp 8.248,33 - Makan siang Rp 8.248,33 - Makan malam Rp 8.248,33 Rp 24.745,00
c. Gaji perawat
Ada 27 orang perawat yang dipekerjakan dalam kamar Teratai. Gaji
perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah Rp 1.405.157,481.
Jamsostek perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah
Rp 57.144,024. THR dan bonus yang diterima tiap orang perawat
tiap tahunnya adalah Rp 1.825.900,889. Apabila THR dan bonus
dialokasikan perbulan, maka THR dan bonus yang diterima oleh tiap
orang perawat tiap bulan adalah Rp 152.158,407.
Tabel 4.5 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat
Kamar Teratai Per Jam Kerja Gaji pokok Rp 1.405.157,481/ 720 Jam Rp 1.951,6 / Jam Jamsostek Rp 57.144,024/ 720 Jam Rp 79,37 /Jam THR dan bonus Rp 152.158,407/ 720 Jam Rp 211,33 / Jam
Total gaji dan tunjangan Rp 2.242,3 / Jam Sumber: Data di olah
Tabel 4.5 di atas adalah perhitungan gaji dan tunjangan yang diterima
tiap orang perawat kamar Teratai per jam kerja. Gaji pokok sebesar
Rp 1.951,6/jam; jamsostek sebesar Rp 79,37/jam; serta THR dan
bonus sebesar Rp 211,33/jam. Jadi total gaji dan tunjangan yang
dikeluarkan untuk perawat Teratai per jam nya adalah Rp 2.242,3.
Tabel 4.6 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Teratai
Shift Jam masuk
Jam pulang
Total jam kerja
Jumlah perawat
Gaji dan tunjangan Total
1 07.00 WIB
14.00 WIB 7 Jam 4 orang
Rp 2.242,3 / Jam Rp 62.784,4
2 14.00 WIB
21.00 WIB 7 Jam 4 orang
Rp 2.242,3 / Jam Rp 62.784,4
3 21.00 WIB
07.00 WIB 10 Jam 4 orang
Rp 2.242,3 / Jam Rp 89.692,00
12 orang Rp 215.260,8 Sumber: Data di olah
Tabel 4.6 di atas mengambarkan biaya gaji perawat yang dikeluarkan
oleh perusahaan per hari untuk kamar Teratai, yaitu sebesar
Rp 215.260,8. Dalam 1 hari ada 12 orang perawat yang bertugas
dengan pembagian waktu kerja yang terbagi menjadi 3 shift.
Catatan:
- Gaji pokok perawat dibayarkan setiap bulan.
- Jamsosotek perawat dibayarkan setiap bulan.
- THR dan bonus dibayarkan 1 x dalam setahun menjelang hari raya.
d. Beban penyusutan peralatan
Beban penyusutan peralatan pertahun adalah Rp 16.167.000,00 maka
penyusutan perhari adalah
Rp 13.017.000 = Rp 35.663,01
365 hari
Beban penyusutan peralatan sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam
perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan
ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 3, hal. 124).
e. Biaya linen
Biaya linen yang dibebankan kepada pasien untuk kamar Teratai per
harinya adalah Rp 2.923,22.
f. Biaya pemakaian perlengkapan
Biaya pemakaian perlengkapan yang dibebankan ke pasien adalah
Rp 10.037,34.
g. Biaya kebersihan
Biaya kebersihan untuk gas laundry dan bahan yang dibebankan ke
pasien rawat inap kamar Teratai tiap harinya adalah Rp 579,29. Biaya
kebersihan untuk pemusnahan sampah medis yang dibebankan ke pasien
tiap harinya adalah Rp 1.999,73.
h. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan kamar Teratai selama tahun 2009 adalah Rp
6.779.500,00. Apabila dibebankan ke pasien rawat inap, maka setiap hari
pasien dikenakan biaya pemeliharaan sebesar Rp 1.345,13.
i. Biaya material unit
Pada tahun 2009, ruang rawat inap Teratai mengalami perbaikan dan
menghabiskan biaya Rp 2.932.650,00. Oleh karena itu untuk pembebanan
tarif ke pasien, dikenakan biaya Rp 581,87 per pasien per harinya.
j. Biaya listrik
Biaya listrik kamar Teratai secara keseluruhan selama tahun 2009 adalah
Rp 8.332.473,00. Sehingga biaya listrik untuk tiap kamar Teratai selama
tahun 2009 adalah Rp 595.176,64. Apabila dibebankan ke pasien, maka
biaya listrik yang ditanggung selama 1 hari adalah Rp 1.630,62. Beban
listrik sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam perhitungan laba rugi
kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan ke pasien rawat inap
(dapat dilihat pada lampiran 3, hal. 124).
4. Ruang Rawat Inap Melati
a. Biaya bahan medis
Biaya bahan medis yang dibebankan ke pasien dalam kamar rawat
inap Teratai adalah Rp 880,53.
b. Biaya makan dan minum pasien
- Makan pagi Rp 6.768,33 - Makan siang Rp 6.768,33 - Makan malam Rp 6.768,33 Rp 20.305,00
c. Gaji perawat
Ada 19 orang perawat yang dipekerjakan dalam kamar Melati. Gaji
perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah Rp 1.201.000,00.
Jamsostek perbulan yang diterima tiap orang perawat adalah
Rp 45.791,00. THR dan bonus yang diterima tiap orang perawat tiap
tahunnya adalah Rp 1.290.000,00. Apabila THR dan bonus
dialokasikan perbulan, maka THR dan bonus yang diterima oleh tiap
orang perawat tiap bulan adalah Rp 107.500,00.
Tabel 4.7 Gaji dan Tunjangan yang Diterima Tiap Orang Perawat
Kamar Melati Per Jam Kerja Gaji pokok Rp 1.201.000,00/ 720 Jam Rp 1.668,05 /Jam Jamsostek Rp 45.791,00/ 720 Jam Rp 63,59 /Jam THR dan bonus Rp 107.500,00/ 720 Jam Rp 149,3 /Jam Total gaji dan tunjangan Rp 1.880,94 /Jam
Sumber: Data diolah
Tabel 4.7 di atas adalah perhitungan gaji dan tunjangan yang diterima tiap
orang perawat kamar Melati per jam kerja. Gaji pokok sebesar Rp
1.668,05/jam; jamsostek sebesar Rp 63,59/jam; serta THR dan bonus
sebesar Rp 149,3/jam. Jadi total gaji dan tunjangan yang dikeluarkan
untuk perawat Melati per jam nya adalah Rp 1.880,94.
Tabel 4.8 Jam Kerja (Shift) Perawat Kamar Melati
ShiftJam masuk
Jam pulang
Total jam kerja
Jumlah perawat
Gaji dan tunjangan Total
107.00 WIB
14.00 WIB 7 Jam 3 orang
Rp 1.880,94 / Jam Rp 39.499,74
214.00 WIB
21.00 WIB 7 Jam 3 orang
Rp 1.880,94 / Jam Rp 39.499,74
321.00 WIB
07.00 WIB
10 Jam 3 orang
Rp 1.880,94 / Jam Rp 56.428,2
9 orang Rp 135.427,2 Sumber: Data diolah
Tabel 4.8 di atas mengambarkan biaya gaji perawat yang dikeluarkan oleh
perusahaan per hari untuk kamar Teratai, yaitu sebesar Rp 215.260,8.
Dalam 1 hari ada 9 orang perawat yang bertugas dengan pembagian waktu
kerja yang terbagi menjadi 3 shift.
Catatan:
- Gaji pokok perawat dibayarkan setiap bulan.
- Jamsosotek perawat dibayarkan setiap bulan.
- THR dan bonus dibayarkan 1 x dalam setahun menjelang hari raya.
d. Beban penyusutan peralatan
Beban penyusutan peralatan pertahun adalah Rp 11.067.000,00 maka
penyusutan perhari adalah:
Rp 11.067.000,00 = Rp 30.320,54 365 hari Beban penyusutan peralatan untuk kamar Melati per harinya adalah
Rp 30.320,54. Sejauh ini tidak diakui sebagai beban dalam perhitungan
laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan dibebankan ke pasien
rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 4, hal. 125).
e. Biaya linen
Biaya linen yang dibebankan kepada pasien untuk kamar Melati per
harinya adalah Rp 626,73.
f. Biaya pemakaian perlengkapan
Biaya pemakaian perlengkapan yang dibebankan ke pasien adalah
Rp 16.363,92.
g. Biaya kebersihan
Biaya kebersihan untuk gas laundry dan bahan yang dibebankan ke
pasien rawat inap kamar Melati tiap harinya adalah Rp 506,42. Biaya
kebersihan untuk pemusnahan sampah medis yang dibebankan ke pasien
tiap harinya adalah Rp 5.873,32.
h. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan selama tahun 2009 adalah Rp 4.320.000,00. Apabila
dibebankan ke pasien rawat inap, maka setiap hari pasien dikenakan
biaya pemeliharaan sebesar Rp 600,00.
i. Biaya material unit
Pada tahun 2009, ruang rawat inap Melati mengalami perbaikan dan
menghabiskan biaya Rp 191.900,00. Oleh karena itu untuk pembebanan
tarif ke pasien, dikenakan biaya Rp 106,61 per pasien per harinya
j. Biaya listrik
Biaya listrik selama tahun 2009 adalah Rp 6.821.648,00. Sehingga biaya
listrik untuk tiap kamar Melati selama tahun 2009 adalah Rp 341.082,4.
Apabila dibebankan ke pasien, maka biaya listrik yang ditanggung selama
1 hari adalah Rp 934,47. Beban listrik sejauh ini tidak diakui sebagai
beban dalam perhitungan laba rugi kamar. Padahal seharusnya diakui dan
dibebankan ke pasien rawat inap (dapat dilihat pada lampiran 4, hal 125).
Tabel 4.9 di bawah ini adalah biaya overhead per hari untuk tiap ruang
perawatan.
Tabel 4.9 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan
Overhead Flamboyan Mawar Teratai Melati Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54 Linen Rp 1,988.77 Rp 108,854.00 Rp 1,331.61 Rp 626.73 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42 Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00
Sumber: Data diolah Dalam penentuan tarif kamar, manajemen rumah sakit memperhatikan
laporan laba rugi tahun sebelumnya (dalam kasus ini sebagai pembanding
adalah Laporan Laba Rugi tahun 2009. Dapat dilihat pada lampiran 1 s.d
4 hal. 122 s.d 125). Jika laba yang dihasilkan telah sesuai dengan target,
maka tarif kamar untuk tahun depan tidak dinaikkan (tentunya tetap
memperhatikan kompetitor dan inflasi). Berdasarkan margin kontribusi
yang tiap kamarnya berbeda (margin kontribusi untuk kamar Flamboyan
adalah 30%, untuk kamar Mawar adalah 30%, untuk kamar Teratai
adalah 25%, dan untuk kamar Melati adalah 20%), maka keputusan
penentuan tarif untuk tahun berikutnya (tahun 2010) menurut perhitungan
biaya rumah sakit (traditional costing method) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Keputusan Tarif Kamar Rawat Inap untuk Tahun 2010
Data 2009 Nama Kamar Pendapatan Beban/biaya Laba/Rugi Tarif 2010 Flamboyan Rp 2,097,850,845 Rp (821,280,58) Rp 1,276,570,265 Rp 550,000 Mawar Rp 1,973,231,026 Rp (784,807,404) Rp 1,188,423,622 Rp 425,000 Teratai Rp 3,276,085,581 Rp (1,447,771,868) Rp 1,828,313,713 Rp 300,000 Melati Rp 1,441,860,940 Rp (570,222,528) Rp 871,638,412 Rp 100,000
Sumber: Data perusahaan Bila dianalisis, pendapatan terbesar selama tahun 2009 berasal dari kamar
Teratai. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan pasien untuk dirawat inap
pada kamar Teratai juga tinggi, yaitu sebanyak 6420 hari rawat (dapat
dilihat pada lampiran 12, hal 137) dan untuk beban terbesar juga berasal
Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47 Total Overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00
dari kamar Teratai yang disebabkan lebih tingginya penggunaan tenaga
kerja.
C. Penerapan Activity Based Costing
Menurut Garisson and Noreen (2006) diperlukan enam tahapan dalam
penerapan activity based costing yang akan diimplementasikan terhadap
sistem perhitungan biaya Rumah Sakit Prikasih dalam hal penentuan tarif
kamar rawat inap. Perlu diperhatikan pula konsep value added dan non value
added yang tentunya sangat berpengaruh terhadap keefektifan dan keefisienan
dalam menyusun rancangan tarif kamar rawat inap.
1. Mengidentifikasikan, Mendefinisikan Aktivitas dan Pool Aktivitas.
Pengidentifikasian dan pendefinisian tentang aktivitas dan pool aktivitas
merupakan langkah penting utama dalam penerapan activity based costing
(ABC). Prosedur umum untuk melakukannya adalah melakukan
wawancara terhadap semua orang yang terlibat. Dalam hal ini, peneliti
melakukan wawancara terhadap Ka. Akuntansi RS. Prikasih. Semakin
banyak jumlah aktivitas yang dimasukkan dalam ABC maka akan semakin
akurat perlakuan terhadap biaya. Konsekuensinya catatan aktivitas yang
panjang tersebut dikurangi dengan cara menggabungkan aktivitas-aktivitas
yang sejenis yang memiliki korelasi yang tinggi. Dalam suatu level
aktivitas memiliki korelasi yang tinggi apabila aktivitas tersebut cenderung
bersamaan. Sebagai contoh jumlah pasien rawat inap akan memiliki
korelasi yang tinggi dengan lamanya pasien menginap berdasarkan order
konsumen. Tabel 4.11 di bawah ini adalah pengklasifikasian aktivitas dan
pool aktivitas kamar rawat inap.
Tabel 4.11 Pool Biaya Aktivitas Kamar Rawat Inap
S Sumber: Data diolah
Pool biaya aktivitas adalah sebuah “wadah” yang mengakumulasikan
semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas tunggal dalam sistem ABC.
Pool biaya registrasi pasien akan dibebani semua biaya sumber daya yang
dikonsumsi untuk memproses order tersebut. Ukuran aktivitas adalah basis
alokasi dalam sistem ABC. Pool biaya desain layanan akan dibebani
seluruh biaya dari sumber daya yang dikonsumsi dalam rangka mendesain
produk. Ukuran aktivitas untuk pool biaya adalah jumlah kamar. Ini adalah
aktivitas produk level, karena jumlah pekerjaan desain produk baru tidak
tergantung pada jumlah unit yang dipesan atau dijalankan. Pool biaya
besarnya order akan dibebani seluruh biaya konsumsi sumber daya sebagai
konsekuensi jumlah unit yang diproduksi. Aktivitas ini adalah aktivitas
unit level karena setiap unit membutuhkan sumber daya ini. Ukuran
aktivitas untuk pool ini adalah lama pasien menginap.
Pool Biaya Aktivitas Ukuran Aktivitas Registrasi pasien Jumlah pasien rawat inap Desain layanan Jumlah kamar Pelayanan Pasien Rata-rata lama pasien menginap
2. Menelusuri Biaya Overhead Secara Langsung Ke Aktivitas dan
Objek Biaya.
Setelah pool biaya aktivitas dan ukuran aktivitas diperoleh, maka tahap
selanjutnya adalah menelusuri secara langsung berbagai biaya overhead ke
objek biaya.
Tabel 4.12 Biaya Overhead Per Ruang Perawatan
S
e
t
e
l
Sumber: Data diolah
Sumber: Data diolah
Sejauh ini rumah sakit belum memiliki perhitungan baku dalam
menetapkan tari kamar rawat inap. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
betul apa saja yang menjadi biaya yang nantinya akan dibebankan ke
pasien rawat inap. Tabel 4.12 di atas menunjukan perhitungan biaya
overhead kamar yang sesungguhnya.
Overhead Flamboyan Mawar Teratai Melati Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54 Linen Rp 1,988.77 Rp 1,088.54 Rp 1,311.61 Rp 626.73 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42 Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47 Total overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00
3. Membebankan Biaya Ke Pul Biaya Aktivitas
Sebagian besar baiay overhead diklasifikasikan dalam system akuntansi
dasar perusahaan berdasarkan departemen di mana biaya tersebut terjadi.
Sebagai contoh, gaji, perlengkapan sewa, dan sebagainya yang terjadi di
departemen pemasaran akan dibebankan pada departemen tersebut. Dalam
beberapa kasus, beberapa atau semua biaya ini dapat ditelusuri secara
langsung ke salah satu pul biaya aktivitas dalam sistem ABC. Langkah ini
merupakan tahap ketiga penerapan ABC. Biaya tersebut terbagi dengan
beberapa pul biaya aktivitas menggunakan proses alokasi yang disebut
alokasi tahap pertama (first stage allocation). Alokasi tahap pertama
dalam system ABC adalah proses pembebanan biaya overhead ke pul
biaya aktivitas. Inti dari activity based costing adalah untuk menentukan
sumber daya yang dikonsumsi oleh objek biaya. Untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan pengalokasian sumber daya dilakukan
wawancara terhadap kepala bagian akuntansi Rs. Prikasih. Adapun hasil
dari wawancara dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13 Hasil Wawancara: Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya
Lintas Pul Biaya Aktivitas – Flamboyan
Overhead Registrasi Pasien Desain Layanan Pelayanan Pasien
Biaya material unit 30% 40% 30%Biaya listrik 30% 35% 35%
Sumber: Data diolah Beban penyusutan peralatan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,
40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Linen
didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,
dan 30% untuk melayani pasien. Biaya pemakaian perlengkapan
didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 35% untuk desain layanan,
dan 40% untuk melayani pasien. Gas loundry dan bahan didistribusikan
30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan, dan 30% untuk
melayani pasien. Kebersihan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,
40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya
pemeliharaan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk
desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya material unit
didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,
dan 30% untuk melayani pasien. Biaya listrik didistribusikan 30% untuk
registrasi pasien, 35% untuk desain layanan, dan 35% untuk melayani
pasien. Bila presentase distribusi telah dibuat seperti tabel 4.13 di atas,
selanjutnya adalah menghitung alokasi tahap pertama first stage allocation
untuk kamar Flamboyan. Disajikan pada tabel 4.14 di bawah ini.
Tabel 4.14 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul
Biaya Aktivitas-Flamboyan
Overhead Registrasi
Pasien Desain
Layanan Pelayanan Pasien Total Beban penyusutan peralatan Rp 14,089.314 Rp 18,785.752 Rp 14,089.314 Rp 46,964.38
Linen Rp 497.1925 Rp 795.508 Rp 696.0695 Rp 1,988.77 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 1,925.595 Rp 2,695.833 Rp 3,080.952 Rp 7,702.38 Gas loundry dan bahan Rp 1,433.673 Rp 1,911.564 Rp 1,433.673 Rp 4,778.91 Kebersihan Rp 1,280.691 Rp 1,707.588 Rp 1,280.691 Rp 4,268.97 Biaya pemeliharaan Rp 342.855 Rp 457.14 Rp 342.855 Rp 1,142.85 Biaya material unit Rp 13.593 Rp 18.124 Rp 13.593 Rp 45.31 Biaya listrik Rp 566.022 Rp 660.359 Rp 660.359 Rp 1,886.74 Total Rp 20,148.9355 Rp 27,031.868 Rp 21,597.5065 Rp 68,778.31
Sumber: Data diolah
Tampilan 4.14 menunjukan bahwa registrasi pasien adalah sebesar 30%
dari sumber daya yang dicerminkan oleh Rp 46.964,38 beban penyusutan
peralatan.
Data lainnya dalam tabel dihitung dengan metode yang sama.
Tabel 4.15 Hasil Wawancara: Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya
Lintas Pul Biaya Aktivitas – Mawar Overhead Registrasi Pasien Desain Layanan Pelayanan Pasien Beban penyusutan peralatan 30% 40% 30%Linen 25% 40% 35%Biaya pemakaian perlengkapan 25% 35% 40%Gas loundry dan bahan 30% 40% 30%Kebersihan 30% 40% 30%Biaya pemeliharaan 30% 40% 30%Biaya material unit 30% 40% 30%Biaya listrik 30% 35% 35%
Sumber: Data diolah
30% x Rp 46.964,38
Beban penyusutan peralatan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,
40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Linen
didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,
dan 30% untuk melayani pasien. Biaya pemakaian perlengkapan
didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 35% untuk desain layanan,
dan 40% untuk melayani pasien. Gas loundry dan bahan didistribusikan
30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan, dan 30% untuk
melayani pasien. Kebersihan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,
40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya
pemeliharaan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk
desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya material unit
didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,
dan 30% untuk melayani pasien. Biaya listrik didistribusikan 30% untuk
registrasi pasien, 35% untuk desain layanan, dan 35% untuk melayani
pasien. First stage allocation untuk kamar Mawar disajikan pada tabel
4.16 di bawah ini.
Tabel 4.16 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul
Biaya Aktivitas - Mawar
Overhead Registrasi
Pasien Desain
Layanan Pelayanan
Pasien Total Beban penyusutan peralatan Rp 13,287.945 Rp 17,717.26 Rp 13,287.945 Rp 44,293.15 Linen Rp 272.135 Rp 435.416 Rp 380.989 Rp 1,088.54 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 1,899.8575 Rp2,659.8005 Rp 3,039.772 Rp 7,599.43 Gas loundry dan bahan Rp 164.865 Rp 219.820 Rp 164.865 Rp 549.55 Kebersihan Rp 2,097.132 Rp 2,796.176 Rp 2,097.132 Rp 6,990.44 Biaya Rp 580.356 Rp 773.808 Rp 580.356 Rp 1,934.52
pemeliharaan Biaya material unit Rp 226.188 Rp 301.584 Rp 226.188 Rp 753.96 Biaya listrik Rp 435.966 Rp 508.627 Rp 508.627 Rp 1,453.22
Total
Rp18,964.4445
Rp25,412.4915 Rp 20,285.874 Rp 64,662.81 Sumber: Data diolah
Tampilan 4.16 menunjukan bahwa registrasi pasien adalah sebesar 30%
dari sumber daya yang dicerminkan oleh Rp 44.293,15 beban penyusutan
peralatan
Data lainnya dalam tabel dihitung dengan metode yang sama.
Tabel 4.17 Hasil Wawancara: Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya
Lintas Pul Biaya Aktivitas – Teratai
Overhead Registrasi Pasien Desain Layanan Pelayanan Pasien
Beban penyusutan peralatan 30% 40% 30%Linen 30% 35% 35%Biaya pemakaian perlengkapan 25% 40% 35%Gas loundry dan bahan 30% 40% 30%Kebersihan 30% 40% 30%Biaya pemeliharaan 30% 40% 30%Biaya material unit 30% 40% 30%Biaya listrik 30% 35% 35%
Sumber: Data diolah
Beban penyusutan peralatan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,
40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Linen
didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 35% untuk desain layanan,
dan 35% untuk melayani pasien. Biaya pemakaian perlengkapan
30% x Rp 44.293,15
didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,
dan 35% untuk melayani pasien. Gas loundry dan bahan didistribusikan
30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan, dan 30% untuk
melayani pasien. Kebersihan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,
40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya
pemeliharaan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk
desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya material unit
didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,
dan 30% untuk melayani pasien. Biaya listrik didistribusikan 30% untuk
registrasi pasien, 35% untuk desain layanan, dan 35% untuk melayani
pasien. Bila presentase distribusi telah dibuat seperti tabel 4.17 di atas,
maka sangat mudah untuk mengalokasikan biaya ke pul biaya aktivitas.
First stage allocation untuk kamar Teratai disajikan pada tabel 4.18 di
bawah ini.
Tabel 4.18 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul Biaya
Aktivitas – Teratai
Overhead Registrasi
Pasien Desain
Layanan Pelayanan
Pasien Total Beban penyusutan peralatan Rp 10,698.903 Rp 14,265.204 Rp 10,698.908 Rp 35,663.01 Linen Rp 393.483 Rp 459.0635 Rp 459.0635 Rp 1,311.61 Biaya pemakaian perlengkapan Rp 1,730.5175 Rp 2,768.828 Rp 2,422.7245 Rp 6,922.07 Gas loundry dan bahan Rp 173.787 Rp 231.716 Rp 173.787 Rp 579.29 Kebersihan Rp 599.919 Rp 799.892 Rp 599.919 Rp 1,999.73 Biaya pemeliharaan Rp 403.539 Rp 538.052 Rp 403.539 Rp 1,345.13 Biaya material unit Rp 174.561 Rp 232.748 Rp 174.561 Rp 581.87
Biaya listrik Rp 489.186 Rp 570.717 Rp 570.717 Rp 1,630.62 Total Rp14,663.8955 Rp 19,866.2205 Rp 15,503.219 Rp 50,033.33
Sumber: Data diolah
Tampilan 4.18 menunjukan bahwa registrasi pasien adalah sebesar 30% dari
sumber daya yang dicerminkan oleh Rp 35.663,01 beban penyusutan
peralatan.
Data lainnya dalam tabel dihitung dengan metode yang sama.
Tabel 4.19 Hasil Wawancara: Distribusi Aktivitas Konsumsi Sumber Daya
Lintas Pul Biaya Aktivitas – Melati
Overhead Registrasi Pasien Desain Layanan Pelayanan Pasien
Beban penyusutan peralatan 30% 40% 30%Linen 30% 35% 35%Biaya pemakaian perlengkapan 25% 40% 35%Gas loundry dan bahan 30% 40% 30%Kebersihan 30% 40% 30%Biaya pemeliharaan 30% 40% 30%Biaya material unit 30% 40% 30%Biaya listrik 30% 35% 35%
Sumber: Data diolah
Beban penyusutan peralatan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,
40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Linen
didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 35% untuk desain layanan,
dan 35% untuk melayani pasien. Biaya pemakaian perlengkapan
didistribusikan 25% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,
dan 35% untuk melayani pasien. Gas loundry dan bahan didistribusikan
30% x Rp 35.663,01
30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan, dan 30% untuk
melayani pasien. Kebersihan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien,
40% untuk desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya
pemeliharaan didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk
desain layanan, dan 30% untuk melayani pasien. Biaya material unit
didistribusikan 30% untuk registrasi pasien, 40% untuk desain layanan,
dan 30% untuk melayani pasien. Biaya listrik didistribusikan 30% untuk
registrasi pasien, 35% untuk desain layanan, dan 35% untuk melayani
pasien. Bila presentase distribusi telah dibuat seperti tabel 4.19 di atas,
maka sangat mudah untuk mengalokasikan biaya ke pul biaya aktivitas.
First stage allocation untuk kamar Melati disajikan pada tabel 4.20 di
bawah ini.
Tabel 4.20 Alokasi Tahap Pertama (First Stage Allocation) Ke Pul
Biaya Aktivitas - Melati
Overhead Registrasi
Pasien Desain
Layanan Pelayanan
Pasien Total Beban penyusutan peralatan Rp 9,096.162 Rp 12,128.216 Rp 9,096.162 Rp 30,320.54 Linen Rp 188.019 Rp 219.3555 Rp 219.3555 Rp 626.73 Biaya pemakaian perlengkapan Rp1,589.9775 Rp 2,543.9640 Rp 2,225.9685 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 151.926 Rp 202.568 Rp 151.926 Rp 506.42 Kebersihan Rp 1,761.996 Rp 2,349.328 Rp 1,761.996 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 180.00 Rp 240.00 Rp 180.00 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 31.983 Rp 42.6440 Rp 31.9830 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 280.341 Rp 327.0645 Rp 327.0645 Rp 934.47
Total
Rp13,280.4045 Rp 18,053.14 Rp13,994.4555 Rp 45,328.00 Sumber: Data diolah
Tampilan 4.20 menunjukan bahwa registrasi pasien adalah sebesar 30%
dari sumber daya yang dicerminkan oleh Rp 30.320,54 beban penyusutan
peralatan.
Data lainnya dalam tabel dihitung dengan metode yang sama.
4. Menghitung tarif aktivitas
Setelah membuat tabel distribusi, langkah keempat dalam penerapan
activity based costing adalah menghitung tarif aktivitas. Tarif aktivitas
dihitung dengan membagi total biaya untuk masing-masing aktivitas
dengan total aktivitasnya. Tabel di bawah ini adalah data berkaitan dengan
kamar rawat inap yang dibutuhkan untuk menghitung tarif aktivitas.
Tabel 4.21 Data yang Berkaitan dengan Kamar Flamboyan
Jumlah kunjungan rawat inap Keterangan Jumlah pasien yang dirawat inap 7 Pasien/hari Jenis kamar 14 Kamar Jumlah hari 3 Hari/pasien
Sumber: Data perusahaan
Rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap dalam kamar Flamboyan adalah
7 pasien per hari; lama rawat masing-masing pasien adalah 3 hari per
pasien; dan kamar Flamboyan memiliki 14 kamar rawat (dapat dilihat pada
lampiran 12, hal. 135).
Tabel 4.22 Data yang Berkaitan dengan Kamar Mawar
Jumlah kunjungan rawat inap Keterangan jumlah pasien yang dirawat inap 8 Pasien/hari jenis kamar 14 Kamar jumlah hari 3 Hari/pasien
Sumber: Data perusahaan
30% x Rp 30.320,54
Tarif pembebanan / pool rate = total biaya pool aktivitas
Total pemicu aktivitas
Rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap dalam kamar Mawar adalah 8
pasien per hari; lama rawat masing-masing pasien adalah 3 hari per pasien;
dan kamar Mawar memiliki 14 kamar rawat (dapat dilihat pada lampiran
12, hal. 135).
Tabel 4.23 Data yang Berkaitan dengan Kamar Teratai
Jumlah kunjungan rawat inap Keterangan jumlah pasien yang dirawat inap 17 Pasien/hari jenis kamar 13 Kamar jumlah hari 3 Hari/pasien
Sumber: Data perusahaan
Rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap dalam kamar Teratai adalah 17
pasien per hari; lama rawat masing-masing pasien adalah 3 hari per pasien;
dan kamar Teratai memiliki 13 kamar rawat (dapat dilihat pada lampiran
12, hal. 135).
Tabel 4.24 Data yang Berkaitan dengan Kamar Melati
Jumlah kunjungan rawat inap Keterangan jumlah pasien yang dirawat inap 13 Pasien/hari jenis kamar 5 Kamar jumlah hari 3 Hari/pasien
Sumber: Data perusahaan
Rata-rata jumlah pasien yang dirawat inap dalam kamar Melati adalah 13
pasien per hari; lama rawat masing-masing pasien adalah 3 hari per pasien;
dan kamar Melati memiliki 5 kamar rawat (dapat dilihat pada lampiran 12,
hal. 135). Tabel 4.25 di bawah ini adalah perhitungan tarif aktivitas untuk
Registrasi pasien Rp 20,148.9355 7 Pasien/hari Rp 2,878.419357 Desain layanan Rp 27,031.8680 14 Kamar Rp 1,930.847714 Pelayanan pasien Rp 21,597.5065 3 Hari/pasien Rp 7,199.168833
Sumber: Data diolah Angka dalam tampilan 4.25 mengindikasikan bahwa secara rata-rata
registrasi pasien untuk kamar Flamboyan membutuhkan sumber daya
sebesar Rp 2.878,419357; desain layanan membutuhkan sumber daya
Rp 1,930.847714; pelayanan pasien membutuhkan sumber daya sebesar
Rp 7,199.168833.
Tabel 4.26
Perhitungan Tarif Aktivitas – Mawar Pul Biaya Aktivitas
Total Biaya (a)
Total Aktivitas(b)
Tarif Aktivitas (a)x(b)
Registrasi pasien Rp 18,964.4445 8 Pasien/hari Rp 2,370.555563 Desain layanan Rp 25,412.4915 14 Kamar Rp 1,815.177964 Pelayanan pasien Rp 20,285.874 3 Hari/pasien Rp 6,761.958
Sumber: Data Perusahaan
Angka dalam tampilan 4.26 mengindikasikan bahwa secara rata-rata
registrasi pasien untuk kamar Mawar membutuhkan sumber daya sebesar
Rp 2,370.555563; desain layanan membutuhkan sumber daya
Rp 1,815.177964; pelayanan pasien membutuhkan sumber daya
sebesar Rp 6,761.958.
Tabel 4.27 Perhitungan Tarif Aktivitas – Teratai
Pul Biaya Aktivitas
Total Biaya(a)
Total Aktivitas(b)
Tarif Aktivitas(a)x(b)
Registrasi pasien Rp 14,663.8955 17 Pasien/hari Rp 862.582088 Desain layanan Rp 19,866.2205 13 Kamar Rp 1,528.170808
Pelayanan pasien Rp 15,503.219 3 Hari/pasien Rp 5,167.739667
Sumber: Data Perusahaan
Angka dalam tampilan 4.27 mengindikasikan bahwa secara rata-rata
registrasi pasien untuk kamar Teratai membutuhkan sumber daya sebesar
Rp 862.582088; desain layanan membutuhkan sumber daya
Rp 1,528.170808; pelayanan pasien membutuhkan sumber daya sebesar
Rp 5,167.739667.
Tabel 4.28
Perhitungan Tarif Aktivitas – Melati Pul Biaya Aktivitas
Total Biaya(a)
Total Aktivitas(b)
Tarif Aktivitas(a)x(b)
registrasi pasien Rp 13,280.4045 13 Pasien/hari Rp 1,021.5696 desain layanan Rp 18,053.14 5 Kamar Rp 3,610.628 Pul Biaya Aktivitas
Total Biaya(a)
Total Aktivitas(b)
Tarif Aktivitas(a)x(b)
pelayanan pasien Rp 13,994.4555 3 Hari/pasien Rp 4,664.8185
Sumber: Data Perusahaan
Angka dalam tampilan 4.28 mengindikasikan bahwa secara rata-rata
registrasi pasien untuk kamar Melati membutuhkan sumber daya sebesar
Rp 1,021.5696; desain layanan membutuhkan sumber daya Rp 3,610.628;
pelayanan pasien membutuhkan sumber daya sebesar Rp 4,664.8185.
5. Membebankan Biaya Ke Objek Biaya dengan Menggunakan Tarif
Aktivitas dan Ukuran Aktivitas.
Langkah berikutnya dalam penerapan activity based costing di sebut
second stage allocation (alokasi tahap kedua), di mana tarif aktivitas
digunakan untuk membebankan biaya ke produk atau pelanggan dengan
cara mengalihkan tarif pool aktivitas dengan ukuran aktivitas yang
dikonsumsi masing-masing produk atau jasa layanan.
Tabel 4.29 di bawah ini adalah perhitungan biaya overhead untuk kamar
Flamboyan.
Tabel 4.29 Perhitungan Biaya Overhead - Flamboyan
Pul Biaya Aktivitas Tarif Aktivitas(a) Aktivitas(b) Biaya ABC (a)x(b) Registrasi pasien Rp 2,878.419357 1 Rp 2,878.419357 Desain layanan Rp 1,930.847714 1 Rp 1,930.847714 Pelayanan pasien Rp 7,199.168833 1 Rp 7,199.168833 Total Rp 12,008.435904
Sumber: Data diolah
Angka dalam tampilan 4.29 menggambarkan biaya overhead kamar
Flamboyan. Untuk setiap pul aktivitas biaya, jumlah aktivitas dikalikan
dengan tingkat aktivitas untuk mendapatkan biaya overhead yang
dibebankan terhadap produk. Sebagai contoh, kamar Flamboyan
melibatkan 1 kali aktivitas registrasi pasien, maka total biaya yang
dibebankan untuk kamar Famboyan adalah Rp 2,878.419357 oleh aktivitas
registrasi pasien; Rp 1,930.847714 oleh aktivitas desan layanan; dan
Rp 7,199.168833 atas aktivitas pelayanan pasien.
Tabel 4.30
Perhitungan Biaya Overhead - Mawar Pul Biaya Aktivitas Tarif Aktivitas(a) Aktivitas(b) Biaya ABC (a)x(b) Registrasi pasien Rp 2,370.555563 1 Rp 2,370.555563 Desain layanan Rp 1,815.177964 1 Rp 1,815.177964 Pelayanan pasien Rp 6,761.958 1 Rp 6,761.958 Total Rp 10,947.691527
Sumber: Data diolah
Pembebanan = Pul Rate x Jumlah aktivitas yang dikonsumsi
Angka dalam tampilan 4.30 menggambarkan biaya overhead kamar
Mawar. Untuk setiap pul aktivitas biaya, jumlah aktivitas dikalikan dengan
tingkat aktivitas untuk mendapatkan biaya overhead yang dibebankan
terhadap produk. Sebagai contoh, kamar Mawar melibatkan 1 kali
aktivitas registrasi pasien, maka total biaya yang dibebankan untuk kamar
Mawar adalah Rp 2,370.555563 oleh aktivitas registrasi pasien;
Rp 1,815.177964 oleh aktivitas desan layanan; dan Rp 6,761.958 atas
aktivitas pelayanan pasien.
Tabel 4.31 Perhitungan Biaya Overhead - Teratai
Pul Biaya Aktivitas Tarif Aktivitas(a) Aktivitas(b) Biaya ABC (a)x(b)
Registrasi pasien Rp 862.582088 1 Rp 862.582088 Desain layanan Rp 1,528.170808 1 Rp 1,528.170808 Pelayanan pasien Rp 5,167.739667 1 Rp 5,167.739667 Total Rp 7,558.492563
Sumber: Data diolah
Angka dalam tampilan 4.31 menggambarkan biaya overhead kamar
Teratai. Untuk setiap pul aktivitas biaya, jumlah aktivitas dikalikan dengan
tingkat aktivitas untuk mendapatkan biaya overhead yang dibebankan
terhadap produk. Sebagai contoh, kamar Teratai melibatkan 1 kali
aktivitas registrasi pasien, maka total biaya yang dibebankan untuk kamar
Teratai adalah Rp 862.582088 oleh aktivitas registrasi pasien;
Rp 1,528.170808 oleh aktivitas desan layanan; dan Rp 5,167.739667 atas
aktivitas pelayanan pasien.
Tabel 4.32 Perhitungan Biaya Overhead - Melati
Pul Biaya Tarif Aktivitas(a) Aktivitas(b) Biaya ABC (a)x(b)
Aktivitas
Registrasi pasien Rp 1,021.5696 1 Rp 1,021.5696 Desain layanan Rp 3,610.628 1 Rp 3,610.628 Pelayanan pasien Rp 4,664.8185 1 Rp 4,664.8185 Total Rp 9,297.016077
Sumber: Data diolah
Angka dalam tampilan 4.32 menggambarkan biaya overhead kamar
Melati. Untuk setiap pul aktivitas biaya, jumlah aktivitas dikalikan dengan
tingkat aktivitas untuk mendapatkan biaya overhead yang dibebankan
terhadap produk. Sebagai contoh, kamar Melati melibatkan 1 kali aktivitas
registrasi pasien, maka total biaya yang dibebankan untuk kamar Melati
adalah Rp 1,021.5696 oleh aktivitas registrasi pasien; Rp 3,610.628 oleh
aktivitas desan layanan; dan Rp 4,664.8185 atas aktivitas pelayanan
pasien.
6. Menyiapkan Laporan Manajemen
Biaya overhead yang telah dihitung digabungkan dengan biaya bahan
langsung, dan tenaga kerja langsung. Tabel di bawah ini adalah
perhitungan tarif untuk kamar rawat inap Flamboyan, Mawar, Teratai, dan
Melati. Perhitungan ini sudah termasuk alokasi untuk inflasi dan margin
kontribusi yang diharapkan. Margin kontribusi untuk tiap kamar berbeda.
Margin kontribusi untuk kamar Flamboyan adalah 30%, untuk kamar
Mawar adalah 30%, untuk kamar Teratai adalah 25%, dan untuk kamar
Melati adalah 20%.
Tabel 4.33 Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan Activity Based Costing
Keterangan Flamboyan Mawar Teratai Melati
DIRECT COST
Bahan medis Rp 1,828.57 Rp 1,799.43 Rp 1,463.21 Rp 880.53 Makan dan minum pasien Rp 31,593.00 Rp 31,593.00 Rp 24,745.00 Rp 20,305.00 Total direct cost Rp 33,421.57 Rp 33,392.43 Rp 26,208.21 Rp 66,513.53
DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20 Total direct labor Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20
OVERHEAD Registrasi pasien Rp 2,878.42 Rp 2,370.56 Rp 862.58 Rp 1,021.57
Keterangan Flamboyan Mawar Teratai Melati
OVERHEAD
Desain layanan Rp 1,930.85 Rp 1,815.18 Rp 1,528.17 Rp 3,610.63 Pelayanan pasien Rp 7,199.17 Rp 6,761.96 Rp 5,167.74 Rp 4,664.82
Total Overhead Rp 12,008.44 Rp 10,947.69 Rp 7,558.49 Rp 9,297.02
COGS Rp227,654.0859 Rp182,157.8415 Rp 249,027.5026 Rp 165,909.5461
Inflasi 10% Rp 22,765.40 Rp 18,215.78 Rp 24,902.75 Rp 16,590.95 Margin kontribusi Rp 68,296.224 Rp 54,647.352 Rp 62,256.875 Rp 33,181.908
Tarif Rp318,715.7099 Rp 255,020.9735 Rp 336,187.1276 Rp 215,682.1041 Sumber: Data diolah
Setelah dihitung dan dianalisa dengan menggunakan metode activity based
costing, maka perhitungan tarif kamar rawat inap yang diperoleh adalah
seperti tampilan 4.33 di atas. Tarif yang sesungguhnya dibebankan kepada
pasien rawat inap kamar Flamboyan adalah Rp 318.715,7099/hari; tarif
untuk kamar Mawar adalah Rp 255.020,9735 /hari; tarif untuk kamar
Teratai adalah Rp 336.187,1276/hari; tarif untuk kamar Melati adalah
Rp 215.682,1041/hari. Di bawah ini adalah perhitungan biaya direct cost,
direct labor, dan overhead kamar rawat berdasarkan traditional costing
method.
Tabel 4.34 Direct Cost, Direct Labor, Overhead Per Hari Per Ruang Perawatan
Dengan Menggunakan Traditional Costing Method Keterangan Flamboyan Mawar Teratai Melati
DIRECT COST
bahan medis Rp 1,828.57 Rp 1,799.43 Rp 1,463.21 Rp 880.53 makan dan minum pasien Rp 31,593.00 Rp 31,593.00 Rp 24,745.00 Rp 20,305.00
total direct cost Rp 33,421.57 Rp 33,392.43 Rp 26,208.21 Rp 21,185.53
DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20
total direct labor
Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20
OVERHEAD Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54
linen Rp 1,988.77 Rp 108,854.00 Rp 1,331.61 Rp 626.73 biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42
Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61
Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47
total overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00
COGS Rp 284,423.96 Rp 235,872.96 Rp 291,502.34 Rp 201,940.73 Sumber: Data di olah
Tabel 4.34 di atas adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan bila
menggunakan metode tradisional. Bila dibandingkan dengan perhitungan
biaya berdasar aktivitas, angka dalam tabel 4.34 di atas lebih besar dari
yang seharusnya dibebankan ke pasien.
D. Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini
(Traditional Costing Method), dan Activity Based Costing
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa RS. Prikasih belum
memiliki perhitungan baku dalam menetapkan sebuah tarif kamar rawat.
Di bawah ini adalah perhitungan tarif berdasarkan tradisional costing
method. Perusahaan hanya melakukan estimasi apakah pendapatan dari
sewa kamar mampu menanggung seluruh beban yang dikeluarkan.
Berdasarkan perhitungan dan analisa yang telah dilakukan dengan metode
tradisional dan ABC maka hasil akhir dari penelitian ini adalah ABC
terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah
dibandingkan dengan metode tradisional. Di bawah ini adalah tabel yang
menunjukan perbandingan antara kedua pendekatan, yaitu pendekatan saat
ini dan pendekatan ABC.
Tabel 4.35 Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat
Ini (Traditional Costing Method), dan Activity Based Costing Kamar Rawat Inap Existing ABC Kenaikan/Penurunan Flamboyan Rp 550,000.00 Rp 318,715.71 Naik
Mawar Rp 425,000.00 Rp 225,020.91 Naik
Teratai Rp 300,000.00 Rp 336,187.13 Turun
Melati Rp 100,000.00 Rp 215,682.40 Turun
Sumber: Data diolah
Tabel 4.35 di atas menggambarkan secara jelas bahwa sistem activity
based costing mampu menyajikan perhitungan lebih akurat dan lebih
murah dari metode tradisional. Selama ini, perusahaan menetapkan tarif
kamar rawat inap Flamboyan sebesar Rp 550.000,00 padahal dengan
perhitungan ABC, perusahaan cukup mengenakan tarif Rp 318.715,71
kepada pasien. Lain halnya dengan kamar Melati, dengan menggunakan
sistem ABC diperoleh nilai yang undercosted. Hal tersebut dikarenakan
perhitungan gaji yang diberikan untuk perawat apabila dihitung
berdasarkan metode ABC, jumlah cost nya menjadi lebih besar per hari
nya (dapat dilihat pada tabel 4.17 dan 4.18).
E. Pembahasan
Hasil akhir dari penelitian ini adalah sistem activity based costing
(ABC) terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah
dibandingkan dengan metode tradisional. Berdasarkan hal tersebut,
penerapan system ABC di rumah sakit Prikasih ini masih dapat
memberikan manfaat yang dirasakan oleh manajemen, walaupun itu akan
mempengaruhi aspek budaya dan keuangan perusahaan. Ditinjau dari
aspek budaya, system ABC dengan konsep value added-nya akan
merombak budaya. Selama ini kebijakan perusahaan dalam menetapkan
tarif kamar rawat inap hanya berdasarkan analisa semata, tanpa
menghitung biaya yang memang seaharusnya dibebankan ke pasien. Oleh
karena itu, hasil tarif yang ditetapkan manajemen selama ini menjadi tidak
akurat, yang pada akhirnya menepatkan perusahaan pada posisi yang
kurang memuaskan dalam daya saing masyarakat. Dari aspek keuangan,
menyangkut cost of implementation dari ABC sendiri yang meliputi
perancangan sistem baru, pendidikan dan training tentang sistem baru.
Tentunya selain cost, benefit yang akan diterima dari penerapan ABC juga
harus dihitung. Cost mungkin dapat dihitung dengan segera, tetapi benefit
baru dirasakan 5 tahun yang akan datang,
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, sistem ABC harus
dapat memberikan respon yang cepat dalam mengatasi dinamika yang
terjadi, khususnya pasar. Manajemen harus mengambil keputusan secara
cepat untuk menarik produk, mengevaluasi dan merevaluasi harga produk,
melakukan diversifikasi maupun melakukan keputusan strategi lain. Tabel
4.35 menjelaskan bahwa perhitungan tarif kamar dengan mengunakan
ABC terbukti lebih murah bila dibandingkan dengan metode tradisional.
Hal ini tentu saja dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berobat,
dan pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan sewa kamar. Tidak
terlepas dari perannya sebagai organisasi sosial yang tidak mengacu pada
profit oriented, rumah sakit harus tetap memperhatikan kualitas pelayanan.
Bukan berarti rumah sakit menetapkan tarif yang lebih murah dari pesaing,
kemudian memberikan service yang kurang memuaskan bagi pasien. Perlu
diingat bahwa kepuasan pelanggan adalah salah satu factor-faktor penentu
keberhasilan perusahaan (critical success factors-CSF).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhitungan tarif
kamar rawat inap pada Rumah Sakit Prikasih. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan sistem activity based costing (ABC)
mamberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efisiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya internal perusahaan dalam kaitannya
dengan proses penentuan tarif kamar. Berdasarkan data yang diperoleh dan
penelitian lebih lanjut, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Prikasih masih menggunakan sistem tradisional dalam
menetapkan tarif kamar rawat. Manajemen menyusun sebuah tarif kamar
dengan mempertimbangkan tarif kamar tahun lalu, kenaikan/penurunan
inflasi, hasil survey perusahaan terhadap rumah sakit pesaing, serta biaya
per unit. Oleh karena itu, biaya yang terjadi menjadi overcosted dan
undercosted dari yang seharusnya,
2. Sebelum menerapkan sistem ABC, terlebih dahulu perlu dilakukan
klasifikasi ulang untuk memastikan pos-pos biaya ke dalam klasifikasi
yang sebenarnya sehingga perhitungan tarif kamar rawat inap
menggambarkan biaya yang memang seharusnya dibebankan ke pasien.
Penerapan sistem ABC menggunakan langkah-langkah berdasarkan teori
Garrison and Noreen.
3. Perhitungan tarif kamar dengan menggunakan ABC terbukti mampu
menhasilkan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan
pendekatan tradisional. Perlu diingat, bahwa rumah sakit adalah
organisasi sosial yang tidak berorientasi pada keuntungan sehingga pada
akhirnya menyediakan tarif yang mampu dijangkau oleh masyarakat
golongan ekonomi lemah.
4. Setelah memperhatikan dan menganalisa perhitungan dari dua metode di
atas, maka manajemen Prikasih akan mencoba mempertimbangkan dan
melakukan perhitungan ulang terkait dengan biaya kamar rawat,
sehingga pada akhirnya mampu meyediakan tarif yang terjangkau dan
perusahaan menempati posisi yang tinggi dalam persaingan pasar.
B. Implikasi
Setelah melihat kesimpulan di atas, pengimplentasian hasil penelitian
menjadi penting dilakukan, melihat manfaat yang diperolah dari penerapan
sistem ABC ini. Tentunya langkah-langkah efisiensi menjadi lebih mudah
dilakukan dan pada akhirnya perusahaan memiliki perhitungan baku untuk
mempertimbangkan dan menetapkan tarif kamar rawat untuk tahun depan.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, saran-saran yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
1. Diharapkan perusahaan melakukan pengklasifikasian unsur-unsur biaya
produksi sesuai dengan kaidah yang berlaku.
2. Diharapkan mengaplikasikan ABC sesegera mungkin untuk meningkatkan
daya saing perusahaan.
3. Peningkatan peluang kinerja perusahaan, dengan meningkatnya efektivitas
dan efisiensi penggunaan sumber daya yang terkait dengan tarif kamar
rawat.
4. Diharapkan penelitian ini dikembangkan dengan variabel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Hamid, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Juni, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Amin, Widjaja Tunggal, ”Strategic Management Accounting. Analisis Strategik Atas Informasi Manajemen Biaya”, Harvarindo, 2009.
Aristanti, Widyaningsih, ”Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing (ABC) Dalam Industri Jasa”, Percikan, Vol 103, Edisi Agustus, 2009.
Hansen, Don. R dan Mowen, Maryanne. M, ”Management Accounting (Akuntansi Manajemen)”, Buku 1, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Horngern, Datar M, Foster, George, ”Cost Accounting”, Diterjemahkan oleh Dewi Adhariani, AKBI. PT. Indeks Gramedia, Jakarta, 2005.
Lilis, Yulifah, ”Penggunaan Activity Based Costing Untuk Meningkatkan Keakuratan Perhitungan Biaya Produk”, Kinerja, Vol 2, No. 1, Maret, 2004.
Mehmet C. Kocakulah, Ph.D, ”Using Activity-Based Costing (ABC) to Measure Profitability on a commercial Loan Portofolio”, Journal of Performance Management, ABI/INFORM Global pg. 29, 2007
Mulyadi, ”Akuntansi Biaya”, Edisi 5, Universitas Gajah Mada.Yogyakarta, 2005.
Nunik, L, ”ABC System: Sistem Biaya Dalam Mengatasi Kelemahan/Kekurangan Sistem Biaya Tradisional”, Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol 6, No. 2, November, Hal. 88-100, 2007.
Rayburn, L, Gayle, ”Akuntansi Biaya”, Edisi 13, Erlangga, Jakarta, 1999.
Silky, Ionian, ”Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Produksi Program Acara Televisi. Studi Kasus Pada Perusahaan Televisi Transformasi Indonesia”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Sugiyono, ”Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D”, Cetakan Ke-10,
Alfabeta, Bandung.
Sujoko, Efferin, ”Metode Penelitian Untuk Akuntansi. Sebuah Pendekatan Praktis”, Cetakan Pertama, BayuMedia Publishing, Malang, 2004.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2009 – FLAMBOYAN
Rumah Sakit Prikasih Laporan Laba Rugi Untuk Kamar Rawat Inap – Flamboyan
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009
PENDAPATAN sewa kamar utama Rp 1,430,550,000.00 konsul dan visit utama Rp 366,417,660.00 oksigen Rp 9,826,420.00 tindakan medis Rp 77,066,242.00 bahan medis Rp 4,776,394.00 adiministrasi Rp 221,926,425.00 potongan penjualan Rp (12,712,296.00) total pendapatan Rp 2,097,850,845.00 BEBAN bahan medis Rp 4,756,120.00 makan pasien Rp 85,963,676.00 gaji Rp 301,648,041.00 jamsostek Rp 12,984,838.00 THR dan bonus Rp 35,237,633.00 jasa medis dokter Rp 301,427,742.00 pendidikan dan pelatihan - linen Rp 20,046,900.00 pemakaian perlengkapan Rp 23,797,935.00 transportasi operasional - material unit Rp 228,380.00 gas loundry dan bahan Rp 24,085,715.00 kebersihan Rp 11,103,600.00 total beban Rp (821,280,580.00) LABA/RUGI BERSIH Rp 1,276,570,265.00
LAMPIRAN 2: LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2009 – MAWAR
Rumah Sakit Prikasih Laporan Laba Rugi Untuk Kamar Rawat Inap – Mawar
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009
PENDAPATAN sewa kamar Rp 1,242,275,000.00 konsul dan visit utama Rp 481,914,813.00 oksigen Rp 17,435,350.00 tindakan medis Rp 14,418,768.00 bahan medis Rp 5,677,972.00 adiministrasi Rp 224,387,262.00 potongan penjualan Rp (12,878,139.00) total pendapatan Rp 1,973,231,026.00 BEBAN bahan medis Rp 5,259,757.00 makan pasien Rp 77,152,436.00 gaji Rp 278,516,134.00 jamsostek Rp 11,182,214.00 THR dan bonus Rp 24,526,205.00 jasa medis dokter Rp 327,925,159.00 pendidikan dan pelatihan - linen Rp 10,972,500.00 pemakaian perlengkapan Rp 22,213,146.00 transportasi operasional Rp 57,000.00 material unit Rp 3,800,000.00 gas loundry dan bahan Rp 2,769,778.00 kebersihan Rp 20,433,075.00 total beban Rp (784,807,404.00) LABA/RUGI BERSIH Rp 1,188,423,622.00
LAMPIRAN 3: LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2009 – TERATAI
Rumah Sakit Prikasih Laporan Laba Rugi Untuk Kamar Rawat Inap –Teratai
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009 PENDAPATAN sewa kamar Rp 1,926,000,000.00 konsul dan visit utama Rp 788,141,168.00 oksigen Rp 43,188,520.00 tindakan medis Rp 175,529,913.00 bahan medis Rp 17,050,627.00 adiministrasi Rp 361,241,753.00 potongan penjualan Rp (35,066,400.00) total pendapatan Rp 3,276,085,581.00 BEBAN bahan medis Rp 9,393,842.00 makan pasien Rp 185,778,020.00 gaji Rp 455,271,024.00 jamsostek Rp 18,514,664.00 THR dan bonus Rp 49,299,324.00 jasa medis dokter Rp 634,654,499.00 pendidikan dan pelatihan Rp 1,900,000.00 linen Rp 29,275,200.00 pemakaian perlengkapan Rp 44,439,732.00 transportasi operasional Rp 555,000.00 material unit Rp 2,932,650.00 gas loundry dan bahan Rp 2,919,643.00 kebersihan Rp 12,838,270.00 total beban Rp (1,447,771,868.00) LABA/RUGI BERSIH Rp 1,828,313,713.00
LAMPIRAN 4: LAPORAN LABA RUGI TAHUN 2009 – MELATI
Rumah Sakit Prikasih Laporan Laba Rugi Untuk Kamar Rawat Inap – Melati
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009
PENDAPATAN sewa kamar Rp 499,800,000.00 konsul dan visit utama Rp 677,471,220.00 oksigen Rp 37,027,200.00 tindakan medis Rp 15,174,206.00 bahan medis Rp 10,008,689.00 adiministrasi Rp 249,878,500.00 potongan penjualan Rp (47,498,875.00) total pendapatan Rp 1,441,860,940.00 BEBAN bahan medis Rp 4,400,936.00 makan pasien Rp 86,004,293.00 gaji Rp 273,828,000.00 jamsostek Rp 32,664,124.00 THR dan bonus Rp 10,440,348.00 jasa medis dokter Rp 24,510,000.00 pendidikan dan pelatihan Rp 5,434,000.00 linen Rp 4,512,500.00 pemakaian perlengkapan Rp 81,786,880.00 transportasi operasional Rp 13,448,371.00 material unit Rp 191,900.00 gas loundry dan bahan Rp 3,646,290.00 kebersihan Rp 29,354,886.00 total beban Rp (570,222,528.00) LABA/RUGI BERSIH Rp 871,638,412.00
LAMPIRAN 5: DAFTAR TARIF KAMAR RAWAT INAP RS. PRIKASIH EDISI JANUARI 2010 NO KELAS RUANG TARIF VISIT
KONSUL DOKTER
UANG MUKA
FASILITAS
A. RUANG RAWAT UMUM 1 Kelas Utama Flamboyan 550.000 145.000 6.000.000 • 1 kamar 1 tempat
tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Sofa • Meja makan • Meja + tea set • Kursi teras • Ruang tunggu +
sofa 2 Kelas I Mawar 425.000 130.000 5.000.000 • 1 kamar 1 tempat
tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Kursi teras • Meja + tea set • Sofa
3 Kelas II Teratai 300.000 120.000 4.000.000 • 1 kamar 2 tempat tidur
• Televisi • Kulkas • Kamar mandi • Air conditioner
4 Kelas III Melati 100.000 105.000 1.000.000 • 1 kamar 4 tempat tidur
• Kamar mandi • Air conditioner • televisi
B. RUANG RAWAT KHUSUS 1 Ruang Isolasi Cempaka 190.000 130.000 2.000.000 • 1 kamar 4 tempat
tidur • Kamar mandi • Air conditioner • Exhouse-fan
2 Ruang Rawat Anak Kelas III
Cempaka 115.000 120.000 1.000.000 • 1 kamar 5 tempat tidur
• Kamar mandi • Air conditioner
3 Ruang Rawat Anak Kelas III
Teratai 115.000 120.000 1.000.000 • 1 kamar 5 tempat tidur
• Kamar mandi • Air conditioner
4 Ruang HCU a. Pasien
HCU 450.000 130.000 7.000.000 • 1 kamar 4 tempat tidur
dengan ventilator
b. Paien tanpa ventilator
• Kamar mandi • Air conditioner • Exhouse-fan
5 Ruang Perinatal
Perinatal 275.000 130.000 2.000.000 • 2 kamar 8 tempat tidur
• 5 incubator • 3 baby box • Air conditioner • Ruang menyusui
C. RUANG RAWAT BEDAH DAN NON INFEKSI 1 Kelas I Anggrek 390.000 130.000 4.000.000 • 1 kamar 1 tempat
tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Air conditioner • Meja + tea set • Sofa
2 Kelas II A Anggrek 290.000 120.000 3.000.000 • 1 kamar 2 tempat tidur
• Televisi • Kulkas • Kamar mandi • Air conditioner
3 Kelas II B Anggrek 250.000 120.000 2.500.000 • 1 kamar 3 tempat tidur
• Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Air conditioner
4 Kelas III Anggrek 100.000 105.000 1.000.000 • 1 kamar 4 tempat tidur
• Televisi • Kamar mandi • Air conditioner
D. RUANG RAWAT BERSALIN 1 Kelas I Kenanga A 390.000 130.000 4.000.000 • 1 kamar 1 tempat
tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Meja + tea set • Sofa
2 Kelas II Kenanga B 290.000 120.000 3.000.000 • 1 kamar 2 tempat tidur
• Televisi • Kulkas • Kamar mandi • Air conditioner
3 Kelas III Kenanga C 100.000 105.000 1.000.000 • 1 kamar 6 tempat tidur
• Televisi • Kamar mandi • Air conditioner
4 Kamar Bayi Kelas III Kelas II Kelas I
Bayi 100.000 105.000 110.000
110.000 1.000.000 • Incubator • 10 baby box
LAMPIRAN 6: FASILITAS KAMAR RAWAT INAP RUMAH SAKIT PRIKASIH
Ruang Perawatan Fasilitas Flamboyan • 1 kamar 1 tempat tidur
• Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Sofa • Meja makan • Meja + tea set • Kursi teras • Ruang tunggu • sofa
Mawar • 1 kamar 1 tempat tidur • Televisi • Kulkas • Telepon • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner • Kursi teras • Meja + tea set • sofa
Teratai • 1 kamar 1 tempat tidur • Televise • Kulkas • Kamar mandi • Water heater • Air conditioner
Melati • 1 kamar 4 tempat tidur • Kamar mandi • Air conditioner • Televisi
LAMPIRAN 7: BIAYA OVERHEAD PER RUANG PERAWATAN
Overhead Flamboyan Mawar Teratai Melati Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54 linen Rp 1,988.77 Rp 108,854.00 Rp 1,331.61 Rp 626.73 biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42 Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47 Total overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00
LAMPIRAN 9: DIRECT COST, DIRECT LABOR, OVERHEAD PER HARI PER RUANG PERAWATAN Keterangan Flamboyan Mawar Teratai Melati DIRECT COST bahan medis Rp 1,828.57 Rp 1,799.43 Rp 1,463.21 Rp 880.53 makan dan minum pasien Rp 31,593.00 Rp 31,593.00 Rp 24,745.00 Rp 20,305.00 total direct cost Rp 33,421.57 Rp 33,392.43 Rp 26,208.21 Rp 21,185.53 DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20 total direct labor Rp 182,224.08 Rp 137,817.72 Rp 215,260.80 Rp 135,427.20 OVERHEAD Beban penyusutan peralatan Rp 46,964.38 Rp 44,293.15 Rp 35,663.01 Rp 30,320.54 linen Rp 1,988.77 Rp 108,854.00 Rp 1,331.61 Rp 626.73 biaya pemakaian perlengkapan Rp 7,702.38 Rp 7,599.43 Rp 6,922.07 Rp 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp 4,778.91 Rp 549.55 Rp 579.29 Rp 506.42 Kebersihan Rp 4,268.97 Rp 6,990.44 Rp 1,999.73 Rp 5,873.32 Biaya pemeliharaan Rp 1,142.85 Rp 1,934.52 Rp 1,345.13 Rp 600.00 Biaya material unit Rp 45.31 Rp 753.96 Rp 581.87 Rp 106.61 Biaya listrik Rp 1,886.74 Rp 1,453.22 Rp 1,630.62 Rp 934.47 total overhead Rp 68,778.31 Rp 64,662.81 Rp 50,033.33 Rp 45,328.00 COGS Rp 284,423.96 Rp 235,872.96 Rp 291,502.34 Rp 201,940.73
BERITA ACARA WAWANCARA
No PERTANYAAN HASIL WAWANCARA
1 Terbentuknya RS. Prikasih ini sendiri pada awalnya seperti apa, serta dalam perkembangannya telah mengalami perubahan apa saja?
Company Profile RS. Prikasih
2 Untuk pengakuan biaya, bagaimana cara pihak RS melakukan perhitungan biaya per unit kamarnya?
RS. Prikasih sendiri didasarkan pada cost unit dan profit unit yang terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan baik itu untuk biaya medis ataupun non medis
3 Lalu bagaimana dengan pengakuan labanya?
Pengakuan laba didasarkan pada unit kamar inap yang menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
4 Adakah faktor-faktor yang melatarbelakangi manajemen RS dalam menyusun tarif kamar rawat inap itu sendiri?
Ada 4 (empat) poin penting yang melatarbelakangi pihak RS dalam halnya menyusun tarif kamar rawat inap, yaitu: 1.Tarif kamar rawat inap tahun lalu; 2. Kenaikan/penurunan inflasi; 3. Survey RS. pesaing yang terdekat. 4. Biaya per unit
5 Lalu bagaimanakah metode perhitungan laporan laba-rugi seperti yang biasa dilakukan oleh RS. Prikasih ini?
Pihak RS. melaporkan laporan laba-rugi per akhir tahun/periode, ada juga laporan laba-rugi per jenis kamar untuk melihat keuntungan ataupun kerugian per jenis kamar itu sendiri.
6 Dalam menentukan penyusunan tarif rawat inap ini, tahapan-tahapan apa saja yang terjadi di dalamnya?
Lihat Tabel 4.11
No PERTANYAAN HASIL WAWANCARA
7 Dalam tiap-tiap tahapan itu sendiri tentunya ada aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalamnya, aktivitas-aktivitas tiap-tiap tahapan itu apa saja?
Lihat Tabel 4.12
8 Untuk prosentase tiap-tiap aktivitas per tahapan-tahapan penentuan tarif kamar itu berapa saja?
Lihat Tabel 4.13; 4.15; 4.17
7 Biaya-biaya apa saja yang terdapat di dalamnya? (Maksudnya tiap-tiap aktivitas)
Ada 3 (tiga) jenis biaya yang diterapkan oleh RS. Prikasih ini, yaitu: 1. Biaya Langsung; 2. Biaya TK Langsung; dan 3. Biaya Overhead.
8 Biaya Langsung itu meliputi apa saja? Lihat tabel (4.33)
9 Sedangkan, Biaya TK Langsung meliputi apa saja?
Lihat tabel (4.33)
10 Lalu, Biaya Overhead meliputi apa saja? Lihat tabel (4.33)
11 Penggunaan Biaya Langsung per hari tiap kamarnya rate-nya (jumlah pemakaian) berapa saja?
Lihat Lampiran 9
12 Penggunaan Biaya Tenaga Kerja Langsung per hari tiap kamarnya rate-nya berapa saja?
Lihat Lampiran 9
13 Penggunaan Biaya Overhead per hari tiap kamarnya rate-nya berapa saja?
Lihat Lampiran 9
Jakarta, 20 Maret 2010 Pewawancara Ka. Akuntansi RS. Prikasih Putri Trisyana Arie Sudirman NIM: 106082002547